Hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.
vii
HUBUNGAN ANTARA INVASI JARAK PERSONAL DENGAN
STRES KERJA PADA KARYAWAN SUBDIVISI DESAIN
PROGRAM DI PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Maria Grasia Deivi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hipotesis pada penelitian ini adalahterdapat hubungan positif yang signifikan antara jarak personal dengan stres kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah 10 orang karyawan pada subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala stres kerja yang terdiri dari 36 item dengan reliabilitas α 0,988 dan kuesioner jarak personal yang terdiri dari 6 item dengan reliabilitas α 0,737. H0 dalam penelitian ini ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan
antara invasi jarak personal dan stres kerja.
(2)
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN INVASION OF PERSONAL DISTANCE WITH WORK STRESS ON THE PROGRAM DESIGN
EMPLOYES AT PT.MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Maria Grasia Deivi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between invasion of personal distance with work stress on the employee subdivision program design at PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hypothesis in this study is there is a significant positive relationship between personal distance with work stress. Subjects in this study were 10 employees on the subdivision design program at PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Instrument in this research use work stress scale consist of 36 item with reliability 0,788 and personalized distance questionnaire consisting of 6 items with reliability 0,737. H0 in this study is rejected which means there is no relationship between invasion of personal distance and work stress.
(3)
HUBUNGAN ANTARA INVASI JARAK PERSONAL DENGAN
STRES KERJA PADA KARYAWAN SUBDIVISI DESAIN
PROGRAM DI PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Maria Grasia Deivi NIM : 129114013
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(4)
i
HUBUNGAN ANTARA INVASI JARAK PERSONAL DENGAN
STRES KERJA PADA KARYAWAN SUBDIVISI DESAIN
PROGRAM DI PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Maria Grasia Deivi NIM : 129114013
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(5)
(6)
(7)
iv
HALAMAN MOTTO
Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, janganlah
lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu.
-2 Tawarikh 15:7
A winner is a dreamer who never gives up
-Nelson Mandela
Work hard in silence, let success be your noise
-Frank Ocean
(8)
v
Skripsi ini aku persembahkan untuk Bapak, Ibu, dan
kakak-kakakku tercinta.
(9)
(10)
vii
HUBUNGAN ANTARA INVASI JARAK PERSONAL DENGAN
STRES KERJA PADA KARYAWAN SUBDIVISI DESAIN
PROGRAM DI PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Maria Grasia Deivi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hipotesis pada penelitian ini adalahterdapat hubungan positif yang signifikan antara jarak personal dengan stres kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah 10 orang karyawan pada subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala stres kerja yang terdiri dari 36 item dengan reliabilitas α 0,988 dan kuesioner jarak personal yang terdiri dari 6 item dengan reliabilitas α 0,737. H0 dalam penelitian ini ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan
antara invasi jarak personal dan stres kerja.
(11)
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN INVASION OF PERSONAL DISTANCE WITH WORK STRESS ON THE PROGRAM DESIGN
EMPLOYES AT PT.MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Maria Grasia Deivi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between invasion of personal distance with work stress on the employee subdivision program design at PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hypothesis in this study is there is a significant positive relationship between personal distance with work stress. Subjects in this study were 10 employees on the subdivision design program at PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Instrument in this research use work stress scale consist of 36 item with reliability 0,788 and personalized distance questionnaire consisting of 6 items with reliability 0,737. H0 in this study is rejected which means there is no relationship between invasion of personal distance and work stress.
(12)
(13)
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Hubungan antara Invasi Jarak Personal dengan Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi desain program di PT.Mitra Karsa Sukses Mandiri”, dengan baik.
Selama penulisan Skripsi ini, penulis mendapat banyak sekali dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak sehingga Skripsi dapat diselesaikan. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas dukungannya
sehingga proses pengerjaan skripsi hingga diujikan dapat berjalan
dengan lancar.
2. P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas peran dan
dukungannya atas kelancaran skripsi yang saya kerjakan.
3. R. Landung Eko P., M.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi
yang sudah membimbing saya dengan sabar selama proses
pengerjaan skripsi.
4. Ratri Sunar Astuti M.Si. selaku dosen pembinbing akademik.
Terima kasih atas dukungan dan bimbingannya selama ini,
(14)
xi
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang sudah membagi semua ilmu
dan pengalamannya.
6. Karyawan Fakultas Psikologi: Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji,
terima kasih untuk semua bantuan selama proses penyusunan
skripsi.
7. Teruntuk yang tercinta Bapak dan Ibu, terima kasih untuk cinta
yang tulus, semangat, dukungan, dan doa yang tidak pernah putus
untukku.
8. Untuk kakak-kakakku tersayang, Mas Yudo & Mbak Maia, Mbak
Vita & Mas Sigit, Mas Dhanang & Mbak Wida. Terima kasih
untuk semangat dan dukungannya.
9. Untuk sahabat terbaik, tersayang, dan tercintaku, Wisnu.
Terimakasih untuk segala bantuan dan dukungannya selama
penyusunan skripsi. Terimakasih juga telah membuat hari-hariku
semakin berwarna.
10. Mas Sigit selaku Direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.
Terimakasih atas kesediaannya dalam membantu jalannya proses
penelitian sehingga penelitian dan pelatihan dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
11. Mbak Maria selaku supervisor administrasi PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam proses
(15)
xii
12. Seluruh karyawan subdvisi desain program PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas
partisipasinya serta kesediaannya membantu dan mendukung
pelaksanaan penelitian.
13. Terimakasih juga untuk semua teman-teman yang sudah
memberikan semangat dan dukungan untukku, semoga
keberuntungan selalu beserta kalian.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
(16)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
(17)
xiv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Stres Kerja
1. Definisi Stres Kerja ... 7
2. Aspek Stres ... 8
3. Faktor-faktor Pembangkit Stres ... 9
B. Invasi Jarak Personal 1. Definisi Invasi Jarak Personal ... 10
2. Jenis Jarak Personal ... 11
3. Faktor Jarak ... 12
C. Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ... 13
D. Dinamika Hubungan antara Jarak Personal dengan Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ... 14
E. Bagan... 17
F. Hipotesis ... 18
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 19
B. Identitas Variabel Penelitian ... 19
C. Definisi Operasional ... 19
1. Stres Kerja ... 19
(18)
xv
D. Subjek Penelitian ... 21
E. Metode Pengumpulan Data ... 21
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 24
G. Metode Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 31
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 31
C. Deskripsi Data Penelitian ... 32
D. Hasil Penelitian ... 35
E. Pembahasan ... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 44
(19)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skor Item-item Favorable pada Skala Stres Kerja ... 22
Tabel 2 Skor Item-item Unfavorable pada Skala Stres Kerja ... 22
Tabel 3 Blue Print Skala Stres Kerja ... 23
Tabel 4 Skor Item-item Favorable pada Kuesioner Invasi Jarak Personal ... 23
Tabel 5 Skor Item-item Unfavorable pada Kuesioner Invasi Jarak Personal .... 23
Tabel 6 Blue Print Invasi Jarak Personal ... 24
Tabel 7 Distribusi Penyebaran Item Kuesioner Invasi Jarak Personal ... 26
Tabel 8 Distribusi Penyebaran Skala Stres Kerja ... 27
Tabel 9 Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empiris ... 32
Tabel 10 Norma Kategorisasi ... 34
Tabel 11 Norma Kategorisasi Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ... 35
Tabel 12 Uji Normalitas ... 36
(20)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Histogram Stres Kerja ... 37 Gambar 2. Histogram Jarak Personal ... 37
(21)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Blue Print Stres Kerja... 49
Lampiran 2 Blue Print Invasi Jarak Personal ... 57
Lampiran 3 Skala Stres Kerja dan Kuesioner Invasi Jarak Personal ... 58
Lampiran 4 Reliabilitas ... 82
Lampiran 5 Deskriptif ... 99
(22)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang desain dan pembuatan komponen persisi, pembuatan cetakan, dan pembuatan mesin dengan desain khusus yang selalu mengupdate teknologi dan dikelola dengan kompetensi tinggi serta tim yang
fokus ke costumer. Perusahaan tersebut terbagi menjadi dua divisi besar
yaitu Divisi Technical yang berkaitan dengan proses produksi dan Divisi
Operation yang berkaitan dengan administrasi perusahaan dan marketing.
Masing-masing divisi terbagi lagi menjadi subdivisi dengan tugas yang
berbeda-beda. Salah satunya adalah subdivisi desain program yang termasuk kedalam subdivisi technical. Subdivisi desain program merupakan subdivisi yang bertugas untuk membuat rancangan produk yang hendak di produksi. Menurut direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri, karyawan pada subdivisi desain program harus memiliki konsentrasi dan fokus yang baik karena dalam mendesain suatu produk diperlukan ketelitian.
