13 Sukamti 2007:15 menyatakan bahwa perkembangan
motorik suatu proses kematangan motorik atau gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses syaraf
yang menjadikan seseorang mamppu menggerakkan anggota tubuhnya.
2 Prinsip Perkembangan Motorik Kasar Anak
Motorik kasar anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan anak berkaitan erat
dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan
dan lingkungan
ikut berperan
dan mendukungnya. Hurlock 1998: 151-153 menegaskan bahwa
prinsip-prinsip perkembangan motorik kasar anak di antaranya :
a Perkembangan motorik bergantung pada kematangan
otot dan syaraf b
Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang
c Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat
diramalkan d
Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik
e Perbedaan individu dalam perkembangan motorik
14 Perkembangan keterampilan motorik sangat penting
bagi perkembangan
anak. Alasan
tentang fungsi
perkembangan motorik anak berdasarkan usia Depdiknas. 2007:2 adalah :
a Karena tubuh anak lebih lentur daripada tubuh anak
remaja, sehingga amat mudah menerima pelajaran. b
Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbentuk.
3 Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan anak
Keterampilan anak tidak akan berkembang melalui kematangan saja melainkan keterampilan tersebut harus
dipelajari. Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan anak menurut Sukamti, 2007:2-3 yaitu sebagai berikut :
a Kesiapan belajar anak-anak yang sudah memiliki
kesiapan belajar akan lebih unggul dibanding anak yang belum memiliki kesiapan belajar.
b Kesempatan belajar, banyak anak yang tidak
berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan
kesempatan belajar atau bisa saja orang tua merasa takut akan melukai anaknya.
15 c
Kesempatan berpraktek, anak harus diberi kesempatan untuk dapat berpraktek semaksimal mungkin kualitas
praktek lebih penting dari kuantitasnya. d
Modal yang baik, anak dalam mempelajari keterampilan motorik suka meniru suatu model memainkan peran
yang penting,
maka untuk
dapat mempelajari
keterampilaan seharusnya mendapatkan model yang baik pula
e Bimbingan, untuk dapat meniru model yang betul maka
membutuhkan bimbingan, bimbingan dapat membantu anak membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan
terlanjur melekat dan dipelajari. f
Motivasi, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kelompok sebayanya,
serta kompetensi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain. Motivasi bias datang dari diri sendiri
juga dari orang lain di sekitarnya. g
Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, keterampilan gerak anak berbeda-beda dan
keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga harus dipelajari secara individu misal memegang
sendok.
16 h
Keterampilan sebaiknya dipelajari secara bertahap dan satu persatu sehingga tidak membosankan dan hasil
maksimal. Dengan demikian hal-hal yang penting dalam
mempelajari keterampilan
anak, sehubungan
dengan pelaksanaan penelitian ini adalah setiap keterampilan atau
kemampuan motorik anak perlu dievaluasi, agar guru dapat mengetahui
dan memantau
tingkat perkembangan
kemampuan motorik anak 2.
Pengertian Motorik Halus
Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang
jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti
meremas kertas, menyobek, menggambar, menempel, dan sebagainya Hurlock, 1999 : 25.
Menurut Nursalam 2005: 45 perkembangan motorik halus adalah “Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan
gerak melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil , memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak
tenaga.” Karakter perkembangan motorik halus menurut Mudjito 2007 keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:
17 a.
Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi.
b. Pada usia 4 tahun , koordinasi motorik halus anak secara subtansi
sudah mengalami kemajuan dan gerakanya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna.
c. Pada usia 5 tahun , koordinasi pada motorik anak sudah lebih
sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.
d. Pada akhir masa anak-anak usia 6 tahun ia belajar bagai
mana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, seperti ke
trampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan
tangan dan tangan yang cermat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia PAUD, antara lain
adalah anak mulai bisa menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, dan sebagainya. Perkembangan motorik merupakan proses
memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motoric kasar anak belajar menggerakan
seluruh atau bagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus pada anak belajar ketepatan koordinasi
18 tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan
agar lentur dan anak dan anak belajar bekreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak
semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama.
