Corporate Social Responsibilty Disclosure

menjadi tempat operasi perusahaan. Masyarakat akan memberikan tanggapan yang negatif kepada perusahaan yang di anggap tidak memperhatikan keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan sekitarnya. Respon negatif dari masyarakat inilah yang akan mengancam keberlangsungan dari perusahaan Candrayanthi dan Saputra, 2013 Berdasarkan Undang – undang No.40 Tahun 2007, khususnya Pasal74 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan pertambangan merupakan perusahaan yang diwajibkan oleh undang-undang No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 agar melaksanakan tanggung jawab sosial. 2.1.2 Pengertian Corporate Social Resonsibility Disclosure Hendrikson dan Brenda 2002, dalam Kartika 2009, menyatakan bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai penyajian informasi yang diperlukan untuk mencapai operasi yang optimum di pasar modal yang efisien.Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu pengungkapan wajib mandatory disclosure dan pengungkapan sukarela voluntary disclosure. Hadi 2011:206 mendefinisikan pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan laporan aktivitas tanggungjawab sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan baik yang berkaitan dengan perhatian masalah dampak sosial maupun lingkungan.Annual report digunakan sebagai salah satu media untuk mengungkapkan penerapan tanggung jawab sosial perusahaan.Menurut Syahnaz 2013, Annual report merupakan sarana komunikasi perusahaan dengan pihak eksternal. PSAK No.1 tahun 2009 paragraf 9 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bagian Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan menyatakan bahwa: “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah value added statement, khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.” Pengungkapan CSR merupakan salah satu media yang digunakan untuk menunjukkan kepedulian perusahaan pada masyarakat sekitar. Pengungkapan informasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan akan berbeda-beda tergantung pada karakteristik dari masing-masing perusahaan. Wallace et. al. 1994 dalam Arthana 2010 menyatakan bahwa karakteristik perusahaan menurut konteks pelaporan keuangan dapat diklasifikasikan menurut struktur dan kinerja perusahaan.Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting Mathews, 1995 atau corporate social responsibility CSR. Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan sejalan dengan teori legitimasi yang menyatakan setiap perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat berdasarkan nilai-nilai keadilan dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok untuk melegitimasi tindakanperusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat maka perusahaan kehilangan legitimasinya sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Jadi pengungkapan informasi CSR merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis menurut Haniffa dan Cooke 2005 dalam Rustiarini 2011. Agar praktik CSR yang dilakukan dapat diketahui oleh para stakeholder, perusahaan harus melakukan pengungkapan atas praktik CSR-nya.Pengungkapan praktik-praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan menyebabkan perlunya memasukkan unsur sosial dalam pertanggungjawaban perusahaan ke dalam akuntansi.Hal ini mendorong lahirnya suatu konsep yang disebut sebagai Social Accounting, Socio Economic Accounting ataupun Social Responsibility Accounting Indira dan Dini, 2005. Pertimbangan aspek sosial ke dalam akuntansi telah dilakukan oleh Trueblood Committee.Trueblood Committee menyatakan bahwa tujuan sosial perusahaan tidak kalah penting daripada tujuan ekonomi.Trueblood Committee Report menyatakan : “An objective of financial statements is to report on those activities of the enterprise affecting society which can be determined and described or measured and which are important to the role of the enterprise in its social environment. “ Berdasarkan pernyataan diatas tanggungjawab sosial perusahaan CSR adalah bagian dari tujuan laporan keuangan. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap. Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan selengkap yang dilakukan perusahaan besar. Perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan yang lain. 2.1.3 Manfaat Pengungkapan Sumber Daya Manusia Restuti dan Nathaniel 2012, banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial atau Corporate Sosial Responsibility CSR dalam laporan tahunan perusahaan yang masih bersifat sukarela sebagai salah satu strategi bisnisnya dan untuk menaati peraturan yang telah ditetapkan. Tujuan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Gray, Owen, dan Maunders 1988, dalam Sulistyowati 2004,adalah : a. Untuk meningkatkan image perusahaan b. Untuk meningkatkan akuntabilitas suatu organisasi,dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara organisasi dengan masyarakat. c. Untuk memberikan informasi kepada investor. Tanggungjawab sosial perusahaan dapat memberikan berbagai manfaat potensial bagi perusahaan. Dalam ISO 26000 disebutkan manfaat tanggungjawab sosial bagi perusahaan yaitu : 1. Mendorong lebih banyak informasi dalam pengambilan keputusan berdasarkan peningkatan pemahaman terhadap ekspektasi masyarakat, peluang jika kita melakukan tanggungjawab sosial termasuk manajemen risiko hukum yang lebih baik dan risiko jika tidak bertanggungjawab secara sosial. 