Berdasarkan data absensi perusahaan tahun 2015 sampai dengan tahun 2016, karyawan dengan tingkat absensi tinggi adalah karyawan pada bagian subdivisi desain program. Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen PICA (Problem Identification & Corective Action) tahun 2015 sampai dengan tahun 2016, peneliti juga menemukan beberapa
(23)
kesalahan kerja yang dilakukan oleh karyawan subdivisi desain program dan kesalahan kerja yang sering terjadi adalah pembuatan desain yang tidak sesuai dengan permintaan konsumen serta kesalahan dalam memberikan
ukuran pada barang sehingga ukuran dalam part list tidak sesuai dengan
hasil yang telah dibuat. Kesalahan kerja tersebut mengakibatkan perusahaan harus mengganti barang dengan melakukan desain ulang. Selain itu, direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri juga mengatakan bahwa saat ini perusahaan sedang mengalami masalah yang mengakibatkan kerugian besar di perusahaan. Masalah tersebut terjadi karena kekeliruan karyawan subdivisi desain program dalam mendesain barang. Barang yang telah
diproduksi tidak sesuai dengan permintaan customer sehingga perusahaan
harus mengganti semua barang yang tidak sesuai tersebut.
Dapat diketahui apabila munculnya kesalahan kerja dan absensi yang tinggi merupakan gejala dari stres kerja. Hal ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam Occupational Safety and Health Administration (2013), yang mengatakan bahwa pada tingkat organisasi gejala stres kerja dapat dilihat
dari absensi karyawan, turnover staf yang tinggi, kurangnya waktu,
menurunnya tingkat kedisiplinan karyawan, penurunan produktivitas, munculnya kesalahan kerja, serta meningkatnya biaya untuk kompensasi dan perawatan kesehatan (dalam Fihir & Ludia, 2013).
Menurut Munandar (2012) setiap faktor dalam pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam
(24)
organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi, tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan, serta ciri-ciri individu (Hurrel dkk, dalam Munandar, 2012). Selain itu, Fincham dan Rhodes (1988) juga mengemukakan bahwa stres merupakan hasil dari tidak adanya kecocokan antara seseorang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dengan lingkungannya, yang menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif (dalam Munandar, 2014). Lazarus (dalam Khusniyah, 2014) menambahkan bahwa stres adalah gejala yang terjadi dalam proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya, selanjutnya stres akan terjadi bila ada tuntutan-tuntutan terhadap individu melebihi kemampuan penyesuaiannya. Hal ini dapat dikatakan bahwa stres sebagai bentuk hubungan antara individu dengan lingkungannya yang dinilai sebagai sesuatu yang mengancam atau sesuatu yang menekan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap munculnya stres kerja pada karyawan. Seperti halnya kondisi lingkungan kerja pada subdivisi desain program, menurut direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ruang kerja di subdivisi desain program menggunakan desain ruangan dengan bentuk terbuka tanpa adanya pembatas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya. Desain ruang tersebut hanya diterapkan di bagian subdivisi desain program karena keterbatasan tempat. Hedge, mengemukakan bahwa ruang kerja terbuka merupakan ruang kerja yang menyediakan fleksibilitas karena memberikan
(25)
kemudahan akses interpersonal dan kemudahan komunikasi dibandingkan dengan kantor-kantor dengan model tertutup (Brand & So, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan karyawan yang mengatakan bahwa dengan desain ruangan terbuka mereka dapat dengan mudah melakukan komunikasi berkaitan dengan pekerjaan tanpa harus berpindah dari tempat kerja mereka. Akan tetapi, beberapa karyawan juga mengungkapkan bahwa mereka merasa terganggu dengan suara berisik dari karyawan lain sehingga memerlukan tenaga lebih untuk berkonsentrasi dan fokus pada pekerjaan mereka.
Hippel dan Alena (2005) mengatakan bahwa ruang kerja dengan desain terbuka mengakibatkan karyawan merasa sulit untuk menghindari kontak interpersonal atau menjaga privasi. Hal ini sesuai dengan keadaan karyawan subdivisi desain program yang memiliki jarak personal yang sangat dekat sehingga kondisi tersebut menghambat mobilitas kerja pada karyawan karena ruang gerak karyawan menjadi sangat terbatas. Dengan itu berarti tingkat invasi jarak personal antar karyawan dalam ruang kerja terbuka juga semakin besar.
Invasi menurut KBBI merupakan perilaku atau perbuatan yang dilakukan ketika seseorang memasuki wilayah orang lain. Sedangkan menurut Hall (1966), jarak personal adalah lingkup pelindung kecil atau lingkaran yang digunakan oleh organisme untuk mempertahankan antara dirinya sendiri dan orang lain. Pada jarak ini, seseorang dapat memegang dan meraih seorang lainnya (dalam Rahman, 2013). Selain itu, Novelli &
(26)
others (2010), juga mengatakan bahwa jarak personal adalah lingkup yang digunakan oleh individu untuk melindungi dirinya dari orang lain (dalam Myers & Twenge, 2013). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui apabila invasi jarak personal berarti suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan ketika seseorang memasuki wilayah pribadi orang lain.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Flynn dan Kanaga (1981) mengenai hubungan antara invasi jarak personal terhadap stres, di peroleh hasil bahwa invasi jarak personal dapat mengakibatkan stres. Akan tetapi, penelitian ini dilakukan pada kriteria subjek yang berbeda di negara Amerika Serikat. Oleh karena itu, untuk membuktikan apakah invasi jarak personal memiliki hubungan yang signifikan dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program, maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan mengangkat judul, “Hubungan Antara Invasi Jarak Personal dengan Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Program di
PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri?
(27)
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peniliti adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara invasi jarak personal dan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber pengetahuan dan sumbangan ilmiah bagi ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi. Dimana topik ini terkait dengan hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Karyawan
Hasil penelitian ini diharapkan karyawan dapat mengetahui pentingnya mengatur ruang kerja berdasarkan kajian jarak personal. b. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman khususnya dengan memperhatikan jarak antar karyawan untuk mencegah munculnya stres kerja pada karyawan.
(28)
7
BAB II
LANDASAN TEORI A. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja
Menurut Luthans (2005) stres kerja merupakan suatu respon
penyesuaian terhadap situasi eksternal yang mengakibatkan
penyimpangan-penyimpangan fisik, psikologis, dan tingkah laku bagi para partisipan organisasi. Cooper dan Davidson (dalam Nugrahani, 2008) mengatakan bahwa situasi eksternal tersebut merupakan faktor negatif dari lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu. Selain itu, Fincham dan Rhodes (1988) juga mengemukakan bahwa stres merupakan hasil dari tidak adanya kecocokan antara seseorang dalam arti arti kepribadian, bakat, dan kecakapannya dengan lingkungan sehingga menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif (dalam Munandar, 2014).
Jadi, yang di maksud stres kerja dalam penelitian ini adalah suatu respon penyesuaian terhadap situasi eksternal yang muncul akibat faktor negatif lingkungan kerja dan interaksi antara individu dengan pekerjaannya, serta tidak adanya kecocokan antara seseorang dalam arti arti kepribadian, bakat, dan kecakapannya yang ditandai oleh munculnya perubahan pada diri yang menyimpang dari fungsi normal baik secara fisik, psikis, dan perilaku.
(29)
2. Aspek Stres
Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2005) mengklasifikasikan stres kerja kedalam tiga aspek, yaitu :
a. Aspek fisik
Stres dapat menyebabkan perubahan metabolisme tubuh sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan fisiologis individu. Gejala fisik yang muncul pada karyawan meliputi : sakit kepala atau migrain, sakit pada punggung, tekanan pada leher dan tenggorokan, susah menelan, kram otot, susah tidur, kehilangan gairah seksual, kaki dan tangan dingin, mudah lelah, tekanan darah tinggi, denyut nadi cepat, gangguan selera makan, gangguan pencernaan dan pernafasan.
b. Aspek psikologis
Stres yang dialami karyawan secara psikis meliputi : mudah lupa, pikiran kacau, susah berkonsentrasi, sulit dalam mengambil keputusan, percaya kepada hal-hal yang tidak rasional, dan sering mengalami mimpi buruk. Selain itu gejala fisik juga termasuk kedalam gejala emosional seperti mudah marah, perasaan jengkel, mudah merasa terganggu, gelisah, cemas, panik, ketakutan, sedih, depresi, memiliki kebutuhan yang tinggi untuk bergantung kepada orang lain, perasaan butuh pertolongan, putus asa, pesimis, tidak berharga, kesepian, menyalahkan diri sendiri, dan frustasi.
(30)
c. Aspek perilaku
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku dalam kehidupan pribadi akan muncul pada karyawan seperti: tidak dapat berhubungan akrab dengan orang lain, tidak dapat mempercayai orang lain, tidak asertif, tidak berani mengambil resiko, menarik diri, tidak punya kontrol hidup, membuat tujuan yang tidak realistis, self esteem rendah. Tidak termotivasi, sering membuat kekacauan, mudah bertengkar, bermasalah dalam perkawinan, cemburu berlebihan, merasa terasing, tidak dapat mengekpresikan perasaan sebenarnya. Sedangkan dalam kehidupan pekerjaan, para pekerjaan akan mengalami hal-hal seperti tidak merespon tantangan, kehilangan kreativitas, performa rendah, sering absen, aspirasi rendah, motivasi rendah, terlalu banyak bekerja, terlalu mengontrol dan tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.
3. Faktor-faktor penyebab stres
Luthans (1995) menyebutkan bahwa faktor penyebab stres terdiri dari empat hal utama (dalam Waluyo 2013), yaitu:
a. Sumber luar organisasi, yang terdiri dari perubahan sosial atau
teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, serta keadaan komunitas dan tempat tinggal.
b. Sumber dari dalam organisasi, yang terdiri dari kebijakan
organisasi, struktur organisasi, kondisi lingkungan kerja fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
(31)
c. Sumber dari dalam kelompok, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, dan kurangnya dukungan sosial.
d. Sumber dari individu, yang terdiri dari disposisi individu seperti
pola keperibadian tipe A, personal control, learned helplessness,
dan daya tahan psikologis.
Woodman (1995) menambahkan bahwa tekanan fisik dan psikologis yang berasal dari lingkungan kerja merupakan pembangkit dari stress kerja (Gemora & Haydee, 2016).
Selain itu, Lu et al (2003) juga mengelompokkan sumber stres kerja menjadi enam kategori, yaitu lingkungan fisik, struktur organisasi dan karakteristik pekerjaan, relasi dengan rekan kerja, perkembangan karir, serta permasalahan dalam keluarga (Ambren & Zamir, 2011).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor pembangkit stres yaitu tekanan fisik dan psikologis dalam lingkungan kerja, dukungan sosial, struktur organisasi dan karakteristik pekerjaan, relasi dengan rekan kerja, perkembangan karir dan kondisi keuangan, serta permasalahan dalam keluarga dan masalah kesehatan.
B. Invasi Jarak personal
1. Pengertian Invasi Jarak personal
Menurut KBBI, invasi merupakan perilaku atau perbuatan dimana seseorang memasuki wilayah orang lain. Sedangkan jarak personal menurut Hall (dalam Crowe, 2011) merupakan jarak konsisten yang
(32)
memisahkan spesies non-kontak. Atau dapat juga disebut sebagai lingkup pelindung kecil yang digunakan oleh organisme untuk mempertahankan antara dirinya sendiri dan orang lain. Pada jarak ini, seseorang dapat menyentuh dan meraih seorang lainnya (dalam Sagi, Berson, Avienzer, dan Haim, 2002). Kemudian, Felipe dan Somer (dalam Grelic, Elfassy, Allinson, dan Wilcok, 2006), mengatakan apabila seseorang memasuki lingkup personal tersebut tanpa persetujuan dan menimbulkan ketidaknyamanan maka individu yang bersangkutan akan melakukan penolakan seperti bergeser ke sisi lain, membelakangi, hingga meninggalkan tempat tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa invasi jarak personal adalah suatu perilaku atau tindakan ketika seseorang memasuki ruang lingkup pribadi orang lain, dan apabila tindakan tersebut dilakukan tanpa persetujuan akan menimbulkan penolakan.
2. Jenis Jarak personal
Hall (dalam Rahman, 2013) membagi jarak personal mejadi dua jenis, yaitu :
a. Jarak personal - Close Phase
Pada jarak ini orang dapat memegang atau menyentuh orang lain. Menurut KBBI, memegang berarti dapat menggenggam sesuatu menggunakan tangan. Sedangkan menyentuh dalam KBBI berarti mennyinggung, menjamah, atau dapat mengenai sesuatu menggunakan tangan. Selain itu, seseorang akan dengan mudah
(33)
melihat wajah orang lain dengan kejelasan yang luar biasa. Seperti, bentuk wajah, rambut halus pada wajah, bulu mata, dan poripori pada wajah dengan sangat jelas.
b. Jarak personal - Far Phase
Ciri dari jarak personal far phase adalah apabila kita memiliki jarak satu lengan dengan orang lain. Pada jarak ini orang tidak dengan mudah menyentuhkan tangannya pada orang lain. Akan tetapi seseorang dapat melihat ukuran tubuh orang lain secara normal.
Selain itu juga seorang masih dapat dengan mudah melihat secara jelas halus kulit, warna rambut, kedipan mata, noda pada gigi, bintik-bintik dan keriput pada wajah, serta kotoran pada pakaian.
3. Faktor Jarak
Menurut Hediger, jarak (baik itu intimate, personal, social, dan
public distance) tidak hanya mengacu pada culture tetapi juga dilihat
dari tipe aktivitas dan cara seseorang berelasi. Selain itu, jarak juga dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang, yang termasuk di dalamnya adalah tipe kepribadian yang dimiliki oleh seseorang (Hall, 1966).
(34)
C. Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri
PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang industry manufacturing. Visi dari PT. Mitra Karsa
Sukses Mandiri adalah menjadi perusahaan skala Nasional di bidang
Precision Parts, Mold & Die maker, Special Purpose Machine dengan
selalu mengupdate teknologi dan dikelola dengan kompetensi yang tinggi dan customer focused team. Sedangkan, Misi dari PT.Mitra Karsa Sukses Mandiri adalah selalu mengedepankan kepuasan pelanggan memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi perkembangan industri. Fokus pada sales and service yang memuaskan dan pengembangan yang berkesinambungan.
Perusahaan tersebut terbagi menjadi dua divisi besar yaitu Divisi
Technical yang berkaitan dengan proses produksi dan Divisi Operation
yang berkaitan dengan administrasi perusahaan dan marketing.
Masing-masing divisi memiliki subdivisi dengan tugas yang berbeda-beda. Salah
satunya adalah subdivisi desain program yang termasuk kedalam subdivisi technical. Subdivisi desain program merupakan subdivisi yang bertugas untuk membuat rancangan produk yang hendak di produksi.
Ruang kerja pada subdivisi desain program menggunakan desain ruang kerja terbuka, yaitu ruang kerja yang tidak memiliki pembatas atau sekat antara karyawan satu dengan lainnya, yang terdiri dari deretan meja kerja dan kursi yang disusun sangat dekat. Hal tersebut menyebabkan
(35)
jarak antar karyawan sangat dekat sehingga karyawan dapat dengan mudah melakukan kontak fisik dengan rekan kerja yang berada disampingnya atau dengan kata lain karyawan dapat dengan mudah mendapatkan invasi jarak personal.
D. Dinamika Hubungan antara Invasi Jarak Personal dengan Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Progam PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri
Melihat ruang lingkup pekerjaannya, bekerja pada bidang desain identik dengan ruang kerja yang kondusif. Hal ini dikarenakan karyawan dalam bidang desain membutuhkan konsentrasi dan fokus yang baik selama mereka bekerja. Sama halnya dengan karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Karyawan subdivisi desain program merupakan karyawan yang bertugas untuk menganalisis, menghitung, memperkirakan, menentukan, memutuskan, menggambarkan, dan menyatakan secara objektif dan sistematis suatu ide, cara, rencana, atau sistem yang akan digunakan untuk membuat suatu benda baik produk maupun barang (Nurcahyanie & Tahid, 2007). Oleh karena itu, karyawan subdivisi desain program harus memiliki kecermatan dan ketelitian dalam bekerja supaya produk yang hendak dipasarkan maupun yang menjadi permintaan konsumen sesuai.
Ruang kerja pada karyawan subdivisi desain program memiliki ukuran yang sempit dan tidak bersekat sehingga menampilkan kesan yang
(36)
kurang kondusif. Jarak antar karyawan juga sangat dekat sehingga membuat suasana ruang kerja menjadi sangat gaduh karena suara antar karyawan yang tidak dapat terkontrol saat jam kerja berlangsung. Jarak yang sangat dekat ini juga membuat ruang gerak karyawan menjadi sangat terbatas, selain itu karyawan juga dapat dengan mudah untuk melakukan kontak fisik dengan karyawan lain yang mungkin dapat mengganggu fokus mereka dalam bekerja.
Menurut Hall jarak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis aktivitas yang dilakukan, jenis hubungan dan perasaan yang dialami oleh seseorang (Hall, 1966). Berdasarkan jenis aktivitas, karyawan pada subdivisi desain program memiliki tingkat jarak personal yang dekat dikarenakan kondisi pekerjaan mereka yang mengharuskan mereka berada pada jarak yang dekat. Akan tetapi, belum tentu setiap karyawan nyaman dengan keadaan tersebut, setiap karyawan memiliki cara tersendiri dalam menjalin hubungan dan mereka juga memiliki perasaan yang berbeda-beda terhadap rekan kerjanya. Sehingga, setiap karyawan belum tentu merasa nyaman dengan tingkat jarak personal yang dekat.
