Pendapatan Rumahtangga Petani Ekonomi Rumahtangga 1. Rumahtangga Petani

a. Rumahtangga memiliki dua fungsi rangkap yaitu unit produksi, konsumsi, reproduksi dalam arti luas dan unit interaksi sosial, ekonomi dan politik. b. Tujuan rumahtangga adalah untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. c. Implikasi penting bagi penggunaan waktu, antara lain: 1 Rumahtangga petani miskin akan selalu bekerja keras untuk mendapatkan produksi meskipun kecil. 2 Mereka seringkali terpaksa harus menambah kegiatan bertani dengan pekerjaan-pekerjaan lain walaupun hasilnya lebih kecil dibandingkan hasil bertani. 3 Rumahtangga petani menunjukkan ciri-ciri self exploitation.

2. Pendapatan Rumahtangga Petani

Pendapatan dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai hasil uang atau keuntungan material yang timbul dari pemakaian kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas. Dari segi akuntansi berarti menunjukkan penerimaan-penerimaan suatu perusahaan atau individu. Pendapatan usaha tani disini juga menyangkut penerimaan-penerimaan, hasil uang dan keinginan yang timbul dari pemakaian kekayaan dan jasa. Dengan pengertian yang lebih sederhana pendapatan usaha tani dapat diartikan sebagai suatu bentuk imbalan untuk jasa petani dan keluarganya dan modal kekayaan yang dimilikinya Tjakrawiralaksana 1985. Pada umumnya pendapatan petani tidak hanya bersumber dari bertani padi sawah, tetapi juga bersumber dari non usaha tani lainnya seperti berdagang, industri pengolahan, pengangkutan dan lain-lain. Namun demikian bagi petani kecil masih sulit mencukupi kebutuhan keluarganya. Apalagi sebagian besar petani di Jawa memiliki tanah yang sempit. Hasil sensus pertanian 1983 di Jawa, sebanyak 8,97 juta 96 keluarga petani menguasai sekitar 0,56 ha Rajagukguk, 1995 dalam Sudirah 2001. Hal ini berarti kepemilikan tanah per keluarga inti hanya sekitar 0,6 ha. Dengan demikian di antara petani yang memiliki tanah, bila dirata-ratakan sekitar 0,15 ha tanah sawah atau tanah kering per kapita Soemardjan, 1984 dalam Sudirah 2001. Soeharjo 1992 menyatakan pendapatan kotor usaha tani adalah nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Perhitungan pendapatan kotor harus mencakup semua perubahan nilai tanaman dilapangan dan nilai ternak antara permulaan dan akhir tahun pembukuan. Perubahan semacam itu penting terutama untuk tanaman tahunan. Pengeluaran total adalah nilai semua input yang habis terpakai tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pendapatan bersih usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total. Pendapatan ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi modal, tenaga kerja, manajemen milik sendiri maupun modal pinjaman.

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Alas Purwo

Kawasan TNAP, semula berstatus Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan berdasarkan Surat Keputusan Gubenur Jenderal Hindia Belanda Nomor 6 stbl 456 tanggal 01 September 1939 seluas 62.000 ha dan tahun 1983, luas kawasan diubah menjadi 43.420 ha berdasarkan Berita Acara Pengukuran tanggal 27 Mei 1983. Kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No: 283Kpts- II1992 tanggal 26 Pebruari 1992 diubah statusnya menjadi Taman Nasional Alas Purwo berdasarkan Balai Taman Nasional Alas Purwo, 2005. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No: 6186Kpts-II2002 tanggal 10 Juni 2002, Balai TN Alas Purwo mengelola kawasan Taman Nasional TN Alas Purwo dan Cagar AlamTaman Wisata Alam CAWTA Kawah Ijen yang terdiri dari 3 Seksi Konservasi Wilayah SKW, yaitu SKW I Rowobendo, SKW II Muncar dan SKW III Kawah Ijen Anomim 2006. TNAP, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu: 1. Perlindungan proses ekologis sistem penyangga kehidupan. 2. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. 3. Pemanfaatan secara lestari alam hayati dan ekosistemnya dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budaya dan pariwisata alam. Kawasan TNAP, walaupun tidak terlalu luas tetapi ditinjau dari potensi yang terkandung didalamnya kawasan tersebut mampu memenuhi ketiga fungsi pokok tersebut. Nilai-nilai penting yang terkandung di TNAP meliputi flora, fauna serta ekosistem yang khas.