Respon Masyarakat Petani Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu bara

(1)

RESPON MASYARAKAT PETANI TERHADAP UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI DESA TANAH TINGGI

KEC. AIR PUTIH KAB. BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH SURIONO 040902057

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

SURIONO 040902057

RESPON MASYARAKAT PETANI TERHADAP UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI DESA TANAH TINGGI KEC. AIR PUTIH KAB. BATU BARA

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia adalah potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah kurang memperhatikan petani. Begitu juga dengan petani yang ada didaerah kabupaten Batu Bara yang barusaja terbentuk kehidupan penduduk khususnya masyarakat petani Desa Tanah Tinggi kurang diperhatikan pemerintah tarlihat desa ini masih ada petani miskin yang kehidupannya kurang sejahtera

Dalam penilitian ini adalah penelitaian yang bersifat deskriptif yang menggambarkan bagaimana respon masyarakat petani terhadap upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan melalui pembangunan sektor pertanian di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu Bara dengan sampel sebanyak 108 Kepala Keluarga (KK), dengan menggunakan teknik stratified random sampling dalam menentukan sampel yang bekerja sebagai petani di desa ini, karena desa tersebut merupakan lumbung pertanian Kabupaten Asahan (dahulu) sekarang menjadi Kabupaten Batu Bara yang sudah terbentuk.

Perkembangan pembagunan pertanian di daerah Kabupaten Batu Bara kian menunjukkan tanda-tanda yang baik dengan munculnya perhatian pemerintah daerah khususnya dan pemerintah pusat umumnya. Ini di tandai dengan adanya upaya pemerintah membantu kehidupan petani Desa Tanah Tinggi yang mendapatkan bantuan dari pemerintah, desa ini adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Air Putih sebagai sentra penghasil padi. Dengan jumlah penduduk 4.360 jiwa, dan dengan jumlah 1.078 kepala keluarga yang terdiri dari 12 Dusun dengan mayoritas penduduknya bekerja disektor pertanian sebagai petani. Adapun upaya pemerintah yang diberikan di desa ini untuk membantu para petani dengan memberikan pembangunan pertanian dalam bentuk Fisik, Program, serta Sosialisasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara dan kuesioner yang disebarkan ke 108 sampel masyarakat petani


(3)

menunjukkan bahwa upaya yang diberikan pemerintah, petani memberikan respon positif, namun sebagian masyarakan ada yang memberikan respon negatif. Tetapi dilapangan terlihat upaya pemerintah ini berhasil, terlihat jawaban responden akan besar manfaatnya bagi petani dari sampel sebanyak 108 sebanyak 105 (97,21%) ini berarti upaya pemerintah membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat Petani.


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon... 13

2.2 Gambaran Umum Sektor Pertanian... 16

2.2.1 Gambaran Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara.. 18

2.2.2 Gambaran Sektor Pertanian di Kabupaten Asahan/Batu Bara... 22

2.3 Pembangunan Pertanian ... 28

2.4 Kebijakan Umum Pembangunan Pertanian Nasional ... 32

2.4.1 Kebijakan Pembangunan Pertanian Propinsi Sumatera Utara... 33

2.4.2 Kebijakan Pembangunan Pertanian Kabupaten Asahan/Batu Bara ... . 34


(5)

2.4.3 Fokus Pembangunan Pertanian... 38

2.4.4 Teori-Teori Pembangunan Pertanian ... . 41

2.4.5 Aspek Penunjang Pembangunan Pertanian ... 46

2.5 Kerangka Pemikiran ... . 51

2.6 Defenisi Konsep ... . 54

2.7 Defenisi Operasional ... 55

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 59

3.2 Lokasi Penelitian ... 59

3.3 Populasi dan Sampel ... 60

3.3.1 Populasi ... 60

3.3.2 Sampel . ... 60

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... . 61

3.5 Teknik Analisa Data ... .. 62

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Propinsi Sumatera Utara... 63

4.2 Gambaran Umum Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara... 66

4.3 Pola Penggunaan Lahan... 67


(6)

4.5 Komposisi Penduduk ... ... 69

4.5.1 Komposisi penduduk Desa Tanah Tinggi menurut jenis kelamin... 69

4.5.2 Komposisi penduduk menurut usia... 70

4.5.3 Komposisi penduduk menurut suku... 72

4.5.4 Komposisi penduduk menurut agama... 73

4.5.5 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan... 74

4.5.6 Komposisi penduduk menurut jenis mata pencaharian... 75

4.5.7 Komposisi kepemilikan tanah sawah menurut luasnya... 76

4.6 Sarana Sosial Budaya... 77

4.7 Organisasi Sosial... 78

4.8 Struktur Pemerintahan dan Kepemimpinan... 79

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Responden... 84

5.2 Analisis Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian... 94

5.3 Analisis Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Terhadap Upaya Yang Diberikan Pemerintah Dalam Pembangunan SektorPertanian... 116

5.4 Analisis Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan Oleh Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Melalui Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Dalam Pembangunan Sektor Pertanian.... 133


(7)

BAB VI PENUTUP... 144

A. Kesimpulan... 144

B. Saran... 150

DAFTAR PUSTAKA... 154

Sumber-sumber lain... 155


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tata Guna Tanah...67

Tabel 2 Jumlah Penduduk...68

Tabel 3 Komposisi Penduduk ... ...68

Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Usia ... ...70

Tabel 5 Suku Bangsa ... ...72

Tabel 6 Komposisi Penduduk Menurut Agama ... ...73

Tabel 7 Menurut Tingkat Pendidikan ... ...74

Tabel 8 Mata Pencaharian Penduduk ... ...75

Tabel 9 Kepemilik Tanah Sawah Menurut Luasnya ... ...76

Tabel 10 Karakteristik Responden Menurut Usia ... ...84

Tabel 11 Karakteristik Responden Menurut Suku ... ...85

Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ...86

Tabel 13 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan ... ...87

Tabel 14 Karakteristik Responden Menurut Agama ... ...87

Tabel 15 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... ...88

Tabel 16 Status Responden ... ...89

Tabel 17 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendapatan/bulan ... ...90

Tabel 18 Besarnya Tanggungan Responden ... ...91

Tabel 19 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pengeluaran/bulan ... ...92

Tabel 20 Karakteristik Identitas Responden Menurut Lama Bekerja ... ...93

Tabel 21 Pengetahuan Responden Tentang Upaya Pemerintah Dalam Membantu Pertanian...94

Tabel 22 Pengetahuan Responden Tentang Pemerintah Memberikan Bantuan Pertanian di Desa Tanah Tinggi...95

Tabel 23 Pengetahuan Responden Tentang Bentuk-bentuk bantuan Yang Diberikan Pemerintah...96 Tabel 24 Asal Informasi Yang Digunakan Responden Untuk Mengetahui


(9)

Tabel 25 Pengetahuan Responden Tentang Bentuk-bentuk Hasil Bantuan

Yang Diberikan Pemerintah...98 Tabel 26 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Fisik, Yaitu:

Membangun Sarana dan Prasarana Pertanian...99 Tabel 27 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Memberikan Bibit Padi Unggul Secara Gratis... ...100 Tabel 28 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Menaikkan Harga Pokok Pembelian Gabah ...101 Tabel 29 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program,Yaitu:

Memberikan Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL)...102 Tabel 30 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Membuat Perkumpulan Petani Pemakai Air (P2A)...104 Tabel 31 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Memberikan Obat-obatan Pertanian Secara Gratis...105 Tabel 32 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Memberikan Subsidi Pupuk Kepada Petani...106 Tabel 33 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Sosialisasi, Yaitu:

Memberlakukan Jadwal dan Pola Tanam Padi...108 Tabel 34 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Sosialisasi, Yaitu:

Melarang Alih Fungsi Lahan Produktif Sawah...109 Tabel 35 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam


(10)

Melakukan Pertemuan di Balai Desa...110 Tabel 36 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Sosialisasi,Yaitu:

Membentuk KelompokTani...112 Tabel 37 Pengetahuan Responden Tentang Berapa Kali Pemerintah Memberikan

Bantuan Pertanian di Desa Tanah Tinggi...113 Tabel 38 Pengetahuan Responden Tentang Seberapa Sering/Intensif

Pemerintah Membantu Pertanian di Desa Tanah Tinggi...114 Tabel 39 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membangun Sarana dan Prasarana Pertanian...117 Tabel 40 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membangun Sarana dan Prasarana:

Perbaikan Saluran Irigasi Sawah...118 Tabel 41 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membangun Sarana dan Prasarana:

Kegiatan Gotong Royong Petani Merawat Saluran Irigasi...119 Tabel 42 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membangun Sarana dan Prasarana: Perbaikan Jalan dan Jembatan....120 Tabel 43 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Memberikan Bantuan Bibit Padi Unggul Secara Gratis...121 Tabel 44 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah TinggO Dari Upaya Pemerintah

Memberikan Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)...122 Tabel 45 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membuat Perkumpulan Petani Pemakai Air (P2A)...123 Tabel 46 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Memberikan Obat-Obat Pertanian Secara Gratis...124 Tabel 47 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Memberikan Subsidi Pupuk Kepada Petani...125 Tabel 48 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah


(11)

Tabel 49 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah Melarang Alih Fungsi Lahan Produktif Sawah...127 Tabel 50 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Menaikkan Harga Pokok PembelianGabah...128 Tabel 51 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Melakukan Pertemuan di Balai Desa...130 Tabel 52 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membentuk Kelompok Tani...131 Tabel 53 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dilakukan

Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian...134 Tabel 54 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan Dalam Kehidupan Sehari-hari...135 Tabel 55 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Sebelum di Bantu Pemerintah...136 Tabel 56 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Sesudah di Bantu Pemerintah...137 Tabel 57 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Dengan Pendapatan/Penghasilan Sebagai Petani...138 Tabel 58 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Dari Peningkatan Hasil-hasil Pertanian Sebelum DibantuPemerintah139 Tabel 59 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Dari Peningkatan Hasil-hasil Pertanian Sesudah Dibantu Pemerintah140 Tabel 60 Tanggapan Responden Terhadap Manfaat Dari Upaya Pemerintah

Yang Diberikan Dalam Pembangunan Pertanian...142 Tabel 61 Tanggapan Responden Terhadap Kelanjutan Upaya Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian...143


(12)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

SURIONO 040902057

RESPON MASYARAKAT PETANI TERHADAP UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI DESA TANAH TINGGI KEC. AIR PUTIH KAB. BATU BARA

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia adalah potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah kurang memperhatikan petani. Begitu juga dengan petani yang ada didaerah kabupaten Batu Bara yang barusaja terbentuk kehidupan penduduk khususnya masyarakat petani Desa Tanah Tinggi kurang diperhatikan pemerintah tarlihat desa ini masih ada petani miskin yang kehidupannya kurang sejahtera

Dalam penilitian ini adalah penelitaian yang bersifat deskriptif yang menggambarkan bagaimana respon masyarakat petani terhadap upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan melalui pembangunan sektor pertanian di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu Bara dengan sampel sebanyak 108 Kepala Keluarga (KK), dengan menggunakan teknik stratified random sampling dalam menentukan sampel yang bekerja sebagai petani di desa ini, karena desa tersebut merupakan lumbung pertanian Kabupaten Asahan (dahulu) sekarang menjadi Kabupaten Batu Bara yang sudah terbentuk.