Ketidaknyamanan karyawan dalam bekerja dapat memberikan dampak negatif seperti munculnya stres kerja yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap performansi karyawan dalam bekerja. Apabila karyawan tidak memiliki performa kerja yang baik maka proses pencapaian visi dan misi akan sangat terhambat sehingga merugikan perusahaan. Salah satu cara supaya performa kerja karyawan tetap baik
(37)
adalah dengan meminimalisir munculnya stres kerja. Menurut Rice (1999) stres kerja dapat merugikan karyawan maupun perusahaan. Pada karyawan konsekuensi dari stres kerja adalah menurunkan gairah kerja, kecemasan tinggi, serta frustasi (dalam Minto, 2013).
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah dengan seringnya
karyawan mendapatkan invasi jarak personal karyawan akan
mempengaruhi stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.
(38)
E. BAGAN
Hubungan antara Jarak Personal dengan Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Program di PT.Mitra Karsa Sukses Mandiri
Lingkungan kerja Karyawan Subdivisi Desain
Program di PT. MKSM
Jarak Personal Close-phase
(46-76 cm)
Invasi jarak personal tinggi : - karyawan sulit menghindari kontak interpersonal
- karyawan sulit menjaga privasi
Stres kerja tinggi
Jarak Personal Far-phase (76-122 cm)
Invasi jarak personal rendah : - karyawan jarang atau tidak mengalami kontak interpersonal - karyawan dapat menjaga privasi
(39)
F. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang signifikan antara invasi jarak personal dengan stres kerja. Semakin tinggi invasi jarak personal pada karyawan maka tingkat stres kerja pada karyawan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah invasi jarak personal pada karyawan maka tingkat stres kerja pada karyawan semakin rendah.
(40)
19
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Menurut Azwar (2004), penelitian dengan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) dengan metode statistika. Sedangkan, penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variable berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variable lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009).
B. Identitas Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (independent) : Invasi jarak personal
2. Variabel tergantung (dependent) : Stres kerja pada karyawan PT.
Mitra Karsa Sukses Mandiri
C. Definisi Operasional 1. Stres Kerja
Stres kerja pada karyawan subdivisi Desain Program merupakan respon negatif yang muncul akibat interaksi antara karyawan subdivisi Desain Program dengan pekerjaannya, yang ditandai oleh adanya
(41)
perubahan pada diri yang menyimpang dari fungsi normal baik secara fisik, psikis, dan perilaku.
Stres kerja dalam penelitian ini akan diukur dengan Skala Stres Kerja yang terdiri dari spek-aspek kerja yaitu gejala fisik, psikologis, dan gejala-gejala perilaku. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka tingkat stres pada karyawan juga semakin tinggi. Namun, jika semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat stres pada karyawan.
2. Invasi jarak personal
Invasi jarak personal didefinisikan sebagai suatu perilaku atau tindakan dimana seseorang memasuki ruang lingkup pribadi seseorang dan apabila tidak mendapat persetujuan maka akan terjadi penolakan. Jarak personal sendiri di bedakan menjadi dua jenis yaitu jarak personal close-phase dan jarak personal far-phase.
Pada jarak personal close-phase seseorang dapat meraih dan memegang anggota badan orang lain dengan mudah. Sedangkan pada jarak personal far-phase seseorang tidak dapat dengan mudah menyentuh dan memegang orang lain. Akan tetapi, seseorang masih dapat melihat jelas warna rambut dan noda baju pada orang lain.
Invasi jarak personal dalam penelitian ini akan di ukur dengan kuesioner invasi jarak personal. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka tingkat invasi jarak personal pada karyawan juga
(42)
semakin tinggi. Namun, jika semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat invasi jarak personal pada karyawan.
D. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri dengan jenis kelamin laki-laki.
Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Menurut
Sugiyono (2008) total sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.
E. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran kuesioner dan skala. Penyebaran skala merupakan metode yang berbentuk laporan diri sendiri berisi daftar kumpulan pernyataan yang harus dijawab oleh individu sebagai subjek penelitian (Azwar, 2009).
Jenis skala yang pada penelitian ini merupakan skala tertutup yaitu skala yang memuat pernyataan-pernyataan yang subjek tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya secara bebas. Sedangkan model skala yang digunakan merupakan skala Guttman. Item dalam skala Guttman ini menggunakan item dikotomis yaitu dalam metode ini subjek
(43)
diminta menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan memilih salah satu
dari dua jawaban yang disediakan yaitu “YA” atau “TIDAK” (Sugiyono,
2013). Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres kerja. Sedangkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner jarak personal.
1. Skala Stres Kerja
Pada penelitian ini, subjek akan diminta untuk memilih salah satu dari 2 alternatif pilihan jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pemberian skor dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Tabel. 1. Skor item-item favorable pada Skala Stres Kerja
Respon Subjek Skor Subjek
YA 1
TIDAK 0
Tabel. 2. Skor item-item unfavorable pada Skala Stres Kerja
Respon Subjek Skor Subjek
YA 0
(44)
Tabel 3. Sebaran Item Skala Stres Kerja
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %
1. Gejala fisik 6 6 12 33,33%
2. Gejala psikologis 6 6 12 33,33%
3. Gejala Perilaku 6 6 12 33,33%
Total 18 18 36 100%
2. Kuesioner Invasi Jarak personal
Pada penelitian ini, subjek akan diminta untuk memilih salah satu dari 2 alternatif pilihan jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pemberian skor dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Tabel. 4. Skor item-item favorable pada Kuesioner Invasi jarak personal
Respon Subjek Skor Subjek
YA 1
TIDAK 0
Tabel. 5. Skor item-item unfavorable pada Kuesioner Invasi jarak personal
Respon Subjek Skor Subjek
YA 0
(45)
Tabel 6. Sebaran Item Kuesioner Invasi jarak personal
Aspek Skor Tinggi Skor Rendah Jumlah %
1. Close phase 3 0 3 50%
2. Far phase 1 2 3 50%
Total 4 2 6 100%
F. Validitas dan Reliabilitas Alat ukur 1. Validitas
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu pembuktian yang dilakukan melalui analisis logis atau empiris terhadap seberapa memadai isi tes mewakili ranah isi serta seberapa relevan ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor yang dimaksudkan (Supratiknya, 2014). Dengan kata lain, valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013).
Selain itu, penelitian ini juga melalui penilaian dari ahli profesional (professional judgment). Pada penelitian ini penilaian oleh profesional dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi. Penilaian ini dilakukan untuk melihat kesesuaian antara item-item dalam instrumen tes dengan dimensi serta aspek yang hendak diukur.
(46)
2. Seleksi Items
Seleksi item merupakan hal yang penting dalam penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan dari seleksi item adalah memutuskan item-item mana saja yang memenuhi syarat untuk dimasukan kedalam bentuk final tes. Apabila item tidak memenuhi syarat maka item akan digugurkan karena memiliki ciri-ciri statistic yang terlalu jauh dari
yang disyaratkan (Supratiknya, 2014). Seleksi item dilakukan dengan
cara melihat daya diskriminasi item (daya beda) dari setiap item yang
ada.
Subjek dari pengambilan data ini adalah seluruh karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 26 November 2016. Dari 10 skala yang dibagi, kembali kepada peneliti sejumlah 10 skala. Setelah data terkumpul, seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan
standar rix ≥ 0,3. Analisis seleksi aitem menggunakan analisis
cornbach alpha pada program SPSS for windows versi 22.
Menurut Periantalo (2015), prosedur seleksi item memiliki
koefisien korelasi (rix) ≥ 0,3. Dengan demikian, jika item mencapi rix
minimal 0,3, maka item tersebut memiliki daya beda yang tinggi.
Sebaliknya, jika item mencapi rix kurang dari 0,3, maka item tersebut
memiliki daya beda yang rendah sehingga tidak lolos seleksi. Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa dari 116 item yang ada di dalam skala stres kerja, terdapat 80
(47)
item yang gugur dan 36 item yang memenuhi syarat terdiri dari 18
item favorable dan 18 item unfavorable. Sedangkan untuk item pada
kuesioner jarak personal yang berjumlah 6 item sudah memenuhi syarat atau tidak ada item yang gugur.
Tabel 7. Distribusi Penyebaran Item Skala Stres Kerja
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1.Gejala Fisik
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21
12
8, 9, 10, 11, 12,
13, 14 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 2.Gejala
Psikologis
29, 30, 31, 32,
33, 34, 35, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58,
12 36, 37, 38, 39,
40, 41, 42, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 43, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72,
50, 51 73, 74
3.Gejala Perilaku
75, 76, 77, 78, 79, 80, 81,
96, 97, 98, 99, 100, 101, 102,
12
82, 83, 84, 85, 86, 87, 88,
103, 104, 105, 106, 107, 108,
89, 90, 91, 92, 93, 94, 95
109, 110, 111, 112, 113,
114,
115,116
(48)
Tabel 8. Distribusi Penyebaran Item Kuesioner Jarak Personal
Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah
1.Close phase 1, 2, 3 0 3
2. Far Phase 6 4, 5 3
Total 4 2 6
4. Reliabilitas
Menurut Azwar (2009), reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Dengan kata lain pengukuran yang tidak reliabel adalah pengukuran yang tidak konsisten.
Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, yaitu
pendekatan yang bertujuan untuk melihat konsistensi antara item
ataupun konsistensi antara bagian dalam tes (Azwar, 2010). Pada
penelitian ini, reliabilitas konsistensi internal akan dicari
menggunakan alpha cronbach (α). Koefisien reliabilitas bergerak
mulai dari angka 0 sampai dengan 1,00. Jika skor yang diperoleh semakin mendekati angka 1,00, maka skala tersebut dapat dikatakan memiliki koefisien reliabilitas yang baik. Sebaliknya, jika skor mendekati 0, maka maka skala tersebut dapat dikatakan memiliki koefisien reliabilitas yang kurang baik (Azwar, 2009).
(49)
Dari hasil pengujian reliabilitas skala stres kerja diperoleh nilai koefisien reliabilitasnya sebesar 0,988. Kemudian, untuk hasil pengujian kuesioner jarak personal diperoleh nilai koefisien reliabilittas sebesar 0,737. Hal ini menunjukkan bahwa skala stres kerja dan kuesioner jarak personal memiliki reliabilitas yang baik.
G. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah penyebaran data dalam penelitian yang dilakukan terdistribusi dengan normal atau tidak (Kasmadi & Sunariah, 2013). Jika nilai p > 0,05, maka
H0 diterima dan Ha ditolak, artinya data yang diuji memiliki
distribusi yang tidak berbeda dari data normal, atau dengan kata lain, data yang diuji memiliki distribusi normal. Sebaliknya, jika
nilai p < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya data yang
diuji memiliki distribusi yang berbeda dari data normal, atau dengan kata lain, data yang diuji memiliki distribusi yang tidak normal (Santoso, 2010).
(50)
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat bagaimana kekuatan hubungan antara dua variabel, yaitu antara variabel bebas dan variabel tergantung. Selain itu, juga untuk melihat hubungan antara variabel yang akan dianalisis, apakah mengikuti garis lurus atau tidak mengikuti garis lurus. Peningkatan kuantitas pada suatu variabel, akan diikuti secara linear oleh peningkatan kuantitas variabel lainnya. Sedangkan, penurunan kuantitas pada suatu variabel, juga akan diikuti secara linear oleh penurunan kuantitas variabel lainnya.
Jika nilai p > 0,05, maka terdapat hubungan yang tidak linear, sehingga hubungan antara kedua variabel dapat dikatakan lemah. Sebaliknya, jika nilai p < 0,05, maka terdapat hubungan yang linear, sehingga hubungan antara kedua variabel dapat dikatakan kuat. (Santoso, 2010).
2. Uji Korelasi
Uji korelasi merupakan teknik yang digunakan untuk mencari hubungan atau korelasi antara dua variable atau lebih. Penelitian ini dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan diagram pencar (scatter diagram) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel secara langsung. Korelasi antar variabel tersebut dikatakan positif apabila sebaran titik-titik pada diagram mengikuti sebuah garis
(51)
lurus dengan kemiringan yang positif. Namun, apabila sebaran titik-titik semakin menjauh dan memencar maka korelasi antar variabel adalah negatif (Santoso, 2010)
(52)
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
memberikan surat izin penelitian kepada pihak PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri pada tanggal 14 Juli 2016 sebagai perizinan untuk mengambil data.
Kemudian, penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 november 2016 sampai dengan 26 November 2016. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan skala stres kerja dan kuesioner invasi jarak personal kepada seluruh karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri yang berjumlah 10 orang.
Penyebaran skala dan kuesioner dilakukan dengan cara membagikan lembar skala beserta lembar kuesioner ke masing-masing karyawan di subdivisi desain program yang sebelumnya telah menerima penjelasan mengenai instruksi pengerjaan oleh peneliti.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Jumlah subjek dari penelitian ini ada 10 karyawan yang merupakan jumlah total karyawan pada subdivisi desain program. PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri terbagi menjadi dua divisi besar yaitu Subdivisi Technical
(53)
berkaitan dengan administrasi perusahaan dan marketing. Alasan peneliti memilih subdivisi desain program karena ruang kerja karyawan di subdivisi menggunakan desain ruang kerja dengan bentuk terbuka tanpa adanya pembatas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya dan desain ruang terbuka tersebut hanya di terapkan di bagian subdivisi desain program karena keterbatasan tempat sehingga membuat jarak antar karyawan sangat dekat sehingga membuat kecenderungan terjadinya invasi jarak personal terhadap karyawan juga semakin tinggi.
Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di dalam ruangan serta memenuhi karakteristik jarak personal. Identitas yang didapatkan dalam pengambilan data adalah jenis kelamin, masa kerja, serta beberapa gambaran tentang kondisi ruang kerja.
Dalam pengambilan data diperoleh hasil bahwa seluruh subjek adalah berjenis kelamin berjenis kelamin laki-laki. Subjek juga memiliki masa kerja yang bervariasi yaitu mulai dari 2 tahun hingga 4 tahun bekerja.
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Tabel 9. Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empiris Variabel Data Teoritik Data Empiris
One Sample t-test
Stres
Kerja Min Max Mean Min Max Mean SD
Sig. (2-tailed)
(54)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, stres kerja memiliki mean
teoritik sebesar 18 dan mean empiris sebesar 9,50. Hasil menunjukkan
bahwa nilai teoritik lebih besar dibandingkan nilai empiris. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata stres kerja pada karyawan subdivisi desain program lebih rendah.
Hasil ini juga diperkuat dengan hasil uji t yang telah dilakukan untuk
membandingkan hasil dari nilai mean teoritik dan nilai mean empiris.
Berdasarkan hasil uji t pada skala stres kerja, didapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara nilai mean teoritik dan nilai mean empiris karena hasil dari nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) (Sugiyono, 2008).
Kemudian peneliti juga melakukan kategorisasi yang bertujuan untuk menempatkan individu kedalam kategori terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang di ukur. Untuk membuat kategorisasi dibutuhkan mean teoritik dan satuan standar deviasi populasi. Standar deviasi diperoleh dengan cara mencari rentang skor maksimum di kurangi dengan skor minimal, kemudian skor dibagi enam (Azwar, 2012). Pada penelitian ini, skor subjek pada variabel stres kerja dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berikut merupakan norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini :
(55)
Tabel 10. Norma Kategorisasi
Skor Kategorisasi
X ≤ (µ - 1,5σ) Sangat Rendah
(µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ) Rendah
(µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0,5σ) Sedang
(µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1,5σ) Tinggi
X > (µ + 1,5σ) Sangat Tinggi
Keterangan : µ : Mean teoretis
σ : Standar deviasi teoretis
X : Skor total setiap responden Skor maksimal = 1 x 36 = 36 Skor minimal = 0 x 36 = 0
µ = (skor maksimal + skor minimal)
= (36+0)
= 18
σ = (skor maksimal - skor minimal)
= (36-0)
= 6
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa skor mean teoretis
variabel stres kerja pada karyawan subdivisi desain program sebesar 18 dan standar deviasi sebesar 6. Maka dapat dihitung norma kategorisasi
(56)
skor pada variabel stres kerja pada karyawan subdivisi desain program adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Norma Kategorisasi Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri
Skala Rentang skor Kategorisasi Jumlah Persentase
Stres Kerja
X ≤ 9 Sangat Rendah 7 70 %
9 < X ≤ 15 Rendah 0 0 %
15 < X ≤ 21 Sedang 1 10 %
21 < X ≤ 27 Tinggi 1 10 %
X > 27 Sangat Tinggi 1 10 %
Pada tabel norma kategorisasi diketahui bahwa sebanyak 70% karyawan memiliki tingkat stres kerja yang sangat rendah, 10% lainnya masuk ke dalam kategori stres kerja sedang. Kemudian, karyawan dengan kategori stres kerja tinggi adalah sebanyak 10% dan karyawan dengan kategori stres kerja sangat tinggi adalah sebanyak 10 %.
D. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi
a) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebenarnya
(57)
normal sehingga dapat digunakan dalam statistik parametrik atau statistik inferensial (Santoso, 2010). Metode pengambilan keputusan uji normalitas menggunakan p>0,05 maka data berdistribusi normal dan apabila p<0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Supardi, 2013). Pengujian normalitas menggunakan teknik uji Shappiro-wilk dengan program SPSS versi
20 for Windows. Menurut Althouse et al, uji Shappiro-wilk
merupakan tes yang digunakan untuk membatasi sampel yang berjumlah kurang dari 50 serta mampu mendeteksi penyimpangan normalitas baik karena skewness atau kurtosis dan keduanya (Wah & Razali, 2011). Adapun hasil pengolahan uji normalitas adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Uji Normalitas
Variabel Shapiro Wilk Sig.
