FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA.

(1)

MANUSIA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh:

Muhammad Wibisono NIM 7211411127

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO:

 Kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga bisa timbul pada samudra, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya (Rumah Kaca, Pramoedya Ananta Toer)

PERSEMBAHAN

 Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

 Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan

kasih sayang, semangat, do‟a, dan dukungan.

 Adikku Adri dan keluarga besar yang selalu memberikan do‟a, dukugan, dan bantuan dlam segala hal.

 Sahabat-sahabatku Hendy, Rahmat, Toro, Husein, Faris, Iwan, Antony, Yonatan, serta teman-teman seperjuangan Deni dan Satria

 Dosen serta staf jurusan akuntansi

 Teman-teman Akuntansi C 2011


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa juga sholawat serta salam saya haturkan kepada Rasulullah SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya

Manusia”. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini telah mendapatkan

bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti program S1 di Fakultas Ekonomi.

3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan selama penulis menempuh pendidikan.

4. Drs. Heri Yanto, MBA, PhD, Dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Penguji I Linda Agustina, S.E., M.Si., yang telah memberi saran dan masukan kepada penulis.


(7)

vii

6. Penguji II Badingatus Solikhah, S.E., M.Si., yang telah memberi saran dan masukan kepada penulis.

7. Nanik Sri Utaminingsih, SE., M.Si., Akt, Dosen wali Akuntansi C 2011 yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

8. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang atas ilmu yang telah diberikan.

9. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Semarang, 1 Januari 2016


(8)

viii SARI

Wibisono, Muhammad. 2016. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Heri Yanto, MBA, PhD.

Kata Kunci: Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Listing, Jenis Perusahaan, Penggunaan Standar Pelaporan GRI.

Sumber daya manusia merupakan aset yang berharga bagi perusahaan, apabila dikelola dengan baik akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dimasa yang akan datang. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, umur listing, jenis perusahaan, penggunaan standar pelaporan GRIterhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang merupakan data sekunder yang diambil melalui teknik dokumentasi yang terdiri dari annual report perusahaan manufaktur dan finansial tahun 2013-2014. Metode analisis data penelitian ini yaitu analisis regresi berganda.

Penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, umur listing, jenis perusahaan, dan penggunaan standar pelaporan GRI secara bersama berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Pengujian parsial menunjukkan ukuran perusahaan, jenis perusahaan, penggunaan standar pelaporan GRI berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Umur listing berpengaruh negatif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

Simpulan dari penelitian ini yakni ukuran perusahaan, jenis perusahaan, dan penggunaan standar pelaporan GRI terbukti mampu meningkatkan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Sedangkan profitabilitas tidak terbukti mampu meningkatkan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengembangkan model indeks pengungkapan akuntansi sumber daya manusia yang sesuai dengan keadaan Indonesia. Selain itu penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel baru seperti tingkat pendidikan pekerja dan jumlah pekerja.


(9)

ix ABSTRACT

Wibisono, Muhammad. 2016. “Factors Influencing Human Resource

Accounting Disclosure”. Final Project. Accounting Department. Faculty of

Economics. Semarang State University. Advisor: Drs. Heri Yanto, MBA, PhD. Keyword: Human Resource Accounting Disclosure, Profitability, Company Size, Listing Age, Type of Company, Use GRI Reporting standart.

Human resources is a valuable asset for the company, if managed properly would generate a profit for the company in the future. The research objective was to obtain empirical evidence of the effect of profitability, company size, listing age, type of company, use GRI reporting standart on the human resources accounting disclosure.

The population in this study is a manufacturing and financial companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2013-2014. The sampling technique is conducted with purposive sampling method which is a secondary data captured through documentation technique that consists of a annual report manufacturing and financial company in year 2013-2014. Data analysis method is multiple regression analysis.

This study found that profitability, company size, listing age, type of company, and simultaneously use GRI reporting standart positive effect on human resource accounting disclosure. Partial testing indicates the size of the company, type of company, use GRI reporting standart positive effect on human resource accounting disclosure. Age listings negatively affect human resource accounting disclosure. On the other hand, profitability has no effect on the disclosure of accounting human resources.

Conclusions from this research that is the size of company, type of company, and the use GRI reporting standart proven to increase the human resource accounting disclosure. While profitability is not proven to improve human resource accounting disclosure. Suggestions for future research is to develop a model of accounting disclosure index of human resources in accordance with the state of Indonesia. In addition further research can use new variables such as education level of workers and the number of workers.


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 17

2.1.1 Stakeholder Theory ... 17

2.1.2 Resource-Based Theory ... 19

2.2 Kajian Variabel Penelitian ... 21


(11)

xi

2.2.2 Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia... 23

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 24

1. Profitabilitas ... 24

2. Ukuran Perusahaan ... 26

3. Umur Listing ... 27

4. Jenis Perusahaan ... 28

5. Penggunaan Standar Pelaporan GRI ... 29

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu ... 31

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 35

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 35

2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan akuntansi Sumber Daya Manusia ... .. 37

2.4.3 Pengaruh Umur Listing terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 39

2.4.4 Pengaruh Jenis Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 40

2.4.5 Pengaruh Penggunaan Standar Pelaporan GRI terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ………42

2.5 Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 45

3.2 Populasi, Sampel dan teknik Pengambilan Sampel ... 45

3.3 Variabel Penelitian ... 47

3.3.1 Variabel Dependen ... 47

1. Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 40


(12)

xii

1. Profitabilutas ... 49

2. Ukuran Perusahaan ... 49

3. Umur Listing ... 50

4. Jenis Perusahaan ... 50

5. Penggunaan Standar Pelaporan GRI ... 50

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 52

3.5 Metode Analisis Data ... 52

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 52

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 53

1. Uji Normalitas ... 53

2. Uji Multikolinieritas ... 54

3. Uji Autokorelasi ... 55

4. Uji heteroskedastisitas ... 56

3.5.3 Analisis Regresi ... 57

3.5.4 Uji Hipotesis ... 57

1. Uji Parsial (Uji Statistik t) ... 57

2. Uji Pengaruh Bersama (F test) ... 58

3. Koefisien Determinasi (R2) ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 61

4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 61

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 62

1. Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 62

2. Profitabilitas ... 64

3. Ukuran Perusahaan ... 65

4. Umur Listing ... 66


(13)

xiii

6. Penggunaan Standar Pelaporan GRI ... 69

4.1.3 Analisis Statistik Inferensial ... 71

1. Uji Asumsi Klasik ... 71

2. Analisis Regresi... 79

4.2 Pembahasan ... 85

4.2.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 86

4.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 88

4.2.3 Pengaruh Umur Listing terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 90

4.2.4 Pengaruh Jenis Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 91

4.2.5 Pengaruh Penggunaan Standar Pelaporan GRI terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia... 93

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 33

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 46

Tabel 3.2 Indeks Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 48

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 51

Tabel 3.4 Keputusan Autokorelasi Uji Durbin Watson ... 56

Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia... 62

Tabel 4.2 Hasil Analisis Kelas Interval Variabel Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ... 63

Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Profitabilitas ... 64

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kelas Interval Variabel Profitabilitas ... 65

Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Ukuran Perusahaan ... 65

Tabel 4.6 Hasil Analisis Kelas Interval Variabel Ukuran Perusahaan... 66

Tabel 4.7 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Umur Listing ... 66

Tabel 4.8 Hasil Analisis Kelas Interval Variabel Umur Listing ... 67

Tabel 4.9 Hasil Analisis Frekuensi Jenis Perusahaan ... 68

Tabel 4.10 Hasil Analisis deskriptiv pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia Berdasarkan Jenis Perusahaan ... 68

Tabel 4.11 Hasil Analisis Frekuensi Penggunaan Standar Pelaporan GRI 69 Tabel 4.12 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penggunaan Standar Pelaporan GRI ... 70

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas ... 72


(15)

xv

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Tahap 2 ... 74

Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolinearitas... 76

Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson ... 77

Tabel 4.18 Hasil Uji Glejser ... 79

Tabel 4.19 Hasil Analisis Rank Regresi ... 80


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 44 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas... 75 Gambar 4.2 Hasil Uji Autokorelasi ... 77


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indeks Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusi ... 104

Lampiran 2 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur dan Finansial ... 105

Lampiran 3 Data Variabel Penelitian ... 111


(18)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat, peran sumber daya manusia menjadi semakin penting. Sumber daya manusia di pandang sebagai aset yang sangat berharga karena visi, misi, strategi, dan sistem perusahaan yang canggih sekalipun tidak akan berguna dan tidak memiliki dampak apapun terhadap perusahaan, tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

beberapa tahun terakhir, “nilai” dari suatu perusahaan yang diukur dalam neraca tradisional, misalnya bangunan, pabrik produksi, dll, dipandang sebagai refleksi yang cukup sebagai aset perusahaan. Namun, dengan semakin majunya pengetahuan ekonomi, penilaian tradisional ini telah dipertanyakan karena, modal manusia diakui sebagai bagian yang semakin dominan dari nilai total suatu perusahaan.

