Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dilihat dari minat dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan persamaan garis lurus kelas VIII
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Teams Assisted Individualization (TAI) DILIHAT DARI MINAT dan HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN
GARIS LURUS KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Angela Asti Ardina NIM: 091414069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(2)
(3)
(4)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bagi TUHAN tak ada yang mustahil,
bagi TUHAN tak ada yang tak mungkin kita diangkat
dan dipulihkannya.
Karena cara TUHAN sungguh indah Ia tidak cepat dan
juga tidak lambat,
tapi Ia jadikan semuanya indah pada waktunya asalkan
kita sabar dalam menanti waktu TUHAN.
Dengan Penuh cinta dan Syukur
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Bapak, Ibu, Dik Ryan, Kristian, Vivi yang aku sayangi
Sahabat-sahabatku yang luar biasa.
(5)
(6)
(7)
ABSTRAK
Angela Asti Ardina. 2013. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Teams Assisted Individualization (TAI) DILIHAT DARI MINAT dan HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Teams Assisted Individualization), minat belajar dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajran tersebut. Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian eksploratif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada pokok bahasan Persamaan Garis Lurus. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.
Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar Kerja Siswa (LKS) serta instrumen pengumpulan data berupa non tes meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar kuisioner minat belajar, wawancara dan tes meliputi kuis dan tes hasil belajar. Sebelum digunakan instrumen dilakukan uji pakar dan dinyatakan sudah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan metode kooperatif tipe TAI (Teams Assisted Individualization) telah dan dapat terlaksana dengan baik dengan presentase keterlaksanaan keseluruhan sebesar 86,22%. (2) Minat Belajar siswa dalam metode pembelajaran kooperatf tipe TAI (Teams Assisted Individualization) dilihat secar numerik sebesar 2,68 %. (3) Hasil belajar siswa dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Teams Assisted Individualization) dapat dilihat dari hasil kuis banyak siswa yang nilainya di atas KKM sedangkan tes banyak siswa yang tidak mencapai KKM. Siswa yang mencapai KKM ada 33,33% dan siswa yang tidak mencapai KKM ada 66,66%. Kata kunci : TAI (Teams Assisted Individualization), minat belajar, hasil belajar
(8)
ABSTRACT
Angela Asti Ardina . , 2013. Implementation Methods of Cooperative Type TAI (Teams Assisted Individualization ) views interest and Learning Outcomes on the subject of class VIII C straight line equation in SMP Pangudi Luhur 1 Klaten 2013 / 2014 school year . Thesis . Mathematics Education Program . The Department of Mathematics and Natural Sciences , Faculty of Teacher Training and Education , Sanata Dharma University in Yogyakarta .
This study aims to determine the enforceability of the application of cooperative learning model TAI (Teams Assisted Individualization ) , interest in learning and student learning outcomes in the pembelajran process . This study classified the type of exploratory research . The research was conducted in the first semester of the academic year 2013/2014 on the subject of Straight Line Equation . The subjects in this study were the students of class VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Klaten .
The instrument in this study include a learning instrument Lesson Plan ( RPP ) and Student Worksheet ( BLM ) and the data collection instruments such as non- adherence to the observation sheet tests include lesson plans , learning interest questionnaire sheets , interviews and quizzes and tests include achievement test . Before use test instruments and experts have already declared qualified predefined .
The results showed that ( 1 ) Implementation cooperative method TAI (Teams Assisted Individualization ) has been and can be done well with a percentage of 86.22 % overall feasibility . ( 2 ) Interest in Learning students in the learning method kooperatf TAI type (Teams Assisted Individualization ) ririskiky seen numerically by 2.68% . ( 3 ) Results of the students' learning with the use of cooperative learning model TAI (Teams Assisted Individualization ) can be seen from the results of the quiz are many students that they are above the KKM while testing a lot of students who do not reach the KKM . Students who achieve a 33.33 % KKM existing and students who do not achieve 66.66 % KKM there . Keywords : TAI (Teams Assisted Individualization ) , interest in learning , learning outcomes
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus yang selalu memberikan berkat, kasih dan karunia dan kepad Bunda Maria yang telah membimbing penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis yakin tanpa bimbingan-Nya, penulis tidak akan mampu melewati segala halangan dan hambatan yang ada selama proses penyusunan skripsi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari bebrapa pihak. Baik dalam bentuk materiin maupun imateriil berupa doa, motivasi, nasihat, saran, bimbingan, dan sarana. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Matematika;
2. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si.,M.Si.,selaku dosen pembimbing akademik;
3. Ibu E. Ayunika Permata Sari, M.sc, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selam penyusunan skripsi ini;
4. Segenap dosen dan karyawab JPMIPA Universitas Sanata Dharma atas segala pelayanan selama penulis di Universitas Sanata Dharma;
5. Br. Heribertus Triyanto, S.Pd.,FIC, selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah memberikan kesempatan serta ijin untuk melakukan penelitian;
6. Ibu S. Setyawati Triastuti selaku guru matematika SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan bantuan selama proses penelitian;
(10)
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Belajar ... 8
B. Prinsip Belajar ... 10
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 11
D. Minat ... 13
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat ... 16
F. Hasil Belajar ... 17
G. Model Pembelajaran ... 19
H. Pembelajaran Kooperatif ... 21
I. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ... 29
(12)
J. Materi ... 32
K. Kerangka Berpikir ... 36
L. Hipotesis Penelitian ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 38
C. Subyek Penelitian ... 38
D. Perumusan Variabel ... 38
E. Bentuk/ Jenis Data ... 39
F. Metode Pengumpulan Data ... 40
G. Instrumen Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 41
H. Uji Coba Instrumen ... 49
I. Teknik Analisis Data ... 49
J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 55
A. PelaksanaanPenelitian ... 55
B. Penyajian Data ... 65
C. Analisis Data... 75
1. Analisis RPP ... 75
2. Analisis Kuis... 79
3. Analisis Minat Belajar ... 79
4. Analisis Hasil Belajar Siswa... 86
5. Analisis Wawancara Siswa ... 89
6. Analisis Wawancara Guru ... 94
D. Pembahasan ... 95
(13)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102
A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 104
(14)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 23
Tabel 3.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar ... 41
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner Minat ... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Hasil belajar ... 47
Tabel 3.4 Pertanyaan Positif dan Negatif Kuisioner ... 49
Tabel 3.5 Skor Positif pada Kuisioner ... 50
Tabel 3.6 Skor Negatif pada Kuisioner ... 50
Tabel 3.7 Kriteria Minat ... 51
Tabel 3.8 Presentase Minat ... 51
Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan RPP Pertemuan 1 ... 64
Tabel 4.2 Data Keterlaksanaan RPP Pertemuan 2 ... 65
Tabel 4.3 Data Keterlaksanaan RPP Pertemuan 3 ... 66
Tabel 4.4 Skor Minat Sebelum Penelitian ... 67
Tabel 4.5 Skor Minat Setelah Penelitian ... 69
Tabel 4.6 Nilai Kuis Siswa ... 72
Tabel 4.7 Nilai Tes Hasil Belajar ... 73
Tabel 4.8 Kriteria Minat Sebelum Penelitian ... 79
Tabel 4.9 Presentase Minat Siswa Sebelum Penelitian ... 80
Tabel 4.10 Kriteria Minat Sebelum Penelitian ... 80
Tabel 4.11 Kriteria Minat Sesudah Penelitian ... 80
Tabel 4.12 Presentase Minat Siswa Sesudah Penelitian ... 81
Tabel 4.13 Kriteria Minat Sesudah Penelitian ... 82
(15)
Tabel 4.14 Analisis Siswa yang Hanya Mengisi Kuisioner Awal ... 84
Tabel 4.15 Analisis Siswa yang Hanya Mengisi Kuisioner Akhir ... 84
Tabel 4.16 Ketuntasan Tes Hasil Belajar Siswa ... 85
Tabel 4.17 Presentase Tes Hasil Belajar Siswa ... 86
Tabel 4.18 Hasil Wawancara Siswa ... 91
(16)
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Kuisioner Minat Belajar Siswa 3. Lembar kerja Siswa
4. Instrumen Observasi/ Pengamatan LAMPIRAN B
1. Soal Kuis dan Jawaban
2. Soal Tes Hasil Belajar dan Jawaban LAMPIRAN C
1. Lembar Pengamatan RPP 2. Contoh Pekerjaan Siswa 3. Contoh Kuisioner
4. Transkrip Wawancara Siswa 5. Transkrip Wawancara Guru 6. Dokumentasi
(17)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang dialami siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
Peningkatan kualitas mutu pendidikan dan pengembangan proses pembelajaran merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Perbedaan tingkat serap antara siswa yang satu dengan yang lainnya terhadap materi pembelajaran menuntut seorang guru untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran sehingga tidak sekedar menyajikan materi, tetapi juga perlu menggunakan metode yang sesuai, disukai, dan mempermudah pemahaman siswa.
Strategi belajar mengajar yang digunakan guru cenderung terpisah-pisah satu dengan yang lainnya, misalnya guru memilih menggunakan strategi belajar mengajar dengan ceramah saja, kerja kelompok saja, atau individual saja. Jika dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif yang peneliti pilih pembelajaran itu menggabungkan strategi belajar mengajar dengan ceramah, mengerjakan soal individu, dan kerja kelompok. Selain itu kedudukan dan fungsi guru cenderung dominan sehingga keterkaitan guru dalam strategi itu tampak masih terlalu besar, sedangkan intensitas belajar siswa masih terlalu rendah kadarnya. Gejala ini sekaligus menggambarkan bahwa penggunaan
(18)
strategi ini masih terbatas pada satu atau dua metode mangajar saja, belum meluas dan mencakup penggunaan metode secara luas dan banyak variasinya.
Bersumber dari pengamatan yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten salah satu metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran matematika saat mengajar di kelas adalah metode ceramah disertai mencatat. Beberapa kelebihan dari metode tersebut adalah materi pelajaran yang diselesaikan dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, siswa mempunyai catatan yang dapat digunakan untuk belajar sendiri, guru akan memberikan waktu untuk siswa bertanya, menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru dan guru akan memberikan nilai khusus bagi siswa yang aktif, tidak ada ketergantungan antara siswa.
Tetapi berdasarkan pengamatan, pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ceramah disertai mencatat ini masih berlangsung satu arah karena kegiatan terpusat pada guru. Guru menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat. Hal ini menyebabkan siswa yang belum jelas tidak terdeteksi oleh guru. Ketika diberi kesempatan untuk bertanya hanya sedikit siswa yang melakukannya. Hal ini karena siswa takut atau bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Selain itu siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya dalam memecahkan masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat dimana dalam proses belajar mengajar guru hendaknya memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan ini siswa dapat lebih memaham, mendalami dari penagalaman yang ia peroleh dengan keaktifannya.
(19)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti minat siswa terhadap pelajaran matematika itu cukup tinggi tetapi ada juga beberapa siswa yang tidak begitu berminat. Siswa yang berminat terhaadap pelajaran itu umumnya ditunjukkan dengan mereka aktif untuk mengerjakan soal, dan aktif bertanya. Sedangkan hasil belajar siswa yang diperoleh masih kurang memuaskan. Beberapa siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa alternatif yang dipilih oleh peneliti yaitu menggunakan model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) agar dapat meningkatkan minat belajar siswa. Adapun model Teams Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggungjawab kepada siswa yang lemah.
Memperhatikan akar permasalahan seperti yang diuraikan sebelumnya model Teams Assisted Individualization (TAI) tampaknya dapat digunakan untuk memecahakan masalah tersebut. Ada beberapa alasan perlunya menggunakan model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) untuk dikembangkan sebagai variasi model pembelajaran agar pemahaman konsep dapat tercapai. Alasan tersebut diantaranya, dapat meningkatkan partisipasi siswa, terutama pada kelompok kecil, karena siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Dengan demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan
(20)
siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapai (Suyitno, 2002:9).
Beberapa alasan lain yang menyebabkan model Teams Assisted Individualization (TAI) perlu diterapkan sebagai model pembelajaran yaitu tidak ada persaingan antar siswa atau kelompok, karena bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda, sehingga siswa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru, serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi. Guru setidaknya menggunakan setengah dari waktunya mengajar dalam kelompok kecil sehingga akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu (Slavin, 1995:101).
Penggunaan metode Teams Assisted Individualization (TAI) ini ditujukan agar siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran matematika. Minat belajar sangat diperlukan dalam melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri, sebab perbuatan yang disertai dengan minat dapat mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dan lebih giat. Seseorang yang belajar penuh dengan minat akan menguntungkan kegiatan belajar itu sendiri, sebab belajar akan terasa lebih menyenangkan dan menarik. Jika terjadi seperti itu maka apapun yang dipelajari akan terasa mudah untuk dipahami dan diingat dan tidak mudah dilupakan.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Klaten perlu diadakan penelitian yang mendalam tentang penerapan model pembelajaran kooperatif
(21)
tipe Teams Assisted Individualization (TAI) pada pelajaran matematika di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi, beberapa permasalahan yang ada antara lain :
1. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik kurang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan berminat dalam pembelajaran, sehingga perlu dicari metode pembelajaran lain.
