Penerimaan Diri TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan teori kebutuhan Maslow dalam lima tingkat kebutuhan, Maslow dalam Sobur, 2003: 277 mengatakan bahwa “kita semua membutuhkan rasa diingini dan diterima oleh orang lain. Ada yang memuaskan kebutuhan ini melalui berteman, berkeluarga, atau berorganisasi. Tanpa ikatan ini, kita akan merasa kesepian ”. Dalam hal ini, penerimaan diri berkaitan dengan relasi antar individu dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan diterima keberadaannya oleh orang lain menjadi sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Faktor psikologis utama yang berperan dalam kepribadian yang sehat adalah penerimaan diri.Hurlock 1974 mengatakan bahwa penerimaan diri menjadi faktor yang berperan dalam kepribadian yang sehat karena seseorang tidak mengalami tekanan atau stres, atau terdapat keharmonisan dengan diri sendiri dalam diri seseorang. Kemampuan menyesuaikan diri adalah dasar dari penerimaan diri seseorang. Menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri individu adalah sebuah keharusan. Seperti yang dikatakan Fahmi dalam Sobur, 2003 bahwa banyak faktor yang memiliki pengaruh besar dalam menciptakan penyesuaian diri individu, salah satunya adalah dapat menerima dirinya sendiri. Orang yang tidak menerima dirinya akan berhadapan dengan keadaan frustrasi yang menjadikannya merasa tidak berdaya dan gagal, sehingga tingkat penyesuaian sosialnya buruk. Memiliki kemampuan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menerima diri berdampak pada kondisi psikologis dan berpengaruh dalam sosialisasinya dengan lingkungan sekitar. Penerimaaan diri self-acceptance dalam kamus psikologi didefinisikan sebagai berikut: Penerimaan-diri adalah sebuah sikap seseorang menerima dirinya. Istilah ini digunakan dengan konotasi khusus kalau penerimaan ini didasarkan kepada pujian yang relatif obyektif terhadap talenta-talenta, kemampuan dan nilai umum yang unik dari seseorang, sebuah pengakuan realistik terhadap keterbatasan dan sebuah rasa puas yang penuh akan talenta maupun keterbatasan dirinya. Berdasarkan definisi dari kamus psikologi, jika dicermati maka seseorang perlu mengenali dengan sangat akrab siapa sebenarnya dirinya. Mampu melihat dirinya sendiri secara obyektif, bukan hanya sebuah kelebihan namun juga segala kekurangan dan kecacatan dalam diri seseorang tersebut. Berdasarkan paparan pendapat dari berbagai ahli dan kamus psikologi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penerimaan diri adalah indikator bahwa individu dengan kepribadian yang sehat dapat menyesuaikan diri dan bahagia. Ketidakmampuan individu dalam menerima dirinya dari berbagai aspek akan berdampak pada munculnya perilaku maladaptif . 2. Aspek-aspek Penerimaan Diri Penerimaan diri memiliki beberapa pengaruh terhadap penyesuaian diri. Seseorang yang memiliki penerimaan diri berpengaruh terhadap penyesuaian dirinya yang terlihat dari beberapa hal. Menurut Hurlock 1974: 437 aspek- aspek dalam penerimaan diri adalah sebagai berikut: a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri b. Kesediaan menerima kritikan dari orang lain c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain e. Nyaman dengan dirinya sendiri f. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif g. Mandiri dan berpendirian h. Bangga menjadi diri sendiri Penerimaan diri menurut Hurlock 1974: 437 terdiri dari delapan aspek. Masing-masing aspek penerimaan diri akan dijabarkan dan dijelaskan secara singkat sebagai berikut: a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri Individu yang memiliki kepercayaan diri dan menghargai diri sendiri selalu merasa mampu untuk mengerjakan sesuatu hal. Individu yang memiliki kepercayaan diri juga jarang sekali menolak jika diminta untuk melakukan sesuatu. b. Kesediaan menerima kritikan dari orang lain Menurut Anderson dalam Sobur, 2003, individu yang memiliki kematangan psikologis mampu menerima kritik dan saran. Individu yang matang memiliki kemauan yang realistis namun juga paham bahwa dirinya tidak selalu benar. Individu yang matang akan terbuka dan tidak marah dengan kritikan-kritikan dan saran dari orang lain demi perubahan dirinya yang lebih baik. Individu yang bersedia dikritik adalah ciri individu yang mampu melihat diri secara objektif. c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan Individu yang memiliki kemampuan untuk mengoreksi dan dan membuat penilaian diri yang kritis adalah individu yang memiliki penyesuaian diri yang realistis. Individu dengan penyesuaian diri yang realistis mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru, fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang realistis. d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain Dahler dalam Sobur: 2003 mengatakan bahwa individu yang bersikap jujur terhadap dirinya sendiri adalah individu yang berani melihat secara sadar kekurangan yang ada pada dirinya. Individu yang jujur terhadap dirinya sendiri dapat memandang kekurangan dalam dirinya dengan rasa humor. e. Nyaman dengan dirinya sendiri Selama memasuki masa remaja, seorang remaja mengalami perkembangan fisik dan emosi. Perubahan pada alat kelamin dan perubahan pada tingkah laku adalah hal yang paling mudah tampak pada diri remaja. Individu yang nyaman dengan dirinya sendiri akan mudah menyesuaikan dirinya dengan perubahan secara fisik maupun emosinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Individu yang nyaman dengan dirinya sendiri mudah bergaul dengan lingkungan sekitar dan dapat mengontrol dirinya sendiri. f. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif Individu yang berani mengeksplorasi kemampuan merupakan bagian dari teori kebutuhan menurut McClelland tentang motivasi. Salah satu teori kebutuhan menurut McClelland dalam Ali Asrori, 2009, adalah kebutuhan untuk berprestasi. Individu yang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya berada pada masa remaja. Ciri individu yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi adalah senang menetapkan sendiri tujuan hasil karyanya, merasa tertantang dengan pencapaian hasil yang sulit, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. g. Mandiri dan berpendirian Sunaryo Kartadinata dalam Ali Asrori, 2009 mengatakan bahwa tingkat kemandirian pada remaja pada umumnya bervariasi dan menyebar pada tingkatan sadar diri, saksama, individualistik, dan mandiri. Remaja yang mandiri dan berpendirian menyadari bahwa sikap ketergantungan adalah masalah emosional dalam dirinya yang akan semakin berkembang jika individu tidak mampu bersikap realistis. h. Bangga menjadi diri sendiri Individu yang bangga menjadi diri sendiri adalah individu yang puas dengan segala kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Individu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang bangga menjadi diri sendiri memiliki strategi penyesuaian diri terhadap kecemasan, konflik, dan frustrasi. Individu yang bangga menjadi diri sendiri bebas dari mekanisme pertahanan diri seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan fiksasi. 3. Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif menurut Hurlock1974: 435 sebagai berikut: a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri Pemahaman tentang diri sendiri pada remaja berkaitan dengan persepsi yang ada dalam diri remaja. Pemahaman diri pada remaja ditandai adanya persepsi yang benar terhadap dirinya sendiri. Pemahaman diri pada remaja bukan hanya ditentukan dari kapasitas intelektualnya, tetapi juga kesempatan untuk menggali potensi dalam dirinya. Kurangnya pemahaman pada diri sendiri dapat menimbulkan kesenjangan antara konsep diri yang ideal dengan gambaran yang remaja terima dari kontak sosial yang membentuk dasar konsep diri. b. Adanya harapan yang realistik Harapan pada remaja yang realistis atas sebuah pencapaian akan membuat kinerjanya meningkat. Harapan dalam sebuah pencapaian pada remaja berkontribusi pada kepuasan dalam diri yang penting dalam penerimaan diri. Harapan dapat terealisasi ketika remaja memiliki cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan untuk memahami dan mengenali keterbatasan dan kekuatan dirinya sendiri. c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan Lingkungan yang tidak mendiskriminasi remaja baik dari latar belakang agama, budaya, jenis kelamin dan lain sebagainya menjadi faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif. Tidak adanya hambatan dari lingkungan dapat membantu remaja merasa puas dengan pencapaiannya. d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan Sikap anggota masyarakat yang menyenangkan berkontribusi dalam penerimaan diri seorang remaja. Tiga hal sikap anggota masyarakat yang mendukung seseorang memiliki penerimaan diri adalah tidak adanya prasangka buruk terhadap individu maupun keluarganya, individu memiliki keahlian sosial, dan individu mau menerima kelompok. e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat Secara emosional keseimbangan fisik dan psikologis pada remaja akan terganggu ketika mengalami stres. Stress secara emosional dapat mengganggu aktivitas sehingga mengakibatkan seseorang bekerja dengan kurang