28
3.5.7  Flowchart Prosedur Batch Adsorption
1.  Penentuan Kinetika Adsorpsi Waktu Kontak Optimum
Gambar 3.7 Flowchart Penentuan Kinetika Adsorpsi Waktu Kontak Optimum
Mulai Diambil larutan Cu
2+
50 ppm sebanyak 100 mL dari botol reagen 2,5 L yang diterangkan pada prosedur 3.4.1c lalu dimasukkan kedalam beaker glass
Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 220 rpm pada suhu kamar
Kemudian ditambahkan 1 gram adsorben batang jagung pada berbagai variasi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, 50 dan 70 mesh.
Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 41 Konsentrasi ion Fe setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic
Adsorption Spectroscopy AAS Lalu dihitung nilai Q
a
Selesai
Universitas Sumatera Utara
29
2.  Penentuan Kapasitas Adsorpsi
Gambar 3.8 Flowchart Penentuan Kapasitas Adsorpsi Mulai
Diambil larutan Cu
+
50 ppm sebanyak 100 mL dari botol reagen 2,5 L yang diterangkan pada prosedur 3.4.1c lalu dimasukkan kedalam beaker glass
Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 220 rpm pada suhu kamar
Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 41
Selesai Konsentrasi ion Fe setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic
Adsorption Spectroscopy AAS
Lalu dihitung nilai Q
e
Kemudian ditambahkan 1 gram adsorben batang jagung pada berbagai variasi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, seperempat
lingkaran, 50 dan 70 mesh
Universitas Sumatera Utara
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PENGERINGAN ADSORBEN DARI BATANG JAGUNG
Pada  penilitian  ini,  dilakukan  persiapan  batang  jagung  berbagai  bentuk secara fisika yaitu dengan cara mengeringkan batang jagung berbentuk lingkaran,
½  lingkaran,  ¼  lingkaran,  50  dan  70  mesh  pada  suhu  tetap  yaitu  sebesar  55 C,
dengan  waktu  pengeringan  hingga  berat  batang  jagung  konstan  sehingga  dapat mengurangi  kadar  air  dalam  batang  jagung.  Berikut  ini  adalah  Tabel  4.1
menunjukkan batang jagung sebelum pengeringan dan sesudah pengeringan. Sebelum pengeringan
Sesudah pengeringan
½ Lingkaran
¼ Lingkaran Lingkaran
Universitas Sumatera Utara
31 Adsorben  yang  dipanaskan  dengan  suhu  tertentu  menghasilkan
karakteristik yang berbeda dari sebelum pengeringan, terlihat pada segi warna dan bentuk permukaan adsorben. Hal ini disebabkan oleh tahapan proses pengeringan.
Pada  hasil  di  atas,  terlihat  adsorben  yang  telah  dikeringkan  secara  fisika pada  suhu  55
C  memiliki  karakteristik  dan  warna  yang  berbeda.  Terlihat  dari bentuk  permukaan  batang  jagung  dan  juga  warna  batang  jagung  yang  lebih
kecoklatan setelah pengeringan. Berikut  adalah  Gambar  4.1  yang  menunjukkan  data  pengeringan  batang
jagung pada berbagai bentuk dengan menggunakan oven pada suhu 55 C.
Gambar 4.1 Pengeringan Batang Jagung Terhadap Waktu
Dari  grafik  di  atas,  menunjukkan  perbedaan  waktu  pengeringan  pada masing-masing bentuk batang jagung. Untuk bentuk lingkaran, ½ lingkaran dan ¼
lingkaran  waktu  pengeringan  paling  lama  adalah  5  jam  sedangkan  pengeringan batang  jagung  bentuk  50  dan  70  mesh  selama  10  jam.  Bentuk  50  dan  70  mesh
adalah bentuk yang paling lama dalam proses pengeringan. Perbedaan  lamanya  waktu  pengeringan  pada  batang  jagung  disebabkan
karena  pada  saat  proses  pencucian  batang  jagung  50  dan  70  mesh,  air  yang terserap  lebih  banyak  sehingga  mengakibatkan  lamanya  proses  pengeringan.
