Motivasi 1. Pengertian Motivasi Disiplin

apakah itu perorangan atau kelompok yang untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan suatu organisasi. Penerapan peraturan suatu organisasi kepada seseorang atau anggota organisasi dikelola oleh pimpinan. Pimpinan diharapkan mampu menerapkan konsep disiplin positif yakni penerapan peraturan melalui kesadaran bawahannya. Sebaliknya bila pimpinan tidak mampu menerapkan konsep disiplin positif pada dirinya sendiri tentu dia juga tidak mungkin mampu menerapkannya pada orang lain termasuk kepada bawahannya. Dengan demikiam disiplin itu sangat penting artinya dalam proses pencapaian tujuan, ini merupakan suatu syarat yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang dimaksud. Menurut penelitian Bustari 2008 tentang kolaborasi lintas sektoral dalam kesiapsiagaan bencana studi kasus di Kabupaten Aceh Tamiang yang memperoleh hasil bahwa disiplin petugas memiliki korelasi secara signifikan terhadap kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana. Disiplin diperlukan agar petugas dapat segera memberikan bantuan untuk mencegah terjadinya korban baik yang bersifat material maupun non material dan korban jiwa. 2.5.2. Motivasi 2.5.2.1. Pengertian Motivasi Universitas Sumatera Utara Motivasi berasal dari perkataan motif motive yang artinya, rangsangan dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan prilaku tertentu. Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang memengaruhi individu untuk mencapai hal yang specifik sesuai dengan tujuan individu. Motivasi dapat memacu seseorang untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas dan mencapai suatu tujuan. Berdasarkan kamus bahasa indonesia motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern kesiagaan. Sumber motivasi ada tiga faktor yaitu kemampuan untuk berkembang, jenis pekerjaan, apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari organisasi tempat mereka bekerja. Selanjutnya Rivai 2006, menjelaskan motivasi dapat disimpulkan : 1. Sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan tertentu. 2. Suatu keahlian, dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai. 3. Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku. Pelajaran tingkah motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku. 4. Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri Universitas Sumatera Utara 5. Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Keputusan menteri kesehatan No.12 Tahun 2002, menyatakan dorongan Motivating merupakan proses kegiatan yang harus dilakukan untuk membina dan mendorong semangat kerja dan kerelaan kerja para pegawai anggota organisasi demi tercapainya tujuan organisasi, motivasi itu penting sekali mengingat arti pentingnya faktor manusia dalam organisasi dan dalam proses produksi, rangkaian kegiatan motivasi ini mencakup segi–segi dorongan atau perangsang yang bersifat kerohanian seperti pemberian kenaikan pangkat, pemberian pendidikan dan pengembangan karier, penambahan pengalaman, penyelenggaraan human relations dengan tepat, pemberian cuti, dan sebagainya, maupun segi-segi dorongan kejasmanian seperti adanya sistem upah dan gaji yang menggairahkan, pemberian tunjangan-tunjangan serta distribusi sandang dan pangan, penyediaan perumahan, kendaraan, jaminan-jaminan pemeliharaan kesehatan, dan lain-lainnya. 2.5.2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Saydan dan Sayuti 2007, menyebutkan motivasi kerja seseorang didalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari proses psikologis dalam diri seseorang, dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri environment factors. 1. Faktor Internal Universitas Sumatera Utara Faktor internal terdiri dari : a. Kematangan Pribadi Orang yang bersifat egois dan kemanja-manjaan biasanya akan kurang peka dalam menerima motivasi yang diberikan sehingga agak sulit untuk dapat bekerjasama dalam membuat motivasi kerja. Oleh sebab itu kebiasaan yang dibawanya sejak kecil, nilai yang dianut dan sikap bawaan seseorang sangat memengaruhi motivasinya. b. Tingkat Pendidikan Seorang pegawai yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan lebih termotivasi karena sudah mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang lebih rendah tingkat pendidikannya, demikian juga sebaliknya jika tingkat pendidikan yang dimilikinya tidak digunakan secara maksimal ataupun tidak dihargai sebagaimana layaknya oleh manajer maka hal ini akan membuat seseorang mempunyai motivasi yang rendah didalam bekerja c. Keinginan dan Harapan Pribadi Seseorang mau bekerja keras bila ada harapan pribadi yang hendak diwujudkan menjadi kenyataan. d. Kebutuhan Universitas Sumatera Utara Kebutuhan biasanya berbanding sejajar dengan motivasi, semakin besar kebutuhan seseorang untuk dipenuhi, maka semakin besar motivasi seseorang untuk bekerja keras. e. Kelelahan dan Kebosanan Faktor kelelahan dan kebosanan memengaruhi gairah dan semangat kerja yang pada gilirannya juga akan memengaruhi motivasi kerjanya. f. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja mempunyai korelasi yang sangat kuat kepada tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang. Seseorang yang puas terhadap pekerjaannya akan mempunyai motivasi yang tinggi dan comitted terhadap pekerjaannya. Tinggi rendahnya kepuasan karyawan dapat tercermin dari produktivitas kerjanya yang tinggi, jarang absen, sanggup bekerja ekstra, tingkat turn over yang rendah dan sejumlah indikator positif lainnya yang bermuara pada peningkatan kinerja organisasi. 2 Faktor Eksternal a. Kondisi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Lingkungan pekerjaan meliputi, tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, Universitas Sumatera Utara pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada ditempat tersebut. b. Kompensasi yang memadai Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi organisasi untuk memberikan dorongan kepada para karyawan untuk bekerja secara baik. Menurut Mathis dan Jackson 2006, penghargaan nyata yang diterima karyawan karena bekerja adalah dalam bentuk gaji, insentif, dan tunjangan. Satu hal yang penting terhadap retensi karyawan adalah mempunyai “kompensasi kompetitif” artinya harus dekat dengan apa yang diberikan oleh organisasi yang lain dan apa yang diyakini oleh karyawan sesuai dengan kapabilitas, pengalaman dan kinerjanya, apabila tidak dekat perputaran akan lebih tinggi. Raymond 2001, menyatakan bahwa perusahaan menerima keuntungan dari pekerjaan ketika ada perbedaan antara gaji dan insentif yang diterima. Bagaimanapun kondisi maksimum jarang diraih dengan gaji dan insentif yang rendah. Upah yang rendah tidak akan membangkitkan motivasi para pekerja dan pengalaman mengidentifikasikan bahwa motivasi meningkat ketika upah naik. 3. Supervisi yang baik Menurut Mathis dan Jackson 2006, menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang supervisor dalam memberikan inspirasi, semangat, dan Universitas Sumatera Utara dorongan kepada orang lain pegawai untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang atau pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang tersebut. Oleh karena itu seorang supervisor dituntut pengenalan atau pemahaman dengan penguasaan supervisor terhadap perilaku dan tindakan yang dibatasi oleh motiv, maka supervisor dapat memengaruhi bawahannya untuk bertindak sesuai dengan keinginan organisasi. Individu yang membangun hubungan yang akrab dengan rekan kerja, dalam survei yang dilakukannya terhadap individu dengan berbagai usia dan yang bekerja diberbagai industri, faktor yang disebutkan dengan sangat positif tentang bekerja adalah hubungan dengan para rekan kerja. Seseorang supervisor yang membangun hubungan positif dan memotivasi karyawan dengan berlaku adil dan tidak diskriminatif, yang memungkinkan adanya fleksibilitas kerja dan keseimbangan bekerja memberi karyawan umpan balik yang mengakui usaha dan kinerja seseorang dan mendukung perencanaan dan pengembangan karier untuk para karyawan. ‘ 4. Kesempatan Maju Jaminan Karir Karir adalah rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang ditempati seseorang sepanjang hidupnya. Para karyawan mengejar karir untuk dapat memenuhi kebutuhan individual secara mendalam. Setiap orang akan bersedia untuk bekerja secara keras dengan mengorbankan apa yang ada pada dirinya Universitas Sumatera Utara untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan karir yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan dapat terwujud bila organisasi dapat memberikan jaminan karir untuk masa depan, baik berupa promosi jabatan, pangkat, maupun jaminan pemberian kesempatan dan penempatan untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri karyawan tersebut. 5. Status dan Tanggung jawab Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan dan harapan setiap karyawan dalam bekerja. Seseorang bukan hanya menghapkan kompensasi semata, tetapi pada suatu saat mereka berharap akan dapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang ada dalam perusahaan atau instansi ditempatnya bekerja. Seseorang dengan menduduki jabatan akan merasa dirinya dipercayai, diberi tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar untuk melakukan kegiatan-kegiatannya. Jadi status dan kedudukan ini merupakan stimulus atau dorongan untuk memenuhi kebutuhan sence of achievement dalm tugas sehari-hari. 6. Peraturan yang Fleksibel Faktor lain yang diketahui dapat memengaruhi motivasi adalah didasarkan pada hubungan yang dimiliki para karyawan dalam organisasi. Bidang–bidang seperti kelayakan dari kebijakan manajemen, keadilan dari tindakan disipliner, cara yang digunakan untuk memutuskan hubungan kerja dan peluang kerja semua akan memengaruhi retensi seseorang, apabila seseorang Universitas Sumatera Utara meraskan bahwa kebijakan itu terlalu kaku atau diterapkan secara tidak konsisten, mereka akan cenderung untuk mempunyai motivasi kerja yang rendah. Menurut Wahjosumidjo 1997, berpendapat bahwa sistem dan peraturan yang ada pada suatu perusahaan dapat memengaruhi motivasi kerja karyawan, suatu peraturan yang bersifat melindungi protective dan diinformasikan secara jelas akan lebih memicu motivasi karyawan di dalam bekerja. Lebih jauh disebutkan bahwa suatu motivasi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerja dalam organisasi yang terdiri dari faktor pimpinan dengan bawahan.