Santrock 2012:50, menyatakan bahwa keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Kegiatan-kegiatan
yang melibatkan motorik halus pada anak usia dini misalnya kegiatan menggambar, melipat, meronce, membentuk, menggunting yang
memerlukan keterampilan jari-jari dan pergelangan tangan. Motorik halus juga memerlukan kecermatan dan koordinasi dalam bergerak.
Susanto dalam Indraswari 2012:1:10, menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian
tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Gerakan motorik halus memerlukan koordinasi
cermat yaitu antara mata dan tangan. Semakin baik gerakan motorik halus, maka dapat membuat anak lebih berkreasi, seperti menggunting
kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua
lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Anak-anak memiliki kematangan motorik halus
yang berbeda-beda sehingga perkembangan motorik halusnya juga berbeda.
19 Suyanto dalam Indraswari 2012:12-13, mengatakan bahwa
karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan-gerakan
tubuh yang
lebih spesifik
seperti menulis,
menggambar, menggunting dan melipat. Gerakan-gerakan tersebut berkembang melalui latihan-latihan yang tepat, sehingga anak-anak
menjadi terampil dalam melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan
untuk penyesuaian dirinya.
Menurut Hilgard 2002:14-15, anak usia PAUD 3-6 telah memilih kemampuan koordinasi motorik yang baik, koordinasi motorik
halus antara tangan dan mata dikembangkan melalui permainan seperti membentuk tanah liat, melipat, mewarnai, meronce, mengunting dan
bermain plastisin. Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan menulis anak, melatih kegiatan motorik
halus anak sangat dianjurkan meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai.
Kemampuan daya lihat merupakan kegiatan motorik halus yang dapat melatih kemampuan melihat ke arah kiri dan kanan yang sangat
diperlukan dalam persiapan membaca. Pengembangan keterampilan motorik pada dasarnya merupakan kegiatan yang mengaktualisasikan
seluruh potensi berupah sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk isi dan arah menuju kebulatan peribadi yang sesuai dengan cita-cita
kemanusian atau diri seseorang. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan motorik halus dapat diartikan sebagai bagian dari
20 pendidikan terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak, terhadap
pertumbuhan dan pengembangan anak secara menyeluruh Sumantri, 2002:109.
Motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil seperti gerakan jari jemari tangan yang sering berhubungan atau berkaitan dengan
koordinasi panca indera terutama mata dengan tangan Pramareta, 2013:20.
Dari definisi di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa motorik halus merupakan keterampilan mengontrol otot-otot kecil atau halus
seperti jari-jemari yang menggunakan kecermatan gerak melalui pengindraan mata. Selain itu juga perkembangan motorik merupakan
perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima tahun yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan keterampilan motorik.
3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus
Menurut Vela 2009:21 ada beberapa tujuan pengembangan motorik halus pada usia 3-6 tahun yaitu :
a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang
berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. b.
Mampu mengerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari.
c.
Mampu koordinasi indera mata dan aktivitas tangan.
Secara khusus tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini 3-6 tahun adalah agar anak dapat menunjukan kemampuan
21 menggerakkan anggota tubuhnya terutama tangan dan jari-jemari.
Sedangkan, fungsi pengembangan motorik halus adalah mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti pengembangan kognitif,
bahasa, seni, sosial emosional dan aspek moral agama karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak terdapat atau mempunyai
kesamaan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. 4.
Karakteristik Perkembangan Motorik Halus
Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat dijelaskan dalam Depdiknas 2007: 10 adalah sebagai berikut :
a. Pada saat anak berusia tiga tahun
Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu
menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan itu sendiri masih kikuk.
b. Pada usia empat tahun
Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih
cepat bahkan cenderung ingin sempurna. c.
Pada usia lima tahun Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah
lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Anak juga telah mampu membuat dan
22 melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti kegiatan
proyek. d.
Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah
belajar bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensilnya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan motorik halus anak terbagi atas
4, yaitu : pada umur 3 tahun, pada umur 4 tahun, pada umur 5
tahun dan pada umur 6 tahun 5.
Faktor-Faktor Meningkatkan Motorik Dan Fungsi Motorik Anak
Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat di lakukan oleh guru :
a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak
melatih keterampilan motoriknya. b.
Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan.
c. Aktivitas fisik anak bervariasi yaitu, aktivitas fisik untuk bermain
dan bergembira sambil menggerakan anggota tubuh. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang di harapkan sesuai dengan
perkembanganya.
23 Fungsi Perkembangan Motorik Halus Menurut Mudjito 2007
mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu :
a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang b.
Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi
helpenness
tidak berdaya pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
c. Melalui keterampilan Motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah.
6. Pendekatan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Dini
Ada beberapa prinsip yang hendak diperhatikan dalam pendekatan perkembangan motorik halus sebagai berikut :
a. Belajar sambil bermaian
Upaya stimulasi yang diberikan seorang pendidik terhadap anak usia dini 3-6, hendaknya dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi.
b. Kreatif dan Inovatif
Kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah dengan melakukan pembaharuan adalah aktivitas kreatif dan inovatif dapat
dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik,
24 membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis dan menemukan hal- hal baru. c.
Berorentasi pada kebutuhan anak Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa
berorentasi pada kebutuhan anak. d.
Lingkungan kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik sehingga
anak akan betah dalam bermain dan belajar. e.
Tema Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka
pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan menarik minat anak.
f. Pengembangkan keterampilan hidup
Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan
hidup, penggembangan
keterampilan hidup
didasarkan dua tujuan yaitu: memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri
self help
disiplin dan sosialisasi. g.
Kegiatan berorentasi pada prinsip Perkembangan anak. 1
Siklus belajar anak selalu berulang. 2
Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya.
25 3
Anak akan belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara
pisikologis. 4
Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya. 5
Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual Semiawan, 2001:46-48.
B. Kegiatan Menempel dengan Teknik Mozaik
1. Pengertian Menempel atau Kolase
Kata kolase yang dalam bahasa Inggris di sebut ‘
collage
’ dan berasal dari kata “
coller
’ dalam bahasa Perancis yang berarti ‘
merekat
’. Alwi, dkk. 2001: 1168 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
menjelaskan pengertian menempel adalah melekat jika tidak dilem atau melekatkan sesuatu jika menggunakan lem. Susanto dalam Sasrina,
2009 menyatakan bahwa kolase adalah suatu teknik menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain
sebagainya. Ida dalam Sasrina, 2009 mengatakan bahwa unsur-unsur seni rupa pada kolase meliputi: garis, bentuk, warna, tekstur, ruang, dan
cahaya. Menempel atau kolase merupakan salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik
minat anak anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan
26 sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan
berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, bahan bahan
bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga dimensi Christianti, 2010.
Kolase terbagi atas bermacam pengelompokkan, ada yang disebut dengan tangram, montase, dan mozaik. Tangram adalah teknik
menempelkan bentuk bentuk geometri tanpa didahului menggambar pola. Montase adalah menempel benda benda konkrit dalam sebuah
gambar. Mozaik adalah menempel bentuk bentuk kecil menjadi satu kesatuan namun yang dipentingkan adalah efek warna dari bahan yang
digunakan, dapat juga diartikan menabur. Semua kegiatan menempel tersebut melatih anak untuk mengembangkan motorik halus, konsentrasi
dan mengembangkan kreativitas. Selain itu keberanian anak untuk memilih bahan dan benda-benda yang digunakan untuk menempel juga
dapat mengajarkan anak untuk berani mengambil keputusan dan berusaha untuk memecahkan masalah Christianti, 2010.
Berdasarkan berbagai penjelasan di depan, maka pengertian kolasemenempel
adalah kegiatan
yang dilakukan
untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak, yaitu dengan
meletakkan dan merekatkan sesuatu. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang
digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain,
27 bahan bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua
dimensi atau tiga dimensi.
2. Menempel untuk anak usia dini
Menempel untuk
anak usia
dini dilakukan
dengan memperhatikan beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut dibuat untuk
dapat memaksimalkan
anak mengoptimalkan
segala aspek
perkembangannya. Anak diberi kebebasan untuk membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya. Peran pendidik atau guru
dalam mengoptimalkan kemampuan anak tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pendidik sebagai fasilitator
dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan. Keanekaragaman bahan yang disediakan oleh pendidik dapat
mempengaruhi pengembangkan
kreativitas anak.
Bahan yang
beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi semangat kepada anak dalam` mencegah rasa bosan yang dialami anak.
Pendidik harus berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan belum pernah digunakan anak untuk menempel.
Bahan yang didapat dari barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik. Barang bekas untuk menempel bisa
didapatkan dari kardus susu bekas, kantong belanja, majalah, kaleng, sarung, buah, biji-bijian, tutup botol, perca, serbuk gergaji, dan lain
sebagainya. Semakin beragam bahan yang disediakan akan semakin baik. Bahan menempel bisa juga dibuat sendiri oleh anak atau sudah
28 tersedia. Anak membentuk kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian
mengeringkannya dan memotong kertas tersebut sesuai dengan
keinginan. 3.
Pengertian Mozaik
Menurut Soemarjadi
dkk dalam
Indraswari, 2012:4,
menyatakan mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda
padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran
elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik dibuat dari bahan-bahan
yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian ditempel pada bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik memerlukan
kecermatan, koordinasi tangan dan mata untuk memadukan bahan- bahan yang bermacam- macam menjadi karya.
Menurut Munandar 2005:23, mozaik adalah karya gambar atau desain yang dibuat dari susunan potongan-potongan, batuan- batuan,
kaca berwarna, porselin, dalam perkembangannya mozaik telah memperkaya keragaman karya seni rupa seperti lukisan dinding
Fresco, karya seni kaligrafi, benda-benda kerajinan tangan, dekorasi, seni bangunan dan lainnya.
Dari definisi mozaik di atas dapat disimpulkan bahwa mozaik adalah pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang
29 menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja
dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara
dilem.
4. Tujuan dan Manfaat Teknik Mozaik
Ada beberapa tujuan dan manfaat teknik mozaik menurut Yohana 20013:35:
a. Tujuan Mozaik Bagi Anak
1 Agar anak mampu menggerakan fungsi motorik halus untuk
menyusun potongan-potongan bahan kain, kertas, kayu dan bij - bijian dan merekatnya pada pola atau gambar.
2 Anak dapat mempraktikkan langsung.
b. Manfaat Mozaik Bagi Anak
1 Dapat meningkatkan kreativitas seni pada anak
2 Dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan
3 Dapat meningkatkan daya pikir, daya serap, emosi, cita rasa
keindahan menempel mozaik. 5.
Menempel Media Kain perca dengan Teknik Mozaik
Setelah guru sudah membuat rencana gambar di atas bidang datar. Guru memperagakan cara menempel kain perca pada gambar topi,
seperti warna merah, kuning, hijau. Pertama-tama guru membagikan gambar atau pola yang disediakan guru, membagikan kain perca itu
30 diberi lem kemudian tempelkan kain perca pada pola agak ditekan biar
lebih lengket. Tetapi pada waktu anak memberi lem pada pola ibu guru harus
memberi tahu langkah –langkah membuatnya. Sesuai dengan gambar
topi yang disediakan oleh guru dan warna kain perca. Pada saat anak mengerjakan itulah guru mulai memberi nilaipengamatan dan tidak lupa
memberi pujian dorongan serta memotivasi anak dapat menghasilkan kerja yang lebih baik lagi.
Pelatihan Keterampilan menempel bagi kelompok B
2
menurut Muharam 1992 :101-102 antara lain:
a. Merencanakan gambar
Mengingat kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang sangat lemah maka kegiatan menggambar ini dilakukan oleh
peneliti. Gambar yang dibentuk dapat berupa gambar bangun datar, binatang atau benda lain yang sederhana. Gambar ini dilukis di atas
kertas tebal karton. b.
Menyiapkan alat latihan keterampilan menempel Beberapa alat yang harus disiapkan antara lain :
1 Kertas karton yang sudah bergambar.
2 Perekat lem.
3 Kain Perca yang telah diberi pewarna.
4 Menjelaskan urutan latihan.
31 Urutan dalam latihan keterampilan kolase tersebut
adalah : a
Menjimpit kain perca yang telah diberi pewarna. b
Memberi perekat pada kain perca yang telah diberi pewarna.
c Menempelkan kain perca yang telah diberi pewarna
pada gambar yang sudah disiapkan oleh peneliti. d
Melatih keterampilan kolase. Menurut Rullyramdhansyah 2010:4, Sebelum mulai melakukan
latihan, terlebih dahulu persiapkan bahan dan alat yang diperlukan agar memudahkan proses kerja anda. Langkah kerja yang memerlukan
persiapan khusus adalah mengumpulkan bahan sebagai material untuk kegiatan menempel. Bahan yang akan anda gunakan terlebih dahulu
perlu disortir atau dipilih jenis warna, bahan dan teksturnya. Keterampilan menempel dengan urutan kerja diatas dilakukan siswa
dengan bimbingan peneliti. Kain perca ini telah diberi pewarna dulu sebelumnya. Warna kain perca yang berwarna-warni akan menarik
perhatian siswa, dengan demikian siwa merasa senang dan bersedia mengikuti kegiatan dengan baik dan tidak cepat bosan. Latihan ini
dilakukan secara berulang-ulang sehingga motorik halus anak akan terlatih dengan baik.
Persyaratan keterampilan menempel menurut Susanto 2002:65, bahwa keterampilan menempel harus mencakup 3 perlakuan yaitu
32 menjepit, mengelem dan menempel. Dalam 3 perlakuan ini akan melatih
koordinasi otot-otot jari tangan sehingga secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat
belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses menempel benda-benda dalam ukuran kecil.
Menurut standar kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul 2004 : 26 terdapat indikator keberhasilan dalam
meningkatkan motorik halus anak yaitu : 1 Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar, 2 Ketepatan menempelkan pada bagian
gambar, 3 Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel
C. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
1. Pengertian Belajar
Menurut Omar Hamalik 2002:154, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard
dan Bower seperti yang dikutip Purwanto 2003:84 bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungannya berupa respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang.
33 Menurut Gadne yang dikutip Purwanto 2003:84 bahwa
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah.
Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan”. Morgan yang
dikutip Purwanto 2003:84 bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Witherington yang dikutip Purwanto 2003:84 bahwa “Belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Melihat pendapat-pendapat di atas, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan
atau pengalaman yang berulang-ulang.
34
2. Hakekat Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang
guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar Hasanah, 2012 : 85. Menurut Hasanah, 2012 : 87, secara garis besar, ada 4 pola
pembelajaran.
Pertama,
pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu atau bahan pembelajaran dalam bentuk alat
raga.
Kedua,
pola guru dan alat bantu dengan siswa,
ketiga,
pola guru+media dengan siswa.
Keempat,
pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan
pembelajaran yang disiapkan. Berdasarkan pola-pola pembelajaran diatas, maka pembelajaran
bukan hanya sekedar mengajar dengan pola satu, akan tetapi lebih dari pada itu seorang guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran
yang bervariasi. Menurut paham konvensional, pembelajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik yang dibatasi pada aspek intelektual
dan keterampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar
Hasanah, 2012 : 86 3.
Taman Kanak-kanak
Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini yakni usia 6 tahun atau di bawahnya dalam
bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian
35 rangsangan
pendidikan untuk
membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung
pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 dua tahun,
yaitu : 1 TK 0 nol Kecil TK kecil selama 1 satu tahun, 2 TK 0 nol Besar TK besar selama 1 satu tahun.
Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata
untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat,
murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia,
seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh pendidikan di TK. 4.