Bentuk  50  dan  70  mesh  memiliki  bentuk  luas  permukaan  yang  paling  luas
Universitas Sumatera Utara
32 sehingga  lebih  banyak  menampung  air  pencucian  sehingga  proses  pengeringan
berlangsung lebih lama daripada bentuk batang jagung lainnya. Proses pengeringan adsorben batang jagung dalam penelitian ini bertujuan
untuk  mendapatkan  kondisi  berat  yang  sama  dari  batang  jagung.    Pengeringan batang  jagung  juga  sekaligus  mendapatkan  kondisi  fisik  yang  homogen  dari
adsorben sehingga pada saat kontak dengan logam, adsorben dalam kondisi yang sama.
Aktivasi adsorben batang jagung dilakukan secara fisika yaitu dengan cara pengeringan.  Aktivasi  bertujuan  untuk  memperluas  pori-pori  batang  jagung
sehingga penjerapan ion logam Cu
2+
lebih efektif. Aktivasi  merupakan  bagian  dari  proses  pembuatan  adsorben  yakni  suatu
perlakuan terhadap adsorben yang bertujuan untuk memperbesar pori dengan cara memecahkan  ikatan  kimia  atau  mengoksidasi  molekul-molekul  permukaan
sehingga  mengalami  perubahan  sifat  secara  fisika  yaitu  luas  permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi [37].
4.2 PENENTUAN pH NETRAL PADA ADSORBEN BATANG JAGUNG
Penentuan  pH  netral  pada  adsorben  batang  jagung  pada  penelitian  ini bertujuan  untuk  mendapatkan  kondisi  pH  yang  sama  pada  tiap  bentuk  adsorben
batang  jagung.  Penentuan  pH  netral  yaitu  dengan  cara  mencuci  batang  jagung dengan larutan aquadest sampai pH air cucian sama dengan pH aquadest.
Keasaman pH akan mempengaruhi sisi aktif biomassa serta berpengaruh pada  mekanisme  adsorpsi  ion  logam.  Pada  pH  yang  rendah,  proses  adsorpsi  ion
logam juga semakin rendah atau lambat. Hal ini dikarenakan pada kondisi asam, gugus fungsi yang terdapat pada adsorben terprotonasi sehingga terjadi pengikatan
ion  hidrogen  H
+
[27].  Sementara  itu  ion-ion  logam  dalam  larutan  sebelum teradsorpsi oleh adsorben terlebih dahulu mengalami hidrolisis dan menghasilkan
proton [28].
Universitas Sumatera Utara
33 Gambar  4.2  menunjukkan  perubahan  pH  dalam  pencucian  pada  batang
jagung untuk tiap bentuk.
Gambar 4.2 Penentuan pH Netral Pada Adsorben Batang Jagung
Pada gambar 4.2, pencucian adsorben batang jagung dengan menggunakan aquadest. Pencucian menggunakan aquadest sebab pelarut aquadest memiliki pH
netral atau 6,5. Pencucian dilakukan  untuk mendapatkan pH yang netral sehingga pada  saat  kontak  dengan  larutan  logam  tidak  mempengaruhi  kondisi  pH  pada
larutan logam. Volume  aquadest  tiap  pencucian  sebanyak  200  mL.  Penentuan  pH
menggunakan  kertas  universal  indicator  pH  yang  umum  digunakan.  Selain  itu proses  pencucian  pada  batang  jagung  adsorben  bertujuan  untuk  menghilangkan
zat-zat pengotor yang menempel pada permukaan adsorben. Pada bentuk batang jagung lingkaran, ½ lingkaran dan ¼ lingkaran proses
pencucian mengalami tiga kali pencucian. Dari awal pencucian pH batang jagung dari  bentuk  tersebut  sudah  sama  dengan  pH  aquadest    artinya  sudah  netral
sedangkan  untuk  bentuk  50  dan  70  mesh  mengalami  pencucian  sebanyak  empat kali. Hal ini disebabkan pada pencucian pertama pH batang jagung adalah sebesar
5. Perbedaan jumlah pencucian pada bentuk jagung disebabkan karena faktor
terkontaminasinya  batang  jagung  50  dan  70  mesh.  Terkontaminasinya  batang jagung  tersebut  karena  banyaknya  perlakuan  fisika  agar  menjadi  bentuk  mesh
sehingga menyebabkan pH batang jagung jadi berubah.
Universitas Sumatera Utara
34
4.3 PENENTUAN WAKTU KONTAK OPTIMUM
Waktu  kontak  merupakan  hal  yang  sangat  menentukan  dalam  proses adsorpsi.  Adsorpsi  ion  dari  suatu  zat  terlarut  akan  meningkat  apabila  waktu
kontaknya  semakin  lama.  Waktu  kontak  yang  lama  memungkinkan  difusi  dan penempelan  molekul  zat  terlarut  yang  teradsorpsi  berlangsung  lebih  banyak.