2. Rendahnya hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dapat diidentifikasi maka dalam penelitian ini difokuskan untuk pencarian metode pembelajaran yang lebih efektif untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa, dalam hal ini akan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.
D. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah antara lain :
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Teams Assisted Individualization
(22)
2. Bagaimana peningkatan minat siswa dengan digunakannya model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI)?
3. Bagaimana hasil belajar siswa dengan digunakannya pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI)?
E. TujuanPenelitian
Adapun tujuan yag ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dalam mata pelajaran matematika.
2. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa dengan digunakannya model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI).
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan digunakannya model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI).
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya :
1. Bagi siswa
a. Melatih siswa untuk aktif dalam pembelajaran matematika. b. Menumbuhkembangkan kerjasama antar siswa.
c. Menumbuhkembangkan kompetisi positif antar siswa. 2. Bagi guru
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menggunakan model pembelajran di kelas yaitu dengan menggunakaan metode Teams
(23)
Assisted Individualization (TAI) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
b. Memotivasi untuk terus mengembangkan model pembelajaran matematika yang lebih menarik dan menyenangkan.
3. Bagi mahasiswa
a. Memberikan informasi bagi peneliti sebagai calon guru agar dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat.
(24)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
Menurut Agus Suprijono (2009:2) beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. d. Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Dengan kata lain bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
e. Geoch
Learning is change in performance as a result of practice.belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.
(25)
f. Morgan
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience.belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menggangap belajr di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah sebab seperti dikatakan Rebber belajar adalah the processof acquiring knowlwdge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat menerima atau mengumpulkannya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai. Perlu dipahami, perolehan pengetahuan maupun upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
(26)
B. Prinsip Belajar
Setelah kita memahami pengertian belajar berikut ini adalah prinsip-prinsip belajar adalah :
1. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri :
a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
b. Kontimu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. Fungsional atau bermanfaat untuk bekal hidup.
d. Positif atau berakumulasi.
e. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
f. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire thaht occurs as a result of experience.
g. Bertujuan dan terarah.
h. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
2. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
3. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good learning
(27)
situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and provocative environtment.
Dengan kita mengetahui prinsip-prinsip belajar di atas kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus diingat saat belajar. Prinsip belajar itu kita gunakan sebagai pedoman dalam proses belajar. Dengan kita memahami prisip-prisip pembelajaran diatas diharapkan kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan hasil yang kita harapkan.
C. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedang faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
a. Faktor-faktor intern 1). Faktor jasmani
Yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi seseorang. Kondisi sehat adalah kondisi dimana segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Bagian lain dari faktor jasmani yaitu cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnannya bagian tubuh. Tidak dipenuhinya beberapa unsur tersebut akan mengambat kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.
(28)
2). Faktor psikologis
Ada beberapa faktor yang termasuk dalam faktor psikologis yaitu antara lain : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan juga kesiapan. Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu tertuju kepada suatu hal atau benda. Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Motif sangat erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Kematangan adalah suatu tingkatan / fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru. Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. 3). Faktor kelelahan
Kelelahan seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan susbtansi sisa pembakaran di dalam tubuh sehingga darah tidak / kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
(29)
b. Faktor-faktor ekstern 1). Faktor keluarga
Meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2). Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup sebagai berikut : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa dan alat pelajaran.
D. Minat
Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut (Bimo Walgito 1981:38). Dalam hal belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapoat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
W. S Winkel mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (1983:38), sedangkan menurut Witherington (1985:38) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu
(30)
obyek , seseorang, suatu soal atau situasi tertentu yang mengandung sangkut paut dengan dirinya atau dipandang sebagai sesuatu yang sadar.
Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Crow&Crow yang diterjemahkan oken Z. Kasijan (1984:4) yaitu faktor dorongan dari dalam, faktor dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. Timbulnya minat dari dalam diri seseorang juga dapat didorong oleh adanya motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat dimana seseorang berada sedangkan faktor emosional memperlihatkan ukuran intensitas seseorang dalam menanam perhatian terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2002:68) definisi minat adalah :suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa
ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendriri dengan sesuatu hal diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.
Minat dapat diartikan sebagai “Kecenderungan yang tinggi terhadap
sesuatu, tertarik, perhatian, gairah dan keinginana”. Pendapat lain tentang pengertian minat yaitu yang diungkapkan oleh T. Albertus yang
diterjemahkan Sardiman A.M, minat adalah “Kesadaran seseorang bahwa
suatu obyek, seseorang, suatu soal maupun situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya” (2006:32).
(31)
Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto (2003:57) minat adalah
“Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan menurut Holland yang dikutip oleh Djaali (2007:122) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Oleh karena itu minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan, memberi perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut.
Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu interaksi antar siswa yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan tersebut.
(32)
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu.
Miflen, FJ & Miflen, FC (2003:114) mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu :
1. Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan.
2. Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat atau lingkungan.
Menurut Crow & Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud 2001:56) yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu :
1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dari lingkungan dimana mereka berada.
3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.
Menurut Joanes yang dikutip oleh Bimo Walgito (1999:35) menyatakan bahwa minat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu minat intrinsik dan ektrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang timbulnya dari dalam diri sendiri
(33)
tanpa pengaruh dari luar. Minat ektrinsik adalah minat yang timbul karena pengaruh dari luar. Berdasarkan pendapat ini maka minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin. Sedangkan minat ektrinsik dapat timbul karena pengaruh latar belakang status sosial ekonomi orang tua, minat orang tua, informasi, lingkungan dan sebagainya.
F. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne hasil belajar berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
b. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektul terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
(34)
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas ognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge ( pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), anlysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara menurut Lindgren hasil pembeljaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya
(35)
hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
G. Model Pembelajaran
Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupkan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Model pembelajran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau tutorial. Menurut Arends model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisiakan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
(36)
Merujuk pemikiran Joyce fungsi model adalah ”each model guides us as
we design instruction to help student achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran, membuat model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran tersebut anatara lain sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru sangat berperan aktif dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
2. Model Pembelajaran Problem Solving
Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan (Suparno, 2006). Biasanya pengajar memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang akan diajarkian dan siswa diminta memecahkan persoalan tersebut. Ini dapat dilakukan secara perorangan ataupun kelompok. Dalam metode ini masalah didefinisikan sebagai sesuatu persolan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya.
Model problem solving juga dapat membantu mengatasi miskonsepsi pada siswa. Siswamengerjakan beberapa soal yang telah dipersiapkan guru. Dari pekerjaan itu dapat dilihat gagasan siswa benar atau salah.
