17
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pergerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Selain itu pasar modal juga merupakan representasi untuk menilai kondisi perusahaan-
perusahaan di suatu negara. Hampir semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang sedang mengalami peningkatan bullish atau
mengalami penurunan bearish terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercermin melalui suatu pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga
Saham Gabungan IHSG. IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan suatu saham perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia
BEI. Pada tahun 2008 terjadi krisis global yang disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya naiknya harga minyak dunia yang menyebabkan naiknya harga makanan diseluruh dunia, krisis kredit dan bangkrutnya berbagai investor bank atau yang lebih
dikenal dengan Subprime Mortgage. Kasus Subprime Mortgage kredit perumahan itu meruntuhkan sejumlah lembaga keuangan di Amerika Serikat. Pemain-pemain
utama Wall Street tidak mampu bertahan termasuk Lehman Brothers dan Washington Mutual, dua bank terbesar di Amerika Serikat. Para investor mulai kehilangan
1
Universitas Sumatera Utara
18
kepercayaan sehingga harga-harga saham terbesar di bursa-bursa utama duniapun jatuh. Diperkirakan krisis ekonomi ini hampir sama dengan krisis ekonomi yang
terjadi di tahun 1929 www.vibizmanagement.com.
Tabel 1.1 Indeks Harga Saham Gabungan Bulanan Tahun 2008-2009
Indeks Harga Saham Gabungan IHSG 2008
2009 Bulan
Open High
Low Close
Open High
Low Close
Januari 2739.59 2838.48
2229.82 2627.25
1377.45 1472.46 1307.53 1332.67
Februari 2657.16 2773.43
2573.41 2721.94
1330.02 1360.94 1281.07 1285.48
Maret 2651.88 2689.66
2239.73 2447.3
1285.48 1467.52 1244.87 1434.07
April 2463.74 2465.82
2167.65 2304.52
1434.07 1728.07 1434.07 1722.77
Mei 2333.56 2516.26
2322.19 2444.35
1722.77 1941.79 1701.99 1916.83
Juni 2447.63 2461.05
2316.43 2349.1
1917.45 2116.17 1888.82 2026.78
Juli 2361.48 2394.17
2129.4 2304.51
2026.88 2332.76 1992.38 2323.24
Agustus 2283.02 2283.02
2035.59 2165.94
2323.85 2411.9
2271.21 2341.54 September 2157.02
2168.8 1592.24
1832.51 2341.43
2482.85 2272.76 2467.59 Oktober
1766.94 1766.94 1089.34
1256.7 2467.9
2559.67 2235.39 2367.7
November 1281.51 1430.72 1102.67
1241.54 2365.65
2494.82 2294.56 2415.84 Desember
1240.85 1376.1
1177.86 1355.41
2416.04 2542.5
2413 2534.36
Sumber : http:www.idx.com Secara keseluruhan IHSG sepanjang tahun 2008 cukup memprihatinkan,
walaupun IHSG sempat mencapai rekor tertinggi pada Januari 2008 di level 2838.48 yang disebabkan meroketnya harga saham tambang yang mengikuti kenaikan harga
minyak dunia. Namun memasuki triwulan IV yakni di bulan Oktober 2008, IHSG mengalami keterpurukan di posisi terendahnya di level 1089.34 hal ini disebabkan
krisis yang melanda pasar financial global dan kasus gagal bayar Group Bakrie. Namun dipenghujung tahun 2008 pada penutupan perdagangan saham Desember
2008 IHSG naik menjadi 1355.41. www.reksadanainfo.com. Memasuki awal tahun 2009 merupakan awal yang baik bagi perekonomian global. Namun mendekati akhir
Universitas Sumatera Utara
19
tahun terjadi krisis financial Timur Tengah yang terjadi di Dubbai, Uni Emirat Arab U.A.E. Diawal bulan Maret 2009 secara keseluruhan pasar modal global berada di
level terbawah yaitu 1244.87 akibat paket stimulus yang diluncurkan oleh hampir semua negara dalam upaya memerangi krisis yang terjadi. IHSG dibuka pada level
1377.45 di awal tahun secara keseluruhan bergerak naik sampai akhir bulan November 2009. IHSG sempat menguat ke level tertingginya di level 2559.67 di
bulan Oktober 2009 dan ditutup pada level 2534.36 pada akhir Desember. www.vibizmanagement.com
Melihat perkembangan pasar modal yang dikaitkan dengan pengaruh krisis global yang sempat melanda di tahun 2008, tantangan yang dihadapi semakin berat