Pada tahun 1960-an muncul adanya gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia, yang dikemukakan oleh Rensis Linkert, direktur Institute for Social Research of the University of Michigan (Riyanto, 1990). Akuntansi sumber daya manusia sebagai pendekatan awalnya didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan komunikasi informasi tentang sumber daya manusia dalam rangka memfasilitasi manajemen yang efektif dalam sebuah organisasi. Peran sumber daya manusia yang semakin besar dalam kelangsungan hidup perusahaan serta petingnya modal manusia terhadap perekonomian mendorong muncunya


(19)

gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia. Gagasan-gagasan tersebut dilatar belakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Brummet, dalam Suwarto, 2006):

1. Konsep teori ekonomi modern yang menganggap bahwa manusia adalah human capital yang mempunyai keahlian, pengetahuan dan pengalaman. 2. Peran sumber daya manusia yang semakin dibutuhkan dan berkembang

dengan pesat.

Kedua faktor tersebut lah yang melatarbelakangi para ilmuan dan pakar di bidang akuntansi dan manajemen tertarik untuk melakukan riset atau penelitian untuk mengembangkan konsep, model, prinsip, dan metode-metode akuntansi yang bertujuan untuk mengukur dan menganalisis biaya dan nilai sumber daya manusia yang ada di perusahaan (Suwarto, 2006).

Para ilmuan dan pakar di bidang akuntansi berusaha untuk menemukan model yang obyektif mengenai pengukuran akuntansi sumber daya manusia. Beberapa ahli tersebut diantaranya adalah Flamholtz (1971) mengembangkan The Stochastic Rewards Valuation Model, yaitu dengan dasar pemikiran ekonomi tentang nilai dari suatu proses kemungkinan menurut teori ekonomi nilai sesuatu itu bernilai apabila memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat atau kegunaan yang dimanfaatkan di kemudian hari dengan adanya proses kemungkinan di atas maka nilai sumber daya manusia yang diharapkan dapat direalisasi oleh perusahaan.


(20)

Dobija (1998) mengusulkan model alternatif untuk kapitalisasi sumber daya manusia, di mana tingkat kapitalisasi ditentukan melalui alam dan kondisi sosial lingkungan. Dengan memanfaatkan pendekatan bunga majemuk, metode ini memperhitungkan tiga faktor untuk menilai modal manusia yang meliputi nilai kapitalisasi biaya hidup, nilai kapitalisasi dari biaya pendidikan profesional, dan nilai yang diperoleh melalui pengalaman. Turner (1996) untuk mengukur nilai sumber daya manusia dengan mengacu pada kerangka kerja yang dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Internasional dan merekomendasikan penggunaan nilai sekarang dari nilai tambah oleh perusahaan, dan mengukur aset oleh empat metode biaya historis, biaya sekarang, nilai realisasi, dan nilai masa depan. Sedangkan Lev dan Schwartz Model telah menjadi yang paling banyak digunakan untuk kemudahan penggunaan dan kenyamanan. Lev dan Schwartz Model menyatakan bahwa sumber daya manusia dari sebuah perusahaan adalah penjumlahan dari nilai semua Net Present Value (NPV) dari pengeluaran untuk karyawan. Modal manusia diwujudkan pada orang usia 'r' adalah nilai sekarang dari pendapatannya dari pekerjaan.

Menurut Flamholtz, akuntansi sumber daya manusia memiliki 3 fungsi utama untuk sumber daya manusia yang profesional, yaitu :

1. Berfungsi sebagai kerangka kerja untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumber daya manusia.

2. Memberikan informasi numerik tentang biaya dan nilai orang sebagai sumber daya organisasi.


(21)

3. Dan dapat memotivasi manajemen lini untuk mengadopsi perspektif sumber daya manusia dalam keputusan yang melibatkan manusia.

Menurut Suwarto (2006) untuk dapat menyajikan nilai sumber daya manusia dalam laporan keuangan adalah dengan mengakui sumber daya manusia sebagai aktiva agar dapat ditentukan nilai moneternya. Selain itu informasi-informasi tentang sumber daya manusia ini harus disajikan dalam suatu sistem atau metode pencatatan transaksi yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Dasar pemikiran tersebutlah yang melahirkan gagasan tentang perlunya diselenggarakan akuntansi sumber daya manusia. Namun, konsep akuntansi sumber daya manusia ini dalam praktek dan pengembangannya masih menghadapi beberapa persoalan seperti :

1. Persoalan pengakuan sumber daya manusia sebagai aktiva milik perusahaan.

2. Pengukuran sumbar daya manusia dalam satuan moneter.

3. Keterbatasan akuntansi konvensional tentang penilaian sumber daya manusia (Lako, 1995)

Akuntansi sumber daya manusia melibatkan akuntansi dengan manajemen dan karyawan perusahaan sebagai modal manusia yang memberikan manfaat di masa depan. Dalam pendekatan akuntansi sumber daya manusia, pengeluaran yang berkaitan dengan sumber daya manusia dilaporkan sebagai aset pada neraca. Sedangkan pendekatan akuntansi tradisional memperlakukan biaya yang berkaitan dengan sumber daya manusia perusahaan sebagai beban pada laporan laba rugi


(22)

yang mengurangi keuntungan. Tujuan dari akuntansi sumber daya manusia adalah memfasilitasi manajemen untuk mendapatkan informasi tentang biaya dan nilai sumber daya manusia yang akan meningkatkan kuantitas dan kualitas barang dan jasa (Kashive, 2012).

Gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia sejauh ini masih menimbulkan permasalahan dalam pengukurannya, meskipun para pemikir di bidang akuntansi sependapat bahwa sumber daya manusia adalah bagian dari aset perusahaan yang penting. Kesulitan mengukur nilai sumber daya manusia secara objektif merupakan salah satu sebab belum dikeluarkannya standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi sumber daya manusia ini, meskipun berbagai riset tentang alternatif pengukuran sumber daya manusia ini sudah banyak dilakukan oleh para akademisi, namun tampaknya masih belum ada kesepakatan mengenai kriteria pengukuran yang objektif dari sumber daya manusia (Rahayu, 2013)

Di sisi lain, perkembangan yang cepat dalam dunia bisnis memicu peningkatan tekanan akan mendorong atau memaksa perusahaan untuk melaporkan modal manusia dan untuk memperbesar perspektif dari melayani terutama kepentingan investor termasuk kepentingan stakeholder lainnya, seperti pemerintah, serikat pekerja, dan karyawan. Stakeholder menyadari potensi akuntansi sumber daya manusia tidak hanya sebagai sistem akuntansi, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun struktur baru di seluruh kepentingan dan kebijakan.


(23)

Pelaporan keuangan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan eksternal serta pengguna internal. Pelaporan digunakan untuk tujuan internal dan eksternal. Tujuan dari pelaporan internal pada manajemen berfokus pada penyediaan informasi yang memfasilitasi pengambilan keputusan operasional yang efektif, untuk melindungi aset organisasi dan untuk keseimbangan optimalisasi hasil jangka pendek dengan keberlanjutan jangka panjang. Pelaporan eksternal biasanya terdiri dari dua jenis yaitu untuk memenuhi persyaratan undang-undang untuk tujuan hukum atau sebagai kebijakan pelaporan wajib, dan pelaporan sukarela dikembangkan untuk memberikan informasi dan berkomunikasi urusan organisasi kepada stakeholder secara terbuka dan transparan. Tujuan pelaporan hukum adalah untuk mencapai kepatuhan; tujuan pelaporan sukarela adalah untuk menyediakan para pemangku kepentingan utama dengan informasi tambahan yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan relatif terhadap akuntabilitas, tanggung jawab, dan kepentingan mereka (Enyi dan Akindehinde, 2014).