Perkembangan pembagunan pertanian di daerah Kabupaten Batu Bara kian menunjukkan tanda-tanda yang baik dengan munculnya perhatian pemerintah daerah khususnya dan pemerintah pusat umumnya. Ini di tandai dengan adanya upaya pemerintah membantu kehidupan petani Desa Tanah Tinggi yang mendapatkan bantuan dari pemerintah, desa ini adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Air Putih sebagai sentra penghasil padi. Dengan jumlah penduduk 4.360 jiwa, dan dengan jumlah 1.078 kepala keluarga yang terdiri dari 12 Dusun dengan mayoritas penduduknya bekerja disektor pertanian sebagai petani. Adapun upaya pemerintah yang diberikan di desa ini untuk membantu para petani dengan memberikan pembangunan pertanian dalam bentuk Fisik, Program, serta Sosialisasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara dan kuesioner yang disebarkan ke 108 sampel masyarakat petani


(13)

menunjukkan bahwa upaya yang diberikan pemerintah, petani memberikan respon positif, namun sebagian masyarakan ada yang memberikan respon negatif. Tetapi dilapangan terlihat upaya pemerintah ini berhasil, terlihat jawaban responden akan besar manfaatnya bagi petani dari sampel sebanyak 108 sebanyak 105 (97,21%) ini berarti upaya pemerintah membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat Petani.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Fakta sejarah menyatakan bahwa bangsa kita berswasembada pada tahun 1984, saat itu kita sebagai negara utama pengimpor beras di Asia. Keberhasilan tersebut, adanya Bimbingan masal (Bimas) merupakan yang menangani secara langsung masalah peningkatan produksi pangan dan ini sebagai fakta bahwa keseriusan dalam upaya pencapaian ketahanan pangan saat itu sangat dibutuhkan.

Namun hal tersebut tidak bertahan lama, hal ini disebabkan karena tidak adanya konsistensi pemerintah dalam upaya mendukung sektor pertanian menjadi leading sector dalam pembangunan bangsa, dan kini bangsa kita menjadi pengimpor beras kembali. Dalam hal ini Pemerintah telah berupaya memplanning dan bereksperimen kembali dalam menata kelembagaan pangan agar kita bisa mengurangi ketergantungan pangan dari negara lain.

Banyak gagasan yang mengarah pada proses pembanguana masyarakat tani karena kelembagaan tanilah yang merupakan pelaku utama dalam mencapai ketahanan pangan. Masyarakat tani sebagai subjek dalam rangka ketahanan pangan dianggap punya potensi dan mandiri sehingga perlu dibina dan diberdayakan agar tujuan penguatan ketahanan pangan dapat tercapai.

Tanggung jawab akan meningkatnya produksi sehingga kita mampu mencapai ketahanan pangan sebenarnya bukan hanya tanggung jawab masyarakat


(15)

jawab agar proses pencapaian ketahanan pangan dapat tercapai. Proses pembinaan harus terus dilakukan oleh lembaga teknis agar eksistensi masyarakat tani dapat terlihat.

Dalam era otonomi daerah ini, peran pemerintah daerahlah yang sangat besar dalam upaya pembangunan masyarakat tani. Proses pembangunan terhadap masyarakat tani tersebut harus dikategorikan berdasarkan potensi wilayah dan lokalita komoditas unggulan daerah agar setiap daerah/kawasan mampu tumbuh dan berkembang dengan komoditas unggulan sendiri-sendiri, sehingga dalam pembangunan diperlukan strategi yang berbeda pula.

Sektor pertanian sebagai unsur penggerak dinamika pembangunan, selain dituntut untuk bisa mewujudkan ketahanan pangan, juga dituntut untuk bisa meningkatkan kontribusinya bagi perekonomian Indonesia sebagai lumbung padi nasional, sejalan dengan visi pembangunan pertanian nasional yaitu pembangunan pertanian modern, tangguh, dan efisien.

(http://www.dispertanak.pandeglang.go.id/artikel_03.htm).

Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pemerintah dalam pembangunan pertanian terfokus kepada peningkatan produksi, terutama kepada peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi dan komoditi perdagangan tradisional. Upaya pemenuhan pangan melalui swasembada pangan (padi) telah menyita perhatian dan dana yang cukup besar. Kondisi tersebut menyebabkan pembangunan pertanian belum optimal sesuai dengan potensinya.

Kelemahan yang terjadi selama ini menyebabkan berkembangnya citra yang kurang menguntungkan dalam pembangunan pertanian, antara lain:


(16)

a. Secara sadar ataupun tidak sadar, pembangunan pertanian diidentikan dengan kegiatan peningkatan produksi (proses budidaya atau agronomi) semata, b. Dengan pandangan tersebut, pembangunan pertanian juga seakan terlepas

dengan pembangunan sektor-sektor lainnya dan terlepas sebagai bagian dari pembangunan wilayah,

c. Perhatian yang besar hanya kepada komoditi tertentu menyebabkan banyak bidang usaha pertanian lain kurang tergarap.

Liberalisasi perdagangan menyebabkan pasar domestik terintegrasi kuat dengan pasar regional/internasional dan memaksa setiap negara termasuk Indonesia membuka segala rintangan dan menghapus segala bentuk proteksi. Ini berarti bahwa usaha dan produk pertanian domestik dipaksa untuk berhadapan/bersaing dengan usaha dan produk global. Kondisi ini merupakan tantangan sekaligus peluang dalam pembangunan sektor pertanian ke depan. Implikasi dan liberalisasi perdagangan ini mengharuskan Indonesia untuk mampu mempercepat peningkatan daya saing produknya agar dapat merebut pasar.

Bertitik tolak dari kondisi tersebut, antisipasi yang dapat dilakukan dalam peningkatan merebut peluang pasar dapat dilakukan melalui dua pendekatan secara simultan, yaitu:

a. Upaya meningkatkan pasar dengan konsep"universal". b. Pengembangan pasar berdasarkan konsep"uniqueness".

Pada konsep universal dapat ditempuh melalui diversifikasi dan peningkatan kualitas sesuai dengan persyaratan yang diminta konsumen dan pasar global. Sedangkan pada konsep uniqueness, konsumen ditawarkan kepada produk


(17)

spesifik lokalita yang bersifat unik. Salah satu bidang usaha dalam penciptaan pasar yang didasarkan kepada konsep uniqueness adalah usaha wisata agro. Sesuai dengan potensinya bidang usaha ini belum tergarap secara baik dan dinilai prospektif sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru sektor pertanian.

Berbagai upaya dan usaha telah diluncurkan oleh pemerintah untuk membantu meringankan dan meningkatkan kesejahteraan petani.Namun, hasilnya hingga kini masih belum dirasakan. Tak terhitung berapa banyak program yang sudah digulirkan. Mulai dari mulai dari pengadan pupuk bersubsidi, benih gratis, peralatan pertanian, dan terakhir program skim pelayanan pembiayaan pertanian (SP-3).

Namun, program yang memasuki umur dua tahun ini ternyata belum menyentuh petani kecil. Padahal, tujuannya memberikan solusi kepada petani untuk mendapatkan perlakuan yang sama dengan pelaku usaha kecil dalam hal pinjaman kepada pihak perbankan. SP-3 merupakan salah satu program pembiayaan kredit pertanian dengan bantuan jaminan kredit dari pemerintah. Sasarannya semua bidang pertanian mulai dari hulu, kegiatan budi daya (on farm) dan pengolahan hasil (off farm). Tahun lalu atau tepatnya sejak digulirkan pada Oktober 2006, pemerintah memberikan dana jaminan kredit SP-3 sebesar Rp255 miliar.Dan dana jaminan bergulir itu terus ditingkatkan pada tahun ini hingga mencapai Rp635 miliar. Kelebihan program SP-3 adalah pemberian jaminan kredit sebagai agunan oleh pemerintah sebesar 90% untuk usaha mikro I (UM-I), untuk usaha mikro II (UM-II) sebesar 40%,sebesar 30 % untuk usaha kecil I (UK-I) dan sebesar 10% untuk usaha kecil II (UK-I(UK-I).


(18)

Misalnya di Sumut, kredit pertanian yang disalurkan oleh empat bank yakni Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin dan Bank Sumut (dalam tahap persiapan) ternyata tidak berjalan mulus. Masih banyak petani belum mengetahui. Menurut salah seorang petani asal Desa Sidodadi bernama Ramunia di Kabupaten Deli Serdang, mengaku, hingga sekarang program SP-3 belum ada yang menyentuh petani. (http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/sumatera-utara/program-sp-3-penyaluran-kredit-minim-karena-kurang-sosial.html).

Sementara Pemkab Batu Bara memberikan bantuan bibit gratis kepada petani sebagai contoh salah satu desa, Desa Aras, Kec. Air putih, Batu bara yang tanaman padi mereka gagal panen pada Musim Tanam (MT) 2008 ini. Demikian Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Batubara H Guntur Sinaga, SP. “Bantuan bibit itu akan diberikan ketika akan menghadapi MT berikutnya, atau setelah MT 2008 ini berakhir. Untuk saat ini tanaman padi yang puso itu dibiarkan begitu saja,” ujar Guntur.Dikatakan, tanaman padi petani Aras yang punah digasak hama seluas 32 hektare. Menurutnya, penyebab musnahnya tanaman padi itu adalah serangan hama tikus. Selain itu struktur tanah areal sawah itu sudah tidak mendukung untuk tanaman padi akibat kekurangan salah satu jenis pupuk.

