Buku SMK Agroindustri - Agribisnis Ternak Ruminansia - Jilid 2.pdf
AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA
JILID 2
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang
AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA
JILID 2
Untuk SMK
Penulis utama : Caturto Priyo Nugroho
Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm
NUG NUGROHO, Caturto Priyo.
a Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid 2 untuk SMK /oleh Caturto Priyo Nugroho ---- Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
viii. 200 hlm Daftar Pustaka : LAMPIRAN A. Glosarium
: LAMPIRAN B.
ISBN : 978-602-8320-00-9 ISBN : 978-602-8320-02-3
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
Diperbanyak oleh PT Macanan Jaya Cemerlang
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmedia- kan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khususnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK
iii
KATA PENGANTAR
Buku ini disusun sebagai salah satu buku teks pelajaran siswa SMK Pertanian, program keahlian Budidaya Ternak Ruminansia. Isi buku membahas aspek teknis budidaya ternak ruminansia besar dan aspek manajemen. Aspek teknis budidaya meliputi potensi dan peran peternakan, dasar-dasar budidaya, kaidah dan aturan K3, memilih bibit, memberi makan, membuat kandang, merawat kesehatan, tatalaksana pemeliharaan, bangunan, dan alat mesin. Aspek manajemen meliputi analsis kelayakan usaha dan pemasaran. Diharapkan buku ini dapat membekali siswa dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan pada kurikulum.
Tingkat konsumsi susu dan daging di Indonesia masih rendah, sedangkan kebutuhan tinggi sehingga terdapat peluang untuk usaha peternakan ruminansia. Ternak ruminansia besar yang utama adalah sapi perah, sapi potong dan kerbau. Produk ternak ruminansia umumnya terdiri atas daging, susu, kulit, dan bulu. Kontribusi peternakan sebagai sumber protein hewani, sumber tenaga, pemanfaatan hasil limbah pertanian, hasil ikutan pertanian, dan menyerap tenaga kerja.
Untuk dapat mengelola usaha peternakan perlu menguasai dasar budidaya. Pengetahuan tentang identifikasi ternak, pemberian pakan, fasilitas, pencegahan
penyakit dan pengelolaan dengan prinsip good management practices.
Usaha peternakan perlu dilaksanakan dengan prosedur kesehatan, keselamatan kerja (K3). K3 diperlukan untuk keselamatan peternak, ternak dan produknya.
Keberhasilan agribisnis peternakan banyak ditentukan oleh kualitas bibit ternak. Bibit ternak yang tidak baik tidak memberikan hasil produksi yang maksimal. Untuk dapat memilih bibit yang baik sangat diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis ternak, asal-usul ternak dan performansi masing-masing ternak.
Sistem pemeliharaan ternak di Indonesia dilakukan secara intensif, yang ditunjukkan dengan semua kebutuhan ternak disediakan oleh peternak. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak harus dihitung secara cermat agar ternak menghasilkan daging dan susu secara optimal. Pakan yang diberikan berupa hijauan pakan ternak dan konsentrat. Pakan yang diberikan harus semurah mungkin dengan tetap memperhatikan nutrisinya agar menguntungkan. Penyusunan pakan konsentrat menggunakan pendekatan least cost formula, yaitu formulasi dengan harga termurah.
Kandang berfungsi sebagai tempat hidup ternak, pelindung ternak dari iklim, dan keamanan. Pembuatan kandang disesuaikan dengan iklim di Indonesia. Peralatan merupakan alat bantu bagi peternak agar dapat mengelola ternak. Ketersediaan peralatan yang memadai akan meningkatkan produktifitas peternak.
Ternak yang sehat akan memberikan produksi yang baik. Peternak perlu menjaga kesehatan ternak, melakukan pengobatan jika ternak sakit. Biaya pengobatan ternak lebih mahal daripada biaya mencegah penyakit, sehingga moto mencegah lebih baik daripada mengobati diterapkan dibidang peternakan. Peternak perlu memahami faktor penyebab penyakit, menjaga kebersihan dan melakukan upaya - upaya pencegahan penyakit. Diagnosis penyakit dianalisa berdasarkan gejala- gejala penyakit. Hasil diagnosa dijadikan dasar dalam pengobatan penyakit.
Kegiatan pemeliharaan ternak meliputi pemberian pakan, minum, membersihkan kandang, pemeliharaan kesehatan ternak, menangani ternak, mengawinkan ternak, membatu proses kelahiran, mengoperasikan perlatan budidaya, memerah, dan lain- lain. Setiap jenis ternak memerlukan cara pemeliharaan yang khusus. Pemeliharaan pejantan, ternak muda, ternak induk, sapi kering, memerlukan penanganan yang berbeda.
Sebelum memasarkan suatu produk kita perlu menyusun suatu rencana pemasaran yang berisi strategi, taktik, analisa keuangan dan pengendalian pemasaran. Hari Raya Kurban merupakan saat dimana kebutuhan ternak kurban meningkat dengan harga yang tinggi. Saat tersebut membuka peluang yang baik untuk memasarkan ternak kurban.
Sistem pemeliharaan sapi perah dan potong mempunyai potensi ekonomi yang baik. Analisis usaha dilakukan untuk sapi perah. Investasi terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Analisis usaha dilakukan dengan perhitungan analisis laba/rugi, neraca, dan aliran dana (cashflow).
Pemerintah berupaya memberikan dukungan dalam pengembangan agribisnis peternakan melalui perbaikan regulasi, subsidi pembiayaan, inovasi teknologi dan pengembangan SDM.