2. Meningkatkan praktekpengelolaan risiko dari organisasi. 3. Meningkatkan reputasi organisasi dan menumbuhkan kepercayaan publik yang lebih besar. 4. Meningkatkan daya saing organisasi. 5. Meningkatkan hubungan oganisasi dengan para stakeholer dan kapasitasnya untuk invoasi dengan para stakeholder dan kapasitas untuk inovasi, melalui paparan persepktif baru dan kontrak dengan para stakeholder. 6. Meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan baik karyawan laki- laki maupun perempuan dan berdampak positif pada kemampuan organisasi untuk merekrut, memotivasi dan mempertahankan karyawan. 7. Memperoleh penghematan terakait dengan pengingkatan produktivitas dan efisiensi sumber daya, konsumsi air dan energi yang lebih rendah, mengurangi limbah dan meningkatkan ketersediaan bahan baku. 8. Meningkatkan keandalan dan keadilan transaksi melalui keterlibatan politik yang bertanggung jawab, persaingan yang adil, dan tidak adanya korupsi. 9. Mencegah atau mengurangi potensi konflik dengan konsumen tentang produk atau jasa. 2.1.4 Komponen Pengungkapan Tanggung jawab Sosial Terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan CSRD perusahaan, Munif 2010, dalam Ardian dan Rahadja 2013, menyatakan ada beberapa standar untuk mengukur pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan, salah satunya adalah pedoman Global Reporting Indeks GRI dari Global Reporting Initiatives. Pedoman dari GRI ini banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan Oleh karena, kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia masih bersifat sukarela, maka didalam praktiknya masih banyak terjadi variabilitas luasmya item-item yang dilaporkan atau diungkapkan. Tujuh elemen dasar dari praktik CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan ISO 260002, yaitu : 1. Tata kelola perusahaan Elemen ini mencakup bagaimana perusahaan harus bertindak sebagai elemen dasar dari tanggungjawab sosial social responsibility 2. Hak asasi manusia Elemen ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia. Hak asasi manusia terbagi menjadi dua kategori utama, kategori pertama mengenai hak-hak sipil dan politik civil and political rights yang mencakup hak untuk hidup dan kebebasan right to life and liberty, kesetaraan di mata hukum equality before the law dan hak untuk berpendapat freedom of expression.Kategori yang kedua mengenai mencakup hak untuk bekerja right to work, hak atas pangan right to food, hak atas kesehatan right to health, hak atas pendidikan right to education dan hak atas jaminan sosial right to social security. 3. Ketenagakerjaan labour practices Elemen ini mencakup seluruh hal yang terdapat didalam prinsip dasar deklarasi ILO 1944 dan hak-hak tenaga kerja dalam deklarasi hak asasi manusia.Sebagai contohnya yaitu pelaksanaan kondisi kerja yang baik, bermartabat, dan kondusif, pengembangan sumberdaya manusia dan lain-lain. 4. Lingkungan environment Elemen ini mencakup pencegahan polusi sebagai dampak aktivitas perusahaan, pencegahan global warming, pendayagunaan sumber alam secara efisien dan efektif, dan penggunaan sistem manajemen lingkungan yang efektif dan berkelanjutan. 5. Praktik operasional yang adil fair operational practices Elemen ini mencakup pelaksanaan aktivitas secara etik dan pengungkapan aktivitas perusahaan yang transparan, pelaksanaan aktivitas pemilihan pemasok yang etis dan sehat, penghormatan terhadap hak-hak intelektual dan kepentingan stakeholder, serta perlawanan terhadap korupsi. 6. Konsumen consumer issues Elemen ini mencakup penyediaan informasi yang akurat dan relevan tentang produk perusahaan kepada pelanggan, penyediaan produk yang aman dan bermanfaat bagi pelanggan. 7. Keterlibatan dan pengembangan masyarakat community envolvement and development Elemen ini mencakup pengembangan masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat, aktivitas sosial kemasyarakatan philantrophy, dan melibatkan masyarakat didalam aktivitas operasional perusahaan. Pengungkapan sosial perusahaan dalam 7 kategori yang disebutkan oleh Heckston dan Milne 1996 dalam Fahrizqi 2010, yaitu : lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Menurut Sembiring 2005, berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan ada 12 item dari 90 item pengungkapan yang tidak sesuai untuk diterapkan dengan kondisi di Indonesia. Selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan cara menghapuskan 12 item pengungkapan tersebut, sehingga secara total tersisa 78 item pengungkapan. Item pengungkapan dalam penelitian ini kemudian dinyatakan dalam bentuk indeks pengungkapan sosial, yang terdiri dari : 1.Lingkungan 2. Energi 3. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja 4. Lain-lain Tenaga Kerja 5. Produk 6. Kerterlibatan Masyarakat 7. Umum 2.1.5 Komponen pengungkapan sumber daya manusia 1 Pengertian pengungkapan sumber daya manusia Berbagai informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan akan menarik minat para kepentingan perusahaan. Informasi mengenai sumber daya manusia merupakan informasi yang berguna dalam berbagai aspek dari proses manajemen sumber daya manusia, termasuk proses perencanaan dan pengendalian dalam akuisasi, pengembangan, pengalokasian, konservasi dan kualitas manusia. Pengungkapan sumber daya manusia merupakan bagian dari pengungkapan tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan.Bila dilihat dari karakteristiknya, informasi sumber daya manusia meliputi informasi potensi kemampuan individu, informasi pemanfaatan kemampuan individu, dan informasi pengembangan sumber daya manusia atau dapat dikelompokkan dalam informasi yang bersifat bukan akuntansi non-accounting information maupun informasi akuntansi accounting information. Informasi yang berkaitan dengan kemampuan intelektual sumber daya manusia jelas merupakan informasi yang sifatnya bukan akuntansi Susanto, 2005. 