Hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI

FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Elisabeth Yura Attika Ara Wahana ABSTRAK

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif pada mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dengan karya kreatif, dan ada hubungan positif antara kreativitas dengan karya kreatif. Penelitian ini melibatkan 34 mahasiswa di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta yang berusia di atas 19 tahun. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan penyebaran skala konsep diri yang diisi oleh setiap subjek, penggunaan tes untuk mengukur kreativitas, dan memperoleh data nilai matakuliah praktik mahasiswa. Analisis data menggunakan koefisien reliabilitas pada skala konsep diri sebesar 0.882, sedangkan tes kreativitas sebesar 0.983.

CrosstabsUji Korelasi Data Ordinal menunjukkan tidak ada hubungan antara konsep diri dengan karya kreatif (r = 0.048 ; p > 0.05); Kendall's tau-b sebesar 0.050, Kendall's tau-c sebesar 0.045, Gamma sebesar 0.068, korelasi Spearman sebesar 0.071, dan korelasi interval Pearson's R sebesar 0.121. Sebaliknya ada hubungan antara kreativitas dengan karya kreatif (r = 0.316 ; p < 0.05); Kendall's tau-b sebesar 0.327, Kendall's tau-c sebesar 0.303, Gamma sebesar 0.429, korelasi Spearman sebesar 0.475, and korelasi interval Pearson's R sebesar 0.381. Hasil korelasi Parsial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsep diri dengan karya kreatif (r = 0.121 ; p > 0.05). Walaupun ada korelasi antara kreativitas dengan karya kreatif (r = 0.042 ; p < 0.05). Diketahui bahwa kreativitas menyumbang sebesar 18% terhadap karya kreatif.


(2)

THE CORRELATION BETWEEN SELF CONCEPT AND CREATIVITY WITH ART PERFORMANCE TO COLLEGE STUDENTS OF FINE ARTS DEPARTMENT OF VISUAL ARTS FACULTY OF

INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS YOGYAKARTA Elisabeth Yura Attika Ara Wahana

ABSTRACT

The research aimed to identify correlation between self concept, creativity and art learning in college students of Fine Arts Department of ISI Yogyakarta. The hypothesis of this research were that there was positive correlation between self concept and art performance, and there was a positive correlation between creativity and art performance. This study involved 34 college students in Department of Fine Arts, Faculty of Fine Arts, ISI Yogyakarta over the age of 19 years. The methods used to collect the data was the spread of self concept scale completed by each subject, the use of tests to measure creativity, and obtain the data mark of the courses practice the college students. Data was analyzed using reliability coefficient of self concept scale was 0.882 whereas 0.983 for creativity test. The Crosstabs of measures for ordinal data result showed that there was no correlation between self concept and art performance (r = 0.048 ; p > 0.05); Kendall's tau-b of 0.050, Kendall's tau-c of 0.045, Gamma of 0.068, Spearman correlation of 0.071, and correlation of interval Pearson's R of 0.121. Conversely there was a correlation between creativity and art performance (r = 0.316 ; p < 0.05); Kendall's tau-b of 0.327, Kendall's tau-c of 0.303, Gamma of 0.429, Spearman correlation of 0.475, and correlation of interval Pearson's R of 0.381. By using partial correlation, it showed that there was no correlation between self concept and art performance (r = 0.121 ; p > 0.05). However, there was a correlation between creativity and art performance (r = 0.042 ; p < 0.05). Also, it accounted for 18% of art performance.


(3)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI

FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Elisabeth Yura Attika Ara Wahana 079114126

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI

FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Elisabeth Yura Attika Ara Wahana 079114126

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv MOTTO

Dengan berkat Tuhan

akan kujalani hidupku dari hari demi hari

kutandai dengan bekas jejak langkahku

tanpa henti.


(8)

v

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada : Ibuku yang berada di surga dan Bapakku tercinta, serta Kakakku tersayang. Sebagai rasa hormat dan terimakasih atas segala dukungan & doa yang tiada hentinya selalu menyertai setiap langkahku..


(9)

(10)

vii

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI

FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Elisabeth Yura Attika Ara Wahana ABSTRAK

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif pada mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dengan karya kreatif, dan ada hubungan positif antara kreativitas dengan karya kreatif. Penelitian ini melibatkan 34 mahasiswa di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta yang berusia di atas 19 tahun. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan penyebaran skala konsep diri yang diisi oleh setiap subjek, penggunaan tes untuk mengukur kreativitas, dan memperoleh data nilai matakuliah praktik mahasiswa. Analisis data menggunakan koefisien reliabilitas pada skala konsep diri sebesar 0.882, sedangkan tes kreativitas sebesar 0.983.

CrosstabsUji Korelasi Data Ordinal menunjukkan tidak ada hubungan antara konsep diri dengan karya kreatif (r = 0.048 ; p > 0.05); Kendall's tau-b sebesar 0.050, Kendall's tau-c sebesar 0.045, Gamma sebesar 0.068, korelasi Spearman sebesar 0.071, dan korelasi interval Pearson's R sebesar 0.121. Sebaliknya ada hubungan antara kreativitas dengan karya kreatif (r = 0.316 ; p < 0.05); Kendall's tau-b sebesar 0.327, Kendall's tau-c sebesar 0.303, Gamma sebesar 0.429, korelasi Spearman sebesar 0.475, and korelasi interval Pearson's R sebesar 0.381. Hasil korelasi Parsial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsep diri dengan karya kreatif (r = 0.121 ; p > 0.05). Walaupun ada korelasi antara kreativitas dengan karya kreatif (r = 0.042 ; p < 0.05). Diketahui bahwa kreativitas menyumbang sebesar 18% terhadap karya kreatif.


(11)

viii

THE CORRELATION BETWEEN SELF CONCEPT AND CREATIVITY WITH ART PERFORMANCE TO COLLEGE STUDENTS OF FINE ARTS DEPARTMENT OF VISUAL ARTS FACULTY OF

INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS YOGYAKARTA Elisabeth Yura Attika Ara Wahana

ABSTRACT

The research aimed to identify correlation between self concept, creativity and art learning in college students of Fine Arts Department of ISI Yogyakarta. The hypothesis of this research were that there was positive correlation between self concept and art performance, and there was a positive correlation between creativity and art performance. This study involved 34 college students in Department of Fine Arts, Faculty of Fine Arts, ISI Yogyakarta over the age of 19 years. The methods used to collect the data was the spread of self concept scale completed by each subject, the use of tests to measure creativity, and obtain the data mark of the courses practice the college students. Data was analyzed using reliability coefficient of self concept scale was 0.882 whereas 0.983 for creativity test. The Crosstabs of measures for ordinal data result showed that there was no correlation between self concept and art performance (r = 0.048 ; p > 0.05); Kendall's tau-b of 0.050, Kendall's tau-c of 0.045, Gamma of 0.068, Spearman correlation of 0.071, and correlation of interval Pearson's R of 0.121. Conversely there was a correlation between creativity and art performance (r = 0.316 ; p < 0.05); Kendall's tau-b of 0.327, Kendall's tau-c of 0.303, Gamma of 0.429, Spearman correlation of 0.475, and correlation of interval Pearson's R of 0.381. By using partial correlation, it showed that there was no correlation between self concept and art performance (r = 0.121 ; p > 0.05). However, there was a correlation between creativity and art performance (r = 0.042 ; p < 0.05). Also, it accounted for 18% of art performance.


(12)

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dan sempurna karena terbatasnya pengetahuan penulis.

Pembuatan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang dengan rela memberikan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas berkat karunia yang Kau berikan kepada saya selama proses penulisan skripsi ini, Engkau dengan setia mendampingi saya dan menunjuk orang-orang pilihan-Mu untuk membantu.

2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi.,Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ibu Dra.L.Pratidarmanastiti, MS., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan, menyediakan banyak waktu dan memberikan masukan yang berharga kepada penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan masukan kepada penulis.


(14)

xi

5. Semua Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan tentang dunia psikologi yang rumit tapi menarik, serta membagikan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis, semoga ilmu yang diperoleh dapat berguna dan diamalkan dengan sebaik-baiknya.

6. Staf Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gik), yang telah membantu kelancaran penulis selama menjalankan studi di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

7. Ibu Wiwik Sri Wulandari, M.Sn., selaku Ketua Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta, yang telah memberikan ijin dan bantuan selama penulis melakukan pengambilan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas kerjasamanya.

8. Ibu Dra. Sri Hartati, MS., yang dengan sabar telah membimbing, memberi nasihat, menyediakan banyak waktu untuk konsultasi, meminjamkan buku-buku psikologi, serta telah memberi motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

9. Ibuku M.G.Murwanti (Almarhum) dan Bapakku B.Suparto tercinta, yang selalu mendoakanku serta menyayangi kami anak-anaknya, terima kasih atas kasih sayang yang tidak dapat diukur dengan materi, pengorbanan, bimbingan, serta motivasi dalam setiap langkah hidupku.

10. Kakakku tersayang, Mas Arah yang selalu mendukung dan mendoakan dalam penyusunan skripsi ini.


(15)

xii

11. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menguatkanku: Untuk Mutia, terima kasih atas kesediaannya membantu selama penyusunan skripsi. Untuk Oka, Ida, dan Puput, terima kasih atas semangat yang selalu kalian berikan. 12. Mbak Gerti, Mbak Venthy dan teman-temannya, terima kasih atas masukan

dan bantuan diskusi untuk statistik dalam penyusunan skripsi ini. Untuk Mbak Feby, terimakasih atas pemberian buku-buku psikologi.

13. Dan kepada semua pihak serta seluruh teman-teman yang tidak dapat saya sebut satu-persatu, terima kasih banyak atas segala bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga semua kebaikan yang telah diberikan oleh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan diberkati oleh Tuhan dengan berkat dan rahmatNya.