Pada saat ini, adanya gerakan yang mempengaruhi pelaporan eksternal, internal dan sukarela akuntansi sumber daya manusia akibat dari reaksi pergeseran ekonomi global dari masyarakat industri ke masyarakat pengetahuan. Diharapkan pelaporan mengenai akuntansi sumber daya manusia juga mempengaruhi persyaratan pelaporan hukum.

Meskipun belum ada peraturan dan dasar hukum mengenai kewajiban untuk melakukan pengungkapan sumber daya manusia, banyak perusahaan di


(24)

berbagai negara mencoba untuk memasukan modal manusia dalam neraca dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan perusahaan.

Negara-negara Skandinavia telah mengambil minat yang sangat kuat di bidang akuntansi sumber daya manusia. Sebagai contoh, Value Driving Talks (VDT) model ini dikembangkan oleh Sandervang (2000), dan diuji dalam studi empiris dalam perusahaan bisnis Norwegia di sektor listrik. Model, yang menghitung keuntungan finansial dari investasi organisasi dalam pengembangan kompetensi, berfokus pada pelatihan karyawan atau pengembangan kompetensi sebagai fokus strategis, dan sejalan investasi dalam pengembangan kompetensi dengan strategi bisnis secara keseluruhan untuk membantu organisasi dengan tujuan strategis manajemen sumber daya manusia mereka.

Di Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat, rekening keuangan profesional tim olahraga sering digabungkan dalam akuntansi sumber daya manusia, di mana nilai untuk karyawan ditempatkan pada neraca dan diamortisasi selama periode waktu, bukannya membebankan biaya. Selain itu ada banyak perusahaan di Negara lainnya yang sudah menerapkan akuntansi sumber daya manusia dalam laporan keuangan, seperti di Negara India, Kanada, Jerman, dll.

Di negara-negara maju, itu adalah fenomena yang sangat umum bahwa perusahaan resmi memiliki akuntansi sumber daya manusia dalam laporan tahunan mereka. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, aspek pelaporan akuntansi sumber daya manusia adalah konsep yang sangat baru. Hal ini lah yang mendasari dilakukannya penelitian, untuk mengetahui tingkat


(25)

pengungkapan akuntansi sumber daya manusia dan apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan tersebut. Di Indonesia, pengungkapan akuntansi sumber daya manusia belum diatur baik dalam peraturan Bapepam-LK atau lembaga lain yang berkepentingan.

Penelitian mengenai pengungkapan akuntansi sumber daya manusia ini sejalan dengan teori stakeholder. Dalam teori stakeholder ini, aktivitas-aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder harus dilaporkan kembali pada stakeholder tersebut oleh manajemen organisasi, karena semua stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan yang mempengaruhi mereka. Dalam hai ini yang dimaksud para stakeholder antara lain adalah konsumen, karyawan, supplier, pemerintah, dan lain-lain.

Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini juga menjelaskan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela (voluntary) mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial, dan intelektual mereka melebihi permintaan wajibnya untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui stakeholder (Deegan dalam Widarjo, 2011). Tujuan dari teori ini adalah untuk dapat menekan sekecil mungkin dampak kerugian yang mungkin akan diderita stakeholder, dan dapat mendorong manajer perusahaan untuk meningkatkan nilai yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas perusahaan.


(26)

Sedangkan dari sudut pandang resource based theory, perusahaan bersaing berdasarkan sumber daya dan kemampuan. Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif. Apabila dikaitkan dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, perusahaan akan mendapatkan keunggulan kompetitif dengan adanya perbedaan sumber daya manusia pada tiap perusahaan. Wernerfelt (1984) menjelaskan bahwa menurut pandangan Resource Based Theory perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai, dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting, termasuk aset berwujud maupun aset tidak berwujud.

Kasus-kasus mengenai sumber daya manusia di Indonesia sering kali terjadi, terutama kasus pelanggaran terhadap buruh. Lemahnya posisi buruh dalam perusahaan, terkadang menjadi sasaran dari oknum manajemen perusahaan. Seperti yang terjadi pada 446 orang buruh yang telah di PHK secara sepihak oleh manajemen PT. Megariamas Sentosa pada tahun 2008. Hal tersebut mengakibatkan buruh yang mogok bekerja. Pada kasus lainya adanya data dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mencatat sebanyak 12.745 perusahaan yang telah meanggar norma keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada tahun 2013. Dari jumlah itu, sebanyak 12.657 perusahaan telah melaksanakan norma K3 pasca penerbitan nota peringatan pertama dan kedua. Hal ini membuktikan bahwa perhatian perusahaan terhadap keamanan karyawannya yang rendah. Jaminan lingkungan kerja yang aman dan nyaman dibutuhkan karyawan agar dapat mencapai target dan tujuan perusahaan. Dalam pelaporan


(27)

akuntasi sumber daya manusia hak-hak buruh dan karyawan akan lebih terjamin, selain itu akan terjalin komunikasi dua arah antara pekerja dan perusahaan, serta adanya timbal balik yang positif antara keduanya dapat terjadi. Kasus-kasus tersebut jelas akan mempengaruhi image perusahaan terhadap stakeholder. Sehingga akuntansi sumber daya manusia memang diperlukan agar stakeholder mendapatkan informasi yang valid mengenai kondisi perusahaan.

Al Mamun (2009) menguji hubungan antara karakteristik perusahaan dan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia (HRA). Studi ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang lebih tinggi dimaksudkan untuk mengungkapkan informasi lebih lanjut HRA. Posisi keuangan yang baik mengintensifkan kredibilitas informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sebagai akibat dari meningkatnya kredibilitas, nilai perusahaan juga akan meningkat. Kredibilitas informasi yang diungkapkan menambah nilai perusahaan sebagai rincian yang membantu dalam mengurangi risiko yang terkait dengan proses pengambilan keputusan investor. Al Mamun (2009) menyusun model yang digunakan untuk mengukur pengungkapan akuntansi sumber daya manusia berdasarkan literatur yang relevan. Hasilnya adalah perusahaan di Bangladesh melakukan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia sebesar 25%.

Peneliti-peneliti lainya juga mencoba melakukan penelitian yang menggunakan model yang sama dengan Al Mamun (2009). Enofe et al. (2013) melakukan penelitian di Nigeria, dengan sampel perusahaan publik yang ada di Nigeria. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan di Nigeria melakukan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia sebesar 40%. Berbeda


(28)

dengan Widodo (2014) yang melakukan penelitian di Indonesia, dengan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasilnya adalah pengungkapan akuntansi sumber daya yang dilakukan perusahaan perbankan di Indonesia sebesar 57%.

Mengacu pada penelian yang dilakukan oleh Al Mamun (2009), penelitian ini akan menguji tingkat pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, serta menguji faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengungkapan akuntansi sumber daya manusia di Indonesia. Pada penelitian ini akan menguji faktor-faktor seperti profitabilitas, ukuran perusahaan, umur listing, jenis perusahaan, dan penggunaan standar pelaporan GRI terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Penelitian ini akan dilakukan pada dua sektor industri yaitu sektor Finansial seperti: bank, asuransi, dll serta sektor manufaktur seperti: basic industry, miscellaneous industry, dan consumer goods industry. Kedua sektor tersebut di pilih karena memiliki karakteristik sumber daya manusia yang berbeda dan merupakan jenis perusahaan yang mendominasi pasar modal.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu. Perusahaan yang mempunyai laba yang tinggi memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan yang mempunyai laba rendah. Variabel profitabilitas dipilih karena perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan menarik stakeholder, dalam hal ini secara khusus investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan. Penelitian Al Mamun (2009) serta Alam dan Kanti (2010) memberikan hasil bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan akuntansi sumber daya


(29)

manusia. Sedangkan penelitian Athanasios, et al. (2013) dan Widodo (2014) menunjukkan tidak ada pengaruh antara profitabilitas dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya suatu perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan informasi dibandingkan dengan ukuran perusahaan yang lebih kecil. Variabel ukuran perusahaan dipilih karena semakin besar suatu perusahaan maka semakin banyak pula aktivitas-aktivitas terkait produksinya, serta semakin besar juga perputaran modal perusahaan. Sehingga, perusahaan besar cenderung banyak diamati oleh stakeholder, setiap keputusan yang diambil manajemen yang dapat mempengaruhi stakeholder akan mendapatkan perhatian dari stakeholder. Penelitian yang dilakukan Al Mamun (2009) menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

Umur listing perusahaan adalah saat dimana perusahaan melakukan listing di pasar modal atau biasa disebut Initial Public Offering (IPO). Ketika perusahaan melakukan go public maka perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pelaporan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Variabel umur listing dipilih karena Semakin lama perusahaan berdiri maka semakin banyak pengalaman yang telah didapat karena perusahaan mengetahui kebutuhan informasi dari pemegang kepentingan atau stakeholder, sehingga pengungkapan informasi salah satunya informasi mengenai sumber daya manusia yang semakin luas pada laporan tahunan perusahaan. Penelitian yang dilakukan Adhi (2012)


(30)

menemukan bahwa adanya pengaruh umur perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela perusahaan.

