13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Matematika
Menurut Lunchins dan Lunchins Suherman, 2001, matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu
dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika. Selain itu, Tinggih Suherman,
2001, menyebutkan bahwa matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain
diperoleh tidak melalui penalaran, tetapi matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia penalaran, sedangkan dalam ilmu lain lebih
menekankan hasil observasi disamping penalaran. Selanjutnya, James dan James Suherman, 2001 mengatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah
yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat
representasinya dengan lambang-lambang dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan.
2. Teori Belajar dan Pembelajaran
a.
Belajar 1
Pengertian Belajar
Menurut Slameto 2010: 2 belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Hilgard
Suryabrata, 2001:232 belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,
yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Secara kuantitatif ditinjau dari sudut jumlah belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta
sebanyak-banyaknyaatau dipandang dari sudut berapa jumlah materi yang dikuasai siswa. Secara intitusional tinjauan kelembagaan belajar
dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi yang telah ia pelajari. Bukti intitusional yang menunjukkan
siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses mengajar. Ukurannya ialah, semakin banyak mutu perolehan siswa
yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Sedangkan secara Kualitatif tinjauan mutu belajar adalah proses memperoleh arti
dan pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir
yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan
nati dihadapi siswa.
Pada dasarnya belajar merupakan suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, tahapan perubahan perilaku siswa yang
relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif Syah, 2003:68. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
dengan sengaja
untuk mendapatkan
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku dan sikap serta
mengokohkan kepribadian.
2 Unsur Belajar
Unsur belajar adalah faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar. Setiap ahli pendidikan sesuai dengan aliran teori belajar
yang dianutnya memberikan aksentuasi sendiri tentang hal-hal apa yang penting dipahami dan dilakukan agar belajar benar-benar merupakan
kegiatan belajar Suyono, 2011. a
Aliran Behaviorisme Cronbach sebagai penganut aliran behaviorisme 1954:49-50
menyatakan dalam Sukmadinata 2004:157 adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yang meliputi:
i. Tujuan
Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan. Perbuatan
belajar atau pengalaman belajar akan efektif apabila diarahkan kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.
ii. Kesiapan
Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik, siswa perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis,
maupun kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar.
iii. Situasi
Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar seperti tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru,
kepala sekolah, dan seluruh warga sekolah lainnya. iv.
Interpretasi Interpretasi adalah melihat hubungan di antara komponen situasi
belajar, melihat
makna dari
hubungan tersebut
dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
v. Respon
Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. Respon
ini dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga usaha coba-coba
trial and error
. vi.
Konsekuensi Berupa hasil, dapat hasil positif keberhasilan maupun negatif
sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii. Reaksi terhadap kegagalan
Kegagalan dapat menurunkan semangat, motivasi, memperkecil usaha belajar selanjutnya. Namun dapat juga membangkitkan
siswa karena siswa ingin belajar dari kegagalannya. b
Aliran Konstruktivisme Para konstruktivisme memaknai unsur-unsur belajar sebagai
berikut.
i.
Tujuan Belajar Tujuan belajar yaitu membentuk makna yang diciptakan para
pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengertian terdahulu
yang telah dimiliki siswa.
ii.
Proses Belajar Proses belajar adalah proses konstruksi makna yang berlangsung
terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat atau
lemah.
iii.
Hasil Belajar Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil
interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui
pembelajar; konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang
mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Faktor yang mempengaruhi Belajar
Syah 2010: 129 menyampaikan secara global faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-
faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis. i.
Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani. Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.
ii. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Berikut faktor psikologis tersebut :
Kecerdasanintelegensi siswa Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting
dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi individu,
semakin besar peluang individu meraih sukses dalam belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Motivasi Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar.
Minat Minat
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat juga memberi
pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif Syah, 2003.
Bakat Secara umum, bakat
aptitude
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang Syah, 2003. Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkina besar ia akan berhasil.
Percaya diri Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang
diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. b
Faktor Eksternal Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor
eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah 2003 menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang
memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
i. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga letak rumah, pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik. Lingkungan sosial sekolah,
seperti guru, administrasi, dan teman- teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Lingkungan sosial masyarakat
.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling
tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya. ii.