Dengan kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, Juni 2013


(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7


(17)

xiv

BAB II. LANDASAN TEORI... 8

A. Karya Kreatif... 8

1. Pengertian Karya Kreatif... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karya Kreatif ... 10

B. Konsep Diri ... 12

1. Pengertian Konsep Diri ... 12

2. Aspek-aspek Konsep Diri ... 15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri... 19

4. Ciri-ciri dan Penggolongan Konsep Diri ... 20

C. Kreativitas ... 24

1. Pengertian Kreativitas ... 24

2. Aspek-aspek Kreativitas ... 25

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas... 26

D. Mahasiswa... 27

E. Hubungan antara Konsep Diri dan Kreativitas dengan Karya Kreatif Mahasiswa ... 29

F. Hipotesis ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian... 33

B. Sampel Penelitian ... 33

C. Variabel Penelitian ... 34

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34


(18)

xv

2. Konsep Diri ... 34

3. Kreativitas ... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

1. Karya Kreatif ... 37

2. Skala Konsep Diri ... 37

3. Tes Kreativitas Figural ... 39

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 41

1. Validitas ... 41

2. Reliabilitas... 42

G. Metode Analisis Data ... 43

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN... 44

A. Persiapan Penelitian ... 44

1. Orientasi Kancah Penelitian... 44

2. Proses Perijinan... 45

3. Persiapan dan Uji Coba Alat Ukur Penelitian... 46

4. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur ... 46

B. Pelaksanaan Penelitian ... 49

C. Deskripsi Subyek Penelitian... 51

D. Hasil Analisis Data Penelitian... 51

1. Hasil Uji Asumsi ... 51

2. Hasil Uji Hipotesis ... 52

E. Deskripsi Data Penelitian ... 58


(19)

xvi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

1. Bagi Mahasiswa ... 66

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 :Blue PrintKonsep Diri ... 38 Tabel 4.1 : Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Konsep Diri

Setelah Uji Coba ... 48 Tabel 4.2 : Hasil Uji NormalitasKolmogorov-Smirnov Test... 52 Tabel 4.3 :Directional MeasuresKonsep Diri dengan Karya Kreatif. 53 Tabel 4.4 :Symmetric MeasuresKonsep Diri dengan Karya Kreatif... 53 Tabel 4.5 :Directional MeasuresKreativitas dengan Karya Kreatif ... 54 Tabel 4.6 :Symmetric MeasuresKreativitas dengan Karya Kreatif... 55 Tabel 4.7 : Korelasi Parsial antara Konsep Diri dan Kreativitas

dengan Karya Kreatif ... 56 Tabel 4.8 : Korelasi Parsial antara Kreativitas dengan Karya Kreatif

dan jika Konsep Diri sebagai variabel kontrol ... 57 Tabel 4.9 : Norma Kategorisasi Konsep Diri, Kreativitas dan

Karya Kreatif... 58 Tabel 4.10 : Kriteria Kategorisasi Skor Konsep Diri, Kreativitas

dan Karya Kreatif... 58 Tabel 4.11 : Jumlah Subyek untuk Setiap Kategorisasi... 58


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : SkalaTry Out Variabel Konsep Diri ... 73

Lampiran B : Skala Penelitian Variabel Konsep Diri ... 81

Lampiran C : Skor Aitem Skala Konsep Diri Sebelum Digugurkan... 86

Lampiran D : Skor Aitem Skala Konsep Diri Setelah Digugurkan ... 93

Lampiran E : Reliabilitas Sebelum Aitem Skala Konsep Diri Digugurkan ... 97

Lampiran F : Reliabilitas Setelah Aitem Skala Konsep Diri Digugurkan 99 Lampiran G : Data Poin Total KreativitasInter-Rater... 101

Lampiran H : Hasil Korelasi Poin Total KreativitasInter-Rater... 102

Lampiran I : Rata-rata Poin Total KreativitasInter-Rater... 103

Lampiran J : Hasil Analisis Uji Normalitas... 104

Lampiran K : Hasil Analisis Uji Linearitas ... 105

Lampiran L : Hasil AnalisisCrosstabsUji Korelasi Data Ordinal dan Korelasi Parsial ... 106

Lampiran M : Kategori Skor Konsep Diri, Kreativtas, dan Karya Kreatif....111

Lampiran N : Daftar Nilai Matakuliah Seni Lukis Madya I dan Seni Grafis Madya I Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta 2012 / 2013 ... 112


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses pendidikan merupakan sarana pemahaman yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyalurkan ide kreatif untuk membentuk jati diri dan memperoleh pengalaman. Pendidikan tinggi kurang memusatkan pada pembimbingan kemampuan mahasiswa untuk berpikir dengan cara kreatif. Setyawan (2006) menyatakan bahwa mahasiswa perlu mengeksplorasikan kreativitasnya dalam belajar di Perguruan Tinggi. Mahasiswa memperoleh pengalaman untuk lebih berani mengekspresikan kreativitasnya.

Pada waktu ini proses pendidikan lebih menekankan aspek kognitif dan pengarahan pada proses pembelajaran, seperti prestasi akademik, oleh karena itu mahasiswa selalu mengejar prestasi akademik untuk memperoleh hasil nilai dari proses belajar yang menentukan keberhasilannya.

Berdasarkan hasil observasi awal, mahasiswa Jurusan Seni Murni merupakan jurusan yang diunggulkan pada salah satu program studi Fakultas Seni Rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Mahasiswa berusaha meningkatkan prestasi akademiknya melalui hasil karya kreatif. Mahasiswa dituntut untuk mampu mengungkapkan konsep seni dan mewujudkannya dalam karya seni rupa. Mahasiswa menghasilkan karya seni diperoleh dengan


(23)

daya fantasinya, maka membutuhkan kreativitas. Kreativitas merupakan ekspresi untuk menghasilkan sebuah produk yang baru dengan caranya sendiri, oleh karena itu mahasiswa perlu meningkatkan karya kreatif.

Mahasiswa Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dalam studinya selalu dihadapkan pada tantangan selama mengeksplorasi karya, baik dalam membentuk karakter dan kemampuan skill konsep maupun praktik dalam pencapaian profil lulusannya. Keadaan tersebut merupakan proses evaluasi yang mendukung untuk menghasilkan lulusan berkualitas dengan kompetensi seniman yang memiliki derajat sarjana sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan oleh Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta.

Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan memecahkan permasalahan di bidang seni rupa secara ilmiah sesuai dengan keahlian mereka. Mahasiswa juga diharapkan mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka kuasai dalam menanggapi permasalahan kebudayaan masyarakat. Pada buku panduan Fakultas Seni Rupa – Institut Seni Indonesia Yogyakarta (2011), mahasiswa didukung “motivasi kebutuhan spiritual yang bersifat subyektif”, artinya mahasiswa diharapkan dapat menyampaikan makna spiritual dalam mengekspresikan karyanya, sehingga dapat memotivasi dirinya sendiri dalam berkarya. Hal tersebut didukung oleh Diana (2006) mengenai kecerdasan spiritual, menjelaskan bahwa kecerdasan untuk memahami makna dari pengalaman kehidupan. Mahasiswa tidak hanya mengandalkan kemampuan fisik selama proses berkreasi, namun juga mampu mempertanggungjawabkan hasil karya seninya. Pengalaman tersebut


(24)

membantu dalam memperluas wawasan, mengembangkan kepribadian dan meningkatkan kreativitas mahasiswa.

Burhan (2009) dalam makalah yang berjudul “Perkembangan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) hingga Fakultas Seni Rupa (FSR) ISI Yogyakarta” mengharapkan mahasiswa diberikan kebebasan dan keberanian berkreasi dalam menciptakan karya seni. Pada kompetisi yang berjalan terus-menerus, mereka sering memunculkan karya-karya seni dengan kreativitas yang tidak terduga, bahkan mereka berusaha melahirkan keunikan personal style.

Mahasiswa berusaha menciptakan kekhasan karya seni dengan tampilan sebaik mungkin, maka dibutuhkan kreativitas. Setiap hasil karya dibuktikan kualitasnya melalui kegiatan pameran. Pameran seni merupakan suatu pilihan yang cukup strategis bagi proses aktualisasi diri seorang seniman untuk mengenalkan karya seni dan eksistensi individu juga kelompok seniman. Mahasiswa yang mengikuti pameran dapat meningkatkan relasi individu dalam aktualisasi diri, juga sebagai sarana untuk memperlancar komunikasi yang dapat memberikan kontribusi positif perkembangan kreativitas individu.

Karya kreatif merupakan suatu bentuk dari produk kreatif. Munandar (1988) menyatakan bahwa kreativitas sebagai produk yang menghasilkan karya baru dan dapat disebut kreatif, apabila memperoleh penghargaan dari orang lain pada waktu tertentu. Karya kreatif mahasiswa akan lebih berkembang apabila memiliki harga diri. Harga diri merupakan salah satu perwujudan dari konsep diri. Peran konsep diri juga hal yang penting dalam


(25)

proses pembelajaran dan proses pendidikan, sehingga perlu diperhatikan (Widodo, 2006).

Suatu karya kreatif dapat diciptakan jika individu memperoleh stimulasi yang mendukung. Adanya penghargaan sebagai sarana motivasi bagi penciptaan karya kreatif dapat memupuk dan mengembangkan daya kreativitas yang dimiliki individu. Dalam konteks ini, penghargaan karya kreatif ditunjukkan melalui hasil atau nilai karya praktikum mahasiswa berdasarkan pengamatan dari dosen. Hal ini menentukan dalam kemampuan intelektual yang kreatif, penguasaan keterampilan sesuai minat individu, dan motivasi untuk mencapai keunggulan di bidang seni.

Konsep diri merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan dalam menciptakan karya kreatif. Jika seorang mahasiswa memiliki konsep diri positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri. Penghargaan diri merupakan evaluasi diri yang akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya karena daya kreativitas yang dimiliki. Konsep diri akan mempengaruhi pada karya kreatif.

Konsep diri seniman dapat diaktualisasikan dalam bentuk karya seninya; artinya individu memiliki dorongan kreasi untuk berkembang pencapaian dan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Adapun pengertian konsep diri yaitu identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi (Baron & Bryne, 2004), konsep diri personal merupakan identitas yang unik.


(26)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juriana (2000) tentang kesesuaian antara konsep diri nyata dan ideal dengan kemampuan manajemen diri mahasiswa pelaku organisasi, hasil analisis menunjukkan bahwa konsep diri menempati posisi yang penting dalam menentukan perilaku individu. Perilaku individu akan terarah dengan baik jika dapat menyesuaikan konsep diri nyata dan konsep diri ideal yang dimilikinya. Hasil penelitian lain (Rola, 2006) tentang pengaruh konsep diri dalam motivasi berprestasi pada remaja awal hingga akhir menunjukkan bahwa adanya konsep diri positif dalam mencapai motivasi prestasi yang tinggi. Konsep diri positif sebenarnya dibutuhkan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai prestasi yang tinggi, karena konsep diri berkorelasi dengan prestasi, motivasi, dan tujuan hidup. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sahputra (2009) menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara konsep diri dengan prestasi akademik. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam berbagai tingkatan pendidikan, seseorang yang memiliki konsep diri positif cenderung memperoleh pencapaian akademik yang lebih baik.

Penekanan masalah penelitian ini adalah konsep diri dalam aktualisasi karya seni berkaitan dengan kreativitas mahasiswa. Adanya keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan melihat situasi, dan kemampuan untuk bereksperimen yang berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif. Agus (2005) dalam artikel mengenai masalah kreativitas dalam pendidikan selama ini hanya mengembangkan rasio dan penemuan inovasi baru. Sedangkan pertumbuhan dan perkembangan peranan fisik tidak begitu penting


(27)

dan setiap rangsang untuk bertindak kreatif lebih cenderung dipahami secara rasional. Artikel tersebut memperlihatkan masalah kreativitas sangat dipengaruhi oleh kemampuan kreatif. Individu hanya mementingkan ratio dan logika sehingga akan kehilangan kekhasan kreatifnya, maka diperlukan adanya kematangan pribadi dan integrasi dengan lingkungan yang meliputi sarana, keterampilan, orisinalitas, sebagai ungkapan dan identitas yang khas.

Konsep diri merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan dalam menciptakan karya kreatif. Jika seorang mahasiswa memiliki konsep diri positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri. Penghargaan diri merupakan evaluasi diri yang akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya karena daya kreativitas yang dimiliki. Hal ini konsep diri akan mempengaruhi pada karya kreatif.

Kreativitas merupakan hasil proses belajar mahasiswa dengan lingkungannya. Seseorang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya dalam proses penciptaan karya kreatif. Interaksi tersebut bisa mendukung atau menghambat upaya kreatif pada mahasiswa. Kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui karya kreatif.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara konsep diri dan kreativitas mahasiswa dengan karya kreatif.


(28)

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia di Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia di Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

- Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana penelitian Psikologi Perkembangan bagi peneliti lain.

2. Manfaat Praktis

- Memberikan informasi kepada subyek penelitian Jurusan Seni Murni tentang pentingnya meningkatkan konsep diri dan kreativitas dalam mengekspresikan karya kreatif yang berkualitas.

- Memberikan informasi kepada Institusi terutama FSR ISI Yogyakarta tentang hubungan konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif. - Untuk menambah wawasan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai


(29)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. KARYA KREATIF

1. Pengertian Karya Kreatif

Karya kreatif menurut Stein (dalam Basuki, 2010) menyatakan bahwa suatu produk baru dapat dikatakan karya kreatif jika mendapatkan pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu. Munandar (2000) menambahkan sebuah produk merupakan bagian dari kreativitas yaitu suatu ciptaan yang baru dan bermakna bagi individu dan lingkungannya. Hasil karya individu sudah dapat disebut kreatif apabila karya tersebut belum pernah diciptakan sebelumnya dan tidak meniru karya orang lain. Sebuah karya kreatif menekankan bahwa apa yang dihasilkan oleh pencipta dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.

Kriteria utama bagi karya kreatif yaitu berkaitan dengan sifat baru. Ghaffar menyatakan bahwa sifat baru merupakan salah satu hal terpenting dari kreativitas (Langgulung, 1991). Sifat baru ini diartikan dapat dipahami berdasarkan apa yang diketahui dalam bidang, kalangan dan waktu tertentu. Suharnan (2000) menambahkan sifat baru dari karya kreatif dapat ditinjau secara psikologis dan budaya. Dalam perspektif


(30)

psikologis yaitu ide baru apabila dipandang baru bagi penciptanya, walaupun pernah dibuat atau telah ada sebelumnya. Sementara perspektif budaya, suatu ide yang dianggap baru apabila belum pernah ditemukan di lingkungan budaya sekitar. Sifat baru dari kriteria karya kreatif bukan berarti bahwa hasil karya tersebut belum pernah ada, namun karya yang dikembangkan melalui modifikasi berbagai ide yang telah ada sebelumnya. Rogers menjelaskan kriteria karya kreatif tidak hanya baru, namun karya tersebut harus nyata (observable) dan memiliki kualitas yang unik (Munandar, 1999).

Berdasarkan beberapa uraian diatas, sependapat dengan Arini (2008) yang menambahkan kriteria karya kreatif yang baik dinilai dalam apresiasi seni rupa adalah sebagai berikut:

a. Ide yaitu pikiran yang mendasari individu untuk menciptakan suatu karya kreatif.

b. Kreativitas yaitu upaya mewujudkan karya seni dalam bentuk dan nilai yang baru.

c. Wujud adalah komposisi yang merupakan penataan unsur-unsur seni rupa dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu sehingga memperoleh suatu bentuk yang bermakna.

d. Gaya atau karakter mencerminkan kejujuran serta ciri khas yang menjadi latar belakang pribadi, pandangan pribadi dan pemahaman karya seni rupa (dapat berupa pemilihan, pengolahan bahan dan


(31)

bentuk, teknik berkarya) akan mempertimbangkan dalam penilaian apresiasi.

e. Teknik merupakan cara individu mewujudkan ide menjadi sesuatu yang menarik sehingga mempunyai nilai dengan menggunakan media berupa teknik dan bahan.

Selain itu, Maslow menyebutkan kreativitas sebagai special talent creativeness dalam penciptaan produk baru. Sebuah karya yang kreatif akan nampak pada individu yang mempunyai bakat sesuai minatnya (Langgulung, 1991). Meskipun demikian, tidak hanya bakat yang dibutuhkan untuk menghasilkan karya, namun juga melibatkan usaha individu secara menyeluruh, baik pengalaman, latihan dan pendidikan. Juga adanya kesediaan individu menerima kritik dari orang lain maupun memberi kritik terhadap diri sendiri (Munandar, 1983).

Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa karya kreatif dapat ditinjau dari aspek produk merupakan sesuatu yang baru dan orisinil yang dihasilkan oleh kemampuan manusia dan mendapatkan pengakuan atau penghargaan dari orang-orang disekitarnya. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan karya kreatif adalah hasil karya praktikum mahasiswa dan diakui atau dihargai dengan nilai hasil karya kreatif tersebut oleh dosen.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi karya kreatif

Menurut (Purwantoro, 2006) faktor-faktor dalam setiap penciptaan karya kreatif dipengaruhi oleh:


(32)

a. Kemampuan mengemukakan ide yang disampaikan dalam menampilkan karya kreatif.

b. Memiliki kepekaan secara indrawi yang menunjukkan besar kecilnya perasaan individu yang merupakan perwujudan dari pengalaman individu.

c. Mencerminkan kejujuran pada pribadi seniman yang menunjang kualitas orisinalitas dalam penciptaan karya kreatif.

Supriadi (1994) menambahkan karya kreatif tidak lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang menentukan penciptaan karya kreatif seseorang, yaitu:

a. Kemampuan intelektual yaitu tingkat kemampuan berpikir individu yang ditunjukkan oleh prestasi akademiknya.

b. Komitmen yaitu kemauan dan hasrat yang kuat didalam mencapai keunggulan dan memiliki penguasaan yang memadai terhadap bidang yang ditekuninya.

c. Penguasaan yaitu karya-karya kreatif yang ditampilkan tidak terlepas dari apa yang telah dilakukan sebelumnya dalam bidang yang ditekuninya, jadi keterlibatan individu secara intensif dengan kegiatan-kegiatan kreatif yang didukung oleh lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepekaan dan kreativitas dalam proses penciptaan karya kreatif merupakan faktor psikologis yang akan berpengaruh terhadap hasil karya seni dimana


(33)

dapat melahirkan ide-ide kreatif individu. Kepekaan dalam penciptaan karya kreatif yang mentransformasikan pengalaman batin dan kepekaan terhadap alam dan lingkungan, akan melahirkan karya seni sebagai ungkapan pribadi terkait perasaan artistik dalam setiap kekhasan karya. Hal tersebut perlu diperhatikan dari sisi pribadi seniman, lingkungan, sarana, dan pengaturan waktu yang merupakan faktor-faktor yang terkait langsung dalam kaitannya proses penciptaan karya kreatif. Sehingga individu dapat mengantisipasi dalam berbagai kendala mencipta suatu karya kreatif.

B. KONSEP DIRI

1. Pengertian Konsep Diri

Baron dan Bryne (2002) menyatakan bahwa identitas seseorang atau konsep diri terdiri dari keyakinan diri dan persepsi diri yang terorganisir dalam suatu skema kognitif. Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri terhadap diri sendiri yang terorganisir. Brook (dalam Rakhmat, 1996) mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan mengenai diri sendiri. Persepsi mengenai diri sendiri dapat bersifat psikis, sosial, dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian tentang diri.

Comb dan Saper (dalam Burns, 1993) menambahkan, bahwa konsep diri adalah cara individu melihat dirinya sendiri. Colley (dalam Burns, 1993) berpendapat bahwa konsep diri merupakan pikiran individu mengenai


(34)

dirinya sebagaimana orang lain memikirkannya. Pikiran tersebut dipengaruhi oleh umpan balik dari orang lain sebagai sumber data mengenai diri individu. Individu menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa dirinya.

Menurut Hurlock (1993) konsep diri adalah pandangan individu mengenai dirinya. Konsep diri terdiri dari dua komponen, yaitu konsep diri sebenarnya (real self) yang merupakan gambaran mengenai diri, dan konsep diri ideal (ideal self) yang merupakan gambaran individu mengenai kepribadian yang diinginkan. Sejalan dengan definisi tersebut, Calhoun dan Accocella (1990) bahwa konsep diri adalah pandangan mengenai diri sendiri. Pandangan mengenai diri sendiri tersebut merupakan suatu proses mental yang memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan, pengharapan, dan penilaian mengenai diri sendiri. Pengetahuan individu mengenai diri dan gambarannya berarti bahwa dalam aspek kognitif individu yang bersangkutan terdapat informasi mengenai keadaan dirinya, seperti nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan suku bangsa. Dimensi yang kedua adalah harapan individu di masa mendatang. Dimensi ini dapat disebut dengan diri ideal, yaitu kekuatan yang mendorong individu untuk menuju ke masa depan. Dimensi yang ketiga, penilaian terhadap diri sendiri, merupakan pandangan antara pengharapan diri dengan standar diri yang akan menghasilkan harga diri.

Menurut Cohen (dalam Sutisna, 2001), konsep diri sangat berperan bagi individu dalam menentukan tujuan, sikap, perilaku serta dalam merespon


(35)

orang lain, dengan kata lain tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh konsep dirinya. Hal tersebut didukung oleh Berzonsky (dalam Apollo, 2007) menyebutkan konsep diri seseorang dapat dilihat melalui penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, psikis, moral maupun sosial.

Menurut Willey (Calhoun & Acocella, 1990), sumber pokok informasi dalam perkembangan konsep diri ialah interaksi individu dengan orang lain. Konsep diri dapat berkembang menjadi positif dan negatif.

Hamachek (Rakhmat, 1996) mengemukakan bahwa individu dengan konsep diri yang positif akan memiliki ciri-ciri seperti: meyakini dan bersedia mempertahankan nilai-nilai dari prinsip yang dimiliki, tetapi merasa cukup tangguh untuk mengubah prinsip apabila pengalaman dan bukti baru menunjukkan dirinya salah; mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik; memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain; dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa rasa bersalah. Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasi, sanggup mengaku kepada orang lain bahwa dirinya mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan; mampu mengenali dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan. Wicklund dan Frey (Calhoun dan Acocella, 1990) menyatakan bahwa individu dengan konsep diri positif akan lebih mengenal dirinya dengan baik sehingga memiliki


(36)

penerimaan diri. Orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri.

Brooks dan Emmert (Rakhmat, 1996) menyatakan bahwa ada beberapa ciri orang yang memiliki konsep diri negatif seperti: peka terhadap kritik; merasa tidak diperhatikan atau disenangi oleh orang lain; responsif; bersikap pesimis, enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi, menganggap bahwa dirinya tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat dirumuskan bahwa pengertian konsep diri adalah keseluruhan gambaran individu dalam pandangan, perasaan dan penilaian tentang dirinya yang unik, serta mengenai gagasan-gagasan tentang pribadi yang diharapkan. Konsep diri muncul dari hasil interaksi meliputi aspek fisik, psikologis, moral dan sosial yang berkembang secara positif dan negatif.

2. Aspek-aspek konsep diri

Menurut Stuart dan Sundeen (Salbiah, 2003), konsep diri terdiri dari 5 komponen, yaitu:

a. Gambaran diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Cara


(37)

individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologis. Pandangan yang realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran diri akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses diri dalam kehidupan. Persepsi dan pengalaman individu dapat merupakan gambaran diri secara dinamis.

b. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar tersebut dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri:

1). Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas ke-mampuannya.

2). Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. Kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.

3). Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang realistis; keinginan untuk menghindari kegagalan; perasaan cemas dan rendah diri.


(38)

c. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan orang lain. Manusia cenderung bersikap negatif, walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang mengekpresikannya. Seseorang akan merasa bermakna atau berhasil jika diterima dan diakui orang lain; merasa mampu menghadapi kehidupan, merasa dapat mengontrol diri.

d. Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Posisi yang dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan:

1). Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran. 2). Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan. 3). Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang dilakukan.

4). Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. 5). Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku


(39)

e. Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tiada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan penguasaan diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.

Menurut Meier (Salbiah, 2003) mengidentifikasi 6 ciri-ciri dalam identitas ego:

1). Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.

2). Mengakui jenis kelamin sendiri.

3). Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan. 4). Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.

5). Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang. 6). Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.

Berdasarkan berbagai uraian pengertian diatas terdapat aspek-aspek konsep diri yang memiliki makna dan saling mempengaruhi pada individu, terutama dalam proses berkreasi. Aspek-aspek tersebut dapat dirumuskan sebagai indikator konsep diri yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, dan identitas.


(40)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Hurlock (dalam Apollo, 2007) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri meliputi:

a. Usia kemasakan (age maturity).

Individu yang cepat masaknya akan mengembangkan konsep diri yang positif dibandingkan individu yang kemasakannya terlambat.

b. Penampilan (apperance).

Penampilan diri tidak sesuai dengan kemampuannya membuat individu menjadi rendah diri. Penampilan diri ini meliputi: keadaan pakaian dan fisik, seperti cacat tubuh, kondisi kesehatan, produksi kelenjar tubuh. Rasa rendah diri akan menyebabkan konsep diri menjadi negatif.

c. Kesesuaian jenis kelamin (sex appropiate).

Penampilan, minat, dan tingkah laku yang sesuai dengan jenis kelamin dapat mendorong individu untuk memiliki konsep diri positif. d. Nama dan nama panggilan (name and nickname).

Individu akan merasa malu apabila mempunyai nama yang kurang diterima oleh kelompoknya, nama yang asing atau yang bersifat mengejek.

e. Hubungan dengan keluarga (family relationship).

Individu yang mempunyai hubungan dekat dengan keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan anggota-anggota keluarganya.


(41)

f. Teman sebaya (peers).

Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap kepribadian individu. g. Taraf aspirasi.

Individu yang tidak realistis terhadap kemampuan cenderung gagal. Keadaan ini membuat individu menjadi cemas, sehingga ia mengembangkan reaksi-reaksi pertahanan terhadap orang lain. Individu yang realistis terhadap kemampuannya cenderung berhasil dalam mencapai cita-cita yang mengarahkan pada konsep diri yang positif.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan bahwa konsep diri pada seseorang dipengaruhi oleh usia kemasakan, penampilan, kesesuaian jenis kelamin, nama dan nama panggilan, hubungan dengan keluarga, teman sebaya serta taraf aspirasi.

4. Ciri-Ciri dan Penggolongan Konsep Diri a. Konsep Diri Positif

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Burns (1993) ada beberapa ciri tambahan tentang individu-individu yang mempunyai kecenderungan konsep diri positif, yaitu:

1). Mempunyai harga diri tinggi, 2). Penerimaan diri yang positif,

3). Dapat melakukan evaluasi diri yang positif.

Sedangkan menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 1996) orang yang memiliki konsep diri positif adalah orang yang yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain,


(42)

menerima pujian tanpa rasa malu, mampu memperbaiki diri karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

Menurut Hamachek (dalam Rakhmat, 1996) orang yang mempunyai konsep diri positif adalah orang yang betul-betul menyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankan, walaupun menghadapi tantangan; merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip bila pengalaman dan bukti-bukti baru ternyata salah; tidak terlalu cemas akan apa yang terjadi esok, masa lalu dan sekarang; mempunyai keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan; merasa setara dengan orang lain, meski ada perbedaan dalam kemampuan, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya; menerima dirinya apa adanya; menerima penghargaan tanpa merasa bersalah; mampu merasakan berbagi dorongan dan keinginan, dari kekecewaan sampai kepuasan yang mendalam; mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan seperti pekerjaan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekadar mengisi waktu.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa orang yang memiliki konsep diri positif adalah orang yang mampu menerima dirinya secara positif dan dapat melakukan evaluasi diri, sehingga mempunyai harga diri yang tinggi. Konsep diri positif juga didukung oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu yang diyakini serta bersedia mempertahankan meski menghadapi tantangan, sehingga tidak terlalu cemas terhadap


(43)

peristiwa yang akan terjadi esok, masa lalu dan sekarang. Memiliki keyakinan pada kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain dan mampu menikmati hidup secara utuh dalam pekerjaan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, maupun sekadar mengisi waktu.

b. Konsep Diri Negatif

Menurut Burns (1993) individu dengan konsep diri negatif mempunyai ciri-ciri:

1). Selalu merasa rendah diri terhadap orang lain, 2). Kurang mampu menerima diri,

3). Sulit untuk melakukan evaluasi diri.

Adapun menurut Brook dan Emmert (Rakhmat, 1996) mengungkapkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri negatif cenderung:

1). Peka terhadap kritik

Individu dengan konsep diri negatif sangat tidak tahan terhadap kritik dan mudah marah. Koreksi sering dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga diri.

2). Responsif terhadap pujian

Individu yang mempunyai konsep diri negatif terkadang berpura-pura menghindari pujian, namun tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya saat menerima pujian. Orang-orang seperti ini tidak


(44)

pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.

3). Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain

Individu dengan konsep diri negatif cenderung menganggap orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban dalam persahabatan.

4). Bersikap pesimis

Individu yang mempunyai konsep diri negatif cenderung bersikap pesimis terhadap kompetisi dan merasa tidak berdaya bersaing dengan orang lain.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang mempunyai gambaran yang tidak tepat mengenai dirinya, dimana ia meyakini dan memandang bahwa dirinya tidak berdaya dan tidak kompeten, sehingga tidak percaya dengan kemampuannya sendiri dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah dan sulit melakukan evaluasi diri. Individu merasa dirinya tidak disenangi oleh orang lain sehingga peka terhadap kritik karena dianggap sebagai usaha menjatuhkan harga dirinya.


(45)

C. KREATIVITAS

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang (Roger dalam Munandar, 2004).

Damajanti (2006) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan pola perilaku yang disadari, sehingga dapat dimunculkan dan dilatih atau direkayasa.

Moustakis (Munandar, 2004) menambahkan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.

Schultz (1991) menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu ungkapan diri individu sebagai wujud penciptaan produk kreatif yang dihasilkan oleh individu yang terbuka terhadap pengalaman, memiliki percaya diri, mudah mengambil keputusan dan tindakan yang merupakan bagian pribadi kreatif.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dirumuskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan suatu produk yang baru, memecahkan suatu masalah dengan caranya sendiri. Kreativitas juga merupakan ungkapan unik dari keseluruhan pribadi sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan, dan tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau perilaku yang disadari dan tidak disadari, serta dapat dalam bentuk


(46)

produk seni, kesusasteraan, ilmiah baik bersifat prosedural atau metodologis.

2. Aspek-aspek Kreativitas

Aspek-aspek kreativitas menurut Munandar (dalam Dariyo, 2008) adalah:

a.Fluency(Kelancaran)

Fluency atau kelancaran mengacu pada sejumlah besar ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan. Kelancaran menyiratkan pemahaman, tidak hanya mengingat sesuatu yang dipelajari.

b.Flexibility(Keluwesan)

Keluwesan mengacu pada produksi gagasan yang menunjukkan berbagai kemungkinan. Keluwesan melibatkan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan banyak strategi atau pendekatan yang berbeda.

c.Elaboration(Elaborasi)

Elaborasi adalah proses meningkatkan gagasan dengan membuatnya menjadi lebih detail. Kejelasan dan detail tambahan akan meningkatkan minat dan pemahaman topik tersebut.

d.Originality(Keaslian)

Keaslian melibatkan produksi dari gagasan yang tidak biasa atau unik. Keaslian juga melibatkan penyampaian informasi dengan cara baru.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan bahwa aspek kreativitas merupakan ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan


(47)

persoalan. Hal ini didukung oleh kondisi internal dan eksternal yang mendorong seseorang ke perilaku kreatif dimana menunjukkan adanya kelancaran, fleksibilitas, elaborasi dan orisinalitas dalam proses berpikir dan berperilaku. Aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi pada individu untuk mampu menghasilkan suatu karya yang baru dan bermakna bagi individu dan lingkungannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut Clark (dalam Ngalimun, dkk, 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu:

a. Situasi yang mendorong untuk terbuka terhadap pengalaman baru. b. Situasi yang mendorong untuk mengemukakan banyak pertanyaan. c. Situasi yang mendukung untuk menghasilkan sesuatu.

d. Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian. e. Kebebasan dalam mengekspresikan dirinya dengan cara berbeda. f. Urutan kelahiran dan jenis kelamin.

g. Menghargai fantasi.

h. Memiliki minat pada kegiatan kreatif di sekolah maupun lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, setiap individu memiliki potensi kreatif dalam taraf yang berbeda-beda. Potensi kreatif pada individu perlu dipupuk sejak dini supaya dapat diwujudkan. Oleh karena itu, kreativitas harus diwujudkan melalui kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki individu, baik lingkungan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.


(48)

D. MAHASISWA

Mahasiswa sebagai individu yang memasuki masa perkembangan dewasa awal. Dalam konsep perkembangan, transisi dari masa remaja menuju dewasa disebut sebagai beranjak dewasa yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun yang ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi, terutama pendidikan (Santrock, 2013). Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan potensi dan membentuk karakter dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu supaya menjadi manusia yang berakhlak mulia, berilmu, sehat, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab (Suyadi, 2013).

Pada segi tahap perkembangan, Santrock (2002) berpendapat bahwa individu yang memasuki masa transisi dari tahap remaja menuju dewasa (emerging adulthood) penuh dengan perubahan dalam hidup. Pada masa ini, individu umumnya telah mampu bertanggungjawab untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri, namun belum atau baru lulus dari tingkat pendidikan yang diinginkan. Individu merasa belum sepenuhnya mandiri secara finansial, maka masih mengeksplorasi jalur karir yang sesuai bagi individu.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga (2005) mendefinisikan mahasiswa sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Selain itu, menurut Tim Penyusun Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma (2010), istilah mahasiswa diartikan sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada universitas. Pada masa ini mahasiswa lebih merasa


(49)

dewasa karena mempunyai banyak pilihan mata kuliah yang ingin diambil, mempunyai banyak waktu bersosialisasi, mempunyai kesempatan mengeksplorasi gaya hidup, memiliki kebebasan dan merasa tertantang menghadapi tugas-tugas akademik.

Papalia (2008) menyatakan bahwa mahasiswa mempunyai pilihan dalam menentukan perguruan tinggi dan memilih matakuliah yang mewakili hasrat terhadap karier masa depan. Santrock (2006) menambahkan bahwa universitas memiliki struktur yang lebih besar dan impersonal serta lebih fokus pada prestasi dan pengujiannya merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh individu dalam penyesuaian dirinya sebagai mahasiswa. Mahasiswa merupakan kaum intelektual, dituntut untuk memperluas wawasannya secara mandiri. Mahasiswa juga diharapkan mampu menganalisa dan menilai secara kritis dari ilmu yang diperoleh.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dirumuskan bahwa mahasiswa adalah peserta didik dengan usia 18 keatas yang secara resmi terdaftar selama mengikuti aktivitas dan proses pembelajaran dalam aspek jalur pendidikan formal. Mahasiswa dianggap sebagai seorang pribadi yang berada pada masa eksplorasi identitas, memiliki kematangan kognitif, kematangan fisiologis serta kematangan psikomoral. Mahasiswa dituntut untuk memperluas wawasan secara mandiri, sehingga diharapkan mahasiswa mampu menganalisa dan menilai secara kritis dari ilmu yang diperolehnya selama belajar di perguruan tinggi.


(50)

E. HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA

Konsep diri merupakan pikiran individu mengenai dirinya sebagaimana orang lain memikirkannya. Pikiran tersebut dipengaruhi oleh umpan balik dari orang lain sebagai sumber data mengenai diri individu. Sedangkan gambaran diri merupakan cara pandang mengenai pemahaman diri yang melibatkan antara persepsi dan pengalaman individu ketika mengemukakan ide dalam memecahkan persoalan dalam berkreasi. Individu yang memiliki pandangan realistis terhadap hidupnya, mampu menerima keadaan dirinya dan memiliki rasa aman. Seperti halnya gambaran diri, diri ideal individu merupakan kemampuan untuk mengemukakan ide kreatif dalam bentuk aspirasi, cita-cita dan prestasi. Individu akan menetapkan diri ideal sesuai faktor pendidikan, sosial dan budaya melalui berbagai macam pendekatan untuk mengatasi persoalan.

Selama masa perkembangan setiap individu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan peran dengan keadaan lingkungan sekitar. Peran individu merupakan bagian dari aktualisasi diri dan berkompromi dengan tuntutan lingkungan. Kekhasan peran setiap individu memunculkan identitas, yang merupakan perasaan dan perilaku yang kuat akan identitas diri, juga merupakan ekspresi, pemahaman pribadi dan tanggapan dalam penciptaan, baik di lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat. Pemahaman tersebut dapat mendukung penciptaan karya kreatif baru.


(51)

Individu dalam masa dewasa awal, diharapkan mendapatkan keberhasilan di masa mendatang, seperti misalnya mendapat pekerjaan yang sesuai dan memiliki kedudukan sesuai dengan kemampuannya. Keberhasilan dan kegagalan yang diperoleh pada masa remaja dapat menjadi prediktor hasil yang akan diperoleh remaja pada saat dewasa (Santrock, 2002). Dorongan ingin tahu yang besar, kemampuan berargumentasi dalam menghadapi masalah, tidak mudah dipengaruhi orang lain dan yakin akan kemampuan diri sendiri merupakan gambaran kreativitas mahasiswa yang tentunya sangat mendukung pada hasil belajar dalam bentuk praktik (keterampilan).

Menurut Anderson (dalam Setyawan, 2006) mendukung pentingnya kreativitas dalam pendidikan, terutama pendidikan perguruan tinggi. Pengalaman mahasiswa seharusnya meliputi kesempatan untuk menemukan potensi individu dan mencapai tingkat yang lebih tinggi pada ekspresi kreatif. Individu kreatif biasanya mengacu pada keaslian (originality) ide. Mahasiswa yang kreatif cenderung lebih suka memunculkan ide-ide baru dibandingkan mengikuti ide-ide yang sudah ada.

Usaha untuk mencapai keberhasilan dan berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar hanya bisa diperoleh apabila mahasiswa mengenal tentang dirinya secara mendalam, sehingga dalam menentukan standar yang digunakan, mahasiswa mampu menyesuaikan dengan kemampuan dirinya. Konsep diri yang positif akan membantu mahasiswa untuk menyadari segala kelebihan dan kekurangannya sehingga mampu mengaktualisasikan diri secara optimal.


(52)

Karya kreatif mahasiswa merupakan ungkapan pribadi berkaitan dengan kepekaan yang akan muncul pada setiap karya yang mempunyai kekhasan. Sebuah karya dapat dikatakan kreatif apabila memperoleh penghargaan dari orang lain. Karya kreatif tidak hanya memiliki makna bagi orang lain namun bagi pencipta tersebut, maka dibutuhkan evaluasi. Penilaian terhadap diri sendiri merupakan perbandingan antara keadaan diri saat ini dengan apa yang menurutnya dapat terjadi dalam dirinya. Menurut Moss dan Kagen (dalam Calhoun & Acocella, 1990) juga mengatakan konsep diri mahasiswa akan mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi. Harapan-harapan yang dimiliki mahasiswa juga didukung dengan usaha kreativitasnya untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan apa yang diharapkan. Mahasiswa yang merupakan subjek dalam penelitian ini diharapkan memiliki penilaian yang baik mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga memiliki inisiatif untuk mengembangkan diri serta lebih percaya diri dan dapat mencapai prestasi karya kreatif dengan dorongn kreativitas pada mahasiswa ISI Yogyakarta.


(53)

F. HIPOTESIS

Ada hubungan yang positif antara konsep diri dan kreativitas dengan karya seni pada mahasiswa. Semakin tinggi konsep diri dan kreativitas yang dimiliki seorang mahasiswa maka karya kreatif juga semakin tinggi.

Skema hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

KARYA KREATIF

KREATIVITAS


(54)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional (correlational research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif pada mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Azwar (1999) menegaskan bahwa penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel yang diteliti. Jika ada, berapa besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.

B. SAMPEL PENELITIAN

Subyek penelitian dipilih melalui Purposive Sampling atau Sampel Bertujuan yaitu pengambilan subyek yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Hadi, 2000). Alasan karena adanya keterbatasan waktu dan tenaga untuk penelitian, sehingga pengambilan sampel didasarkan atas ciri, sifat, atau karakteristik tertentu yang telah diketahui sebelumnya.

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Subyek adalah mahasiswa yang berstatus masih aktif kuliah di Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta.


(55)

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau apa yang dapat menjadi suatu titik perhatian penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:

1. Variabel Bebas : Konsep diri (X1) Kreativitas (X2) 2. Variabel Tergantung : Karya kreatif (Y)

D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Karya Kreatif

Karya kreatif diperoleh dari nilai akhir matakuliah yang diambil oleh mahasiswa Jurusan Seni Murni yaitu Seni Lukis Madya I dan Seni Grafis Madya I. Hasil nilai matakuliah tersebut merupakan nilai semester genap tahun 2012/2013 telah dioperasionalkan dalam bentuk nilai huruf yang masing-masing mempunyai nilai bobotnya, seperti berikut: A = 4, B = 3, C = 2, D = 1, dan E = 0.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran atau konsep individu mengenai cara pandang terhadap dirinya sendiri secara utuh, perasaan dan penilaian tentang dirinya yang unik, serta mengenai gagasan-gagasannya tentang pribadi yang diharapkan. Konsep diri muncul dari pengalaman individu sendiri dengan orang lain baik bersifat fisik, psikologis, moral dan sosial yang berkembang secara positif dan negatif. Data tentang konsep diri


(56)

diukur melalui skala yang disusun dengan aspek gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, dan identitas.

Konsep diri seseorang ditandai dengan perolehan skor skala konsep diri. Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi konsep dirinya dan sebaliknya. Konsep diri diukur dengan skala konsep diri yang dibuat oleh peneliti, meliputi lima aspek konsep diri:

a. Gambaran diri: persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh, status, peranan, dan kemampuan dirinya.

b. Ideal diri: persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi atau pribadi yang diharapkan oleh individu, sebagian berupa keinginan dan sebagian berupa keharusan. c. Harga diri: penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri yang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

d. Peran: pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat, sebagaimana yang diyakini individu dan orang lain yang melihat dan mengevaluasi. e. Identitas: kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi

dan penilaian, dimana mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain dan unik.


(57)

3. Kreativitas

Tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural. Kreativitas figural adalah kemampuan individu untuk berpikir, berkehendak, dan mencipta atau membuat sesuatu yang baru yang berbeda dari orang lain. Bentuk visualisasi gambar berdasarkan atas pengetahuan, pengalaman dan informasi yang telah ia peroleh sebelumnya. Kreativitas figural pada mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta diamati sejauh mana subyek mampu mengaktualisasikan pikiran atau ide-idenya dalam bentuk gambar. Berdasarkan pada impuls-impuls yang mereka peroleh dari pengalaman visual dari kampus maupun dari luar kampus selama subyek melaksanakan tugas-tugas akademis menunjang keberhasilan khususnya menghasilkan sebuah karya seni. Daya kreativitas ini terdiri dari: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), elaborasi (elaboration), dan keaslian (originality). Untuk skoring ke empat aspek kreativitas di atas menggunakan buku panduan manual dari

Torrance Tests of Creative Thinking yang disusun oleh Torrance pada tahun 1974.

a. Kelancaran (fluency), merupakan kemampuan seseorang yang mengacu pada kuantitas atau sejumlah besar ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan.

b. Keluwesan (flexibility), merupakan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan banyak strategi atau pendekatan yang berbeda.


(58)

c. Elaborasi (elaboration), merupakan proses meningkatkan gagasan dengan membuatnya menjadi lebih detail.

d. Keaslian (originality), merupakan kemampuan yang menghasilkan produksi dari gagasan yang tidak biasa atau unik bagi populasinya.

Kemudian setelah menperoleh skor dari masing-masing aspek, skor-skor tersebut kemudian dijumlahkan sehingga menghasilkan Total skor-skor seluruh aspek kreativitas.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala konsep diri dan tes untuk mengukur kreativitas dan nilai matakuliah untuk karya kreatif. Alat ukur yang digunakan yaitu:

1. Karya Kreatif

Karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dapat dioperasionalkan dalam bentuk nilai akhir matakuliah. Nilai diperoleh dari matakuliah yang diambil oleh mahasiswa yaitu Seni Lukis Madya I dan Seni Grafis Madya I. Hasil nilai matakuliah tersebut merupakan nilai semester genap tahun 2012/2013 telah dioperasionalkan dalam bentuk nilai huruf yang masing-masing mempunyai nilai bobotnya, seperti berikut: A = 4, B = 3, C = 2, D = 1, dan E = 0.

2. Skala Konsep Diri

Skala merupakan alat ukur psikologis dalam bentuk kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang disusun sedemikian rupa sehingga


(59)

respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor & kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 1997).

Skala ini disusun untuk mengukur konsep diri subyek dalam aktualisasi karya seni di kampus. Skala konsep diri menggunakan skala Likert. Masing-masing terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam menilai jawaban (memberi skor) untuk pernyataan mendukung (favorabel) bergerak dari 4 sampai 1, pilihan SS = 4, pilihan S = 3, pilihan TS = 2, dan pilihan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan tidak mendukung (unfavorabel) bergerak dari 1 sampai 4, pilihan SS = 1, pilihan S = 2, pilihan TS = 3, dan pilihan STS = 4.

Tabel 3.1

Blue PrintKonsep Diri

Pada tabel di atas jumlah aitem yang disusun dalam skala konsep diri adalah 60 aitem pernyataan, yang terdiri dan 30 aitemfavorabeldan 30 aitem pernyataanunfavorabel.

No. Aspek Nomor Aitem Bobot

Favourable Unfavourable 1. Gambaran

diri

1, 6, 10, 23, 31, 37

2, 13, 15, 46, 50, 57

12 (20%) 2. Ideal diri 4, 9, 16, 24, 27,

54

5, 19, 29, 30, 45, 47

12 (20%) 3. Harga diri 3, 8, 17, 25, 32,

56

18, 21, 26, 35, 39, 51

12 (20%) 4. Peran 14, 38, 41, 44,

49, 60

20, 22, 28, 40, 42, 53

12 (20%) 5. Identitas 11, 34, 48, 52,

55, 58

7, 12, 33, 36, 43, 59 12 (20%) Total 30 (50%) 30 (50%) 60 (100%)


(60)

3. Tes Kreativitas Figural

Tes kreativitas yang digunakan untuk mengungkapkan kreativtas yaitu Tes Kreativitas Figural tipe B. Tes ini merupakan bagian dari Torrance

Test of Creative Thingking (TTCT) dalam bentuk figural yang

dikembangkan oleh Torrance. Tes kreativitas figural mengukur aspek

fluency, flexibility, originality, dan elaboration dari kemampuan berpikir kreatif. Tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural dari Torrance (1974) tipe B yang terdiri dari 3 subtes yaitu:

a. Aktivitas pertama :Picture Constructionmengungkaporiginalitydan

elaboration.

b. Aktivitas kedua :Picture Completion yang mengungkap faktor

fluency, flexibility, originality, dan elaboration. c. Aktivitas ketiga :Circles yang mengungkapkan faktor fluency,

flexibility, originality, dan elaboration.

Subyek diminta untuk membentuk gambar sebanyak mungkin, dengan menggunakan lingkaran-lingkaran sebagai stimulusnya. Tes ini terdiri dari 65 lingkaran. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan semua tes kreativitas figural tipe B adalah 30 menit, dengan batas waktu 10 menit dari setiap subtes. Semakin banyak lingkaran yang digunakan, semakin tinggi pula skor yang diperoleh.

Tes yang dipakai dalam penelitian adalah tes jenisCircles Test. Alasan memilih subtes Circles ini mengingat keterbatasan waktu dan cara penilaiannya rumit diantara subtes yang ada. Tes ini mudah dilakukan dan


(61)

penyajiannyapun singkat sehingga tepat digunakan untuk mengukur kreativitas mahasiswa Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta yang memiliki mobilitas yang tinggi.