Sehingga menyebabkan tanaman padinya memerah gosong lalu mati. Gejala ini memang terlihat seperti serangan hama wereng. Padahal bukan, hanya serangan hama tikus, ujar Guntur. Upaya yang akan dilakukan untuk mencegah serangan ini, tambah Guntur, akan dilakukan gopriyokan tikus.


(19)

Namun tidak bisa dilakukan sekarang. Jika dilakukan sekarang, dikhawatirkan hama tikus akan melantak lahan lain yang belum terserang. Sehingga lahan yang sudah terserang itu sampai saat ini dibiarkan begitu saja, agar hama tikusnya tidak menghantam tanaman pade areal lain, papar Guntur. Menyinggung kelangkaan pupuk di Batubara Guntur menegaskan sudah mulai dapat teratasi. Para distributor pupuk sudah berjanji akhir April ini permasaalahan kelangkaan pupuk di Batubara akan dapat dituntaskan, ucapnya.

(http://www.waspada.co.id/Berita/Sumut/Pemkab-Batubara-Bantu-Bibit-Pada-Petani-Gagal-Panen.html" target="_blank">Waspada Online)

Sektor Pertanian tahun 2003, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata tumbuh sangat menggembirakan. Walupun ada dampak kekeringan yang melanda sebagian wilayah Indonesia pada pertengahan tahun 2003, ternyata PDB Sektor pertanian (Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) secara kumulatif sampai kwartal III–2003 masih mengalami pertumbuhan sebesar 2, 54 % dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2002.Pertumbuhan PDB tersebut disumbang oleh sub–sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan yang tumbuh sebesar 2,73 %, sub sektor perkebunan 1,85 % dan sub-sektor peternakan 1,40 % per tahun.

Hal yang juga sangat menggembirakan adalah sepanjang tahun 2003 tidak terjadi gejolak pangan yang berarti. Kondisi pertumbuhan pertanian yang cukup baik dan stabilnya pangan nasional tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah bersama–sama dengan masyarkat dan dunia usaha.


(20)

Kinerja sektor pertanian yang kita capai ini juga tidak terlepas dari dinamika perubahan yang sedang berlangsung baik internasional maupun domestik. Pada lingkungan internasional, pertumbuhan perekonomian dunia yang masih rendah berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian kita. Disampin itu adnya praktek-praktek perdagangan internasional yang tidak fair seperti subsidi pertanian yang besar oleh negara–negara maju akan mempengaruhi daya saing sektor pertanian di negara–negara berkembang termasuk Indonesia.

Sementara itu, di dalam negeri kita juga mengalami masa transisi dari sistem yang sentralistis ke otonomi daerah yang tentunya memerlukan waktu bagi pemerintah derah dalam melaksanakannya. Disamping itu perekonomian nasional sedang mengalami pemulihan sehingga APBN yang tersedia belum sepenuhnya dapat dijadikan stimulus untuk mendorong petumbuhan sektoral termasuk sektor pertanian. Apabila lingkungan yang mempengaruhi sektor pertanian tersebut lebih kondusif lagi, maka kinerja sektor pertanian akan jauh lebih baik lagi.

(http://www.deptan.go.id/pengumuman/berita/konferensi_pers_03.htm).

Sehubungan dengan hal di atas, pembangunan sektor pertania di daerah khusunya pertanian di Kabupaten Batu Bara yang sebagian besar masyarakatnya bekerja dan mata pencaharian sebagai petani upaya yang dilakukan saat ini terkesan sangat tidak diperhatikan dan tidak jarang petani merasa kesulitan, sebagai contoh kecil harga pupuk bersubsidi mahal, obat-obatan mahal, dan lain sebagainya sehingga petani tidak dapat menjangkau. Di samping itu upaya pemerintah daerah dalam hal ini Kab.Batu Bara dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya khususnya sektor pertanian tidak di perhatikan


(21)

dengan baik padahal, pembangunan pertanian sangat diperlukan guna untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Semenjak Kab.Batu Bara belum di mekarkan dengan kabupaten induk yaitu kab.Asahan upaya pemerintah daerah setempat cukup membantu seperti yang kita lihat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat petani di Desa Tanah Tinggi mulai dari program bantuan bibit padi gratis, diberikan penyuluhan pertanian lapangan, pembanguana irigasi seperti waduk, pembuatan saluran air, serta pembuatan balai pertemuan antar petani dan masih banyak lagi bantuan yang diberikan saat itu.

Hal ini menandakan bahwa pemerintah daerah setempat sudah mulai mengerti kesulitan petani dengan memberikan berbagai kemudahan dari bantuan/program yang diberikan dengan upaya pemerintah ini berarti masyarakatnnya akan sejahtera kehidupannya sebagai petani. Tetapi yang sekarang kita lihat setelah Kab.Batu Bara terbentuk lepas dari Kabupaten induk Asahan terlihat bantuan yang diberikan pemerintah daerah setempat masih tetap dipertahankan dan dijalankan walau perhatiannya kurang, terdapat beberapa program/bantuan sebagai upaya pemerintah dalam mensejahterakan masyarakatnya melalui pembangunan sektor pertanian masih berjalan seperti pemberian bibit padi gratis, perbaiakan irigasi sawah, memberikan penyuluh pertanian, membuat perkumpulan petani pemakai air, membuat kelompok tani dan lain-lain sebagainya masih berjalan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka melalui penelitian ini penulis tertarik ingin mencoba mengetahui bagaimana ”Respon Masyarakat Petani


(22)

Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu Bara”.

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka melalui penelitian ini penulis merumuskan suatu permasalahan sebagai berikut bagaimana ”Respon Masyarakat Petani Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu Bara”?

1.3

Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan menghindari rung lingkup permasalahan terlalu luas maka penulis membuat pembatasan masalah yang diteliti, yakni sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengamatan dilakukan di Desa Tanah Tinggi yang merupakan salah satu lumbung daerah pertanian di Kab. Batu Bara, yang baru di mekarkan dari Kab Asahan.

2. Penelitian dan pengambilan data, untuk pembahasan persoalan hanya berdasarkan kepada upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani melalui pembangunan sektor pertanian.


(23)

3. Respon masyarakat petani terhadap upaya pemerintah dalam pembangunan sektor pertanian yang diberikan, dilakukan dan yang sedang dijalankan sekarang untuk kesejahteraan petani.

4. Pemerintah dalam hal ini maksudnya adalah pemerintah pusat maupun daerah Kab.Batu Bara, seseorang yang memimpin suatu daerah, contoh Bupati, Camat, Kepala Desa dll, yang mewakili pemerintah yang paling bawah dan terkecil dalam struktur pemerintahan.

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana respon masyarakat petani terhadap upaya pemerintah yang diberikan selama ini dalam pembangunan sektor pertanin untuk kesejahteraan petani.

2. Untuk mengetahui bentuk dan upaya pemerintah yang diberikan atau dilakukan selama ini dan sampai sekarang dalam membantu sektor pembamgunan pertanian.

3. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi, serta hasil dan manfaat yang dirasakan dari upaya pemerintah oleh masyarakat petani.


(24)

1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis

a. Sebagai bahan referensi bagi lembaga dalam merumuskan dan melaksanakan terhadap upaya pemerintah dalam usaha peningkatan kesejahteraan melalui usaha pembangunan sektor pertanian bagi masyarakat petani.

b. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang upaya pemerintah dalam usaha peningkatan kesejahteraan melalui usaha pembangunan sektor pertanian bagi masyarakat petani.

2. Secara Akademis

a. Sebagai bahan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan seperti departemen, mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial dan masyarakat.

b. Sebagai bahan perbandingan dengan permasalahan yang sejenis misalnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.

c. Untuk digunakan pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan kita khususnya ilmu kesejahteraan sosial.

1.5

Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(25)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sempel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini Berisikan gambaran umum lokasi penelitian. BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan mengenai uraian data yang diperoleh dalam penelitaian serta hasilnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan serta saran yang bermanfaat yang penulis berikan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Respon

Respon pada hakekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal (Wirawan, 1987:24). Selain itu respon juga dapat diartikan bahwa merupakan tingkah laku atau sikap yang berwujud baik itu pra pemahaman yang mendetail, penialain, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Daryl Beun dalamWirawan, 1987:35).

Respon pada prosesnya didahului sikap seorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu. Jadi berbicara mengenai respon atau tidak respon, tidak terlepas dari pembahasan dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut.

Louis Thurstone mendefenisikan sebagai berikut: Jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, pra pemahaman yang mendeteil ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang sesuatu hal yang khusus (Moller, 1991:11).


(27)

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui:

1. Pengaruh atau penolakan. 2. Penilain.

3. Suka atau tidak suka.

4. Kepositifan dan kenegatifan suatu objek psikologi.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, seorang disebut mempunyai respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengar atau perubahan terhadap sesuatu objek tak mempengaruhi tindakannya atau malah menghindar dan membenci objek tertentu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, respon didefinisikan sebagai suatu tanggapan, reaksi maupun jawaban. Menurut The Great Encyclopedic Dictionary respon adalah jawab, membalas, menyambut, menanggapi dan mengadakan reaksi. Wiston menyatakan respon adalah sebagai sesuatu yng menghasilkan atau mengakibatkan hal-hal tertentu dalam lingkungan. Respon oleh Wiston dibagi-bagi ke dalam beberapa jenis. Pertama ialah respon yang dipelajari dan respon yang tidak dipelajari atau (unlearned). Kedua respon yang eksplisit (terbuka, dapat terlihat dari luar) dan respon yang implist (tidak dapat terlihat). Ketiga respon auditor (pendengaran). Misalnya adalah tiap-tiap respon yang timbul oleh


(28)

stimulus terhadap telinga. Demikian juga olfactory respon adalah respon-respon terhadap stimulus yang masuk melalui indra penciuman (Dirgagunasa dalam Poerdarminta, 1987:79).

Respon dapat bersifat fasif (tanpa tindakan yaitu berfikir, berpendapat, bersikap) maupun bersifat aktif yaitu melakukan tindakan. (Gerungan, 1986:97). Respon atau tanggapan akan timbul setelah seseorang atau kelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan maka akan menginterpretasikan objek yang dirasakan tadi. Berarti dalam hal ini, respon pada dasarnya merupakan proses pemehaman terhadap apa yang terjadi di lingkungan orang yang sedang menanggapi atau memberikan respon antara lingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya adalah hubungan timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi.