(37)
Dengan memecahkan persoalan siswa dilatih untuk mengorganisasikan pengertian dan kemampuan mereka. Baik bila siswa diberi waktu untuk menjelaskan pemecahan soal mereka dan terjadi interaksi tanya jawab dengan teman-temannya.
Dengan melihat bagaimana cara siswa memecahkan persoalan dapat dengan mudah dilihat siswa mempunyai salah pengertian dalam langkah tertentu. Bila ada salah pengertian telah diketahui guru dapat menanyakan kepada siswa mengapa mereka mempunyai pengertian atau langkah seperti itu. (Wiji Lestari 2009, diakses 17 April 2013)
3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Ragam model pembelajaran cooperative learning cukup banyak seperti STAD (Student Teams Achievement Divisions), TGT (Teams Games Tournament), TAI (Team Assisted Individualization), Jigsaw, Jigsaw II, CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dan sebagainya.
H. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatf mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah pembelajaran kooperatif jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh
(38)
kelompok. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelsaikan atau membahas sebuah masalah atau tugas.
Dari penjelasan di atas Slavin (1984) mengatakan bahwa cooperative learning adalah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotannya terdiri atas 4-6 orang. Selanjutnya dikatakan juga keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model pembelajaran ini harus ada
”struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdepedensi yang efektif di anatara anggota kelompok (Slavin 1983:Stahl, 1994). Di samping itu pola hubungan kerja seperti itu memungkimkam timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Stahl (1994) mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatau hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu
(39)
“getting together” atau “raihlah yang lebih baik secara bersama-sama” (Slavin,1992).
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah.
c. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. 3. Tujuan Pembelajaran kooperatif
a. Hasil belajar akademik
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu c. Pegembangan ketrampilan sosial
4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif
Fase ke
Indikator Pembelajaran
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar
(40)
informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4 Membimbing kelompok
belajar dan bekerja
Guru membimbing
kelompok-kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya/hasil belajarindvidu maupun kelompok.
(41)
5. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif a. Tipe Number Heads Together (NHT)
Pada dasarnya NHT merupakan variasi dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai guru memanggil nomor (baca anggota) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberi tahukan nomor berapa yang akan presentasi setelahnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut. Menurut Slavin (1995) metode ini dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok.
b. Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembe;ajaran secara individual. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman se-tim dan semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya.
(42)
c. Tipe Teams Games TournamenT (TGT)
Dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya, penerapan TGT mirip dengan STAD dalam hal komposisi kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Bedanya jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan ras, etnik, dan gender maka TGT umumnya fokus hanya pada level kemampuan saja. Selain itu jika dalam STAD yang digunakan adalah kuis maka dalam TGT istilah tersebut biasanya berganti menjadi games akademik.
d. Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Metode yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan
“kompetisi” antarkelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam
berdasarkan kemampuan, ras, gender, dan etnis. Pertama-tama siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis.
Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jad setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimum dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi. Slavin menyatakan bahwa metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi pelajaran, termasuk sains yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban benar.
e. Tipe Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson. Dalam metode Jigsaw siswa ditempatkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5
(43)
anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, maisng-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda dari informasi tersebut.
Setelah mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing-masing, setiap anggota yang mempelajari bagiab-bagian ini berkumpul dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang juga menerima materi yang sama.
f. Tipe Group Investigation (GI)
Metode ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Dalam metode GI siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi. Pertama-tama siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil. Maisng-masing kelompok diberi tugas atau proyek yang berbeda.
Dalam kelompoknya setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, bagaimana menelitinya, dan bagaimana menyajikan hasil penelitian di depan kelas. Semua anggota harus turut andil dalam menentukan topik penelitian yang akan mereka ambil. Mereka pula yang memutuskan sendiri pembagian kerjanya. Selam proses penelitian atau investigasi ini, mereka akan terlibat dalam aktivitas-altivitas berpikir tingkat tinggi, seperti membuat sintesis, ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.
(44)
Keungulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 1. Keunggulan
a. Aktivitas belajar siswa dalam kelas meningkat
b. Melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan umum dan kelompok.
c. Terciptanya interaksi antar siswa dan anatar siswa dengan guru d. Proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat
kembali karena merupakan hasil berpikir dan bekerjasama
e. Prestasi belajar lebih bermakna karena sswa belajar memecahkan masalah persoalannya melalui diskusi dalam kelompok
f. Memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secraa aktif
g. Membantu siswa yang lemah atau kurang menguasai pelajaran oleh siswa yang pandai
2. Kelemahan
a. Menumbuhkan banyak waktu, sehingga sering kali tujuan utama pembelajaran tidak tercapai
b. Kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang pandai, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang menguasai topik yang dibahas
c. Keberhasilan belajar bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja mandiri dan kekompakan antar kelompok
(45)
d. Keberhasilan dari tiap individu juga berbeda-beda dikarenakan motivasi dan semangatnya juga tidak sama.
I. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Metode Team Assisted Individualization (TAI) dikembangkan oleh Robert Slavin. Model pembelajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif. Model pembelajaran TAI mempunyai delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogrn yang terdiri atas 4-5 orang siswa
(2) Flacement Test yaitu pemberian pre test kepada siswa Aatau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu
(3) Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya
(4) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan
(5) Team Scores and Team Recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriterian penghargaan kepada kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas
(46)
(6) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat oleh guru menjelang pemberian tugas kelompok
(7)Fact Test yaitu pelaksanaan tugas kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa
(8) Whole Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu pelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Kerangka model Pembelajaran KooperatiF Tipe Team Assisted Individualization adalah sebagai berikut :
Tahap I : Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa tentang materi yang akan disampaikan. Tahap II : Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan
diterapkannya model pembelajaran TAI, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerjasama antara siswa dalam suatu kelompok.
Tahap III : Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok.
Tahap IV : Guru menjelaskan materi baru secara singkat
Tahap V : Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
Tahap VI : Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok dengan bahan yang sudah diajarkan.
(47)
Tahap VII : Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melaporkan kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya.
Tahap VIII : Ketua kelompok harus bisa menetapkan bahwa setiap kelompoknya telah memahami materi bahan ajar yang diberikan guru dan siap untuk diberikan ulangan oleh guru.
Tahap IX : Guru memberikan ulangan (Amin Suyitno 2006:10-11)
Adapun keuntungan pembelajaran tipe TAI adalah :
1. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya. 2. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
ketrampilannya.
3. Adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelsaikan permasalahannya.
4. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Sedangkan kelemahan pembelajaran tipe TAI adalah :
1. Tidak ada persaingan antar kelompok.
2. Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.