Penilaian aspek fluency didasarkan pada kuantitas gambar yang relevan, yang dapat dihasilkan oleh subyek dalam waktu 10 menit pada setiap tugas dan bukan pada kualitas gambar. Respon sederhana tidak mendapat nilai jika respon hanya merupakan pengulangan dan tidak relevan. Skor yang tinggi pada aspek ini menunjukkan bahwa dalam waktu yang terbatas, subyek memiliki kelancaran dalam menuangkan idenya.

Penilaian aspek flexibility diberi skor dengan melihat kategori respon yang dihasilkan oleh subyek, apabila respon tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori yang ada dapat dibuat kategori yang baru.

Penilaian aspek elaboration didasarkan pada kuantitas pengulangan bentuk dan penambahan detail yang diberikan pada ide minimum dasar. Subyek yang mengulang bentuk sama persis tidak memperoleh skor, tetapi jika terdapat penambahan detail sehingga gambar menjadi lebih kompleks akan mendapatkan skor sesuai dengan detail yang ditambah.

Aspek originalitydinilai dangan mentabulasikan jawaban dari seluruh subyek kemudian dihitung frekuensi dari setiap jawaban. Ketentuan pemberian skororiginalitysebagai berikut:

a. Respon yang dijawab oleh lebih dari 10% subyek diberi nilai 0. b. Respon yang dijawab oleh 5% - 9% subyek diberi nilai 1. c. Respon yang dijawab oleh 2% - 4% subyek diberi nilai 2.


(62)

d. Respon yang menunjukkan imajinasi dan kreativtas yang tinggi diberi nilai 3.

e. Bonus originality diberikan apabila subyek dapat menggabungkan beberapa lingkaran dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Menggabungkan 2 lingkaran diberi nilai 2. 2. Menggabungkan 3 - 5 lingkaran diberi nilai 5. 3. Menggabungkan 6 - 10 lingkaran diberi nilai 10. 4. Menggabungkan 11 - 15 lingkaran diberi nilai 15. 5. Menggabungkan lebih dari 15 lingkaran diberi nilai 25.

Setelah memperoleh seluruh skor dari setiap aspeknya, maka dilanjutkan dengan menjumlah seluruh skor tersebut sehingga diperoleh skor kreativitas figural yang utuh.

F. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Validitas

Menurut Hadi (2004), validitas merupakan alat ukur yang mampu mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Validitas ditentukan oleh ketepatan dan kecermatan hasil pengukuran. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak suatu aspek psikologis dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skornya pada alat ukur skala yang bersangkutan (Azwar, 1997). Skala konsep diri dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan validitas isi (content validity).


(63)

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional atau melaluiprofessional judgment

(Suryabrata, 2011). Adapun cara untuk menguji validitas isi yaitu dengan membuat blue print berdasarkan teori. Menurut Azwar (1997), blue print

akan memberikan gambaran mengenai isi skala dan mendukung validitas isi skala dalam penulisan aitem. Blue print disajikan dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen-komponen atribut yang harus dibuat aitemnya, proporsi aitem dalam setiap komponen serta indikator-indikator pada masing-masing komponen.

Validitas Torrance’s Circle Test telah diteliti oleh Munandar (1977), menunjukkan koefisien korelasi dengancircle testdenganfigure exclusion

sebesar 0,23 (p<0,01). Koefisien korelasi antara circle test dengan verbal divergent thinking sebesar 0,47 (p<0,01). Sedangkan Reliabilitas Tes Kreativitas Figural ini pada penelitian Munandar (1977) sebesar 0,989. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munandar, maka tes kreativitas lingkaran dari Torrance cukup valid untuk mengungkap kreativitas seseorang.

2. Reliabilitas

Reliabilitas dalam alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 1997).

Dalam penelitian ini, reliabilitas skala diukur dengan pendekatan konsistensi internal, yaitu koefisien Alpha yang didasarkan pada bentuk


(64)

final masing-masing skala. Pendekatan ini dianggap memiliki nilai praktis dan efisiensi tinggi (Azwar, 1999). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

G. METODE ANALISIS DATA

Pada penelitian ini, data yang diperoleh terdiri dari data ordinal yaitu tes Kreativitas Figural sedangkan data interval yaitu skala Konsep Diri dan nilai Karya Kreatif. Berdasarkan perolehan data-data tersebut, peneliti menggunakan metode analisis CrosstabsUji Korelasi Data Ordinal dan Korelasi Parsial dengan bantuan SPSS versi 17.0for Windows.Alasan pengunaan analisis

CrosstabsUji Korelasi Data Ordinal karena disertakan fasilitas untuk mengukur apakah ada hubungan antara dua variabel tertentu, dan seberapa kuat hubungan yang ada pada tabel silang. Bahkan, dapat menampilkan hubungan antara dua atau lebih variabel, atau sampai dengan menghitung apakah ada hubungan antara baris (sebuah variabel) dengan kolom (sebuah variabel yang lain). Sedangkan penggunaan analisis Korelasi Parsial karena ingin menunjukkan variabel mana yang saling berhubungan dan variabel mana yang menjadi kontrol variabel dari ketiga variabel yang digunakan.


(65)

44 BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN 1. Orientasi Kancah Penelitian

Institut Seni Indonesia Yogyakarta atau ISI Yogyakarta adalah sebuah perguruan tinggi seni negeri di Kota Yogyakarta. Tepatnya di Jalan Parangtritis Km. 6, Kelurahan desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Seni Murni bagian dari Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta. Program Studi Seni Lukis, Seni Grafis, dan Seni Patung merupakan bidang keahlian yang diunggulkan Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta.

FSR ISI Yogyakarta adalah lembaga pendidikan tinggi seni rupa di Indonesia yang didirikan dengan nama ASRI sejak tahun 1950. Institusi ini merupakan perkembangan dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI “ASRI”). Di awal berdirinya ASRI menerapkan pengajaran “sistem proyek global” yaitu sistem yang memberikan keberanian dan kebebasan kepada para siswa. Pengajaran praktiknya tidak diarahkan pada suatu gaya atau corak tertentu dalam berkarya, melainkan hanya mengutamakan kesan konsep pribadi. Perkembangan selanjutnya, terjadi pergeseran visi pendidikan ASRI yang


(66)

seharusnya mendidik calon-calon seniman menjadi mendidik calon-calon guru. Keadaan tersebut karena dipengaruhi kenyataan dalam kehidupan masyarakat, bahwa berprofesi sebagai seniman ternyata masih sulit untuk mendapat jaminan hidup pada saat itu.

Seiring proses penyempurnaan sistem pendidikan FSR ISI Yogyakarta mengembangkan sistem pendidikannya sesuai dengan konsep pendidikan modern dalam visi ISI Yogyakarta dan norma dari Departemen Pendidikan Nasional. Institusi ini telah menghasilkan seniman-seniman dan ahli seni dengan reputasi nasional dan internasional. Hasil kreativitas penciptaan seni yang dihasilkan para mahasiswa telah memberikan kontribusi positif bagi perkembangan kesenian khususnya di bidang seni rupa.

2. Proses Perijinan

Prosedur pembuatan surat keterangan ijin penelitian diawali dengan membuat surat permohonan yang menyatakan bahwa peneliti merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang akan melakukan penelitian untuk menyusun tugas akhir atau skripsi. Selanjutnya, surat keterangan ijin penelitian dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan surat No. 3/D/KP/Psi/USD/II/2013, tertanggal 1 Februari 2013, ditujukan kepada Dekan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan telah melaksanakan penelitian dengan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta No. 472/K/14.1.39/TU/2013.


(67)

3. Persiapan dan Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Persiapan alat ukur penelitian ini dilakukan dengan pembuatanblue print

skala konsep diri. Kemudian blue print tersebut dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Aitem-aitem skala konsep diri merupakan adaptasi dari skala konsep diri yang berdasarkan pada lima aspek konsep diri yang dikemukakan oleh Stuart & Sundeen (Salbiah, 2003) dan sebagian aitem merupakan tambahan dari peneliti. Hasil pengembangan blue print tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

Langkah berikutnya yang dilakukan peneliti adalah menyusun instrumen penelitian yang berfungsi sebagai alat ukur untuk mengungkap variabel-variabel yang hendak diukur dalam mendukung pengujian hipotesis. Peneliti juga meminta bantuan tiga mahasiswa untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan dalam skala dapat dimengerti dengan baik. Setelah skala dikoreksi, maka skala tersebut diujicobakan. Dalam penelitian ini dipergunakan try out

terpakai kemudian subyektry out/ uji coba juga dipergunakan sebagai subyek penelitian, hal ini disebabkan jumlah mahasiswa subyek penelitian sangat terbatas.

4. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur

Berikut hasil uji validitas aitem dan reliabilitas alat ukur adalah: a. Karya Kreatif

Karya kreatif mahasiswa dilihat berdasarkan nilai akhir matakuliah praktik mahasiswa yang telah ditempuh selama semester genap tahun 2012/2013. Nilai diperoleh dari matakuliah yang diambil oleh mahasiswa


(68)

yaitu Seni Lukis Madya I dan Seni Grafis Madya I. Karya kreatif mahasiswa dioperasionalkan dalam bentuk nilai huruf yang mempunyai nilai bobotnya dalam bentuk bilangan, seperti berikut: A = 4, B = 3, C = 2, D = 1, dan E = 0. Perolehan nilai tersebut sesuai dengan pedoman yang berlaku di Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta untuk Program Sarjana (S1).

b. Skala Konsep Diri

Jumlah aitem yang diujicobakan 60 aitem, berdasarkan hasil analisis menggunakan SPSS versi 17.0 terdapat 33 aitem yang sahih dan 27 aitem dinyatakan gugur karena memiliki korelasi yang rendah (< 0,25) terhadap skor total. Angka validitas aitem yang sahih berkisar antara 0,271 sampai 0,556. Selanjutnya uji reliabilitas skala yang memuat aitem sahih. Hasil analisis reliabilitas menggunakan teknik Koefisien Reliabilitas Alpha dari Cronbach menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,882. Angka ini menunjukkan bahwa skala tersebut memiliki nilai reliabilitas yang tinggi. Hasil analisis aitem tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :


(69)

Tabel 4.1

Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba

c. Tes Kreativitas Figural

Tes kreativitas figural dinilai dengan angka kasar untuk masing-masing aspek yaitu fluency, flexibility, originality dan elaboration. Setelah tiap-tiap aspek memperoleh nilai kasar, kemudian dari keempat nilai tersebut dijumlahkan sehingga memperoleh nilai total tes kreativitas figural untuk masing-masing subyek.

