Hasil wawancara dengan informan utama diatas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan
anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo yang menyatakan bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani
kunjungan ibu hamil pada pelayanan antenatal terpadu, akan tetapi harus ada seorang pemegang program, akan tetapi dalam pelaksanaan programnya nanti,
jumlah SDM dipengaruhi oleh wilayah kerja puskesmas dan tipe puskesmas, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:
4.2.4 Hasil Penelitian Output
Output yang dimaksud dalam penelitin ini adalah data cakupan pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kota Semarang Puskesmas Bandarharjo mengalami penurunan cakupan K1 dan K4. Puskesmas Bandarharjo mendapatkan cakupan K1 pada tahun
2015 mencapai 80,32 dan cakupan data pelayanan K4 mencapai 90,76, dan di “Oh kalau standarnya, harus ada pemegang program meskipun itu bidan, nanti
itu tergantung dari pihak puskesmasnya mau bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak Puskesmasnya apakah wilayah
kerjanya padat penduduk atau berada di tengah kota dan itu juga berpengaruh
…”
Informan Triangulasi 1
“Kalau pembagian jelas toh mbak, bidan tiga kita ada pembagiantiga, kesehatan ibu sendiri, kesehatan anak sendiri, KB sendiri, terus masing-masing
dibantu tenaga magang untuk dilapa ngannyasudah dibantu kasurkes.”
Informan Triangulasi 2
tahun 2014 cakupan data pelayanan K1 mencapai 94,60 sedangkan data pelayanan K4 mencapai 86,34 dengan target SPM tahun 2015 yaitu 95. Dari
jumlah ibu hamil 1382 memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 mencapai 70.
Pencapaian tersebut berbanding terbalik dengan target yang diinginkan pemerintah, pemerintah setiap tahunnya menargetkan yaitu pencapaian pelayanan
antenatal setiap tahunnya harus terus meningkat, akan tetapi capaian yang didapatkan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang mengalami penurunan pada
tahun 2014 dan 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidak tercapaiannya pelayanan
antenatal terpadu sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dapat dikarenakan input masih kurang baik, dilihat dari sumber daya manusianya karena semua
informan utama bidan mengatakan bahwa masih kurangnya sumber daya manusia dalam penanganan ibu hamil dan belum adanya fasilitas seperti USG yang dimiliki
Puskesmas. Sehingga pihak Puskesmas Bandarharjo kurang optimal dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan dari pelayanan sebelumnya.
Menurut Azwar 2010 mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang
digunakan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang dimiliki, begitu juga sebalinya apabila input yang dimiliki tidak baik makan output
yang dihasilkan akan tidak baik juga.
85
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Hasil Penelitian 5.1.1 Komponen Input
5.1.1.1 Sumber Daya Manusia 5.1.1.1.1 Jumlah Sumber Daya Manusia
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Pelayanan
antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam perkembangannya
mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar pelayanan
antenatal yang berkualitas Kemenkes RI, 2010. Tujuan pelayanan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu
hamil memperoleh palayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan yang sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi
yang sehat. Pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan rutin oleh ibu hamil minimal 4 kali selama masa kehamilan yakni 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga oleh tenaga kesehatan yang profesional Kemenkes RI, 2010.
Salah satu unsur yang harus ada dalam pelayanan antenatal terpadu adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dalam pelayanan antenatal terpadu di