Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena di mana ada kehidupan manusia pasti ada pendidikan Driyarkarya, 1980: 32. Pendidikan juga merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan dirinya sendiri. Dengan kata lain pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri, keterampilan maupun perilaku sosialnya. Seperti yang diutarakan oleh Carter V. Good yang dikutip Dwi Siswoyo, dkk 2011: 54, pendidikan adalah: 1 keseluruhan proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya yang bernilai positif; 2 proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol khususnya yang datang dan sekolah, sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian pendidikan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Seperti yang disampaikan oleh Dwi Siswoyo, dkk. 2011: 56, pendidikan sangat berguna untuk: 2 1 membentuk individu yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki rasa percaya diri, disiplin dan tanggung jawab, mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada, mampu melakukan hubungan manusiawi, dan menjadi warga negara yang baik, 2 membentuk individu yang memiliki kemampuan dalam meningkatkan produktifitas, kualitas dan efisiensi kerja, 3 melestarikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara, 4 mengembangkan nilai-nilai baru yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah ada, 5 merupakan jembatan masa lampau, masa kini dan masa depan. Di Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Definisi pendidikan nasional yang juga dijelaskan pada undang-undang tersebut tepatnya pada pasal 1 ayat 2, Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan dalam sebuah Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan pendidikan nasional itu sendiri adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Saat ini Sistem Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Didalam penyelenggaran pendidikan, selama masa awal kemerdekaan hingga sekarang, 3 pemerintah tentu saja telah menghadapi berbagai macam masalah yang mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia. Masalah-masalah pendidikan secara umum di Indonesia antara lain adalah, pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, efektifitas dan efisiensi pendidikan. Permasalahan-permasalahan ini merupakan hal yang selalu menjadi fokus dari pemerintah dalam upaya mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu, mencerdaskan kehidupan bangsa. Perhatian pemerintah di daerah terpencil dalam bidang pendidikan tidak sebesar yang diberikan pemerintah pada daerah perkotaan yang notabene lebih mudah dijangkau. Harian Kompas 8 Juni 2015, juga menyebutkan bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang dapat dikategorikan dalam daerah terpencil, perbatasan provinsi-provinsi tertentu. Sebagian masalah pendidikan yang ada di daerah terpencil antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah atau media-media pendukung lainnya. Selain itu, kualitas pendidik yang ”pas-pasan” juga merupakan penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal. Desa Bugelan sebagai daerah terpencil juga mempunyai masalah pendidikan khas daerah terpencil. Salah satunya adalah masalah sarana dan prasarana. Desa Bugelan mempunyai 3 tiga sekolah dasar negeri yaitu SD N 1 Bugelan, SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan dan 1satu sekolah menengah pertama satu atap yaitu SMPN 4 Satap Kismantoro. SMPN 4 Satap Kismantoro berada atau tergabung dengan SD N 1 Bugelan. Sebagai sekolah satu atap, SMPN 4 Satap Kismantoro hanya memiliki fasilitas yang seadanya. Dengan 4 kondisi demikian, masyarakat Bugelan cukup sulit untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas maupun menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Untuk bisa mengenyam pendidikan menengah atas, masyarakat Desa Bugelan harus menuju pusat kecamatan yang cukup jauh, medan yang sulit dan transportasi umum yang minim. Hal itu pun hanya tersedia sekolah menengah kejuruan atau SMK. Apabila ingin bersekolah di Sekolah Menengah Atas atau SMA, masyarakat Desa Bugelan harus menuju ke kecamatan lain yang jaraknya lebih jauh lagi. Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu desa yang masih tergolong daerah terpencil. Hal tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya Sekolah Dasar Negeri yang ada di desa tersebut sebagai salah satu sekolah daerah terpencil atau daerah khusus. Penetapan tentang sekolah daerah terpencil berdasarkan Surat Keputusan Bupati Wonogiri Jawa Tengah nomor 289 tahun 2015 tentang penetapan satuan pendidikan dalam daerah khusus di wilayah Kabupaten Wonogiri tahun 2015. Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa SD N 2 Bugelan yang berada di Dusun Setren Desa Bugelan termasuk ke dalam satuan pendidikan yang berada di daerah khusus. Kriteria daerah khusus telah diatur dalam Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Khusus Jenjang Pendidikan Dasar yaitu daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat yang terpencil, daerah yang berbatasan dengan negara lain dan daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial dan daerah yang berada dalam keadaan darurat. 5 Dalam hal ini, Desa Bugelan termasuk ke dalam daerah yang terpencil dan tertinggal sesuai dengan kriteria tersebut. Berbagai masalah pendidikan daerah terpencil yang telah diungkapkan di atas, dipengaruhi oleh berbagai masalah eksternal di luar sistem pendidikan tersebut. Masalah-masalah eksternal yang dimaksud antara lain, perkembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK dibagi menjadi tiga aspek yaitu, perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan tekhnologi dan perkembangan seni. Masalah eksternal yang kedua yaitu laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akan menyebabkan perkembangan masalah pemerataan, misalnya jumlah anak usia sekolah akan semakin besar atau banyak, jika daya tampung sekolah tidak bertambah maka secara otomatis sebagian dari mereka tidak akan terlayani dalam bidang pendidikan. Masalah eksternal yang ketiga yaitu, keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Masyarakat yang umumnya berada di daerah terpencil dengan ekonomi lemah dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Perkembangan masalah yang timbul dari hal ini adalah bagaimana sistem pendidikan dapat menjangkau dan melibatkan mereka dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut. Masalah eksternal yang terakhir adalah aspirasi masyarakat. Hurlock 1999:23 mengatakan aspirasi adalah keinginan akan sesuatu yang lebih tinggi dengan kemajuan sebagai tujuannya. Dimyati Mudjiono 1999:97 menyamakan aspirasi dengan cita-cita, yaitu keinginan yang ingin dicapai dan dapat berpengaruh pada kemauan dan semangat belajar. Kaitannya dengan 6 pendidikan, aspirasi merupakan kesadaran akan pentingnya pendidikan, harapan atau keinginan seseorang untuk menempuh pendidikan sesuai dengan yang diharapkannya dan usaha dalam mewujudkan harapannya tersebut. Aspirasi pendidikan pada masyarakat tersebut berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terutama pada daerah terpencil. Keberadaan aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat daerah terpencil juga memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan. Hal ini yang membuat masyarakat daerah terpencil berminat untuk bersekolah dengan keterbatasan yang ada. Begitu juga sebaliknya apabila aspirasi pendidikan pada masyarakat terpencil masih kurang, partisipasi pendidikan di daerah terpencil juga akan berkurang. Berdasarkan pernyataan di atas, aspirasi berpengaruh terhadap berkembangnya masalah pendidikan, tidak terkecuali di daerah terpencil. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri yang masih tergolong dalam daerah terpencil.

B. Identifikasi Masalah