(48)
J. Materi Persamaan Garis Lurus a. Gradien Garis
Gradien suatu garis adalah kemiringan garis terhadap sumbu mendatar. Dalam penentuan besar gradien kita harus membaca unsur-unsur (titik) pada garis dari kiri ke kanan.
1. Garis dengan gradien positif
Garis dengan gradien positif mempunyai kemiringan dari dasar kiri menuju puncak kanan yang naik dengan kenaikan yang stabil (tetap). 2. Garis dengan gradien negatif
Garis dengan gradien negatif mempunyai kemiringan dari puncak kiri menuju dasar kanan dengan penurunan yang stabil (tetap). 3. Garis dengan gradien 0
Garis dengan gradien 0 adalah garis yang sejajar dengan sumbu x 4. Garis dengan gradien ∞
Garis dengan gradien ∞ adalah garis yang sejajar dengan sumbu y.
5. Gradien suatu garis yang melalui pusat O(0,0) dan titik A(
Gradien suatu garis yang melalui titik asal O(0,0) dan titik sembarang ( dapat ditentukan nilainya dengan membandingkan komponen (ordinat) dan komponen (absis) dari titik sembarang ( tersebut. Gradien suatu garis biasanya dinotasikan dengan huruf kecil m.
Gradien = Contoh :
(49)
Tentukan gradien garis yang melalui titik pangkal O(0,0) dan titik berikut :
a. P(3,6) b. Q(-10,5) c. R(8,2) d. S(-4,-8) Jawab : a.
b.
c.
d.
6. Gradien Garis yang Melalui Titik A( dan B(
Diberikan garis k, pilih dua titik sembarang A( dan B(
pada garis tersebut, maka akan diperoleh gradien garis k yang ditentukan oleh :
(50)
Contoh :
Hitunglah gradien garis yang melalui titik (6,-5) dan (8,7) Jawab :
Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah garis yang melalui titik-titik tersebut. Segitiga siku-siku sebagai pedoman untuk menentukan gradien garis tersebut. Perhatikan langkah berikut :
( (
(6,-5) (8,7)
Substitusikan ke rumus gradien diperoleh
7. Gradien Garis
Dalam menentukan gradien garis yang berbentuk , kita harus mengubahnya ke bentuk
↔ Perhatikan bentuk Gradien = m = - Gradien garis Contoh :
Tentukan gradien dari masing-masing garis berikut ini : a. , berarti a = 3, b = 6, dan c = 10
(51)
b. – , berarti a = 2, b = - 6, dan c = 7 Gradien = m =
c. , berarti a = - 3, b = 1, dan c = 2 Gradien = m =
8. Menentukan nilai suatu titik jika gradien dan salah satu titiknya diketahui.
Tentukan nilai a dan b jika garis melalui : a. (1,a) dan (2,9) gradien 4
b. (2,7) dan (b,16) gradien Jawab :
a.
(52)
K. Kerangka Berfikir
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang mempunyai arti kegiatan-kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Semakin tepat memilih metode pembelajaran diharapkan makin efektif dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan dalam memilih metode pembelajaran sehingga jangan sampai keliru dalam menentukan metode pembelajaran yang berakibat kurang efektifnya pembelajaran di sekolah.
Minat merupakan hal yang sangat mendasar untuk melakukan suatu kegiatan, tanpa adanya minat seseorang tidak akan melakukan kegiatannya dengan baik karena minat juga menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatannya. Metode pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran yang mempunyai strategi pembelajaran yang mempunyai strategi pembelajaran penerapan bimbingan atara teman. Melalui metode ini siswa diajak belajar mandiri, dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi ilmiah yang dicari, dilatih menjelaskan temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah.
(53)
Melalui metode ini siswa diajak berpikir dan memahami materi pelajaran, tidak hanya mendengar, menerima dan mengingat-ingat saja. Namun dengan metode ini keaktifan, kemandirian dan ketrampilan siswa dapat dikembangkan, minat siswa dalam menjalani pembelajaran juga diharapkan dapat meningkatkan, sehingga pemahaman materi diharapkan dapat dikembangkan dan akhirnya prestasi belajar yang diperoleh dapat meningkat secara efektif. Oleh karena itu penulis beranggapan bahwa pelajaran matematika tepat bila disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran TAI.
L. Hipotesis Penelitian
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
(54)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui penerapan pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan metode
Teams Assisted Individualization (TAI) terhadap minat dan hasili belajar pada pokok bahasan persamaan garis lurus siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten, maka penelitian ini merupakan penelitian eksperimental.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten, yang beralamat di Jalan Wahidin Sudiro Husodo no 28 Klaten. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2013 (semester ganjil, tahun ajaran 2012/2013).
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten tahun ajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa di kelas kontrol adalah 40 siswa, dan jumlah siswa di kelas eksperimen adalah 42 siswa.
D. Perumusan Variabel
Menurut Sugiyono (2008:2), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
(55)
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain variabel dibedakan menjadi variabel independen, dependen, moderator, intervening, dan variabel kontrol. Akan tetapi karena keterbatasan dalam mengamati, maka peneliti hanya memfokuskan pada variabel independen dan variabel dependen saja.
a. Variabel Independen (Bebas)
Yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Unsur yang menjadi variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI).
b. Variabel Dependen (Terikat)
Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (bebas). Unsur yang menjadi variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa.
E. Bentuk/ Jenis Data
Data yang diambil dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data minat belajar siswa
Data ini berupa hasil tes wawancara peneliti dengan beberapa subjek penelitian dan hasil jawaban kuisioner yang diisi oleh masing-masing siswa.
(56)
2. Hasil belajar siswa
Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa adalah adalah berupa hasil tes yang dikerjakan oleh masing-masing siswa.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan:
1. Minat Belajar siswa
Untuk mengumpulkan data minat belajar siswa digunakan a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2007:158). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung, yaitu pengamatan dilakukan ketika sedang bersama dengan objek penelitian.
b. Wawancara minat belajar
Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2007:165). Wawancara peneliti dengan siswa dilakukan setelah pembelajaran pada pokok persamaan garis lurus selesai dilakukan. Peneliti akan mengambil sampel beberapa siswa dengan hasil tes prestasi tinggi, sedang dan rendah untuk diwawancarai.
(57)
c. Kuisioner minat belajar
Kuisioner adalah alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab pula secara tertulis oleh responden (Margono, 2007:167). Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuisioner tertutup, yaitu kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyan yang disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan. Kuisioner ini diisi oleh masing-masing siswa setelah treatment selesai diberikan.
