22 Lingkaran
a ½ lingkaran
b ¼ lingkaran
c 50 mesh
d 70 mesh
e Konsentrasi
larutan 50 ppm A
A x a A x b
A x c A x d
A x e
3.4  Prosedur Penelitian 3.4.1 Prosedur Pembuatan Larutan
Sebelum  melakukan  penelitian,  larutan  yang  harus  disiapkan  yaitu  larutan logam Cu
2+
dengan konsentrasi 50 ppm dari senyawa CuSO
4
. 5H
2
O, larutan asam- basa  yaitu  larutan  0,1  M  HCl  dan  0,1  M  NaOH dan  pelarut  logam  yang  pH-nya
4,5 sebanyak 5 L.
a.  Pembuatan Larutan HCl 0,1 M 1 L
1.  Dipipet 8,36 mL dari larutan HCl 37 2.  Dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL
3.  Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda
b.  Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M 1 L 1.  Ditimbang 4 g padatan NaOH
2.  Dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL 3.  Dilarutkan dengan aquadest sampai batas tanda
c.  Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm
1.  Ditimbang  padatan  CuSO
4
.  5H
2
O  sebanyak  125  mg  didalam  beaker glass
2.  Diambil  pelarut  yang  pH-nya  sudah  dikontrol  4,5  dan  dimasukkan kedalam beaker glass sampai batas tanda 1 L.
3.  Diaduk rata hingga padatan melarut
d.  Pembuatan Larutan Cu
2+
50 ppm
1.  Diambil  larutan  induk  sebanyak  125  mL  dan  dimasukkan  kedalam beaker glass 5 L
2.  Kemudian  diencerkan  dengan  pelarut  yang  dikontrol  pH-nya  4,5 sampai batas tanda 2,5 L pada beaker glass
3.  Diaduk rata
Universitas Sumatera Utara
23
3.4.2 Prosedur Persiapan Adsorben Batang Jagung Prosedur persiapan adsorben sebagai berikut:
1.  Batang jagung diperoleh dari sisa hasil panen kebun masyarakat 2.  Batang jagung dibersihkan dari daun dan kulit luarnya
3.  Kemudian  batang  jagung  dipotong-potong  dengan  bentuk  lingkaran penuh,  setengah  lingkaran  dan  seperempat  lingkaran  dan  dihaluskan  50
dan 70 mesh dengan ketebalan ±5 mm 4.  Lalu  batang  jagung  yang  telah  dipotong-potong,  di  cuci  dengan  air
distilat  sebanyak  3  kali  hingga  pH  air  pencuci  sama  dengan  pH  air distilat
5.  Batang  jagung  dikeringkan  di  dalam  oven  pada  suhu  ±55°  C  sampai berat batang jagung tersebut konstan
3.4.3 Prosedur Batch Adsorption
1.  Penentuan Kinetika Adsorpsi Waktu Kontak Optimum
1.  Diambil  larutan  Cu
2+
50  ppm  sebanyak  100  mL  dari  botol  reagen 2,5  L  yang  diterangkan  pada  prosedur  3.4.1c  lalu  dimasukkan
kedalam beaker glass 2.  Kemudian  diaduk  dengan  magnetic  stirrer  dengan  kecepatan
pengadukan 220 rpm pada suhu kamar 3.  Kemudian  ditambahkan  1  gram  adsorben  batang  jagung  pada
berbagai  variasi  bentuk  lingkaran,  setengah  lingkaran,  seperempat lingkaran, 50 dan 70 mesh
4.  Lalu diambil 2 mL sampel pada selang waktu 10 menit selama 2 jam 5.  Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 42
6.  Konsentrasi ion Cu
2+
pada larutan setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS
7.  Lalu dihitung nilai q
a
Universitas Sumatera Utara
24
2.  Penentuan Kapasitas Adsorpsi
1.  Diambil  larutan  Cu
2+
50  ppm  sebanyak  100  mL  dari  botol  reagen 2,5  L  yang  diterangkan  pada  prosedur  3.4.1c  lalu  dimasukkan
kedalam beaker glass 2.  Kemudian  diaduk  dengan  magnetic  stirrer  dengan  kecepatan
pengadukan 220 rpm pada suhu kamar 3.  Kemudian  ditambahkan  1  gram  adsorben  batang  jagung  pada
