b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga model cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan
sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Penjelasan di atas menunjukan bahwa penerapan model cooperative learning memiliki tujuan-tujuan yang diharapkan. Tujuan tersebut
diantaranya meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial.
3. Unsur-unsur Model Cooperative Learning
Model cooperative learning mempunyai unsur-unsur penting yang terkandung di dalamnya. Johnson dalam Trianto 2011: 60 menyebutkan
bahwa terdapat lima unsur penting dalam model cooperative learning yaitu:
a. Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
Dalam cooperative learning siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan terikat satu sama lain. Seorang
siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b. Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Cooperative
learning akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses
sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam
kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari
teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari
bersama.
c. Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam
belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan siswa tidak dapat
hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
d. Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Cooperative
learning, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan
menuntut keterampilan khusus.
e. Kelima, proses kelompok. Cooperative learning tidak akan
berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai
tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Lungdren dalam Isjoni 2013: 16 menjelaskan unsur-unsur model
cooperative learning adalah sebagai berikut.
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”. b.
Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c.
Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok. e.
Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar. g.
Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok.
Uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat unsur-unsur penting dalam model cooperative learning. Unsur-unsur tersebut yaitu saling
ketergantungan yang bersifat positif, interaksi antara siswa, tanggung jawab individual, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan proses
kelompok.