dan prospek perusahaan semakin tidak jelas uncertainly, secara langsung mempengaruhi perilaku pemodal dan kinerja perusahaan. Sehingga memberikan
batasan yang sempit bagi peningkatan penanaman modal dalam saham perusahaan yang dijual di bursa efek. Naiknya suku bunga berjangka akibat kebijakan moneter
menyebabkan para pemodal mencari alternatif lain yang lebih menguntungkan, sehingga memberikan batas yang semakin sempit bagi peningkatan penanaman
modal dalam saham-saham perusahaan yang dijual bursa efek. Persoalan yang timbul adalah sejauh mana perusahaan mampu mempengaruhi harga saham di pasar modal,
dan faktor atau variabel apa saja yang dapat dijadikan indikator sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengendalikan sehingga tujuan perusahaan untuk
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan nilai saham yang
Universitas Sumatera Utara
20
diperdagangkan di pasar modal dapat tercapai. Para investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar dapat mengambil
keputusan tentang saham perusahaan yang layak dipilih. Saham perusahaan sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi karena sifat komoditinya sangat peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan diluar negeri maupun didalam negeri. Perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter maupun perubahan
yang terjadi dalam perusahaan itu sendiri. Tingginya harga saham yang diperdagangkan di bursa efek menunjukkan adanya permintaan yang bertambah
terhadap harga saham tersebut. Bertambahnya permintaan akan saham suatu perusahaan menggambarkan bahwa posisi keuangan cukup kuat dengan prospek
jangka panjang yang baik, namun sebaliknya harga saham akan semakin menurun bila permintaan akan saham tersebut menurun.
Rasio Keuangan merupakan salah satu alat bagi calon investor untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dalam rangka menetapkan keputusan pembelian saham
di pasar modal. Biasanya investor lebih menyukai pemilihan saham yang memiliki harga saham dan tingkat pengembalian saham yang tinggi. Analisis kinerja
perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan sebagai alat untuk menganalisis kinerja perusahaan tersebut baik atau tidak, karena hal ini berkaitan dengan return
perusahaan. Investor biasanya tertarik dengan saham yang memiliki return positif dan tinggi karena akan meningkatkan kesejahteraan bagi investor tersebut. Jika
permintaan atas saham meningkat, akan menyebabkan kenaikkan terhadap harga
Universitas Sumatera Utara
21
saham dalam hal ini pasar beraksi secara positif. Jika pasar berekasi secara positif maka ini menandakan return yang diperoleh juga tinggi tetapi jika permintaan atas
saham menurun, akan menyebabkan penurunan terhadap harga saham dalam hal ini pasar beraksi secara negatif. Jika pasar berekasi secara negatif maka ini menandakan
return yang diperoleh rendah. Investor dalam hal ini merupakan pelaku yang rasional, karena itu aspek fundamental akan menjadi dasar penilaian basic valuation yang
sangat berharga. Kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini adalah Current Ratio CR, Return On Assets ROA, Net Profit Margin NPM, Earning Per Share EPS,
Leverage Ratio LR, Total Assets Turn Over TATO, Price Earning Ratio PER, Price to Book Value PBV dan Book Value per Share BVS.
Perubahan harga saham di pasar modal dapat dipengaruhi oleh tingkat permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Semakin banyak investor yang
tertarik membeli suatu saham perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak investor yang
menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Selain itu, informasi yang beredar di bursa efek atau pasar modal,
seperti kondisi keuangan, dividen, inflasi dan kinerja suatu perusahaan akan mempengaruhi harga saham yang ditawarkan kepada publik dan berbagai isu lainnya
yang secara langsung dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan di masa depan.
Universitas Sumatera Utara
22
Dalam menganalisis harga saham di pasar modal investor menggunakan 2 dua pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental
menjadikan informasi keuangan perusahaan sebagai dasar analisis sedangkan analisis teknikal merupakan analisis terhadap pola pergerakan harga saham di masa lampau.
Objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009 sebanyak 181 perusahaan dengan
pertimbangan bahwa perusahaan manufaktur besarnya kurang lebih 50 dari perusahaan yang listing di BEI dan sebagian besar merupakan saham yang likuid.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terdiri dari berbagai sub sektor industri, sub sektor industri tersebut diantaranya yaitu: food and Beverages, Tobacco
Products, Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products, Lumber and Wood Products, Paper and Allied Products, Chemical and Allied Products, Adhesive,
Plastic Products, Cement, Metal, Machinery, Cables, Electrik and Eletronics Equipment, Automotive and Allied Products, Photographic
Equipment, Pharmaceutikal, Consumer Goods, Other Manufakturing, Fabricated Metal
Products, Stone Clay and Concrete Products. Perusahaan manufaktur ini mempunyai kontribusi yang besar dalam pembentukan produk domestik bruto di Indonesia.
Industri manufaktur pada hakekatnya merupakan industri sekunder yang menciptakan produksi buatan pabrik dan dilakukan besar-besaran. Industri manufaktur akan
mengantar perekonomian Indonesia dari perekonomian sejenis menjadi perekonomian industri yang didukung sektor agraris. Perusahaan manufaktur
Universitas Sumatera Utara
23
mempunyai banyak aspek pengganggu dari external, seperti keharusan menyediakan bahan baku, pemakaian tenaga kerja yang trampil, perijinan, dan adanya pembatasan
kuota ekspor. Oleh karena itu deteksi kinerja keuangan perusahaan ini bisa memberikan gambaran tentang kekuatan perusahaan untuk bertahan ketika dihempas
krisis ekonomi. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pengaruh kinerja
keuangan terhadap return saham menunjukkan hasil yang kontradiktif. Penelitian Utami dan Santoso 1998 yang meneliti Pengaruh Informasi Penghasilan terhadap
Return Saham Pada Perusahaan Industri Minuman di BEJ. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan Secara simultan ROE, DPR, PBV dan BETA
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Secara parsial hanya variabel ROE yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara simultan
ROA, ROE dan DTA berpengaruh signifikan terhadap return saham. Selanjutnya penelitian Darma 1999 tentang Pengaruh Analisis Laporan Keuangan terhadap
return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ menyimpulkan bahwa secara simultan ROA, ROE dan DTA berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara
parsial ROA, ROE dan DTA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Menurut hasil penelitian Sulaiman dan Ana Handi 2008 yang meneliti pengaruh
kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEJ, menyimpulkan bahwa secara simultan EPS, PBV, CR, TATO, ROI dan ROE tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Secara parsial variabel EPS,
Universitas Sumatera Utara
24
TATO, ROI dan ROE tidak berpengaruh terhadap return saham, sebaliknya variabel PBV dan CR berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Selanjutnya Ulupui 2006 yang meneliti mengenai Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas terhadap Return Saham Studi
Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa secara simultan CR, ROA,
TATO dan DER berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Secara parsial hanya CR dan ROA yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil
penelitian Kurniati 2008 yang meneliti Analisis Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar di BEJ
menyimpulkan bahwa secara simultan NPM, ROA, ROE, ROI, EPS, OCF dan EVA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Secara parsial hanya EPS, ROI,
OCF dan EVA yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian Munte 2009 tentang Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI menyimpulkan bahwa secara simultan CR, ROE, PBV, Size dan Cash Flow From Operation to Debt berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Secara parsial hanya variabel ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya serta dengan adanya ketidak konsistenan dari hasil penelitian terdahulu tersebut menjadi alasan
peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
25
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah