Kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika di tujuh SMA Kabupaten Sleman

(1)

KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA

DALAM BIDANG FISIKA DI TUJUH SMA KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Carlina NIM: 121424021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA

DALAM BIDANG FISIKA DI TUJUH SMA KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Carlina NIM: 121424021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

jangan berpikir mengenai yang nanti. Kerjakan saja satu detik stiap kali dan engkau akan menikmati seiap detik itu sepanjang hidupmu”

(Anthony de Mello SJ)

Karya ini ku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing serta menguatkanku dalam segala perkara.

2. Kedua orang tuaku tercinta yang sealau memberikan kebebasan bagiku dalam memilih, tetapi tetap selalu membimbingku hingga sekarang.

3. Ketiga adikku terkasih yang selalu mendukung dan memberikan masukan dengan cara mereka masing-masing

4. Semua teman-temanku yang selalu ada dan selalu menyemangatiku juga selalu memberikan masukkan kepadaku


(6)

(7)

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Carlina

Nomor Mahasiswa : 121424021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA DALAM BIDANG FISIKA DI

TUJUH SMA KABUPATENSLEMAN

beserta perangkat yang diperlukan.

Saya mengizinkan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, dan memublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis.

Demikian pernyataan saya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 03 Agustus 2017 Yang menyatakan


(9)

ABSTRAK

Carlina. 2017. Kemampuan Siswa SMA Kelas XI IPA Dalam Bidang F isika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskritif kuantitatif dengan menggunakan riset survey yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh SMA yang ada di Kabupaten Sleman pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan sampel sebanyak 275 siswa kelas XI jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dengan tes pilihan ganda dan data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskritif.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum kemampuan siswa SMA di Kabupaten Sleman sangat rendah. Hal ini terlihat dari persentase skor kemampuan siswa hanya 30,97 % dengan kategori sangat rendah. Persentase skor pada tingkat mengingat 37,22%, tingkat memahami 27,43%, tingkat menerapkan 31,00%, dan tingkat menganalisis 24,75%. Dengan kategori masing-masing tingkat berada pada kategori sangat rendah. Siswa mempunyai persentase skor pada bidang Fisika yaitu bidang Mekanika 30%, bidang Optika 27%, dan bidang Termofisika 27% dengan kategori tiap bidang tersebut yaitu kategori sangat rendah.


(10)

ABSTRACT

Carlina.2017.The ability of high school students of Class XI SCIENCE in Physics in Seven SMA Sleman Regency. Thesis, physics education study Program, Department of Mathematics and natural sciences, Faculty of teacher training and education science, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research is a type of quantitative deskritif research using survey research aims to know the ability of high school students of Class XI science in Physics in Sleman Regency. This research was carried out on the seven existing high school in Sleman Regency on the even semester academic year 2015/2016 with the sample as much as 275 students of class XI science majors. The instruments used in the collection of data with multiple choice tests and the data obtained were analyzed statistically deskritif.

The results obtained indicate that in general the ability of high school students in Sleman Regency is very low. This can be seen from the percentage score ability students only 30,97 % with very low categories. Percentage score at the rate given 37,22%, the level of understanding 27,43%, levels apply 31.00%, and level of analyzing 24,75%. With each category level is at a very low category. Students have a percentage score on Physics mechanics i.e. 30%, 27%, optics and field Termofisika 27% with each category fields category is very low.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Kemampuan Siswa SMA Kelas XI IPA Dalam Bidang Fisika Di Kabupaten Sleman”, disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing dan memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ign. Edi Santosa, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

3. Bapak Severius Domi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi.

4. Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma yang dengan penuh kedisplinan mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Program Studi Pendidikan Fisika.

5. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Syamsudin Syamsuit dan Ibu Theresia serta adik-adikku tersayang Yuni Ulandari, Oktavia dan Jenita yang menjadi penyemangat hidupkku. Yang senantiasa mencurahkan cinta kasih, dukungan, perhatian, dan doa dalam setiap proses pendidikan. 6. Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan yang telah membantu penulis dalam

penelitian ini serta siswa-siswi SMA kelas XI IPA yang berpartisipasi sebagai responden saat pengambilan data.


(12)

7. Rekan seperjuangan ku (Caecilia Anis Pratiwi, Amanda Kartika, Fransiska Yupita dan Rahayu Larasati) yang mau bekerja sama selama penelitian ini. 8. Markus Kristian Widi Utomo yang telah memberikan dukungan,

motivasi,dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2012 atas kebersamaan, dukungan dan bantuan yang diberikan selama belajar di Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 27 Juli 2017


(13)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v

HALAMAN PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...3

C. Batasan Masalah ...3

D. Tujuan Penelitian ...4

E. Manfaat penelitian ...4

BAB II LANDASAN TEORI ...5

A. Kemampuan Berdasarkan Hakikat Fisika...5

B. Tujuan Pembelajaran ...6

C. Materi Fisika ...9

D. Evaluasi Pembelajaran ...10

E. Kabupaten Sleman...13

F. Hasil Penelitian Terkait ...16

G. Perbandingan dan Kelemahan ...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...21

A. Jenis Penelitian...21


(14)

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ...24

D. Instrumen Penelitian ...25

E. Metode Analisis Data ...26

F. Uji Validitas dan Relibilitas Instrumen...29

1. Validitas Instrumen ...29

2. Uji Relibitas Instrumen ...32

BAB IV DATA DAN ANALISIS ...33

A. Diskripsi Penelitian ...33

B. Data, Analisis Data, Dan Pembahasan ...35

1. Diskripsi data Secara Umum ...35

2. Kemampuan Siswa Berdasarkan Tingkatan aspek kognitif ...37

3. Kemampuan Siswa Perbidang Dalam Fisika ...44

4. Kemampuan Siswa Persekolah ...48

C. Kelemahan Penelitian ...52

BAB V PENUTUP ...53

5.1 Kesimpulan ...53

5.2 Saran ...54

DAFTAR PUSTAKA ...55


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Sekolah Pada setiap kecamatan di kabupaten sleman ...14

Tabel 2 Daftar Sekolah Yang Ada Disetiap Kecamatan ...15

Tabel 3 Daftar Sekolah Yang dijadikan Sebagai Penelitian ...16

Tabel 4 Daftar Sekolah Berdasarkan Kecamatan ...22

Tabel 5 Jumlah Sampel Sekolah ...23

Tabel 6. Jumlah Sampel Setiap Sekolah ...24

Tabel 7 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ...25

Tabel 8 Kisi – Kisi soal berdasarkan bidang fisika ...26

Tabel 9 Penskoran berdasarkan butir soal ...26

Tabel 10 Pengkategorian Skor ...28

Tabel 11 Keterangan Kategori Kemampuan Siswa ...29

Tabel 12 Hasil Uji Validitas ...31

Tabel 13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ...32

Tabel 14 Jadwal Pelaksanan Penelitian di setiap sekolah ...34

Tabel 15 Diskripsi Data Secara Keseluruhan...36

Tabel 16 Distribusi Frekuensi dan Mean Setiap Kategori ...37

Tabel 17 Rata – rata skor ...38

Tabel 18 Distribusi Mean Tiap Bidang Fisika ...45

Tabel 19 Distribusi Skor setiap Sekolah ...48

Tabel 20 Distribusi Skor yang diperoleh ...50


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Hubungan antara jumlah siswa terhadap skor ...36 Gambar 2 Grafik Hubungan antara persentase skor terhadap bidang fisika ...47


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Instrumen ...57

Lampiran Surat izin Penelitian dari JPMIPA ...64

Lampiran Surat Bappeda ...68

Lampiran Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian ...70

Lampiran Validitas data ...76

Lampiran Relibilitas ...79

Lampiran Distribusi Jawaban Siswa ...81

Lampiran Distribusi Skor siswa ...91

Lampiran Distribusi Skor pada Pilihan jawaban siswa ...101

Lampiran Analisis Skor pada masing – masing level aspek kognitif ...102

Lampiran Skor pada setiap butir soal ...107

Lampiran lembar jawaban siswa ...108

Lampiran Distribusi skor pada setiap bidang dalam fisika ...122


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar mempunyai tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Di dalam mata pelajaran Fisika, tujuan yang ingin dicapai salah satunya untuk menguasai konsep dan prinsip Fisika serta memupuk sikap ilmiah. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala – gejala fisik dari alam.

Belajar Fisika merupakan hal yang menyenangkan karena mempelajari fenomena yang ada disekitar kita. Pada kenyataannya, siswa mempunyai anggapan bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Ada banyak alasan yang diungkapkan oleh siswa bahwa Fisika itu merupakan mata pelajaran yang isinya rumus – rumus yang sulit dipahami. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran fisika ini membuat motivasi dan minta belajar siswa menurun.

Siswa didalam mempelajari pelajaran Fisika dipengaruhi oleh motivasi dan minat siswa itu sendiri dalam belajar Fisika. Disamping itu, masih banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa yaitu guru pengampu, sarana dan prasarana, dan faktor yang lain. Guru mimiliki peran untuk menanamkan minat dan motivasi pada siswa untuk belajar. Sumber untuk belajar Fisika semuanya bukan pada guru saja. Guru hanya mendapingi supaya siswa aktif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa selama ini hanya mengandalkan gurunya sebagai


(19)

sumber untuk belajar. Maka siswa hanya menunggu materi yang diberikan oleh guru.

Kemampuan yang dimiliki oleh siswa pada masing – masing sekolah berbeda – beda. Hal ini dapat ditujukkan dengan survei tentang kualitas pendidikan yang dimiliki oleh setiap sekolah. Hal ini merupakan kebanggaan pada masing – masing sekolah. Sekolah yang masih belum mencapai kualitas yang baik juga saling bersaing untuk membenahi pendidikan pada sekolahnya. Langkah pertama yang dilakukan untuk membenahi masalah pendidikan tersebut dengan mengetahui tingkat kemampuan para siswanya. Tingkat kemampuan ini dilihat pada masing – masing bidang, misalnya pada bidang Fisika, Matematika dan lain sebagainya.

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di Kabupaten Sleman sendiri terdapat banyak kecamatan. Setiap kecamatan ada yang memiliki sekolah menengah atas dan ada yang tidak. Kualitas pendidikan di kabupaten sleman cukup baik hal ini dikarenakan tenaga pengajar dan prasarana sekolah mendukung untuk proses belajar. Tenaga pengajar yang dimaksud adalah tenaga pengajar yang profesional pada bidangnya. Di Kabupaten Sleman terdapat banyak sekolah menengah atas baik negri maupun swasta. Dalam penelitian ini, peneliti berminat untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang Fisika. Kemampuan siswa yang ingin diukur yaitu SMA di Kabupaten Sleman.


(20)

Penelitian ini dilakukan bersama dengan peneliti lain yang mengambil sampel yang sama dengan peneliti atau dilakukan dengan tim. Anggota tim yaitu 5 orang dengan topik penelitian yang berbeda – beda sehingga instrumen yang digunakan digabungkan menjadi satu buku kecil atau booklet. Penelitian ini tujuannya untuk mempermudah dalam pengambilan data setiap siswa yang tersebar diseluruh SMA di Kabupaten Sleman.

Oleh karena itu, peneliti ingin mungukur tingkat Kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang akan dikaji adalah :

Bagaimana Kemampuan Siswa SMA kelas XI-IPA dalam bidang fisika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar arah yang hendak dicapai lebih jelas. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa dalam aspek kognitif.


(21)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa SMA kelas XI-IPA dalam bidang fisika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan keefektifan pembelajaran fisika.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Berdasarkan Hakikat Fisika

Kemampuan merupakan kecakapan, kepandaian, atau kepiawaian yang dimiliki seseorang. Dalam dunia pendidikan, kemampuan atau kecakapan sering kali dilihat pada prestasi yang dimiliki oleh seorang siswa. Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di sekolah menengah pertama merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa.

Berdasarkan hakekatnya sains mempunyai tiga aspek yaitu aspek produk, aspek proses, dan aspek sikap. Aspek produk dalam sains memberikan gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan, jadi sains sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Melalui prinsip, hukum, dan teori yang dirumuskan mampu menjelaskan fenomena yang terjadi, memprediksi peristiwa yang akan terjadi dan dapat diuji dengan eksperimen yang berkaitan (Carin & Sund. 1998:4).


(23)

Aspek proses pada sains tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan pemikiran.

Berdasarkan proses yang dicapai untuk mendapatkan produk dalam sains maka membentuk keilmuan. Sikap keilmuan ini merupakan salah satu aspek dalam sains yaitu aspek sikap. Aspek sikap ini merupakan hasil dari proses yang dilalui oleh seorang ilmuan. Aspek sikap adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan ketika mengembangkan pengetahuan baru. Nilai-nilai ini diantaranya adalah bertanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, dan terbuka terhadap pendapat orang lain (Sarkim :2013).

B. Tujuan Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2008:125), tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari bahasan tertentu. Menurut Bloom (dalam Sanjaya, 2008:125-130), tujuan pembelajaran yang harus dirumuskan terbagi dalam tiga domain, yaitu domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran dalam bidang kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi/penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.


(24)

Pengetahuan merupakan tingkatan paling rendah dalah tujuan kognitif. Pada tingkatan ini, siswa mampu mengingat informasi yang sudah dipelajarinya. Kemampuan ini kebanyakan dicapai dengan menghafalkan teks atau rumus yang telah diberikan. Misalnya, siswa mampu menyebutkan bunyi hukum Newton 1, mampu menyebutkan rumus kecepatan, dan sebagainya. Tingkatan ini sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih tinggi.

Pemahaman merupakan tingkatan yang bukan hanya mengingat fakta. Kemampuan yang dicapai pada tingkatan ini yaitu kemampuan menjelaskan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Misalnya, siswa mampu menjelaskan transfer panas secara konveksi. Pemahaman untuk menafsirkan sesuatu, contohnya yaitu menjelaskan grafik kecepatan terhadap perpidahan posisi.

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bahan tersebut (Sanjaya, 2008:127). Tujuan kognitif ini merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks dan hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah menguasai kemampuan memahami atau menerapkan. tingkatan ini digunakan untuk pencapaian tujuan pembelajaran tingkat atas. Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Analisis mampu menguraikan menjadi bagian-bagian,


(25)

sedangkan sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan atau menciptakan inovasi atau kreasi baru (Sanjaya, 2008:127).

Evaluasi merupakan tujuan kognitif yang paling tinggi. Tujuan ini merupakan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu. Penilaian ini diambil berdasarkan maksud dan criteria tertentu. Tujuan ini juga merupakan kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Misalnya, memberikan keputusan bahwa sesuatu diamati itu baik, buruk, mengagumkan, merugikan, dan lain sebagainya. Kemampuan ini diperoleh ketika kemampuan sebelumnya dipenuhi.

Tingkatan-tingkatan tujuan pembelajaran pada domain kognitif ini saling berkaitan satu sama lain. Artinya tingkatan paling rendah merupakan prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Tingkatan pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan merupakan tujuan kognitif tingkat rendah. Artinya, pada tingkatan ini siswa hanya mampu mengingat, mengungkapkan apa yang diingatnya dan menerapkannya sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang sifatnya pasti. Tingktan analiis, sintesis, dan evaluasi merupakan tujuan kognitif tingkatan tinggi. Dikatakan tujuan kognitif tingkat tinggi karena kemampuan pada tingkatan ini siswa bukan hanya mampu mengingat atau menerapkan. Tetapi siswa mempunyai kemampuan berkreasi dan kemampuan mencipta (Sanjaya, 2008:128).


(26)

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan taksonomi Bloom mengalami revisi dengan memasukkan unsure metakognitif sebagai tingkatan tertinggi dari domin kognitif. Tingkatan ini dinamakan sebagai mencipta (create) yang menggantikan posisi evaluasi dengan menghilangkan sistesis. Semua tingkatan dalam domain kognitif yang asalnya kta benda diubah menjadi kata kerja. Misalnya, pengetahuan (knowledge) diubah menjadi mengingat (remembering). Maka tingkatan dalam domain kognitif berdasarkan hasil revisi tersebut adalah tingkatan paling rendah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan tingkatan paling tinggi menciptakan (Krathwohl, D.R. 2002).

C. Materi Fisika

Fisika merupakan salah satu cabang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang mendasari perkembangan teknologi yang maju dan konsep hidup harmonis dengan alam IPA sangat berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Didalam kurikulum materi Fisika yang diberikan untuk dipelajari siswa dibagi pada tiap tingkatan kelas, pembagian ini berdasarkan tingkat kesulitan dari materi Fisika yang diajarkan. Pada kelas X mendapatkan materi-materi dasar dalam Fisika sedangkan pada kelas XI merupakan materi lanjutan dari materi-materi yang diajarkan pada kelas X.


(27)

Materi-materi tersebut diajarkan pada kelas X dan XI berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu:

1. Kelas X :

a. Besaran dan Pengukuran b. Vektor

c. Hukum Newton d. Suhu dan Kalor e. Optik Geometri f. Alat Optik 2. Kelas XI :

a. Kinematika

b. Hukum Newton tentang Gerak c. Usaha dan Energi

d. Elastisitas

e. Momentum dan Impuls

Materi fisika diatas digolongkan kedalam empat bidang yaitu bidang Mekanika, bidang Termofisika, dan bidang Optika.

D. Evaluasi Pembelajaran

Istilah evaluasi (evaluation) menunjuk pada suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu (Uno & Koni, 2012:3). Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau


(28)

proses belajar itu, sampai berapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Sebenarnya yang dinilai adalah proses belajar-mengajar, tetapi penilaian atau evaluasi itu diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar- mengajar dan melalui peninjauan terhadap perangkat komponen yang sama-sama membentuk proses belajar-mengajar. (Winkle. 2004:531).

Dalam arti luas, menurut M.Ngalim Purwanto evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.

Disisi lain, evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran/pendidikan. Hal ini berarti, evaluasi merupakan kegiatan yang tak terelakkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran/pendidikan. (Dinyati, Mudjiono. 1999:190).

Gronlund & Lim (Kusari & Suprananto, 2012:10-11), evaluasi pembelajaran digolongkan dalam 4 kelompok yaitu:

1. Evaluasi penempatan (placement evaluation) yaitu untuk menentukan kemampuan siswa diawal pembelajaran.


(29)

2. Evaluasi formatif (formatif evaluation) yaitu untuk mendiagnosis berbagai kesulitan siswa selama pembelajaran.

3. Evaluasi diagnostik (diagnostic evaluation) yaitu mendiagnosis berbagai kesulitan siswa selama pembelajaran.

4. Evaluasi sumatif (summative evaluation) yaitu untuk mengevaluasi prestasi siswa di akhir pembelajaran yang didesain untuk menentukan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai.

Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Istilah “pembelajaran” (instruction) berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan hanya ada didalam konteks guru dengan peserta didik di kelas/sekolah, sedangkan kata “pembelajaran” tidak hanya ada dalam konteks guru dengan peserta didik dikelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik diluar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru secara fisik. (Arifin, Zainal. 2012:10).

Dengan demikian pengertian dari evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan kualitas pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru dalam melaksanankan pembelajaran.


(30)

E. Kabupaten Sleman

Kabupaten Sleman adalah sebuah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini adalah Sleman. Kabupaten Sleman didirikan pada tanggal 15 Mei tahun 1916. Luas wilayah kabupaten Sleman 7574,82 km2 atau 18 % dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110033’00” dan 110013’ 00” Bujur Timur, 70 34’ 51’’ dan 70 47’ 30’’ Lintang Selatan.

Di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Magelang, dan di sebelah selatan berbatasan dengan kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Secara administratif, terbagi atas 17 kecamatan, 86 desa, dan 1212 padukuhan.

Bardasarkan data pada tahun 2015 dari di Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, jumlah sekolah yang tersebar diberbagai tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK diseluruh Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut :


(31)

Tabel 1.Jumlah sekolah yang tersebar pada setiap kecamatan di Kabupaten Sleman

No Kecamatan

Jumlah

Total SD SMP/MTs SMA/MA SMK

1 Brebah 18 4 1 3 26

2 Cangkringan 16 4 2 2 24

3 Depok 43 10 6 7 66

4 Gamping 27 8 4 3 42

5 Godean 23 7 1 2 33

6 Kalasan 27 7 3 4 41

7 Minggir 14 4 3 1 22

8 Mlati 36 8 4 1 49

9 Moyudan 13 5 1 3 22

10 Ngaglik 36 7 3 - 46

11 Ngemplak 21 4 2 - 27

12 Pakem 21 7 4 5 37

13 Prambanan 25 6 4 2 37

14 Sayegan 20 3 2 4 29

15 Sleman 32 8 6 4 50

16 Tempel 22 5 1 5 33

17 Turi 16 6 1 2 25

Jumlah 410 103 48 48 609

Kabupaten Sleman ini mempunyai 48 Sekolah Menengah Atas (SMA) baik negeri maupun swasta yang tersebar pada 17 kecamatan. Pada penelitian ini peneliti hanya memilih sekolah yang mewakili setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman. Sehingga sekolah yang dipilih untuk mewakili setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman yang dapat dilihat pada Tabel 2.


(32)

Tabel 2. Daftar sekolah yang ada disetiap kecamatan

No. Kecamatan Sekolah

1 Brebah SMA Institut Indonesia

2 Cangkringan SMA N 1 Cangkringan

3 Depok SMA N 1 Depok

4 Gamping SMA N 1 Gamping

5 Godean SMA N 1 Godean

6 Kalasan SMA N Kalasan

7 Minggir SMA N 1 Minggir

8 Mlati SMA ST. Mikael

9 Moyudan SMA Islam 2 Moyudan

10 Ngaglik SMA N 1 Ngaglik

11 Ngemplak SMA N 1 Ngemplak

12 Pakem SMA N 1 Pakem

13 Prambanan SMA N 1 Prambanan

14 Sayegan SMA N 1 Seyegan

15 Sleman SMA N 1 Sleman

16 Tempel SMA N 1 Tempel

17 Turi SMA N 1 Turi

Pada proses penelitian ini peneliti hanya melakukan penelitian di 7 sekolah yang ada di Kabupaten Sleman. Berikut daftar sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian.


(33)

Tabel 3. Daftar sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Sampel

1. SMA N 1 Ngaglik 86

2. SMA N 1 Prambanan 24

3. SMA N 1 Tempel 38

4. SMA N 1 Minggir 29

5. SMA N 1 Cangkringan 54

6. SMA N 1 Turi 21

7. SMA Santo Mikael 23

Total 275

Pada masing-masing sekolah yang dilakukan sebagai tempat penelitian berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Oleh karena itu sekolah-sekolah ini mengikuti peraturan kurikulum yang berlaku. Sampai saat ini kurikulum yang digunakan oleh masing-masing sekolah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

F. Hasil Penelitian Terkait

Penelitian Felegi Daeli (2016) dengan penelitian berjudul “Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Kabupaten Nias Barat Dalam Bidang Fisika menunjukkan hasil penelitian ini adalah bahwa siswa mempunyai kemampuan yang sangat rendah dalam bidang Fisika dengan persentase skor rata-rata yaitu 26,40%, alasannya itu terlihat dari skor dari soal-soal yang diberikan. Dimana soal-soal yang diberikan itu menyangkut bidang Fisika.


(34)

Soal bidang Fisika yang diberikan yaitu Mekanika, Optika, Termofisika, dan Kelistrikan. Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam setiap bidang Fisika yaitu bidang Mekanika 27,4%, bidang Optika 23,5%, bidang Termofisika 27,4%, dan bidang Kelistrikan 25,8%. Selain itu juga siswa di Kabupaten Nias Barat mempunyai konsep Fisika yang sangat rendah tentang Fisika. Hal ini ditunjukkan oleh skor pada soal-soal konseptual lebih kecil dibandingkan soal-soal perhitungan. Selain dengan melihat skor pada masing-masing soal dalam bidang Fisika, juga dapat dilihat bahwa skor pada setiap level kognitif yang diperoleh siswa sangat rendah. Aspek kognitif dalam hal ini yaitu level mengingat, level memahami, level menerapkan, dan level menganalisis. Persentase skor yang diperoleh siswa pada masing-masing skor yaitu level mengingat 29,40%, level memahami 24,90%, level menerapkan 25,30%, dan level menganalisis 26,85%.

Penelitian yang dilakukan oleh Afidatul Muniroh (2015) dengan judul Profil “Pemahaman Berdasarkan Taksonomi Bloom Siswa kelas XI IPA MA Pembangunan Pacitan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Suku Banyak Ditinjau Dari Kemampuan Akademik” menunjukkan hasil pemahaman siswa kelompok kemampuan akademik tinggi kelas XI IPA dalam menyelesaikan soal Matematika materi Suku Banyak berdasarkan Taksonomi secara umum dapat dikatakan bahwa pemahaman kemampuan akademik tinggi kelas XI IPA dapat dikatakan cukup baik dalam menyelesaikan soal tentang materi suku banyak berdasarkan taksomomi


(35)

Bloom. Dimana materi yang diberikan ini berdasarkan aspek-aspek taksomi bloom.

Penelitian yang dilakukan oleh Simfrosa Talaga (2003) dengan judul Kemampuan Siswa Mengerjakan Soal Kompleks Secara Sistematis (Studi Kasus Pada SMA N 1 Depok kelas XI IPA) menunjukkan tingkat kemampuan siswa mengerjakan soal-soal kompleks secara sistematis. Subjek penelitian siswa-siswi kelas XI IPA 1. Dimana instrument yang digunakan berupa tes uraian yang terdiri dari dua soal kompleks. Tes dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu tahap pertama tes dikerjakan secara bebas dan tahap kedua tes dkerjakan menggunakan lima lankah yaitu (1) mendeskripsikan peristiwa, (2) menulis yang diketahui, (3) menulis yang ditanyakan, (4) merancang penyelesaian soal, dan (5) merealisasikan rancangan penyelesaian soal.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan dengan judul “Kemampuan Siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman” ini dapat diartikan sebagai suatu kondisi untuk mengetahui kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika. Tingkat kemampuan siswa dalam bidang fisika dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika yang berkaitan dengan bidang Fisika. Dalam hal ini bidang fisikanya yaitu bidang Mekanika, bidang Optika, dan bidang Termofisika. Selain melihat skor pada pada soal-soal yang terkait dalam bidang Fisika, juga harus melihat skor-skor yang diperoleh dari soal-soal yang berkaitan dengan level/ tingkatan aspek kognitif.


(36)

Level/tingkatan aspek kognitif dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu level menganalisis, level memahami, level menerapkan , dan level menganalisis. Kemampuan siswa dalam bidang Fisika merupakan kemampuan untuk lebih mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan pada pembelajaran Fisika.

G. Perbandingan Dan Kelemahan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Felegi Daeli (2016) dengan judul kemampuan siswa kelas xi IPA SMA sekabupaten nias barat dalam bidang fisika, ini terlihat bahwa kemampuan siswa di kabupaten nias barat sangat rendah ini dilihat dari presentase skor yang didapat pada setiap level atau tingkatan aspek kognitif yang berada pada kategori sangat rendah. Pada penelitian yang sama yang dilakukan dikabupaten sleman dengan judul kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika di kabupaten sleman, ini terlihat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih sedikit dari pada yang dilakukan di nias barat dimana pada penelitian di sleman sampelnya hanya dilakukan di 7 sekolah. Dimana pada awalnya ingin melakukan penelitian di seluruh sleman. Di sleman pemilihan sampelnya berdasarkan lokasi dimana setiap sekolah mewakili setiap kecamatan yang ada dikabupaten sleman. Sedangkan pada penelitian ini lebih ingin mengetahui kemampuan siswa dalam bidang fisika dimana bidang fisika di bagi dalam 4 kategori yaitu mekanika, listrik, optika, dan termofisika. Pada penelitian di sleman terdapat hanya 3 kategori yaitu mekanika, optika dan termofisika.


(37)

Penelitian yang dilakukan oleh Afidatul Muniroh (2015) dengan judul Profil “Pemahaman Berdasarkan Taksonomi Bloom Siswa kelas XI IPA MA Pembangunan Pacitan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Suku Banyak Ditinjau Dari Kemampuan Akademik” menunjukkan hasil pemahaman siswa kelompok kemampuan akademik tinggi kelas XI IPA dalam menyelesaikan soal Matematika materi Suku Banyak berdasarkan Taksonomi. Penelitian ini lebih menekankan ada pengerjaan soal secara sistematis. Sedangkan pada penelitian ini lebih ingin mengetahui kemampuan siswa dalam bidang fisika dimana bidang fisika di bagi dalam 3 kategori yaitu mekanika, optika, dan termofisika. Sedangkan pada penelitian ini hanya ingin mengetahui kemampuan siswa nya dalam mengerjakan soal fisika secara sistematis dan hanya melihat bagaimana dalam pengerjaan soal yang diberikan.


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian survei. Penelitian kuantitatif adalah desain riset yang mengunakan data berupa skor atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno, 2014: 119). Tujuan dari penelitian survei adalah memperoleh gambaran atau deskripsi secara lebih rinci dari hal atau objek yang diteliti, tanpa melakukan intervensi atau pengubahan apapun terhadap objek (Paidi, 2012: 46). Menurut Kerlinger (dalam Syofian, 2013: 4) penelitian survei memiliki karakteristik yaitu objek penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, dan penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di kabupaten Sleman. Data kuantitatif diperoleh dengan menyebarkan kuisioner yang berupa soal-soal Fisika kepada siswa kelas XI IPA.

B. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI IPA di kabupaten Sleman. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik


(39)

pengambilan sampling secara convenience sampling. Teknik convenience sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia untuk menjadi sampel atau peneliti memilih orang-orang terdekat saja (Syofian, 2013: 30).

Untuk menggambarkan keterwakilan seluruh siswa di kabupaten Sleman, maka dipilih 1 SMA dalam 1 kecamatan untuk mewakili daerah di bagian utara, timur, bagian barat, dan bagian tengah kabupaten Sleman. Dengan mempertimbangkan kemungkinan untuk diterima lebih besar untuk bisa melakukan penelitian maka peneliti lebih banyak memilih SMA negri untuk dijadikan tempat penelitian. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan. Berikut adalah daftar SMA yang dijadikan tempat penelitian ini.

Tabel 4. Daftar Sekolah berdasarkan Kecamatan

No. Kecamatan Sekolah

1. Cangkringan SMA N 1 Cangkringan

2. Depok SMA N 1 Depok

3. Gamping SMA N 1 Gamping

4. Godean SMA N 1 Godean

5. Kalasan SMA N Kalasan

6. Minggir SMA N 1 Minggir

7. Mlati SMA N 1 Mlati

8. Ngaglik SMA N 2 Ngaglik

9. Ngemplak SMA N 1 Ngemplak

10. Pakem SMA N 1 Pakem

11. Prambanan SMA N 1 Prambanan

12. Sayegan SMA N 1 Sayegan

13. Sleman SMA N 2 Sleman

14. Tempel SMA N 1 Tempel

15. Turi SMA N 1 Turi

16. Berbah SMA Institut Indonesia Sleman


(40)

Sesuai dengan lokasi penelitian yang telah ditentukan, maka pengambilan data dilakukan di 17 SMA di kabupaten Sleman yang sudah ditentukan berdasarkan kecamatan. Adapun realisasi lokasi SMA yang dijadikan tempat untuk pengambilan data seperti terlihat di Tabel .

Tabel 5. Jumlah Sekolah Sampel

Jumlah Presentase

Target SMA Sampel 17 100 %

Terealisasi 7 42 %

Berdasarkan Tabel, pengambilan data dilakukan di 7 SMA dari 17 SMA yang direncanakan atau terealisasi sebesar 42%. Hal ini disebabkan terbatasnya waktu untuk peneliti menjangkau 17 sekolah tersebut dan ada beberapa SMA yang menolak untuk dijadikan lokasi pengambilan data karena ada kebijakan dari Kepala Sekolah untuk menolak ijin dijadikan tempat pelaksanaan penelitian. Alasan adanya kebijakan tersebut diantaranya adalah guru dan siswa pada sekolah tersebut sedang sibuk untuk mengejar materi pelajaran yang belum terselesaikan guna mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir semester genap tahun ajaran 2015/2016.

Ada beberapa SMA yang dijadikan pengganti bagi SMA yang tidak bersedia menjadi tempat melakukan penelitian tetapi sekolah tersebut tetap berada dalam 1 kecamatan. Contohnya: SMA N 1 Mlati yang digantikan dengan SMA Santo Mikael, SMA N 2 Ngaglik yang digantikan dengan SMA N 1 Ngaglik.


(41)

Setelah mendapatkan 7 sekolah untuk dijadikan tempat melaksanakan penelitian, peneliti mengambil 100% dari jumlah siswa kelas XI IPA dari setiap sekolah tersebut untuk menjadi sampel penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah 275 responden. Jumlah sampel masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Jumlah Sampel setiap Sekolah

No. Nama Sekolah Jumlah Sampel

1. SMA N 1 Ngaglik 86

2. SMA N 1 Prambanan 24

3. SMA N 1 Tempel 38

4. SMA N 1 Minggir 29

5. SMA N 1 Cangkringan 54

6. SMA N 1 Turi 21

7. SMA Santo Mikael 23

Total 275

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 7 sekolah di kabupaten Sleman yang dijadikan sampel pada penelitian ini dan dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 yaitu tanggal 1 – 9 Juni 2016. Tempat dan waktu penelitian secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.


(42)

Tabel 7. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

No. Tempat Waktu

1 SMA N 1 Turi 1 Juni 2016

2 SMA N 1 Cangkringan 2 Juni 2016

3 SMA N 1 Tempel 4 Juni 2016

4 SMA N 1 Minggir 6 Juni 2016 5 SMA N 1 Prambanan 7 Juni 2016 6 SMA N 1 Nganglik 8 Juni 2016 7 SMA Santo Mikael 9 Juni 2016

D. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian angket oleh responden. Menurut Noor (2010: 139) kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan-pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas pertanyaan tersebut. Daftar pernyataan pada angket penelitian ini bersifat tertutup, yaitu alternatif pilihan jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

Instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah soal tes pilihan ganda. Soal-soal dibuat dengan materi Fisika yang telah dipelajari oleh siswa dari kelas X (semester gasal-genap) sampai kelas XI (semester gasal). Pengambilan materi yang dipelajari siswa disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di sekolah yaitu kurikumum 2006 (KTSP).


(43)

Tabel 8. Kisi-kisi soal berdasarkan bidang-bidang dalam Fisika.

Aspek kognitif

Butir Soal

Mekanika Termofisika Optika Level mengingat 1,6,7,12,13,16,30 28 25

Level memahami 2,5,8,9 27 20,21

Level menerapkan 3,11,17,19 29 23,24

Level menganalisis 4,10,14,15,18 26 22

Soal-soal yang digunakan setiap instrumen merupakan soal pilihan berganda. Soal- soal ini diambil dari buku Seri Pendalaman Materi Fisika untuk SMA/MA. Instrumen dapat dilihat pada Lampiran 1.

E. Metode Analisis Data

Untuk memberikan skor pada masing-masing soal yang dijawab benar dan salah oleh siswa yang ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 9. Penskoran berdasarkan butir soal

No Siswa Nomor Soal skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 dst 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 dst 2 2

3 3 4 4 Dst Dst


(44)

Soal yang dijawab benar oleh siswa diberikan skor (1) dan jika salah diberikan skor (0). Pemberian skor ini dituliskan pada kolom nomor soal yang telah tersedia pada masing-masing level kognitif. Untuk melihat kemampuan siswa berdasarkan level kognitif yaitu dengan menjumlahkan skor yang dijawab benar pada masing-masing level kognitif.

Setelah jawaban siswa sudah diubah kedalam bentuk skor, maka skor tersebut dijumlahkan. Skor yang sudah dijumlahkan diubah kedalam bentuk skor (%) dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian skor pada pilihan jawaban Pemberian skor

Total skor maksimal = 30 Total skor minimal = 0 2. Penskoran setiap siswa

3. Klasifikasi tingkat kemampuan siswa a. Skor untuk siswa

Skor minimal = 0 x 30 = 0 Skor maksimal = 4 x 30 = 120 b. Pembagian interval

4. Skor untuk siswa

Skor minimal = 0 x 30 = 0 Skor maksimal = 4 x 30 = 120 Range = 120


(45)

5. Penskoran setiap siswa

Dikelompokkan dalam lima interval, maka lebar intervalnya 120 : 5 = 24.

Skor yang diperoleh dari kemampuan siswa dalam bidang Fisika dapat diklasifikasi pada tabel berikut :

Tabel 10. Pengkategorian Skor.

No. Kategori Interval skor (%) Keterangan

1 A 81 – 100 Sangat Tinggi

2 B 66 – 80 Tinggi

3 C 56 – 65 Cukup

4 D 46 -55 Rendah

5 E 0 – 45 Sangat Rendah

Pembagian lima kategori tersebut tidak memerlukan perhitungan statistik, hanya saja perhitungan persentase skor hasil jawaban kuesioner yang berupa soal-soal fisika. Penentuan kategori menjadi lima ini diperuntukkan agar terlihat jelas perbedaan antara kategori sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Berikut adalah penjelasan lima kategori yang digunakan.


(46)

Tabel 11. Keterangan Kategori Kemampuan Siswa

Kategori Keterangan

A

Sangat tinggi dapat dilihat dari skor yang di peroleh siswa dengan interval antara 81-100.

B

Tinggi dapat dilihat dari skor yang di peroleh siswa dengan interval antara 66 – 80.

C

Cukup dapat dilihat dari skor yang di peroleh siswa dengan interval antara 56 – 65.

D

Rendah dapat dilihat dari skor yang di peroleh siswa dengan interval antara 46 – 55.

E

Sangat rendah dapat dilihat dari skor yang di peroleh siswa dengan interval antara 0 – 45.

F. Uji Validitas dan Relibilitas Instrumen

Penyusunan angket dapat menggambarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan (valid) dan juga dapat konsisten bila pernyataan tesebut direspon dalam waktu yang berbeda (realiabel). Maka dari itu angket yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji validitas dan relibilitasnya. Secara mudah angket diujikan dahulu kepada 10 responden sampel, kemudian hasil dari pengisian angket tersebut dianalis menggunakan SPSS.

1. Validitas instrumen

Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, apakah sesuai dengan tujan. Validitas menunjukkan pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Sesuatu tes


(47)

disebut valid bila memang mengukur yang mau diukur. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno, 2014:65).

Untuk mengetahui ketepatan dari data diperlukan teknik uji validitas yaitu dengan analisis koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil korelasi antar skor butir/item dengan skor total. Untuk mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor totalnya dapat digunakan korelasi product moment. Perhitungan validitas item kemampuan siswa dalam bidang Fisika pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan statistik IBM SPSS Statistik 16 dengan bantuan korelasi product moment.

Dalam penelititan ini, instrumen yang tersusun di uji pada 10 siswa SMA kelas XI IPA. Menurut Syofia (2013: 47) ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui kuisioner yang digunakan sudah tepat mengukur apa yang ingin diukur yaitu salah satunya dengan melihat taraf signifikannya (α). Dalam penelitian ini acuan taraf signifikan yang digunakan adalah 5% artinya hasil penelitian memiliki peluang kesalahan sebanyak 5% dari 95% dapat diyakini kebenarannya, dalam arti lainnya taraf signifikan diartikan sebagai taraf kepercayaan. Jika hasil dari uji validitas coba signifikannya lebih kecil dari 5% maka item pernyataan tersebut dinyatakan valid atau kurang dari 95% maka item dinyatakan tidak


(48)

valid. Adapun hasil dari uji validitas instrumen dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Hasil Uji Validitas Instrumen.

Nomor Item α hitungan α acuan Keterangan

1 0,046 0,3061 Tidak valid

2 0,636 0,3061 Valid

3 0,636 0,3061 Valid

4 0,046 0,3061 Tidak valid

5 0,465 0,3061 Valid

6 0,121 0,3061 Tidak valid

7 0,014 0,3061 Tidak valid

8 0,465 0,3061 Valid

9 0,769 0,3061 Valid

10 0,636 0,3061 Valid

11 0,665 0,3061 Valid

12 0,046 0,3061 Tidak valid

13 0,465 0,3061 Valid

14 0,129 0,3061 Tidak valid

15 0,052 0,3061 Tidak valid

16 0,465 0,3061 Valid

17 0,675 0,3061 Valid

18 0,636 0,3061 Valid

19 0,465 0,3061 Valid

20 0,719 0,3061 Valid

21 0,675 0,3061 Valid

22 0,769 0,3061 Valid

23 0,465 0,3061 Valid

24 0,465 0,3061 Valid

25 0,052 0,3061 Tidak valid

26 0,563 0,3061 Valid

27 0,675 0,3061 Valid

28 0,206 0,3061 Tidak valid

29 0,553 0,3061 Valid

30 0,466 0,3061 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas, dari 30 item pertanyaan diketahui 21 pertanyaan valid dan 9 pertanyaan tidak valid. Sembilan pertanyaan yang tidak valid tersebut diubah atau diperbaiki oleh peneliti dengan


(49)

dibantu dosen pembimbing agar pertanyaannya menjadi jelas dan dapat digunakan untuk pengambilan data.

2. Uji relibilitas instrumen

Rebilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama (Syofian, 2013: 55). Uji relibilitas pada penelitian ini dibantu dengan program SPSS yaitu dengan teknik Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil uji relibilitas diketahui nilai Alpha Cronbach instrumen ini adalah 0,351. Nilai ini lebih besar dari nilai kritikal korelasi person untuk α = 0,05 yakni 0,3061. Maka instrumen penelitian ini dinyatakan reliabel.

Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(50)

BAB IV

DATA DAN ANALISIS A. Deskripsi Penelitian

Panelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kabupaten Sleman. Semua data penelitian diperoleh dari penyebaran angket/kuisioner kepada siswa SMA kelas XI-IPA di tujuh sekolah yang ada di Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman terdiri dari tujuh belas kecamatan, dalam penelitian ini dipilih tujuh kecamatan dengan setiap kecamatan diambil satu sekolah untuk dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester II yaitu pada bulan Juni, semester genap tahun ajaran 2015/2016. Adapun kuisioner yang disebut atau dibagikan berisi 30 soal tentang kemampuan siswa dalam bidang Fisika dengan jumlah responden sebanyak 275 siswa.

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan peneliti sebelum menyebarkan angket/kuisioner yaitu terlebih dahulu peneliti mengurus surat perizinan dari JPMIPA Universitas Sanata Dharma dan mengurus surat perizinan ke BAPPEDA setelah itu surat perizinan yang dikeluarkan oleh BAPPEDA diserahkan ke SMA yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Untuk SMA Negri yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Untuk SMA Swasta hanya membawa surat perizinan yang dikeluarkan oleh kampus, selanjutnya peneliti berkoordinasi dengan guru fisika untuk mengatur jadwal penelitian. Setelah itu pada hari yang telah ditentukan peneliti membagikan


(51)

kuisioner atau angket kepada siswa. Adapun jadwal pengambilan data yang dilakukan di tujuh sekolah dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jadwal Pelaksanaan Penelitian di Setiap Sekolah

No. Nama Sekolah

Jumlah Responden

Waktu Pelaksanaan

1 SMA N 1 Nganglik 86 08 Juni 2016

2 SMA N 1 Prambanan 24 07 Juni 2016

3 SMA N 1 Tempel 38 04 Juni 2016

4 SMA N 1 Minggir 29 06 Juni 2016

5 SMA N 1 Cangkringan 54 02 Juni 2016

6 SMA N 1 Turi 21 01 Juni 2016

7 SMA Santo Mikael 23 09 Juni 2016

Waktu pelaksanaan penelitian merupakan waktu pengambilan data atau pemberian soal-soal kepada siswa. Dari waktu tersebut terlihat bahwa pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada waktu yang berbeda-beda pada setiap sekolahnya.

Dari pengambilan data pada masing-masing sekolah dilakukan dalam tim dengan jumlah anggota 5 orang yaitu peneliti sendiri, Rahayu Larasati, Fransiska Yupita, Caecilia Anis, dan Amanda Kartika. Masing-masing anggota tim mempunyai topik penelitian yang berbeda-beda. Untuk mempermudah dalam pengambilan data maka dilakukan secara serentak artinya siswa mengisi instrumen dari kelima peneliti secara bersama. Oleh


(52)

karena itu, instrumen yang digunakan oleh kelima peneliti disatukan ke dalam buku kecil/booklet.

Penelitian dilakukan dalam tim yang sangat membantu untuk menyebarkan kuisioner di 7 sekolah menengah atas yang tersebar di Kabupaten Sleman. Selain itu juga, membantu dalam melakukan pengawasan siswa yang melakukan pengisian kuisoner dalam kelas yang berbeda untuk setiap sekolah.

B. Data, Analisis Data, dan Pembahasan

1. Deskripsi data secara umum

Data yang diperoleh merupakan jawaban dari setiap butir soal. Distribusi jawaban siswa dan distribusi skor siswa dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Dengan bantuan program SPSS diperoleh deskripsi umum tentang data yang diperoleh. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Tabel 15. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa skor kemampuan siswa di Kabupaten Sleman secara keseluruhan adalah 30,97 %. Pencapaian ini dapat digolongkan pada kategori sangat rendah (E). Artinya kemampuan siswa tersebut sangat rendah dari kategori cukup (C).


(53)

Tabel 15. Deskripsi Data Secara Keseluruhan

N

Minimum (%)

Maximum (%)

Mean (%)

Std. Deviation

Skor 275 1.00 23.00 30,97 4.93461

Valid N (listwise)

275

Analisis untuk melihat penyebaran pada masing-masing skor (%) yang diperoleh dari 275 responden yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 terlihat bahwa skor terdistribusi pada skor 1% sampai 23% dan sebagian besar respoden memiliki skor pada 8%.