Penggunaan buku ini sebaiknya dikombinasikan dengan modul yang berisi intrusksi kerja yang jelas. Selamat belajar, semoga sukses.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii
BAB 4 MEMILIH TERNAK UNTUK BIBIT 125
1. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi 125
2. Koefisien Teknis 136
3. Reproduksi/Perkawinan Ternak 137
4. Seleksi Bibit Ternak 152
5. Pemilihan Bibit Ternak 153
6. Memperbaiki Genetik Ternak 160
7. Aplikasi Konsep 165
8. Pemecahan Masalah 165
9. Pengayaan 165
BAB 5 MEMBERI PAKAN 169
1. Hijauan Pakan Ternak 169
2. Konsentrat 198
3. Peluang Bisnis Pakan 234
4. Tugas dan Pemecahan Masalah 242
5. Lembar Aplikasi 242
6. Pengayaan 243
BAB 6 KANDANG DAN PERALATAN 247
1.Merancang Kandang Ternak 247 2.Menentukan Model/Tipe Kandang 255 3.Tipe Kandang 256
vii
4.Peralatan Kandang dan Sarana Pendukungnya 257
5.Gudang Pakan 260
6.Saluran Air 261
7.Tempat Penampungan Kotoran 262
8.Unit Biogas 262
9.Gudang Alat 263
10. Kandang sapi potong dan Kerbau 263
11. Mengoperasikan Sarana Angkut Farm 267
12. Mengukur Suhu dan Kelembaban Ruangan 269
13. Timbangan 269
14. Alat Pengangkut 270
15. Alat Kebersihan 270
16. Aplikasi konsep 271
17. Pemecahan masalah 272
18. Pengayaan 272
BAB 7 MERAWAT KESEHATAN TERNAK 275
1. Diagnosa dan Gejala Ternak Sakit 275
2. Identifi kasi Penyakit dan Cara Pengobatannya 284
3. Program Pencegahan Penyakit 301
4. Membantu Kelahiran 303
5. Aplikasi Konsep 308
6. Pemecahan Masalah 309
7. Pengayaan 309
LAMPIRAN A : DAFTAR PUSTAKA 311 LAMPIRAN B : GLOSARIUM
viii
BAB 4 MEMILIH TERNAK UNTUK BIBIT
Pada umumnya permasalahan yang sering
atas :
timbul dalam usaha di bidang peternakan
a. Sepasang testis atau disebut gonad, adalah sulitnya mendapatkan bibit yang
buah zakar atau kelenjar kelamin utama. diinginkan. Bibit yang baik akan
b. Saluran reproduksi yang terdiri atas mempengaruhi hasil produksi yang optimal,
dan sebaliknya pengadaan bibit yang tidak epididymis, vas deferens, ampula dan sesuai dengan kriteria, akan menimbulkan
urethra. Saluran ini dilengkapi dengan berbagai masalah. Pengadaan bibit tanpa
kelenjar accesories atau kelenjar tam dilakukan pemilihan ataupun seleksi bibit
bahan dimana kelenjar ini fungsinya terlebih dahulu, akan menimbulkan berbagai
untuk mengencerkan sperma. masalah/ persoalan yang akan
c. Alat kelamin bagian luar, yang terdiri atas mempengaruhi hasil produksi akhir. penis yang dibungkus oleh preputium
Untuk dapat memilih bibit yang baik sangat
dan Scrotum.
diperlukan berbagai macam pengetahuan Testis merupakan bagian alat kelamin terutama tentang jenis-jenis dan tipe ternak, yang utama. Pada hewan mamalia terdiri dari perilaku ternak, penentuan umur ternak, dua testis yang terbungkus di dalam skrotum. reproduksi fisiologi dan perkawinan ternak,
performansi masing-masing ternak serta cara Skrotum ini akan memberikan lingkungan memilih dan men seleksi ternak.
yang lebih cocok dimana dalam skrotum dilengkapi dengan suatu termoregulator yang
1. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi
dapat mengatur suhu skrotum tetap konstan
Anatomi reproduksi yang dimaksud dalam yaitu selalu dalam kondisi lebih rendah tulisan ini adalah mempelajari bentuk dan daripada suhu tubuh, karena untuk struktur bagian-bagian dari alat kelamin pembentukan sperma dibutuhkan suhu yang ternak jantan dan betina. Sedangkan fisiologi rendah. reproduksi adalah mempelajari fungsi dan proses-proses baik bio-fisika maupun
1.1.1 Gonad (Testis)
biokimia yang terjadi dalam organ-organ alat
reproduksi tersebut. Sedangkan reproduksi Bentuk, ukuran atau berat serta letak pada suatu ternak merupakan suatu proses testis tiap spesies hewan cukup bervariasi.
yang kompleks dan melibatkan seluruh tubuh Namun pada umumnya bentuk testis adalah ternak.
bulat panjang kearah vertikal, dengan struktur dasar testis terdiri atas beribu-ribu tubuli
1.1 Anatomi Dan Fisiologi Reproduksi Ternak Jantan
seminiferosa yang dikelilingi oleh kapsul berserabut atau trobekula.
Tugas utama bagi pejantan adalah
mampu memproduksi calon–calon individu baru yang normal dan sehat. Calon-calon
Lapisan-lapisan tenunan pembungkus individu baru ini disebut spermatozoa. Untuk testis apabila disayat secara melintang, maka
mendapatkan keturunan yang baik maka akan terlihat mulai dari luar kedalam adalah: sebagai pejantan harus mampu menghasilkan
a. epidermis yaitu bagian kulit terluar. spermatozoa yang baik dan sempurna. Dari
b. korium yaitu berupa jaringan bagian kulit spermatozoa yang baik diharapkan akan
menghasilkan individu-individu yang baik yang mengandung banyak urat darah pula.
dan syaraf.
c. tunika dartos yaitu suatu fascia pelindung Sistem reproduksi ternak jantan terdiri
yang juga mengandung unsur serabut yang juga mengandung unsur serabut
d. tenunan pengikat yang longgar.
Epitel benih terdiri atas :
e. tunika vaginalis komunis (bagian dari
a. Sel benih atau sperma togonium. peritoneum).
Spermatogonium akan mengalami proses
f. rongga sempit yang merupakan bagian pembelahan secara reduksi dan dari rongga perut yang menjulur ke
mengalami perubahan bentuk yaitu dari daerah inguinal yang merupakan suatu
bentuk poligonal menjadi sel yang kantong dimana selanjutnya ditempati
berekor.
oleh testis yang turun dari rongga perut
b. Sel sertoli.
sewaktu masih dalam perkembangan embrio.
Sel ini melekat pada membran basal,
g. tunika albugenia merupakan bagian dari berbentuk panjang dan mempunyai pembungkus langsung pada parenchyma
peranan dalam merawat spermatozoa testis. Tunika albugenia ini banyak
yang masih muda. Di samping itu sel mengandung serabut-serabut fascia yang
sertoli menghasilkan hormon dan cairan licin dan mengkilat dan berwarna putih
testis.
yang banyak mengandung buluh syaraf.
Spermatogonium
terletak di atas
h. parenchyma testis, merupakan bagian membran basal dari tubuli seminiferi. Sperma yang paling utama atau inti, karena togonium tersebut akan berkembang melalui bagian ini tempat pembuatan pembelahan sel. Spermatogonium akan spermatozoa, tepatnya di tubuli membelah menjadi dua yaitu yang satu tetap seminiferi. Dibagian parenchyma ini berada dalam membran basal sedangkan terdiri atas tubuliseminiferi, sel-sel yang kedua berubah menjadi spermatosit I interstitial, saluran-saluran cairan testis (satu). Kemudian akan membelah lagi dan spermatozoa.
menjadi spermatosit II dan berubah lagi
i. mediastenum testis, merupakan bagian menjadi spermatid. tengah dari testis dan merupakan
Spermatid akan mengalami perubahan perluasan dari testis.
bentuk menjadi spermatozoa muda, yang j. pembentukan Spermatozoa diproduksi kemudian akan dirawat oleh sel-sel sertoli
dalam suatu saluran yang sangat kecil sampai protein goblet yang masih berada dan berkelok-kelok yang disebut tubulus dalam pangkal ekor menjadi kecil. Setelah itu spermaticus. Tubuli ini merupakan suatu spermatozoa akan terlepas dari sel sertoli dan tubulus atau saluran yang kecil, panjang terbawa oleh cairan testis dan segera masuk dan berkelok-kelok dan memenuhi ke dalam lumen tubuli seminiferi yaitu masuk seluruh pembungkusnya yaitu lobulus. ke dalam retetestis dan diteruskan kebagian Lobulus berupa kantong kecil yang pada mediastinum yang akhirnya spermatozoa umumnya berbentuk kerucut atau lancip, yang belum dapat bergerak tersebut akan dimana pada ujung medialnya berbentuk berdesak-desakan untuk memasuki lancip dan ujung lateralnya lebar dan epididymus. merupakan dasar dari kerucut tersebut.
Rete testis terletak diantara tubulus
Dinding tubuli seminiferi terdiri atas sel- seminiferosa dan duktuli efferens yang sel membran basal, epithel benih, sel-sel berhubungan dengan ductus epididymus penunjang dan sel penghasil cairan testis. pada bagian kepala atau caput. Rete testis ini Tubuliseminiferi akan bermuara pada ujung terdiri dari saluran-saluran yang medialnya yang berbentuk kerucut dan beranastomose dalam medias tinum testis.
Diantara lobuli terdapat sel-sel inters titial didymus) adalah bagian yang sejajar atau disebut juga sel Leydig. Sel ini
dengan aksis longitudinal dari testis. merupakan penghasil hormon androgen atau
Ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan testosteron. Testosteron adalah hormon yang
bagian kepala. Bagian ini menjulur terus berpengaruh sangat besar terhadap
ke bawah sampai hampir melewati testis. kehidupan sexual dari pejantan. Apa bila sel
c. bagian ekor (Cauda epi didymus) yaitu leydig terganggu maka produksi testosteron
berupa jendolan di ujung bawah dari akan terganggu pula.
testis. Bagian ekor ini terletak langsung di Berbeda dengan hewan betina yang
bawah corpus, yang mulai berbelok ke mengenal siklus berahi dimana pada periode
atas.
tertentu saja hanya ada satu sel ovum yang Saluran epididymus di bagian kepala masak atau diproduksi dan siap untuk terdapat duktuli eferentis yang jumlahnya 12 diovulasikan atau dikeluarkan untuk sampai 15 buah, yang menampung melakukan fertilisasi atau peleburan antara spermatozoa dari rete testis. Jadi setelah sel kelamin jantan (spermatozoa) dengan sel spermatozoa muda terlepas dari sel telur (ovum). Hal ini tidak terjadi pada hewan sertoli, kemudian masuk dalam lumen tubuli jantan.
seminifera dan bergerak menuju ke
Hewan jantan akan memproduksi sel epididymus setelah melewati duktuli eferentis. spermatozoa secara terus menerus tanpa ada
Ductuli eferentis dindingnya bercilia dan hentinya. Kecepatan produksi sperma akan mempunyai sel-sel epitel yang menghasilkan tergantung dari kondisi makanan yang cairan. Dengan adanya cairan dan cilia dikonsumsi dan tingkat protein yang tersebut maka spermatozoa dapat terdorong terkandung dalam makanan tersebut.
dan bergerak mengarah ke badan Selain fungsi utamanya sebagai epididymus. penghasil sel benih jantan atau spermatozoa,
Epididymus mempunyai fungsi beberapa fungsi testis lain yang tidak kalah pentingnya macam, diantaranya : yaitu memproduksi hormon androgen
a. epididymus
merupakan tempat
transportasi, dimana masa spermatozoa
1.1.2 Epididymis
yang dialirkan dari rete testis ke dalam
ductuli efferentis dan akhirnya akan Epididymus merupakan suatu saluran
diangkut ke dalam duktus defferens. yang bentuknya bulat dan panjang serta
Transportasi ini dapat dilakukan karena berkelok-kelok yang menghubungkan vasa
adanya gerakan silia dan gerakan efferensia pada testis dengan ductus
peristaltik dari musculature pada dinding deferens. Epididymus terletak di atas testis
epididymus pada saat pra ejakulasi. dan melekat pada tunika albugenis. Secara
b. epididymus merupakan tempat untuk garis besarnya, saluran epididymus dapat
membuat konsentrasi sperma menjadi dibedakan menjadi:
sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena
a. kepala epididymus (caput epididy mus), cairan testis yang menjadi medium dari bagian dari epididymus yang melekat
masa spermatozoa, airnya diserap oleh pada bagian ujung dari testis dimana
epitel dinding epididymus sehingga pembuluh-pembuluh darah dan syaraf
sampai di ekor epididymus, konsentrasi masuk. Bagian ini lebih besar daripada
semen sangat tinggi.
bagian yang lain
c. epididymus juga merupakan tempat
b. bagian badan atau leher (Corpus epi untuk pemasakan atau pendewasaan b. bagian badan atau leher (Corpus epi untuk pemasakan atau pendewasaan
a. Epidermis: tidak memiliki rambut atau ekor dan akhir nya terlepas.
sedikit rambut.
d. epididymus merupakan tempat untuk
b. Tunika dartos. Merupakan lapisan
menimbun spermatozoa. Pada jaringan fibroelastik yang bercampur epididymus bagian ekor, keadaannya
dengan serabut otot polos. Serabut sotot sangat cocok untuk tempat penimbunan
polos ini pada saat cuaca dingin akan bagi spermatozoa yang belum dapat
berkontraksi dan membantu bergerak ini, sehingga hampir 50 persen
mempertahankan posisi terhadap dinding jumlah spermatozoa terdapat di daerah
abdominal dan pada saat panas akan tersebut. mengendor dan menyebabkan testis turun menjauhi ruang perut. Dengan
demikian skrotum dapat mengatur Duktus deferens atau vas deferens
1.1.3 Duktus Deferens
temperatur testis agar temperaturnya
0 merupakan pipa yang berotot, terentang mulai 0 tetap dipertahankan 4 C sampai 7 C dari ekor epididymus sampai ke uretra.
lebih rendah dari pada temperatur tubuh. Dindingnya tebal, mengandung serabut urat-
Mekanisme dari sistem thermoregulator urat daging yang licin, sehingga pada saat
ini karena adanya kerja dari dua ejakulasi dapat mendorong spermatozoa dari
muskulus yaitu muskuluskremaster epididymus keduktus ejakulatoris
externa, muskuluskremaster interna dan terdapat dalam ampula.
yang
tunika dartos.
c. Fasia superfisial merupakan lapisan tipis abdomen bersama-sama dengan pembuluh-
Vas deferens akan memasuki ruang
jaringan ikat.
pembuluh darah dan syaraf yang ke testis
d. Fasia bagian dalam yang terdiri atas tiga dan bersatu menjadi satu kesatuan yang
lapis yang sulit dipisahkan apa bila disebut funiculus spermaticus. Vas deferens
dilakukan pembedahan.
e. Tunika vaginalis komunis, yang ekor epididimus akan bergerak melalui kanal
dari kedua testis ini setelah meninggalkan
merupakan lapisan luar penutup testis. inguinalis terus ke atas dan sesampainya di
atas fesica urinaria, akan terletak berjajar dan
1.1.5 Kelenjar Pelengkap
secara lambat laun menjadi besar karena
Kelenjar pelengkap disebut juga kelenjar adanya kelenjar-kelenjar yang ada di dinding kelamin aksesoris. Kelenjar-kelenjar ini akan duktus deferens, dan bagian ini disebut menghasilkan sebagian besar dari bahan ampula. Ukuran ampula tidak panjang (pada ejakulasi semen yang berperan dalam sapi sekitar 4 cm) dan setelah meninggalkan transportasi semen, sebagai media yang prostata, keduanya akan mengecil lagi. cocok untuk makanan dan sebagai buffer
terhadap sifat keasaman yang berlebih pada
1.1.4 Skrotum
saluran genital betina.
Kantong testis disebut skrotum. Skrotum
merupakan suatu kulit yang bentuknya seperti
Kelenjar-kelenjar accesoris ini adalah:
a. Bagian pelvis
a. Kelenjar vasikuler atau vesicula semi
b. Bagian yang membengkok nalis, pada umumnya jumlahnya c. Bagian penis sepasang dan terletak sebidang dengan ampula vas defferens. Kedua kelenjar
1.1.7 Penis dan Praeputium
tersebut mengapit ampula. Sekresi dari Penis merupakan organ kopulasi pada kelenjar vesikuler akan bermuara dengan
hewan jantan, yang akan menyemprotkan duktus deferens. Kelenjar vesikuler pada semen kedalam alat reproduksi betina dan
sapi berbentuk lobus-lobus dengan untuk lewatnya urine. Penis dapat dibagi ukuran yang cukup besar, Sekresi menjadi 3 bagian yaitu: kelenjar vesikuler merupakan 50 persen
a. Gland penis yang dapat bergerak bebas dari volume total satu ejakulasi yang
b. Badan
normal.
c. Bagian pangkal atau akar yang melekat
b. Kelenjar prostat adalah kelenjar yang pada ischial arch pada pelvis yang letaknya berada di bawah kelenjar
tertutup oleh otot ischiocaver nosus.
vesikuler, tepatnya mengelilingi pelvis Penis dilengkapi dengan dua macam
urethra. Kelenjar ini bentuknya berbeda- perlengkapan yaitu musculus retraktor penis beda. Pada sapi berbentuk bulat dan yang dapat mengendor dan mengkerut lebih kecil dari kelenjar vesikuler dan Corpus covernosum penis berfungsi untuk pada anjing dan kuda berbentuk seperti menegangkan penis. Dalam keadaan non buah kenari (walnut). Kelenjar prostat aktif, musculus retractor penis akan menghasilkan sekret yang bersifat alkalin
mengkerut, kemudian penis akan membentuk yang memberikan bau yang huruf S sehingga penis dapat tersimpan
kharakteristik pada cairan semen.
dalam preputium.
c. Kelenjar Bulbouretral (Cowper’s).
Penis terbungkus oleh tunica albu genia Kelenjar cowpers merupakan sepasang yang berwarna putih. Bentuk penis ternak
dan letaknya lebih ke belakang (caudal) pada umumnya sama yaitu bulat panjang. dari kedua kelenjar tersebut, yaitu di Pada sapi penis ini bertipe fibroelastis artinya tempat tikungan dimana urethra selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal membelok kebawah sewaktu urethra meskipun dalam keadaan non aktif atau tidak mau keluar dari ruang pelvis. Sekret dari ereksi. kelenjar ini sangat berguna pada saat sebelum kopulasi dimana sekresinya
Sedangkan praeputium merupakan
bersifat apokrine yang fungsinya untuk lipatan kulit yang ada di sekitar ujung penis. membersihkan saluran urethra dari sisa- Pada ternak-ternak tertentu, praeputium sisa urine dan kotoran.
mempunyai bentuk yang agak khas, sebagai contoh preputium pada kuda mempunyai
1.1.6 Urethra
lipatan yang rangkap, praeputium pada babi mempunyai divertikulum atau kantong di
Urethra merupakan bagian saluran yang tergantung dari tempat bermuaranya ampula sebelah dorsal dari orificium preputial, yang sampai ke ujung spenis. Urethra merupakan mempunyai fungsi untuk mengakumulasi
urine, sekret dan sel-sel mati. saluran untuk urine dan untuk semen
sehingga disebut saluran urogenitalis.
1.1.8 Eraksi dan ejalukasi.
Urethra terbagi atas tiga bagian yaitu :
Ereksi merupakan peningkatan turgi Ereksi merupakan peningkatan turgi
umur dan masa reproduksi. Ejakulasi merupakan suatu gerak refleks
Bentuk ovarium pada kebanyakan
yang mengosongkan epididymus, urethra dan spesies hewan hampir sama yaitu seperti biji kelenjar-kelenjar accesoris, dimana ejakulasi almond, tetapi ada beberapa ternak yang ini disebabkan karena adanya rangsangan mempunyai bentuk ovarium yang berbeda pada gland penis, atau dapat juga ditimbulkan seperti pada ternak babi bentuk ovariumnya dengan adanya massase dari kelenjar- tampak dengan lobul-lobul karena banyaknya kelenjar aksesori melalui rektum atau dengan folikel dan corpus lutea. Sedangkan pada elektro ejakulator.
kuda bentuknya mirip seperti kacang karena adanya fosa ovarii.
1.2 Anatomi dan Fisiologi Reproduksi
Perbedaan bentuk ovarium tersebut
karena pada dasarnya pada hewan dapat Sistem reproduksi ternak betina terdiri dibedakan dua sifat dalam melahirkan anak
Ternak Betina
atas: yaitu hewan yang bersifat polytocus
a. Sepasang ovarium atau penghasil telur. melahirkan anak dalam jumlah banyak dalam
b. Saluran reproduksi yang terdiri atas tuba satu kali kelahiran, seperti babi, kucing dan fallopii atau oviduct, uterus atau rahim, tikus, sehingga bentuknya seperti buah cerviks atau leher rahim dan vagina.
murbei. Sedang kan sifat yang kedua adalah
c. Alat kelamin bagian luar yang terdiri atas termasuk dalam golongan hewan monotokes vulva dan klitoris.
maka bentuk ovariumnya bulat panjang atau bundar. Bentuk dan berat Ovarium dijelaskan
1.2.1 Ovarium
pada Tabel 10. Bagian ovarium terdiri atas
Ovarium merupakan bagian alat kelamin bagian medula atau bagian sentral, yang utama, karena fungsinya untuk merupakan bagian yang berongga (vaskular). menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga
halnya dengan testis pada ternak jantan, ovarium bersifat endokrin dan bersifat sitogenik. Bersifat endokrin karena ovarium mampu menghasilkan hormon yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium mampu menghasilkan sel ovum atau sel telur. Oleh karena itu ovarium sering juga disebut induk telur, indung telur atau pengarang telur. Berbeda dengan ternak-ternak lainnya, pada jenis unggas, ovarium tidak sepasang tetapi hanya satu yaitu dibagian kiri sedangkan sebelah kanan
Tabel 10. Bentuk dan Berat Ovarium pada Berbagai Ternak
No Jenis ternak
Berat ovarium
Bentuk ovarium
1 Kuda
70-90 gram
Seperti kacang tanah
2 Sapi
11-18 gram
Oval
3 Domba
2-3 gram
Seperti buah almond
4 Babi
8-16 gram
Seperti buah murbei
5 Anjing
3 – 12 gram
Memanjang, menipis, oval
Memanjang, menipis, oval Sumber : Fransond, 1992
6 Kucing
3-12 gram
Sedangkan bagian luar atau korteks ter- granulosanya tampak lebih besar dan diri atas jaringan ikat iregular yang padat.
letaknya jauh dari korteks ovarium. Lapisan luar dari korteks adalah kapsul
Pertumbuhan sel granulosa antara jaringan ikat yang padat yaitu tunika al-
bagian luar dan bagian dalam tidak bugenia. Sedangkan lapisan yang paling luar
sama menyebabkan terbentuknya merupakan lapisan tunggal dari epitel germinal
rongga atau antrum-antrum yang atau disebut primer.
semakin lama besarnya bertambah
Ada dua komponen yang amat penting sehingga membentuk menjadi satu yang terdapat dalam ovarium yaitu follikel dan
antrum yang besar. korpus luteum. Kedua komponen ini d. Folikel de Graaf. Ova di dalam folikel
memegang peranan penting dalam proses primer semakin besar. Sel-sel folikel reproduksi.
berganda menjadi beberapa lapis, hingga membentuk folikel yang masak.
1.2.2 Folikel
Dalam folekel degraaaf ini ovum ter- Folikel dalam pertumbuhannya
bungkus oleh masa sel yang masak mengalami empat tahap yaitu :
disebut cumulus ooporus. Ovum
a. folikel primer. Merupakan suatu sel bersama cumulus ooporus menonjol ke
besar, dimana dalam tiap folikel dalam ruang antrum yang penuh terdapat oosit yang dikelilingi oleh suatu
dengan cairan folikel. Cairan folikel ini lapis tunggal dari sel-sel folikel, disebut
mengandung hormon estrogen. Sel-sel membrana granulosa. Folikel primer ini
granulosa yang membungkus ovum terjadi sejak ternak betina masih dalam
disebut corona radiata. Folikel degraaf kandungan. Letak folikel primer berada
setelah membentuk sejumlah cairan langsung di bawah kulit ovarium atau
terus membesar dan mendorong ke tunika albugenia.
arah permukaan ovari.
b. folikel sekunder. Letaknya agak jauh dari permukaan ovarium. Sel-sel granulosanya lebih banyak, ovumnya dilapisi oleh pembungkus tipis yang disebut membrana vitelina.
c. folikel tertier. Merupakan perkembangan dari folikel sekunder, dimana sel-sel
1.2.3 Ovulasi
besarnya, disebut sebagai corpus luteum
Folikel yang telah masak (folikel verum. Apabila tidak terjadi bunting disebut degraaf) akan menonjol ke luar melalui corpus luteum spurum. Jika tidak terjadi
korteks ke permukaan ovarium. Dalam fertilisasi (peleburan sel telur dan sel sperma), pertumbuhannya, folikel degraaf mempunyai
maka corpus luteum beregresi karena aktifitas dua lapis sel stroma cortex yg mengelilingi sel
hormon progesteron menurun, dan sel folikuler. Lapisan sel-sel tersebut mem memungkinkan folikel de Graaf yang lain
bentuk theca foliculi yang dapat dibagi atas menjadi matang. Kemudian corpus luteum theca interna dan theca externa.
beregresi, mengecil dan berwarna pucat dan disebut corpus albicant.
Sebelum ovulasi, folikel yang dibentuk Aktifitas FSH (Follicel Stimulating untuk menghasilkan ovum mencapai ukur Hormone) akan semakin dipacu lagi yang
annya yang maksimal. Bertepatan dengan itu menyebabkan perkembangan folikel tersier suatu cairan folikel segera di sekresikan dan menjadi folikel de Graaf. Pengecilan corpus buluh-buluh darah berkonstriksi.
luteum disertai dengan muncul nya tenunan
Pemecahan folikel de Graaf terjadi pengikat, lemak dan struktur hialine di antara sewaktu ovum dilepaskan dari ovarium yaitu sel-sel luteum. Hal ini akan mempercepat pada daerah stigma. Stigma semakin lama regresi sel luteum dan akhirnya sel luteum menipis dan mengembung kepermukaan dan akhirnya sel luteum tidak terdapat lagi. ovarium. Stigma yang mengembung segera Bekas tempat corpus luteum berubah menjadi pecah melepaskan sedikit cairan folikuler. jaringan parut yang berwarna coklat kepucat- Cairan folikuler bergerak melalui celah pucatan, disebut corpus albicans.
tersebut dan membawa ovum. Pecahnya folikel de Graaf yang membawa ovum keluar
1.2.5 Fertilisasi
sering diistilahkan dengan sebutan “ovulasi”.
Fertilisasi yaitu peristiwa bersatunya Setelah ovulasi maka folikel akan buah spermatozoa dengan buah ovum.
menciut. Ovulasi ini diikuti oleh pendarahan Fertilisasi terjadi disuatu tempat dalam yang cukup meluas di dalam rongga folikel.
oviduct, tepatnya didaerah ampula yaitu pada
bagian Ampula Isthmus Junction (AIJ). Pada
1.2.4 Corpus Luteum
saat ovum bertemu dengan spermatozo, ovum masih terbungkus oleh banyak sekali
Luteunasi adalah proses pembentukan sel-sel granulosa. Untuk dapat mencapai inti corpus luteum oleh sel-sel granulose dan sel- sel ovum, spermatozoa harus menembus sel theca. Segera sesudah ovulasi, terjadi segerombol sel-sel granulosa yang kawah pada permukaan ovarium. Kawah membungkus sel ovum, mucoprotein atau tersebut kemudian diisi oleh darah dan zona pellucida yang langsung membungkus lymphe sehingga berwarna merah, dan sel ovum dan membran vitelin atau dinding membentuk corpus haemorrhagicum. Darah ini
ovum.
cepat membeku dan diresorbsi. Kemudian Setelah menempuh perjalanan yang rongga ini diganti dan diisi oleh sel-sel lutein cukup panjang dan penuh seleksi yang ketat, yang semakin lama semakin banyak. Pada sperma yang tangguh dapat memasuki ternak sapi, sel-sel lutein mengandung ampula. Spermatozoa yang telah memasuki pigmen lipochrom kuning (lutein) . ampula pada umumnya menjadi aktif bergerak Apabila kebuntingan terjadi maka corpus karena dalam ampula terdapat cairan ampula luteum
akan mempertahankan ukuran akan mempertahankan ukuran
bagian ekornya, sperma akan menyusup di
1.2.6 Tuba Uterin Atau Tuba Fallopii
antara sel-sel granulosa. Sel-sel granulosa
(Oviduct)
satu sama lain direkatkan oleh asam hyaluro
bate. Selain unggas, hewan betina mempunyai sepasang oviduct. Saluran ini
Spermatozoa akan terus berusaha untuk menghubungkan antara ovarium dengan menekan lapisan zona pellucida hingga
uterus. Oviduct merupakan saluran kecil yang tembus. Kemudian kepala sperma tozoa akan
panjang dan berkelok-kelok. Bagian oviduct bersentuhan dengan membran vitelin maka
terdiri atas: Infundibulum, ampula dan bagian terjadilah reaksi zona yaitu suatu reaksi dari yang terakhir yang berhubungan langsung
zona pellucida, agar tidak dapat ditembus dengan uterus disebut istmus Infundibulum, oleh spermatozoa yang lain. Reaksi zona ini
merupakan bagian yang paling ujung dari disebabkan oleh adanya zat yang dilepaskan oviduct dan berbentuk seperti corong yang
oleh granula kortika yang berasal dari bibirnya tidak teratur dan berjumbai-jumbai. membran vitelin.
Tetapi ada beberapa spesies yang bentuk
Reaksi zona berjalan bertahap yaitu dari infundibulum berbentuk kapsul, bagian ujung mulai di sekitar lubang yang dibuat oleh dari infundibulum membentuk fimbria. spermatozoa, meluas ke seluruh permukaan
Fimbria ini letaknya dekat sekali dengan zona pellucida. Reaksi zona ini berfungsi ovarium bahkan biasanya menyeli muti melindungi ovum dari spermatozoa lain yang ovarium. Fimbriae mempunyai sifat ovotoxis juga ikut berusaha untuk membuahi ovum dan
artinya bergerak ke arah adanya ovum. mencegah terjadinya sel-sel triploid.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa
Setelah kepala sperma menyentuh fimbriae ini dapat mengusap-usap ovarium
untuk mempercepat proses ovulasi, dapat membran vitelin, terjadilah aktivasi ovum mengambil ovum yang jatuh kedalam ruang untuk menerima tamu. Membran vitelin memperlihatkan reaksi terhadap sentuhan abdomen, bahkan fimbriae kiri dapat
menangkap ovum yang diovulasikan dari kepala spermatozoa. Ditempat sentuhan
ovarium kanan dan se baliknya. terjadi tonjolan kecil dari membran vitelin dan Fungsi dari oviduct adalah : kemudian terbuka. Kemudian kepala sperma
a. menerima telur yang diovulasikan menyusup masuk kedalam sito plasma dan
ovarium.
terjadilah pembelahan inti sel ovum.
b. menerima spermatozoa dari uterus. Setelah kepala sperma terputus dan
c. mempertemukan sel ovum dengan perlahan-lahan mulai mengembung,
spermatozoa.
mengakibatkan hilangnya bentuk kepala sperma. Inti sel sperma juga terlihat pudar,
d. menyalurkan sel ovum yang telah di tetapi nucleoli menjadi jelas. Kejadian ini
buahi (zigote) ke dalam uterus. diikuti dengan terurainya khromosom dari inti- e. menyeleksi sperma. Bagian oviduct yang
inti sel ovum dan spermatozoa. Khromosom mempunyai konstruksi khusus, disebut dari kedua inti berpasang-pasangan dan
utero tubal junction (UTJ), mempunyai membentuk inti baru. Perjalanan
fungsi untuk menyeleksi sperma yang Spermatozoa menemui ovum dalam organ
akan masuk ke dalam tuba fallopii dari reproduksi ternak betina tertera pada Gambar
uterus.
f. kapasitasi spermatozoa. Adanya cairan dengan lainnya. Bentuk uterus ini oviduct menyebabkan spermatozoa
terdapat pada tikus, mencit, kelinci dan mengalami proses pendewasaan.
marmut.
b. uterus bikornua, yaitu uterus yang
1.2.7 Uterus
mempunyai serviks atu dan corpus uterinya sangat pendek. Sebagai contoh
Uterus pada umumnya terdiri atas badan terdapat pada ternak babi. uterus atau corpus uteri, tanduk uterus (cornu
c. uterus bibartitus yaitu uterus yang uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip,
mempunyai serviks satu dan corpus dan cerviks atau leher uterus. Bentuk uterus
uteri cukup jelas dan panjang. Sebagai pada setiap jenis hewan bervariasi. Bentuk-
contoh terdapat pada hewan sapi. bentuk uterus pada beberapa jenis hewan d. uterus simpleks yaitu uterus yang tidak
adalah : mempunyai kornu uteri, corpus uterinya
a. uterus duplex, yaitu uterus yang uterus besar dan mempunyai satu cerviks. yang serviksnya ada dua buah, corpus
Sebagai contoh terdapat pada bangsa tidak ada dan cornunya terpisah satu
primata.
Sumber Koleksi Vedca Gambar 33. Perjalanan Spermatozoa Menemui Ovum dalam
Organ Reproduksi Betina Organ Reproduksi Betina
yang sesuai dengan siklus berahi.
Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi. Yaitu sejak
Pada saat berahi, serviks agak estrus sampai bunting dan melahirkan. Fungsi mengendor sehingga memungkinkan uterus adalah :
spermatozoa dapat masuk dalam uterus.
a. pada saat estrus: Yaitu kelenjar Pada saat kebuntingan, maka sel-sel goblet
endometrium yang terdapat pada yang terdapat pada cerviks akan dinding uterus menghasilkan cairan memproduksi mucus dalam jumlah yang uterus yang diperlukan oleh spermatozoa besar, agar dapat mencegah masuknya zat- untuk mendewasakan dirinya zat yang membawa infeksi dari vagina ke (kapasitasi), semakin tinggi dalam uterus. Lumen serviks terbentuk dari kemampuannya untuk membuahi ovum.
beberapa gelang-gelang penonjolan dari
b. pada saat kopulasi, uterus akan mucosa cerviks yang dapat mengecil dengan
berkontraksi agar mampu mengangkut kuat sekali. spermatozoa dari uterus ke tuba fallopii.
Fungsi cerviks yang utama adalah untuk
c. pada waktu metestrus dan awal menutup lumen uteri, agar tidak memberi diestrus. Kelenjar-kelenjar endometrium kemungkinan untuk masuknya jasad renik, mulai berkembang dan tumbuh baik mikroskopis maupun makroskopis. Oleh memanjang, menghasilkan cairan sebab itu lumen serviks selalu dalam keadaan uterus yang merupakan substrat yang tertutup, kecuali pada saat melahirkan dan cocok untuk pertumbuhan embrio muda. pada saat berahi, lumen serviks akan
d. pada saat diestrus pada ternak yang membuka sedikit sehingga spermatozoa tidak bunting, telur yang tidak dibuahi dapat masuk. oleh sperma, di dalam uterus akan
diresorbsi oleh endometrium.
e. pada saat kebuntingan, uterus
1.2.9 Vagina
membesar secara perlahan-lahan Vagina adalah bagian saluran reproduksi sesuai dengan pertumbuhan embrio.
yang terletak didalam pelvis, diantara cerviks
f. pada saat kelahiran, uterus akan dan vulva. Vagina terbagi atas bagian melakukan kontraksi sedemikian kuat vestibulum yaitu bagian ke sebelah luar yang sehingga dapat mengangkut fetus yang berhubungan dengan vulva dan partio sedemikian berat untuk melampaui vaginalis cervics yaitu bagian kesebelah simfisis pelvis dan keluar dari badan.
cerviks. Pada ternak betina dara, terdapat
g. pada saat selesai partus/melahirkan, selapus tipis yang merupakan sekat atau maka uterus akan mengalami penge batas antara vestibu lum vaginae dan cilan kembali atau involusi.
partiovaginalis cercivis, yang disebut Hymen.
Vagina berperan sebagai selaput yang
1.2.8 Cerviks atau Leher Rahim
menerima penis dari hewan jantan pada saat
Cerviks merupakan spincter otot polos kopulasi. yang kuat dan tertutup rapat, kecuali pada
saat estrus atau pada saat menjelang
1.2.10 Vulva (Pudendum Femininum)
karkas yang baik 46%.
Vulva adalah bagian eksternal dari
2.2 Sapi Ongole
genetalia betina yang terentang dari vagina
Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 sampai kebagian yang paling luar. Pertautan tahun mencapai dewasa penuh. Bobot sapi
antara vulva dengan vagina ditandai oleh 600 kg pada sapi jantan dan 300-400 kg orifis uretral eksternal.
untuk sapi betina. Berat lahir 20-25 kg. persentase karkas 45-58% dengan per bandingan daging tulang 3,23 : 1.
Pada berbagai jenis ternak, bibir vulva sederhana saja dan tidak terdiri atas labio
mayor dan minor. Bagian paling bawah dari
2.3 Sapi Madura
vulva terdapat klitoris, merupakan organ yang asal usul embrionalnya sama dengan penis
Bobot sapi jantan 300 kg dan sapi betina pada hewan jantan.
250 kg. berat pedet pada waktu lahir 12-18 kg, umur dewasa kelamin 20-24 bulan.
2. Koefisien Teknis Pertambahan berat badan 0,25-0,6 kg
perhari. Persentase karkas 48-63% dan
Sebelum kita memelihara sapi, perlu perbandingan daging tulang adalah 5,84 :1. mengetahui koefisien teknis agar dapat
menghitung analsisis usaha ternak. Koefisien
2.4 Sapi Bali
teknis ternak yang perlu diperhatikan adalah berat dewasa, berat lahir, produksi, bobot
Di Indonesia perkembangan sapi Bali sapih dan lain-lain. Pada bab ini hanya akan sangat cepat dibanding dengan jenis sapi dibahas beberapa ternak yang banyak potong lainnya, hal tersebut disebabkan dipelihara di Indonesia. breed ini lebih diminati oleh petani kecil
karena beberapa keunggulannya yang antara
2.1 Sapi FH
lain, tingkat kesuburunnya tinggi, sebagai sapi pekerja yang baik dan efesien serta dapat
Berat pedet (anak sapi) yang baru lahir memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi. dapat mencapai 45 kg, berat dewasa dapat Persentase karkas tinggi, daging tanpa mencapai 750 kg dengan tinggi 145 cm.
lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi tinggi terhadap
Sapi dara dapat dikawinkan pada umur lingkungan dan persentase beranak dapat
15 bulan, jika berat badan sudah mencapai mencapai 80 persen, merupakan keunggulan 400 kg, diharapkan umur pada waktu pertama
lainnya. Selain beberapa keunggulan di atas kali melahirkan antara 24-27 bulan. Lama
kebuntingan sekitar 9 bulan. Dengan lama terdapat juga beberapa kekurangan yakni produksi sekitar 6 tahun. Produksi susunya di sapi Bali pertumbuhannya lambat, rentan Amerika 8.000 liter dengan lemak 330 kg dan terhadap penyakit tertentu misalnya; penyakit protein 275 kg per ekor per tahun. Di jembrana, peka terhadap penyakit ingusan Indonesia produksi susu masih rendah, dan Bali ziekte. potensi genetik sapi Bali pertahun berkisar 3.000 liter.
tertera pada Tabel 11.
Sapi FH dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil daging, sehingga dikenal dengan
sapi dwiguna. Sapi pejantannya dapat mencapai 1.000 kg dengan persentase
2.5 Sapi BX
hewan.
Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa
Sapi Brahman Cross (BX) memiliki sifat- pubertas dan diatur oleh kelenjar kelenjar sifat seperti:
endokrin dan hormon-hormon yang
a. persentase kelahiran 81.2%, dihasilkannya. Peranan reproduksi bagi
b. rataan bobot lahir 28.4 kg, bobot umur 13 kehidupan adalah : bulan mencapai 212 kg dan umur 18
a. meningkatkan populasi ternak bulan bisa mencapai 295 kg,
b. melestarikan keturunan
c. angka mortalitas post-natal sampai umur
c. memperbaiki produksi ternak seperti
7 hari sebesar 5.2%, mortalitas sebelum
susu, daging dan telur
d. memperbaiki keturunannya seperti berat sampai umur 15 bulan sebesar 1.2% dan
disapih 4.4%, mortalitas lepas sapih
lahirnya, pertambahan bobot badan, mortalitas dewasa sebesar 0.6%, jumlah anak yang dihasilkan dan lain-lain.
d. daya tahan terhadap panas cukup tinggi karena produksi panas basal rendah
Dengan usaha pengembangbiakan/ dengan pengeluaran panas yang efektif,
reproduksi maka perlu sekali memperhatikan
e. ketahanan terhadap parasit dan penyakit hal-hal sebagai berikut : sangat baik, serta
a. hewan bibit yang akan diusahakan
f. efisiensi penggunaan pakan terletak keturunannya itu (induk dengan antara sapi Brahman dan persilangan
pejantannya) tidak boleh terlalu muda Hereford Shorthorn
ataupun terlalu tua.
b. Hewan bibit harus sehat tubuhnya, produksi karkas sapi BX lebih berat
Pada bobot hidup finishing yang sama
terutama harus bebas dari penyakit dibandingkan sapi Frisian karena memiliki
menular.
persentase karkas yang lebih tinggi. Bobot
c. Hewan bibit harus mempunyai sifat-sifat karkas sapi Shorthorn terletak antara sapi
yang menguntungkan bagi si Brahman dan Hereford. Kadar lemak
pemeliharanya, seperti: badannya besar bervariasi mulai dari 4.2% sampai 11.2%,
dan kuat, tahan penyakit, banyak terendah pada sapi Frisian dan tertinggi pada
menghasilkan susu dan sebagainya. Shorthorn. Hasil pengamatan di ladang ternak
d. Hewan betina (induk) sebaiknya Sulawesi Selatan memperlihatkan:
dikawinkan pada waktu sedang berahi
a. persentase beranak 40.91%,
e. Pada waktu hewan betina bunting, harus
b. calf crop 42.54%, dijaga benar makanan dan
c. mortalitas pedet 5.93%,
kesehatannya.
d. mortalitas induk 2.92%,
e. bobot sapih umur 8-9 bulan 141.5 kg Pengetahuan tentang reproduksi akan (jantan) dan 138.3 kg (betina),
memberikan berbagai informasi yang dapat
f. pertambahan bobot badan sebelum digunakan sebagai dasar dalam : disapih sebesar 0.38 kg/hari
a. memperkirakan jumlah atau banyaknya anak yang mungkin akan dihasilkan.
b. informasi tentang umur saat mulai
3. Reproduksi/Perkawinan Ternak
bereproduksi.