Dengan rumus: Xt= F1+ F2+ O + E Keterangan:

Xt= Nilai total kreativitas Figural masing-masing subyek. F1= Fluency (kelancaran)

F2= Flexibility (keluwesan) O = Originality (keaslian) E = Elaboration (perincian)

Hasil analisis tes kreativitas figural menggunakan teknik rating

yang dilakukan oleh lebih dari seorang rater untuk meminimalisasi

No. Aspek Nomor Aitem Bobot

Favourable Unfavourable 1. Gambaran

diri 1, 31, 37 15

4 (12,12%)

2. Ideal diri 9, 24, 27, 54 30, 45 6

(18,18%) 3. Harga diri 3, 17, 25, 32,

56

18, 21, 26, 39, 51

10 (30,30%)

4. Peran 38, 41, 44, 49 20, 28, 40 7

(21,21%)

5. Identitas 11, 34, 48 7, 36, 59 6

(18,18%) Total 19 (57,58) 14 (42,42) 33 (100%)


(70)

pengaruh subyektivitas pemberian skor. Estimasi reliabilitas hasil pemberian rating dilakukan dengan memberikan rating-ulang dan kemudian menghitung korelasi antara kedua pemberianratingtersebut (Azwar, 1997). Berdasarkan koefisien korelasi Product Moment Pearson antara kedua rater menghasilkan rxx’= 0,983. Koefisien ini merupakan rata-rata interkorelasi hasil rating diantara semua kombinasi kedua rater dan merupakan rata-rata reliabilitas bagi seorangrater.

Validitas tes kreativitas figural ini menggunakan validitas prediktif, sehingga setiap banyaknya respon subyek merupakan skor yang terdapat pada tes kreativitas figural tersebut. Hal ini merupakan kevalidan yang mengacu pada Circle Test dalam buku Direction Manual and Scoring Guide Torrance Test of Creative Thinking yang disusun oleh Torrance (1974) dan penelitian tes kreativitas figural yang telah diteliti oleh Munandar (1977).

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengambilan data penelitian dilakukan setelah alat ukur yang berupa skala konsep diri dan tes kreativitas figural siap digunakan. Pengambilan data penelitian dilakukan mulai tanggal 7 Maret 2013 dan 8 Maret 2013 di Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta.

Pada pelaksanaannya, peneliti memberikan skala tersebut dengan dua cara: Cara pertama masuk kelas tepat setelah jam kuliah selesai dengan


(71)

sebelumnya meminta ijin kepada dosen pengampu mata kuliah. Cara kedua dengan memberikan pada mahasiswa yang berada diluar kelas, biasanya mereka sedang menunggu jam kuliah selanjutnya atau selesai mengikuti kuliah. Untuk responden yang mengisi di luar kelas peneliti menanyakan apakah responden merupakan mahasiswa aktif di kampus, selanjutnya menanyakan kesediaannya mengisi skala. Beberapa calon responden menghindar atau tidak bersedia mengisi skala dengan alasan keperluan lain.

Tahap yang dilakukan peneliti memperkenalkan identitas peneliti dan menjelaskan bahwa peneliti sedang mengumpulkan data untuk tugas akhir. Kepada responden yang bersedia, peneliti meminta responden untuk mengisi identitas kemudian membaca petunjuk pengisian untuk selanjutnya mengisi skala tersebut, bila ada yang kurang jelas, responden dapat menanyakannya pada peneliti. Waktu rata-rata yang digunakan responden untuk mengisi skala adalah 20 - 30 menit. Diawali dengan pengisian tes kreativitas figural terlebih dahulu selama 10 menit. Setelah diberi penjelasan sesuai instruksi tes bahwa yang dilihat bukan kualitas gambar tetapi yang terpenting adalah kuantitas gambarnya, barulah peserta tes segera melakukan tes tersebut. Bahkan setelah melukiskan beberapa gambar, terlihat responden mulai menikmati tes ini dan berusaha untuk menggambar dengan sebaik-baiknya sambil memperhatikan waktu yang telah ditetapkan. Setelah waktu pengisian tes kreativitas figural selesai, selanjutnya responden diminta untuk mengisi skala konsep diri yang telah diberikan.


(1)

Partial Corr

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N KaryaKreatif _Y 2.88 .977 34 Kreativitas_X2 90.15 39.482 34 KonsepDiri_X1 96.97 11.221 34

Correlations Control Variables KaryaKreatif _Y Kreativitas_ X2 KonsepDiri_ X1 -none-a KaryaKreatif

_Y

Correlation 1.000 .421 .121 Significance

(2-tailed)

. .013 .495

df 0 32 32

Kreativitas_X2 Correlation .421 1.000 .048 Significance

(2-tailed)

.013 . .786

df 32 0 32

KonsepDiri_X1 Correlation .121 .048 1.000 Significance

(2-tailed)

.495 .786 .

df 32 32 0

KonsepDiri_X1 KaryaKreatif _Y

Correlation 1.000 .418 Significance

(2-tailed)

. .015

df 0 31

Kreativitas_X2 Correlation .418 1.000 Significance

(2-tailed)

.015 .

df 31 0


(2)

LAMPIRAN M : KATEGORI SKOR KONSEP DIRI, KREATIVITAS, DAN KARYA KREATIF

NO NAMA Kreativitas

Kate-gori Konsep Diri Kate-gori Nilai Kate-gori

1 MEITIKA C. L. 85 S 107 S 4 T

2 M. ALIFAN A. 104 S 102 S 3 S

3 EGA BUDAYA P. 78 S 82 R 4 T

4 STANLEY E.T. T. 32 R 88 R 0 R

5 ERLANGGA D. A. 103 S 102 S 3 S

6 PANDE GOTHA A. 52 S 83 R 3 S

7 RICHARD N.T. 109 S 87 S 3 S

8 ARIF FIDIATMOKO 113 S 91 S 3 S

9 FANNY OCTAVIA S. 83 S 87 S 3 S

10 DYAH AYU S. D. 105 S 88 S 3 S

11 ANGGIH GISMANA 131 T 84 R 4 T

12 APRIYANTO S. 179 T 106 S 3 S

13 NANDI YOGA N. 156 T 118 T 3 S

14 YUSUF F.Y. 51 S 113 T 3 S

15 KUKUH P. AL. 97 S 106 S 2 S

16 OKI S. KOTO 73 S 107 S 2 S

17 R. K. PRATOMO 36 R 91 S 3 S

18 MATHEUS SAKEUS 63 S 90 S 3 S

19 DEDIK YOHANNES 65 S 95 S 3 S

20 JOHANNES 50 R 110 T 3 S

21 JAMESBI 61 S 104 S 3 S

22 YOSSI TANDLO 55 S 97 S 0 R

23 CAHYO NUGROHO 154 T 99 S 3 S

24 BAHAUDIN 69 S 117 T 3 S

25 POPI MULYONO 76 S 97 S 3 S

26 ADE YUSUF 70 S 107 S 3 S

27 MARIO VIANI 127 S 75 R 3 S

28 CATUR WIDODO 93 S 102 S 4 T

29 HERI SUSANTO 67 S 75 R 2 S

30 AHMAD IDHAM 101 S 102 S 3 S

31 AYU DESTIANI 180 T 92 S 4 T

32 VERONICA LIANA 56 S 107 S 4 T

33 PRIMA YOGA 144 T 99 S 4 T

34 NAJI 47 R 87 S 1 R


(3)

LAMPIRAN N : DAFTAR NILAI MATAKULIAH SENI LUKIS MADYA I DAN SENI GRAFIS MADYA I JURUSAN SENI MURNI FSR ISI YOGYAKARTA 2012/2013

NO NAMA NILAI

HURUF

NILAI BOBOT

1 MEITIKA CHANDRA L. A 4

2 M. ALIFAN AKBAR B 3

3 EGA BUDAYA PUTRA A 4

4 STANLEY EMIL TOBI TUKAN E 0

5 ERLANGGA D. A. B 3

6 PANDE GOTHA A. B 3

7 RICHARD NIXON T. B 3

8 ARIF FIDIATMOKO B 3

9 FANNY OCTAVIA SANTOSO B 3

10 DYAH AYU SANTIKA DEWI B 3

11 ANGGIH GISMANA A 4

12 APRIYANTO SADEWO B 3

13 NANDI YOGA NARUBA B 3

14 YUSUF FERDINAN Y. B 3

15 KUKUH PURWO AL. C 2

16 OKI S. KOTO C 2

17 R. K. PRATOMO B 3

18 MATHEUS SAKEUS B 3

19 DEDIK YOHANNES B 3

20 JOHANNES B 3

21 JAMESBI B 3

22 YOSSI TANDLO E 0

23 CAHYO NUGROHO B 3

24 BAHAUDIN B 3

25 POPI MULYONO B 3

26 ADE YUSUF B 3

27 MARIO VIANI B 3

28 CATUR WIDODO A 4

29 HERI SUSANTO C 2

30 AHMAD IDHAM B 3

31 AYU DESTIANI A 4

32 VERONICA LIANA A 4

33 PRIMA YOGA A 4

34 NAJI D 1

Keterangan :


(4)

LAMPIRAN O :


(5)

(6)