(54)

Banyaknya responden yang berada pada masing-masing kategori dapat dilihat pada Tabel 16. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir seluruh siswa yaitu 267 dari 275 siswa berada pada kategori E (sangat rendah) dengan rata-rata skor 8%. Dan sebagian kecil berada pada kategori D (rendah) dengan rata-rata skor 22%. Tidak ada seorang pun siswa yang berada pada kategori C (cukup), B (tinggi), dan A (sangat tinggi). Distribusi skor pada pilihan jawaban dapat di lihat pada Lampira 8.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi dan Mean Pada Setiap Kategori

Kategori

Interval Skor (%)

Mean Persentase Skor (%)

Frekuensi

Persentase Jumlah Siswa (%)

A 81-100 0 0 0

B 66-80 0 0 0

C 56-65 0 0 0

D 46-55 22 8 2

E 0-45 8 267 33

2. Kemampuan siswa berdasarkan tingkatan/level dalam aspek kognitif

Berdasarkan tingkatan pada aspek kognitif maka skor rata-rata yang diperoleh oleh siswa terpapar pada Tabel 17. Analisis dari pada masing-masing level dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari tabel menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan siswa berada pada level mengingat dengan persentase skor 37,22%. Pada level mengingat ini siswa mampu menerapkan kembali informasi yang telah diperoleh. Siswa yang berada


(55)

pada level ini banyak menghafal teks atau nama dan mengungkapkan kembali.

Tabel 17. Rata-rata Skor (%) Tiap Tingkatan Pada Aspek Kognitif

Level kognitif Mean (%) Kategori

Mengingat 37,22 Sangat rendah

Memahami 27,43 Sangat rendah

Menerapkan 31,00 Sangat rendah

Menganalisi 24,57 Sangat rendah

Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata skor paling rendah yaitu pada level menganalisis dengan persentase skor 24,57%. Artinya, pada level ini siswa belum mampu untuk menguraikan komponen-komponen pembentuk atau penyusun suatu konsep Fisika. Dari Tabel dapat dilihat bahwa terjadi anomali skor atau ketidak normalan skor. Terlihat bahwa skor pada level mengingat dan level menerapkan lebih besar dari pada skor pada level menganalisis. Hal ini disebabkan oleh soal-soal yang digunakan peneliti pada level menganalisis merupakan soal-soal yang menganalisis suatu konsep Fisika. Dapat dilihat bahwa siswa sangat kurang dalam menguasai konsep-konsep Fisika. Tetapi pada level menerapkan dan level mengingat peneliti menggunakan soal-soal konseptual tentang Fisika dan menggunakan soal-soal yang membutuhkan perhitungan serta penurunan rumus. Terlihat bahwa siswa lebih mampu menyelesaikan soal-soal perhitungan dari pada menyelesaikan soal-soal menganalisis suatu


(56)

konseptual. Hal ini terlihat pada persentase skor rata-rata pada level mengingat dan level menerapkan lebih besar dari pada persentase skor rata-rata pada level menganalisis.

Jika dilihat pada masing-masing soal maka persentase skor paling tinggi yaitu diperoleh siswa pada soal nomor 30 dengan skor 53%. Skor pada masing-masing butir soal dapat dilihat pada Lampiran 8. Soal tersebut adalah “Prinsip yang diterapkan pada dongkrak hidraulik adalah…’’. Sedangkan skor paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada

soal nomor 4 dengan skor 2,5%. Soal tersebut adalah ’’Vektor gaya F1, F2,

dan F3 terletak pada sebuah diagram kartesius. Dimana F1= 20 N, F2= 20

N, dan F3= 8 N. Sudut yang dibentuk antara F1 terhadap sumbu x adalah

300 dan sudut yang dibentuk F3 terhadap sumbu y adalah 600. Maka resultan ketiga vektor adalah…”. Dari soal ini terlihat bahwa keseluruhan siswa belum mampu menguasai konsep vektor. Lampiran jawaban siswa dapat dilihat pada Lampiran 12.

a. Level mengingat

Pada level ini diperoleh persentase skor rata-rata yaitu 37,22% dengan kategori E (sangat rendah). Artinya pada level ini siswa belum mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari. Skor yang paling tinggi yang diperoleh siswa pada level ini yaitu soal nomor 30 dan soal nomor 16. Soal nomor 30 yaitu mengetahui prinsip yang diterapkan pada dongkrak hidraulik. Terlihat bahwa 53% siswa dapat mengetahui prinsip yang diterapkan pada dongkrak hidraulik sedangkan


(57)

47% siswa lainnya masih belum mampu mengetahuinya. Soal nomor 16 yaitu syarat-syarat yang berlaku pada tumbukan lenting sempurna.

Dari soal ini 52% siswa mampu menyebutkan syarat-syarat yang berlaku pada tumbukan lenting sempurna sedangkan 48% siswa lainnya masih belum mampu. Sebagian besar siswa pada soal ini menjawab bahwa salah satu syarat berlakunya tumbukan lenting sempurna yaitu tidak berlakunya hukum kekekalan momentum. Persentase skor paling rendah yang diperoleh siswa pada level mengingat yaitu pada soal nomor 7, 28, dan 13 dengan skor 21%, 28% dan 32%. Soal nomor 7 yaitu ’’Suatu benda jatuh dari ketinggian tertentu. Apabila gesekan benda dengan udara diabaikan, kecepatan

benda pada saat menyentuh tanah ditentukan oleh… (a) massa benda

dan ketinggian, (b) percepatan gravitasi bumi dan massa benda, (c) ketinggian benda jatuh dan gravitasi bumi, (d) waktu jatuh yang diperlukan dan berat benda, dan (e) berat benda dan gravitasi bumi ”. Dari soal ini terlihat bahwa hampir seluruh siswa tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Tetapi kebanyakan siswa menjawab bahwa apabila gesekan benda dengan udara diabaikan, kecepatan benda pada saat menyentuh tanah ditentukan oleh percepatan gravitasi dan massa benda. Jawaban lainnya adalah apabila gesekan benda dengan udara diabaikan, kecepatan benda pada saat menyentuh tanah ditentukan oleh massa benda dan ketinggian.


(58)

Soal nomor 28 yaitu ”Besar kalor yang dipelukan untuk meningkatkan setiap 10 suatu zat disebut sebagai…” dari soal ini hampir seluruh siswa tidak dapat menyebutkan besar kalor yang diperlukan untuk meningkatkan setiap 10 suatu zat atau hanya 28% yang menjawab benar. Kebanyakan siswa menjawab besar kalor yang diperlukan untuk meningkatkan setiap 10 zat disebut sebagai kapasitas kalor. Soal nomor 13 yaitu ”Apabila kawat mengalami perubahan

permanen setelah ditarik, maka kawat tersebut dikatakan bersifat…” dari persentase skor yang diperoleh siswa pada soal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu menjawab dengan benar soal terebut. Kebanyakan siswa menjawab bahwa apabila kawat mengalami perubahan permanen setelah ditarik, maka kawat tersebut dikatakan bersifat alkalis. Jawaban yang diharapkan adalah apabila kawat mengalami perubahan permanen setelah ditarik, maka kawat tersebut dikatakan bersifat plastis.

b. Level memahami

Persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa pada level ini adalah 27,43% dengan skor tertinggi yaitu pada soal nomor 5 yaitu 68%. Soal itu yaitu ”Seorang penerjun dengan parasut ternyata melayang dan

jatuh dengan kecepatan konstan. Hal ini diakibatkan karena…” dari

soal ini 68% siswa menjawab dengan benar. Tetapi kebanyakan siswa menjawab bahwa seseorang penerjun dengan parasut ternyata melayang dan jatuh dengan kecepatan konstan diakibatkan karena resultan gaya


(59)

pada penerjun sama dengan nol. Artinya hampir setengah dari jumlah siswa yang belum mampu memahami atau menguasai konsep fisika dari peristiwa tersebut.

Skor paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 8 dan 21 dengan skor 7,6% dan 16%. Soal nomor 8 yaitu ”Dengan mengabaikan gaya gesek, perhatikan pernyataan berikut! 1) jika dua buah benda dengan massa berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka benda dengan massa besar lebih cepat, 2) jika dua buah benda dengan massa benda berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka benda dengan massa kecil lebih cepat, 3) massa tidak mempengaruhi kecepatan benda yang jatuh, 4) kecepatan benda yang jatuh dipengaruhi oleh ukuran benda, 5) kecepatan benda yang jatuh dipengaruhi oleh bentuk benda. Pernyataan yang benar dari

pernyataan diatas adalah…”. Dari soal ini hampir seluruh siswa menjawab bahwa benda yang jatuh dipengaruhi oleh massa, ukuran, dan bentuk benda. Artinya bahwa siswa belum menguasai konsep gerak jatuh bebas.

Soal nomor 21 yaitu ”Seseorang membaca dengan menggunakan kacamata. Kacamata berfungsi untuk…” dari soal ini hanya 16% siswa yang menjawab dengan benar. Tetapi hampir seluruh siswa menjawab bahwa kacamata berfungsi untuk memperbesar bayangan. Artinya, hampir seluruh siswa belum mampu menguasai konsep dan fungsi kacamata.


(60)

c. Level menerapkan

Pada level ini, persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah 31% dengan skor tertinggi pada soal nomor 24 yaitu 39%. Soal tersebut adalah ”Seberkas sinar mengenai sistem optik yang terdiri atas

dua cermin datar yang saling tegak lurus. Setelah berkas sinar

mengalami pemantulan dua kali maka arah berkas sinar…”. Dari skor yang diperoleh siswa pada soal ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari jumlah siswa masih belum mampu menerapkan konsep pemantulan pada soal tersebut.

