PELAYANAN KESEHATAN DASAR INDIKATOR INPUT DAN PROSES

+ , -. - - 2017 16 C MANAJEMEN KESEHATAN 28 KotaKab mempunyai Dokumen Sistem Kesehatan 100 100 100 29 KotaKab mempunyai Contingency Plan untuk masalah Kesehatan akibat Bencana 25 25 30 KotaKab membuat Profil Kesehatan 100 100 100 31 KotaKab melaksanakan SURKESDA 100 100 100 32 KotaKab mempunyai Distric Health Account DHA 100 100 100 D FARMASI, KOSALKES, DAN MAKMIN 33 ketersediaan obat sesuai kebutuhan 100 100 100 34 pengadaan obat essensial 100 100 100 35 pengadaan obat generik dalam persediaan obat 100 100 100 36 Ratio jumlah apotik dengan jumlah penduduk 18747 15174 15174 E KONTRIBUSI SEKTOR TERKAIT 37 keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih 61 78 97,6 38 Angka Kecelakaan Lalulintas per 100.000 penduduk 64 - - 39 penduduk yang melek huruf 98 - - II INDIKATOR HASIL ANTARA F PROMOSI KESEHATANPERILAKU HIDUP MASYARAKAT 40 rumah tangga PHBS 61 63 36,7 41 posyandu purnama dan mandiri 40 45 100 G KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR 42 rumah sehat 76 78,5 78,08 43 institusi sanitasi yang dibina 41 60,2 90,22 44 rumahbangunan bebas jentik nyamuk penular vektor 68 68 92,90 45 tempat umum yang memenuhi syaratsehat 58 67 73,94 H PENANGGULANGAN NAFZA 46 upaya penyuluhan P3 Nafza oleh petugas kesehatan 15 15 15 I AKSES DAN MUTU YANKES 47 sarana kesehatan dengan 4 kompetensi dasar Kebidanan, Bdh, Penyakit Dalam, Anak sesuai std yg dapat diakses masy. 100 100 100 48 rujukan ibu hamil resiko tinggi yang tertangani 100 100 100 49 rujukan bayi baru lahir BBLR yang tertangani 100 100 100 50 sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat sesuai std yg diakses oleh masyarakat 90 90 90 51 akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yg aman utk menangani MMR 100 100 100 52 rumah sakit yang mampu menangani pelayanan labor sesuai std 100 100 100 53 puskesmas yang mempu menangani pelayanan labor sesuai std 100 100 100 54 cakupan pemeliharaan kesehatan pra bayar JPK 100 100 100 012 3 4 5 6 78 2 9 13 : 6 ;6 9 = ? A B - 2017 17 55 cakupan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin 100 100 100 III INDIKATOR HASIL AKHIR DERAJAT KESEHATAN J MORTALITAS 56 Jumlah Kematian Bayi dari kelahiran hidupthn 12 24 21 57 Jumlah Kematian Balita dari total kelahiran hidupthn 4 5 58 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan dari total kelahiran hidupthn 2 5 3 K PERBAIKAN GIZI 59 balita ditimbang 84,9 85,9 70,5 60 balita yang naik berat badannya ND 90 83,2 84,8 61 balita BGM 1 0,9 0,6 62 cakupan balita yang mendapatkan kapsul Vit. A sebanyak 2xth 88 98,8 99,7 63 cakupan WUS yang mendapatkan kapsul Yodium - - - 64 cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi gizi kurang dari keluarga miskin 100 100 100 65 balita gizi buruk mendapat perawatan sesuai dengan std tata- laksana gizi buruk 100 100 100 66 bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif - 75 68,9 67 desa dengan garam beryodium baik 96,1 98,9 73,7 68 kecamatan bebas rawan gizi 100 100 100 L PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR MORBIDITAS 69 desakelurahan mengalami KLB yang ditangani 24 jam 70 AFP rate per 100.000 penduduk kurang 15 tahun 71 penemuan penderita TBC baru BTA + 75 73 83 72 kesembuhan penderita TBC BTA + 82 87,7 93,2 73 penderita kusta yang selesai berobat RFT rate 100 100 100 74 penemuan dan pengobatan pneumoni balita sesuai standar 100 34,1 100 75 klien yang mendapatkan pelayanan HIVAIDS sesuai standar 100 100 100 76 infeksi menular seksual IMS yang ditemukan dan diobati sesuai standar 100 100 100 77 Prevalensi HIV kasus terhadap penduduk berisiko 0,02 78 penderita diare balita yang ditemukan dan ditangani sesuai standar 100 100 100 Sumber : LAKIP Dinas Kesehatan Tahun 2012 CDE F G H I JK E L DF M I NI L O P Q OR ST U S - 2017 18 2.5. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Visi, misi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang tertuang dalam Renstra Tahun 2010 – 2014, pernyataan visi “MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN“, dengan misi sebagai berikut; 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan, 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan. 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Begitu juga dengan visi, misi Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2015, pernyataan visi “MASYARAKAT SUMBAR PEDULI SEHAT, MANDIRI, BERKUALITAS DAN BERKEADILAN”, dengan misi yang sama dengan misi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010 – 2014. Mengacu kepada Renstra Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010 – 2014 dan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2015 di atas, Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh melakukan telaahan terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, bahwa terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat Kota Payakumbuh yang setinggi-tingginya.