2. Hasil Belajar Siswa
Untuk mengumpulkan data hasil belajar, peneliti merancang tes tertulis yang harus dikerjakan oleh masing-masing siswa. Tes ini diberikan diakhir (setelah diberikan treatment) karena materi persamaan garis lurus belum pernah diajarkan sebelumnya sehingga tidak dilakukan pre test.
G. Instrumen Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) macam instrument yaitu instrumen yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran dan instrumen yang digunakan yang digunakan untuk pengumpulan data, yaitu
1. Instrumen Pembelajaran
Yaitu instrumen yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Instrumen pembelajaran terdiri dari:
(58)
RPP pada materi persamaan garis lurus ini terdiri dari 4 kali pertemuan, dengan 3 kali pertemuan melakukan proses pembelajaran tentang materi persamaan garis lurus dan 1 kali pertemuan evaluasi (berupa tes tertulis).Dalam RPP tersebut termuat identitas RPP (nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan alokasi waktu), tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan media pembelajaran, serta penilaian. Berikut standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran:
Tabel 3.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Standar Kompetensi :1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus.
No. Kompetensi Dasar Indikator 1. 1.6 Menentukan gradien,
persamaan garis lurus
-Siswa dapat mengenal pengertian dan menentukan gradien garis lurus dalam berbagai bentuk.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa ini berisi langkah-langkah dan panduan kegiatan/ aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. LKS ini diharapkan dapat mendukung aktivitas dan memudahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Teams Assisted Individualization (TAI) sehingga siswa dapat mencapai tujuan dari pembelajaran yang ingin disampaikan oleh guru.
(59)
c. Kuis
Kuis ini berisi soal-soal yang akan dikerjakan oleh siswa setiap setelah pembelajaran berlangsung, jadi peneliti menggunakan 3 pertemuan untuk melakukan penerapan metode kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan 1 pertemuan untuk melakukan tes hasil belajar, sehingga dalam penelitian ini menggunakan 3 kuis. 2. Instrumen Penelitian
Yaitu instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Instrumen penelitian terdiri dari: a. Kuisioner Minat Belajar Siswa
Kuisioner minat belajar ini digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode Teams Assisted Individualization (TAI) terhadap minat belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus.
Adapun kisi-kisi yang ditentukan oleh peneliti untuk menyusun kuisioner minat belajar siswa adalah sebagai berikut.
(60)
B e r d
asarkan kisi-kisi tersebut, disusunlah lembar kuisioner minat belajar siswa (terlampir). Kuisioner ini terdiri dari 30 butir soal yang mana masing-masing butir soal mempunyai 5 buah opsi pilihan jawaban, akan tetapi siswa hanya diperbolehkan untuk memilih satu jawaban
saja dengan membubuhkan tanda centang (√) pada opsi jawaban yang
No. Kisi-kisi Nomor soal 1. Siswa mempunyai rasa keingintahuan yang
tinggi. Indikator:
Siswa bertanya kepada guru maupun teman sebaya
Siswa tertarik pada materi dan metode pembelajaran
Siswa mau mencoba-coba mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
17,25
1,7,12,19,21,28
6,15,27
2. Perhatian siswa terpusat selama proses pembelajaran.
Indikator:
Siswa memperhatikan ketika guru menyampaikan materi
Siswa berusaha aktif dan terlibat dalam pembelajaran
Siswa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
1,11,18,26
4,16,30
13
9,20,23,24
3. Rasa senang selama mengikuti pembelajaran di luar kelas.
Indikator:
Siswa merasa senang selama proses pembelajaran
Siswa merasa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
Siswa tidak bosan selama proses pembelajaran
5
10
(61)
dianggap paling mewakili keadaannya. Pada 30 soal tersebut terdapat
pilihan jawaban “Sangat Sering”, “Sering”, “Jarang”, “Kadang
-Kadang” dan “Tidak Pernah”.
b. Lembar Wawancara Siswa
Lembar wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan oleh peneliti yang ditujukan kepada siswa untuk mendukung atau memberikan penguatan atas data yang telah diperoleh dari kuisioner minat belajar siswa. Pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa adalah sebagai berikut:
1. Apakah kamu merasa kesulitan dalam mempelajari matematika? 2. Bagaimana caramu mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut?
3. Apakah pendapatmu mengenai pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI)?
4. Apakah kamu menyukai pembelajaran yang dilakukan dikelas tadi?Mengapa?
5. Mana yang lebih kamu sukai, pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) ini atau pembelajaran bersseting kelompok lain yang seperti dilakukan biasanya?
6. Apakah teman-teman sekelompokmu bisa diajak kerjasama?
7. Apakah kamu berusaha membantu teman kamu yang mengalami kesulitan?
8. Apakah kamu lebih bersemangat dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode menggunakan model
(62)
pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization
(TAI)?
9. Apakah dengan menggunakan pembelajaran dengan metode menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) kamu dapat berkonsentasi?
10.Bagaimana sikap kamu selama proses pembelajaran menggunakan metode menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI)?aktif atau pasif?mengapa?
11.Ketika guru atau teman bertanya apakah kamu berusaha untuk menjawab?
12.Apakah kamu mengerjakan semua soal yang diberikan oleh guru? 13.Apakah kamu punya saran yang perlu disampaikan sehubungan
dengan pembelajaran kooperatif tipe menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization
(TAI)?
c. Lembar Wawancara Guru
Lembar wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan oleh peneliti yang ditujukan kepada guru untuk mendukung atau memberikan penguatan atas data yang telah diperoleh. Pertanyaan yang akan diajukan kepada guru adalah sebagai berikut:
1. Menurut ibu bagaimana keadaan kelas pada saat penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization
(63)
2. Menurut ibu apakah ada dampak pembelajaran di kelas dengan digunakannya pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI)?
3. Menurut ibu apakah siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI)?
4. Menurut ibu apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) lebih baik daripada pemebelajaran konvensional?
5. Apakah ada kendala/kesulitan sewaktu ibu mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI)?
6. Apakah ibu tertarik untuk menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) atau tetap akan menggunakan pembelajaran konvensional?
7. Apa saran ibu mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI)?
d. Tes Hasil Belajar Siswa
Tes diberikan setelah penerapan metode pembelajaran dengan metode menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) pada kelas eksperimen. Untuk kelas
(64)
kontrol juga diberikan tes yang sama setelah dilakukan pembelajaran dengan metode konvensional. Kemudian hasil tes kelas eksperimen akan dibandingkan dengan hasil tes kelas kontrol. Hal ini dilakukan untuk melihat penerapan model pembelajaran ini terhadap pokok bahasan persamaan garis lurus terhadap hasil belajar siswa. Berikut kisi-kisi tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar
No. Kisi-Kisi Nomor
Soal
Aspek Kognitif 1.
Siswa dapat menggambarkan gradien positif dan gradien negatif
1a,1b,1c
Comprehension dan Syntesis
2.
Siswa dapat menentukan gradien jika melalui titik pangkal (0,0) dan melalui satu titik.
2a,2b,2c
Comprehension dan Application
3. Siswa dapat menentukan
gradien jika melalui dua titik. 3a,3b
Comprehension dan Application 4.
Siswa dapat menentukan gradien jika melalui suatu garis.
4a,4b,4c
Comprehension dan Application 5.
Siswa dapat menentukan nilai suatu titik jika gradien sudah diketahui. 5a,5b Comprehension, Application, dan Analysis e. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui apa saja maslah yang dihadapi oleh SMP pangudi Luhur 1 Klaten khususnya pada pelajaran matematika. Observasi dilakukan peneliti sebanyak 2x untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
(65)
H. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen digunakan untuk mengetahui kevalidan suatu instrumen. Berikut uji coba yang digunakan untuk melihat kevalidan suatu instrumen.
1. Validitas RPP, LKS, Lembar Observasi, Kuisioner Minat Belajar Siswa, Lembar Wawancara, Kuisioner Penilaian Diri Siswa.
RPP, LKS diuji validitasnya dengan penilaian pakar. Kuisioner minat belajar, dan lembar wawancara tidak diujicobakan terhadap subjek penelitian akan tetapi kuisioner ini diuji validitasnya dengan menguji setiap item soal dengan teknik penilaian pakar.
2. Validitas Tes Hasil Belajar Siswa.
Validitas soal tes hanya diuji oleh dosen pembimbing dan guru pamong. Karena di kelas VIII siswa belum pernah diajarkan materi tentang garis lurus sebelumnya sehingga uji validitas tidak bisa dilakukan pada kelas VIII dan tidak bisa dilakukan di kelas IX karena guru matematika kelas IX tidak berkenan.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif deskriptif dan analisa kuantitatif. Untuk analisa kualitatif digunakan hasil pengamatan, sedangkan kuantitatif dengan analisa statistika. Data hasil penelitian dianalisis dengan langkah-langkah berikut:
1. Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI)
(66)
Analisis ketuntasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization
(TAI) adalah sebagai berikut:
Dimana skor 1 apabila tanda cek (√) diberikan pada kolom “ya” dan skor 0 apabila tanda cek (√) diberikan pada kolom “tidak”. Model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dikatakan terlaksana dengan baik apabila keterlaksanaan lebih dari atau
sama dengan (≥) 80%.
2. Minat Belajar siswa
Minat belajar siswa terhadap model pembelajaran dengan metode menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kuisioner minat belajar
Kuisioner minat belajar ini terdiri dari 30 butir soal, dengan 15 pertanyaan positif dan 15 pertanyaan negatif. Pertanyaan positif dan pertanyaan negatif terdapat pada soal nomor:
Tabel 3.4 Pertanyaan Positif dan Negatif Kuisioner
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif 1,3,4,5,6,9,15,17,18,19,20,22,
27,29 ,30
2,7,8,10,11,12,13,14,16,21,23,24,25 ,26,28
(67)
Tabel 3.5 Skor Pertanyaan Positif Kuisioner
Skor Pilihan Jawaban
5 “Selalu”
4 “Sering”
3 “Jarang”
2 “Kadang-kadang” 1 “Tidak Pernah”
Sedangkan untuk pertanyaan negatif, pemberian skor ditetapkan sebagai berikut.
Tabel 3.6 Skor Pertanyaan Negatif Kuisioner
Skor Pilihan Jawaban
1 “Selalu”
2 “Sering”
3 “Jarang”
4 “Kadang-kadang” 5 “Tidak Pernah”
Skor tertinggi yang dapat diperoleh oleh siswa dari kuisioner ini adalah 150, dan skor terendah adalah 30. Semakin tinggi skor siswa, maka semakin tinggi minat belajar siswa dan sebaliknya semakin rendah skor siswa, maka semakin rendah minat belajar siswa terhadap pembelajaran dengan metode menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI). pada pokok bahasan persamaan garis lurus ini.
Berikut kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori minat masing-masing siswa.
Tabel 3.7 Kriteria Minat Siswa
Skor (%) Kriteria
(68)
21 – 40 Kurang Berminat (KM)
41 – 60 Cukup Berminat (CM)
61 – 80 Berminat (M)
81 – 100 Sangat Berminat (SM)
Sedangkan untuk menentukan kategori minat seluruh siswa digunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.8 Presentase Minat Siswa
Jumlah Persentase Minat Siswa
Kriteria
SM SM+M SM+M
+CM
SM+M+CM +KM
SM+M+CM +KM+TM
≥75% SM
<75% ≥75% M
<75% ≥65% CM
<65% ≥65% KM <65% TM
b. Wawancara minat belajar
Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif. Wawancara ini berfungsi untuk menggali informasi dan memperkuat jawaban dari kuisioner yang diberikan pada siswa serta untuk mengetahui apakah model pembelajaran dengan metode (menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) benar-benar menarik minat siswa.
3. Hasil Belajar Siswa
Analisis hasil belajar siswa dpat dilakukan dengan dilakukan tes hasil belajar. Selain itu juga bisa dilihat dari Kriteri Ketuntasan Minimal siswa yaitu 76. Hasil belajar ini untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami suatu materi dan juga apakah penerapan pembelajaran
(69)
kooperatif tipe Teams Assisted Individualization ( TAI) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Analisis hasil belajar dilakukan juga dengan menghitumg rata-rata dan varians sebagai berikut:
J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI). Agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan rencana kegiatan. Rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama penelitian berlangsing adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan penelitisn, peneliti mempersiapkan hal-hal yang diperlukan, agar penelitian dapat berlangsung dengan lancar. Hal-hal yang dpersiapkan diantarannya adalah:
a. Menentukan materi yang akan diajarkan
b. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran c. Menyiapkan instrumen penelitian
(70)
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaaan peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut : a. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI).
b. Peneliti memberikan kuis kepada siswa setiap akhir pelajaran. c. Peneliti melakukan tes hasil belajar.
d. Peneliti membagikan kuisioner kepada siswa untuk mengetahui minat belajar siswa tentang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI).
e. Peneliti melakukan wawancara dengan siswa untuk lebih menguatkan data tentang minat dan tanggapan siswa selam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI).
3. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data ini, peneliti mengolah data yang telah diperoleh selama melaksanakan penelitian untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
(71)
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai pelaksanaan penelitian, menyajikan dan menganalisis data yang diperoleh selama penelitian tentang penerapan model penelitian tipe Teams Assisted Individualization (TAI), serta pembahasan terhadap data yang sudah dianalisis.
A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melaksanakan proses pengambilan data di kelas terlebih dahulu peneliti melakukan observasi terhadap lingkungan sekolah, proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika mengenai kondisi siswa.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa lingkungan sekolah berada di kota yang cukup ramai. Lingkungan sekolah yang luas, bersih dan fasilitas yang memadai seperti ruang kelas yang terang dan tidak pengap karena terdapat jendela, adanya viewer dan whiteboard, buku paket matematika, buku jurnal, dan lain sebagainya mengakibatkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif.
Setelah melakukan observasi pada proes pembelajaran peneliti membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran yang berupa kuisioner minat belajar siswa, latihan, kuis, tes hasil belajar yang dibuat berdasarkan pertimbangan dosen pembimbing dan dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran. Soal tes hasil belajar berjumlah 5 soal.
(72)
Peneliti tidak melalukan uji coba di kelas VIII karena kelas VII belum memperoleh materi tentang gradien dan tidak bisa diujicobakan kepada siswa kelas IX yang sudah pernah mendapatkan materi gradien karena guru mata pelajaran matematika kelas IX tidak berkenan, sehingga validitas soal hanya diujikan kepada doses pembimbing dan guru mata pelajaran matematika tetapi peneliti melakukan uji coba kuisioner minat belajar siswa. Kuisioner diujicobakan ke kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Klaten pada Kamis,17 Oktober 2013. Kuisioner berjumlah 30 soal yang masing-masing mempunyai 5 buah opsi pilihan tanggapan (respon), akan tetapi siswa hanya diperbolehkan memilih satu tanggapan saja. Setelah uji coba selesai peneliti melakukan penskoran.
Pengambilan data yang dilakukan peneliti sebanyak tiga kali pertemuan. Peneliti dibantu oleh dua observer untuk mengamati keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti mediskripsikan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) pada siswa-siswi kelas VIII C sebagai kelas eksperimen semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 SMP Pangudi Luhur 1 Klaten adalah sebagai berikut :
1. Pertemuan I( 2 x 40 menit )
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Oktober 2013 pukul 10.50 – 12.10. Pertemuan ini diikuti oleh 36 siswa karena 6 siswa izin meninggalkan pelajaran karena mengikuti Dianpinru. Pada pertemuan I ini, semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar mulai dari siswa belajar
(1)
S:nggak tahu
A:ada saran nggak untuk pembelajaran kemarin itu?
S:nggak ada
A:ok makasih ya dek
(2)
TRANSKRIP WAWANCARA GURU
A: menurut ibu bagaimana keadaan kelas pada saat penerapan metode kooperatif
tipe TAI?
B: menurut saya keadaan kelas pada saat menggunakan tipe ini tentu saja agak
berbeda dengan menggunakan metode konvensional krna ada pmbentukan
kelompok shg membuat suasana kelas cukup ramai dan ini juga mnurut saya
anak harus tahu dengan segera sehingga tidak membuang-buang waktu.
A: trus yang kedua menurut ibu apakah ada dampak pembelajaran di kelas
dengan menggunakan metode kooperatif tipe TAI?
B: ya terimakasih...menurut saya eee bagus ya metode ini ya karena siswa yang
rajin semakin rajin kemudian ada kesadaran aktif dari siswa untuk mau
presentasi ke depan dan yang jelas anak-anak itu lebih berani mengemukakan
pendapat /presentasinya lebih aktif dan menonjol.
A: kemudian menurut ibu apakah siswa itu lebih aktif dalam pembelajaran
menggunakan metode kooperatif tipe TAI?
B: sejauh pengamatan saya memang metode ini membuat siswa lebih aktif dan
ketika saya mengamati betul didalam kelas dengan metode ini ternyata sangat
jauh berbeda dan anak-anak saya lihat lebih aktif.
A: kemudian menurut ibu apakah pmbelajaran matematika menggunakan TAI itu
(3)
B: kalau dari sisi menarik iya sangat menarik karena metode ini metode yg baru
artinya ank-anak belum pernah mnggunakan metode ini sebelumnya tetapi
kalau lebih efektif tentu nanti akan terlihat waktu dalam 1 semester bisa selesai
nggak untuk mencapai materi sekian dalam wktu 1 semester tetapi secara
keseluruhan metode ini saya rasa sangat menarik.
A: apakah ada kesulitan atau kendala dalam melaksanakan pembelajaran
kooperatif tipe TAI ini bu?
B: menurut saya ehhhmmm tidak ada kendala yang begitu menonjol atau
dominan hanya mngkin dalam waktu pembagian kelompok dalam diskusi itu
bisa tidak merata ketika kita merencakan dari awal siapa yang jadi ketua
kelompok harus dengan siapa-siapa mungkin yang jelas ada siswa yang “tidak
cocok” antar ketua kelompok degan dirinya sndiri, ada kendala ketika kita
sudah menyiapkan dia menjadi ketua kelompok tetapi dia harus keluar kelas
karena ada kegiatan dianpinru, pelantikan osis baru, atau suporter dalam
GRBL( lomba basket) ini menurut saya menjadi kendala /kesulitan karena
harus menentukan ketua kelompok baru yg sebetulnya sudah kita persiapkan.
A: apakah ibu merasa tertarik utk menggunakan metode TAI?atau tetap akan
menggunakan metode konvensional?
B: tertarik...jujur saya tertarik eeee tetapi mungkin nanti akan diberikan di
saat-saat tidak di pagi hari.
A: apa saran ibu terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan metode TAI?
(4)
1. Disiapkan degan LKS dalam setiap pertemuan
2. Bisa dengan bantuan alat media yang lain LCD dan laptop karena
sekarang itu dituntut dengan media pembelajaran yang lebih bersifat
modern jadi bisa menggunakan itu karena kemaren hanya menggunakan
white board sehingga kalau mnggunakan laptop dan lcd akan lebih baik.
3. Metode ini sangat efektif digunakan menurut saya saat sesudah tes
misalnya sesudah UHT,mid semester atau pada saat tutor siang hari atau
sore hari.
A: baik bu terimakasih bu
(5)
Siswa mengerjakan secara mandiri Siswa mengerjakan secara kelompok
Guru menerangkan materi Siswa mempresentasikan jawaban
Siswa mengerjakan kuis individu Siswa mengisi kuisioner
(6)
Siswa mengerjakan soal ujian