PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENEMPEL MENGGUNAKAN TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B2 TAMAN KANAK-KANAK ABA KRICAK KIDUL 61 YOGYAKARTA.

(1)

i

PENINGKATANKEMAMPUANMOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENEMPEL MENGGUNAKAN TEHNIK MOZAIK

PADA ANAK KELOMPOK B2 TAMAN KANAK-KANAK ABA KRICAK KIDUL 61 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Tutik Muchasanah NIM 08111244016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIADINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Man jadda wajjada artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SubhaanahuWaTa’alaa, karya ini saya persembahkan kepada:

1. Ibunda dan Ayah tercinta yang selalu memberikan semangat dan tidak henti-hentinya mendoakanku.

2. Suamiku tercinta yang menyayangiku dan selalu memberikan dukungan. 3. Negeriku Indonesia tercinta.


(7)

vii

PENINGKATANKEMAMPUANMATORIKHALUSMELALUIKEGIATANMENE MPELMENGGUNAKANTEKNIK MOZAIKPADA ANAK

KELOMPOK B2TAMAN KANAK-KANAK ABAKRICAK KIDUL 61

YOGYAKARTA Oleh

Tutik Muchasanah NIM 08111244016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan matorik halus Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta.Aspek motorik halus yang diteliti antara lain, kerapian, ketepatan, keluwesan jari-jari tangan ketika menempel.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif. Subyek dalam penelitian ini adalah 23 anak kelompok B2 TK ABA Kricak Kidul dengan usia 5-6 tahun. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Teknik pengumpulan dataobservasi. Analisis data penelitian ini menggunakan deskritif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata kemampuan motorik halus anaak meningkat menjadi 76. Kemampuan anak dalam menempel dengan kain perca 30 dan meningkat pada siklus 1 menjadi 51 kemudian kembali meningkat pada siklus II dengan memperoleh rata-rata sebesasr 76 sehingga mencapai kriteria keberhasilan yang di inginkan.

Keyword : Peningkatan kemampuan motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menempel Dengan Tehnik Mozaik.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kekuasaan-Nya, kasih sayang dan atas segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat melalukan penelitian dan menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menempel dengan Tehnik Mozaik Pada Anak Kelompok B2 TK ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, motivasi, bantuan, dan nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas NegeriYogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menuntut ilmu di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian demi terselesaikannya tugas akhir ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian, pengarahan,dan bimbingan yang bermanfaat demi terselesaikannya skripsi.

4. Ibu Nelva Rolina, M.Si selaku Dosen Pembimbing I penulisan skripsi, yang selalu sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... Xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 tahun…... 10

1. Pembagian Perkembangan Motorik Anak………... 10 a. Perkembangan Motorik Anak……….………...

b. Perkembangan Motorik Kasar Anak………...

10 12


(11)

xi

2. Pengertian Motorik Halus ... 3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus... 4. Karakeristik Perkembangan Motorik Halus... 5. Faktor – faktor dan Fungsi Motorik Anak... 6. Pendekatan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini...

16 20 21 22 23 B.Kegiatan Menempel Dengan Teknik Mozaik...

1. Pengertian Menempel atau Kolaase... 2. Menempel Untuk Anak Usia Dini... 3. Pengertian Mozaik... 4. Tujuan Dan Manfaat Teknik Mozaik... 5. Menempel Media Kain Perca Denagn Teknik Mozaik... C.Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak... 1. Pengertian Belajar... 2. Hakikat Pembelajaran... 3. Taman Kanak-Kanak... 4. Pembelajaran di TK... 5. Karakteristik Program Pembelajaran... D.Kain Perca...

E.Kerangka Berpikir………

F. Hipotesis Tindakan……… 25 25 27 28 29 29 32 32 34 34 35 40 41 41 43 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 44

B. Waktu Penelitian... 44

C. Subyek Penelitian... 45

D. Prosedur Penelitian…... 45

1. Siklus I………... 45

2. Siklus II... 48

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ………... 50


(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. ...

A.DeskripsiObyek penelitian ...………... 55 B. Sejarah Berdirinya TK ABA Kricak Kidul Kecamatan Tegal Rejo…………. 55

C. Hasil Penelitian………. 56

1. Karakteristik Responden………... 56 2. Siklus I………...

3. Siklus II... 4. Perbedaan Kemampuan Motorik Halus anak... D.Pembahasan ...

57 61 65 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 73 A. Kesimpulan………. 73 B. Saran………...

DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN...

73 75 78


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-kisiInstrumen ... 50 Tabel 2. Instrumen cheklist peningkatan kemampuan motorik

halus... 50 Tabel 3. Rubrik penilaian kerapian mengelem... 51 Tabel 4. Rubrik penlaian ketepatan menempel... 51 Tabel 5. Rubrik penilaian keluwesan jari jari tangan ketikamenempel... 52 Tabel 6 Kategori Skor Hasil Observasi... 52


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. SkemaKerangkaPikir ……….………...… 35 Gambar 2. Model Penelitian Kemmis dan Mc Taggart………. 39 Gambar 3. Contoh Media Benda Konkret padaSiklus I dan II... 59 Gambar 4.

Gambar 5.

GrafikPeningkatanKemampuanMembilang ... Grafik sebelum dan sesuah tindakan membilang banyak benda dan membilang dengan menunjuk benda-benda

85 91


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Anak Kelompok A ………....……… 99

Lampiran 2 Rencana Kegiatan Harian(RKH)………... ………..….. 100

Lampiran 3. Contoh instrument penilaian ……….. 115

Lampiran 4. Instrument hasil kegiatan dikelas berupa LKA dan Observasi... 117

Lampiran 5 Foto dokumentasi……… 137

Lampiran 6 Perhitungan rata-rata………..……. 139

Lampiran 7. Grafik table sebelum dan sesudah tindakan……… 141

Lampiran 8 Surat validasi penelitian……….. 142

Lampiran 9 Surat keterangan ………. 143


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan usia dini merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulasi, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Pemberian stimulus merupakan hal yang sangat membantu anak untuk berkembang. Anak yang terstimulasi dengan baik dan sempurna maka tidak hanya satu perkembangan saja yang akan berkembang tapi bisa bermacam-macam aspek perkembangan yang berkembang dengan baik. Masa ini untuk melakukan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain-lain.

Santoso (2007: 29), menyatakan bahwa anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

Anak usia dini adalah manusia yang polos serta memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Anak memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan, meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan


(17)

2

yang sama tetapi ritme perkembangan akan berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.

Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambat keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya.

Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda. Sedangkan motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis, menggunting.

Menurut Susanto (2011 : 164) motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp (steples) untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil.


(18)

3

Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.

Pada anak usia prasekolah 4–6 tahun akan digunakan sebagai dasar berpijak dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak PAUD yaitu harus memiliki rasa ingin tahu dan inisiatif yang sangat besar terhadap lingkungan di sekitarnya. Usia anak prasekolah ideal usia emas atau “golden age” karena ini merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Di antaranya dapat dilakukan dengan kegiatan menempel. Menempel dapat mengembangkan motorik halus anak dan daya cipta anak. Hal itu dapat dilakukan dengan memberi contoh menempel pola gambar yang sudah disediakan

Suyanto (2005: 51) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat.