Waktu  untuk  mencapai  keadaan  setimbang  pada  proses  jerapan  logam  oleh
adsorben berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam [25].
Dalam  penelitian  ini,  penentuan  waktu  kontak  optimum  menggunakan batang  jagung  berbentuk  ¼  lingkaran  pada  waktu  selama  2  jam  dengan
pengambilan cuplikan sebanyak 8 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120 Menit. Proses adsorpsi pada keadaan batch dengan kecepatan pengadukan 220 rpm.
Penggunaan  batang  jagung  ¼  lingkaran  sebagai  acuan  penentuan  waktu kontak  optimum  dalam  penelitian  ini  karena  bentuk  ¼  lingkaran  sangat  cocok
digunakan sebagai isian pada kolom adsorpsi.
Gambar  4.3  menunjukkan  pengaruh  waktu  kontak  terhadap  jumlah  ion Cu
2+
yang diadsorpsi.
Gambar 4.3 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Jumlah Ion Logam Cu
2+
yang Diadsorpsi Waktu kontak optimum adsorpsi ion Cu
2+
terjadi setelah 10 menit dengan jumlah ion logam Cu
2+
yang diadsorpsi sebesar 4,606 mgg. Adsorpsi ion logam
Universitas Sumatera Utara
35 Cu
2+
setelah  waktu  20,  30,  40,  60,  80,  100  dan  120  menit  cenderung  menurun namun tidak dalam skala besar.
Kapasitas adsorpsi pada menit 10 sudah mencapai maksimum yaitu sebesar 4,606 mgg tetapi setelah itu kapasitas adsorpsi cenderung mengalami penurunan.
Kapasitas adsorpsi sudah konstan setelah mencapai waktu 120 menit 2 jam . Dengan bantuan pengadukan, ion logam  Cu
2+
masuk ke pori-pori adsorben batang  jagung  sampai  ke  dasar  pori-pori  batang  jagung  dan  sulit  untuk  terlepas.
Selain itu, logam Cu
2+
juga masih ada yang di ujung luar pori-pori batang jagung dan karena pengaruh pengadukan juga memungkinkan dapat terlepas kembali.
Pada menit ke-10, kapasitas adsorpsi  mencapai kondisi optimum tetapi ion logam  Cu
2+
yang  berada  pada  outer  sphere  memiliki  ikatan  yang  lemah  dengan adsorben sehingga mudah untuk terlepas. Oleh karena itu, kita harus mendapatkan
waktu kontak optimum dimana ion logam  Cu
2+
tidak terlepas lagi  yang ditandai dengan konstannya kapasitas adsorpsi.
Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Vafakhah,  et  al  2014,  hasil data  menunjukkan  kapasitas  adsorpsi  optimum  terjadi  pada  menit  ke-20  tetapi
setelah  itu  mengalami  penurunan  dan  sudah  terjadi  konstan  setelah  mencapai waktu  2  jam.  Hasil  penelitian  yang  penulis  lakukan  sama  dengan  data  hasil
penelitian yang dilakukan oleh Vafakhah, et al 2014, dengan  hasil yang didapat bahwa data konstan setelah mencapai waktu 2 jam.
Dengan demikian walaupun pada menit 10 mencapai daya jerap maksimum tetapi,    peneliti  harus  mendapatkan  waktu  untuk  daya  jerap  yang  konstan.  Pada
penelitian ini diambil pada 120 menit atau 2 jam. Menurut Khopkar 1990 waktu kontak antara ion logam dengan adsorben
sangat mempengaruhi daya serap. Semakin lama waktu kontak maka penyerapan juga  akan meningkat  sampai pada  waktu  tertentu  akan mencapai  maksimum dan
setelah itu akan turun kembali. Berdasarkan  teori,  bahwa  penelitian  ini  telah  sesuai  dengan  teori  bahwa
semakin  lama  waktu  maka  jumlah  ion  logam  Cu
2+
yang  terjerap  semakin  besar dan  mengalami penurunan kembali setelah menit ke-10.
Universitas Sumatera Utara
36
4.4 PENENTUAN KAPASITAS ADSORPSI
4.4.1  PENGARUH WAKTU ADSORPSI TERHADAP JUMLAH KONSENTRASI TERJERAP mgg