Benny Handoko
16
pun, alat bukti yang diajukan oleh jaksa pun berupa potongan gambar dari isi posting twitter dengan user benhan.
Oleh karena itu, di sini penulis akan menguraikan mengenai penggunaan keterangan di media sosial sebagai alat bukti dalam pembuktian tindak pidana
pencemaran nama baik berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Dalam menguraikan hal tersebut maka penulis akan menguraikan mengenai
Ketentuan Tindak Pidana yang diatur dalam Undang-Undang ITE dan kemudian dilajutkan dalam pembahasan mengenai bagaimana Pembuktian Tindak Pidana
Pencemaran Nama Baik dalam Perspektif Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang ITE. Kemudian akan diulas juga tentang penerapan hukum yang telah ada
dalam penanganan tindak pidana teknologi informasi, dengan menganalisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1333Pid.Sus2013Pn. Jkt. Sel.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan Tindak Pidana berdasarkan Undang-Undang
No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE? 2.
Bagaimana keterangan pada media sosial dapat digunakan sebagai alat bukti dalam pembuktian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE? 3.
Bagaimana penerapan hukum terhadap penggunaan keterangan pada media sosial sebagai alat bukti dalam pembuktian tindak pidana
khususnya dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1333Pid.Sus2013Pn. Jkt. Sel?
16
Dalam perkara Pidana Nomor 1333Pid.Sus2013PN.Jkt.Sel
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1.
Untuk mengkaji mengenai bagaimana informasi pada media sosial dapat digunakan sebagai alat bukti dalam pembuktian
tindak pidana pencemaran nama baik berdasarkan Undang- undang Nomor 11 Tahun 2008.
2. Memberikan sumbangan pemikiran hukum dalam konteks
Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik dalam prespektif pasal 27 ayat 3 Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang ITE.
3. Untuk digunakan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam skripsi akan dibahas mengenai “Keabsahan Informasi pada Media Sosial sebagai Alat Bukti dalam Pembuktian Tindak Pidana
Pencemaran Nama Baik berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008”. Adapun tinjauan kepustakan dari skripsi ini adalah:
1. Keabsahan
Penggunaan suatu alat bukti dalam bentuk apapun tentunya membutuhkan sifat yang sah agar dapat digunakan di
dalam proses peradilan. Keabsahan merupakan suatu bentuk
Universitas Sumatera Utara
kata sifat yang menunjukkan sifat yang sah
17
. Sehinga dalam menggunakan berbagai alat bukti dalam proses peradilan yang
berlaku di Indonesia maka harus dapat dijamin adanya suatu keabsahan dari alat bukti yang diajukan tersebut.
2. Informasi Elektronik
Berkembangnya era globalisasi membuat muncul bentuk baru dari informasi-informasi yang ada. Informasi
elektronik merupakan bentuk baru dari informasi yang ada akibat era globalisasi ini. Dalam Undang-Undang ITE
disebutkan pengertian secara rinci dari informasi elektronik, yang merupakan objek kajian dari skripsi ini. Informasi
elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, electronic data interchange EDI, surat elektronik electronic mail, telegram, teleks, telecopy, atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
18
17
http:kbbi.web.idabsah
18
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentan Informasi dan Transaksi Elektronik.
Universitas Sumatera Utara
3. Media Sosial
Akiabat masuknya era globalisasi saat ini, ada sebuah tempat yang menjadi suatu dunia baru yang tidak nyata namun
memiliki dampak nyata dalam kehidupan yang nyata. Dunia tersebut biasanya kita kenal sebagai media sosial. Media sosial
adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online melalui jaringan internet yang
memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
19
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media
sosial sebagai sebuah kelompok
aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan
penciptaan dan pertukaran user-generated content
20
Gamble, Teri, dan Michael dalam Communication Workssebagaimana
dikutip Wikipedia menyebutkan, media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :
a. Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu
orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet
19
http:www.unpas.ac.idapa-itu-sosial-media
20
http:www.romelteamedia.com201404media-sosial-pengertian-karakteristik.html
Universitas Sumatera Utara
b. Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui
suatu Gatekeeper c.
Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya
d. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi
4. Alat Bukti
Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut,
dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu
tindak pidana yang telah dilakukan. Adapun Definisi Alat-alat bukti yang sah, adalah alat-alat yang ada hubungannya dengan
suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan
keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa.
21
5. Pembuktian
Pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan. Melalui
pembuktian ditentukan nasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan Undang-
21
http:politkum.blogspot.com201305pengertian-alat-bukti-yang-sah-dalam.html diakses pada tanggal 25 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
undang “tidak cukup” membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa maka terdakwa “dibebaskan”
dari hukuman. Sebaliknya, kalau kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal
184, terdakwa dinyatakan “bersalah” dan Kepadanya akan dijatuhkan hukuman.
Pitlo mengemukakan bahwa pembuktian merupakan suatu cara yang dilakukan oleh suatu pihak baik orang
perseorangan maupun badan hukum atas fakta dan hak yang berhubungan dengan kepentingannya. Sedangkan menurut
Subekti, yang dimaksud dengan “membuktikan” adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil ataupun dalil-dalil
yang dikemukakan oleh para pihak dalam suatu persengketaan. Pembuktian dalam Acara Pidana agak berbeda dengan
pembuktian dalam Acara Perdata, dimana dalam acara pidana pembuktian bersifat materiil sedangkan untuk Acara Perdata
bersifat formil. Oleh karena itu jika dicurigai alat bukti itu dipalsukan, maka persidangan Acara Perdata akan dihentikan
untuk menunggu diputus terlebih dahulu suatu kasus Pidana itu.
22
22
M. Yahya Harahap, Pemabahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Jakarta: Sinar
Grafika, 2000,, hlm. 273.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Subekti, pembuktian adalah upaya meyakinkan Hakim akan hubungan hukum yang sebenarnya
antara para pihak dalam berperkara, dalam hal ini antara bukti- bukti dengan tindak pidana yang didakwakan, dalam
mengkonstruksikan hubungan hukum ini, masing-masing pihak menggunakan alat bukti untuk membuktikan dalil-dalilnya dan
meyakinkan hakim akan kebenaran dalil-dalil yang dikemukakan. Dalam bukunya tentang Cybercrime Josua
Sitompul jugamemberikan pengertian dari pembuktian yaitu, upaya untuk menemukan kebenaran materil materiel
waarheid tentang telah terjadi suatu tindak pidana dan jelas siapa pelakunya.
23
6. Tindak Pidana
Tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP dikenal dengan istilah strafbaar feit dan dalam
kepustakaan tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan
suatu undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana
merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan
kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa
23
Josua Sitompul, Op. Cit., hlm. 264.
Universitas Sumatera Utara
hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan
hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat
24
Dalam bukunya Prof. Moeljatno juga memberikan definisi terhadap tindak pidana. Tindak pidana atau perbuatan
pidana adalah Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa
pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.
25
Definisi lain dari Tindak pidana ini juga dapat kita lihat dari definisi yang diberikan oleh Prof. Bambang
Poernomo, yaitu Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan
diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
26
7. Pencemaran Nama Baik
Sampai saat ini di Indonesia belum ada definisi hukum yang tepat dan jelas tentang apa yang disebut pencemaran nama
24
http:www.sarjanaku.com201212pengertian-tindak-pidana-dan-unsur.html diakses pada tanggal 25 Juni
25
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara,1987 hlm. 54
26
Babang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1992 hlm. 130
Universitas Sumatera Utara
baik. Dalam bahasa inggris pencemaran nama baik diartikan sebagai defamation, slander, dan libel. R Soesilo
dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal hal 225 dalam penjelasan
Pasal 310 KUHP, menerangkan bahwa, “menghina” adalah
“menyerang kehormatan dan nama baik
seseorang”. Yang
diserang ini biasanya merasa “malu” “Kehormatan” yang
diserang di sini hanya mengenai kehormatan tentang “nama baik”, bukan “kehormatan” dalam lapangan seksual,
kehormatan yang dapat dicemarkan karena tersinggung anggota kemaluannya dalam lingkungan nafsu birahi kelamin.
27
E. Metode Penelitan dan Penulisan