Sesuai dengan paparan diatas mengenai karakteristik IPS di SD peneliti menyimpulkan bahwa kajian materi IPS di SD dimulai dari lingkungan terdekat
siswa, kehidupan manusia secara keseluruhan sehingga siswa dapat mengenali dunia sekelilingnya beserta tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi.
2.1.5 Pembelajaran IPS di SD
Pelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 6- 12 tahun. Anak dalam kelompok 7-11 tahun menurut Piaget dalam Gunawan,
2011: 38 berada dalam tahap perkembangan operasional kongkret. Siswa usia SD memandang dunia dalam keseluruhan yang masih utuh, serta tidak mempedulikan
masalah yang belum mereka pahami abstrak. Padahal, bahan materi IPS penuh dengan konsep-konsep yang bersifat abstrak seperti waktu, lingkungan,
kekuasaan, nilai, peranan, dan sebagainya. Oleh karena itu, Bruner dalam Gunawan, 2011: 38 memberikan pemecahan masalah tersebut dengan cara
mengkongkretkan hal yang bersifat abstrak melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi
dalam kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa. Itulah sebabnya IPS di SD bergerak dari yang kongkret ke yang abstrak dengan cara memulai dari hal yang
mudah ke hal yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya Gunawan, 2011: 38. Dalam menyampaikan materi,
guru juga harus menggunakan media sebagai alat bantu bagi siswa untuk lebih mudah dalam memahami materi. Siswa juga akan mendapat gambaran nyata
kongkret tentang materi yang dipelajari.
Menurut Gunawan 2011: 40, dalam pembelajaran IPS penggunaan metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan menjadikan IPS
sebagai mata pelajaran menghafal yang membosankan. Oleh karena itu, guru selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi, menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keteram-
pilannya. Dalam pembelajaran IPS di SD, guru juga harus mengetahui karakteristik
siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Chick yang dipublikasikan dalam jurnal internasional Volum 7 Nomor 2 tahun 2012 yang menyatakan:
“Effective teachers of social studies incorporate a variety of techniques in the instruction, assessment, and grouping of students because not everyone learns
the same thing at the same time with the same approach ”.
Bahwa seorang guru IPS yang efektif haruslah menggabungkan berbagai variasi teknik pengajaran, penilaian, dan pengelom-pokkan siswa karena tidak
semua siswa belajar hal yang sama dengan pendekatan yang sama. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS di SD haruslah
disesuaikan dengan anak usia SD yang berada pada tahap operasional kongkret. Pada tahap ini, siswa belum mampu memahami konsep-konsep yang bersifat
abstrak. Dalam pembelajaran IPS banyak menggunakan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Guru dalam mengajarkan materi kepada siswa selayaknya
dimulai dari hal yang paling dekat dengan siswa, sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep yang dipelajari. Selain itu, guru juga dapat
menggunakan media pembelajaran untuk membantu siswa memperoleh gambaran
nyata kongkret tentang hal yang dipelajari sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi.
2.1.6 Model Quantum Teaching