Rekayasa Nilai Value Engineering

yang ada sekarang ini sering kali mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Konsumen menginginkan suatu produk yang terjangkau dan memiliki manfaat yang lebih daripada bentuknya. Hal ini membuat setiap produsen berlomba-lomba untuk menciptakan suatu produk yang inovatif dan kompetitif. Untuk menciptakan atau menambah nilai suatu produk jasa yang memiliki keunggulan diperlukan sistem rantai nilai yang dapat menunjang terciptanya keunggulan kompetitf tersebut. Menurut Blocher et al. 2011: 64, terdapat tiga dalam penerapan sistem rantai nilai: 1. Fase hulu manajemen rantai pasokan, mencakup pengembangan produk dan hubungan perusahaan dengan pemasok. 2. Fase operasi, mengacu pada operasi manufaktur atau peritel untuk perusahaan jasa. 3. Tahap hilir manajemen hubungan pelanggan, mengacu pada hubungan dengan pelanggan, mencakup pengiriman, pelayanan dan aktivitas terkait lainnya. Bagian penting dari pelaksanaan analisis rantai nilai adalah menganalisis strategi berdasarkan pertimbangan keunggulan kompetitif. Tidak mungkin suatu perusahaan akan membuat sesuatu yang sama dengan pesaingnya. Hal itu akan dianggap plagiat atau menjiplak hasil karya perusahaan lain, tidak kreatif dan terjadi persaingan yang tidak sehat yang nantinya akan merugikan setiap perusahaan yang terlibat. Padahal setiap pelanggan atau konsumen menginginkan suatu produk yang inovatif, memiliki keunggulan tersendiri dan beragam sehingga konsumen akan memiliki pilihan tersendiri untuk kebutuhannya. Untuk itulah dengan menggunakan analisis rantai nilai, setiap perusahaan dapat menentukan strategi-strategi yang akan diterapkan untuk menciptakan produk dengan keunggulan kompetitif tertentu. Contohnya dalam industri teknologi, Texas Instrument berfokus pada teknologi chips, Intel berfokus pada teknologi prosessor atau Sony berfokus pada layar monitor. Ataupun produk sepatu olahraga Nike lebih berfokus pada desain stylist dan bahan yang ringan dipakai dan Adidas berfokus pada ketahanan sepatu yang kuat dan desain mewah elegan. Menurut Blocher et al. 2011:64- 65, dalam mencapai keunggulan kompetitif tersebut, terdapat dua langkah dalam analisis rantai nilai, yakni: 1. Mengidentifikasi aktivitas rantai nilai. Perusahaan melakukan identifikasi aktivitas nilai tertentu seperti proses perancangan, produksi dan penyediaan layanan pelanggan untuk melakukan pengembangan rantai nilai. 2. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan menurunkan biaya atau menambah nilai Hal ini bertujuan untuk mengetahui suatu potensi yang dapat dimanfaatkan melalui analisa aktivitas nilai dan penggerak biaya cost driven. Dalam upaya untuk mengetahui potensi-potensi yang ada, terdapat hal-hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: a. Identifikasi keunggulan kompetitif. b. Identifikasi kesempatan untuk menambah nilai melalui identifikasi aktivitas yang dapat menambah nilai bagi pelanggan. c. Identifikasi peluang untuk mengurangi biaya. Menurut Blocher, et al. 2012: 222-223, terdapat dua macam aktivitas yang memiliki tambah, yaitu: 1. Aktivitas bernilai tambah tinggi high-value-added activity dapat meningkatkan milai produk atau jasa secara signifikan. Contoh: aktivitas merencanakan penyiaran berita sehingga pemirsa dapat mengikuti transisi dari satu berita ke berita berikutnya. 2. Aktivtas bernilai tambah rendah low-value-added activity merupakan kegiatan yang menghabiskan waktu, sumber daya atau ruang tetapi menambah sedikit kontribusi untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Aktivitas bernilai tambah rendah adalah aktivitas yang: a. Dapat dihapuskan tanpa mempengaruhi bentuk, kesesuaian, atau fungsi produk atau jasa. b. Dimulai dengan awalan β€œre” contoh: rework. c. Menyebabkan pemborosan dan menambahkan sedikit atau tidak sama sekali nilai bagi produk atau jasa. d. Diduplikasi pada departemen lain atau menambah tahap yang tidak dibutuhkan dalam proses bisnis. e. Menghasilkan output yang tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan.

J. Penentuan Harga Jual

Menurut Supriyono 2008: 332, harga jual adalah sejumlah moneter yang dibebankan suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Mulyadi 2012: 78, menyatakan bahwa pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya ditambah markup. Menurut Rudianto 2006: 231, dalam melakukan penetapan harga jual produk diperlukan berbagai pertimbangan yang terintegrasi. Mulai dari biaya produksi, biaya operasional, target laba yang diinginkan perusahaan, daya beli masyarakat, harga jual pesaing, kondisi perekonomian secara umum, elastisitas harga produk dan sebagainya. Oleh sebab itu, penentuan harga jual produk sebaiknya meruapakan kebijakan yang benar-benar dipertimbangkan secara matang dan terintegrasi karena setiap kebijakan yang dipilh perusahaan akan berpengaruh secara langsung terhadap berhasil-tidaknya perusahaan mencapai tujuannya. Menurut Rudianto 2006: 232-242, terdapat beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan harga jual suatu produk berbasis pada besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan: 1. Metode maksimalisasi laba Dengan memaksimalkan laba usaha per unit yang besar tidak akan bisa diimbangi dengan penjualan yang optimal, maka akan menghasilkan laba usaha total yang tidak optimal. Sebaliknya, apabila menetapkan laba usaha per unit terlalu kecil tetapi diimbangi dengan tingkat penjualan produk yang besar, mungkin tidak akan menghasilkan laba usaha total seperti yang diharapkan. Apabila faktor harga jual berpengaruh terhadap volume penjualan produk maka diperlukan alternatif dari kombinasi harga jual dan volume penjualan yang paling menguntungkan untuk mengoptimalkan perolehan laba usaha perusahaan. 2. Metode tingkat pengembalian atas modal Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh penanam modal perusahaan mengharuskan perusahaan menggungkannya sebagai dasar untuk menetapkan harga jual produk pada kapasitas produksi yang dimilki perusahaan 3. Metode biaya konversi Jika perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk dengan komposisi biaya berbeda satu dengan lainnya, sebaiknya perlu dilakukan pertimbangan untuk menentukan pilihan produk yang paling memberi keuntungan total yang paling besar bagi perusahaan. 4. Metode marjin kontribusi Marjin kontribusi adalah selisih antara harga jual dengan biaya produksi variabel yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Jika perusahaan telah mencapai titik impas maka biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan pada periode tersebut telah dibebankan dan ditutup oleh volue titik impas tersebut. 5. Metode biaya standar Jika perusahan telah memiliki biaya standar yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan besarnya biaya produksi maka penentuan harga jual dapat pula ditentukan berdasarkan biaya standar yang dimiliki perusahaan. Namun seringkali terdapat penyimpangan dalam praktiknya, maka perusahaan diharuskan segera mengambil tindakan cepat untuk merevisi keputusan harga jual yang telah ditetapkan. 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah studi kasus, dimana peneliti mengamati langsung objek secara langsung dengan menggunakan berbagai sumber data.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan, pada: Waktu : Februari – April 2015 Tempat : Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo, Yogyakarta

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian a. Bagian Produksi b. Bagian Keuangan c. Bagian Gudang d. Bagian Administrasi 2. Obyek Penelitian Hasil wawancara dengan manajer dan perhitungan biaya produksi Pertenunan Santa Maria Boro.

D. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data Data kualitatif terdiri atas gambaran umum perusahaan, sejarah berdirinya perusahaan, proses produksi, struktur organisasi dan gambaran umum pesaing. Data kuantitatif terdiri atas laporan biaya produksi, penetapan harga jual, aset yang dimiliki, bahan baku, data pemasok dan tenaga kerja dalam proses produksi. 2. Sumber Data Data primer terdiri dari atas perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode target costing dan sumber-sumber pendukung yang berasal dari wawancara dengan bagian produksi dan bagian keuangan. Data sekunder terdiri atas: a. Data biaya bahan baku b. Biaya tenaga kerja c. Biaya overhead d. Data-data pendukung lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, yakni proses produksi guna meneliti kegiatan yang tidak memberi nilai tambah value engineering.

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode target Costing dalam Upaya Pengurangan Biaya Produksi untuk Peningkatan Laba Perusahaan (Studi Kasus pada Usaha Dagang Eko Kusen)

7 29 118

Evaluasi penentuan harga pokok produksi dengan metode process costing : studi kasus pada perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro.

0 0 94

Implementasi anggaran sebagai alat pengendalian biaya produksi tahun 2013 : studi kasus pada pertenunan Santa Maria Boro Kalibawang, Yogyakarta.

0 3 133

Penggunaan balanced scorecard sebagai penilaian kinerja : studi kasus pada Pertenunan Santa Maria Boro, Kalibawang, Kulon Progo.

0 1 179

Pengaruh biaya promosi dan biaya distribusi terhadap peningkatan volume penjualan : studi kasus pada perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro tahun 2007.

1 3 119

Evaluasi efisiensi biaya produksi berdasarkan anggaran biaya produksi : studi kasus pada Pertenunan `Santa Maria` Boro.

0 0 135

Analisis kebutuhan tenaga kerja dan efisiensi biaya tenaga kerja : studi kasus pada Perusahaan Pertenunan Santa Maria di Boro, Banjar Asri, Kalibawang, Kulon Progo.

0 0 119

Studi kasus pada karyawan bagian produksi Pertenunan Santa Maria, Boro, Kulon Progo SKRIPSI

0 0 90

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI Studi Kasus pada Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro Yogyakarta SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

0 0 93

Evaluasi sistem pengendalian intern penjualan kredit : studi kasus pada perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro Yogyakarta - USD Repository

0 1 149