BAB II DESKRIPSI LOKASI
2.1. Sejarah dan Asal Muasal Pendirian Partai Golkar
Secara historis perkembangan Partai Golkar dapat dibagi ke dalam empat tahap. Pertama, tahap embrio dari golongan fungsional non-afiliatif yang
tergabung dalam Front Nasional yang berada dalam wadah Sekber Golkar 1957- 1964. Kedua, tahap metamorphose dari Sekber Golkar menjadi Golkar pada masa
Orde Baru 1965-1970. ketiga, tahap sebagai mesin politik Orde Baru hingga masa kejatuhannya pada tahun 1998 1971-1998. Dan tahap keempat, tahap
Golkar menjadi Partai Golkar 1999.
2.1.1 Dari Golongan Fungsional Ke Sekber Golkar
Kelahiran Partai Golkar pada era politik multipartai saat ini tentu tidak dapat dipisahkan dengan sejarah marathon kemunculan Sekber Golkar di masa-
masa akhir pemerintahan Soekarno tepatnya pada tanggal 20 Oktober 1964 sampai akhirnya diubah menjadi Golkar pada tanggal 17 Juli 1971 melalui
musyawarah Sekber Golkar. Pada mulanya kehadiran Sekber Golkar dirancang sebagai sebuah organisasi yang dapat mengimbangi kekuatan Partai Komunis
Indonesia PKI beserta kekuatan-kekuatan sayap kiri lainnya. Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI
beserta ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin
meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Pada bulan Agustus 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Kepres No. 1931964 yang intinya menginstruksikan agar organisasi-
organisasi yang berada dalam Front Nasional segera berafiliasi dengan partai- partai politik yang ada atau bergabung menjadi satu organisasi37. Berdasarkan
kepres tersebut, organisasi-organisasi fungsional yang tidak memiliki afiliasi dengan partai politik kemudian membentuk Sekber Golkar. Pada pembentukan
awal, wadah ini tercatat sedikitnya 61 organisasi fungsional non afiliasi, termasuk militer ABRI, ikut bergabung di dalamnya. Pada proses pembentukan Sekber
Golkat tersebut, militer dianggap memainkan peranan yang sentral karena berkepentingan guna memelihara kekuatan kelompok anti komunis
22
. Sejak tahun 1957 militer telah membentuk kelompok-kelompok fungsional sebagai dukungan
bagi gagasan Soekarno untuk meningkatkan peranan golongan fungsional. Peranan militer untuk membentuk berbagai organisasi massa semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya pengaruh PKI. Militer kemudian mensponsori pembentukan tiga organisasi massa, yaitu Koperasi Simpan Tabung Gotong
Royong Kosgoro, musyawarah kekeluargaan Gotong Royong MKGR, dan Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia Soksi yang kesemuanya
dipimpin oleh kalangan militer. Ketiga organisasi ini kemudian dikenal sebagai kelompok fungsional Trikarya yang memiliki peranan penting dalam
pembentukan Sekber Golkar yang dideklarasikan pada tanggal 20 Oktober 1964.