2.5.2.4 Tujuan Pemberian Motivasi

Menurut Lindner 2000, menyatakan bahwa pemberian motivasi sesuatu yang sangat penting yang dilakukan oleh para pimpinan untuk dapat bertahan. Seseorang yang termotivasi dibutuhkan untuk merubah lingkungan kerja secara cepat. Seseorang yang termotivasi membantu organisasi untuk bertahan. Seseorang yang termotivasi akan lebih produktif, kreatif dan inisiatif. Untuk itu manajer perlu memahami apa yang memotivasi seseorang berkaitan dengan peran yang ditampilkan. Motivasi bertujuan memberikan kepuasan kerja kepada petugas dengan harapan petugas akan bekerja dan mempunyai produktivitas yang lebih baik lagi di dalam bekerja yang pada akhirnya kinerja organisasi juga akan semakin baik. Beberapa sasaran dapat dicapai bila seseorang diberikan motivasi Wahjosumidjo,1996 antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Mengubah perilaku karyawan sesuai dengan keinginan organisasi 2. Meningkatkan gairah dan semangat kerja 3. Meningkatkan disiplin kerja 4. Meningkatkan prestasi kerja 5. Mempertinggi moral kerja karyawan 6. Meningkatkan ras tanggung jawab 7. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi

2.6. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sumber Daya Organisasi terhadap Kesiapsiagaan Petugas Penanggulangan Bencana Menghadapi Bencana Banjir di Kabupaten Aceh Timur

4 44 95

Pengaruh Fungsi Koordinasi Petugas Dinas Terkait Terhadap Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh

1 36 172

Pengaruh Fungsi Koordinasi Petugas Dinas Terkait terhadap Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh

0 50 172

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Longsor 2.1.1. Pengertian Tanah Longsor - Hubungan Faktor Koordinasi dan Motivasi Kerja Petugas Penanggulangan Bencana terhadap Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011

0 0 47

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Faktor Koordinasi dan Motivasi Kerja Petugas Penanggulangan Bencana terhadap Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011

0 0 13

HUBUNGAN FAKTOR KOORDINASI DAN MOTIVASI KERJA PETUGAS PENANGGULANGAN BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA TANAH LONGSOR DI KECAMATAN LINGE KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2011 TESIS

0 2 20

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FUNGSI KOORDINASI PETUGAS BADAN TERKAIT TERHADAP KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN ACEH TENGAH PROPINSI ACEH

0 0 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana 2.1.1. Definisi Bencana - Pengaruh Fungsi Koordinasi Petugas Dinas Terkait Terhadap Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh

0 0 47

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FUNGSI KOORDINASI PETUGAS BADAN TERKAIT TERHADAP KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN ACEH TENGAH PROPINSI ACEH

0 0 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana 2.1.1. Definisi Bencana - Pengaruh Fungsi Koordinasi Petugas Dinas Terkait terhadap Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh

0 1 47