Analisis Kualitatif Batu Ginjal Hipotesis

20 Vxo 2 sedangkan untuk bioanalisis penetapan hayatianalisis pada matrik sampel biologis dipersyaratkan nilai Vxo = 5 - 10. 3. Akurasi Akurasi suatu metode merupakan keterdekatan nilai pengukuran dengan nilai sebenarnya dari analit dalam sampel. Indikasi yang paling umum untuk menyatakan akurasi yang tinggi adalah perolehan kembali recovery. Akurasi untuk bahan obat dengan kadar kecil biasanya disepakati 90 – 110, akurasi untuk kadar obat yang lebih besar biasanya disepakati 95 – 105, akurasi untuk bahan baku biasanya disepakati 98 – 102, sedangkan untuk bioanalisis rentang akurasi 80 – 120 masih bisa diterima. 4. Presisi Presisi suatu metode analisis merupakan sejumlah pencaran hasil yang diperoleh dari analisis berulangkali pada suatu sampel homogen. Presisi biasanya dinyatakan dengan Coefficient of Variation CV dan Relative Standard Deviation RSD. Harga RSD 20 ppt atau CV 2 dapat dikatakan metode tersebut memberikan presisi yang bagus, sedangkan untuk bioanalisis CV = 15 – 20 masih dapat diterima.

G. Analisis Kualitatif Batu Ginjal

Identifikasi secara kualitatif suatu zat dapat dilakukan dengan mereaksikan zat atau sampel dengan pereaksi kimia. Analisis kualitatif dapat dilakukan pada bermacam-macam skala diantaranya skala makro dan semimikro. Adapun perbedaan antara keduanya didasarkan pada kuantitas zat yang digunakan. 21 Dalam batu ginjal terkandung kalsium yang berada dalam bentuk ion kation maka dilakukan analisis kualitatif terhadap keberadaan kalsium tersebut. Kalsium merupakan kation yang terdapat dalam golongan IV bersama barium dan stronsium. Pada golongan ini kation tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Reagensia yang bereaksi dengan golongan ini tidak dapat bereaksi dengan kation golongan V Vogel, 1979. Reagensia yang biasa digunakan dalam identifikasi kualitatif kalsium sehingga terjadi reaksi pengendapan diantaranya adalah amonium karbonat, asam sulfat encer, amonium oksalat, kalium kromat, dan kalium ferosianida. Kalsium dengan amonium karbonat membentuk endapan amorf putih yang merupakan endapan kalsium karbonat, dengan asam sulfat encer membentuk endapan putih yang merupakan endapan kalsium sulfat, dengan kalium kromat kalsium tidak membentuk endapan dari larutan-larutan encer dan juga larutan-larutan pekat dengan adanya asam asetat. Hal inilah yang membedakan dari barium, karena barium membentuk endapan kuning barium kromat. Reaksi kalsium dengan larutan kalium ferosianida menghasilkan endapan putih garam campuran dan hal ini yang membedakan kalsium dengan stronsium Vogel, 1979.

H. Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom atau atomic absorption spectrophotometry AAS merupakan suatu metode yang digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada kurang lebih 70 elemen. Sensitivitas metode ini berada dalam rentang parts-per million hingga parts-per billion Skoog, 1994. 22 Adapun prinsip dari AAS adalah penyerapan sumber radiasi oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas tadi merupakan radiasi sinar tampak visibel atau ultraviolet UV. Namun demikian AAS berbeda prinsip dengan spektrofotometri UV-Vis dalam hal instrumentasi, penanganan sampel, serta bentuk spektrumnya Mulja dan Suharman, 1995. Penentuan jenis atom menggunakan metode ini hanya dapat dilakukan ketika atom-atom dipisahkan satu dengan yang lainnya dan berada dalam bentuk gas. Oleh karena itu langkah awal dalam prosedur spektrofotometri serapan atom yaitu proses atomisasi, proses di mana larutan sampel diuapkan dan mengalami dekomposisi untuk menghasilkan atom dalam keadaan gas Skoog, 1994. Dalam spektrofotometri serapan atom hanya ada transisi elektronik pada atom ketika menyerap sumber radiasi. Hal ini karena atom merupakan bagian terkecil dari suatu molekul dan tidak dapat berotasi ataupun bervibrasi seperti yang terjadi pada molekul Christian, 2004. Dalam AAS, cuplikan yang diukur berupa larutan, biasanya air sebagai pelarut. Metode kerjanya yaitu penyemprotan larutan sampel larutan garam logam berupa tetesan-tetesan yang sangat halus ke dalam nyala api, pelarut akan menguap meninggalkan serbuk garam yang halus yang kemudian diatomkan. Nyala api unsur logam akan memancarkan warna yang khas dan memberikan spektrum absorpsi atom yang khas pula. Berbeda dengan spektrofotometri visibel, metode ini tidak mempedulikan warna larutan Mulja dan Suharman, 1995. 23 Secara umum instrumentasi spektrofotometer serapan atom terdiri dari sumber radiasi yang berupa Hollow Cathode Lamp HCL, kuvet nyala flame, monokromator, detektor, dan amplifier. Ga mba r 3 . Instrume nta si sp e ktro fo to me te r se ra p a n a to m Christia n, 2004 Lampu yang digunakan pada spektrofotometer serapan atom adalah Hollow Cathode Lamp lampu katoda berongga merupakan lampu yang memancarkan radiasi pada panjang gelombang yang spesifik sesuai dengan panjang gelombang atom yang akan dianalisis Christian, 2004. Atom-atom netral suatu unsur di dalam nyala api akan menyerap radiasi yang datang sehingga akan mengalami transisi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Energi akan dipancarkan ketika atom kembali ke tingkat energi dasar dan akan menghasilkan garis-garis spektrum serapan atom. Garis-garis spektrum serapan atom tersebut disebut sebagai garis-garis resonansi. Garis- garis resonansi serapan atom jauh lebih sempit dibandingkan pita spektrum sumber radiasi yang sinambung. Hal ini karena radiasi dari sumber radiasi yang dilewatkan pada garis resonansi atom dalam nyala akan diserap oleh atom-atom tersebut dalam bagian yang sangat kecil Mulja dan Suharman, 1995. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24

I. Landasan Teori

Pandan wangi memiliki kandungan senyawa flavonoid khususnya dibagian daun. Adanya kandungan flavonoid menyebabkan daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal. Hal ini diduga terjadi melalui mekanisme pembentukan kompleks antara ion kalsium penyusun batu ginjal dengan flavonoid. Di dalam tumbuhan, flavonoid biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tersebut disebut aglikon. Oleh karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan larut dalam pelarut polar. Bentuk glikosida flavonoid juga mudah larut dalam air. Dengan demikian campuran pelarut seperti etanol, metanol, aseton, dimetilsulfoksida, dan pelarut polar lainnya dengan air merupakan pelarut yang baik untuk menyari flavonoid. Pengekstraksian kembali ekstrak tanaman dalam air menggunakan pelarut organik yang tidak saling campur dengan air tetapi agak polar bermanfaat untuk memisahkan flavonoid dari senyawa yang lebih polar. Etil asetat merupakan salah satu contoh pelarut organik yang umumnya digunakan untuk ekstraksi kembali ekstrak tanaman dalam air. Dari hasil pengekstraksian kembali ini akan didapatkan dua fase, yaitu fase air dan fase etil asetat. Di dalam fase air akan terkandung sejumlah senyawa yang polar yaitu glikosida flavonoid. Sedangkan di dalam fase etil asetat akan terkandung senyawa yang kurang polar yaitu aglikon flavonoid dan kemungkinan glikosida flavonoid yang polaritasnya lebih rendah daripada glikosida yang tersari di fase air. 25

J. Hipotesis

Baik fraksi air maupun fraksi etil asetat daun pandan wangi diduga mampu melarutkan kalsium batu ginjal karena adanya kandungan flavonoid pada kedua fraksi. Oleh karena pada fase etil asetat terdapat flavonoid dalam bentuk aglikon dan glikosidanya sedangkan pada fase air hanya terdapat flavonoid dalam bentuk glikosida, maka fraksi etil asetat daun pandan wangi diduga mampu melarutkan kalsium batu ginjal lebih banyak daripada fraksi airnya. 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental murni lengkap pola satu arah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas Independent variable Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi yaitu: 2,5 v v , 5 v v , 7,5 v v , dan 10 v v . b. Variabel tergantung Dependent variable Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar kalsium batu ginjal terlarut dalam masing-masing kelompok perlakuan ppm10 ml. c. Variabel pengacau i. Variabel pengacau terkendali Terdiri dari : a Derajat halus serbuk batu ginjal 2050 mesh b Suhu lingkungan perendaman batu ginjal 37 o C c Waktu penggojogan batu ginjal saat perendaman 1 menit d Daerah dan waktu pengumpulan tanaman pandan wangi ii. Variabel pengacau tak terkendali Terdiri dari: a pH fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi 26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI