a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan; b.
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan. Penyerapan tenaga kerja melalui penciptaan usaha usaha industri
kecilberdampak terhadap berkurangnya tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyebutkan
sampai pada tahun 2013, sudah ada sebanyak 55,2 juta UKM atau 99,98 dari total unit usaha di Indonesia. UKM saat ini telah menyerap sebanyak 101,72 juta
tenaga kerja atau 97,3 dari total tenaga kerja Indonesia serta menyumbang 57,12 dari total produksi domestik bruto PDB.
2.4. Hubungan Corporate Social Responsibility CSR dan Pengembangan UKM
2.4.1. Pola Kemitraan dalam CSR
Konsep kemitraan merupakan terjemahan dari partnership atau bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep
manajemen berdasarkan sasaran atau partisipatif. Sesuai dengan konsep manajemen partisipatif, perusahaan besar harus juga bertanggungjawab
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan usaha kecil dan masyarakat pelanggannya, karena pada akhirnya hanya konsep kemitraan ini akan dapat menjamin eksistensi perusahaan besar,
terutama untuk jangka panjang. Dalam UU tentang Usaha Kecil, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut:
1 Usaha menengah dan usaha besar melaksanakan hubungan kemitraan
dengan usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha.
2 Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud, diupayakan
ke arah terwujudnya keterkaitan usaha. 3
Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan
pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan
teknologi. 4
Dalam melaksanakan hubungan kedua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara.
Pembinaan Corporate Social Responsibility untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah telah menjadi salah satu pilihan strategis agar
memperkuat dan meningkatkan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah. Perusahaan-perusahaan besar perlu bekerjasama satu sama lain agar
memanfaatkan peluang-peluang demi pertumbuhan dan kemakmuran masyarakat. Corporate Social Responsibility salah satu solusi dalam pengembangan
kemitraan-kemitraan yang kuat dalam usaha mikro, kecil dan menengah Saydam, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses implementasinya, kemitraan yang dijalankan tidak selamanya ideal, karena dalam pelaksanaannya kemitraan yang dilakukan
didasarkan pada kepentingan pihak yang bermitra. Menurut Wibisono 2007, kemitraan yang dilakukan antara perusahaan dengan pemerintah maupun
komunitas masyarakat dapat mengarah ketiga skenario, diantaranya: 1.
Pola Kemitraan Kontra Produktif Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola
konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan pemilik modal shareholders yaitu mengejar keuntungan profit sebesar-besarnya.
Fokus perhatian perusahaan memang lebih tertumpu pada bagaimana perusahaan bisa meraup kentungan secara maksimal, sementara
hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya sekedar pemanis belaka.
2. Pola Kemitraan Semi Produktif
Dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat dianggap sebagai obyek dan masalah di luar perusahaan. Perusahaan
tidak tahu program-program pemerintah, pemerintah juga tidak memberikan iklim yang kondusif kepada dunia usaha dan masyarakat
yang bersifat pasif. Pola kemitraan ini masih mengacu pada kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak menimbulkan rasa
memiliki sense of belonging di pihak masyarakat dan low benefit dipihak pemerintah. Kerjasama lebih mengedepankan aspek kariatif
Universitas Sumatera Utara
atau public relation dimana pemerintah dan komunitas atau masyarakat masih lebih dianggap sebagai objek.
3. Pola Kemitraan Produktif
Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subjek dan dalam paradigma kepentingan umum common interest. Prinsip saling
menguntungkan simbiosis mutualisme sangat kental pada pola ini. Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi,
pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan support positif kepada perusahaan. Bahkan
bisa jadi mitra dilibatkan pada pola hubungan berbasis sumber daya resource-based partnership dimana mitra diberi kesempatan menjadi
bagian dari shareholders.
2.4.2. Kemitraan CSR suatu Alternatif Penguatan UKM