Menurut Soemarjadi dkk (1992: 207) Mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik adalah sebuah karya seni yang terbuat dari elemen-elemen yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk gambar atau desain.


(19)

4

Manfaat yang dapat diambil dari upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mozaik adalah 1) Bagi anak didik yang terlibat sebagai subjek penelitian mempunyai implikasi langsung terhadap perubahan dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak, 2) untuk meningkatkan kreatifitas dan ide-ide yang baru dalam menciptakan suasana dan minat belajar peserta didik, 3) sebagai sarana untuk menambah koleksi media-media atau alat pembelajaran di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta, 4) sebagai sarana untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berilmu pengetahuan yang tinggi, Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan dan inspirasi bagi peneliti lain yang tertarik meneliti hal yang sama dengan aspek yang berbeda di masa yang akan datang.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti temui di lapangan, tepatnya dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta dalam pelaksanaan kegiatan belum berkembangnya motorik halus anak seperti menggambar sebuah gambar yang sederhana, memegang pensil, menggunting dan melipat. Hal ini disebabkan kurangnya alat/media dalam pengembangan motorik halus anak. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum maksimal. Selain it juga masih ada kemampuan motorik halus anak belum berkembang atau meningkat dengan baik ini terbukti masih ada anak yang belum bisa menulis dengan rapi, bahakan


(20)

5

masih ada anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar, hal ini dipengaruhi karena motorik halus anak belum meningkat dengan baik.

Selain itu masalah yang terjadi di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta, pada saat pelaksanaan Program Pengenalan Lapangan Real (PPL-Real) tahun 2014, ada lima bidang pengembangan yang dikembangkan di TK tersebut. Kelima bidang pengembangan itu adalah bidang pengembangan kognitif, bahasa, sosial-emosional, moral agama, dan motorik (motorik kasar dan motorik halus). Peneliti menemukan bahwa perkembangan kemampuan motorik halus masih rendah.

Hambatan yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan menggambar. Kegiatan menggambar yang dimaksud adalah menggambar dengan berbagai teknik seperti menggambar dengan teknik mozaik atau dengan teknik kolase. Kesulitan yang dialami guru dalam hal menggambar yaitu disebabkan oleh karakteristik anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Media yang kurang menarik juga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Meskipun guru telah menjelaskan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, tetapi masih banyak anak-anak yang kurang mampu mengikuti dengan baik sehingga standar pencapaian perkembangan anak masih kurang memuaskan. Kurangnya standar pencapaian motorik halus anak dilihat dari 13 orang anak, 8 orang anak yang masih belum berkembang dimana masih kurang dari standar pencapaian, 3 orang anak mulai berkembang, dan 2 orang anak


(21)

6

berkembang sesuai harapan. Hal tersebut menggambarkan hasil perkembangan kemampuan motorik halus anak masih kurang memuaskan.

Kurangnya standar pencapaian yang dicapai oleh anak juga di pengaruhi oleh faktor psikologis dari anak. Faktor psikologis tersebut yaitu, anak-anak masih gelisah dalam mengerjakan tugas, anak merasa cepat bosan dan anak-anak masih merasa takut sehingga tangannya masih perlu dipegang. Faktor psikologis tersebut menyebabkan tugas yang diberikan kepada anak tidak dapat terselesaikan. Berdasarkan data-data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, kemampuan motorik halus anak pada Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta masih kurang dari standar pencapaian yang diharapkan.

Banyak cara untuk meningkatkan motorik halus anak misalnya dapat dilakukan dengan kegiatan menempel dengan teknik mozaik. Teknik mozaik merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada kemampuan motorik halus anak, karena anak diuji dalam kegiatan menempel jika kegiatan anak dapat menempel dengan baik, dan bersih, maka motorik halus anak sudah meningkat dengan baik. Peneliti berusaha membantu para peserta didik anak (PAUD) menemukan makna dari kemampuan motoriknya yang bermanfaat bagi dirinya.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nariasih, Wirya dan Asril (2014) dengan judul Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik


(22)

7

halus anak dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam pada siklus I sebesar 61,90% yang berada pada kriteria rendah dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,45% tergolong pada kriteria tinggi. Peningkatan kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,55%. Sedangkan Wiranti (2015) dengan judul upaya pengembangkan motorik halus anak dengan menggunakan teknik mozaik kelompok B di TK Pertiwi 57 Bangunharjo Sewon Bantul. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa menempel gambar melalui teknik mozaik dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak TK kelompok B1 di TK Pertiwi 57 Bangunharjo Sewon Bantul. Indikator keberhasilan ini terlihat dari kecermatan dan kemandirian anak sebelum dan sesudah pemberian tindakan yaitu berupa kegiatan menempel gambar dengan teknik mozaik yang menggunakan berbagai media dari alam dan buatan.

Berdasarkan permasalahan diatas, diharapkan teknik mozaik ini dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Oleh karena itu menarik perhatian peneliti untuk mengangkat judul yaitu: “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menempel menggunakan Teknik Mozaik Pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta’’.


(23)

8 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus belum maksimal. 2. Motorik halus anak dalam kegiatan menempel masih kurang. 3. Anak belum tertarik kegiatan menempel dengan tehnik mozaik

4. Kurangnya alat/media dalam pembelajaran untuk pengembangan motorik halus anak

5. Anak belum terbiasa menempel menggunakan teknik mozaik

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi fokus penelitian dengan meneliti tentang upaya untuk peningkatan kemampuan matorik melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik Pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana upaya untuk peningkatan kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik pada anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta?


(24)

9 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian pada penelitian ini adalah : Untuk mengetahui meningkatnya kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Menambahkan pengetahuan tentang upaya untuk peningkatan kemampuan matorik halus anak melalui kegiatan menempel dengan teknik mozaik di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta

2. Bagi Lembaga Prasekolah/TK

Mengoptimalkan peningkatan kemampuan matorik halus anak melalui kegiatan menempel dengan teknik mozaik.

3. Bagi Anak/Siswa

Kegiatan menggambar dengan menggunakan teknik mozaik dapat meningkatan kemampuan matorik halus anak dan harus di gunakan sejak dini kepada anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal perkembangan otak anak


(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun 1. Pembagian Perkembangan Motorik Anak

Pada dasarnya perkembangan motorik pada prasekolah meliputi perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. (Depdiknas, 2007: 3).

a. Perkembangan Motorik Halus Anak

Motorik halus anak adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, menggambar, dan sebagainya.

Sujiono, dkk (2007: 37) menyatakan bahwa koordinasi gerak halus antara tangan dan mata dikembangkan melalui permainan seperti membentuk dengan tanah liat plastisin, menggambar, mewarnai dan menggunting. Kemampuan gerak motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan memegang pensil secara benar dan kesiapan menulis. Kemampuan daya lihat juga merupakan gerakan halus lain yang dapat melatih kemampuan melihat ke arah kanan dan kiri.

Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses pertumbuhan motoriknya. Perkembangan pengendalian


(26)

11

jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat dan otot-otot yang terkoordinasi, sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya. Gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar disebut. Motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas berlari, memanjat, melompat, sementara gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang disebut motorik halus (fine motor) cenderung hanya diinginkan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel atau melipat (Syaudih, 2005).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan motorik halus adalah sebagai berikut :

1) Beda Anak Beda Pencapaiannya

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Anak perempuan cenderung lebih dini dalam kecerdasan motorik halus, terutama soal kecekatannya, sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam melangkah, melempar bola, menaiki atau menuruni tangga. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.


(27)

12

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya.

Untuk meningkatkan perkembangan motorik halus, yang perlu dilakukan orang tua antara lain:

1) Bersabar

2) Ajari anak menyelesaikan kegiatan belajarnya.

3) Berikan anak kesempatan memilih belajar apa yang disukainnya.

b. Perkembangan Motorik Kasar Anak

1) Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak

Perkembangan Motorik Kasar Anak adalah suatu proses pematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial dan emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratan yang menjadikan seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya yaitu tangan, kaki, dan anggota tubuhnya (Hurlock, 1998:39).


(28)

13

Sukamti (2007:15) menyatakan bahwa perkembangan motorik suatu proses kematangan motorik atau gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses syaraf yang menjadikan seseorang mamppu menggerakkan anggota tubuhnya.

2) Prinsip Perkembangan Motorik Kasar Anak

Motorik kasar anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan anak berkaitan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan dan lingkungan ikut berperan dan mendukungnya. Hurlock (1998: 151-153) menegaskan bahwa prinsip-prinsip perkembangan motorik kasar anak di antaranya :

a) Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf

b) Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang

c) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan

d) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik


(29)

14

Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan anak. Alasan tentang fungsi perkembangan motorik anak berdasarkan usia (Depdiknas. 2007:2) adalah :

a) Karena tubuh anak lebih lentur daripada tubuh anak remaja, sehingga amat mudah menerima pelajaran. b) Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan

berbentuk.

3) Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan anak

Keterampilan anak tidak akan berkembang melalui kematangan saja melainkan keterampilan tersebut harus dipelajari. Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan anak menurut (Sukamti, 2007:2-3) yaitu sebagai berikut : a) Kesiapan belajar anak-anak yang sudah memiliki

kesiapan belajar akan lebih unggul dibanding anak yang belum memiliki kesiapan belajar.

b) Kesempatan belajar, banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau bisa saja orang tua merasa takut akan melukai anaknya.


(30)

15

c) Kesempatan berpraktek, anak harus diberi kesempatan untuk dapat berpraktek semaksimal mungkin kualitas praktek lebih penting dari kuantitasnya.

d) Modal yang baik, anak dalam mempelajari keterampilan motorik suka meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk dapat mempelajari keterampilaan seharusnya mendapatkan model yang baik pula

e) Bimbingan, untuk dapat meniru model yang betul maka membutuhkan bimbingan, bimbingan dapat membantu anak membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan terlanjur melekat dan dipelajari.

f) Motivasi, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kelompok sebayanya, serta kompetensi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain. Motivasi bias datang dari diri sendiri juga dari orang lain di sekitarnya.

g) Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, keterampilan gerak anak berbeda-beda dan keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga harus dipelajari secara individu misal memegang sendok.


(31)

16

h) Keterampilan sebaiknya dipelajari secara bertahap dan satu persatu sehingga tidak membosankan dan hasil maksimal.

Dengan demikian hal-hal yang penting dalam mempelajari keterampilan anak, sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini adalah setiap keterampilan atau kemampuan motorik anak perlu dievaluasi, agar guru dapat mengetahui dan memantau tingkat perkembangan kemampuan motorik anak

2. Pengertian Motorik Halus

Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menempel, dan sebagainya (Hurlock, 1999 : 25).

Menurut Nursalam (2005: 45) perkembangan motorik halus adalah “Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil , memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.” Karakter perkembangan motorik halus menurut Mudjito (2007) keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:


(32)

17

a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi.

b. Pada usia 4 tahun , koordinasi motorik halus anak secara subtansi sudah mengalami kemajuan dan gerakanya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna.

c. Pada usia 5 tahun , koordinasi pada motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.

d. Pada akhir masa anak-anak usia 6 tahun ia belajar bagai mana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk

menggunakan ujung pensil.

Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, seperti ke trampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan dan tangan yang cermat.

Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia PAUD, antara lain adalah anak mulai bisa menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, dan sebagainya. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motoric kasar anak belajar menggerakan seluruh atau bagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus pada anak belajar ketepatan koordinasi


(33)

18

tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak dan anak belajar bekreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama.

Santrock (2012:50), menyatakan bahwa keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan motorik halus pada anak usia dini misalnya kegiatan menggambar, melipat, meronce, membentuk, menggunting yang memerlukan keterampilan jari-jari dan pergelangan tangan. Motorik halus juga memerlukan kecermatan dan koordinasi dalam bergerak.

Susanto dalam Indraswari (2012:1:10), menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Gerakan motorik halus memerlukan koordinasi cermat yaitu antara mata dan tangan. Semakin baik gerakan motorik halus, maka dapat membuat anak lebih berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Anak-anak memiliki kematangan motorik halus yang berbeda-beda sehingga perkembangan motorik halusnya juga berbeda.


(34)

19

Suyanto dalam Indraswari (2012:12-13), mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat. Gerakan-gerakan tersebut berkembang melalui latihan-latihan yang tepat, sehingga anak-anak menjadi terampil dalam melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan untuk penyesuaian dirinya.

Menurut Hilgard (2002:14-15), anak usia PAUD 3-6 telah memilih kemampuan koordinasi motorik yang baik, koordinasi motorik halus antara tangan dan mata dikembangkan melalui permainan seperti membentuk tanah liat, melipat, mewarnai, meronce, mengunting dan bermain plastisin. Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan menulis anak, melatih kegiatan motorik halus anak sangat dianjurkan meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai.

Kemampuan daya lihat merupakan kegiatan motorik halus yang dapat melatih kemampuan melihat ke arah kiri dan kanan yang sangat diperlukan dalam persiapan membaca. Pengembangan keterampilan motorik pada dasarnya merupakan kegiatan yang mengaktualisasikan seluruh potensi berupah sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk isi dan arah menuju kebulatan peribadi yang sesuai dengan cita-cita kemanusian atau diri seseorang. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan motorik halus dapat diartikan sebagai bagian dari


(35)

20

pendidikan terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan pengembangan anak secara menyeluruh (Sumantri, 2002:109).

Motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil seperti gerakan jari jemari tangan yang sering berhubungan atau berkaitan dengan koordinasi panca indera terutama mata dengan tangan (Pramareta, 2013:20).

Dari definisi di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa motorik halus merupakan keterampilan mengontrol otot-otot kecil atau halus seperti jari-jemari yang menggunakan kecermatan gerak melalui pengindraan mata. Selain itu juga perkembangan motorik merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima tahun yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan keterampilan motorik.