Skor yang paling rendah yang diperoleh siswa pada level ini yaitu pada soal nomor 29 dengan skor 17%. Soal tersebut adalah ”Perhatikan tabel koefisien muai panjang berikut : logam 1 koefisien muai panjang = 1,2 x 10-5/0C, logam 2 koefisien muai panjang = 1,1 x 10-5/0C, logam 3 koefisien muai panjang = 2,6 1 x 10-5/0C, logam 4 koefisien muai panjang = 9,6 1 x 10-5/0C, dan logam 5 koefisien muai panjang = 4,2 1 x 10-5/0C. Pada suhu kamar, panjang awal kelima logam sama. Logam yang terpanjang saat dipanaskan adalah logam…”. Dari skor yang diperoleh siswa pada soal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh jumlah siswa masih belum mampu menerapkan konsep pemuaian kedalam soal tersebut.

d. Level menganalisis

Pada level ini, persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 24,57%. Dari beberapa soal dalam level ini diperoleh skor paling


(61)

tinggi yaitu pada soal nomor 15 dengan skor 48%. Soal tersebut adalah ”Menghitung besar konstanta pegas dengan gaya dan panjang pegas

yang berbeda-beda”. Dari soal tersebut siswa menghitung besar konstanta pegas berdasarkan data dari soal tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh hampir setengah dari jumlah siswa mampu menyelesaikan dan menganalisis soal tersebut. Tetapi sebagian besar siswa masih belum mampu menyelesaikan soal tersebut.

Soal terendah yang diperoleh siswa yaitu berada pada soal nomor 4 dengan skor 2,5%. Soal ini tentang menghitung resultan tiga buah vektor gaya dengan titik tolak yang berbeda dan arah yang berbeda. Dari soal tersebut siswa menghitung komponen-komponen resultan gaya pada sumbu x dan y. Berdasarkan hasil yang diperoleh hampir setengah dari jumlah siswa mampu menyelesaikan dan menganalisis soal tersebut. Tetapi sebagian besar siswa masih belum mampu menyelesaikan soal tersebut.

3. Kemampuan Siswa Perbidang dalam Fisika

Skor yang diperoleh siswa berdasarkan bidang-bidang dalam Fisika dapat dilihat pada Tabel 18. Skor rata-rata paling besar yang diperoleh siswa berada pada bidang Mekanika yaitu 30%. Skor paling rendah yang diperoleh siswa pada bidang Optika dan bidang Termofisika dengan skor 27%. Distribusi skor pada masing-masing bidang dalam Fisika dapat dilihat pada Lampiran 13.


(62)

Tabel 18. Distribusi Mean Tiap Bidang Fisika

Bidang Mean (%) Kategori

Mekanika 30 Sangat rendah

Optika 27 Sangat rendah

Termofisika 27 Sangat rendah

Dari Gambar 1 dibawah ini dapat dilihat lebih jelas distribusi skor pada masing-masing bidang dalam Fisika. Skor rata-rata terendah pada bidang Optika dan bidang Termofisika yaitu 27%. Soal yang paling sulit pada bidang Optika yaitu soal nomor 23. Soal tersebut adalah ”Jika berkas

sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, seberkas sinar tersebut

akan…”. Dari soal tersebut hampir seluruh siswa menjawab bahwa jika berkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, seberkas sinar tersebut akan dipantulkan menuju titik fokus.. Jawaban lain yang diungkapkan siswa adalah jika berkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, seberkas sinar tersebut akan diteruskan tanpa dibiaskan. Sedangkan soal yang paling sulit pada bidang Termofisika yaitu soal nomor 29. Soal tersebut adalah ’’Perhatikan tabel koefisien muai panjang

berikut : logam 1 = 1,2 x 10-5/0C, logam 2 = 1,1 x 10-5/0C, logam 3 = 2,6 1 x 10-5/0C, logam 4 = 9,6 1 x 10-5/0C, dan logam 5 = 4,2 1 x 10-5/0C. Pada suhu kamar, panjang awal kelima logam sama. Logam yang terpanjang


(63)

menjawab bahwa logam yang terpanjang saat dipanaskan adalah logam dengan nomor 2. Jawaban lain yang diungkapkan siswa adalah logam yang terpanjang saat dipanaskan adalah logam dengan nomor 3.

Dalam bidang Optika juga skor rata-rata paling besar diperoleh siswa pada soal nomor 24 dengan skor 39%. Soal tersebut yaitu ”Seberkas sinar

mengenai sistem optik yang terdiri atas dua cermin datar yang saling tegak lurus. Setelah berkas sinar mengalami pemantulan dua kali maka arah berkas sinar…”. Selain jawaban yang sebenarnya, siswa juga menjawab bahwa setelah berkas sinar mengalami pemantulan dua kali maka arah berkas sinar memotong sinar datang. Sedangkan dalam bidang Termofisika juga skor rata-rata paling besar diperoleh siswa pada soal nomor 26 dengan skor 44%. Soal tersebut yaitu : ”Untuk menaikan suhu

0,5 kg suatu zat cair yang kalor jenisnya 400 J/kg.0C dari 280C menjadi 380C diperlukan kalor sebesar …”. Selain jawaban yang sebenarnya, siswa juga menjawab bahwa untuk menaikan suhu 0,5 kg suatu zat cair yang kalor jenisnya 400 J/kg.0C dari 280C menjadi 380C diperlukan kalor sebesar 4,0 kJ.


(64)

Gambar 2. Grafik hubungan antara persentase skor terhadap bidang-bidang

dalam Fisika.

Pada bidang Mekanika, siswa memperoleh skor paling tinggi pada soal nomor 30 dengan skor 53%. Soal tersebut berbicara tetang prinsip yang diterapkan pada dongkrak hidraulik. Prinsip kerja dongkrak hidraulik yaitu hukum Pacal. Tetapi pada kenyataannya hampir seluruh siswa menjawab bahwa prinsip kerja dari dongkrak hidraulik adalah hukum Archimedes. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di Kabupaten Sleman mempunyai konsep yang sangat rendah tentang prinsip kerja benda secara Fisika. Sedangkan skor paling rendah pada soal nomor 4 dengan skor 2,5 %. Soal ini tentang menghitung resultan tiga buah vektor gaya dengan titik tolak yang berbeda dan arah yang berbeda. Dari soal tersebut siswa menghitung komponen-komponen resultan gaya pada sumbu x dan y.


(65)

4. Kemampuan Siswa Persekolah

Berikut adalah tabel distribusi skor pada setiap sekolah di Kabupaten Sleman. Dari Tabel 19. Ini terlihat bahwa tidak semua sekolah berada pada kategori E (sangat rendah). Ada sekolah di Kabupaten Sleman yang berada pada kategori C (cukup) artinya kemampuan Fisika siswanya cukup. Distribusi skor pada setiap sekolah dapat dilihat pada Lampiran 14.

Tabel 19. Distribusi Skor Setiap Sekolah

No. Nama Sekolah

Jumlah Sampel

Skor Skor (%) Kategori

1 SMA Santo Mikael 23 187 27,10 E

2 SMA N 1 Prambanan 24 230 31,94 E

3 SMA N 1 Tempel 38 712 62,46 C

4 SMA N 1 Turi 21 151 21,97 E

5 SMA N 1 Ngaglik 86 782 30,31 E

6 SMA N 1 Cangkringan 54 318 19,63 E

7 SMA N 1 Minggir 29 151 17,36 E

Persentase skor paling tinggi yang diperoleh sekolah yaitu SMA N 1 Tempel 62,46%. Pada setiap soal SMA N 1 Tempel mendapat skor paling besar pada soal nomor 24 dengan jumlah siswa menjawab dengan benar 24 siswa dari 38 siswa atau dalam persentase skor yaitu 63,15% dari 100%. Soal nomor 24 yaitu memahami peristiwa pemantulan dalam percobaan yang dilakukan pada cermin datar. Dari persentase skor tersebut dapat


(66)

disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa SMA N 1 Tempel mampu memahami peristiwa pemantulan dalam percobaan yang dilakukan pada cermin datar. Tetapi pada soal nomor 4 dan 38 siswa SMA N 1 Tempel memperoleh skor 0%. Soal nomor 4 tentang menghitung resultan tiga buah vektor gaya dengan titik tolak yang berbeda dan arah yang berbeda. Dari soal tersebut siswa menghitung komponen-komponen resultan gaya pada sumbu x dan y. Artinya tidak dapat menjabarkan komponen-komponen resultan gaya pada sumbu x dan y.

Skor yang paling rendah adalah SMA N 1 Minggir 17,36% dengan skor tertinggi pada soal nomor 19 dengan jumlah siswa menjawab dengan benar yaitu 18 siswa dari 29 siswa dengan persentase skor 62,1%. Soal nomor 19 yaitu mampu menjelaskan tentang gerak jatuh bebas.

Dari persentase skor pada soal nomor 19 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mampu menunjukkan peristiwa gerak jatuh bebas. Tetapi pada soal nomor 20 dan 29 siswa SMA N 1 Minggir memperoleh skor 0% atau tidak ada siswa yang menjawab dengan benar pada soal tersebut. Soal nomor 20 yaitu tentang bayangan yang dibentuk cermin cembung. Berikut adalah tabel distribusi skor pada kategori yang dimiliki setiap sekolah pada setiap level pada aspek kognitif.


(67)

Tabel 20. Distribusi skor yang diperoleh sekolah daam tiap level.

