Berdasarkan fenomena diatas serta adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur aset, dan dividen terhadap kebijakan hutang pada perusahaan real estate dan property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur aset, dan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan real estate dan
property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusioanl, struktur aset, dan
deviden terhadap kebijakan hutang pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, struktur asset, dividen terhadap kebijakan hutang. 2.
Bagi para investor dan calon Investor, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam menentukan faktor- faktor
yang mempengaruhi struktur permodalan perusahaan. 3.
Bagi calon peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Hutang
a. Pengertian Hutang
Hutang Menurut Djarwanto 2004:34 merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau
menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh
perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan
besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin
tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Hutang menunjukkan sumber modal yang berasal dari kreditur.
Dalam jangka waktu tertentu pihak perusahaan wajib membayar kembali atau wajib memenuhi tagihan yang berasal dari pihak luar tersebut.
Pemenuhan kewajiban ini dapat berupa pembayaran uang, penyerahan barang atau jasa kepada pihak yang telah memberikan pinjaman kepada
perusahaan. .
Universitas Sumatera Utara
b. Klasifikasi Hutang
Menurut Djarwanto 2004:34, klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu:
1 Hutang jangka pendek Hutang jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan kepada
pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu yang normal, umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau
utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi:
a. Hutang dagang Accounts payable adalah semua pinjaman
yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit.
b. Wesel bayar Notes payable adalah promes tertulis dari
perusahaan untuk mmbayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang ditetapkan utang
wesel.
c. Penghasilan yang ditangguhkan Deferred revenue adalah
penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan
uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya.
d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi Accrual payable
adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tetapi
pembayarannya belum dilakukan misalnya upah, bunga, sewa, pensiun, pajak harta milik dan lain-lain.
e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo Maturing long
term debt adalah sebagian atau seluruh utang jangka panjang yang menjadi utang jangka pendek karena sudah waktunya
untuk dilunasi.
2 Hutang jangka panjang Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan
kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah:
a. Hutang hipotek Mortgage note payable adalah surat tanda
berutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu
misalnya bangunan, tanah, atau perabot.
b. Hutang obligasi Bonds payable adalah surat tanda berutang
yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan
Universitas Sumatera Utara
membayar bunganya secara teratut pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati.
c. Wesel bayar jangka panjang Notes payable- long term
adalah wesel bayar dimana jangka waktu pembayarannya melebihi jangka waktu satu tahun atau melebihi jangka waktu
operasi normal.
Pembiayaan dengan mengunakan hutang memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Menurut Houston 2001:4 keunggulan pembiayaan
dengan menggunakan hutang adalah: 1.
Bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan Pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari utang
2. Pemegang utang debtholder mendapat pengembalian yang
tetap, sehingga pemegang saham stockholder tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam
kondisi prima.
Sementara kelemahan pembiayaan dengan menggunakan hutang adalah: 1.
Semakin tinggi rasio hutang, semakin tinggi pula resiko perusahaan, sehingga suku bunganya mungkin akan lebih
tinggi. 2.
Apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga,
maka pemegang sahamnya harus menutup kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut jika mereka tidak sanggup.
c. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang perusahaan merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan
dana dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional
perusahaan. Hal ini berkaitan erat dengan struktur modal yang dipilih
perusahaan. Struktur modal adalah perimbangan antara modal asing atau
hutang dengan modal sendiri. Pemilik perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang pada tingkat tertentu agar harapan
Universitas Sumatera Utara
pemilik perusahaan dapat tercapai. Disamping itu perilaku manajer dan
komisaris perusahaan juga dapat dikendalikan. Kebijakan hutang memiliki pengaruh pendisiplinan perilaku
manajer. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga
meningkatkan kemungkinan kesulitan-kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong manajer
agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga sehingga mengurangi
free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri.
Kebijakan hutang sering diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah
DER debt to equity ratio, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Pada akhirnya peningkatan hutang
akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. DER yang
rendah diharapkan dapat mengurangi tingkat kebangkrutan dan financial distress. Terjadinya financial distress juga menimbulkan konflik
keagenan di antaranya melalui asset subtitution dan under investment.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan
dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Perusahaan dinilai beresiko apabila memiliki porsi
hutang yang besar dalam struktur modal. Namun sebaliknya apabila perusahaan menggunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka
perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.
2. Kepemilikan manajerial
Menurut Melinda 2008, kepemilikan manajerial didefenisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang
dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan,
hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan alat pengawasan terhadap kinerja manajer yang bersifat internal.
Jensen dan meckling 1976 dalam Melinda 2008 menyatakan bahwa masalah keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan antara kepemilikan
dan kontrol. Kepemilikan manajerial harus dapat disesuaikan dengan kepentingan pemegang saham agar dapat meminimumkan biaya keagenan
yang muncul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol tersebut. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam
perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham termasuk mereka sendiri. Kepemilikan manajer yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi menyebabkan manajer tidak hanya memiliki kontrol manajemen namun juga kontrol voting di dalam perusahaan.
3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi dari keseluruhan saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan
institusional menurut Chen Steiner 1999 dalam Melinda 2008 akan mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham institusional akan
membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen tidak akan bertindak merugikan pemegang saham.
Kepemilikan saham institusional yang terjadi di Indonesia terbagi menjadi kepemilikan institusioanl eksternal dan kepemikan institusional
internal Mahadwarta, 2004 dalam Melinda, 2008. Kepemilikan institusional eksternal adalah kepemilikan oleh lembaga investasi seperti
dana pensiun, asuransi, reksadana, dan perusahaan investasi lainnya, dan menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh publik. Kepemilikan
institusional internal adalah kepemilikan saham oleh institusi bisnis seperti perseroan terbatas PT yang kepemilikannya terpisah dengan kepemilikan
publik.
4. Struktur Aset
Aktiva menurut Warren 2005:18 adalah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Kondisi aktiva perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan
pendanaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva lancar
Universitas Sumatera Utara
yang lebih banyak dalam struktur aktivanya cenderung untuk menggunakan hutang dalam pemenuhan kegiatan pendanaanya, sedangkan perusahaan
yang memiliki jumlah aktiva tetap yang lebih banyak cenderung menggunakan modal sendiri dalam memenuhi kegiatan pendanaanya.
Menurut Brigham dan Houston 2001:39 perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak
menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang
hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan kredit. Aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan merupakan
suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Kreditor tentunya melakukan suatu analisis
kredit yang mendalam untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya likuiditas.
5. Dividen
Dividen menurut Sugiarto 2009:73 adalah pendistribusian laba kepada pemegang saham secara pro rata menurut kelas atau surat berharga.
Dividen merupakan bagian dari laba yang diberikan kepada para pemegang saham biasa, baik dalam bentuk tunai atau kas. Keputusan tentang berapa
banyak bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa banyak yang akan ditahan atau dinvestasikan kembali,
disebut sebagai kebijakan deviden. Kebijakan dividen merupakan bagian
Universitas Sumatera Utara
yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan Van Horne, 2005:54.
Pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi sumber- sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, karena semakin tinggi
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil sehingga manajer harus memikirkan untuk
memperoleh sumber dana dari luar yang bisa saja berupa hutang. Dengan demikian akan mengurangi kekuasaan manajer terhadap pengendalian
terhadap perusahaan, karena dengan adanya entitas lain yang memberikan hutang kepada pihak perusahaan maka entitas tersebut juga berkepentingan
untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan. Menurut Warsono 2003:272, dividen dalam suatu perusahaan dapat
dibagi menjadi tiga macam yaitu: a. Dividen tunai
Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum dan banyak digunakan oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para
pemegang sahan melaui cek atau terkadang para pemegang saham menginvestasikannya kembali dalam saham di perusahaan.
b. Dividen saham Dividen saham dibayarkan dalam lembar saham tambahan dan
bukan dalam bentuk uang tunai. Perusahaaan yang akan memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya
dividen tersebut dalam persentase tertentu.
c. Dividen kekayaan Dividen kekayaan adalah distribusi rata suatu aset fisik. Aset
tersebut biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan. Dividen kekayaan diberikan apabila jumlah perusahaan masih
sedikit dan perusahaan menghasilkan sesuatu yang mudah di distribusikan.
Universitas Sumatera Utara
6. Teori Keagenan Agency Theory
Menurut Nurwahyudi dan Mardiyah 2004 “teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu hubungan keagenan antara
pemilik perusahaan principal dan manajemen perusahaan sebagai agent”. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih principal
mempekerjakan orang lain agent untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agen
tersebut. Teori keagenan Jensen Meckling dalam Fauz 1976 menyatakan
bahwa perusahaan yang memisahkan fungsinya pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik
antara manajer dan pemegang saham diantaranya menyangkut pembuatan keputusan yang terkait dengan aktivitas pencairan dana dan pembuatan
keputusan terkait dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut akan di investasikan. Hal ini disebabkan karena manajer lebih mengutamakan
kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga
akan menurunkan keuntungan dan dividen yang diterima. Agency problem sering kali terjadi bila proporsi kepemilikan
manajerial kurang dari 100 sehingga ia cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya, dan tidak mendasar pada usaha
memaksimalkan nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuensi pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan. Pemegang saham hanya peduli pada resiko sistematis dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio
yang terdiversifikasi dengan baik. Namun, manajer lebih peduli pada resiko perusahaan secara keseluruhan, di mana karena ini bagian
substantive dari kekayaan mereka di dalam aspek human capital perusahaan, disamping juga karena reputasi manajer akan terancam jika
perusahaan mengalami kebangkrutan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitiaan.
Setiawan 2008 meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan pada perusahaan non
manufaktur di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap
kebijakan hutang. Namun secara simultan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Arimoerti 2003 juga meneliti mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang go public
dibursa efek. Hasil penelitian menunjukkan insider ownership, institusional investor, firm size, berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Shareholder dispersion tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Universitas Sumatera Utara
Fatmawati 2009 pengaruh kepemilikan manajerial, dividen, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset terhadap kebijakan
utang pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.
Damayanti 2006 analisa pengaruh free cash flow dan struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di
Indonesia. Hasil penelitian free cash flow, rasio MVABVA, dividen yield mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.
Manan 2004 analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH.1999-
2002 sebuah pendekatan agency theory. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, dividen, stock volatility tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kebijakan hutang sedangkan kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Kurniati 2007 Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan
hutang perusahaan studi pada perusahaan textilegarments di bursa efek Jakarta. Hasil penelitian Secara simultan, variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Secara parsial, kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
isnstitusional, kepemilikan manjerial, dividen, struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang.
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul penelitian Variabel
penelitian Kesimpulan dan Hasil
Setiawan 2008
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan
Institusional terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan pada
Perusahaan Non Manufaktur di
BEI
Independen: kepemilikan
manajerial, kepemilikan
institusional.
Dependen: kebijakan hutang
Secara simultan, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. Secara parsial, kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang sementara kepemilikan institusional berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kebijakan hutang.
Arimoerti 2003
Pengaruh Struktur Kepemilikan
terhadap kebijakan hutang pada
perusahaan manufaktur yang
go public dibursa efek Jakarta
periode tahun1998- 2000
Independen :
insider ownership, institusional
investor, firm size, shareholder
dispersion.
Dependen:
kebijakan hutang Secara simultan, insider
ownership, institusional, shareholder dispersion, firm size
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial,
insider ownership, institusional investor, firm size berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang shareholder dispersion
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
Fatmawati 2009
Pengaruh kepemilikan
manajerial,dividen, kepemilikan
insitusional, ukuran perusahaan,risiko,
struktur asset terhadap kebijakan
hutang pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa
Independen:
kepemilikan manajerial,
dividen, kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan,
risiko, dan struktur asset.
Dependen: Kebijakan utang
Secara parsial, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
utang sedangkan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan utang.
Universitas Sumatera Utara
efek Indonesia
Damayanti 2006
Analisa pengaruh free cash flow dan
struktur kepemilikan saham
terhadap kebijakan utang pada
perusahaan manufaktur di
Indonesia Independen:
free cash flow,
kepemilikan manajerial,
kepemilikan instistusional, rasio
MVABVA, dividen yield
Dependen: kebijakan utang
Secara parsial, free cash flow, rasio MVABVA, dividen yield
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Manan 2004
Analisis faktor- faktor yang
mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan pada industry keuangan
yang go public di BEJ TH. 1999-
2002 sebuah pendekatan agency
theory Independen:
kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional,
penyebaran saham, ukuran perusahaan,
pertumbuhan, struktur asset,
earning volatility, dividen,
stock volatility.
Dependen:
kebijakan hutang Secara simultan, variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Secara parsial,
kepemilikan manajerial, dividen, stock volatility
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan institusi,
penyebaran saham, ukuran perusahaan, petumbuhan,
struktur asset, earning volatility berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Kurniati 2007
Pengaruh struktur kepemilikan
terhadap kebijakan hutang perusahaan
studi pada perusahaan
textilegarments di bursa efek Jakarta
Independen: kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial, variabel kontrol:
profitabilitas, dividen, struktur
aset.
Dependen:
kebijakan hutang Secara simultan, variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Secara parsial, kepemilikan isnstitusional,
kepemilikan manjerial, dividen, struktur aset berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Universitas Sumatera Utara
H
a
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual