Keterampilan Berpikir Kritis TINJAUAN PUSTAKA

pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, thereaded, integrated, immersed, dan networked. Dari sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan Fogarty 1991, terdapat beberapa cara yang potensial dalam pembelajaran IPA terpadu yakni connected, webbed, shared, dan integrated. Pengembangan bahan ajar IPA berbasis literasi sains mengacu pada model connected yakni konsep pokok menjadi materi pembelajaran inti, sedangkan contoh atau terapan konsep yang dikaitkan berfungsi untuk memperkaya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tetap memandang IPA sebagai satu kesatuan yang utuh.

2.4 Keterampilan Berpikir Kritis

Salah satu komponen dari literasi sains adalah the way of thinking. Hal tersebut erat kaitannya dengan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran sains. Berpikir merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan referensi atau pertimbangan yang seksama. Keterampilan berpikir merupakan salah satu modal yang harus dimiliki siswa sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki peserta didik dalam pembelajaran adalah keterampilan berpikir kritis. Yulianti dan Wiyanto 2009 mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi suatu informasi yang diperoleh. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Ennis 1995 mendefinisikan berpikir kritis sebagai cara berfikir yang digunakan dalam pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan harus dilakukan. Indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis terdiri dari 12 komponen, yaitu : 1 merumuskan masalah, 2 menganalisis argumen, 3 bertanya dan menjawab pertanyaan, 4 menilai kredibilitas sumber informasi, 5 melakukan observasi, 6 membuat deduksi, 7 membuat induksi, 8 mengevaluasi, 9 mendefinisikan istilah 10 mengidentifikasi asumsi, 11 memutuskan dan melaksanakan, dan 12 berinteraksi dengan orang lain. Pada umumnya, untuk mengasah keterampilan berpikir kritis kita harus memiliki fokus, alasan, simpulan, situasi, kejelasan, dan gambaran dalam memaparkan ide atau hasil pikir kita terhadap suatu fenomena. Menurut Moore dan Parker 2005 sebagaimana dikutip oleh Molan 2012, membangun sikap kritis sebenarnya dimaksudkan untuk mengajak kita berpikir jernih, bukan untuk membenarkan diri atau menyerang dan mengalahkan orang lain. Maksudnya adalah membantu orang lain dan diri kita sendiri untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan yang tepat. Walaupun penting dalam kehidupan sehari-hari, berpikir kritis tentu menjadi sangat penting bagi dunia ilmu pengetahuan dan akademik. Ilmu pengetahuan selalu berkutat dengan kebenaran-kebenaran ilmiah yang akan dijadikan pengandaian. Kebenaran-kebenaran itu tentu saja hanya dapat diuji terus menerus melalui olah pikir yang kritis, Jadi, jika seseorang memiliki keterampilan berpikir kritis tentunya akan dapat menunjang keberhasilan hidupnya. Karena keterampilan berpikir kritis membuat seseorang menjadi lebih memiliki wawasan luas dalam berbagai hal.

2.5 Tema Sistem Navigasi