3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus

Menurut Vela (2009:21) ada beberapa tujuan pengembangan motorik halus pada usia 3-6 tahun yaitu :

a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

b. Mampu mengerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari.

c. Mampu koordinasi indera mata dan aktivitas tangan.

Secara khusus tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini 3-6 tahun adalah agar anak dapat menunjukan kemampuan


(36)

21

menggerakkan anggota tubuhnya terutama tangan dan jari-jemari. Sedangkan, fungsi pengembangan motorik halus adalah mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti pengembangan kognitif, bahasa, seni, sosial emosional dan aspek moral agama karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak terdapat atau mempunyai kesamaan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.

4. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus

Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat dijelaskan dalam Depdiknas (2007: 10) adalah sebagai berikut :

a. Pada saat anak berusia tiga tahun

Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan itu sendiri masih kikuk.

b. Pada usia empat tahun

Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung ingin sempurna.

c. Pada usia lima tahun

Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Anak juga telah mampu membuat dan


(37)

22

melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek.

d. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun

Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah belajar bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensilnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan motorik halus anak terbagi atas 4, yaitu : pada umur 3 tahun, pada umur 4 tahun, pada umur 5 tahun dan pada umur 6 tahun

5. Faktor-Faktor Meningkatkan Motorik Dan Fungsi Motorik Anak Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat di lakukan oleh guru :

a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya.

b. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan.

c. Aktivitas fisik anak bervariasi yaitu, aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakan anggota tubuh. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang di harapkan sesuai dengan perkembanganya.


(38)

23

Fungsi Perkembangan Motorik Halus Menurut Mudjito (2007) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu :

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi

helpenness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama

kehidupannya.

c. Melalui keterampilan Motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.

6. Pendekatan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Dini Ada beberapa prinsip yang hendak diperhatikan dalam pendekatan perkembangan motorik halus sebagai berikut :

a. Belajar sambil bermaian

Upaya stimulasi yang diberikan seorang pendidik terhadap anak usia dini 3-6, hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi.

b. Kreatif dan Inovatif

Kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah dengan melakukan pembaharuan adalah aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik,


(39)

24

membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal- hal baru.

c. Berorentasi pada kebutuhan anak

Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa berorentasi pada kebutuhan anak.

d. Lingkungan kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik sehingga anak akan betah dalam bermain dan belajar.

e. Tema

Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan menarik minat anak.

f. Pengembangkan keterampilan hidup

Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup, penggembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu: memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help) disiplin dan sosialisasi.

g. Kegiatan berorentasi pada prinsip Perkembangan anak. 1) Siklus belajar anak selalu berulang.

2) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya.


(40)

25

3) Anak akan belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara pisikologis.

4) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya. 5) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan

perbedaan individual (Semiawan, 2001:46-48).

B. Kegiatan Menempel dengan Teknik Mozaik 1. Pengertian Menempel atau Kolase

Kata kolase yang dalam bahasa Inggris disebut ‘collage’ dan

berasal dari kata “coller’ dalam bahasa Perancis yang berarti ‘merekat’.

Alwi, dkk. (2001: 1168) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian menempel adalah melekat jika tidak dilem atau melekatkan sesuatu jika menggunakan lem. Susanto (dalam Sasrina, 2009) menyatakan bahwa kolase adalah suatu teknik menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain sebagainya. Ida (dalam Sasrina, 2009) mengatakan bahwa unsur-unsur seni rupa pada kolase meliputi: garis, bentuk, warna, tekstur, ruang, dan cahaya.

Menempel atau kolase merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan


(41)

26

sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, bahan bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga dimensi (Christianti, 2010).

Kolase terbagi atas bermacam pengelompokkan, ada yang disebut dengan tangram, montase, dan mozaik. Tangram adalah teknik menempelkan bentuk bentuk geometri tanpa didahului menggambar pola. Montase adalah menempel benda benda konkrit dalam sebuah gambar. Mozaik adalah menempel bentuk bentuk kecil menjadi satu kesatuan namun yang dipentingkan adalah efek warna dari bahan yang digunakan, dapat juga diartikan menabur. Semua kegiatan menempel tersebut melatih anak untuk mengembangkan motorik halus, konsentrasi dan mengembangkan kreativitas. Selain itu keberanian anak untuk memilih bahan dan benda-benda yang digunakan untuk menempel juga dapat mengajarkan anak untuk berani mengambil keputusan dan berusaha untuk memecahkan masalah (Christianti, 2010).

Berdasarkan berbagai penjelasan di depan, maka pengertian kolase/menempel adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak, yaitu dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain,


(42)

27

bahan bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga dimensi.

2. Menempel untuk anak usia dini

Menempel untuk anak usia dini dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut dibuat untuk dapat memaksimalkan anak mengoptimalkan segala aspek perkembangannya. Anak diberi kebebasan untuk membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya. Peran pendidik atau guru dalam mengoptimalkan kemampuan anak tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pendidik sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan. Keanekaragaman bahan yang disediakan oleh pendidik dapat mempengaruhi pengembangkan kreativitas anak. Bahan yang beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi semangat kepada anak dalam` mencegah rasa bosan yang dialami anak. Pendidik harus berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan belum pernah digunakan anak untuk menempel.

Bahan yang didapat dari barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik. Barang bekas untuk menempel bisa didapatkan dari kardus susu bekas, kantong belanja, majalah, kaleng, sarung, buah, biji-bijian, tutup botol, perca, serbuk gergaji, dan lain sebagainya. Semakin beragam bahan yang disediakan akan semakin baik. Bahan menempel bisa juga dibuat sendiri oleh anak atau sudah


(43)

28

tersedia. Anak membentuk kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian mengeringkannya dan memotong kertas tersebut sesuai dengan keinginan.

3. Pengertian Mozaik

Menurut Soemarjadi dkk (dalam Indraswari, 2012:4), menyatakan mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik dibuat dari bahan-bahan yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian ditempel pada bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik memerlukan kecermatan, koordinasi tangan dan mata untuk memadukan bahan- bahan yang bermacam- macam menjadi karya.

Menurut Munandar (2005:23), mozaik adalah karya gambar atau desain yang dibuat dari susunan potongan-potongan, batuan- batuan, kaca berwarna, porselin, dalam perkembangannya mozaik telah memperkaya keragaman karya seni rupa seperti lukisan dinding (Fresco), karya seni kaligrafi, benda-benda kerajinan tangan, dekorasi, seni bangunan dan lainnya.

Dari definisi mozaik di atas dapat disimpulkan bahwa mozaik adalah pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang


(44)

29

menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem.

4. Tujuan dan Manfaat Teknik Mozaik

Ada beberapa tujuan dan manfaat teknik mozaik menurut (Yohana 20013:35):

a. Tujuan Mozaik Bagi Anak

1) Agar anak mampu menggerakan fungsi motorik halus untuk menyusun potongan-potongan bahan (kain, kertas, kayu dan bij - bijian) dan merekatnya pada pola atau gambar.

2) Anak dapat mempraktikkan langsung. b. Manfaat Mozaik Bagi Anak

1) Dapat meningkatkan kreativitas seni pada anak

2) Dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan 3) Dapat meningkatkan daya pikir, daya serap, emosi, cita rasa

keindahan menempel mozaik.

5. Menempel Media Kain perca dengan Teknik Mozaik

Setelah guru sudah membuat rencana gambar di atas bidang datar. Guru memperagakan cara menempel kain perca pada gambar topi, seperti warna merah, kuning, hijau. Pertama-tama guru membagikan gambar atau pola yang disediakan guru, membagikan kain perca itu


(45)

30

diberi lem kemudian tempelkan kain perca pada pola agak ditekan biar lebih lengket.

Tetapi pada waktu anak memberi lem pada pola ibu guru harus memberi tahu langkah–langkah membuatnya. Sesuai dengan gambar topi yang disediakan oleh guru dan warna kain perca. Pada saat anak mengerjakan itulah guru mulai memberi nilai/pengamatan dan tidak lupa memberi pujian dorongan serta memotivasi anak dapat menghasilkan kerja yang lebih baik lagi.

Pelatihan Keterampilan menempel bagi kelompok B2 menurut Muharam (1992 :101-102) antara lain:

a. Merencanakan gambar

Mengingat kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang sangat lemah maka kegiatan menggambar ini dilakukan oleh peneliti. Gambar yang dibentuk dapat berupa gambar bangun datar, binatang atau benda lain yang sederhana. Gambar ini dilukis di atas kertas tebal (karton).

b. Menyiapkan alat latihan keterampilan menempel Beberapa alat yang harus disiapkan antara lain : 1) Kertas karton yang sudah bergambar.

2) Perekat (lem).

3) Kain Perca yang telah diberi pewarna. 4) Menjelaskan urutan latihan.


(46)

31

Urutan dalam latihan keterampilan kolase tersebut adalah :

a) Menjimpit kain perca yang telah diberi pewarna.

b) Memberi perekat pada kain perca yang telah diberi pewarna.

c) Menempelkan kain perca yang telah diberi pewarna pada gambar yang sudah disiapkan oleh peneliti.

d) Melatih keterampilan kolase.

Menurut Rullyramdhansyah (2010:4), Sebelum mulai melakukan latihan, terlebih dahulu persiapkan bahan dan alat yang diperlukan agar memudahkan proses kerja anda. Langkah kerja yang memerlukan persiapan khusus adalah mengumpulkan bahan sebagai material untuk kegiatan menempel. Bahan yang akan anda gunakan terlebih dahulu perlu disortir atau dipilih jenis warna, bahan dan teksturnya. Keterampilan menempel dengan urutan kerja diatas dilakukan siswa dengan bimbingan peneliti. Kain perca ini telah diberi pewarna dulu sebelumnya. Warna kain perca yang berwarna-warni akan menarik perhatian siswa, dengan demikian siwa merasa senang dan bersedia mengikuti kegiatan dengan baik dan tidak cepat bosan. Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga motorik halus anak akan terlatih dengan baik.

Persyaratan keterampilan menempel menurut Susanto (2002:65), bahwa keterampilan menempel harus mencakup 3 perlakuan yaitu


(47)

32

menjepit, mengelem dan menempel. Dalam 3 perlakuan ini akan melatih koordinasi otot-otot jari tangan sehingga secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses menempel benda-benda dalam ukuran kecil.

Menurut standar kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul (2004 : 26) terdapat indikator keberhasilan dalam meningkatkan motorik halus anak yaitu : 1) Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar, 2) Ketepatan menempelkan pada bagian gambar, 3) Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel

C. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Belajar

Menurut Omar Hamalik (2002:154), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard dan Bower seperti yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungannya berupa respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang.


(48)

33

Menurut Gadne yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah. Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan”. Morgan yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Witherington yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

Melihat pendapat-pendapat di atas, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan atau pengalaman yang berulang-ulang.


(49)

34 2. Hakekat Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar (Hasanah, 2012 : 85). Menurut (Hasanah, 2012 : 87), secara garis besar, ada 4 pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu atau bahan pembelajaran dalam bentuk alat raga. Kedua, pola (guru dan alat bantu) dengan siswa, ketiga, pola (guru)+(media) dengan siswa. Keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan.

Berdasarkan pola-pola pembelajaran diatas, maka pembelajaran bukan hanya sekedar mengajar dengan pola satu, akan tetapi lebih dari pada itu seorang guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang bervariasi. Menurut paham konvensional, pembelajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik yang dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar (Hasanah, 2012 : 86)

3. Taman Kanak-kanak

Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian


(50)

35

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu : 1) TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun, 2) TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun.

Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh pendidikan di TK.

4. Pembelajaran di TK

Pembelajaran pada intinya merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi belajar mengajar. Dalam pembelajaran tersirat adanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjana (1995:5), pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan disengaja untuk menciptakan terjadinya kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu anak-anak


(51)

36

(warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Adapun proses pembelajaran pada hakekatnya terbagi dalam dua konsep yang berlangsung secara bersamaan yaitu proses belajar yang dilakukan oleh anak TK dan proses belajar yang dilakukan oleh pendidik. Kegiatan pembelajaran di TK mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih dalam, dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya. Bermain pada dasarnya mementingkan proses dari pada hasilnya. Menurut Pendapat Bredekamp yang dikutip oleh Masitoh (2003: 5) “play is a important vehicle for

children, social, emotional, and cognitive development”. Artinya

bermain merupakan wahana yang penting bagi perkembangan sosial, emosi, dan kognitif anak yang direfleksikan pada kegiatan.

Berbeda dengan pendapat Piaget yang dikutip oleh Masitoh (2003:5) bahwa, “bermain merupakan wahana yang penting yang dibutuhkan untuk perkembangan berpikir anak. Belajar yang paling efektif untuk pendidikan anak usia dini/Taman kanak-kanak adalah melalui suatu kegiatan yang konkrit dan pendekatan yang berorientasi bermain”.

Bermain sebagai suatu bentuk kegiatan belajar di TK adalah bermain kreatif dan menyenangkan. Melalui bermain kreatif anak dapat mengembangkan serta mengintegrasikan semua kemampuannya. Anak


(52)

37

lebih banyak belajar dari melalui bermain dan melakukan eksplorasi terhadap obyek-obyek dan pengalamannya. Sebab anak dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial dengan orang dewasa pada saat mereka memahaminya dengan bahasa dan gerakan sehingga tumbuh secara kognitif menuju berpikir verbal. Pada saat belajar anak melakukan kegiatan yang aktif membangun pengetahuan berinteraksi dengan lingkungan atau mempraktekkan langsung. Pengetahuan muncul bukan dari obyek atau anak, akan tetapi dari interaksi antara anak dengan obyek. Dalam memperoleh pengalaman seorang anak harus berinteraksi langsung dengan obyek, lingkungan atau sumber belajar sehingga dapat memanipulasi, menjelajah, menyelidiki, mengamati atau berbuat sesuatu dengan obyek tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di TK seperti yang dikemukakan oleh Masitoh (2003: 6):

a. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan awal, pendidikan sekolah yang dikenal oleh anak, oleh karana itu Taman Kanak-kanak perlu menciptakan situasi pendidikan yang memberi rasa aman dan menyenangkan.

b. Sifat kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari seperti menjaga kebersihan dan keamanan mandiri, sopan santun, berani bertanggung jawab dan penggendalian diri.


(53)

38

c. Sifat kegiatan merupakan pengembangan berbagai kemampuan dasar anak, oleh karena itu pengetahuan terhadap dunia sekitar merupakan alat yang dipilih oleh guru untuk penngembangan kemampuan dasar.

Faktor lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah dasar pembelajaran bagi anak. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip belajar yang berorientasi perkembangan dan bermain yang menyenangkan, didasarkan pada minat dan pengalaman anak, mendorong terjadinya komunikasi baik secara individual maupun kelompok, dan bersifat fleksibel. Masitoh (2003: 7) mengungkapkan prinsip dasar pembelajaran bagi anak usia dini sebagai berikut:

a. Anak aktif melakukan sesuatu atau bermain dalam situasi yang menyenangkan.

b. Kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat.

c. Mendorong terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan individual.

d. Mendorong anak untuk mengambil resiko dan belajar dari kesalahan.

e. Memperhatikan prinsip perkembangan anak. f. Bersifat fleksibel.


(54)

39

Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak peran guru lebih bersifat sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Guru perlu menyiapkan lingkungan, bahan-bahan, kegiatan yang menantang dan dapat menstimulasi anak agar terlaksananya pembelajaran yang optimal tidak terlepas dari karakteristik perkembangan anak, prinsip belajar dan kurikulum yang sesuai dengan minat dan kebutuhan. Dalam pembelajaran di TK, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Tema yang dipilih sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum, dan menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas dan sesuai sub tema antara lain:

a. Diri sendiri (Aku dan Panca Indera)

b. Lingkunganku (Keluargaku, Rumah dan Sekolah)

c. Kebutuhanku (Makanan, Pakaian, Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan)

d. Binatang e. Tanaman

f. Rekreasi (Kendaraan, Pesisir dan Pegunungan) g. Pekerjaan


(55)

40 i. Alat Komunikasi

j. Tanah airku (Negaraku, Kehidupan dikota dan didesa)

k. Alam Semesta (Matahari, Bulan, Bintang, Bumi, Langit dan Gejala Alam)

Tema-tema ini kemudian disesuaikan dengan hasil belajar atau indikator pada bidang pengembangan dalam program semester. Perencanaan program semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan-jaringan tema yang ditata secara urut dan sistematis, olokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya kedalam semester 1 dan 2. Penyusunan silabus pembelajaran dituangkan dalam bentuk perencanaan semester, perencanaan mingguan dan perencanaan harian.

5. Karakteristik Program Pembelajaran

Pengembangan program pembelajaran pendidikan taman kanak-kanak memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Program pembelajaran di taman kanak-kanak dilaksanakan secara terpadudengan memperhatikan kebutuhan terhadap kesehatan, gizi, stimulasi sosial dan kepentingan terbaik bagi anak.

b. Program pembelajaran di tamman kanak-kanak dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan.

c. Program pembelajaran di taman kanak-kanak berdasarkan prinsip belajar melalui bermain memperhatika perbedaaan individual,


(56)

41

minat, dan kemampuan masing-masing anak, soial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyrakat (Pedoman Pengembangan Proram Pembelajaran Di TK : 2010)

D. Kain perca

Kain perca adalah kain sisa guntingan yang berasal dari pembuatan pakaian,kerajinan atau produk tekstil lainya. Kain perca yang sudah terbuang ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan dalam membuat topi . Sebelum melakukan penempelan kain perca yang belum diberi warna ini direndam kedalam pasta makanan yang sudah dicampur dengan air, kain perca direndam selama kedalam pasta makanan yang sudah dicampur dengan air , kain perca direndam selama dua hari agar warna yang dinginkan terlihat jelas, setelah selesai direndam kain perca dijemur agar mudah dalam proses menempelkannya di kertas yang sudah diberi pola.(www.google.co.id/kain perca)

E. Kerangka berpikir

Pada proses pembelajaran di Taman kanak-kanak ABA Kricak Kidul 61 yogyakarta khsusnya kelompok B2 dalam pelaksanaan kegiatanya belum berkembang motorik halus anak baru melakukan seperti menggambar sebuah gambar yang sederhana, memegang pensil, menggunting, dan melipat. Hal ini disebabkan kurangnya alat atau media dalam pengembangan motorik


(57)

42

halus anak. Motivasi yang di berikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan juga belum maksimal.

Selain itu juga masih ada kemampuan motorik halus anak belum berkembang atau meningkat dengan baik ini terbukti masih ada anak yang belum bisa menulis dengan rapi, bahkan masih ada anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar. Hal ini dipengaruhi karena motorik halus anak belum meningkat dengan baik. Banyak cara untuk meningkatkan motorik halus anak yaitu dengan cara menempel dengan tehnik mozaik di kelompok B2 ABA kricak Kidul 61 yogyakarta.

Teknik mozaik merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada kemampuan motorik halus anak, karena anak dilatih dalam kegiatan menempel jika kegatan anak dapat menempel dengan baik, dan bersih, maka motorik halus anak dapat berkembang dengan baik. Salah satu media untuk menempel menggunakan teknik mozaik adalah menggunakan media kain perca. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Kerangka Berpikir Upaya

Peningkatan Morotik Halus

Anak

Kegiatan Menenmpel dengan Kain

Perca Menggunakan Teknik Mozaik


(58)

43 F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan meruakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan . Jawaban sementara tersebut baru di dasarkan atau teori yang relevan belum di dasarkan pada fakta empiris di peroleh dari pengumpilan data .

Dari uraian diatas maka di ajukan hipotesis tindakan sebagai berikut, bahwa “kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik di kelompok B2 Tk ABA Kricak kidul 61 Yogyakarta”.


(59)

44 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Agung (2012:24) menyatakan, penelitian tindakan kelas atau Clasroom

Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi

(terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. Sedangkan menurut Wardhani & Wihardit (2008:1.4), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2014/2015 dalam penentuan waktu yang disesuaikan dengan kalender pendidikan di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta


(60)

45

Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah subjeknya yaitu, 23 orang dengan 18 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Adapun, prosedur pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan yang dilaksanakan guru adalah: 1) Membuat RKH sesuai dengan tema

2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar kerja anak

4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi b. Pelaksanaan

1) Kegiatan awal (30 menit)

a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum memulai aktivitas.

b) Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga


(61)

46

untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang.

c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema tanaman dan subtema tanaman hias.

d) Anak aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru.

e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: membuat bunga dengan teknik mozaik media kain perca.

2) Kegiatan Inti (60 menit)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan menggunakan media kain perca, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari

b) Guru meminta anak didik menyebutkan kembali bahan mozaik kain perca Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola gambar yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah disediakan Anak mengerjakan tugas yang diberikan

c) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi


(62)

47

d) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi

e) Guru memberi pujian kepada semua anak 3) Istirahat / makan

Bermain di luar ruangan, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta berdoa sebelum dan sesudah makan. 4) Kegiatan akhir / penutup (± 30 menit)

a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran b) Guru menilai hasil kerja anak didik

c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa

e) Salam dan pesan. c. Observasi

Mengamati semua prilaku anak dalam melaksanakan kegiatan dan pengamatan terhadap kreativitas seni anak dalam menempel bentuk topi dengan teknik mozaik kain perca.

d. Refleksi

Hasil dari observasi guru melalui kegiatan mozaik dengan untuk meningkatkan motorik halus anak dihimpun dan dirangkum untuk mengukur tingkat keberhasilan pada siklus I. Apabila hasilnya belum cukup maksimal, maka diatasi dengan dilakukannya perbaikan pada siklus II.


(63)

48 2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan melakukan perubahan pada bagian tertentu yang didasarkan pada refleksi siklus I sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sama halnya dengan siklus I yaitu:

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan yang dilaksanakan guru adalah: 1) Membuat tema

2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar kerja anak

4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi b. Pelaksanaan

1) Kegiatan awal (± 30 menit )

a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum memulai aktivitas.

b) Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang.

c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema topi


(64)

49

d) Anak aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru.

e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: menempel topi dengan teknik mozaik

2) Kegiatan Inti (± 60 menit)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari

b) Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola topi yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah disediakan

c) Anak mengerjakan tugas yang diberikan

d) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi

e) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi

f) Guru memberi pujian kepada semua anak 3) Istirahat atau makan

Bermain di luar ruangan, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta berdoa sebelum dan sesudah makan.


(65)

50 4) Kegiatan akhir (± 30 menit)

a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran b) Guru menilai hasil kerja anak didik

c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa

e) Salam dan pesan c. Observasi dan Evaluasi

Mengamati semua perilaku anak dalam melaksanakan kegiatan dan pengamatan terhadap kreativitas seni anak dalam menempel bentuk topi dengan teknik mozaik kain perca

d. Refleksi

Hasil dari observasi guru melalui kegiatan mozaik untuk meningkatkan motorik halus anak dihimpun dan dirangkum untuk mengukur tingkat keberhasilan pada siklus II.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Istrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti pada saat melakukan penelitian adalah:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung dan ikut terlibat dalam pengamatan


(66)

51

yang dilakukan secara khusus yang ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.

b. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil kerja anak yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran (James, 2006:84).

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta melalui menempel dengan teknik mozaik adalah Lembar Observasi. Lembar pengamatan pada penelitian ini berupa

checklist angket yang telah dikembangkan peneliti menurut teori

Raudhotul (2004; 26). Angket tersebut dijadikan pedoman peneliti dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik. Pada penelitian ini peningkatan kemampuan motorik anak pada kegiatan menempel antara lain yaitu 1) Ketepetan menggunting bagian gambar, 2) Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar, 3) Ketepatan menempelkan pada bagian gambar, 4) Kekuatan dan keluwesan jari-jari tangan ketika membuat guntingan. Sebelum menyusun lembar pengamatan, peneliti hendaknya menyusun kisi-kisi instrument terlebih dahulu agar mudah dalam menyusun lembar pengamatan.


(67)

52

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian Indikator Kemampuan motorik

halus anak pada kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik

Kerapian dalam mengelem dan menambahkan

gambar Ketepatan

menempelkan pada bagian gambar

Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel

Tabel 2. Instrumen Checklist Peningkatan Kemampuan Motorik Halus No Nama

Anak

Kriteria Penilaian Total Skor Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar Ketepatan menempelkan pada bagian gambar Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel

1 2 3 1 2 3 1 2 3


(68)

53

Tabel 3. Rubrik Penilaian Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar

No Kriteria Skor Deskripsi

1 Tidak Mampu 1 Anak tidak

mampu menjaga kerapian dalam mengelem kain perca dan menambahkan gambar

2 Cukup Mampu 2 Anak cukup

mampu menjaga kerapian dalam mengelem kain perca dan menambahkan gambar

3 Mampu 3 Anak dapat

menjaga kerapian dalam mengelem kain perca dan menambahkan gambar

Tabel 4. Rubrik Penilaian Ketepatan menempelkan pada bagian gambar

No Kriteria Skor Deskripsi

1 Tidak Mampu 1 Anak tidak mampu menempelkan kain perca pada bagian gambar di kertas sesuai pola gambar 2 Cukup Mampu 2 Anak cukup mampu

menempelkan kain perca pada bagian gambar di kertas sesuai pola gambar

3 Mampu 3 Anak dapat

menempelkan kain perca pada bagian gambar di kertas sesuai pola gambar


(69)

54

Tabel 5. Rubrik Penilaian Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel

No Kriteria Skor Deskripsi

1 Tidak Mampu 1 Anak tidak mampu luwes dealam menempel kain perca sesuai dengan gambar

2 Cukup Mampu 2 Anak cukup mampu luwes dealam menempel kain perca sesuai dengan gambar

3 Mampu 3 Anak dapat luwes

dealam menempel kain perca sesuai dengan gambar

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan diolah dengan cara memberi makna pada data tersebut dan dipergunakan persentase. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik sederhana, yaitu persentase dengan (Sudjiono, 2008:43) rumus:

X = (γ / n) * 100% Keterangan : X : Persentase

γ : Jumlah anak yang berhasil n : Jumlah seluruh anak

Tabel 6. Kategori Skor Hasil Observasi Persentase keberhasilan belajar Kriteria

76 % - 100 % Mampu

60 % - 75 % Cukup mampu


(70)

55 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK ABA Kricak Kidul yang beralamat di Kricak Kidul Tr1-1323 RT 34 Rw.08 Kelurahan Kricak,Kecamatan Tegalrejo,Yogyakarta,kodepos 55242 dengan luas tanah 316 M2 dan luas bangunan TK 25*10 M2 status kepemilikan milik sendiri dan mulai operasi 16 februari 1987 type TK A izin operasional 053/N 13/H/1988 Akreditas Depdiknas A jumlah ruang kelas 9 kelas.

B. Sejarah Berdirinya TK ABA Kricak Kidul Kecamatan Tegalrejo

Semua berawal ketika pada tahun 1987 pimpinan ranting Aisyiah Kricak Kidul mempunyai gagasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak prasekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu, anak yatim piatu. Maka pada tanggal 16 februari 1987 didirikan TK ABA kricak kidul, kemudian diresmikan tanggal 6 agustus 1987. Waktu itu tk ABA kricak Kidul mempunyai 30 siswa dengan 3 pengajar.Hingga tahun 1999 atau kurang lebih 14 tahun lamanya TK ABA Kricak kidul menggunakan gedung yang merupakan rumah yang dipinjam dari salahsatu tokoh masyarakat setempat .Akhirnya padabulan November 1999 tempat belajar mengajar TK ABA Kricak Kidul menempati gedung baru yang beralokasi tidak jauh dari TK lama. Pembelian tanah dan pembangunan gedung baru ini adalah hasil sumbangan dan gotongroyong masyarakat sekitarnya


(71)

56

Setelah menempati lokasi dan gedung baru, maka makin banyak masyarakat yang mempercayakan pendidikan anak-anaknya di TK ABA Kricak Kidul. Menyadari hal ini juga merupakan tanggung jawab dalam pendidikan, maka TK ABA Kricak Kidul berpikiran untuk meneruskan dan menyempurnakan pembangunan gedung yang belum selesai (lantai 2) dan sedang terbengkalai pembangunannya. Dalam proses belajar mengajar masih menggunakan media dan sarana pembelajaran yang sangat sederhana, mengingat pendanaan yang sangat terbatas, meskipun TK ABA Kricak Kidul sering mendapatkan bantuan dari komite sekolah

C. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Jumlah subyek penelitian ini adalah 23 responden. Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi status usia, jenis kelamin

Tabel 7. Distribusi karakteristik responden

No Karakteristik N %

1 Jenis Kelamin

Laki-laki 15 65,22

Perempuan 8 34,78

2 Umur

> = 6 Tahun 18 78,26 < 6 Tahun 5 21,74

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 responden (55,22%), sedangkan sebagian besar responden mempunyai usia > = 6 Tahun sebanyak 18 respnden (78,26%)


(72)

57 2. Siklus I

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas hasil penelitian pada siklus I peneliti menjelaskan sebagai berikut :

a. Perencanaan

Adapun langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah : 1) Membuat RKH sesuai dengan tema

2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar kerja anak

4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi b. Pelaksanaan

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan perbaikan pembelajarannya adalah :

1) Kegiatan awal

a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum memulai aktivitas.

b) Anak harus aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang.

c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema tanaman dan subtema tanaman hias.


(73)

58

d) Anak harus aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru.

e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: membuat bunga dengan teknik mozaik media kain perca. 2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan menggunakan media kain perca, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari

b) Guru meminta anak didik menyebutkan kembali bahan mozaik kain perca Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola gambar yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah disediakan Anak mengerjakan tugas yang diberikan

c) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi

d) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi

e) Guru memberi pujian kepada semua anak

3) Kegiatan penutup


(74)

59

b) Guru menilai hasil kerja anak didik

c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa

e) Salam dan pesan c. Observasi

Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan agar terjadi peningkatan kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik di Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Ketika proses pembelajaran berlangsung, observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas setiap siswa dalam keterlibatannya dalam kegiatan belajar mengajar mulai sampai kegiatan pembelajaran selesai.

d. Hasil Kemampuan motorik Halus Anak

Tabel 8. Siklus I Daftar Nilai Kemampuan motorik Halus Anak Responden Item1 Item2 Item3 Jumlah

1 1 2 1 4

2 1 1 1 3

3 1 1 1 3

4 1 2 2 5

5 2 2 2 6

6 1 2 2 5

7 1 2 2 5

8 1 2 2 5

9 2 2 2 6

10 2 2 2 6

11 3 3 1 7

12 1 1 3 5

13 1 1 2 4


(75)

60

15 2 2 1 5

16 1 2 2 5

17 1 1 2 4

18 2 3 2 7

19 3 3 2 8

20 2 2 1 5

21 2 2 1 5

22 1 2 1 4

23 1 2 2 5

Jumlah 35.0 45.0 38.0 118.0 Mean 1.5 2.0 1.7 5.1 Median 1.0 2.0 2.0 5.0 Modus 1.0 1.0 1.0 3.0

Dari tabel di atas, hasil total dari kegiatan menempel siklus I nilai tertinggi 8 dan terendah 3. Untuk nilai mean pada item1 adalah 1,5, item2 adalah 2 dan item3 adalah 1,7. Untuk nilai median pada item1 adalah 1, item2 adalah 2 dan item3 adalah 3, sedangkan untuk nilai dan modus pada item1 sampai item3 adalah 1. Dari hasil di atas di dapatkan bahwa kemampuan motoriuk halus anak dalam kegiatan menempel pada siklus I masih kurang baik. Mean adalah rata-rata dari jumlah skor data siswa,median adalah nilai yang sering timbul, dan Modus adalah nilai tengah dari nilai.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan hasil kemampuan motorik halus anak yang telah dilakukan dalam perbaikan pembelajaran ini masih dijumpai kekurangan baik dari guru maupun dari siswa.


(76)

61

Guru dalam menjelaskan materi masih belum terlalu fokus, sehingga pemahaman terhadap materi kurang maksimal.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Adapun langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah : 1) Membuat tema menggambar

2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar kerja anak

4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi

6) Guru menerangkan secara lebih jelas tentang materi pelatihan b. Pelaksanaan

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan perbaikan pembelajarannya adalah :

1) Kegiatan awal

a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum memulai aktivitas.

b) Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang.


(77)

62

c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema topi

d) Anak aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru.

e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: menggambar topi dengan teknik mozaik

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan menggunakan media kain perca, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari

b) Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola topi yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah disediakan c) Anak mengerjakan tugas yang diberikan

d) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi

e) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi

f) Guru memberi pujian kepada semua anak 3) Kegiatan penutup

a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran b) Guru menilai hasil kerja anak didik


(78)

63

c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa

c. Observasi

Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan agar terjadi peningkatan kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik di Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Ketika proses pembelajaran berlangsung, observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas setiap siswa dalam keterlibatannya dalam kegiatan belajar mengajar mulai sampai kegiatan pembelajaran selesai.

d. Hasil Kemampuan motorik Halus Anak

Tabel 9 Siklus II Daftar Nilai Kemampuan motorik Halus Anak Responden Item1 Item2 Item3 Jumlah

1 2 3 2 7

2 2 3 2 7

3 2 3 2 7

4 3 3 2 8

5 2 2 3 7

6 3 3 2 8

7 3 2 2 7

8 3 3 3 9

9 2 3 2 7

10 2 3 3 8

11 3 2 2 7

12 2 3 3 8

13 2 3 2 7

14 2 3 3 8

15 2 2 3 7

16 2 2 3 7


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEGIATAN MENEMPEL GAMBAR DENGAN TEKNIK MOZAIK TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS Pengaruh Kegiatan Menempel Gambar Dengan Teknik Mozaik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak TK Kelompok B Di TK Pertiwi IV Banaran Sambungmacan Sragen Tahun

0 3 18

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MEMBENTUK Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Membentuk Pada Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Kemiri 06 Kebakkramat Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

1 2 15

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MEMBENTUK PADA ANAK Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Membentuk Pada Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Kemiri 06 Kebakkramat Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

1 2 12

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Finger Painting Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak 02 Karanglo Tawangmangu Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/201

0 1 15

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Finger Painting Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak 02 Karanglo Tawangmangu Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/201

1 4 13

UPAYA PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE Upaya Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Metode Role Game Pada Anak Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBATIK DENGAN TEKNIK JUMPUTAN DI TAMAN KANAK-KANAK.

13 65 49

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT.

0 2 33

PENINGKATAN PERKEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI MENEMPEL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK BINA INSAN

0 1 15

PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK AT TAWAKAL KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU - Raden Intan Repository

0 2 132