Personal distance 0,693 0,001
Stres Kerja 0,796 0,013
Hasil perhitungan uji normalitas menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,001 untuk skala jarak personal dan 0,013 untuk skala stres kerja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa distribusi penyebaran skala jarak personal dan stres kerja tidak
(58)
normal (p<0,05). Hasil tersebut ditunjukkan dalam kurva sebagai berikut :
Gambar 1. Histogram Stres Kerja
(59)
b)Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 20 for windows. Hubungan antar variabel dikatakan linear apabila p<0,05 (Sugiyono, 2008). Hasil hubungan antar variabel ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 13. Uji Linearitas
F Sig
Between Groups (Combined)
0,408 0,753
Stres
Kerja*Jarak personal
Linearity 0,227 0,650
Deviation
from Linearity 0,499 0,630
Berdasarkan hasil uji linearitas menunjukkan F sebesar 0,227 dengan nilai signifikansi sebesar 0,650. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang linear antara jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri karena signifikasi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Sedangkan untuk menunjukkan adanya hubungan yang linear adalah apabila nila signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sugiyono, 2008).
(60)
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji asumsi yang dilakukan melalui uji normalitas dan uji linearitas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa distribusi data skala stres kerja dan invasi jarak personal tidak normal dan tidak linear. Oleh karena itu, pengujian hipotesis tidak dilakukan karena hasil perolehan data tidak memenuhi uji asumsi (Gunawan, 2015), sehingga dapat disimpulkan apabila hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara invasi jarak personal dengan stres kerja. Semakin tinggi invasi jarak personal pada karyawan maka tingkat stress kerja pada karyawan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah invasi jarak personal pada karyawan maka tingkat stres kerja pada karyawan semakin rendah.
Berdasarkan uji asumsi diperoleh hasil apabila distribusi data dalam penelitian ini adalah tidak normal dan tidak linear. Hal tersebut berarti tidak ada hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri, sehingga hipotesis dalam penelitian ini ditolak karena hasil yang diperoleh
(61)
adalah semakin tinggi tingkat invasi jarak personal pada karyawan, stres kerja kerja semakin rendah dan sebaliknya. Selain itu, pada skala stres
kerja diperoleh nilai mean teoritik sebesar 18 dan nilai mean empiris
sebesar 9,50. Hasil menunjukkan bahwa nilai teoritik lebih besar dibandingkan nilai empiris. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata stres kerja pada karyawan subdivisi desain program adalah rendah. Berdasarkan kategorisasi stres kerja pada masing-masing karyawan diperoleh hasil bahwa karyawan dengan tingkat stres kerja yang sangat rendah berjumlah 7 orang dan 1 orang lainnya masuk kedalam kategori stres kerja sedang. Selanjutnya, karyawan dengan kategori stres kerja tinggi sebanyak 1 orang dan karyawan dengan kategori stres kerja sangat tinggi sebanyak 1 orang.
Flynn dan Kanaga (1981), menyatakan bahwa ivansi jarak personal mampu menimbulkan stres. Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara jarak personal dan stres kerja. Dalam penelitian ini hubungan antara jarak personal terhadap stres kerja memberikan sumbangan efektif sebesar 2,13 % sehingga masih ada 97,87% variabel lain yang mempengaruhi variabel stres kerja.
Menurut Fincham & Rhodes (1988) stres kerja merupakan hasil dari tidak adanya kecocokan antara seseorang dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya dengan lingkungannya, yang menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif (Munandar, 2014). Akan tetapi,
(62)
berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan subdivisi desain program masing-masing karyawan sudah saling mengenal rekan kerja mereka dan sudah memiliki kecocokan satu sama lain. Sehingga meskipun jarak mereka ketika bekerja sangat dekat dan mengalami tingkat invasi jarak personal yang tinggi, mereka tidak merasa terganggu.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu menggunakan tryout terpakai sehingga generalisasi terbatas. Selain itu, jumlah subjek sangat terbatas sehingga mengakibatkan data tidak seimbang atau
memunculkan rentang yang tidak seimbang yang mengakibatkan mean
(63)
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak personal dan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri tidak memiliki hubungan. Hal tersebut dapat diketahui dari uji linearitas yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang linear antara jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hal tersebut menandakan bahwa hipotesis dari penelitian ini ditolak.
B. SARAN
1. Bagi Karyawan Subdivisi Desain Program PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa stres kerja pada karyawan subdivisi desain program cenderung rendah. Oleh sebab itu, karyawan diharapkan dapat mempertahankan rendahnya stres kerja dengan cara mencegah timbulnya stres dengan cara mengubah faktor-faktor di lingkungan dan individu melalui teknik kerekayasaan organisasi, kerekayasaan kepribadian, teknik penanganan pikiran dan teknik penanganan melalui aktivitas fisik (Munandar, 2014).
(64)
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Pentingnya melakukan verifikasi faktor lain untuk mengetahui
sumbangan efektif dari variabel tersebut.
b. Peneliti lain perlu mencari subjek dengan variansi yang lebih
memadahi.
c. Pentingnya melakukan tryout sebelum dilaksanakannya penelitian
(65)
Daftar Pustaka
Ambreen, M, & Zamir, S. (2011). Relationship Between Ocupational Stress and Organizational Citizenship Behavior of Academic Staff Working at Higher Educational Level. Elixir International Journal.
Azwar, Syaifudin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Azwar, Syaifudin. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar, Syaifudin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Brand, J. L., & Lee. S. Y. (2005). Effects of Control Over Office Workspace on
Perspections of the Work Environment and Work Outcomes. Journal of
Enviromental Psychology, 25, 323-333
Crowe, Sarah. (2011). The Use of Personal Space among College Students. Journal of Social Psychology, 3
Dodiansyah, K. A. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres
Kerja pada Karyawan Solo Pos. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fihir., & Safitri, L. (2013). Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Karyawan Pusat Administrasi. Depok : Universitas Indonesia.
Flynn, M., & Kanaga, K. R. (1981). The Relationship Between Invasion of Personal Space and Stress. Huaman Relation Journal, 34, 4
Gemora, R. B., & Haydee C. Q. (2016). Causes and Effects of Stress Among
Faculty Member in a State University. Asia Pacific Journal of
Multidisiplinary Research. 4 (1).
Grelic., Elfasy., Allinson., & Wilcox. (2006). Personal Space in Virtual Reality.
(66)
Hall, Edward. T. (1966). The Hidden Dimension. United States of America : Doubleday.
Hippel, C. V., & Maher, A. (2005). Individual Differences in Employee Reaction to Open-Plan Offices. Journal Enviromental Psychology, 25, 219-299
Ikasari, H, & Kurniawan, B. S. (2014). Pengaruh Lingkungan Kerja, Budaya
Organisasi, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Koran PT. Tempo Jateng dan D.I Yogyakarta. Universitas Dian Nuswantoro.
Iswahyudi, Didik. (2015). Pengaruh Reduksi Pencahayaan Terhadap Lebar Jarak Personal. Bandung : Universitas Padjajaran.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Memegang. Diunduh pada 25
Oktober, dari www.kbbi.wed.id.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Menyentuh. Diunduh pada 25
Oktober, dari www.kbbi.wed.id.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Invasi. Diunduh pada 2 Mei,
dari www.kbbi.wed.id.
Khusniyah, Nur Andita. (2014). Hubungan antara Stres Kerja dengan Burnout
pada Karyawan CV. Ina Karya Klaten. Surakarta : Universitas Muhammadiyah.
Luthans, F. (2005). Organization Behavior. New York : MC Graw-Hill.
Munandar, A.S. (2014). Psikologi Industri dan Organisasi. Penerbit Universitas
Indonesia.
Myers, D. G., & Twenge, J. M. (2013). Social Psychology (11th Edition). New
York : McGraw-Hill
Nugrahani, Salafi. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja Pada
Pekerja Bagian Operasional PT. GUNZE Indonesia Tahun 2008. Depok : Universitas Indonesia.
Nurcahyanie, Y. D, dan Tahid, S. (2007). Konsep Teknologi dalam
(67)
Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi : Asyik, Mudah, dan Bermanfaat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rahajaan, T. E. F., Swasto, B., & Raharjo, K. (2012). Pengaruh Karakteristik
Pekerjaan Terhadap Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja dan
Organizational Citizenship Behavior. Malang : Universitas Brawijaya Rahmawati, Siti. (2009). Analisis Stres Kerja Karyawan pada PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor. Jurnal Manajemen, 1, 1
Sagi., Yair., Avienzer., & Haim. (2002). Attachment in Infacy and Personal Space
Regulation in Early Adolesence. Journal of Attachment and Human
Development. 68, 83
Santoso, A. (2010). Statistik Untuk Psikologi : Dari Blog Menjadi Buku.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif : Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta : Kencana.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sunariah, N. S, & Kasmadi. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Bandung : Alfabeta
Supardi. (2013). Aplikasi Statistik dalam Penelitian : Konsep Statistik yang Lebih Komperhensif. Jakarta : Change.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta : Penerbit
Universitas Sanata Dharma.