Namun meskipun demikian, terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yaitu:

1. Variabel Struktural yakni faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik.

2. Variabel Fungsional yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthcfield dalam Sarlito, 1991:47).

Menurut Hunt (1962) orang dewasa telah mempunyai sejumlah besar unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaan di luar yang ada dalam diri seorang individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan


(29)

peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang oleh Hunt dinamakan respon

Teori rangsang balas (stimulus response theory) yang sering juga disebut sebagai teori penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Teori penguat dapat juga untuk menerangkan sikap. Yang dimaksud sikap di sini adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengalami suatu rangsang tertentu. Sikap ini biasa terjadi terhadap benda, situasi, orang, kelompok, nilai-nilai dan semua hal yang terdapat disekitar manusia.

Respon seseorang terhadap suatu objek akan mempengaruhi juga oleh sejumlah mana pemehaman terhadap objek respon tersebut. Sesuatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna, sehingga apalagi objek tersebut sesuai dengan apa yang pernah dirasakan (Sarlito, 1983:93).

2.2

Gambaran Umum Sektor Pertanian

Sampai era reformasi sekarang, tampaknya sektor pertanian masih akan merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar penduduk indonesia (> 60%) tinggal dipedesaan dan lebih dari separo penduduk tersebut menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sementara itu, kontribusi utama sektor pertanian terhadap pembangunan nasional selama PJP I telah berhasil secara nyata meningkatkan penyediaan bahan pangan khususnya


(30)

beras, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menunjang sektor nonpertanian melalui penyediaan bahan baku industri.Sejalan dengan tahapan dan keberhasilan pembangunan pertanian yang telah dicapai, proses transformasi struktural perekonomian nasional akan terus berlangsung dengan ciri sebagai berikut.

1. Peran relatif sektor pertanian dan sumbangannya terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja semakin menurun.

2. Pangsa ekspor bahan setengah jadi dan jadi makin besar.

3. Daerah pedesaan semakin terbuka, baik berupa hungan antar desa serta antar desa dan kota, maupun berupa arus informasi sehingga pola pikir Petani semakin kritis dan rasional.

4. Keterkaitan antarberbagai sektor ekonomi semakin tinggi.

Terjadinya perubahan pola berusaha tani dari orientasi peningkatan produksi semata-mata ke orientasi pemanfaatan sumber daya yang optimal dalam rangka meraih nilai tambah hasil produksi pertanian yang lebih besar.

Di sisi lain, pembangunan pertanian diharapkan pada kondisi lingkungan strategis yang terus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan investasi. Secara prinsip, liberalisasi akan mendorong iklim ekonomi internasional sedemikian rupa sehingga mekanisme pasar bekerja dengan hambatan minimum. Dengan demikian, persaingan dalam perdagangan internasional merupakan proses tawar menawar antar negara atau


(31)

kelompok negara didalam kawasan kesepakatan yang mengikat atas kepentingan masing-masing (Daniel, 2001:161).

2.2.1 Gambaran Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa tingkat yang tinggi saja tidak cukup karena pertumbuhan ekonomi tidak berkualitas hanya akan dinikmati segelintir orang kaya sementara orang miskin sama sekali tidak akan tersentuh.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 tercatat mencapai 5.13%, pada tahun 2005 mencapai 5.6% dan pada tahun 2006 mencapai 5.48%. pada triwulan (TW) 1 2007, realisasi pertumbuhan ekonomi tercatat mencapai 5.97%.

Pemerintah dalam Rancangan APBN Perubahan memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada TW II 2007 berkisar 6–6.11%, sehingga pertumbuhan ekonomi pada semester 1/2007 mencapai 6.04% dari target selama tahun 2007 sebesar 6.3%. meskipun perekonomian tumbuh namun belum mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Pertumbuhan yang tidak menyerap tenaga kerja, nanti ujungnya kemiskinan yang semakin melebar. Meskipun perekonomian untuk 6% sampai 7%, namun belum mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

Saat ini kita masih prihatin dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka yang ada tahun 2006 mencapai 10.9 juta atau 10.3%, jauh lebih tinggi dari


(32)

level sebelum krisis pada tahun 1997 sebesar 4.7%. Sulitnya mengurangi tingkat pengangguran atau menciptakan lapangan kerja baru itu merupakan cermin dari lambatnya gerak laju ekspansi sektor usaha riil. Ini terjadi karena dunia usaha belum memiliki kapasitas baru untuk mengembangkan usaha yang dapat mendorong penyerapan angkatan kerja semakin bertambah. Dunia usaha masih mengeluh kesulitan memperoleh tambahan modal, baik modal investasi maupun modal kerja dari perbankan. Padahal perbankan saat ini masih mengalami kelebihan likuiditas. Masih rendahnya saluran dana perbankan ke sektor riil menunjukkan masih besarnya ketidakpastian dalam berusaha.

Dalam pembangunan ekonomi Sumatera Utara, sektor pertanian merupakan sektor prioritas yang pembangunannya difokuskan kepada pembangunan agribisnis dan ketahanan pangan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mencapai tingkat pertumbuhan Sektor pertanian adalah sektor yang relatif dapat bertahan dan tegar akibat krisis ekonomi.

Sektor pertanian memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Sumut, untuk 2003 sebesar 24.94%, 2004 sebesar 24.47% dan 2005 sebesar 23.44%. selain itu, sektor ini mampu menyerap angkatan kerja sekitar 51.60% dari 52.8 juta penduduk yang tergolong angkatan kerja.

Pembangunan agribisnis dimaksud untuk mengoperasionalkan pembangunan sistem usaha agribisnis menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing di pasar domestik maupun internasional. Sedangkan pembangunan dimaksud untuk mengoperasionalkan


(33)

sistem ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga mencakup ketersediaan bahan pangan, sistim distribusi, sistem penganekaragaman konsumsi bahan pangan dan sistem kewaspadaan pangan termasuk mutu dan kandungan gizinya.

Di Sumatera Utara, selama ini sistem agribisnis yang berbasis sumber daya lokal telah berkembang dan sebagian diantaranya berhasil memasuki pasar internasional. Berbagai produk agribisnis hortikultura seperti jarak, wartel, lobak, bunga kol, pisang barangan, manggis, salak, kuini, durian dan lain-lain yang sampai saat ini menjadi ekspor unggulan daerah Sumut untuk pasar dmestik dan internasional seperti Singapura dan Malaysia

(http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=353&db=gis)

Potensi pertanian dan perkebunan tersebar di Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Deli Serdang, Labuhan Batu, Asahan, dan Simalungun dengan komoditas utama (paling potensial) kelapa sawit, kopi, karet, coklat, teh, dan tembakau. Hasil yang berlimpah di sektor pertanian dan perkebunan di Sumatra Utara ternyata belum memberi dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan rakyat setempat. Sangat mungkin bahwa hasilnya lebih banyak tersedot ke pusat dan kurang terdistribusikan secara proporsional ke daerah. Hal serupa terjadi di daerah lain di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah kaya, seperti Kalimantan Timur, Aceh, Riau, Irian Jaya, dan lain-lainnya.

Hasil tanaman pangan dan areal pertanian di Sumatra Utara pada tahun 1997 adalah sebagai berikut: luas areal panen padi 797.545 ha, hasil produksinya


(34)

panen ubi kayu 35.246 ha, hasil produksinya 421.460 ton; luas panen kacang hijau 13.143 ha, hasil produksinya 12.568 ton; dan luas areal panen kedelai 36.529 ha, hasil produksinya 39.303 ton.

Sedangkan hasil produksi pertanian terutama tanaman pangan tahun 1998 menunjukkan perkembangan berikut; luas panen padi 823.749 hektar, hasil produksinya 2.321.049 ton; luas panen ubi kayu 40.917 hektar, hasil produksinya 488.149 ton; luas panen jagung 183.332 hektar, hasil produksinya 509.809 ton; luas panen ubi jaJar 12.015 hektar, hasil produksinya 106.618 ton; kacang tanah 24.907 hektar, hasil produksinya 26.037 ton; kacang kedelai 42.242 hektar, hasil produksinya 44.503 ton; dan kacang hijau 12.662 hektar, hasil produksinya 11.984 ton.

Hasil pertanian lainnya, yaitu sayur-sayuran pada tahun 1998 menunjukkan hasil sebagai berikut: bawang merah 53.741 ton; bawang putih 10.560 ton, daun bawang 18.286 ton; kentang 251.577 ton; kubis 229.589 ton; sawi 69.392 ton; wortel 57.942 ton; kacang panjang 28.955 ton; cabe 83.856 ton; tomat 121.929 ton; terung 29.538 ton; buncis 46.135 ton, dan ketimun 40.866 ton.

Hasil buah-buahan pada tahun 1998 adalah seperti berikut: alpukat 4.911 ton; jeruk 112.267 ton; mangga 10.999 ton; rambutan 17.881 ton; durian 53.554 ton; pepaya 15.090 ton, pisang 125.507 ton; nenas 42.755 ton; salak 93.232 ton; nangka 17.786 ton. Berdasarkan data ini, ternyata pisang mempunyai potensi yang paling baik dengan hasil yang sangat tinggi. Sementara itu, meski tidak ada dalam data BPS, Sumut juga dikenal sebagai daerah penghasil markisa. Bahkan buah


(35)

yang enak rasanya yang sudah dikemas dalam botol minuman ini sudah menjadi semacam trade mark Kota Medan. Sedangkan hasil buah-buahan lain belum dikelola secara modern seperti di Thailand, Filipina, Taiwan, dan negara-negara lainnya, padahal potensi hasil pertanian pangan di Sumut cukup menjanjikan dan tidak kalah dibandingkan dengan negara-negara itu. Jika potensi yang sangat baik itu dapat dikelola lebih profesional sudah pasti ia akan dapat meningkatkan pendapatan daerah, dan jika dieskpor ke negara lain akan mendatangkan devisa negara.(http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=vie w&id=3491&Itemid=1545).

2.2.2 Gambaran Sektor Pertanian di Kabupaten Asahan/Batu Bara

Teramati secara jelas, pelaksanaan Otonomi Daerah yang semula ditujukan untuk membangun Kabupaten-kabupaten/Kota dengan mengoptimasikan sumber-sumber daya kewilayahan, ternyata ada yang terjebak melebarkan kegiatan pungutan-pungutan yang berasal dari rakyat. Berbagai macam retribusi yang dilaksanakan di daerah-daerah menyebabkan biaya ekonomi tinggi yang justru tidak memperlihatkan bahwa pungutan-pungutan tersebut mempunyai arti yang signifikan untuk menyejahterakan rakyat.

