Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah kenakalan remaja dan penggunaan napza, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan. Kenakalan remaja ini merupakan salah satu permasalahan yang belum dapat diakhiri. Masalah ini telah berakar dan masih sulit untuk dipecahkan, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi juga disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga dan faktor pengaruh lingkungan sekitar. Remaja merupakan tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, mereka memiliki peran dan mempunyai ciri serta sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi negara pada masa depan yang lebih baik. Remaja juga merupakan pelita dan harapan yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan mendatang, agar kelak remaja mampu memikul tangung jawab tersebut, maka mereka perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh serta aktualisasi diri dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual. Mereka perlu mendapatkan hak-hak seperti mendapatkan pendidikan, keterampilan, dilindungi, dan disejahterakan. Universitas Sumatera Utara Remaja adalah satu harapan baru bagi keberlangsungan generasi suatu bangsa dan juga umat manusia secara umum. Sayangnya, melihat realita sosial yang ada di Indonesia saat ini, keberadaan remaja justru banyak yang ternistakan oleh hiruk pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan remaja. Begitu pula dengan mereka yang sudah mengenyam pendidikan hinggga tingkat tertentu harus putus ditengah jalan baik karena alasan ekonomi, pergaulan, narkoba maupun alasan- alasan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari surve yang dilakukan oleh lembaga penelitian pasar sosial terkemuka. Taylor Nelson Soffres TNS pada awal 2006 menemukan bahwa putus sekolah dari pendidikan dasar umumnya disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, sedangkan sekitar 33 meninggalkan sekolah sebelum menamatkan pendidikan menengah pertama serta 20 karena mulai berkerja dan mengenal uang Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan atau masa transisi. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik dirumah, disekolah, atau dilingkungan pertemanannya. Kenakalan remaja di era modern sekarang sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur sudah mengenal rokok, narkoba dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Hal ini menunjukan bahwa jumlah pengunaan narkoba dikalangan remaja sebesar 22,7 persen, dari jumlah 1,1 juta dari tahun 2006 menjadi 1,35 juta di tahun 2008. httd:www.depsos.go.id,diakses 13 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara Diakui memang sangat sulit untuk melakukan pencegahan penggunaan narkoba dikalangan remaja, dikarenakan peredaran narkoba semakin gencar dan dibarengin perkembangan teknologi produksi narkoba di Indonesia. Dimana 41 persen diantara remaja pertama kali mencoba narkoba di usia 16-18 tahun. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi, kita dapat melihat berutalnya remaja zaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja juga sangat beranekaragam dan bervarisi serta lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya: pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan. Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan tergadang bertindak melawan orangtua. Konflik keluarga, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangan umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain disepanjang rentang kehidupan. Hampir di setiap tempat banyak remaja yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, ataupun putus ditengah jalan disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan. Kondisi ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan ilmu27,blogspot. com.diakses 13 juni 2013. Universitas Sumatera Utara Sementara kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, dianataranya adalah orang tua tidak mempunyai pekerjaan yang menetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya. Namun selain dari permasalahan ekonomi dan kemiskinan, remaja-remaja putus sekolah tidak lain disebabkan karena pengaruh lingkungan dan pergaulan, yang menyebabkan remaja ingin mencoba narkoba. Menurut Hurlock 1973 ada beberapa masalah yang dialami beberapa remaja, yaitu: masalah pribadi yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial dan lain-lain: Masalah khas remaja yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian terhadap diri sendiri. Masyarakat banyak dirugikan karena biasanya remaja putus sekolah biasanya sebagai penyebab kenakalan remaja, kriminal, menambah jumlah pengangguran, dan mereka tidak dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat http:skripsi- ilmiah.blogspot.com200904anak-putus-sekolah-dan-cara.html. Putus sekolah merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak perna berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya kondisi ekonomi, tetapi juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga, dan lain-lain. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat. Universitas Sumatera Utara Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi ditingkat SMP, yaitu 48 . Adapun di tingkat SD tercatat 23 . Sedangkan presentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA adalah 29 . Kalau digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 . Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tahun ini tak kurang dari 8 juta orang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang dilahirkan ke dunia memerlukan pendidikan untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan berguna bagi nusa dan bangsa, serta kehidupan yang layak dan bermutu. Langkah- langkah untuk bisa menghadapi kehidupan kedepan dan memenuhi tuntutan zaman adalah belajar dengan baik dan benar. Namun pada hakekatnya pendidikan tidak dapat dilepaskan dari masalah ekonomi, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. httd:kpai.comanak putus sekolah. Diakses 14Juni 2013. Dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional secara integral maka pembinaan intelektual, keterampilan dan kepribadian peserta didik diupayakan untuk mencapai standar positif dalam perspektif nasional dengan menggunakan landasan konstitusional dan landasan idial yang telah baku. Pencapaian kondisi positif berdasarkan tolok ukur, dengan kualitas yang berwawasan hakikat dan nilai-nilai hakikat pendidikan nasional, yang merupakan dukungan moral, peserta didik yang supra positif dan konstrutif bagi pembangunan dan kehidupan bangsa, masyarakat serta bagi dirinya sendiri. Universitas Sumatera Utara Pendidikan dapat menanggulangi kenakalan remaja, dimana pendidikan itu sangat penting bagi manusia, tetapi pendidikan itu sangat mahal. Untuk itu perlu adanya perhatian khusus serta pemahaman yang baik dan penanganan yang tepat terhadap perekonomian yang merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya. Kemiskinan adalah salah satu penghambat pendidikan bagi masyarakat miskin terutama bagi kalangan remja, dimana remaja wajib mendapat pendidikan selama 9 tahun, tetapi dikarenakan perekonomian yang tidak mendukung sehingga harus putus sekolah. Kenakalan remaja disebabkan pendidikan gagal dan mengenal narkoba. Dari hasil serve Badan Narkotika Nasional BNN menunjukan, penyalagunaan narkoba dilingkungan pelajar dan mahasiswa sekitar 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa sekitar 921.695 orang. Menurut kabid Pembinaan dan Pencegahan Badan Narkotika Provinsi Sumatera Utara, arifin sianipar mengatakan 61 persen diantaranya menggunakan narkoba jenis analgesic dan 37 persen jenis ganja, amphentamine, ekstasi dan lem. Jumlah pecandu yang mendapatkan terapi dan rehabilitasi jenis heroin sebanyak 10.768 orang, jenis sabu-sabu 984 orang dan jenis ganja sebanyak 1,774 orang Maka dari itu kehadiran Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” diharapkan mampu mengembalikan kesan klayen conventional sebagai remaja yang mengusahakan menjadi remaja yang berguna dimata masyarakat dan lingkungan hidup serta bangsa dalam menempuh masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan dalam menangani klayen conventional, panti mengutamakan bagi remaja yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang, panti juga tetap berusaha memberikan pelayanan sosial bagi mftepundu.blogspot.com.diakses 14 juni 2013. Universitas Sumatera Utara klayen conventional yang menjurus pada kenakalan remaja, namun kenakalannya belum begitu parah. Pelayanan dan Pembinaan dilakukan dengan mengadopsi metode Therapeutic Community dalam setiap kegiatannya menggunakan pendekatan pekerjaa sosial dan memberikan tempat tingggal atau asrama bersama orang tua asuh sebagai penggganti orang tua klayen conventional. Orang tua asuh ini akan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi seorang remaja dengan mencari pemecahannya secara bersama-sama Jurnal PKS.Vol. No.16, Juni 2006:68. Begitu pula dengan kehadiran Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” yang beralamat Jalan Berdikari No. 37 Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Deli Serdang Sumatera Utara. Panti sosial ini adalah salah satu panti sosial yang memberikan program pelatihan keterampilan dalam usaha untuk menggali potensi dan bakat klayen conventional baik keterampilan mengelas, elektronika, desain grafis, perbengkelan roda dua dan perbengkelan roda empat. Panti Sosial ini juga memberikan beberapa kegiatan lain untuk mendidik warga binaannya, antara lain adalah klayen conventional menjalani rehabilitasi sosial berupa bimbingan sosial, mental, fisik dan vokasional yang berisikan tentang bimbingan motivasi, dinamika kelompok, olahraga, senam pagi dan pembinaan rohani. Semuanya itu dilakukan dengan tujuan untuk mendukung penguasaan keterampilan baik keterampilan mengelas, elektronika, desain grafis, perbengkelan roda dua dan perbengkelan roda empat, sehingga mereka bukan hanya menjadi remaja yang terampil, akan tetapi juga menjadi remaja yang berakhlak, berbudi pekerti, dan bersemangat dalam menjalanin kehidupannya sehari-hari. Program keterampilan ini merupakan salah satu tugas Universitas Sumatera Utara kementerian sosial dan program ini juga dibiayai langsung oleh kemeterian sosial, sehingga klayen tidak di kenakan biaya. Setiap keterampilan hanya memiliki satu instruktur yang dipanggil dari luar panti untuk mengajar dan melatih klayen conventional. Jumlah setiap klayen conventional peserta pelatihan ini berjumlah 40 peserta yang terbagi dalam lima bagian yaitu: mengelas 9 peserta, elektronika 9 peserta, desain grafis 2 peserta, perbengkelan roda dua 12 peserta dan perbengkelan roda empat 8 peserta. Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara ini juga memiliki prinsif bahwa klayen conventional bukan suatu halangan untuk dapat berkarya, setiap orang yang apa bila bersedia belajar dan bekerja patut mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh perlakuan yang layak dan setara di dalam masyarakat. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui bagaimana efektivitas program keterampilan yang diberikan oleh Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara terhadap klayen conventional dengan melihat kelengkapan fasilitas pelayanan, keahlian pelatihinstruktur dan kemampuan klayen. Untuk lebih terarah, penulis membatasi penelitian ini hanya pada ruang lingkup efektivitas program pelatihan keterampilan yang diberikan. Untuk itu, penulis mengangkat permasalahan yang di rangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: “Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen conventional Di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan masalah