Faktor Lingkungan Nonsosial Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silaukuat, atau
tidak terlalu lemahgelap, suasana yang sejuk dan tenang. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama,
hardware
, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
Faktor materi pelajaran yang diajarkan ke siswa. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
4 Prinsip Belajar
Sebagai kesimpulan terhadap berbagai prinsip belajar baik menurut konsep behaviorisme, konstruktivisme dan kognitivisme, Sukmadinanta
Suyono, 2011 menyampaikan prinsip umum belajar sebagai berikut. a
Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan berkembang merupakan dua hal yang berbeda tetapi erat
hubungannya. b
Belajar berlangsung seumur hidup. c
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.
d Belajar mencangkup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu,
belajar harus
mengembangkan aspek
kognitif, afektif,
psikomotorik, dan keterampilan hidup
life skill
. Menurut Ki Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta kognitif, rasa
afektif, karsa motivasi, dan karya psikomotor. e
Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu. Berlangsung di sekolah, di rumah, di masyarakat, di tempat wisata,
di alam sekitar, dan sebagainya. f
Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru. Berlangsung dalam situasi formal, informal maupun nonformal.
g Belajar yang terencana dan sengaja menuntut motivasi yang tinggi.
h Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang amat kompleks. i
Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. j
Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.
b.
Proses Belajar
Menurut Chaplin, proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiawaan. Dalam
psikologi belajar, proses berarti cara atau langkah khusus dengan beberapa perubahan yang ditimbulkan sampai tercapainya hasil tertentu
Reber, 1988. Proses belajar merupakan tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Perubahan tersebut bersifat positif dan berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya Syah, 2003 : 109.
Tahapan dalam proses belajar tergantung pada fase-fase belajar, berikut merupakan tahapan belajar menurut beberapa ahli:
1 Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap yaitu
tahap informasi tahap penerimaan materi, tahap transformasi tahap pengubahan materi dan tahapan evaluasi tahap penilaian materi.
2 Menurut Wittig dalam bukunya
Psychology of Learning
, setiap proses belajat selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu
acquisition
tahapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perolehanpenerimaan informasi,
storage
tahap penyimpanan
informasi, dan
retrieval
tahapan mendapatkan kembali informasi. 3
Menurut Bandura, setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi tahap perhatian, tahap penyimpanan dalam
ingatan, tahap reproduksi dan tahap motivasi.
c.
Pembelajaran 1
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnyaMohamad Surya, 1995. Sedangkan
Triyanto 2011 mengatakan bahwa pembelajaran adalah salah satu aspek dari kegiatan manusia secara kompleks yang tidak sepenuhnya
bisa dijelaskan atau dijabarkan. Secara lebih ringkas, pembelajaran merupakan produk dari interaksi
yang berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman.
Dalam Undang undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, arti pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Secara umum, pembelajaran ialah usaha yang dilakukan secara
sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didiknya dengan memberikan arahan sesuai dengan sumber-sumber
belajar lainnya untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik dengan
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara
guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Pembelajaran juga merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam hal ini istilah
pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan desain sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi
antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Pembelajaran perlu direncanakan dan dirancang secara optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan. Pembelajaran dapat disebut
berhasil bila dapat mengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga
pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung.
Hal itu dapat dicapai manakala kesiapan guru untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati berbagai hal yang berhubungan dengan
proses pembelajaran,
termasuk di
dalamnya prinsip-prinsip
pembelajaran.
2 Teori Pembelajaran
Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu
a Pengkondisian Klasik
Pengkondisian klasik adalah jenis pengkondisian di mana individu merespon beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan
respons baru. b
Pengkondisian Operan Pengkondisian operan adalah jenis penglondisian di mana perilaku
sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau
mencegah sebuah hukuman. Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan
dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku. Dengan demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku
dan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi. c
Pembelajaran Sosial Pembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat
belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung Meskipun
teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengkondisian operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi
dari konsekuensi.
Teori ini
juga mengakui
keberadaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.
3. Hasil Belajar