Wah, Y.B., & Razali, N. M. (2011). Power Comparisons of Shapiro-Wilk, Kolmogorov-Smirnov, and Anderson-Darling Tests. Journal of Statistical Modeling and Analytics, 1, 2
Wahyuningtyas, R., & Pratiwi, M. D. (2011). Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik
Terhadap Stres Kerja Karyawan (Studi pada PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Subdivisi CRM). Bandung : Universitas Telkom
(68)
Waluyo, M.M, Dr. Ir. Minto. (2013). Psikologi Industri. Jakarta Barat : Akademia.
Winarsunu, T. (2006). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
(69)
(70)
LAMPIRAN. 1
Blue Print Stres Kerja
ASPEK
INDIKATOR FAVORABLE UNFAVORABLE
Gejala fisik
1. Sakit kepala 1 Saya sering
mengalami sakit kepala ketika menghadapi banyak pekerjaan.
15 Saya jarang
mengalami keluhan pada kepala ketika menghadapi banyak pekerjaan. 2. Sakit punggung 2 Posisi duduk
saya ketika bekerja seringkali membuat sakit punggung.
16 Posisi duduk
saya ketika bekerja sudah merupakan posisi yang nyaman. 3. Tekanan pada
leher dan tenggorokan
3 Saya merasa
leher dan tenggorokan saya tegang ketika bekerja.
17 Saya bekerja
dengan rileks tanpa merasakan ketegangan pada leher dan
tenggorokan. 4. Susah menelan 4 Saya susah
menelan ketika makan
18 Saya makan
dengan lancar tanpa rasa sakit ketika menelan
5. Kram otot 5 Saya sering
mengalami kram otot ketika bangun tidur
19 Saya bangun
tidur dengan segar tanpa mengalami kram otot
6. Gangguan tidur 6 Saya susah tidur
apabila memiliki banyak
pekerjaan yang belum
terselesaikan
20 Saya tetap dapat
tidur dengan nyenyak meskipun sedang banyak pekerjaan yang belum terselesaikan
(71)
7. Kehilangan
gairah seksual
7 saya merasa
kurang tertarik terhadap lawan jenis ketika sedang mengalami masalah dalam pekerjaan
21 Saya tetap
menaruh perhatian terhadap lawan jenis meskipun sedang mengalami masalah pekerjaan 8. Kaki dan tangan
dingin
8 Kaki dan tangan
saya dingin ketika menghadapi deadline pekerjaan yang semakin dekat
22 Kaki dan tangan
saya tetap dalam suhu normal meskipun sedang menghadapi deadline pekerjaan yang semakin dekat
9. Mudah lelah 9 Saya mudah
merasa lelah karena pekerjaan yang terlalu banyak.
23 Saya tetap dalam
stamina yang baik meskipun pekerjaan terlalu banyak.
10. Tekanan darah
tinggi
10 Saya mengalami tekanan darah tinggi apabila sedang ada masalah dalam pekerjaan.
24 Tekanan darah
saya tetap stabil meskipun sedang ada masalah dalam pekerjaan.
11. Denyut nadi
cepat
11 Saya merasa denyut nadi saya menjadi cepat ketika
melakukan kesalahan dalam bekerja
25 Denyut nadi saya
tetap stabill meskipun sedang melakukan kesalahan dalam bekerja
12. Gangguan selera
makan
12 Saya kehilangan nafsu makan ketika banyak pekerjaan
26 Saya tetap
memiliki nafsu makan yang baik meskipun sedang banyak pekerjaan
13. Gangguan
pencernaan
13 Saya sering mengalami gangguan pencernaan (sakit perut, mual, dsb)
27 Saya jarang
mengalami gangguan pencernaan sebelum berangkat
(72)
sebelum berangkat bekerja
bekerja
14. Gangguan
pernafasan
14 Suhu udara di tempat kerja seringkali membuat saya sesak nafas
28 Suhu udara di
tempat kerja membuat pernafasan saya lancar Gejala psikologis
15. Mudah lupa 29 Saya mudah
lupa atas instruksi yang diberikan atasan kepada saya ketika sedang banyak pekerjaan yang belum terselesaikan
52 Saya dapat
mengingat instruksi baru yang diberikan atasan kepada saya meskipun sedang banyak pekerjaan yang belum terselesaikanakan
16. Pikiran kacau 30 Saya sulit
berpikir jernih ketika sedang dalam masalah pekerjaan
53 Saya dapat
berpikir jernih meskipun sedang dalam masalah pekerjaan
17. Sulit untuk
berkonsentrasi
31 Saya sulit berkonsentrasi ketika sedang bekerja
54 Saya memiliki
konsentras yang baik ketika bekerja
18. Sulit mengambil
keputusan
32 Saya
membutuhkan waktu yang lama untuk
memutuskan sesuatu
55 Saya cepat ntuk
mengambil keputusan
19. Percaya kepada
hal-hal yang tidak rasional
33 Saya percaya akan takhayul dan mitos-mitos
56 Saya hanya
percaya pada sesuatu yang ilmiah dan realistis 20. Sering
mengalami mimpi buruk
34 Saya sering mengalami mimpi buruk ketika sedang tidur
57 Saya tidur
nyenyak tanpa terbangun karena mimpi buruk
(73)
21. mudah marah 35 Saya mudah marah kepada rekan kerja apabila sedang banyak pekerjaan
58 Saya dapat
mengontrol emosi ketika sedang banyak pekerjaan
22. perasaan jengkel 36 Saya merasa
jengkel apabila saya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan saya sesuai deadline yang ditentukan
59 Saya tetap sabar
mengerjakan pekerjaan saya meskipun sudah melewati deadline yang ditentukan
23. mudah merasa
terganggu
37 Saya merasa mudah terganggu apabila sedang banyak
pekerjaan
60 Saya dapat
bekerja dalam keadaan ramai meskipun sedang banyak pekerjaan
24. gelisah 38 Saya sering
gelisah karena banyak
pekerjaan yang belum
terselesaikan
61 Saya tetap tenang
ketika banyak pekerjaan yang belum
terselesaikan
25. cemas 39 Saya sering
merasa cemas ketika mendapatt tugas baru yang diberikan atasan kepada saya
62 Saya mampu
menghadapi tugas baru yang diberikan atasan kepada saya
26. Panik 40 Saya panik
ketika mendekati deadline
pekerjaan
63 Saya tetap santai
ketika menghadapi deadline pekerjaan
27. Ketakutan 41 Saya merasa
takut apabila melakukan kesalahan dalam pekerjaan
64 Saya berani
menghadapi kesalahan dan berusaha mencari solusi atas
kesalahan kerja yang saya lakukan
(74)
28. Sedih 42 Saya sedih
apabila banyak pekerjaan yang belum
terselesaikan
65 Saya tetap ceria
meskipun banyak pekerjaan yang belum
terselesaikan
29. Depresi 43 Saya seringkali
merasa depresi apabila sedang mengalami banyak masalah dalam pekerjaan
66 Saya tetap tegar
apabila sedang mengalami banyak masalah dalam pekerjaan
30. Memiliki
kebutuhan tinggi untuk bergantung kepada orang lain
44 Saya
membutuhkan orang lain ketika akan mengambil keputusan
67 Saya dapat
mengambil keputusan sendiri
31. perasaan butuh
pertolongan
45 Saya selalu mengandalkan bantuan rekan kerja ketika mengalami kesulitan dalam pekerjaan
68 Saya dapat
menyelesaikan kesulitan dalam pekerjaan saya secara mandiri
32. putus asa 46 Saya seringkali
merasa ingin menyerah apabila beban pekerjaan semakin berat
69 Saya berusaha
untuk tetap menyelesaikan beban pekerjaan yang semakin berat
33. Pesimis 47 Saya merasa
bahwa saya tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang diberikan atasan
70 Saya mampu
mengerjakan pekerjaan yang diberikan atasan
34. Tidak berharga 48 Saya merasa
orang lain tidak menghargai kerja keras saya
71 Orang lain
menghargai kerja keras saya
35. Kesepian 49 Saya merasa
kesepian meskipun sedang bekerja bersama dengan rekan kerja saya
72 Saya dan rekan
kerja saya saling memberikan semangat ketika bekerja
(75)
36. Menyalahkan
diri sendiri
50 Saya sering menyalahkan diri sendiri apabila tidak dapat menyelesaikan tugas seseuai jadwal yang ditentukan
73 Saya selalu
berpikiran positif terhadap diri ketika tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai jadwal yang ditentukan
37. Frustasi 51 Saya seringkali
merasa frustasi dengan banyaknya tugas yang diberikan atasan kepada saya
74 Saya mampu
menerima banyaknya tugas yang diberikan atasan kepada saya Gejala perilaku
38. Tidak dapat
berhubungan akrab dengan orang lain
75 Saya sulit untuk menjalin
hubungan akrab dengan rekan kerja saya
96 saya memiliki
hubungan yang akrab dengan rekan kerja saya 39. Tidak
mempercayai orang lain
76 Saya sulit untuk percaya kepada rekan kerja saya
97 Saya memiliki
rasa percaya kepada rekan kerja saya
40. Tidak asertif 77 Saya selalu
mengutarakan kesulitan-kesulitan saya selama bekerja denegan rekan kerja atau atasan saya.