Dalam pasar modal ada berbagai macam jenis perusahaan, mulai dari perusahaan manufaktur, pertambangan, finansial, properti / real estate, perdagangan, dll. Setiap jenis perusahaan mempunyai karakteristik yang berbeda beda. Perusahaan manufaktur dan perusahaan financial merupakan jenis perusahaan yang paling banyak listing di Bursa Efek Indonesia. Variabel jenis perusahaan dipilih karena dalam menjalankan kegiatan operasinya setiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri, selain itu sumber daya yang dimiliki setiap perusahaan juga mempunyai peran yang berbeda-beda. Enofe et,al (2013) menemukan bahwa perusahaan finansial lebih banyak melakukan pengungkapan dibandingkan perusahaan non finansial.

Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang bekerja ke arah ekonomi global yang berkelanjutan dengan memberikan panduan pelaporan berkelanjutan. GRI telah merintis dan mengembangkan pelaporan keberlanjutan dengan kerangka komprehensif yang banyak digunakan di seluruh dunia. Kerangka ini memungkinkan semua organisasi untuk mengukur dan melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, kinerja sosial dan pemerintahan. Variabel penggunaan standar pelaporan GRI dipilih karena dalam standar GRI terdapat banyak indikator dalam standar pelaporan, salah satunya adalah indikator kinerja tenaga kerja (labor practices performance indicator). Hasil penelitian Athanasios et, al (2013) yang dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Yunani menemukan bahwa perusahaan yang mengeluarkan laporan tahunan


(31)

dengan menggunakan standar pelaporan GRI melakukan lebih banyak pengungkapan sumber daya manusia.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat penelitian yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber daya manusia di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka rumusan masalah yang di ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Profitabilitas berpengruh positif terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya manusia ?

2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ?

3. Apakah Umur Listing berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ?

4. Apakah Jenis Perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ?

5. Apakah Penggunaan Standar Pelaporan GRI berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ?


(32)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya manusia

2. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.

3. Untuk mengetahui pengaruh Umur Listing terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.

4. Untuk mengetahui pengaruh Jenis Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.

5. Untuk mengetahui pengaruh Penggunaan Standar Pelaporan GRI terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Bagi perusahaan, untuk dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya pengungkapan akuntansi sumber daya manusia untuk dapat melakuka efisiensi dan efektifitas dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumber daya manusia.

2. Bagi investor, untuk dapat lebih cermat dalam mengamati laporan keuangan perusahaan pada aspek akuntansi sumber daya manusia sebagai salah satu acuan dalam pengambilan keputusan investasi.


(33)

3. Bagi akedemisi dan pihak-pihak yang tertarik untuk melakukan penelitian yang sejenis, hasil ini dapat dijadikan bahan kajian teoritis dan referensi penelitian selanjutnya.


(34)

17

2.1.1. Stakeholder Theory

Definisi stakeholder menurut Freeman (1984, h.13) adalah stakeholder merupakan kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi. Berdasarkan teori stakeholder ini, aktivitas-aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder harus dilaporkan kembali pada stakeholder tersebut oleh manajemen organisasi, karena semua stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan yang mempengaruhi mereka. Dalam hal ini yang dimaksud para stakeholder antara lain adalah konsumen, karyawan, supplier, pemerintah, dan lain-lain. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa dalam teori stakeholder, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi para stakeholder -nya (pemegang saham kreditor, supplier, masyarakat, konsumen, pemerintah dan pihak lain). Dengan demikian, stakeholder mempunyai peran yang penting untuk memberikan dukungan bagi keberadaan suatu perusahaan.

Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini juga menjelaskan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela (voluntary) mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial, dan intelektual mereka melebihi permintaan


(35)

wajibnya untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui stakeholder (Deegan dalam Widarjo, 2011). Tujuan dari teori ini adalah untuk dapat menekan sekecil mungkin dampak kerugian yang mungkin akan di derita stakeholder, dan dapat mendorong manajer perusahaan untuk meningkatkan nilai yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas perusahaan.

Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggung jawab (Freeman, 1984). Untuk dapat menjamin tersedianya sumber daya yang akan digunakan untuk menjalankan segala aktivitas operasional perusahaan, seperti tenaga kerja dan modal. Maka, diperlukan adanya hubungan yang baik antara manajemen organisasi dengan stakeholder. Hubungan tersebut dapat berjalan baik apabila terpenuhinya keinginan dan kebutuhan para stakeholder. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah manajemen perusahaan melakukan pengungkapan-pengungkapan informasi yang dapat memenuhi harapan stakeholder, baik pengungkapan informasi keuangan, sosial, dan lingkungan. Dengan adanya pengungkapan, perusahaan dapat menjaga hubungan dengan stakeholder, sehingga manajemen mendapatkan dukungan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Di lain pihak, kepercayaan stakeholder kepada perusahaan akan meningkat apabila kebutuhan akan informasi perusahaan terpenuhi.

Teori stakeholder ini sangat mendasari praktek pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, karena adanya hubungan antara manajemen perusahaan dengan stakeholder. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pengungkapan yang besifat mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Mandatory disclosure


(36)

yaitu pihak manajemen melakukan pengungkapan laporan keuangan mengenai aktivitas-aktivitas perusahaan yang dinganggap penting, yang sudah ditetapkan menjadi suatu aturan. Sedangkan voluntary disclosure yaitu untuk kebutuhan stakeholder. Dalam hal ini, manajemen melakukan pengugkapan sukarela yang dibutuhkan stakeholder yang berupa pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

2.1.2. Resource-Based Theory

Sumber daya merupakan input yang digunakan sebuah perusahaan untuk menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Setiap perusahaan dengan perusahaan lainya memiliki sumber daya yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga setiap perusahaan akan memiliki karakteristik yang berbeda beda. Menurut Jackson & Schuler (1995) teori ini menjelaskan tiga jenis sumber daya yaitu sumber daya fisik berupa pabrik, teknologi, peralatan, lokasi geografis, sumber daya manusia berupa pengalaman, pengetahuan pegawai, dan sumber daya organisasional berupa struktur dan sistem perencanaan, pengawasan, pengendalian, serta hubungan sosial antar organisasi dengan lingkungan eksternal.

Wernerfelt (1984) menjelaskan bahwa menurut pandangan Resource-Based Theory perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai, dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting, termasuk aset-aset berwujud maupun aset-aset tidak berwujud. Resource-Based Theory (RBT) atau dikenal juga dengan teori berbasis sumber daya menggunakan pendekatan berbasis sumber daya dalam analisis keunggulan


(37)

bersaingnya. Asumsi Resource-Based Theory yaitu bahwa perusahaan bersaing berdasarkan sumber daya dan kemampuan. Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993).

Barney (1991) menyatakan bahwa dalam perspektif RBT, sumber daya perusahaan meliputi seluruh aset, kapabilitas, proses organisasional, atribut-atribut perusahaan, informasi, knowledge, dan lain-lain yang dikendalikan oleh perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk memahami dan mengimplementasikan strategi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Lebih lanjut Barney (1991) menyarankan bahwa untuk memahami sumber dari keunggulan kompetitif berkelanjutan (sustained competitive advantages), perlu dibangun suatu model teoritis yang bermula dari sebuah asumsi bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen dan immobile. Agar menjadi sumber daya potensial dalam sustained competitive advantages, maka sumber daya perusahaan harus memiliki empat atribut, yaitu:

a. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai strategis pada perusahaan.

b. Langka (R): Sumber daya yang sulit untuk ditemukan diantara para pesaing dan menjadi potensi perusahaan.

c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber daya tersebut.


(38)

d. Non-Substitution (N): Non-substitusi berarti bahwa sumber daya tidak dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya.

Dari penjelasan tersebut, menurut Resource-Based Theory sumber daya manusia memenuhi kriteria sebagai sumber daya yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan, sehingga dapat menciptakan kinerja yang baik di dalam perusahaan. Wright dan McMahan (1992) berpendapat bahwa sumber daya manusia dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan memenuhi empat kriteria: (a) karyawan harus menambahkan nilai positif bagi perusahaan; (b) keterampilan dan kompetensi yang dimiliki oleh karyawan harus unik atau langka di antara pesaing saat ini; (c) sumber daya manusia yang diwakili oleh karyawan perusahaan harus tidak sempurna imitable; dan (d), sumber daya manusia sebuah perusahaan tidak dapat digantikan oleh sumber lain (misalnya teknologi) oleh perusahaan yang bersaing.

2.2. Kajian Variabel Penelitian

2.2.1. Definisi Akuntansi Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah energi, keterampilan, bakat dan pengetahuan orang yang berpotensi dan dapat diterapkan untuk produksi barang atau memberikan jasa yang bermanfaat. Sedangkan akuntansi sumber daya manusia adalah proses mengidentifikasi dan mengukur data tentang sumber daya manusia serta mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak yang berkepentingan (Al Mamun, 2009). Penelitian mengenai akuntansi sumber daya manusia dimulai pada tahun 1960 oleh Rensis Linkert (Bowers, 1973). Pada tahun


(39)

1968 Brummet, Flamholtz & Pyle menggunakan istilah "akuntansi sumber daya manusia" untuk pertama kalinya. Pada tahun 1973 Accounting Association Committee In Human Resource Accounting didefinisikan akuntansi sumber daya manusia sebagai proses identifikasi dan pengukuran data tentang sumber manusia dan mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak yang berkepentingan. Ini menyediakan informasi tentang biaya sumber daya manusia dan nilai-nilai, berfungsi untuk memfasilitasi pengambilan keputusan, dan memotivasi para pembuat keputusan untuk mengadopsi perspektif sumber daya manusia (Sackmann et al., 1989).

Akuntansi sumber daya manusia (Human Resource Accounting) meliputi konsep sumber daya manusia sebagai aktiva, penentuan biaya yang diinvestasikan dan hubungannya dengan biaya-biaya hasil pakai, estimasi dan menyediakan ketelitian ekonomi tentang nilai sumber daya manusia di organisasi (Brummed, R. Lee, 1995).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi sumber daya manusia dapat diartikan sebagai suatu proses pengukuran dan pelaporan biaya serta nilai manusia sebagai sumber daya organisasi dan pelaporan hasil- hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Dengan demikian pada proses akuntansi sumber daya manusia terkadang unsur pengukuran, pelaporan, data tentang manusia dan organisasi. Data tentang manusia dalam hal ini berupa biaya-biaya untuk seleksi, penerimaan, pelatihan dan pengembangan kemampuan pegawai serta informasi lainnya yang berupa tingkat pendidikan, pengalaman, usia, keadaan kesehatan dan lain sebagainya (Suwarto, 2006).


(40)

2.2.2. Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia

Akuntansi sumber daya manusia telah menjadi fokus penelitian akademis dikaitkan dengan meningkatnya pengakuan kepentingan melekat pemangku utama secara sosial dan perilaku korporasi bertanggung jawab terhadap lingkungan (Widodo, 2014). Sejumlah studi empiris telah dilakukan pada masalah akuntansi sumber daya manusia dalam organisasi perusahaan. Sejumlah penelitian ini menyoroti kebutuhan untuk memanfaatkan aset modal manusia dalam neraca perusahaan, bukan lagi dianggap sebagai beban dalam akun laba rugi perusahaan. Sveiby (1997) berpendapat bahwa organisasi perusahaan memperoleh sumber daya manusia untuk menghasilkan pendapatan di masa depan, karena itu sumber daya manusia harus dipertimbangkan ketika menilai sebuah perusahaan dengan memanfaatkan bukannya membebankan mereka dalam periode berjalan.

Al Mamun (2009), melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara karakteristik perusahaan dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Hasil dari penelitian Al Mamun (2009) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Selain itu Enofe et al. (2013) juga menemukan bahwa tingkat pengungkapan akuntansi sumber daya manusia perusahaan finansial lebih besar dari perusahaan non finansial. Hal ini di perkuat dengan adannya penelitian Widodo (2014) yang menyatakan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia mengungkapkan akuntansi sumber daya manusia sebesar 57%. Sedangkan penelitian Enofe et al. (2013), menyatakan bahwa perusahaan di Nigeria mengungkapkan akuntansi sumber daya manusia sekitar 20%-40% dari model yang dipakai Al Mamun (2009). Enyi dan


(41)

Akindehinde (2014), menyimpulkan bahwa ada kebutuhan untuk menghargai asset manusia dan mencerminkan nilai tersebut dalam laporan keuangan seperti aktiva tak berwujud lainya.

2.2.3. Faktor-faktor yang memengaruhi Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam mengungkapkan akuntansi sumber daya perusahaan. Menurut Al Mamun (2009), faktor yang mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber daya manusia adalah: 1) ukuran perusahaan; 2) tipe industri; 3) profitabilitas; 4) umur perusahaan. Menurut Athanasios et, al. (2013) faktor yang mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber daya manusia adalah: 1) ukuran perusahaan; 2) tipe industri; 3) profitabilitas; 4) status listing perusahaan; 5) GRI Reporting. Sedangkan menurut Widodo (2014), faktor yang mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber daya manusia adalah: 1) ukuran perusahaan; 2) profitabilitas; 3) umur perusahaan; 4) difersifikasi produk. Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi beberapa faktor yang akan diteliti dan diduga dapat mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber daya manusia diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, umur listing, jenis perusahaan, dan penggunaan standar pelaporan GRI.

1. Profitabilitas

Menurut Riyanto (2001), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu. Perusahaan yang mempunyai laba yang tinggi memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan yang


(42)

mempunyai laba rendah. Perusahaan yang memiliki dana internal yang banyak pada dasarnya tidak membutuhkan dana dengan hutang dan akan cenderung lebih menggunakan dana internalnya tersebut sebelum melakukan hutang. Dalam kegiatan operasional perusahaan laba merupakan elemen penting yang menjamin kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Kinerja manajerial perusahaan dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan tinggi, dimana profitabilitas pada umumnya diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus dalam keadaan yang menguntungkan. Apabila perusahaan dalam keadaan rugi, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar.

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu ROA (Return On Asset), NPM (net profit margin), dan rasio perputaran aktiva. ROA yaitu rasio profitabilitas yang membandingkan laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan. Net profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan, ROA dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut (Van Horne dan Wachowicz, 2009). Nilai ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi


(43)

perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau kerugian. Jadi apabila perusahaan memiliki ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan.

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya suatu perusahaan. Hackstone dan Milne (1996) mengungkapkan asumsi utama yang mendasari dimasukkannya ukuran sebagai variabel independen adalah bahwa perusahaan besar melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki unit bisnis yang berbeda yang mungkin menjadi faktor penentu keberhasilan dan memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang.

Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan informasi dibandingkan dengan ukuran perusahaan yang lebih kecil. Dengan mengungkapkan informasi lebih banyak, perusahaan mencoba mengisyaratkan bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen perusahaan dengan baik (Good Corporate Governance). Meningkatnya pengungkapan informasi akan mengurangi asimetri informasi. Biaya agensi timbul karena kepentingan yang bertentangan dari pemegang saham, manajer dan pemilik hutang (Martson dalam Istanti, 2008). Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur atau investasi dari investor akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar


(44)

memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri.

Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Perusahaan besar lebih sering diawasi oleh para kelompok stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen mengelola modal manusia yang dimiliki seperti pekerja, dan organisasi pekerja.

3. Umur Listing

Umur listing perusahaan adalah saat diamana perusahaan melakukan listing di pasar modal atau biasa disebut Initial Public Offering (IPO). Ketika perusahaan melakukan go public maka perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pelaporan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 menjelaskan bahwa perusahaan yang akan listing atau yang telah listing memiliki kewajiban untuk melakukan pelaporan keuangan. Perusahaan dituntut untuk melakukan pelaporan keuangan baik yang bersifat mandatory tetapi juga pelaporan yang bersifat voluntary. Pengungkapan informasi tersebut meruakan cara terbaik untuk memfasilitasi kepentingan dan pengetahuan akan perusahaan antara manajer dan pemilik.

