kurangnya atau tidak adanya aliran darah pada salah satu arteri otak atau cabang-cabangnya secara mendadak
2.5. Gejala Stroke 2.5.1. Gejala Stroke Hemoragik
18,19,20
a. Gejala Perdarahan Intrasebral PIS
Gejala perdarahan ini timbul mendadak dan memburuk dengan cepat dalam beberapa menit atau jam, sering sampai koma. Nyeri kepala berat, nausea,
muntah, dan adanya darah di rongga subaraknoid pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala yang khas.
b. Gejala Perdarahan Subaraknoid PSA
Pada penderita perdarahan subaraknoid akan dijumpai gejala seperti nyeri kepala yang hebat, kadang-kadang muntah, kaku leher serta kehilangan
kesadaran sementara dan setelah sadar kembali terdapat gejala kaku kuduk, keluhan silau terhadap cahaya, mual, rasa enek, fotofobia.
c. Gejala Perdarahan Subdural
Gejala pada perdarahan subdural timbul berminggu atau berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala. Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai
gejala seperti nyeri kepala, kaku leher, tajam penglihatan yang mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik yang tertekan.
2.5.2. Gejala Stroke Non Hemoragik
15,21,22
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi, yang dibedakan atas :
Universitas Sumatera Utara
a. Gejala penyumbatan Sistem Vertebrobasilar
i. Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik.
ii. Jalan menjadi sempoyongan atau terjatuh
iii. Gangguan gerak bola mata hingga terjadi diplopia
iv. Muntah, mual, sulit menelan, atau nyeri kepala.
v. Kedua kaki lemah sehingga tidak mampu berdiri
b. Gejala penyumbatan arteri serebri posterior
i. Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan, tungkai atau salah
satu sisi tubuh, mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan. ii.
Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu, sebagian lapang pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan
gelap atau ganda sesaat. iii.
Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba atau mendengar suaranya.
iv. Hilangnya kemampuan untuk membedakan dan mengenal warna c.
Gejala penyumbatan arteri serebri media. i. Mulut, lidah mencong bila diluruskan.
ii. Bicara tidak jelas, dan kata-katanya tidak dapat dipahami afasia, berbicara
tidak lancar, hanya sepatah-sepatah kata yang terucap. iii. Vertigo pusing atau perasaan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas.
iv. Kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh.
v. Kesadaran menurun.
Universitas Sumatera Utara
vi. Gangguan rasa didaerah muka atau wajah dan hanya sebelah dan biasanya
disertai gangguan rasa di lengan dan tungkai yang hanya sebelah saja. vii.
Tidak dapat membedakan kiri dan kanan. viii.
Bola mata selalu melirik kearah satu sisi saja. d.
Gejala penyumbatan arteri serebri anterior i.
Pingsan dan tidak sadarkan diri secara tiba-tiba. ii.
Buang air kecil tidak disadari. iii.
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh iv.
Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai yang paling menonjol. v.
Sulit untuk mengungkapkan maksud hati vi.
Secara tidak sadar ikut-ikutan meniru omongan orang lain e.
Gejala akibat gangguan fungsi luhur. i.
Aphasia Dibedakan atas 2 kategori yaitu expressif motorik dan reseptif sensorik.
Expressif adalah kehilangan kemampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti
bicara orang lain tetap baik. Sedangkan reseptif sensorik adalah kebalikan dari expresif, dimana orang sakit sangat sulit untuk mengerti pembicaraan orang
lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan
otak.
Universitas Sumatera Utara
ii. Alexia
Penderita tidak mampu membaca kata, tapi dapat membaca huruf verbal alexia, atau ketidakmampuan membaca huruf, tapi masih dapat membaca kata
lateral alexia, dan ketidakmampuan membaca baik huruf maupun kata global alexia.
iii. Agraphia
Hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak yang dibedakan atas 5 kategori antara lain pure agraphia tanpa disertai gangguan berbahasa
lainnya, aphasic agraphia agraphia yang menyertai disertai oleh aphasia, agraphia dengan alexia dijumpai pada orang sakit dengan kerusakan di lobus
parietal, apraxic agraphia tidak mampu membuat tulisan yang baik saat menulis spontan , spatial agraphia sulit untuk menulis pada garis horizontal
atau menulis hanya pada sisi kanan saja dari kertas. iv.
Acalculia Hilangnya kemampuan berhitung atau mengenal angka setelah terjadinya
kerusakan otak. Dapat berhubungan dengan alexia, agraphia, atau bentuk– bentuk aphasia lainnya.
v. Right-left Disorentasion dan Dianosa jari Body image
Sejumlah tingkat kemampuan yang sangat komplex, seperti penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah, atau menirukan gerakan-
gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan agnosia jari dapat dilihat dan disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara orang sakit
tidak boleh melihat jarinya.
Universitas Sumatera Utara
vi. Hemi Spatial Neglect viso spatial agnosia Hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan
dengan ruang. Biasanya akan mengabaikan sebelah sisi ruang kontra lateral dari lesi yang ada pada otaknya, misalnya disuruh menggambar sekuntum bunga
dan yang digambarnya hanya setengah kuntum bunga. vii. Sindrom Lobus Frontal
Berhubungan dengan tingkah laku, kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan menyebabkan gangguan bicara.
viii. Gangguan mengingat Amnesia
Dapat terjadi pada trauma kapitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.
ix. Dementia
Hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan operasi mental. Gangguan pada satu fungsi luhur saja belum dapat dikatakan dementia.
2.6. Letak Kelumpuhan