98 Saya sulit untuk
mengutarakan kesulitan-kesulitan saya selama bekerja kepada rekan kerja atau atasan saya
41. Tidak berani
mengambil resiko
78 Saya menolak apabila
diberikan tugas yang memiliki resiko oleh atasan
99 Saya bersedia
menjalankan tugas yang beresiko yang diberikan atasan
42. Menarik diri 79 Saya selalu
menghindari rekan kerja yang tidak saya senangi
100 Saya tetap dapat bergaul dengan rekan kerja yang tidak saya senagi
(76)
43. Tidak memiliki
kontrol hidup
80 Saya kurang memiliki perencanaan yang matang dalam hidup
101 Saya memiliki rencana yang matang dalam hidup
44. Membuat tujuan
yang tidak realistis
81 Saya memiliki tujuan hidup yang sangat sulit untuk dicapai
102 saya membuat tujuan hidup sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan saya 45. Self esteem
rendah
82 Saya merasa
tidak yakin dapat
menyelesaikan tugas baru yang dberikan kepada saya
103 Saya yakin dapat menyelesaikan tugas baru yang diberikan kepada saya
46. Sering membuat
kekacauan
83 Saya sering membuat kekecauan ketika sedang dalam masalah pekerjaan
104 Saya tetap bersikap baik meskipun sedang mengalami masalah dalam pekerjaan 47. Sering
bertengkar
84 Saya sering bertengkar dengan rekan kerja saya
105 Saya memiliki relasi yang baik dengan rekna kerja saya
48. Bermasalah
dalam perkawinan
85 Saya memiliki masalah dalam hubungan percintaan saya dengan pasangan
106 Saya memiliki hubungan yang harmonis dengan pasangan
49. Cemburu
berlebihan
86 Saya merasa iri apabila rekan kerja saya memiliki karir yang lebih baik dari pada saya
107 Saya ikut merasa gembira apabila rekan kerja saya memiliki karir yang lebih baik
50. Merasa terasing 87 Saya merasa
rekan kerja menjauhi saya
108 Saya dan rekan kerja memiliki hubungan yang akrab
51. Tidak merespon
tantangan
88 Saya menolak apabila diberikan tantangan untuk
109 Saya menerima tantangan untuk mengerjakan pekerjaan dengan
(1)
VAR00022 13.5000 250.944 .370 .976 VAR00023 13.5000 249.167 .488 .976 VAR00027 13.6000 251.822 .362 .976 VAR00034 13.7000 250.456 .628 .976 VAR00035 13.5000 246.278 .682 .976 VAR00036 13.4000 244.267 .763 .975 VAR00037 13.5000 244.722 .787 .975 VAR00038 13.4000 244.267 .763 .975 VAR00043 13.7000 251.344 .539 .976 VAR00046 13.5000 242.944 .908 .975 VAR00047 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00048 13.6000 250.267 .480 .976 VAR00049 13.6000 250.267 .480 .976 VAR00051 13.6000 251.156 .412 .976 VAR00053 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00054 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00058 13.7000 251.344 .539 .976 VAR00062 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00063 13.3000 247.567 .543 .976 VAR00064 13.7000 250.456 .628 .976 VAR00072 13.7000 251.344 .539 .976 VAR00074 13.6000 250.267 .480 .976 VAR00078 13.4000 251.378 .318 .977 VAR00080 13.7000 250.456 .628 .976 VAR00082 13.5000 248.278 .547 .976 VAR00083 13.7000 250.456 .628 .976 VAR00084 13.7000 250.456 .628 .976 VAR00090 13.5000 242.944 .908 .975 VAR00091 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00092 13.3000 244.900 .707 .976 VAR00093 13.6000 248.489 .615 .976 VAR00095 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00097 13.7000 250.456 .628 .976 VAR00099 13.4000 246.933 .594 .976 VAR00100 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00101 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00102 13.7000 251.344 .539 .976 VAR00103 13.7000 251.344 .539 .976 VAR00107 13.7000 251.344 .539 .976 VAR00108 13.7000 251.344 .539 .976
(2)
VAR00109 13.6000 250.267 .480 .976 VAR00110 13.4000 245.378 .692 .976 VAR00111 13.5000 242.944 .908 .975 VAR00112 13.6000 244.933 .889 .975 VAR00113 13.5000 242.944 .908 .975 VAR00114 13.6000 249.378 .547 .976 VAR00116 13.7000 251.344 .539 .976
c. Ketiga
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
.988 1.000 36
Summary Item Statistics Mean Minimum Maximum Range Maximum /
Minimum
Variance N of Items
5.172 .636 10.545 9.909 16.571 10.607 36
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 185.5455 342581.473 .856 .988 VAR00002 185.5455 342192.673 .931 .988 VAR00003 185.0909 340436.691 .986 .988 VAR00004 185.0000 340084.800 .989 .988 VAR00005 184.9091 339347.491 .994 .988 VAR00006 184.5455 338714.673 .994 .988 VAR00007 184.3636 337241.255 .998 .988 VAR00008 184.2727 336891.218 .998 .988 VAR00009 184.0909 336189.891 .999 .988 VAR00010 183.9091 335878.491 .998 .988 VAR00011 183.8182 335529.564 .998 .988 VAR00012 183.5455 334099.673 .999 .988
(3)
VAR00013 182.7273 331348.818 .999 .987 VAR00014 182.5455 331034.873 .999 .987 VAR00015 182.5455 330655.273 1.000 .987 VAR00016 182.3636 330341.455 1.000 .987 VAR00017 181.7273 327540.018 1.000 .987 VAR00018 181.7273 327162.218 1.000 .987 VAR00019 181.1818 325096.364 1.000 .987 VAR00020 181.0909 324752.691 1.000 .987 VAR00021 180.8182 323349.964 1.000 .987 VAR00022 180.3636 322009.855 1.000 .987 VAR00023 180.0000 321771.600 1.000 .987 VAR00024 180.2727 321295.218 1.000 .987 VAR00025 178.8182 315850.564 1.000 .987 VAR00026 178.5455 314834.873 1.000 .987 VAR00027 177.7273 312533.618 1.000 .987 VAR00028 177.7273 312164.618 1.000 .987 VAR00029 177.3636 311929.455 1.000 .987 VAR00030 177.3636 310818.655 1.000 .987 VAR00031 176.9091 309140.291 1.000 .987 VAR00032 176.8182 308805.164 1.000 .987 VAR00033 175.8182 305863.564 1.000 .987 VAR00034 175.8182 305495.564 1.000 .987 VAR00035 175.8182 305130.764 1.000 .987 VAR00036 175.6364 304829.455 1.000 .987
Reliabilitas Jarak Personal
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
(4)
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range
Maximum /
Minimum Variance N of Items
,850 ,700 ,900 ,200 1,286 ,007 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 4,4000 1,156 ,685 . ,625 VAR00002 4,2000 1,733 ,320 . ,737 VAR00003 4,2000 1,511 ,629 . ,662 VAR00004 4,2000 1,733 ,320 . ,737 VAR00005 4,3000 1,567 ,337 . ,745 VAR00006 4,2000 1,511 ,629 . ,662
LAMPIRAN. 5
DISKRIPTIF
A.
Data Deskriptif Stres Kerja
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VAR00001 10 .00 32.00 9.5000 11.89071 Valid N (listwise) 10
B.
One sample t test
One-Sample Test Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
(5)
LAMPIRAN. 6
UJI ASUMSI
1.
Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jarakpersonal .333 10 .002 .693 10 .001 streskerja .283 10 .022 .796 10 .013
a. Lilliefors Significance Correction
2.
Uji Linearitas
a.
ANOVA TableSum of Squares
df Mean Square F Sig.
streskerja * jarakpersonal
Between Groups
(Combined) 215.667 3 71.889 .408 .753
Linearity 40.013 1 40.013 .227 .650
Deviation from Linearity
175.653 2 87.827 .499 .630
Within Groups 1056.833 6 176.139
(6)