Pembangunan daerah berbasis Otonomi Daerah, memberikan makna bahwa Kabupaten/Kota diharapkan mampu membiayai dirinya sendiri dengan mengelola sumber-sumber daya kewilayahan yang dimilikinya. Hal ini


(36)

sumber-sumber daya kewilayahan, seperti sumber daya tanah, sumber daya ruang, yang ditujukan untuk mentransformasikan Ekonomi Kabupaten Berbasis Pertanian menjadi Ekonomi Kabupaten Berbasis Industri.

Potensi Ekonomi Kabupaten Asahan dalam perspektif Ekonomi Kewilayahan, yaitu kemampuan wilayah memberikan nilai ekonomik bagi peningkatan kualitas hidup rakyat, Kabupaten Asahan harus ditempatkan dalam dua dimensi, yaitu: Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Agraris dan Kabupaten Maritim.

Kondisi geografik Kab. Asahan merupakan Kabupaten yang mempunyai wilayah darat, pesisir, dan laut. Pada wilayah darat inilah terdapat sumber daya tanah yang mampu memberikan produktivitas pertanian dalam arti yang luas. Berkaitan dengan hal tersebut, melalui pemetaan wilayah dengan penginderaan jauh, diperoleh informasi tentang kemampuan Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Agraris yang mempunyai potensi ekonomik, yaitu tambak, perkebunan, kebun campur, hutan, rawa mangrove, mangrove. Potensi ekonomik tutupan lahan tersebut merupakan bukti bahwa secara kewilayahan, Kabupaten Asahan merupakan Kabupaten Agraris. Sebagai konsekuensi dari hal ini, Kabupaten Asahan hingga sekarang ini masih bertumpu pada Ekonomi Berbasis Pertanian. Sifat Ekonomi Berbasis Pertanian dicirikan oleh kemampuan ekonomi yang masih bersifat umum. Sifat umum dicirikan lagi oleh fakta, yaitu pertanian yang ada di Kabupaten Asahan merupakan warisan yang bersifat turun-temurun.


(37)

Kabupaten lainnya, atau lebih spesifik Kabupaten yang menjadi tetangga Kabupaten Asahan, juga mempunyai jenis tutupan lahan yang sama. Persoalannya sekarang ialah bagaimana caranya membangun Keunggulan Kompetitif atau Daya Saing di Kabupaten Asahan menggunakan titik tolak bahwa Ekonomi Kabupaten Asahan merupakan Ekonomi Berbasis Pertanian.

Cara yang digunakan untuk mendapatkan keunggulan, yaitu dengan cara melakukan transformasi dari Ekonomi Berbasis Pertanian Umum menjadi Ekonomi Berbasis Pertanian dengan Spesialisasi.

Untuk membangun Ekonomi Berbasis Pertanian dengan Spesialisasi memerlukan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Pertanian yang Berkelanjutan. Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan Kebijakan Pembangunan Pertanian yang kuat untuk menetapkan Keunggulan Kompetitif Pertanian yang dibentuk dari desa-desa yang digunakan untuk membentuk Keunggulan Kompetitif Pertanian Kecamatan.

Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan kajian tentang Kesesuaian Lahan Kabupaten Asahan, yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk membuat Kebijakan Pembangunan yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan Pembangunan Berbasis Keunggulan Kompetitif atau Berdaya Saing, yang tahap pertama bertumpu pada pemanfaatan Sumber Daya Kewilayahan yang optimal.


(38)

Kabupaten Asahan merupakan Kabupaten yang mempunyai wilayah pesisir dan laut. Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Asahan harus dapat dijadikan sebagai fokus pembangunan. Pada wilayah pesisir dan laut terdapat sumber-sumber daya ekonomik, baik yang bersifat Sumber Daya Hayati, Sumber Daya Non-Hayati, dan Sumber Daya Ruang.

Strategi yang harus ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Asahan dalam menciptakan Keunggulan Kompetitif terutama yang berkaitan dengan pengelolaan Potensi Sumber-sumber Daya Pesisir adalah dengan mengidentifikasikan seluruh potensi sumber daya pesisir. Kemudian ditetapkan potensi yang mana yang mempunyai nilai prospektif dan ekonomik yang terbaik. Disamping itu, Kabupaten Asahan harus mampu membangun Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pesisir, yang mengacu kepada tiga komponen, yaitu pendapatan, tabungan, dan investasi yang diberlakukan untuk Kabupaten Asahan. Atau dengan kata lain, Kabupaten Asahan membuat Model Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pesisir yang diberlakukan di lingkungan Kabupaten Asahan. Unsur-unsur yang dimasukkan ke dalam tiga komponen dibuat sendiri dengan mengacu kepada kondisi riil Kabupaten Asahan.

Ekonomi Kabupaten Berbasis Pertanian merupakan tata perekonomian yang bersifat warisan. Dari tahun ke tahun, di suatu kawasan, dan juga terdapat di beberapa Kabupaten/Kota hanya ditanami komoditas yang tidak pernah berubah. Luas tanah pertanian yang tidak berubah tidak mungkin digunakan sebagai basis untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanpa harus dilakukan tindakan


(39)

kerekayasaan. Tindakan tersebut antara lain dilakukan upaya meningkatkan tingkat kesuburan tanah menggunakan berbagai macam pupuk.

Upaya meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara intensifikasi tetap berada dalam domain tidak ditujukan untuk membangun Keunggulan Kompetitif. Pembangunan dalam bidang pertanian di Kabupaten dalam perspektif Otonomi Daerah mestinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan internal (kebutuhan Kabupaten itu sendiri) dan kebutuhan eksternal, yang diarahkan untuk membangun keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif digunakan sebagai dasar oleh Kabupaten masuk ke dalam pasar dunia. Atau dengan kata lain, Kabupaten mampu melakukan ekspor komoditas ke luar negeri.

Kabupaten Asahan merupakan Kabupaten Agraris yang mempunyai potensi yang besar untuk membangun keunggulan kompetitif. Demikian juga Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Maritim. Terdapat hal yang sangat penting bila Kabupaten Asahan mampu masuk pasar dunia, yaitu akan mudah mencari investor yang dilibatkan secara aktif untuk membangun ekonomi Kabupaten Berbasis Industri.

Hakekat industri adalah perusahaan untuk membuat atau menghasilkan atau memproduksi barang-barang. Dalam lingkup Ekonomi Kabupaten Berbasis Industri, produksi barang-barang dihasilkan menggunakan mesin. Membangun suatu industri diperlukan komponen-komponen, yaitu: Meta (masyarakat), Meso (Publik dan Swasta), Mikro (Swasta), dan Makro (Kebijakan Publik).


(40)

Strategi Pembangunan Kabupaten Asahan mestinya diarahkan kepada Pola Pembangunan yang jelas. Artinya program-program pembangunan yang seperti apa yang harus dibuat tahapan-tahapannya sehingga mampu mewujudkan Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan Berbasis Agraris yang mampu mewujudkan Keunggulan Kompetitif dalam bidang pertanian secara nyata dalam perspektif perdagangan dunia.

Pertumbuhan ekonomi para petani yang melibatkan komponen-komponen pendapatan, tabungan, dan investasi harus terukur secara jelas. Dalam lingkup Pembangunan Kabupaten Asahan Berbasis Agraris harus mampu memperlihatkan bahwa potensi sumber daya tanah Kabupaten Asahan memang digunakan sebesar-besarnya untuk peningkatan kualitas hidup rakyat (http://www.pemkab-asahan.go.id/sekapur.htm).

Sedangkan, Pertanian di Kabupaten Batu bara menurut kepala dinas pertanian Drs Idris dalam laporannya kepada anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Drs Yopie S Batubara, Lundu Panjaitan dan Parlindungan Purba saat berkunjung ke Batubara.

Idris mengatakan, pertanian yang utama di Batubara adalah tanaman pangan padi sawah. Luas areal persawahan disini mencapai 21 ribu hektare lebih. Sebagian besar di antaranya merupakan lahan irigasi teknis. Jumlah produksi padinya mencapai 125 ribu ton per tahun. Sedangkan kebutuhan pangan di sini sekira 95 ribu ton per tahunnya. Sehingga Batu bara termasuk daerah surplus pangan.


(41)

Hal yang harus diwaspadai Pemkab Batu bara, yaitu tentang penyaluran pupuk dan pestisida, tenaga kerja, Sebagai kabupaten lumbung padi, penyaluran pupuk menjadi isu yang sangat sensitif itu harus menjadi perhatian. (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=471158&page=234).

2.3 Pembangunan

Pertanian

Untuk menjabarkan pembangunan pertanian, terlebih dahulu akan dipaparkan pengertian dari pembangunan dari para ahli, antara lain menurut S.P. Siagian.

Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan negara suatu bangsa, dan pemerintah menuju modernitas di dalam rangka pembinaan bangsa.

Lebih lanjut Drs. Sunyoto (1971) memberikan batasan sebagai berikut: Pembangunan adalah merupakan: a. Suatu perubahan, b.Yang dilakukan dengan sengaja, c. Ketingkah laku yang lebih baik, d. Atas dasar norma-norma tertentu”. Berdasarkan jalan pikiran diatas dapat disimpulkan bahwa: ”pembangunan adalah suatu proses perubahan yang sadar dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh warga masyarakat, dan dengan perencanaan yang teratur, serta bertujuan mencapai tingkat hidup yang lebih baik.

Arti pertanian menurut Prof. Dr. JP. Van Anrt Sent, yakni sebagai berikut: Pertanian adalah digunakannya kegiatan manusian yang ditujuan memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan hal mana pertama-tama dicapai dengan jalan sengaja mempergunakan segala kemungkinan yang diberikan alam untuk mengembang biakkan tumbuhan atau hewan.


(42)

Jadi pembangunan dalam bidang pertanian adalah suatu proses pertumbuhan dan perubahan secara sadar dibidang pertanian, baik dilaksanakan oleh pemerintah maupun yang dilakukan oleh warga masyarakat itu sendiri, menuju pada tingkat yang lebih baik pada bidang tersebut, yang pada gilirannya akan menaikkan pendapatan perkapita serta tingkat hidup warga masyarakat.

Berdasarkan penjelasan serta pengertian dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa: Pembangunan pertanian adalah proses perubahan yang secara sadar dilakukan pemerintah maupaun warga masyarakat dan dengan pelaksanaan yang berencana, memulai pengenalan cara dan sarana yang baru dalam bidang pertanian.