berbagai  variasi  bentuk  lingkaran,  setengah  lingkaran,  seperempat lingkaran, 50 dan 70 mesh
4.  Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 42 5.  Konsentrasi  ion  Cu
2+
C
e
pada larutan setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS
6.  Lalu dihitung nilai q
e
Di mana q
e
= jumlah ion logam yang teradsorpsi mgg C
= konsentrasi ion logam sebelum teradsorpsi C
e
= konsentrasi ion logam setelah adsorpsi V
= volume larutan ion logam L W
= jumlah adsorben, batang jagung g
Universitas Sumatera Utara
25
3.5  Flowchart Penelitian 3.5.1 Persiapan Adsorben Batang Jagung
Gambar 3.1 Flowchart Persiapan Adsorben Batang Jagung
3.5.2  Pengeringan Adsorben Batang Jagung
Gambar 3.2 Pengeringan Adsorben Batang Jagung Mulai
Batang jagung dibersihkan dari daun dan kulit luarnya Kemudian batang jagung dipotong-potong dengan bentuk lingkaran penuh,
setengah lingkaran dan ¼  lingkaran dan dihaluskan 50 dan 70 mesh Lalu batang jagung di cuci dengan air distilat sebanyak 3 kali atau sampai
hingga pH larutan pencuci sama dengan pH air distilat sebesar 4,5. Batang jagung diperoleh dari hasil panen kebun masyarakat pasar 1 Padang
Bulan Kota Medan
Selesai
Mulai Oven dihidupkan dan ditunggu hingga mencapai suhu 55 °C
Batang jagung yang telah dicuci kemudian di ratakan diatas tray oven
Ditimbang sejumlah batang jagung yang dialasi aluminium foil, dicatat massanya lalu diletakkan diatas tray oven
Setiap 1 jam pengeringan, batang jagung yang dialasi aluminium foil ditimbang sampai massa batang jagung tepat konstan
Selesai
Universitas Sumatera Utara
26
3.5.3  Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm
Gambar 3.3 Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm
3.5.4  Pembuatan Larutan Cu
2+
50 ppm
Gambar 3.4 Flowchart Pembuatan Larutan Standar Cu
2+
50 ppm Mulai
Selesai Diaduk rata
Kemudian diencerkan dengan pelarut yang dikontrol pH-nya 4,5 sampai batas tanda 2,5 L pada beaker glass
Diambil larutan induk sebanyak 125 mL dan dimasukkan kedalam beaker glass 5 L
Mulai
Diambil pelarut yang pH-nya sudah dikontrol 4,5 dan dimasukkan kedalam beaker glass sampai batas tanda 1 L
Diaduk rata hingga padatan melarut Ditimbang padatan CuSO
4
. 5H
2
O sebanyak 125 mg didalam beaker glass
Selesai
Universitas Sumatera Utara
27
3.5.5  Pembuatan Larutan HCl 0,1 M
Gambar 3.5 Flowchart Pembuatan Larutan HCl 0,1 M
3.5.6  Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M
Gambar 3.6 Flowchart Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M
Mulai
Dipipet 10 mL dari larutan HCl 37
Selesai Dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL
Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda
Mulai
Ditimbang 4 g padatan NaOH
Selesai Dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL
Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda
Universitas Sumatera Utara
28
3.5.7  Flowchart Prosedur Batch Adsorption
1.  Penentuan Kinetika Adsorpsi Waktu Kontak Optimum
Gambar 3.7 Flowchart Penentuan Kinetika Adsorpsi Waktu Kontak Optimum
Mulai Diambil larutan Cu
2+
50 ppm sebanyak 100 mL dari botol reagen 2,5 L yang diterangkan pada prosedur 3.4.1c lalu dimasukkan kedalam beaker glass
Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 220 rpm pada suhu kamar
Kemudian ditambahkan 1 gram adsorben batang jagung pada berbagai variasi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, 50 dan 70 mesh.
Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 41 Konsentrasi ion Fe setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic
Adsorption Spectroscopy AAS Lalu dihitung nilai Q
a
Selesai
Universitas Sumatera Utara
29
2.  Penentuan Kapasitas Adsorpsi
Gambar 3.8 Flowchart Penentuan Kapasitas Adsorpsi Mulai
Diambil larutan Cu
+
50 ppm sebanyak 100 mL dari botol reagen 2,5 L yang diterangkan pada prosedur 3.4.1c lalu dimasukkan kedalam beaker glass
Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 220 rpm pada suhu kamar
Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 41
Selesai Konsentrasi ion Fe setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic
Adsorption Spectroscopy AAS
Lalu dihitung nilai Q
e
Kemudian ditambahkan 1 gram adsorben batang jagung pada berbagai variasi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, seperempat
lingkaran, 50 dan 70 mesh
Universitas Sumatera Utara
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PENGERINGAN ADSORBEN DARI BATANG JAGUNG
Pada  penilitian  ini,  dilakukan  persiapan  batang  jagung  berbagai  bentuk secara fisika yaitu dengan cara mengeringkan batang jagung berbentuk lingkaran,
½  lingkaran,  ¼  lingkaran,  50  dan  70  mesh  pada  suhu  tetap  yaitu  sebesar  55 C,
dengan  waktu  pengeringan  hingga  berat  batang  jagung  konstan  sehingga  dapat mengurangi  kadar  air  dalam  batang  jagung.  Berikut  ini  adalah  Tabel  4.1
menunjukkan batang jagung sebelum pengeringan dan sesudah pengeringan. Sebelum pengeringan
Sesudah pengeringan
½ Lingkaran
¼ Lingkaran Lingkaran
Universitas Sumatera Utara
31 Adsorben  yang  dipanaskan  dengan  suhu  tertentu  menghasilkan
karakteristik yang berbeda dari sebelum pengeringan, terlihat pada segi warna dan bentuk permukaan adsorben. Hal ini disebabkan oleh tahapan proses pengeringan.
Pada  hasil  di  atas,  terlihat  adsorben  yang  telah  dikeringkan  secara  fisika pada  suhu  55
C  memiliki  karakteristik  dan  warna  yang  berbeda.  Terlihat  dari bentuk  permukaan  batang  jagung  dan  juga  warna  batang  jagung  yang  lebih
kecoklatan setelah pengeringan. Berikut  adalah  Gambar  4.1  yang  menunjukkan  data  pengeringan  batang
jagung pada berbagai bentuk dengan menggunakan oven pada suhu 55 C.
Gambar 4.1 Pengeringan Batang Jagung Terhadap Waktu
Dari  grafik  di  atas,  menunjukkan  perbedaan  waktu  pengeringan  pada masing-masing bentuk batang jagung. Untuk bentuk lingkaran, ½ lingkaran dan ¼
lingkaran  waktu  pengeringan  paling  lama  adalah  5  jam  sedangkan  pengeringan batang  jagung  bentuk  50  dan  70  mesh  selama  10  jam.  Bentuk  50  dan  70  mesh
adalah bentuk yang paling lama dalam proses pengeringan. Perbedaan  lamanya  waktu  pengeringan  pada  batang  jagung  disebabkan
karena  pada  saat  proses  pencucian  batang  jagung  50  dan  70  mesh,  air  yang terserap  lebih  banyak  sehingga  mengakibatkan  lamanya  proses  pengeringan.
Bentuk  50  dan  70  mesh  memiliki  bentuk  luas  permukaan  yang  paling  luas
Universitas Sumatera Utara
32 sehingga  lebih  banyak  menampung  air  pencucian  sehingga  proses  pengeringan
berlangsung lebih lama daripada bentuk batang jagung lainnya. Proses pengeringan adsorben batang jagung dalam penelitian ini bertujuan
untuk  mendapatkan  kondisi  berat  yang  sama  dari  batang  jagung.    Pengeringan batang  jagung  juga  sekaligus  mendapatkan  kondisi  fisik  yang  homogen  dari
adsorben sehingga pada saat kontak dengan logam, adsorben dalam kondisi yang sama.
Aktivasi adsorben batang jagung dilakukan secara fisika yaitu dengan cara pengeringan.  Aktivasi  bertujuan  untuk  memperluas  pori-pori  batang  jagung
sehingga penjerapan ion logam Cu
2+
lebih efektif. Aktivasi  merupakan  bagian  dari  proses  pembuatan  adsorben  yakni  suatu
perlakuan terhadap adsorben yang bertujuan untuk memperbesar pori dengan cara memecahkan  ikatan  kimia  atau  mengoksidasi  molekul-molekul  permukaan
sehingga  mengalami  perubahan  sifat  secara  fisika  yaitu  luas  permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi [37].
4.2 PENENTUAN pH NETRAL PADA ADSORBEN BATANG JAGUNG