22
Umar Ibnu Al Khatab, 2009, Dari Beringin Ke Beringin;Sejarah, Kemelut, Rsistensi dan Daya Tahan
Partai Golkar, Ombak:Yogyakarta, hlm. 35
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Dari Sekber Golkar ke Golkar
Seiring dengan perkembangan politik, khususnya pasca kudeta 1965, sebuah keputusan penting seiring dengan reorganisasi di tubuh Sekber Golkar
adalah memotong habis dominasi orang-orang Soekarno di dalam struktur kepemimpian Sekber Golkar. Segera setelah penyerahan Surat Perintah Sebelas
Maret Supersemar pada tahun 1966, orang-orang yang dianggap memiliki kedekatan dengan Soekarno dalam tubuh Sekber Golkar itu dibersihkan dan
diganti dengan orang-orang yang dikenal dekat dengan Soeharto, seperti pencopotan ketua umum Sekber Golkar yang pertama, Brigadir Jenderal
Brigjend Djuhartono yang digantikan oleh Mayor Jenderal Mayjend Suprapto Sukowati yang dikenal dekat dengan kelompok Soeharto. Bukan hanya orang
Soekarno saja yang menjadi korban, tetapi juga istilah-istilah yang sering diintrodusir Soekarno dan
menjadi dasar gerakan Sekber Golkar, misalnya “Masyarakat Sosialis Indonesia” Setelah pembersihan itu, Sekber Golkar mengalami kemajuan yang cukup
pesat. Hal ini ditunjukkan dengan bergabungnya banyak organisasi fungsional ke dalamnya. Tercatat tidak kurang dari 291 organisasi fungsional ikut sebagai
anggota. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Sekber Golkar cukup diterima oleh berbagai kalangan. Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber
GOLKAR ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 tujuh Kelompok Induk
Organisasi KINO, yaitu: 1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong KOSGORO
2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia SOKSI
Universitas Sumatera Utara
3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong MKGR 4. Organisasi Profesi
5. Ormas Pertahanan Keamanan HANKAM 6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia GAKARI
7. Gerakan Pembangunan Pada Juni 1966, tiga bulan setelah Soeharto memperoleh mandat
Supersemar, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara MPRS mengadakan sidang untuk mengesahkan mandat itu dan membahas pelaksanaan tanggal pemilu
demi memberikan legitimasi bagi pemerintahan Soeharto. MPRS memutuskan pemilu akan diselenggarakan selambat-lambatnya pada 5 Juli 1958, namun karena
alasan keuangan yang belum memadai untuk menyelenggarakan pemilu maka penyelenggaraan pemilu akhirnya diadakan pada tamggal 5 Juli 1971. dalam
konteks menghadapi pemilu 1971, disamping menyiapkan kekuatan-kekuatan pro- pemerintah yang lain, Presiden Soeharto telah memilih Sekber Golkar sebagai alat
politiknya yang uatama untuk terjun sebagai peserta pemilu. Oleh karenanya, konsolidasi untuk memenangkan Sekber Golkar dikerjakan secara marathon
dengan kalangan tentara sebagai penentu yang uatama. Dalam pemilu 1971 uasaha-usaha untuk menjadikan Sekber Golkar sebuah
organisasi yang besar, walaupun kadang-kadang melalui cara-cara yang dianggap berlebihan, menghasilkan sukses yang gemilang. Sekber Golkar tampil sebagai
pemenang dalam pemilu tersebut dengan hasil mutlak yakni memperoleh 236 kursi di Dewan Perwakilan DPR pusat atau setara dengan 34.348.673 juta suara
atau 62,80 persen. Perolehan suara ini melampaui perolehan suara yang didapat partai Nahdhatul Ulama NU dan Partai Nasional Indonesia PNI yang sebelum
Universitas Sumatera Utara
pemilu dilakukan merasa yakin akan menang hanya mendapatkan 18,67 persen dan 6,94 persen atau setara dengan 10.213.650 dan 3.793.26640. Kemenangan
Sekber Golkar ini sekaligus membuktikan kesuksesan pemerintahan Soeharto di dalam meraih dukungan politik masyarakat. Tidak lama setelah kemenangan itu,
Sekber Golkar diubah menjadi Golkar, yaitu pada tanggal 17 Juli 1971.
2.1.3 Golkar Sebagai Mesin Politik Orde Baru
Sejak diubah menjadi Golkar, Golkar secara resmi menjadi mesin politik Orde Baru. Golkar yang hadir sebagai kekuatan politik yang memberikan
kepastian politik yang dibutuhkan oleh masyarakat setelah kekisruhan yang ditimbulkan oleh partai-partai politik di masa Soekarno telah memberikan corak
baru bagi perpolitikan di Tanah Air. Setelah kemenangan yang pertama ini, pemerintaha Soeharto, dengan legitimasi di tangannya, melakukan pembaruan
struktur politik dengan penyederhanaan kepartaian dan kekuatan social politik.
Pada masa ini pula awal penyederhanaan partai dilakukan. Partai-paratai politik yang pernah ikut dalam Pemilu 1971 dikelompokkan menjadi dua partai
berdasarkan ideologisnya, yaitu Partai Persatuan Pembangunan PPP dan Partai Demokrasi Indonesia
PDI. Dengan struktur fisik kepartaian mengalami perampingan dari sembilan partai menjadi dua partai yakni PPP dan PDI. Kemudian pada tahun 1975,
penyederhanaan tersebut disyahkan dalam Undang-Undang yakni tentang Partai Politk dan Golongan Karya.