3.1 Reproduksi
c. panjang atau lama waktu bagi hewan
bereproduksi. Reproduksi merupakan suatu d. kapan bisa melakukan aktivitas
kemewahan fungsi tubuh yang secara
bereproduksi.
fisiologik tidak fital bagi kehidupan bagi
e. pola hormonal.
individual tetapi sangat penting bagi f. teknik reproduksi yang dilakukan. kelanjutan ke turunan suatu jenis atau bangsa
Tabel 11. Potensi Genetik Sapi Bali
1 Berat Lahir
Kg
2 Berat Sapih
Kg
3 Berat 1 th, Jantan
kg
4 Berat 1 th, betina
kg
5 Berat 2 tahun jantan
kg
6 Berat 2 tahun betina
kg
7 Berat dewasa jantan
kg
8 Berat dewasa betina
kg
9 Ukuran Tubuh
Dewasa Jantan
• Lingkar Dada
cm cm 185,5
• Tinggu gumba
cm
• Panjang badan
10 Betina :
• Lingkar Dada
cm cm 160,8
• Tinggu gumba
cm
• Panjang badan
• Persentase beranak/th
Tabel. 12. Batas Umur Terbaik dan Tertinggi untuk Diternakkan pada Berbagai Ternak
Batas Umur Jenis Ternak
Umur
Umur Terbaik
Dikawinkan
Diternakkan
Tertinggi Untuk
(Tahun)
(Tahun)
Diternakkan (Thn)
Kambing 1-1,25 2-3 ± 5 Domba 1,5 2-3 ± 5 Sapi 2-2,5 3-6 ± 12 Kerbau 2 3-7 13-14 Kuda 2,5-3 6-10 15-20 babi
Sumber:Anonymous (1994)
Proses reproduksi dapat meliputi banyak makhluk jantan atau betina dimana proses- hal mulai dari :
proses reproduksi mulai terjadi. Pada saat
a. pembentukan sel-sel kelamin yaitu sel inilah organ-organ reproduksi mulai
ovum dan spermatozoa. berfungsi. Pada ternak, pubertas ditandai
b. pelepasan gamet-gamet. pada gamet dengan adanya keinginan ternak untuk
betina (sel ovum) terjadi pelepasan sel telur dari ovarium yang disebut ovulasi
melakukan perkawinan. Umur dewasa
dan pada gamet jantan atau sel kelamin pada setiap jenis ternak tidak sama. spermatozoa yaitu pelepasan dari testis
Umur dewasa kelamin ini juga tergantung
menuju alat-alat kelamin jantan pada keadaan iklim, keadaan makanan, selanjutnya seperti duktus epididimus,
heriditas dan tingkat pelepasan hormon. duktus defferens, ampula dan ber akhir
Umur dewasa kelamin pada jenis ternak dengan adanya ejakulasi.
c. perkawinan antara ternak jantan dan tertentu dapat dilihat pada Tabel 13 .
betina untuk mempertemukan gamet Pada semua ternak, dewasa kelamin akan jantan dan betina.
tercapai pada saat dewasa tubuh tercapai.
d. pertumbuhan zigote sampai fetus dan berakhir dengan kelahiran.
Pada saat ini ternak sudah mampu untuk
e. pubertas melakukan perkawinan, tetapi pada saat itu
f. siklus reproduksi, dan lain-lain tubuhnya belum mampu untuk melakukan
proses reproduksi selanjutnya seperti Batas umur terbaik dan tertinggi untuk
diternakkan pada berbagai ternak tertera pada bunting, melahirkan dan menyusui. Tabel 12.
Tubuhnya masih dalam proses pertumbuhan, ternak bunting tubuhnya harus
3.2 Siklus Reproduksi
menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak yang
Siklus reproduksi merupakan rangkaian dikandungnya. Apabila hal ini terjadi maka
dari semua kejadian proses reproduksi, baik kemungkinan-kemungkinan yang tidak jantan maupun betina, sejak ternak tersebut
lahir sampai dapat melahirkan (proses-proses diinginkan akan terjadi seperti terjadi biologik kelamin) yang berlangsung secara kematian baik pada induk maupun anaknya,
sambung menyambung, kemudian terlahir akan melahirkan anak-anak yang cacat atau individu baru dari suatu mahluk hidup.
lemah, kecil dan lain-lain. Untuk menghindari hal-hal tersebut di atas
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan sebaiknya perkawinan hendaknya siklus reproduksi :
ditangguhkan beberapa saat sampai tubuhnya cukup dewasa atau dewasa tubuh
3.2.1 Pubertas
telah tercapai.
Suatu proses reproduksi akan berlangsung secara periodik dan terus menerus, dimulai sejak tenak mengalami
3.2.2 Siklus berahi (Estrus)
pubertas atau dewasa kelamin. Pada saat itu
Siklus berahi adalah perubahan yang ternak sudah dapat menghasilkan keturunan, terjadi secara teratur pada sistem reproduksi karena pada saat itu organ reproduksinya hewan betina. Siklus berahi adalah jarak telah mampu memproduksi gamet-gamet
antara berahi yang satu dengan berahi yang masak. Jadi pubertas pada ternak berikutnya. Sedangkan berahi adalah saat adalah suatu periode dalam kehidupan antara berahi yang satu dengan berahi yang masak. Jadi pubertas pada ternak berikutnya. Sedangkan berahi adalah saat adalah suatu periode dalam kehidupan
terlihat dari luar tubuh, ternak betina akan menjadi berahi pada awal interval waktu
Dalam periode siklus berahi terjadi yang teratur dan antara spesies satu dengan perubahan-perubahan fisiologis dalam alat spesies lainnya akan berbeda. Panjang kelamin betina. Perubahan ini bersifat siklus berahi ternak tertera pada Tabel 14.
sambung menyambung satu sama lain dan
Tabel 13. Umur Dewasa Kelamin pada Berbagai Jenis Ternak
Jenis ternak
Umur pubertas
6-24 bulan
Kuda
18 bulan
10-24 bulan
Domba
8 bulan
4-12 bulan
Kambing
8 bulan
4-12 bulan
4-8 bulan
Sumber : Partodihardjo (1980)
Tabel. 14. Siklus Berahi Pada Berbagai Jenis Ternak
Panjang Siklus
Jenis ternak
18-24 hari
Kuda
21 hari
19-21 hari
Domba
16,5 hari
14-20 hari
Kambing
18 hari
19-21 hari
babi
21 hari
18-24 hari
Anjing - 6-12 bulan