18 menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total
aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Kesimpulannya, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Fama dan French 1995 berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki
nilai skala yang kecil cenderung kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan berskala kecil hanya
memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, perusahaan dengan skala kecil mempunyai risiko yang
lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan besar. Perusahaan dengan risiko yang besar biasanya menawarkan return yang besar untuk menarik
investor.
2.1.4 Leverage
Hutang leverage merupakan salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan. Solvabilitas leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana aset
suatu perusahaan dibiayai oleh hutang jika dibandingkan dengan modal sendiri WestonCopeland, 1992. Sedangkan Kusmawati dan Sudento 2005
menggambarkan leverage sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Leverage bisa
dipahami sebagai penaksir dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan. Berarti, semakin besar leverage menunjukkan risiko investasi yang semakin
Universitas Sumatera Utara
19 besar pula. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang rendah pastinya
memiliki risiko leverage yang lebih kecil pula. Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak
solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya Horne, 1997. Karena leverage merupakan rasio yang menghitung seberapa
jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio yang membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aktiva suatu perusahaan,
maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan aset yang tinggi namun risiko leverage nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena dikhawatirkan aset tinggi tersebut di dapat dari hutang yang akan meningkatkan risiko investasi apabila
perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya tepat waktu. Keputusan manajemen untuk berusaha menjaga agar rasio leverage tidak
bertambah tinggi mengacu pada teori pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing dan apabila pendanaan dari luar
eksternal financing diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu obligasi kemudian diikuti sekuritas
yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, baru akhirnya apabila belum mencukupi, perusahaan akan menerbitkan saham. Intinya apabila
perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan dari internal maka sumber pendanaan dari eksternal tidak akan diusahakan. Maka dapat
disimpulkan rasio leverage yang tinggi menyebabkan turunnya nilai perusahaan Weston Copeland, 1992.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.5 Kinerja Perusahaan