efisien dan mengakibatkan kelelahan, dan bereaksi negatif terhadap orang lain. Individu yang bebas dari stres dapat melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaannya. Selain itu, individu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjadi lebih rileks dan bahagia sehingga menjadi dasar dari penerimaan diri yang baik. f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif Pengaruh keberhasilan dan kesuksesan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat mengarahkan pada penerimaan diri. Sedangkan, pengaruh kegagalan dapat mengarahkan individu pada penolakan diri. Kegagalan yang seringkali dirasakan individu menjadikan kesuksesan sebagai sesuatu yang bermakna. g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik Individu yang mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang yang menyesuaikan diri dengan baik dapat mengembangkan sikap yang positif terhadap hidup. Selain itu, perilakunya pun akan mengarah pada penilaian dan penerimaan diri yang baik. h. Adanya perspektif diri yang luas Individu yang melihat dirinya sama seperti yang orang lain lihat dapat memiliki pemahaman diri yang baik dibandingkan dengan individu yang perspektif dirinya sempit dan terdistorsi. Perpektif diri yang luas menjadi faktor pendukung penerimaan diri. i. Pendidikan yang baik pada masa anak-anak Pendidikan yang baik pada masa anak-anak berkontribusi pada pembentukan konsep diri pada individu di masa depan. Pendidikan yang demokratis mengarahkan pada pola kepribadian yang sehat. Peraturan- peraturan yang sudah ditanamkan sejak dini pada masa anak-anak akan membuat mereka dihormati sebagai seorang manusia. Anak akan belajar untuk menghormati dirinya sendiri dan bertanggungjawab untuk mengendalikan perilakunya dengan kerangka peraturan yang telah dipahami dan diterapkan. j. Konsep diri yang stabil Konsep diri yang baik mengarah pada penerimaan diri, sedangkan konsep diri yang buruk mengarah pada penolakan diri. Konsep diri yang stabil merupakan cara seseorang melihat dirinya sendiri dengan cara yang sama sepanjang waktu. Ketika individu mengembangkan kebiasaan untuk menerima dirinya, maka akan menguatkan konsep diri yang baik sehingga penerimaan diri menjadi sebuah kebiasaan bagi individu. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan menyukai dan menerima dirinya.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja Hurlock 1967: 1 mengatakan kata “adolescence” berasal dari kata Latin yaitu adolescere, yang berati “tumbuh” atau “bertumbuh ke arah kematangan”. Masa remaja adalah masa transisi saat individu berubah secara fisik maupun psikologis dari anak menuju dewasa. Usia remaja menurut Hurlock 1967: 3 pada perempuan sekitar usia 13 sampai 17 tahun, sedangkan untuk laki-laki sekitar 14- 17 tahun. Santrock 2003: 26 mengatakan bahwa “remaja diartikan sebagai masa perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional ”. Dalam penyataannya, Hurlock maupun Santrock mendefinisikan remaja berdasarkan masanya, yaitu masa yang menghubungkan masa kanak-kanak ke masa dewasa. Meskipun pengertian remaja dalam konteks yang sama yaitu sebuah masa, namun yang lebih nampak berbeda diantara keduanya adalah adanya sisi psikologis menurut Hurlock. Definisi remaja jika ditinjau dari sudut pandang perkembangan fisik dikenal sebagai suatu tahap dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan semua alat kelamin sudah berfungsi sempurna. Adapun pengertian remaja menurut Sarwono 1989 yang melihat remaja dari sisi sosial-psikologis. Remaja dengan istilah “adolescence” yang berasal dari kata latin “adolescere” memiliki arti mengalami pertumbuhan kearah kematangan. Kematangan bukan hanya berarti kematangan fisik, namun yang paling utama adalah kematangan sosial-psikologis. Definisi remaja lebih konseptual diberikan oleh WHO dalam Sarwono, 1989 pada tahun 1974 dengan 3 kriteria, yaitu biologik, psikologik, dan sosial-ekonomi. Batas usia remaja yang ditetapkan oleh WHO adalah 10-20 tahun. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB menetapkan batas usia remaja adalah usia 15-24 tahun sebagai batas usia pemuda. Sarwono 1989 dalam bukunya mengatakan bahwa “masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orangtuanya, masyarakat, bahkan sering kali bagi polisi ”. Berdasarkan definisi para ahli tentang remaja, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat tiga kriteria dalam mendefinisikan remaja, yaitu secara biologis, secara psikis, dan sosial. Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju ke masa dewasa.Pada masa transisi, individu berada