2 Manfaat pengungkapan sumber daya manusia Pengungkapan sumber daya manusia, secara umum, dianggap memberikan manfaat yang berbeda untuk perusahaan dan menjadi pengaruh yang baik dalam reputasi perusahaan. Frederiksen dan Westphalen 1998,dalam Dominguez 2011 menunjukkan bahwa pengungkapan sumber daya manusia membantu meningkatkan pemasaran untuk klien di masa sekarang dan masa depan juga untuk mengembangkan sumber daya manusia di perusahaan tersebut. 3 Komponen pengungkapan sumber daya manusia Menurut Anggraini 2006, pengungkapan kinerja ekonomi ini lebih banyak berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap karyawannya, yaitu dalam bentuk pemberian uang pesangon, pensiun, dan bonus. Pengungkapan ini dilakukan karena Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan surat keputusan No. Kep- 150Men2000 tentang penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian di perusahaan. Selain itu juga IAI mengeluarkan PSAK No. 57 tentang kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2001, kemudian perusahaan harus mengestimasi kewajiban kontinjensinya termasuk pemberian pesangon, penghargaan masa kerja dan ganti rugi karyawan. Penerapan CSR kepada tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan kepada tenaga kerja, memfasilitasi pelayanan kesehatan tenaga kerja, dan memberi bantuan keuangan untuk pendidikan tenaga kerjanya.Dalam survei yang dilakukan oleh Ernst dan Ernst 1998, dalam Chariri dan Ghozali 2007, menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial dan lingkungan jika pengungkapan tersebut berisi informasi pengungkapan sumber daya Manusia yang dikelompokan menjadi: a. Kesehatan Dan Keselamatan Tenaga kerja 1. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental 3. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja 4. Mentaati peraturan standarkesehatan dan keselamatan kerja 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja 7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja 8. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja b. Lain-lain tentang Tenaga kerja 1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita atau orang cacat 2. Mengungkapkan persentasejumlah tenaga kerja wanita atau orang cacat dalam tingkat manajerial 3. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita atau orang cacat dalam pekerjaan 4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita atau orang cacat 5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan 7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 8. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan 9. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan 10.Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi 11.Pengungkapkan persentase gaji untuk pensiun 12.Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan 13.Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 14. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada 15. Mengungkapkan disposisi staffdi mana staff ditempatkan 16. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 17. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, mis. penjualan per tenaga kerja 18. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 19. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 20. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain 21. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja 22. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan 23. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah 24. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh 25. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja 26. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 27. Peningkatan kondisi kerja secara umum 28. Informasi re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 29. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja 2.1.6 Indeks pengungkapan sumber daya manusia Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non- keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah Guthrie dan Mathews 1985,dalam Sembiring 2005. Pengungkapan sumber daya manusia merupakan bagian dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.Instrumen penelitian yang digunakan adalah suatu daftar check list pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.Check list dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial pada bagian kesehatan dan keselamatan tenaga kerja yang terdiri dari 8 item dan lain-lain tentang tenaga kerja yang terdiri dari 29 item. Perhitungan indeks tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diukur dengan rasio total skor yang diperoleh dengan skor maksimal yang dapat diperoleh. Menurut Utami dan Rachmawati 2008, Indeks diformulasikan sebagai berikut: Keterangan: n = jumlah skor pengungkapan yang diperoleh, dan INDEKS = k n k = jumlah skor maksimal.