No. Nama Sekolah

Jumlah

Sampel

Level

Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis

Skor (%) kategori Skor (%) kategori Skor (%) kategori Skor (%) kategori

1 SMA Santo Mikael 23 43,0 E 19,3 E 26,1 E 20,4 E

2 SMA N 1 Prambanan 24 42,7 E 32,9 E 29,7 E 19,7 E

3 SMA N 1 Tempel 38 65,2 C 52,7 D 77,9 B 55,0 C

4 SMA N 1 Turi 21 24,9 E 17,7 E 25,9 E 28,6 E

5 SMA N 1 Ngaglik 86 39,2 E 25,7 E 24,1 E 26,4 E

6 SMA N 1 Cangkringan 54 28,2 E 19,6 E 19,9 E 11,1 E

7 SMA N 1 Minggir 29 17,7 E 23,1 E 17,3 E 10,9 E

Dari Tabel 20. diatas diperoleh kategori pada masing-masing level/tingkatan aspek kognitif yang diperoleh tiap sekolah adalah sebagai berikut: Berdasarkan kategori skor pada tabel diatas menunjukkan bahwa kategori pada setiap level/tingkatan dalam aspek kognitif masing-masing sekolah sebagian besar berada pada kategori E (sangat rendah). Tetapi pada Tabel 20 ini menunjukkan bahwa SMA N 1 Tempel tidak berada pada kategori E (sangat rendah). Hal ini dapat dilihat kategori pada setiap level/tingkatan aspek kognitif yaitu pada level mengingat berada pada kategori C (cukup), level memahami berada pada kategori D (rendah), level menerapkan berada pada kategori B (baik), dan level menganalisis berada pada kategori C (cukup). Ini menunjukkan bahwa kemampuan Fisika siswanya lebih unggul pada level menerapkan. Artinya bahwa siswa mampu memahami dan menerapkan rumus dalam perhitung.perhitungan.


(68)

Tabel 21. berikut merupakan tabel distribusi skor dan kategori skor yang diperoleh setiap sekolah pada setiap bidang dalam Fisika.

Tabel 21. Distribusi skor yang diperoleh setiap sekolah dalam bidang Fisika

No. Nama Sekolah

Jumlah

Sampel

Bidang

Mekanika Optika Termofisika

Skor (%) kategori Skor (%) Kategori Skor (%) Kategori

1 SMA Santo Mikael 23 30 E 23 E 24 E

2 SMA N 1 Prambanan 24 21 E 31 E 30 E

3 SMA N 1 Tempel 38 60 C 77 B 51 D

4 SMA N 1 Turi 21 28 E 12 E 24 E

5 SMA N 1 Ngaglik 86 31 E 16 E 24 E

6 SMA N 1 Cangkringan 54 20 E 16 E 22 E

7 SMA N 1 Minggir 29 19 E 15 E 14 E

Persentase skor yang paling tinggi pada bidang Mekanika terdapat pada SMA N 1 Tempel dengan skor 60% dan persentase skor paling rendah yaitu SMA N 1 Minggir dengan skor 19%.

Pada bidang Optika, persentase skor paling tinggi yaitu SMA N 1 Tempel dengan skor 77% sedangkan persentase skor paling rendah yaitu SMA N 1 Turi dengan skor 12%.

Sekolah yang mendapatkan persentase skor paling tinggi pada bidang Termofisika yaitu SMA N 1 Tempel dengan skor 51% dan persentase skor yang paling rendah yaitu SMA N 1 Minggir dengan skor 14%.


(69)

C.Kelemahan Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan terlihat bahwa kemampuan siswa kelas XI IPA dikabupaten Sleman berada pada kategori E (sangat rendah), hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Felegi Daeli yang dilakukan dikabupaten nias barat dimana kemampuan siswanya berada pada kategori E(sangat rendah). Pada penelitian ini sampel yang digunakan tidak semua sekolah yang ada di Kabupaten Sleman. Penelitian ini hanya menggunakan 7 sekolah dari 17 sekolah yang ditargetkan di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan 7 sekolah disebabkan kesibukan dari sekolah tersebut sehingga tidak ada waktu untuk dijadikan tempat penelitian. Pengerjaan kuesioner oleh siswa terburu – buru, terlihat dari hasil kuesionernya sangat rendah. Kebanyakan siswa beranggapan bahwa hasil pengerjaan kuesioner tidak ada keterkaitan dengan nilai mata pelajaran.


(70)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Sleman yaitu :

1. Persentase skor rata-rata 30,97% berada pada kategori E (sangat rendah). Artinya siswa mempunyai kemampuan yang sangat rendah dalam bidang Fisika.

2. Skor pada level dalam aspek kognitif skor yang diperoleh siswa yaitu, level mengingat 37,22%, level memahami 27,43%, level menerapkan 31,00% dan level menganalisis 24,75%. Skor pada masing-masing level tersebut berada pada kategori E (sangat rendah).

3. Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam setiap bidang Fisika yaitu, bidang Mekanika 30%, bidang Optika 27%, dan bidang Termofisika 27%. Selain itu juga siswa di Kabupaten Sleman mempunyai konsep yang sangat rendah tentang Fisika. Hal ini ditunjukkan oleh skor pada soal-soal konseptual lebih kecil dibandingkan soal-soal perhitungan.


(71)

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya pelatihan atau pengembangan metode pembelajaran Fisika untuk para guru Fisika.

2. Guru perlu mengembangkan suatu metode pembelajaran konseptual sehingga siswa menguasai konsep Fisika.

3. Perlu adanya evaluasi oleh dinas pendidikan bersama dengan kepala sekolah tentang pengembangan mutu pendidikan dan pencapaian terhadap hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Fisika. 4. Kepada peneliti berikutnya

- Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk membuat instrumen yang berupa soal-soal Fisika dengan lebih tepat. - Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan

penelitian di sekolah-sekolah yang belum dijadikan tempat penelitian pada penelitian ini sehingga dapat diketahui pula kemampuan siswa dalam bidang Fisika disekolah tersebut.


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 13 Distribusi Skor pada setiap bidang dalam fisika

Nama Sekolah Jumlah Sampel

Skor Pada Setiap Level

Mekanika Optika Termofisika

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 30 Skor % 20 21 22 23 24 25 skor % 26 27 28 29 Skor % SMA Santo Mikael 23 9 0 11 0 11 7 8 4 5 2 2 10 3 9 5 17 9 3 6 12 133 30 2 9 2 5 8 6 32 23 11 2 8 1 22 24 SMA N 1Prambanan 24 15 9 10 1 21 4 3 0 4 3 6 13 10 4 3 12 13 1 1 15 148 21 8 5 11 14 9 6 53 31 10 6 12 1 29 30 SMA N 1 Tempel 38 33 28 24 0 30 30 15 4 12 26 28 31 3 20 35 35 34 3 32 34 457 60 34 3 31 35 36 35 174 77 31 29 4 17 81 51 SMA N 1 Turi 21 7 5 6 2 14 7 2 0 0 1 11 0 9 3 19 7 1 2 8 12 116 28 1 0 1 0 11 2 15 12 14 5 0 1 20 24 SMA N 1 Ngaglik 86 38 29 34 4 65 39 16 11 9 22 25 19 58 23 55 50 19 17 32 54 619 31 22 6 3 4 24 21 80 16 36 14 17 16 83 24 SMA N 1 Cangkringan 54 10 8 12 0 24 20 14 0 16 4 18 18 2 4 10 18 8 6 12 14 218 20 6 17 4 2 16 8 53 16 13 0 26 8 47 22 SMA N 1 Minggir 29 4 3 3 0 22 3 1 2 14 1 5 3 2 7 4 6 3 2 18 6 109 19 0 3 2 2 2 17 26 15 6 3 5 2 16 14


(5)

123

Lampiran 14 Distribusi skor pada setiap sekolah

Nama Sekolah

Jumlah

Skor Tiap Butiran Soal

Total

Total

(%)

Sampel

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

SMA Santo Mikael

23

9

0

11

0

11

7

8

4

5

2

2

10

3

9

5

17

9

3

6

2

9

2

5

8

6

11

2

8

1

12

187

27,10

SMA N 1Prambanan

24

15

9

10

1

21

4

3

0

4

3

6

13

10

4

3

12

13

1

1

8

5

11

14

9

6

10

6

12

1

15

230

31,94

SMA N 1 Tempel

38

33

28

24

0

30

30

15

4

12

26

28

31

3

20

35

35

34

3

32

34

3

31

35

36

35

31

29

4

17

34

712

62,46

SMA N 1 Turi

21

7

5

6

2

14

7

2

0

0

1

11

0

9

3

19

7

1

2

8

1

0

1

0

11

2

14

5

0

1

12

151

21,97

SMA N 1 Ngaglik

86

38

29

34

4

65

39

16

11

9

22

25

19

58

23

55

50

19

17

32

22

6

3

4

24

21

36

14

17

16

54

782

30,31

SMA N 1 Cangkringan

54

10

8

12

0

24

20

14

0

16

4

18

18

2

4

10

18

8

6

12

6

17

4

2

16

8

13

0

26

8

14

318

19,63

SMA N 1 Minggir

29

4

3

3

0

22

3

1

2

14

1

5

3

2

7

4

6

3

2

18

0

3

2

2

2

17

6

3

5

2

6

151

17,36

No Nama Sekolah

Jumlah Sampel

Skor

Skor (%)

Kategori

1

SMA Santo Mikael

23

187

27,10

E

2

SMA N 1 Prambanan

24

230

31,94

E

3

SMA N 1 Tempel

38

712

62,46

C

4

SMA N 1 Turi

21

151

21,97

E

5

SMA N 1 Ngaglik

86

782

30,31

E

6

SMA N 1 Cangkringan

54

318

19,63

E


(6)