Setelah Pemilu 1971, Golkar mendominasi jumlah kursi pada lembaga legislative baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pada Pemilu 1977, Golkar
Universitas Sumatera Utara
menang kembali. Kemenangan ini semakin menguatkan domonasi Golkar dan memberikan legitimasi pada pemerintahan dengan scenario yang demokratis.
Beberapa strategi dikembangkan untuk memenangkan Golkar diantaranya dengan memobilisasi dukungan masyarakat, terutama dari kalangan militer dan birokrasi.
Di kalangan militer, ABRI masuk ke dalam area sipil masyarakat sebagai mesin ampuh untuk menakuti masyarakat agar taat pada kebijakan pemerintah.
Sedangkan birokrasi menerapkan pola-pola kerja clientliism dalam melayani masyarakat sehingga menyuburkan tumbuh kembangnya praktek KKN Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme. Tak heran jika pada zaman itu dikenal paket ABG ABRI, Birokrasi dan Golkar.
Kemenangan Golkar pada Pemilu 1977 ini semakin memberikan otoritas penuh kepada Orde Baru untuk melakukan serangkaian pembaruan, khususnya di
bidang politik demi terciptanya stabilitas yang dapat menjamin pemulihan dan pemantapan kehidupan nasional dalam berbagai aspek yang dirumuskan dalam
konsepsi Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun. Dan demi menjamin kelancaran terlaksananya konsepsi tersebut, pemerintah mendesak Kors Pegawai
Negeri Republik Indonesia Korpri melakukan kampanye dikalangan mereka sendiri untuk memenangkan Golkar. Oleh karena itu, bukanlah hal yang
mengejutkan jika pada pemilu-pemilu berikutnya Golkar selalu menjadi pemenang dengan perolehen suara mutlak. Golkar menjadi organisasi politik yang
mapan dan benar-benar mampu menjadi mesin politik yang ampuh bagi Orde Baru. Misalnya saja pada Pemilu 1987 dimana Golkar mampu mendulang suara
sebanyak 73.16 persen atau mendapat 299 kursi dari 400 kursi yang diperebutkan.
Universitas Sumatera Utara
Begitu pula pada Pemilu 1992, Golkar meneruskan tradisi kemenangannya dengan meraup 66.599.331 juta suara atau sama dengan 282 kursi di DPR Pusat
2.1.4 Dari Golkar ke Partai Golkar
Kemenangan-kemenangan Golkar yang diperoleh selama ini memang memberikan tambang kekuasaan pada pemerintahan Orde Baru. Akan tetapi,
kemenangan Golkar pada Pemilu 1997 justru menghantarkan Orde Baru pada jurang kehancuran. Krisis ekonomi yang amat parah dan tak dapat diatasi
Soeharto memaksanya untuk meletakkan jabatan presiden pada 21 Mei 1998. Dengan pengunduran diri Soeharto ini membuat Golkar mengalami masa surut
yang sangat signifikan. Terang saja, karena salama ini Soeharto lah yang dikenal sebagai arsitek pembangun Golkar. Kehilangan Soeharto, Golkar seperti
kehilangan induknya. Krisis ekonomi yang amat parah dan ditambah lagi merosotnya
kepercayaan masyarakat terhadap Orde Baru mempercepat pembaharuan politik nasional. Bersamaan dengan itu, Golkar yang merasa terhujat dan disingkirkan
oleh masyarakat harus memutar otak untuk mengantisipasi hal ini. Dalam kondisi yang demikian, tak ada jalan pilihan bagi Golkar selain melakukan pembaharuan
internal. Yakni pada tanggal 9-11 Juli 1998 Golkar menyelenggarakan Munaslub untuk melakukan pembaharuan pandangan politiknya agar mencerminkan
kinginan rakyat dalam dinamika politik yang baru. Dan tepat pada tanggal 7 Maret 1999, Golkar dideklarasikan sebagai partai politik yang siap bertanding dala
pemilu pertama pada era reformasi yakni Pemilu 1999. Dalam pidato politik di hadapan ratusan ribu yang menghadiri pendeklarasian tersebut, Akbar Tandjung
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa Partai Golkar termasuk pejuang reformasi dan bertejad menyusun kekuasaan yang bersumber dari rakyat.
2.2 Visi perjuangan