Analisis Sektor Basis di Provinsi Jawa Timur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Ekonomi Basis

5.1.1. Analisis Sektor Basis di Provinsi Jawa Timur

Penggunaan analisis Location Quotient merupakan suatu ukuran untuk menentukan sektor basis atau non basis dalam suatu wilayah dengan membandingkan sektor perekonomian di tingkat bawah dengan perekonomian di tingkat atasnya. Penentuan sektor basis sangat penting bagi pemerintah karena dapat digunakan sebagai barometer untuk menentukan sektor yang menjadi prioritas dalam pembangunan daerah untuk periode selanjutnya. Hasil perhitungan nilai LQ diseluruh sektor perekonomian berdasarkan indikator pendapatan daerah yaitu PDRB atas dasar harga konstan 2000 terdapat lima sektor yang menjadi basis perekonomian Provinsi Jawa Timur pada tahun 2001-2003 yaitu sektor pertanian, sektor industri dan pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi ini ditunjukkan dari nilai LQ sektor tersebut lebih besar dari 1 satu, hal ini berarti bahwa sektor-setor tersebut memiliki peranan yang besar dalam kegiatan ekspor daerah dan memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan perekonomian di Jawa Timur. Jika dilihat dari kontribusi terhadap pembentukan PDRB maka sektor industri pengolahan memberikan kontribusi yang terbesar, besarnya sektor tersebut berasal dari subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau yang lebih di dominasi oleh industri rokok. Kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak BBM pada tahun 2004 dan 2005 berpengaruh besar terhadap sektor industri dan pengolahan. Kenaikan harga BBM akan menaikan biaya operasional angkutan dan produksi pada sektor industri sehingga harga jual produksi menjadi mahal. Daya beli masyarakat yang kembali turun dengan kenaikan harga BBM akan mengurangi pola permintaan terhadap hasil-hasil sektor industri dan pengolahan maupun terhadap sektor produksi lainnya. Perubahan sektor industri dan pengolahan menjadi sektor non basis juga mengidikasikan bahwa sektor pengolahan ini tidak mampu bersaing di pasar global, sehingga menimbulkan adanya impor sektor pengolahan dari wilayah lain. Begitu juga dengan sektor pengankutan dan konumikasi pada tahun yang sama juga tidak lagi menjadi sektor basis perekonomian Jawa Timur. Hal ini diduga karena alasan yang sama dengan sektor pengolahan. Sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang mampu bertahan menjadi sektor basis di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2001-2005. Hal ini menunjukkan bahwa sektor- sektor tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan nilai kontribusi yang besar dalam perekonomian Jawa Timur. Sektor pertanian sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap sektor lain atau perekonomian secara keseluruhan. Sektor pertanian merupakan input dari sektor industri dan pengolahan. Walaupun dilihat dari perkembangannya tehadap PDRB Jawa Timur terus menurun namun sektor pertanian masih merupakan sektor basis perekonomian Jawa Timur. Jika dilihat dari nilai LQ maka sektor pertanian cenderung menurun dari tahun 2001-2004, hal ini diduga karena adanya pergeseran dari sektor primer ke sektor industri, diduga alasan lain karena adanya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi daerah perumahan karena kenaikan jumlah penduduk dan tingginya permintaan akan rumah. Nilai LQ sektor petanian meningkat tahun 2005 sebesar 1.2030, hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian semakin membaik. Dilihat dari besarnya nilai LQ hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran yang selalu meningkat LQ setiap tahunnya, sedangkan sektor basis lain cenderung berfluktuatif. Hal ini berarti bahwa sektor perdagangan hotel dan restoran dapat dikembangkan menjadi sektor