a. Tantangan dalam Pengembangan Sarana dan Fasilitas Kesehatan

Pengembangan sarana pelayanan kesehatan di Kota Payakumbuh ke depan masih terhalang dengan standarisasi yang dikeluarkan Kemenkes RI, bahwa rasio Puskesmas 1:30.000 penduduk, Puskesmas Pembantu 1:6.000 penduduk dan kondisi saat ini di Kota Payakumbuh rata-rata 1:15.000 penduduk, sedangkan Puskesmas Pembantu rata-rata 1:5.500 penduduk. Melihat pada angka tersebut, sarana gedung pelayanan di Payakumbuh sudah sangat memadai dan mencukupi, sehingga penambahan sarana pada masa mendatang masih belum dibutuhkan secara mendesak, kecuali sarana pelayanan surveylance termasuk pengamatan penyakit tingkat pertama, VWX Y Z [ \ ] X _ WY ` \ a\ _ b c d be fg h f - 2017 19 persalinan dasar berupa gedung poskeskel yang diharapkan keberadaannya ditiap kelurahan. Secara umum kondisi kecukupan gedung pelayanan kesehatan ini tidak menggangu terhadap pelayanan kesehatan kepada masyarakat, akan tetapi dengan kondisi bangunan dan kondisi ruangan pada beberapa Puskesmas belum memenuhi syarat, diantaranya Puskesmas Ibuh dan Puskesmas Parit Rantang Kecamatan Payakumbuh Barat dengan lokasi berdirinya bangunan tidak memungkinkan untuk dikembangkan, hal ini disebabkan luas tanah yang tersedia terlalu sempit untuk sarana pelayanan umum. Solusi untuk pengembangan gedung pada kedua Puskesmas yang tidak memenuhi syarat ini, sebagai berikut; 1. Rehabilitasi gedung menjadi bangunan bertingkat, atau 2. Relokasi bangunan diarahkan pada tempat lain yang memenuhi syarat. Untuk memenuhi kebutuhan di atas memerlukan dana yang cukup besar, hal ini seharusnya menjadi pemikiran semua pihak agar mutu pelayanan di Kota Payakumbuh semakin meningkat sehingga derajat kesehatan masyarakat Kota Payakumbuh juga meningkat. Di samping itu Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh saat ini belum memilki gedung administrasi sendiri, untuk menjalankan tugas sehari-hari Dinas Kesehatan memanfaatkan lantai II gedung Puskesmas Padang Karambia. Hal ini juga menjadi halangan bagi Dinas Kesehatan dalam menjalankan tugas dan pelayanan terhadap masyarakat.

b. Tantangan dalam Pembiayaan Kesehatan

Terkait pembiayaan kesehatan pada masyarakat, sejak tahun 2010 lalu, Pemerintah Kota Payakumbuh telah merintis dengan pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota Jamkesko dalam melengkapi Jamkesmas dan Jampersal sebagai program dari Kementerian Kesehatan RI. Kedepannya, dengan berlakunya UU No. 40 Tahun 2004 dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN maka sistem pembiayaan kesehatan masyarakat akan diupayakan paripurna melalui Pemerintah dengan pengelolaan oleh BPJS. Berlakunya Undang-undang ini memberikan tantangan sekaligus peluang bagi Pemerintah Kota Payakumbuh dalam menerapkan sistem pembiayaan kesehatan di daerah. Pelaksanaan Jamkesko di Payakumbuh merupakan salah