2.2 Reputasi Perusahaan

2.2.1 Definisi Reputasi Perusahaan Reputasi secara umum sering diartikan sebagai nama baik yang perlu dibangun dan dipelihara, dalam keadaan buruk maupun dalam keadaan baik. Dalam Webster Dictionary, “reputation” diartikan sebagai berikut Majidi ,2012 : 1 The general estimation in which a person or thing is held by others, especially by community; repute either good or bad. 2 The state of being in high regard or esteem; good repute: to ruin one ‟ s reputation. 3 A particular credit or character ascribed to a person or thing: usually with for: a reputation for honesty. Menurut Fombrun dan Shanley 1990, dalam Majidi 2012, mendefinisikan reputasi organisasi sebagai signaling activity that according to the firm ‟ s characteristics. Selanjutnya, Fombrun 1996, dalam Majidi 2012, memberikan definisi yang lebih lengkap bahwa reputasi adalah keseluruhan estimasi terhadap perusahaan oleh para kelompok. Reputasi perusahaan merupakan hasil afeksi atau reaksi emosional baik atau jelek, lemah atau kuat dari pelanggan, investor, pegawai, dan masyarakat umum terhadap nama organisasi. Pendapat ini sejalanoleh Roberts and Dowling 2002, dalam Majidi 2012, yang mendefinisikan reputasi sebagai : “perceptual representation of a company‟ s past actions and future prospects that describe the firm ‟ s overall appeal to all its key constituents when compare to other leading rivals. ” Menurut Fombrun 1996, dalam Cempakasari dan Yoestini 2003 reputasi perusahaan merupakan cara pandangan atau persepsi atas perusahaan oleh orang-orang baik yang berada di dalam ataupun di luar perusahaan. Reputasi bagi perusahaan merupakan suatu intangible asset atau goodwill perusahaan yang memiliki pengaruh positif pada penilaian pasar atau perusahaan. Efek positif ini akan membuat pihak luar, dalam hal ini adalah investor; lebih percaya untuk menanamkan sejumlah dananya investasi ke dalam perusahaan tersebut. Weiss, Anderson dan MacInnis 1999, dalam Cempakasari dan Yoestini 2003, menyatakan bahwa definisi reputasi perusahaan merupakan pandangan publik atas suatu perusahaan yang dinilai baik atau tidak hanya dipandang secara global atas hal-hal seperti keterbukaan, kualitas dan lainnya sehingga dapat dikatakan sebagai pandangan atas dasar gerak langkah perusahaan. Susanto 2007:2, dalam situs The Jakarta Consulting, menyatakan bahwa: “Citra Korporate corporate image merupakan salah satu aspek pentingsebagai dalam pemasaran, secara langsung maupun tidak langsung.Citra corporate pada hakikatnya adalah persepsi publik terhadap perusahaan. Dalam persepsi publik, citra perusahaan terbentuk dari asosisai antar perusahaan sebagai subjek dan atribur-atribut seperti baik, buruk, berkualitas, peduli lingkungan, tanggung jawab dan lain lain. Akumulasi dari citra perusahaan akan membentuk reputasi perusahaan yang sangat bermakna bagi perusahaan. Bahkan saja bermanfaat dalam hubungannya dengannya dengan para pelanggannya, tetapi juga dengannstakeholder yang lain”. Lebih lanjut, Susanto 2007:3 mengatakan bahwa : “Reputasi yang baik akan memberi keuntungan ketika berhubungan dengan pemasok,dapat meningkatkan bergaining position. Demikian pula dalam berhubungan dengan jalur distribusi, perusahaan yang mempunyai reputasi baik akan mendapat perlakuan khusus. Apalagi berhubungan dengan pihak keuangan, akan mendapatkan banyak kemudahan. Tugas untuk memelihara citra perusahaan baru dilakukan oleh segenap anggotaorganisasi secara lintas fungsional, dan harus dilakukan secara terus menerus.Harus ada sistem yang eksis untuk men opang citra perusahaan”. Menurut Susanto 2007, reputasi adalah akumulasi dari corporate image, secara lintas kelompok antar stakeholder, maupun dalam lintas waktu over the time. Corporate image terbentuk dari asosiasi antara perusahaan dengan sekumpulan atribut positif maupun negatif.Corporate image berada dalam benak para stakeholders.Dari sisi individu, atribut-atribut yang menonjol inilah yang menentukan apakah sebuah perusahaan dinilai mempunyai reputasi yang baik atau buruk. 2.2.2 Pembentuk Reputasi Perusahaan Menurut Suta 2006, dalam Majidi 2012, terdapat empat