Warga masyarakat desa yang menggantungkan dari pada pertanian, pada umumnya hidup dalam pertanian yang tradisional dan statis. Artinya dalam penggarapan ladang maupun sawah sering terjadi pemborosan waktu dan tenaga, sehingga sering terjadi pengeluaran tidak seimbang dengan pemasukan dalam usaha tersebut, serta tingkat kehidupan yang relatif rendah pula. Oleh karena itu kepada masyarakat desa di kenalkan gagasan-gagasan baru, yang bertujuan untuk menciptakan suatu perubahan kearah yang lebih baik, gagasan itu berupa: pengenalan pembibitan, mengenal bagaimana cara mengolah tanah yang baik, pemakaian pupuk, pengenalan bagaimana cara/menggunakan obat pembrantas hama, pengadaan cara dan pemenfaatan irigasi gagasan-gagasan baru di atas jika dilaksanakan, diharapkan dapat terjadi perubahan dalam cara-cara bertani warga masyarakat desa, yang mendorong terjadinya kenaikan produktifitas. Pengenalan


(43)

gagasan baru ini pada umumnya di peloporo oleh pemerintah dalam hal ini pemerintah berperan sebagai pihak yang mengenalkan gagasan-gagasan baru, sedangkan warga masyarakat desa berperan sebagai penerima gagasan baru tersebut, dan diharapkan untuk melaksanakannya.

Dalam hal ini peranan warga masyarakat sangatlah penting, karena walaupun gagasan-gagasan baru itu dikenalkan tidak akan bermanfaat apabila tidak dilaksanakan. Berarti, keikutsertaan warga masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan turut menentukan hasil pembangunan itu sendiri.

Guna mendapatkan pengertian yang lebih terperinci tentang keikutsertaan warga masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, di bawah ini akan dibicarakan masalah partisipasi. Menurut Keith Davis partisipasi adalah sebagai berikut: partisipasi keikutsertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok, sehingga memberikan dorongan untuk mencapai tujuan kelompok dan memberikan adil bagi tumbuhnya rasa tanggung jawab atas pencapaian tujuan pembangunan tersebut.

Tampak disini unsur mental dan emosi lebih menunjukkan aspek psikologinya tentunya, keterlibatan itu berdasarkan skill/keahlian dan bersumber dari hasil pemikiran, sehingga dapat meletakkan pribadi seseorang dalam situasi yang dihadapinya. Adanya motifasi yang jelas mendukung situasi, yang akhirnya akan menimbulkan tanggung jawab pada kegiatan yang dijalankan bersama.


(44)

Partisipasi juga dapat sebagai keterlibatan individu-individu pada suatu pronyek tertentu. Partisipasi meliputi kegiatan fisik/mental seperti sumbangan tenaga, pikiran, mengajukan usul, kritik didalam pertemuan-pertemuan dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas tampak bahwa terbuka kemungkinan bagi setiap anggota masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam hal tertentu, dengan menyumbangkan pikiran dan tenaganya, dalam bentuk keikutsertaannya pada kegiatan yang bersifat fisik atau mental. Jadi dapat di peroleh suatu gambaran bahwa keikutsertaan warga masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berarti:

1. Memberikan usul-usul, pandangan, saran, serta kritik dalam suatu kesempatan tertentu, tentang tata cara dan sarana yang baru di bidang pertanian yang dikenalkan pemerintah;

2. Ikut serta memakai bibit unggul;

3. Ikut serta dalam memakai obat pemberantas hama dan penyakit; 4. Ikut serta dalam memakai pupuk;

5. Ikut serta membantu dalam mengadakan irigasi yang baik dan dalam pemanfaatannya;

6. Ikut serta memakai cara dan sarana baru dalam mengelola tanah; dan lain sebagainya (Siagian, 1982:1-2).


(45)

2.4

Kebijakan Umum Pembanguanan Pertanian Nasional

Kebijakan umum pembangunan pertanian nasional dalam lima tahun kedepan mengacu kepada GBHN yang terkait dengan pembangunan pangan dan sektor pertanian. Di antaranya yaitu:

1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan;

2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global dengan mengembangkan kompetensi dan produk unggulan daerah berbasis sumber daya domestik dan menghilangkan segala bentuk perlakukan diskriminatif; 3. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi agar lebih efisien,

produktif, dan berdaya saing;

4. Mengoptimalkan peran pemerintah dalam mengembangkan kekuatan pelaku ekonomi pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang mengganggu mekanisme pasar;

5. Mengembangkan sistem ketahanan pangan dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan dan distribusi pangan, diversifikasi pangan dan gizi, pemberdayaan/peningkatan pendapatan petani, dan keberlanjutan pembangunan pertanian.

Kebijaksanaan pembangunan yang diatur dan digariskan dalam GBHN diatas dijadikan titik tolak penyusunan program ataupun perencanaan pembangunan pertanian nasional ke depan.


(46)

2.4.1 Kebijakan Pembangunan Pertanian Propinsi Sumatera Utara Kebijakan/Program Kegiatan Strategis Sektor Pertanian

Meningkatkan peran sektor pertanian dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bagi Sumatera Utara dan peningkatan pendapatan dan nilai tukar petani.

Program pembangunan :

1. Peningkatan Ketahanan Pangan; 2. Program Pengembangan Agribisnis; 3. Pengembangan Kesejahteraan Petani; 4. Program Pemanfaatan Sumber Daya Hutan; 5. Program Pengembangan Sumber Daya Perikanan. Kegiatan antara Lain :

1 Meningkatkan ketersediaan bahan pangan dengan cara Intensifikasi, Ekstensifikasi, Diversifikasi bahan pangan dan pengembangan agribisnis didukung oleh sektor agropolitan (seperti pengembangan Kawasan Agropolitan Sumatera Utara).

2. Meningkatkan peremajaan/rehabilitasi kebun-kebun yang tua serta mengembangkan teknologi pasca panen.

3. Melaksanakan pengawasan dan operasi pemberantasan ilegal logging. 4. Pemberdayaan nelayan kecil melalui bantuan kapal dan alat tangkap yang modern.

5. Melaksanakan pengawasan dan operasi pemberantasan illegal fishing dilaut.


(47)

6. Mewujudkan swasembada protein hewani dengan kegiatan Inseminasi buatan.

7. Mengembangkan penggemukan ternak dan mencegah berjangkitnya wabah penyakit hewan menular.

(http://www.google.co.id/search?q=kebijakan+propinsi+sumatera+utara+d alam+pertanian&hl=id&start=10&sa=N).

2.4.2 Kebijakan Pembangunan Pertanian Kabupaten Asahan/Batu Bara Kebijakan dan Kegiatan Strategis Sektor Pertanian

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) kab.Asahan tahun 2007, pembangunan tanaman pangan dilaksanakan melalui Program Peningkatan Ketahanan Pangan yang tujuannya adalah untuk memfasilitasi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang ingin dicapai adalah:

(1) Ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal;

(2) Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat; dan (3) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan.

Kegiatan operasional program peningkatan ketahanan pangan yang dilaksanakan tahun 2007 terdiri atas 5 (lima) aspek yaitu:


(48)

(1) Ketersediaan pangan; (2) Distribusi pangan;

(3) Konsumsi dan Diversifikasi pangan; (4) Penelitian dan pengembangan SDM; dan (5) Legislasi dan regulasi.

Untuk aspek ketersediaan pangan, operasional program pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha bidang tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk, memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat. Pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada komoditas unggulan. Untuk prioritas pertama pada padi, jagung, kedelai, dan prioritas kedua pada kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan komoditas alternatif/unggulan daerah.

Pembiayaan program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan bersumber dari:

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

(2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten Asahan (3) Kredit (perbankan, KUKM, dll)

(4) Kemitraan (kerjasama dengan swasta)

Untuk APBN, pada tahun anggaran 2007, APBN diberikan dalam tiga jenis anggaran untuk kab.Asahan, yaitu APBN Pusat, anggaran dekonsentrasi dan


(49)

anggaran tugas pembantuan. Anggaran dekonsentrasi dilaksanakan oleh propinsi, sedangkan anggaran tugas pembantuan dilaksanakan oleh propinsi dan kabupaten/kota.

Agar tujuan dan sasaran pembangunan tanaman pangan yang dilaksanakan melalui program dan kegiatan yang dibiayai dari APBN dan APBD dapat berjalan dengan lancar, sasaran dan tepat waktu serta anggaran yang tersedia dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin.

(http://209.85.175.104/search?q=cache:BkGnMku5pdoJ:agribisnis.deptan.go.id/w eb/dipertantb/pedum/tp.doc+kebijakan/program+pertanian+yang+diberikan+kabu paten+asahan&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id)

Bupati Asahan Drs H Risuddin didampingi Kadis Pertanian dan Peternakan Ir Oktoni menyerahkan bantuan pertanian kepada petani se Kab Asahan-Kabupaten Batu bara berupa bibit padi, benih jagung, benih kedelai, sapi, traktor mini, hand traktor, power threser, pemipil jagung, bibit buah buahan, di halaman kantor Camat Meranti.

Dalam sambutannya Risuddin meminta perhatian dan kesadaran masyarakat untuk tidak mengalihfungsikan lahan pertanian kepada sektor perkebunan di kawasan lahan pertanian produktif karena bisa berdampak buruk terhadap ketahanan pangan. Seperti disampaikan Ir Oktoni, Dinas Pertanian dan Peternakan telah menyalurkan benih padi bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah Asahan sebagai wujud upaya/kebijakan pembangunan pertanian setempat. Sebanyak 715,536 ton dalam peningkatan program beras


(50)

nasional dengan sasaran tanam 28.621,44 Ha, benih jagung 20.702 ton, benih kedelai 600 kg yang telah didistribusikan ke 17 Kecamatan. Kecamatan yang mendapat bantuan benih padi adalah Kecamatan Sei Suka 52,900 kg, Air Putih 128.185 kg, Medang Deras 86.590 kg, Lima Puluh 68.400 Kg, Talawi untuk 7 Desa dengan 29 kelompok tani 39.400 kg, Sei Balai 3 Desa diterima 27 kelompok tani 79.500 kg, Meranti 6 Desa dengan 29 kelompok tani 70.650 kg, Buntu Pane 3 Desa diterima 3 kelompok tani 2560 kg, Air Batu 3 Desa 5 kelompok tani 2500 kg, Bandar Pulau 1 Desa 1 kelompok tani 2275 kg, Pulo Rakyat 10.250 kg, Air Joman 2 Desa 5 kelompok tani 5325 kg, Simpang Empat 2876 kg, Tanjung Tiram 31,175 kg dan Sei Kepayang 64.000 kg. Benih jagung diterima 9 kecamatan yaitu Kecamatan Buntu Pane, BP Mandoge, Aek Kuasan, Pulo Rakyat, Bandar Pula, Medang Deras, Sei Suka, Air Putih dan Simpang Empat sebanyak 20.708 kg, benih kedelai untuk Kecamatan Aek Kuasan 600 kg, bantuan sapi 98 ekor untuk Kecamatan Pulau Rakyat, Lima Puluh dan Simpang Empat, bantuan domba/kambing 300 ekor untuk Kecamatan Sei Balai, Kisaran Timur, Talawi dan Air Batu.