Umur perusahaan menunjukkan perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu perekonomian (Yularto dan Chariri, 2003 dalam Istanti, 2009). Dengan mengetahui umur perusahaan, maka


(45)

akan diketahui pula sejauh mana perusahaan tersebut dapat survive. Semakin panjang umur perusahaan akan memberikan pengungkapan informasi keuangan yang lebih luas dibanding perusahaan lain yang umurnya lebih pendek dengan alasan perusahaan tersebut memiliki pengalaman lebih dalam pengungkapan laporan tahunan (Wallace, et al dalam Istanti 2009).

Menurut Mawarta (2001), perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang kebutuhan konstitusinya akan informasi mengenai perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang lebih tua akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih lengkap, termasuk pengungkapan modal intelektual, karena pengungkapan informasi yang rinci dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat menarik perhatian masyarakat luas.

4. Jenis Perusahaan

Dalam pasar modal ada berbagai macam jenis perusahaan, mulai dari perusahaan manufaktur, pertambangan, finansial, properti / real estate, perdagangan, dll. Setiap jenis perusahaan mempunyai karakteristik yang berbeda beda. Perusahaan manufaktur dan perusahaan finansial merupakan jenis perusahaan yang paling banyak listing di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan finansial terdiri dari perusahaan perbankan, asuransi, investasi, sekuritas dan lain-lain. Sedangakan perusahaan manufaktur terdiri dari perusahaan basic industry, good consumer industry, dan miscellaneous industry. Perbedaan jenis perusahaan memungkinkan adanya perbedaan pengungkapan dalam pelaporan perusahaan.


(46)

Hal ini terjadi karena setiap perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang berbeda beda. Seperti dalam bidang sumber daya manusia, perusahaan fianasial memiliki peluang pengungapan mengenai sumber daya manusia yang besar. Kegiatan operasi perusahaan yang termasuk dalam bidang jasa mendorong perusahaan untuk meperhatikan sumber daya manusia yang dimiliki. Peran sumber daya manusia dalam hal ini staff atau karyawan yang langsung berhadapan langsung dengan konsumen, menjadikan karyawan mempunyai peran yang penting bagi perusahaan.

Sedangakan perusahaan manufaktur yang merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memproduksi barang, sehingga dalam menjalankan operasinya prusahaan berusahaan untuk memproduksi barang dengan cara yang efektif dan efisien. Dalam hal ini sumber daya manusia terkadang harus dikorbankan agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Mayoritas sumber daya manusia pada perusahaan manufaktur adalah buruh.

5. Penggunaan Standar Pelaporan GRI

Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang bekerja ke arah ekonomi global yang berkelanjutan dengan memberikan panduan pelaporan berkelanjutan. GRI telah merintis dan mengembangkan pelaporan keberlanjutan dengan kerangka komprehensif yang banyak digunakan di seluruh dunia. Kerangka ini memungkinkan semua organisasi untuk mengukur dan melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, kinerja sosial dan pemerintahan.


(47)

Kerangka pelaporan tersebut meliputi pedoman pelaporan, pedoman sektor industri dan sumber daya lain yang memungkinkan transparansi organisasi yang lebih besar tentang ekonomi, kinerja lingkungan, sosial dan pemerintahan. Transparansi dan akuntabilitas membangun kepercayaan para pemangku kepentingan dalam organisasi, dan dapat menciptakan banyak manfaat lainnya.

GRI berkembang atas pedoman pelaporan menggunakan proses konsensus global yang melibatkan organisasi seperti perusahaan, serta pembaca laporan dan pengguna seperti karyawan dan investor pelaporan. GRI mengeluarkan pedoman set pertama pada tahun 2000, yang kedua pada tahun 2002 (dikenal sebagai pedoman G2), dan yang ketiga pada akhir tahun 2006 Pedoman G3 (KPMG, 2008). Saat ini GRI sudah mengeluarkan Pedoman G4 yang didalam nya menuntur perusahaan membuat pelaporan yang terdiri dari tiga indikator, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Indikator sosial cukup mendapat perhatian karena terdapat beberapa subkategori yang mendorong perusahaan mengungkapkan sumber daya manusia yang dimiliki, yaitu kategori Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan bekerja. Sebuah laporan keberlanjutan sesuai dengan pedoman GRI memungkinkan perusahaan dan organisasi untuk melaporkan informasi keberlanjutan dengan cara yang mirip dengan pelaporan keuangan. Pelaporan keberlanjutan sistematis memberikan data pembanding, dengan pengungkapan dan metrik. Dalam usaha perusahaan meningkatkan reputasi mereka. Mungkin, para pemangku kepentingan eksternal percaya banyak perusahaan ini, karena mereka dapat memahami nilai sebenarnya perusahaan, nyata dan aset tidak berwujud.


(48)

2.3. Kajian Penelitian Terdahulu

Telah dilakukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Berikut penelitian tersebut:

Al Mamun (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik perusahaan dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia di Banglades. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, sedangkan variabel independennya adalah tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan umur perusahaan. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa tipe industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Sedangkan umur perusahaan tidak berpengaruh.

Alam dan Kanti (2010) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber daya manusia di Banglades. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, sedangkan variabel independennya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial institusion, umur dan perusahaan multinasional. Hasil dari penelitian tersebut adalah ukuran dan profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, sedangkan umur tidak berpengaruh. Hasil lainya menyatakan bahwa perusahaan finansial lebih banyak melakukan pengungkapan di bandingkan perusahaan non finansial, selain itu perusahaan multinasional juga melakukan lebih banyak pengungkapan di bandingkan perusahaan lainya.


(49)

Micah et,al. (2012) melakukan penelitian di Nigeria tentang pengaruh kinerja keuangan perusahaaan dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, sedangkan variabel independennya adalah ROA, ROE, dan kinerja keuangan. Hasil dari penelitian tersebut adalah ROE dan kinerja keuangan berpengaruh pada pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, dan ROA mempunyai pengaruh negatif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

Enofe et,al. (2013) melakukan penelitian tentang pengungkapan akuntansi sumber daya manusia pada perusahaan-perusahaan di Nigeria. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, sedangkan variabel independennya adalah kinerja perusahaan (ROA) dan Financial institusion. Hasil dari penelitian ini adalah kinerja perusahaan berpengaruh pada pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, dan perusahaan finansial lebih banyak melakukan pengungkapan dibandingkan perusahaan non finansial.

Athanasios et,al. (2013) melakukan penelitan di Yunani untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan dengan pengungkapan sumber daya manusia. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan sumber daya manusia, sedangkan variabel independennya adalah ukuran perusahaan, tipe industri, profitabilitas, status listing, dan GRI reporting. Hasil dari penelitian ini adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, dan tipe industri tidak mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan sumber daya manusia. Hasil lainya menyatakan bahwa perusahaan yang sudah listing lebih banyak melakukan pengungkapan


(50)

dibandingkan perusahaan yang belum listing, dan perusahaan yang menggunakan pedoman GRI lebih banyak melakukan pengungkapan di bandingkan perusahaan yang tidak menggunakan pedoman GRI.

Widodo (2014) melakukan penelitian di Indonesia tentang pengaruh karakteristik perusahaan dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, sedangkan variabel independennya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, umur, dan diversifikasi produk. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan diversifikasi produk mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, variabel profitabilitas dan umur tidak mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

Ringkasan penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti sebelumnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul

Penelitian

Variabel Independen

Hasil Penelitian 1. Al Mamun

(2009) Human Resource Accounting (HRA) Disclosure of Bangladesh Companies And Its Association with Corporate Size, Profitability, Age, Finacial Institusion

Size & Profitabilty berpengaruh terhadap HRAD, age tidak

berpengaruh terhadap HRAD, dan financial company


(51)

Characteristics banyak

pengungkapan 2. Alam & Kanti,

(2010) Human Resource Accounting Disclosure (HRAD) in Bangladesh : Multifactor Regresion Analysis Size, Profitability, financial Institusion, Age, MNC

Size & profitability berpengaruh terhadap HRAD, age tidak

berpengaruh pada HRAD, financial company & multinational company melakukan lebih banyak pengungkapan 3. Micah, et, al.

