13 Propilen glikol digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 1 – 5 , stabil
pada pH 3-6 dan dapat sebagai pengawet Allen, Jr, 2002. Propilen glikol merupakan bahan yang tidak berbahaya dan aman
digunakan pada produk kosmetik dengan konsentrasi lebih dari 50. Propilen glikol tidak menyebabkan iritasi lokal bila diaplikasikan pada membran mukosa,
subkutan atau injeksi intramuskular, dan telah dilaporkan tidak terjadi reaksi hipersensitivitas pada 38 pemakai propilen glikol secara topikal Loden, 2001.
F. Sinar UV
Sinar matahari terdiri dari tiga kategori yang dikelompokkan berdasarkan panjang gelombangnya, yaitu UV, sinar tampak, dan infra merah. UV
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu UV A 320 – 400 nm, UV B 290 – 320 nm, dan UV C 200 – 290 nm. Sinar UV C umumnya tidak mencapai
permukaan bumi karena memiliki panjang gelombang yang paling pendek sehingga terserap seluruhnya di lapisan ozon. Sinar UV B memiliki panjang
gelombang yang lebih panjang daripada UV C sehingga masih dapat melewati lapisan ozon sekitar 10. Apabila lapisan ozon menipis, sinar UVB yang dapat
melewati lapisan ozon akan semakin banyak sehingga UVB yang mencapai permukaan bumi akan meningkat jumlahnya. Sinar UVA memiliki panjang
gelombang yang paling panjang diantara sinar UV dekat lainnya sehingga sinar ini hampir seluruhnya dapat melewati lapisan ozon. Dengan demikian sinar UV
yang paling banyak mencapai permukaan bumi adalah sinar UVA. Anonim, 2005a ; Lucas et al., 2006.
14
G. Sunscreen
Sunscreen adalah senyawa kimia yang mengabsorpsi dan atau
memantulkan sinar UV sebelum berhasil mencapai kulit. Biasanya sunscreen merupakan kombinasi dari dua atau lebih zat aktif. Stanfield, 2003.
Sunscreen bekerja dengan 2 cara:
1. Penghalang kimia mempunyai kemampuan untuk diabsorbsi oleh senyawa
kimia sehingga sinar matahari tidak dapat kontak dengan kulit melainkan akan terbasorbsi oleh sunscreen.
2. Penghalang fisika menghalangi permukaan kulit dan tidak dapat diabsorbsi oleh
kulit. Sinar matahari akan dipantulkan kembali ke atmosfer Anonim, 2005. Tingkat perlindungan efektivitas produk sunscreen terhadap sinar UV
dilihat dari nilai SPF Sun Protection Factors. SPF dapat mengindikasikan lamanya seseorang yang menggunakan sunscreen dapat bertahan di bawah sinar
matahari tanpa menimbulkan eritema sebagai salah satu akibat dari sunburn Anonim, 2007.
H. Spektrofotometri UV–Vis
Spektrofotometri UV–Vis adalah tehnik analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul yang memakai sumber radiasi
elektromagnetik REM UV dekat 200 – 400 nm dan sinar tampak 400 – 750 nm dengan memakai instrumen spektrofotometer Mulja dan Suharman, 1995.
Molekul yang dapat memberikan absorbsi yang bermakna pada daerah panjang gelombang 190-780 nm adalah molekul-molekul yang mempunyai
15 kromofor dan auksokrom. Kromofor adalah gugus fungsi yang mempunyai
spektrum absorbsi karakteristik pada daerah ultraviolet atau sinar tampak. Silverstein, Bassler and Morril, 1991. Auksokrom adalah gugus fungsional
dengan elektron bebas yang tidak mengabsorbsi pada daerah UV dan jika terikat pada kromofor akan mempengaruhi panjang gelombang dan intensitas
absorbsinya. Contoh dari gugus auksokrom adalah OH, NH
2
, CH
3
Silverstein et al
., 1991 ; Skoog, 1985.
I. Simplex Lattice Desain
Respon dan range optimal dari karakteristik formula kerap kali didapatkan dari aplikasi simplex lattice design. Keuntungan dari model ini adalah
dapat diketahui dengan analisis variansi yaitu dengan membandingkan respon hasil perhitungan dan percobaan Bolton, 1990.
Pelaksanaan dari
simplex lattice design terdiri dari penyiapan berbagai
macam formula yang mengandung kombinasi yang berbeda dari variabel bahan. Kombinasi disiapkan dengan rumus seperti data eksperimental yang dapat
digunakan untuk memprediksi respon yang diinginkan dengan rumus atau cara yang sederhana dan efisien.
16
Gambar 4. Sistem solven 2 komponen yang digunakan untuk mengilustrasikan pendekatan optimasi simplex Bolton, 1990
Dari gambar 4, tampak dua komponen sistem A dan B yang digunakan untuk membantu menjelaskan beberapa konsep dari simplex lattice design. Satu
dapat dipertimbangkan komponen A dan B untuk kedua pelarut, yang terdiri dari sistem pelarut dari produk obat. Kita mengharapkan campuran A dan B dalam
proporsi yang benar untuk optimasi kelarutan suatu obat. Sistem dapat juga divisualisasikan sebagai dasar sistem simplex. Pembatasnya adalah konsentrasi
dari A dan B jika ditambahkan harus 100. Pada percobaan ini respon yang diamati pada tiga titik yaitu 100A, 100B, dan campuran 50-50 A dan B
sebagai dasar sistem simplex. Dalam pendekatan simplex, kita menggunakan persamaan dengan bentuk :
Y = B
1
X
1
+ B
2
X
2
+ B
12
X
1
X
2
Dimana Y adalah respon, X
1
dan X
2
adalah konsentrasi proporsi dari X
1
dan X
2
secara berturut-turut. Koefisien B
1,
B
2
dan B
12
dihitung berdasarkan percobaan. Respon Y dapat diprediksi untuk semua kombinasi X
1
dan X
2
, dimana X
1
+ X
2
= 1.0 100.Bolton, 1990.
17
J. Keterangan Empiris