5
Beberapa dari bentos dan nekton memiliki daur hidup sebagai plankton pada masa larva. Menurut Romimohtarto dan Juwana 2009, banyak jenis hewan
yang menghabiskan sebagian dari daur hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva atau juwana. Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau
plankton sementara karena setelah juwana atau dewasa mereka menetap di dasar laut sebagai bentos atau berenang bebas sebagai nekton.
Keberadaan zooplankton di perairan memiliki manfaat yang berpengaruh kepada perikanan dan bentos. Menurut Wibisono 2005, peranan plankton
hewani zooplankton, kelimpahan marga Copepoda misalnya: Calanus sp., Eucalanus
sp. dan jenis-jenis lainnya dari marga Rotatoria serta Chaetognata dijadikan patokan untuk menilai produktivitas perairan mengingat kelompok
tersebut berperan sebagai penyediaan energi bagi perikanan. Peranan lain dari zooplankton adalah dapat mempengaruhi daya tahan tubuh beberapa hewan laut
besar seperti zooplankton jenis Euphasia superba marga Euphasida yang mengandung substansi mirip antibiotik terhadap bakteri gram positif.
2.3. Faktor fisika-kimia Perairan yang Mempengaruhi Plankton
Keberadaan plankton dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh variabel-variabel fisik, kimia dan biologi. Pertumbuhan
fitoplankton juga dipengaruhi oleh kimia hara yang berasal dari daratan. Karena sifatnya yang sangat rentan terhadap perubahan fisika dan kimia, maka kajian
mengenai struktur keanekaragaman plankton sangat penting dalam memantau kondisi lingkungan di suatu perairan. temperatur, kecerahan, nitrat-nitrit, fosfat
dan silikat memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan plankton di perairan Soedibjo, 2006.
2.3.1. Pasang Surut Air Laut
Menurut Dahuri et al. 2004, dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu pasang surut
harian tunggal diurnal tide, harian ganda semidiurnal tide, dan dua jenis campuran. Pada jenis harian tunggal hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut setiap hari, ini misalnya terdapat di sekitar selat Karimata yaitu antara
Universitas Sumatera Utara
6
Kalimantan dan Sumatera. Pasang surut tidak hanya mempengaruhi lapisan bagian atas saja, melainkan seluruh massa air dan memiliki energi sangat besar.
Menurut Rahayu et al. 2013, kelimpahan total zooplankton saat pasang lebih tinggi dibandingkan saat surut. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perbedaan kelimpahan zooplankton saat pasang surut adalah tinggi muka air di muara. Saat pasang kecepatan arus meningkat sehingga plankton laut akan
terbawa arus masuk ke muara menyebabkan kelimpahan plankton saat pasang juga meningkat. Saat pasang, tinggi muka air berkisar 1,8-7,49 m dan pada saat
surut 1,1-6,35 m.
2.3.2. Intensitas Cahaya
Menurut Barus 2004, cahaya matahari masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan
diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luar permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami
perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan demikian kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap ekosistem air
yang berbeda. Pada batas akhir penetrasi cahaya disebut sebagai titik kompensasi cahaya, yaitu dimana cahaya matahari mencapai nilai minimum. Menurut Facta et
al . 2006, Dengan adanya cahaya maka fitoplankton cenderung naik ke
permukaan untuk mendapatkan cahaya guna proses fotosintesis sekaligus menyerap zat-zat nutrien seperti nitrat, sulfat dan fosfat dan mengeluarkan
oksigen.
2.3.3. Suhu dan Densitas Air Laut
Pada permukaan air laut, air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi 100
C dan suhu terendah 0 C. Karena adanya pengaruh salinitas dan
densitas maka air laut dapat tetap cair pada suhu dibawah 0 C. Suhu alami air laut
C sampai 33 C. Dipermukaan laut, air laut membeku pada suhu -1,9
C. Perubahan suhu dapat memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya
dan biota laut. Suhu dengan salinitas dapat digunakan untuk mengidentifikasi massa air tertentu dan tekanan mereka dapat menentukan densitas air laut
Universitas Sumatera Utara
7
Romimohtarto dan Juwana, 2009. Pengaruh suhu secara langsung terhadap plankton adalah meningkatkan reaksi kimia sehingga laju fotosintesis meningkat
seiring dengan kenaikan suhu dari 10 ºC – 20 ºC.Pengaruh suhu tidak langsung adalah berkurangnya kelimpahan plankton akibat suhu semakin menurun dan ke
rapat an air semakin meningkat seiring bertambahnya kedalaman perairan Simanjuntak, 2009.
2.3.4. Oksigen Terlarut
Kondisi oksigen terlarut di perairan dipengaruhi antara lain oleh suhu, salinitas, pergerakan massa air, tekanan atmosfir, konsentrasi fitoplankton dan
tingkat saturasi oksigen sekelilingnya serta adanya pengadukan massa air oleh angin. Menurunnya kadar oksigenterlarut antara lain disebabkan pelepasan
oksigen ke udara, aliran air tanah ke dalam perairan, adanya zat besi, reduksi yang disebabkan oleh desakan gas lainnya dalam air, respirasi biota dan dekomposisi
bahan or ganik. Plankton juga memiliki peranan terhadap oksigen terlarut seperti menurunnya kadar oksigen terlarut pada malam hari karena oksigen terlarut
digunakan untuk respirasi dan bertambahnya oksigen terlarut karena terjadinya proses fotosintesis pada siang hari. Penurunan kadar oksigen terlarut dalam
jumlah yang sedang akan menurunkan kegiatan fisiologis mahluk hidup dalam air Simanjuntak, 2009.
2.3.5. BOD dan COD
Nilai BOD Biochemical Oxygen demand menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa
organik yang diukur pada temperatur 20 C. Pengukuran BOD didasarkan kepada
kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, artinya hanya terdapat senyawa yang mudah diuraikan secara biologis seperti senyawa yang
umumnya terdapat dalam limbah rumah tangga. Disamping mengukur nilai BOD pengukuran terhadap jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi
kimia yang dikenal dengan COD Chemical Oxygen Demand yang dinyatakan dalam mgO
2
l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total
Universitas Sumatera Utara
8
senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukartidak bisa diuraikan Barus, 2004.
2.3.6. Nitrat dan pospat
Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti fitoplankton,
terutama zat hara nitrat dan fosfat. Kedua zat hara ini berperan penting terhadap sel jaringan jasad hidup organisme serta dalam proses fotosintesis. Tinggi
rendahnya kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tergantung pada kandungan zat hara di perairan antara lain nitrat dan fosfat. Senyawa nitrat dan fosfat secara
alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun dekomposisi tumbuh-tumbuhan, sisa-sisa organisme mati dan
buangan limbah baik limbah daratan seperti domestik, industri, pertanian, dan limbah peternakan ataupun sisa pakan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi
zat hara. Parameter kimia oseanografi lainnya yang berperan penting dalam proses dan perkembangan hidup organisme adalah oksigen terlarut. Sumber utama
oksigen dalam air laut adalah dari udara melalui proses difusi dari hasil proses fotosintesis fitoplankton Ulqodry et al. 2010.
2.4. Distribusi Plankton