(2012) Firms Financial Performance and Human Resource Accounting Disclosure in Nigeria Financial Firm Performance (ROA, ROE)

ROE & Financial firm performance mempunyai pengaruh terhadap HRAD, dan ROA mempunyai pengaruh negatif terhadap HRAD 4. Enofe, et, al.

(2013) Human Resource Accounting Disclosure in Nigeria Quoted Firms Financial Firm Performance (ROA), Financial Institusion ROA mempunyai pengaruh terhadap HRAD, dan financial company melakukan lebih banyak pengungkapan di banding non financial company 5. Athanasios, et,

al. (2013)

Company Characteristic and Human Resource Disclosure in Greece Size, Industry Type, Profitability, Listing Status, GRI Reporting

Size, industry type, profitability tidak berpengaruh pada human resource disclosure. Listed company

melakukan lebih banyak


(52)

pengungkapan, dan perusahaan yang menggunakan pedoman GRI melakukan lebih banyak pengungkapan. 6. Widodo

(2014) Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Akuntansi SDM Profitabilitas, Umur, Ukuran, Difersifkasi Produk Ukuran & diversifikasi produk berpengaruh terhadap pengungkapan ASDM, umur & profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ASDM

2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Sedangkan variabel independen yang diambil oleh peneliti yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, umur listing, jenis perusahaan dan penggunaan standar pelaporan GRI sebagai faktor yang mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

2.4.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat


(53)

menggunakan rasio profitabilitas. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu ROA (Return On Asset), NPM (net profit margin), dan rasio perputaran aktiva. ROA yaitu rasio profitabilitas yang membandingkan laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan. Net profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan, ROA dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut (Van Horne dan Wachowicz, 2009).

Alasan utama profitabilitas perusahaan digunakan dalam penelitian ini adalah karena perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan menarik stakeholder, dalam hal ini secara khusus investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan. Selain itu tingkat profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan menandakan adanya kinerja sumber daya manusia yang produktif dalam kegiatan aktifitas produksi perusahaaan.

Dalam stakeholder theory menyatakan perusahaan akan cenderung melakukan pengungkapan-pengungkapan yang dinilai penting bagi stakeholder-nya. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan menarik banyak investor sehingga dapat berakibat semakin banyak pula kebutuhan informasi stakeholder. Informasi yang dibutuhkan stakeholder bukan hanya sebatas berapa laba yang di dapat sekarang tetapi juga bagaimana perusahaan dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang akan mempengaruhi keputusan investasi stakeholder.


(54)

Tingkat profitabilitas yang baik juga mengindikasikan adanya kinerja sumber daya yang produktif, yang dapat menjalankan aktivitass operasi yang efektif dan efisien. Dalam sudut pandang resource-based, sumber daya yang produktif merupakan suatu keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat menjadi sebuah nilai tambah untuk dapat meningkatkan image perusahaan.

Penelitian Al Mamun (2009) memberikan hasil bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan, selain itu penelitian Alam dan Kanti (2010) juga memberikan hasil bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Namun sebaliknya, Widodo (2014) memberikan hasil bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Alasannya adalah perbedaan sampel penelitian, selain itu tingginya kinerja keuangan merupakan suatu keharusan, dengan adanya profit maka aktivitas operasional perusahaan akan terjamin. Berdasarkan uraian tersebut, dapat di simpulkan bahwa :

H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

2.4.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang sering digunakan untuk menjelaskan luas pengungkapan yang dilakukan dalam laporan tahunan. Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran suatu


(55)

perusahaan dapat diukur dengan total aset perusahaan, total penjualan perusahaan, atau kapitalisasi pasar perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari total aset peusahaan. Sehingga, semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan semakin besar pula ukuran perusahaan.

Alasan utama ukuran perusahaan digunakan dalam penelitian ini adalah semakin besar suatu perusahaan maka semakin banyak pula aktivitas-aktivitas terkait produksinya, serta semakin besar juga perputaran modal perusahaan. Sehingga, perusahaan besar cenderung banyak diamati oleh stakeholder, setiap keputusan yang diambil manajemen yang dapat mempengaruhi stakeholder akan mendapatkan perhatian dari stakeholder. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Perusahaan besar menunjukkan investasi yang ditanam oleh investor banyak, hal ini berakibat permintaan informasi dari investor semakin banyak, sehingga manajer harus melaksanakan tuntutan investor sebagai pertanggungjawaban atas wewenang yang diberikan. Meningkatnya pengungkapan informasi akan mengurangi asimetri informasi. Biaya agensi timbul karena kepentingan yang bertentangan dari para pemegang saham, manajer, dan pemilik hutang (Martson dalam Istanti, 2009).

Penelitian yang dilakukan Al Mamun (2009) menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Hal ini didukung dengan penelitian Alam (2010) yang juga mengungkapkan hal yang sama bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap


(56)

pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa :

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia

2.4.3. Pengaruh Umur Listing terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia

Umur listing adalah saat dimana perusahaan melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) di pasar modal. Pada penelitian ini umur listing diukur dari pertama kali perusahaan melakukan IPO sampai dengan tahun penelitian berlangsung. Umur perusahaan diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Perusahaan yang lebih lama terdaftar di pasar modal memiliki pengalaman lebih dibanding perusahaan yang baru go public dalam hal pengungkapan informasi bagi stakeholder. Dibandingkan perusahaan yang baru saja go public, karena perusahaan memerlukan waktu beradaptasi dengan kebijakan-kebijakan serta aturan yang berlaku sebagai perusahaan publik.

Semakin lama perusahaan berdiri maka semakin banyak pengalaman yang telah didapat karena perusahaan mengetahui kebutuhan informasi dari pemegang kepentingan atau stakeholder, sehingga pengungkapan informasi salah satunya informasi mengenai sumber daya manusia yang semakin luas pada laporan tahunan perusahaan. hal ini dapat terjadi karena perusahaan sudah memiliki banyak pengalaman dan memiliki pemahaman dalam dunia bisnis sehingga


(57)

perusahaan dapat memahami harapan dan keinginan stakeholder-nya. Selain itu perusahaan juga harus mempertimbangkan keunggulan kompetitifnya dibandingkan perusahaan yang lain sehingga pelaporan menjadi efektif dan efisien. Perusahaan yang sudah lama menjadi perusahaan publik tentu saja sudah tahu nilai tambah apa saja yang dapat diungkapkan secara efektif dalam laporan perusahaan.

Meskipun belum ada penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh umur listing terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, penelitian yang dilakukan Adhi (2012) menemukan bahwa adanya pengaruh umur perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa :

H3: Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

2.4.4. Pengaruh Jenis Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia

Jenis perusahaan yang ada di dalam pasar modal bermacam-macam, sebagai contoh ada perusahan finansial, perusahaan manufaktur, perusahaan pertambangan, perusahaan real estate, perusahaan perdagangan dan lain-lain. Dalam menjalankan kegiatan operasinya setiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri, selain itu sumber daya yang dimiliki setiap perusahaan juga mempunyai peran yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini mencoba melihat tingkat pengungkapan akuntansi sumber daya manusia pada perusahaan finansial


(58)

dan manufaktur. Perusahaan finansial terdiri dari perusahaan perbankan, asuransi, investasi, sekuritas dan lain-lain. Sedangakan perusahaan manufaktur terdiri dari perusahaan basic industry, good consumer industry, dan miscellaneous industry.

Cooke (1992) menyatakan bahwa luas pengungkapan dalam laporan tahunan mungkin tidak sama untuk semua sektor industri. Menurut Verreccia (1983) biaya proprietary (politik dan competitive disadvantage) berbeda antar industri. Di samping itu, menurut Meek, Robert, dan Gray (1995) relevansi item pengungkapan tertentu berbeda-beda antar industri. Setiap jenis perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam menjalankan aktivitas operasinya. Selain itu tiap jenis industri kemungkinan memiliki kecenderungan yang berbeda dalam melakukan pengungkapan, sebagai contoh perusahaan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan akan lebih banyak dalam melakukan pengungkapan terkait dengan lingkungan.

Menurut pandangan resource-based theory setiap perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang berbeda. Salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan adalah sumber daya manusia, tiap perusahaan mempunyai sumber daya yang berbeda-beda sehingga keunggulan kompetitif peusahaan satu dengan lainya berbeda tergantung dari perusahaan tersebut dapat memaksimalkan atau tidak. Pada sektor industri finansial yang berbasis perusahaan jasa akan mendorong perusahaan untuk lebih luas dalam melakukan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Hal ini terjadi karena tenaga kerja perusahaan yang dibutuhkan perusahaan harus mempunyai budaya kerja yang baik.


(59)

Dibandingkan dengan sektor manufaktur yang cenderung industri yang padat modal. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang terampil.

Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Al Mamun (2009) menunjukkan bahwa perusahaan finansial lebih banyak melakukan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia di bandingkan dengan perusahaan non finansial. Hasil penelitian lainya juga menunjukan hasil yang sama, yaitu Enofe et,al (2013) juga menemukan bahwa perusahaan finansial lebih banyak melakukan pengungkapan dibandingkan perusahaan non finansial. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

H4 : Jenis perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

2.4.5. Pengaruh Penggunaan Standar Pelaporan GRI terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia

Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang bekerja ke arah ekonomi global yang berkelanjutan dengan memberikan panduan pelaporan berkelanjutan. GRI telah merintis dan mengembangkan pelaporan keberlanjutan dengan kerangka komprehensif yang banyak digunakan di seluruh dunia. Kerangka ini memungkinkan semua organisasi untuk mengukur dan melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, kinerja sosial dan pemerintahan.

Kerangka pelaporan tersebut meliputi pedoman pelaporan, pedoman sektor industri dan sumber daya lain yang memungkinkan transparansi organisasi yang lebih besar tentang ekonomi, kinerja lingkungan, sosial dan pemerintahan.


(60)

Transparansi dan akuntabilitas membangun kepercayaan para pemangku kepentingan dalam organisasi, dan dapat menciptakan banyak manfaat lainnya.

Dalam GRI terdapat banyak indikator dalam standar pelaporan, salah satunya adalah indikator kinerja tenaga kerja (labor practices performance indicator). Hal ini sejalan dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Diharapkan apabila perusahaan menggunakan standart GRI dalam pelaporannya, maka semakin luas pula pengungkapan sumber daya manusianya. Didalam indikator kinerja tenaga kerja terdapat informasi-informasi seperti; kontrak kerja, tingkat turnover pegawai, pendidikan pegawai, pelatihan pegawai, dll

Hasil penelitian Athanasios et, al (2013) yang dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Yunani menemukan bahwa perusahaan yang mengeluarkan laporan tahunan dengan menggunakan standar pelaporan GRI melakukan lebih banyak pengungkapan sumber daya manusia di bandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan standar pelaporan GRI. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

H5 : Penggunaan standar pelaporan GRI berpengaruh positif pada pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

Berdasarkan permasalahan, landasan teori, dan hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya, maka dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis. Berikut kerangka pemikiran yang dibentuk pada gambar 2.1.:


(61)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam peneltian ini adalah

H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia

H3 : Umur listing berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia

H4 : Jenis perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

H5 : Penggunaan standar pelaporan GRI berpengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.

Profitabilitas (H1)

Ukuran Perusahaan (H2)

Umur Listing (H3)

Jenis Perusahaan (H4)

Penggunaan Standar Pelaporan GRI (H5)

Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia


(62)

45

Penelitian ini adalah sebuah penelitian kuantitatif yang digunakan peneliti untuk membuktikan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan akuntansi sumber daya manusia yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, umur listing, jenis perusahaan, dan penggunaan standar pelaporan GRI. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan tahunan (annual report) yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id pada periode 2013-2014. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan alat analisis berupa software SPSS.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang telah mempublikasikan laporan tahunannya dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 228 perusahaan. Dengan rincian 86 perusahaan finasial dan 142 perusahaan manufaktur.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian dengan membuat kiteria tertentu yang harus dipenuhi. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut :


(1)

No

Kode

Tahun

X1

X2

X3

X4

X5

Y

397 VOKS

2014

-0,0550

28,072

24

0

0

25,00

398 VRNA

2014

0,0112

28,397

6

1

0

62,50

399 WIIM

2014

0,0843

27,918

2

0

0

50,00

400 WOMF

2014

0,0069

29,299

10

1

0

50,00

401 YPAS

2014

-0,0279

26,493

6

0

0

50,00


(2)

Lampiran 4

Hasil Output SPSS

1.

Statistik Deskriptif

ASDM

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Asdm 402 18,75 87,50 43,6101 14,93830

Valid N (listwise) 402

Sumber : Data sekunder diolah tahun 2015

Profitabilitas

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Profita 402 -,85 ,69 ,0422 ,11214

Valid N (listwise) 402

Sumber : Data Sekunder diolah tahun 2015

Ukuran Perusahaan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Ukuran 402 24,54 34,38 28,6556 2,00509 Valid N (listwise) 402

Sumber : Data sekunder diolah tahun 2015

Umur Listing

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 402 1,00 37,00 17,2065 8,15190

Valid N (listwise) 402

Sumber : Data Sekunder Diolah Tahun 2015

Pengungkapan ASDM berdasarkan Jenis Perusahaan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Finansial 144 25,00 87,50 51,9097 15,08060 Manufaktur 258 18,75 81,25 38,9777 12,70848 Valid N (listwise) 144


(3)

Pengungkapan ASDM berdasarkan Penggunaan Standar Pelaporan GRI

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Non_GRI 368 18,75 87,50 41,8988 13,56465

GRI 34 25,00 87,50 62,1324 16,70978

Valid N (listwise) 34

Sumber : Data sekunder diolah tahun 2015

2.

Uji Asumsi Klasik

2.1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 402

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 92,26973301

Most Extreme Differences

Absolute ,025

Positive ,025

Negative -,021

Kolmogorov-Smirnov Z ,505

Asymp. Sig. (2-tailed) ,961

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

2.2. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF

1

(Constant)

Rank of Profita ,921 1,086 Rank of Ukuran ,753 1,328 Rank of Umur ,872 1,147 Rank of Jenis ,853 1,172 Rank of Gri ,786 1,272

Sumber : Data sekunder diolah tahun 2015

2.3. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,597a ,356 ,348 92,850417 1,940

a. Predictors: (Constant), Rank of Gri, Rank of Umur, Rank of Profita, Rank of Jenis, Rank of Ukuran

b. Dependent Variable: Rank of Asdm

0

dl

du

DW 4-du

4-dl

4

0

1,810

1,861

1,940 2,138

2,190

4

Tolak Ho bukti autokorelasi positif

Daerah keraguan

Menerima Ho atau Ha atau kedua-duanya

Daerah Keraguan Tolak Ho bukti autokorelasi negatif


(5)

2.4. Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 93,640 12,435 7,531 ,000

Rank of Profita ,035 ,024 ,076 1,470 ,142 Rank of Ukuran ,010 ,027 ,021 ,365 ,715

Rank of Umur ,018 ,025 ,038 ,718 ,473

Rank of Jenis -,059 ,030 -,104 -1,951 ,052 Rank of Gri -,099 ,054 -,102 -1,833 ,068 a. Dependent Variable: absut2

Sumber : data sekunder diolah tahun 2015

3.

Analisis Regresi Berganda

3.1.Uji Parsial (T test)

Sumber : Data sekunder diolah tahun 2015

3.2. Uji Simultan (F test)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1890911,845 5 378182,369 43,867 ,000b Residual 3413995,155 396 8621,200

Total 5304907,000 401 a. Dependent Variable: Rank of Asdm

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 36,270 21,444 1,691 ,092

Rank of Profita ,071 ,042 ,072 1,711 ,088 Rank of Ukuran ,363 ,046 ,366 7,883 ,000 Rank of Umur -,171 ,043 -,172 -3,989 ,000 Rank of Jenis ,322 ,052 ,270 6,198 ,000 Rank of Gri ,235 ,093 ,114 2,513 ,012


(6)

b. Predictors: (Constant), Rank of Gri, Rank of Umur, Rank of Profita, Rank of Jenis, Rank of Ukuran

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015

3.3. Uji Koefisien Determinasi (R

2

)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,597a ,356 ,348 92,850417 1,940

a. Predictors: (Constant), Rank of Gri, Rank of Umur, Rank of Profita, Rank of Jenis, Rank of Ukuran

b. Dependent Variable: Rank of Asdm