andalan ekspor di Jawa timur. Pada tahun 2001 nilai LQ sektor ini sebesar 1.5687 dan nilai ini terus meningkat sampai tahun 2005 sebesar 1.7321. Nilai LQ yang tertinggi adalah dari sektor Listrik, gas dan air bersih, nilai LQ sektor ini mencapai angka dua selama periode 2001-2005 dan merupakan sektor yang memiliki nilai LQ tertinggi dibanding sektor basis lainnya. Hal ini berarti bahwa sektor ini mampu menjadi andalan ekspor Jawa Timur walaupun peranannya terhadap PDRB Jawa Timur kecil. Sektor ini merupakan sektor penunjang seluruh kegiatan ekonomi dan sebagai sarana infrastruktur yang dapat mendorong aktivitas seluruh sektor terutama industri dan pengolahan. Hampir seluruh kegiatan disektor ini dimonopoli oleh pemerintah sehingga sektor ini terus dapat berkembang dan bisa bebas dari persaingan tarif harga. Sektor pertambangan dan galian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa tidak termasuk sektor basis. Hal ini dapat dilihat dari nilai LQ sektor ini lebih kecil daripada satu. Sektor bangunan memiliki nilai LQ yang terus menurun, diduga penyebabnya adalah makin banyaknya penambahan bangunan seperti pertokoan, perkantoran dikota- kota besar sehingga peranan kabupaten dan desa semakin menurun. Sektor pertambangan dan penggalian tidak mampu menjadi sektor basis diduga penyebabnya karena sektor basis ini hanya dihasilkan dari wilayah tertentu di Jawa Timur seperti Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Sumenep saja. Hasil penghitungan analisis sektor basis di Provinsi Jawa Timur periode 2001-2005 dapat dilihat dari tabel 5.1 sebagai berikut: Tabel 5.1. Nilai LQ Sektor-sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 periode 2001-2005 Tahun LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian 1.2391 1.2302 1.2080 1.1989 1.2030 Pertambangan dan penggalian 0.1748 0.1790 0.1855 0.1963 0.2078 Industri dan Pengolahan 1.0873 1.0087 1.0003 0.9825 0.9815 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.0024 2.1952 2.4182 2.6178 2.6110 Bangunan 0.7011 0.6765 0.6495 0.6108 0.5875 Perdag, Hotel Restoran 1.5687 1.6407 1.6792 1.7225 1.7321 Pengangkutan Komunikasi 1.0551 1.1076 1.0444 0.9761 0.9058 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 0.5848 0.5705 0.5459 0.5332 0.5359 Jasa-jasa 0.9233 0.9313 0.9225 0.8987 0.8904 Sumber : BPS Jawa Timur, 2005 diolah Keterangan : dicetak tebal adalah sektor basis Pada tingkat kabupatenkota dapat dilihat adanya perbedaan sektor basis yang dimiliki dibandingkan dengan tingkat provinsinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan potensi yang dimiliki masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Jumlah sektor basis berbeda di setiap kabupaten dan kota menunjukkan bahwa sektor perekonomian yang menjadi basis disuatu wilayah belum tentu menjadi basis juga di wilayah lain. Kondisi tersebut dapat terlihat pada Tabel 5.2 di bawah ini : Tabel 5.2. Sektor Basis Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur dengan Indikator Pendapatan Tahun 2001-2005 Sektor Basis KabupatenKota 2001 2002 2003 2004 2005 Pacitan 1,2,5,7,8,9 1,2,5,7,8,9 1,2,5,7,8,9 1,2,5,7,8,9 1,2,5,7,8,9 Ponorogo 1,2,5,8,9 1,2,5,8,9 1,2,5,8,9 1,2,5,8,9 1,2,5,8,9 Trenggalek 1,2,7,9 1,2,5,7,9 1,2,5,7,9 1,2,5,7,9 1,2,5,7,9 Tulung Agung 1,2,6,8,9 1,2,6,8,9 1,2,6,8,9 1,2,6,8,9 1,2,6,8,9 Blitar 1,2,8,9 1,2,8,9 1,2,8,9 1,2,8,9 1,2,8,9 Kediri 1,2,9 1,2,9 1,2,8,9 1,2,8,9 1,2,9 Malang 1,2,4,9 1,2,4,9 1,2,9 1,2,9 1,2,9 Lumajang 1,2,5,8 1,2,8 1,2,8 1,2,8 1,2,8 Jember 1,2,8,9 1,2,8,9 1,2,8,9 1,2,8,9 1,2,8,9 Banyuwangi 1,2,7,8 1,2,8 1,2,8 1,2,8 1,2,8 Bondowoso 1,8,9 1,8,9 1,8,9 1,8,9 1,8,9 Situbondo 1,6,7 1,2,6,9 1,2,6,9 1,2,6,9 1,2,6,9 Probolinggo 1,2,4,5,9 1,2,5,9 1,2,5,9 1,2,5,9 1,2,5,9 Pasuruan 1,3,4,9 1,3,4,9 1,3,4,9 1,3,4,9 1,3,4,9 Sidoarjo 2,3,4,7 2,3,4,7 3,7 3,7 3,7 Mojokerto 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 Jombang 1,4,7,9 1,4,7,9 1,4,7,9 1,4,7,9 1,4,7,9 Nganjuk 1,6,9 1,6,9 1,6,9 1,6,9 1,6,9 Madiun 1,2,5,9 1,2,5,9 1,2,5,9 1,2,5,9 1,2,5,9 Magetan 1,5,9 1,5,9 1,5,9 1,5,9 1,5,9 Ngawi 1,5,8,9 1,5,8,9 1,5,8,9 1,5,8,9 1,5,8,9 Bojonegoro 1,8,9 1,8,9 1,8,9 1,2,8,9 1,2,5,8,9 Tuban 1,2,4,5 1,2,4,5 1,2,4,5 1,2,4,5 1,2,4,5 Lamongan 1,4,9 1,4,9 1,9 1,9 1,9 Gresik 2,3,4,5 3,4,5 3,4,5 3,4,5 3,4,5 Bangkalan 1,5,7,9 1,5,7,9 1,5,7,9 1,5,7,9 1,5,7,9 Sampang 1,2,9 1,2,9 1,2,9 1,2,9 1,2,9 Pamekasan 1,5,8,9 1,5,8,9 1,5,8,9 1,5,8,9 1,5,8,9 Sumenep 1,2,9 1,2,9 1,2,9 1,2,9 1,2,9 Kediri 3 3 3 3 3 Blitar 4,5,7,8,9 4,5,7,8,9 4,5,7,8,9 4,5,7,8,9 4,5,7,8,9 Malang 3,6,7,8,9 3,6,7,8,9 3,6,7,8,9 3,6,7,8,9 3,6,7,8,9 Probolinggo 4,6,7,8,9 4,6,7,8,9 4,6,7,8,9 4,6,7,8,9 4,6,7,8,9 Pasuruan 4,5,6,7,8,9 4,5,6,7,8,9 4,5,6,7,8,9 4,5,6,7,8,9 4,5,6,7,8,9 Mojokerto 4,5,6,7,8,9 4,5,6,7,8,9 4,5,6,7,8,9 4,5,6,7,8,9 4,5,6,7,8,9 Madiun 4,5,7,8,9 4,5,7,8,9 4,5,7,8,9 4,5,7,8,9 4,5,7,8,9 Surabaya 3,4,5,6,7,8 3,4,5,6,7,8 3,4,5,6,7,8 3,4,5,6,7,8 3,4,5,6,7,8 Batu 1,4,6,9 1,6,9 1,6,9 1,6,9 1,6,9 Sumber : BPS Jawa Timur, 2005 diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3. Sektor Industri dan Pengolahan 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Sektor Bangunan 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi 8. Sektor Keuangan, Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Sektor Jasa-Jasa Pada tingkat kabupaten dan kota sektor jasa merupakan salah satu sektor basis yang mendominasi di setiap wilayah, hal ini berarti sektor jasa dapat menjadi andalan bagi ekspor di tingkat kabupaten dan kota. Namun di tingkat provinsi sektor ini belum mampu bersaing di pasar global, karena tidak mampu menjadi sektor basis perekonomian. Sektor pertanian merupakan sektor basis yang dimiliki oleh 27 kabupaten dan satu kota di Provinsi Jawa Timur. Hal ini berarti bahwa struktur perekonomian di kota telah berubah dari sektor primer menjadi sekunder. Kondisi ini disebababkan karena adanya tingginya permintaan lahan terhadap sektor bangunan, sektor perdagangan dan sektor industri. Pergeseran fungsi lahan ini yang diduga sebagai penyebab sektor pertanian tidak mampu menjadi sektor basis di kota-kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Sektor basis industri dan pengolahan hanya di miliki oleh empat kabupaten dan tiga kota di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Gresik, Kota Kediri, Kota Malang dan Kota Surabaya. Pada tingkat provinsi sektor ini mampu menjadi basis perekonomian Provinsi Jawa Timur dari Tahun 2001-2003. Sektor keuangan tidak mampu menjadi sektor basis di tingkat provinsi namun sektor ini mampu berkembang di 18 wilayah di provinsi Jawa Timur. Kota kediri hanya memiliki satu sektor basis perekonomian yaitu sektor industri dan pengolahan, namun pendapatan perkapita di Kota Kediri lebih tinggi di bandingkan Kota besar lain di Provinsi Jawa Timur seperti surabaya, Kota Malang, kabupaten Sidoarjo dan lainnya. Hal ini diduga karena sektor industri dan pengolahan rokok berpengaruh besar terhadap perekonomian Kota Kediri. Kabupaten dan kota yang meniliki sektor basis perekonomian terbanyak adalah Kabupaten Pacitan, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya, yang masing-masing memiliki enam sektor basis perekonomian perbedaannya masing- masing kota tidak memiliki sektor basis pertanian sedangkan Kabupaten Pacitan memiliki sektor basis pertanian. Pada beberapa kabupaten dan kota sektor basis mengalami perubahan, jumlah sektor basis ada yang bertambah namun ada pula yang berkurang. Hal ini di duga karena adanya perubahan kondisi perekonomian di Provinsi Jawa timur.

5.1.2. Efek Pengganda Basis Base Multiplier