Bantuan traktor mini 4 roda 2 unit untu 2 kecamatan yaitu Meranti dan Air Putih, bantuan hand traktor 27 untuk 7 kecamatan yaitu Meranti, Buntu Pane, Sei Kepayang, Sei Balai, Talawi, Sei Suka dan Air Putih. Bantuan power threser 2 unit untuk Kecamatan Sei Kepayang dan Meranti, pemipil jagung untuk 4 kecamatan yaitu BP Mandoge, Simpang Empat, Buntu Pane, Aek Kuasan 5 unit, mesin pembuat kompos untuk Desa Rawang Lama 1 unit dan ribuan batang bibit buah-buahan berupa mangga, asam, gelugur, durian, manggis, duku, rambutan,


(51)

sawo, jeruk nipis untuk program penanggulangan kemiskinan

(http://hariansib.com/2007/11/22/bupati-asahan-serahkan-benih-dan-alat-alat-pertanian-kepada-petani/).

2.4.3 Fokus Pembangunan Pertanian

Sudaryanto dan Rusastra menjabarkan bahwa ada empat program utama dalam pelaksanaan pembangunan pertanian lima tahun mendatang yaitu:

1. Transformasi struktur ekonomi berbasis pertanian

Pembangunan ekonomi nasional yang mengandalkan sektor pertanian selain industri dan pariwisata, perlu didukung oleh perumusan kebijaksanaan sebagai berikut:

a. Reposisi sektor pertanian dengan menempatkannya sebagai sektor pemimpin dan penggerak pembangunan nasional.

b. Restrukturisasi dalam sektor pertanian sendiri, khususnya sub-sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan dengan keberpihakan kepada petani dan nelayan.

c. Kebijaksanaan makro ekonomi, khusunya fiskal dan moneter harus diarahkan untuk menunjang restrukturisasi perekonomian nasional dan pertanian.

d. Pendekatan pembangunan pertanian berdasarkan pemanfaatan dan keunggulan sumber daya lokal (sumber daya alam, tenaga kerja, dan kapita) secara efisien


(52)

dan optimal melalui pengembangan dan penataan kelembagaan pertanian dan pedesaan.

e. Pengembangan agroindustri di pedesaan sehingga mampu meningkatkan nilai tambah, produktifitas, dan pendapatan masyarakat luas.

f. Mengembangkan kebijaksanaan pendukung dalam pengembangan sistem komoditi (produksi, pascapanen/pengembangan produk, pemasaran dan perdagangan, serta pengembangan konsumsi/permintaan domestik dan ekspor) secara komprehensif dan kondusif dengan sasaran peningkatan produksi, kesempatan kerja, pendapatan/kesejahteraan petani, dan devisa sektor pertanian

2. Peningkatan ketahanan pangan nasional

Dimasa yang akan datang, fokus perlu diarahkan kepada implementasi paradigma baru ketahanan pangan berkelanjutan. Kelemahan mendasar konsep ketahanan pangan sebelumnya perlu dipahami sebagai titik tolak pemahaman dan pelaksanaan paradigma baru ketahanan pangan ini. Kelemahan tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Terfokus pada aspek ketersediaan dan keterjangkauan, dengan sasaran utama swasembada beras pada tingkat harga murah.

b. Penekanan pada stabilitas harga, tidak memberi insentif peningkatan produksi yang memadai bagi patani produsen sehingga kontraproduktif terhadap pencapaian ketahanan pangan.


(53)

c. Diabaikannya pemberdayaan (peningkatan pendapatan) petani sehingga timbul krisis pangan 1998 yang dipicu oleh lemahnya daya beli masyarakat.

d. Fokus yang dominan terhadap ketahan pangan (beras) nasional dan diabaikannya aspek ketahanan pangan rumah tangga.

e. Adanya dilema kebijaksanaan, yaitu upaya peningkatan produksi di satu piahak, dan pada sisi lain harga ditetapkan murah untuk melindungi masyarakat berpendapatan rendah atau agar biaya produksi manufaktur rendah.

3. Program pengembangan agrobisnis

Pengembangan agrobisnis diyakini dapat menyumbang pada pertumbuhan dan sekaligus menjamin pemerataan pembangunan nasional, yang dilaksanakan oleh proporsinya yang besar dalam penerapan tenaga kerja (73,0%) dan PDB nasional (70,0%), pada tahun 1997.

Pengembangan agrobisnis di daerah diyakini akan dapat mendorong pemerataan pembangunan antarwilayah berdasarkan potensi sumber daya dan keunggulan komparatifnya, meningkatkan perdagangan antardaerah, dan menciptakan efisiensi pemanfaatan sumberdaya secara lenih baik, dengan pertimbangan arah strategi pengembangan.


(54)

4. Perspektif pembangunan agropolitan

Konsep agropolitan pada dasarnya mencoba untuk mengakomodasi dua hal utama, yaitu menempatkan sektor pertanian sebagai sumber pertumbuhan ekonomi utama, dan diberlakukannya ketentuan-ketentuan mengenai otonomi daerah. Pentingnya wacana dan pengembangan agropolitan didasari oleh pemikiran lemahnya hubungan fungsional antara desa dengan kota, yang secara hakiki saling menghidupi, namun kenyataannya bersifat eksplotatif. Indefendensi rasio antara sektor pertanian dengan sektor pengelolaan tahun 1990 hanya 0,26, yang artinya hanya sekitar 26% dari produk pertanian yang mengalami proses pengolahan sebelum sampai ke pasar, yang mengindikasikan diterlantarkannya pengembangan agroindustri (Daniel, 2001:167).

2.4.4 Teori-Teori Pembangunan Pertanian

1. Pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional

Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang fasif yang mengikuti sektor industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian-penelitian, pengembangan teknologi pertanian yang terus-memerus, pembangunan prasarana sosial dan ekonomi di pedesaan dan investasi-investasi oleh negara dalam jumlah besar. Pertanian kini dianggap sebagai sektor pemimpin yang diharapkan mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya dalam merumuskan model


(55)

pembangunan ekonomi yang lebih teliti, pertanian tidak hanya dihadapkan dengan industri dalam model dua sektor tetapi model antar sektor.

2. Model-model pembangunan pertanian

Pembangunan pertanian indonesia yang ditekankan pada peningkatan produksi beras sebenarnya secara sederhana dapat digambarkan sebagi berkisar pada program Bimbingan Masal (Bimas) dengan berbagai aspeknya.

Model ini dikembangkan pada tahun 1963/1964 dengan luas lahan 100 ha sebagai contoh, di daerah karawang, inti dari pada usaha ini adalah 5 usaha sehingga disebut ”panca usaha” yaitu: 1. penggunaan bibit unggul; 2. pemupukan; 3. pembrantasan hama dan penyakit; 4. pengairan; 5. perbaikan dalam cara bercocok tanam. Model bimas ini dengan berbagai variasi dan perbaikan serta penyempurnaan dilaksanakan terus menerus tiap tahun dan pada tahun 1969/1970 dalam bentuk model bimas unit desa atau ”bimas yang disempurnakan”. Tiap unit desa terdiri dari 600-1000 ha sawah dan dilayani oleh 1 unit Bank Desa BRI, 1-2 kios/pedagang pupuk dan obat-obatan

Bimas ini boleh dikatakan telah menjadi model pembangunan pertanian kita, karena segala aktivitasnya pembangunan desa berkisar pada program bimas. Dengan berbagai pasang surut dan kelemahannya dapatlah dikatakan bahwa model bimas ini memang telah berhasil mengakomodir segala aktivitas yang diperlukan dalam usaha peningkatan produksi beras.


(56)

3. Syarat-syarat pembangunan pertanian

A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam basasa indonesia telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Menurut Mosher ada 5 syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian.

Kalau satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis, syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah:

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang.

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani, dan

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.

Di damping syarat-syarat mutlak yang lima itu menurut Mosher ada 5 syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalu ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu dalah:

1. Pendidikan pembangunan. 2. Kredit produksi.


(57)

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.

5. Perencanaan nasional dari pada pembangunan nasional.

Analisa yang lebih mendalam atas kesepuluh syarat-syarat tersebut diatas di mana berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, membawa kita pada kesimpulan bahwa sebenarnya iklim pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi pembangunan pertanian telah dapat tercipta dengan pelaksanaan repelita mulai 1969/1970 yang secara tegas memberi prioritas pada sektor pertanian.

4. Teknologi dan pembangunan pertanian

Teknologi dalam hal ini diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan di bidang industri. Tetapi Mosher mengartikan teknologi pertanian sebagai cara-cara bertani. Walau arti demikian sebenarnya terlalu luas namun yang dipakai. Sebenarnya lebih perlu disadari adalah pangaruh dari pada suatu teknologi baru yang pada roduktifitas pertanian teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Traktor lebih produktif dari pada cangkul. Pupuk buatan lebih produktif dari pada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur. Demikian masih banyak lagi ”cara-cara bertani baru” dimana petani setiap waktu dapat meningkatkan produktivitas pertanian.


(58)

Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari pada rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem pengairan yang lebih teratur. Caranya hanya dengan menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan pupuk dan sesudahnya itu mengeringkannya untuk memeberi kesempatan tanaman untuk mengisapnya. Inovasai berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.

5. Menuju teori pembangunan pertanian bagi indonesia

Teori-teori pembanguna pertanian dan pembahasan atas aspek-aspek ekonomi dari pembangunan pertanian dan persoalan-persoalan pertanian pada umumnya dibagi dalam empat segi pandangan:

1. Pandangan sektoral yaitu pertanian ditinjau sebagai suatu sektor berhadapan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian nasional.

2. Masih efisiensi dalam pembangunan faktor-faktor produksi pertanian.

3. Pendekatan dari segi komoditi terutama komoditi-komoditi utama yang dihasilkan, dan

4. Pendekatan dari segi pembangunan daerah.

Orang dapat menggolongkan pendekatan yang pertama dan keempat sebagai pendekatan ekonomi makro, sedangkan yang kedua dan ketiga sebagai pendekatan ekonomi mikro. Dalam uraian-uraian di atas telah ditunjukkan bahwa masing-masing cara pendekatan memegang peranan penting sesuai dengan


(59)

keperluannya. Kadang-kadang analisa suatu masalah harus dilaksanakan dengan memakai lebih dari satu cara pendekatan sekaligus.

Selain itu secara ekonomi makro pembangunan pertanian dapat dianalisa melalui tiga kerangka pemikiran:

1. Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi. 2. Sifat-sifat ekonomi dari pada pertanian tradisionil. 3. Proses ekonomi dari pada modernisasi pertanian.

Kerangaka pemikiran yang pertama dan kedua adalah sama ”pandangan sektoral” sebagai mana telah disebutkan diatas. Sayangnya bagi negara kita teori-teori yang dikembangkan dalam bidang ini kurang mengenai. Walaupun hubungan timbal balik antara sektor pertanian dan sektor-sektor di luar pertanian memang erat tapi tidak seperti yang dijumpai di Jepang. Sektor industri di indonesia tidak dapat dikatakan ”menggantungkan pada sektor pertanian”dalam persediaan tenaga kerjanya (Mubyanto,1972:186).

2.4.5 Aspek Penunjang Pembangunan Pertanian

Aspek penunjang pembangunan pertanian khususnya yang menyangkut kebijaksanaan perangsang produksi, pada prinsipnya dikategorikan menjadi dua, yaitu kebijaksanaan harga dan kebijaksanaan non-harga. Tentang kebijaksanaan harga ini akan disajikan sebagi berikut.


(60)

Dapat dijelaskan aspek penunjang pembangunan pertanian, khususnya yang menyangkut kebijaksanaan non-harga, yaitu antara lain kebijaksanaan infrastruktur, irigasi, program intensifikasi, padat karya, subsidi desa, Koperasi Unit Desa (KUD) dan program pedesaan yang lain.

1. Kebijaksanaan infrastruktur

Yang dimaksud dengan kebijaksanaan infrastruktur adalah kebijaksanaan yang menyangkut kegiatan pembangunan sarana transportasi dari pusat-pusat infrmasi ke daerah penerima informasi. Fungsi sarana transfortasi memeng tidak diragukan lagi peranannya dalam pembangunan pertanian.dari yang semula daerah ”tertutup” yang dicirikan oleh sistem ekonomi yang sederhana, kemudian menjadi ”terbuka” karena adanya sarana transportasi. Dengan demikian sistem ekonomi dari yang semula ”tertutup” juga akan menjadi ”terbuka”. Tentu saja karena pengaruh sentuhan teknologi. Begitu pula halnya dengan sistem ekonomi yang semula sistem saling tukar menukar berubah menjadi sistem uang di mana penjualan dan pembelian akan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dalam kebijaksanaan pembangunan lima tahun (PELITA), pembangunan infrastruktur ini kian semakin mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan panjangnya jalan yang semakin meningkat setiap tahunnya.

2. Kebijaksanaan irigasi

Kebijaksanaan pembangunan irigasi dan infrastruktur transportasi, tampak menonjol sekali selama PELITA ini karena dua hal inilah maka kontribusi sektor


(1)

3. Kepada pemerintah Kabupaten Batu Bara dan jajarannya yang telah terbentuk saat ini harus lebih memperhatiakan penduduknya khususnya mereka yang bekerja di sektor pertanian sebagai petani, karena kehidupan mereka kurang sejahtera untuk itu sebagai salah salah satu Kabupaten sentra lumbung pertanian khususnya padi yang ada di Propinsi Sumatera Utara harus benar-benar diperhatikan dan dibantu agar masyarakat Desa Tanah Tinggi khususnya petani desa ini merasakan apa arti pemekaran wilayah, seperti terlihat yang dahulu masuk wilayah Kabupaten Asahan kehidupan penduduknya kurang diperhatiakan kini harus merasakan untuk hidup yang lebih baik lagi dengan terbentunya Kabupaten Batu Bara yang terlepas dari wilayan Asahan agar masyarakat tahu akan arti pemekaran itu sepenuhnya. Pemekaran wilayah bukannya untuk merubah kehidupan masyarakat yang dahulu kurang baik menjadi lebih baik dan sejahtera separti yang tertuang dalam slogan lambang Pemkab Batu Bara yaitu ”Sejahtera Raya”. Untuk itu dengan pemekaran ini diharapkan masyarakatnya hidup lebih sejahtera khususnya bagi masyarakat petani agar hidup dengan layak, baik, dan sejahtera.

4. Bantuan yang diberikan dari pemerintah baik pusat maupun daerah dapat di tingkatkan lagi ke segala bentuk bantuan yang lain, karena terlihat pertanian merupakan lapangan pekerjaan dan penghidupan bagi penduduk yang berada di desa terlihat krisis ekonomi melanda sektor pertanian tetap bertahan memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang terkena pemutusan kerja dan yang tidak mempunyai pekerjaan. Untuk itu


(2)

pembangunan sektor pertanian harus diperhatiakan, dibantu baik langsung maupaun tidak langsung agar petani merasakan kehidupan yang layak seperti penduduk pada umunnya.

5. Sangat penting kiranya dalam melihat keberhasilan dari pembangunan pertanian dalam bentuk Fisik, Program, dan Sosialisasi terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga masyarakat petani dari penduduk Desa Tanah Tinggi yang bekerja sebagai petani, melalui suatu pengamatan/observasi yang dilakukan terlebih dulu seperti pemerintah harus mengetahui keinginan dan kebutuhan yang mendesak untuk diberikan bagi masyarakat petani melalui suatu kajian atau mendengarkan berbagai masukan dan saran dari petani, serta melakukan tahap evaluasi kerja dari bantuan yang diberikan agar bantuan yang diberikan pemerintah benar-benar diterima, diberikan dan dibagikan secara adil, benar, merata, dan tepat sasaran agar dapat mengetahui seberapa besar hasil dan manfaat yang dirasakan dari bantuan upaya pemerinyah tersebut terhadap kehidupan mereka guna peningkatan kualitas di tahun-tahun mendatang,

Keberadaan dari upaya pemerintah dalam pembangunan sektor pertanian baik dalam bentuk Fisik, Program, dan Sosialisasi dapat diakui sebagai bantuan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan ini dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang terjadi saat ini bagi petani Desa Tanah Tinggi, sehingga kesejahteraan masyarakat lebih baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Yogyakarta.

Gerungan, WA. 1986. Psikologi Sosial. Ereska, Bandung

Hidayat, Wisnu. 1987. Kebijakan dan manajemen Pembangunan Partisipatif. Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia (YAPI), Yogyakarta.

M, Nurdin.Fadhil 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Penerbit ANGKASA, Bandung.

Mubyarto. 1993. Peluang Kerja Dan Berusaha Di Pedesaan. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Mubyarto.1972. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta

MPA, Pamudji. 1985. Perbandingan Pemerintahan. PT. Bina Aksara, Jakarta. M.S, Daniel Moehhar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aaksara,

Jakarta

Mansyurdin, T 1994. Sosiologi (suatu pengenalan awal). Demi Masa Press Medan, Sumatera Utara.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitaian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Rahadi, F. 1994. Petani Berdasi. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3S, Jakarta.


(4)

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1987. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jilid 1. CV. Radjawali, Jakarta.

Siola, F.X. 1980. Materi Pembangunan Dan Pengembangan Desa Terpadu. Usaha Nasional, Surabaya..

Siagian, S.P.1982. Administrasi Pembangunan. PT. Gunung Agung, Jakarta. Sunyoto. 1971. Marginal Bagi Pembangunan Suatu Pendekatan Sosiologis.

Fisip UGM, Yogyakarta.

Soekartawi, Dr. 2002. Prinsip dasar ekonomi pertanian teori dan aplikas. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Poerdarminta, W.J.S. 1987. Kamus Besar Berbahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Sumber-sumber Lain:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Propinsi Sumatera Utara.

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia Profil Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006


(5)

Web-site:

A Z M I, Dr. gambaran pertanian di sumut.

http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=353&db=gis: Akses 18 April 2008.

Banjir faktor penghambat pertanian di Batu bara

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=471158&page=234: Akses 18 April 2008

Departemen Pertanian, Bahan kanfrensi pers 30 Desember.

http://www.deptan.go.id/pengumuman/berita/konferensi_pers_03.htm: Akses 31 Maret 2008.

Hariansib, Pemberian bantuan pertanian di kabupaten Asahan

http://hariansib.com/2007/11/22/bupati-asahan-serahkan-benih-dan-alat-alat-pertanian-kepada-petani/: Akses 18 April 2008.

Koran sindo, Sumatera utara program SP-3 penyaluran kredit minim karena kurang sosialisasi.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/sumatera-utara/program-sp-3-penyaluran-kredit-minim-karena-kurang-sosial.html: Akses 31 Maret 2008.

Kehidupan pertanian di propinsi Sumatera Utara.

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=34 91&Itemid=1545: 18 April 2008.


(6)

Kebijakan program pertanian yang diberikan kabupaten Asahan.

http://209.85.175.104/search?q=cache:BkGnMku5pdoJ:agribisnis.deptan.go.id/we b/dipertantb/pedum/tp.doc+kebijakan/program+pertanian+yang+diberikan+kabup aten+asahan&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id: Akses 18 April 2008.

Pemerintah Kabupaten Asahan, Gambaran pertanian di kabupaten Asahan. http://www.pemkab-asahan.go.id/sekapur.htm: Akses 18 April 2008.

Sumut Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, kebijakan propinsi Sumatera Utara dalam pertanian.

http://www.google.co.id/search?q=kebijakan+propinsi+sumatera+utara+dalam+pe rtanian&hl=id&start=10&sa=N: Akses 18 April 2008.

Tauchid S, Agus M, pemberdayaan masyarakat dalam upaya ketahanan pangan di kabupaten pandeglang. http://www.dispertanak.pandeglang.go.id/artikel_03.htm: Akses 31 Maret 2008.

Waspada, Bantuan pemerintah untuk pertanian

http://www.waspada.co.id/Berita/Sumut/Pemkab-Batubara-Bantu-Bibit-Pada-Petani-Gagal-Panen.html" target="_blank">Waspada Online: Akses 31 Maret 2008