Pembelajaran di TK
Pembelajaran pada intinya merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi belajar mengajar. Dalam
pembelajaran tersirat adanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Sesuai dengan
apa yang dikemukakan oleh Sudjana 1995:5, pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan disengaja untuk menciptakan
terjadinya kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu anak-anak
36 warga belajar dan pendidik sumber belajar yang melakukan kegiatan
membelajarkan. Adapun proses pembelajaran pada hakekatnya terbagi dalam dua
konsep yang berlangsung secara bersamaan yaitu proses belajar yang dilakukan oleh anak TK dan proses belajar yang dilakukan oleh
pendidik. Kegiatan pembelajaran di TK mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Secara alamiah bermain memotivasi
anak untuk mengetahui sesuatu lebih dalam, dan secara spontan anak mengembangkan
kemampuannya. Bermain
pada dasarnya
mementingkan proses dari pada hasilnya. Menurut Pendapat Bredekamp yang dikutip oleh Masitoh
2003: 5 “
play is a important vehicle for children, social, emotional, and cognitive
development”. Artinya bermain merupakan wahana yang penting bagi perkembangan sosial,
emosi, dan kognitif anak yang direfleksikan pada kegiatan. Berbeda dengan pendapat Piaget yang dikutip oleh Masitoh
2003:5 bahwa, “bermain merupakan wahana yang penting yang dibutuhkan untuk perkembangan berpikir anak. Belajar yang paling
efektif untuk pendidikan anak usia diniTaman kanak-kanak adalah melalui suatu kegiatan yang konkrit dan pendekatan yang berorientasi
bermain”. Bermain sebagai suatu bentuk kegiatan belajar di TK adalah
bermain kreatif dan menyenangkan. Melalui bermain kreatif anak dapat mengembangkan serta mengintegrasikan semua kemampuannya. Anak
37 lebih banyak belajar dari melalui bermain dan melakukan eksplorasi
terhadap obyek-obyek dan pengalamannya. Sebab anak dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial dengan
orang dewasa pada saat mereka memahaminya dengan bahasa dan gerakan sehingga tumbuh secara kognitif menuju berpikir verbal. Pada
saat belajar anak melakukan kegiatan yang aktif membangun pengetahuan berinteraksi dengan lingkungan atau mempraktekkan
langsung. Pengetahuan muncul bukan dari obyek atau anak, akan tetapi dari interaksi antara anak dengan obyek. Dalam memperoleh
pengalaman seorang anak harus berinteraksi langsung dengan obyek, lingkungan atau sumber belajar sehingga dapat memanipulasi,
menjelajah, menyelidiki, mengamati atau berbuat sesuatu dengan obyek tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di TK seperti yang dikemukakan oleh Masitoh 2003: 6:
a. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan awal,
pendidikan sekolah yang dikenal oleh anak, oleh karana itu Taman Kanak-kanak perlu menciptakan situasi pendidikan yang memberi
rasa aman dan menyenangkan. b.
Sifat kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-
hari seperti menjaga kebersihan dan keamanan mandiri, sopan santun, berani bertanggung jawab dan penggendalian diri.
38 c.
Sifat kegiatan merupakan pengembangan berbagai kemampuan dasar anak, oleh karena itu pengetahuan terhadap dunia sekitar
merupakan alat yang dipilih oleh guru untuk penngembangan kemampuan dasar.
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran di Taman
Kanak-kanak adalah
dasar pembelajaran
bagi anak.
Pembelajaran di Taman Kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip belajar
yang berorientasi
perkembangan dan
bermain yang
menyenangkan, didasarkan pada minat dan pengalaman anak, mendorong terjadinya komunikasi baik secara individual maupun
kelompok, dan bersifat fleksibel. Masitoh 2003: 7 mengungkapkan prinsip dasar pembelajaran bagi anak usia dini sebagai berikut:
a. Anak aktif melakukan sesuatu atau bermain dalam situasi yang
menyenangkan. b.
Kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat.
c. Mendorong terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan
individual. d.
Mendorong anak untuk mengambil resiko dan belajar dari kesalahan.
e. Memperhatikan prinsip perkembangan anak.
f. Bersifat fleksibel.
39 Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak peran guru lebih
bersifat sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Guru perlu menyiapkan lingkungan, bahan-bahan, kegiatan yang menantang dan
dapat menstimulasi anak agar terlaksananya pembelajaran yang optimal tidak terlepas dari karakteristik perkembangan anak, prinsip belajar dan
kurikulum yang sesuai dengan minat dan kebutuhan. Dalam pembelajaran di TK, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan
tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Tema yang dipilih sesuai dengan hasil belajar dan
indikator dalam kurikulum, dan menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas dan sesuai sub tema antara
lain: a.
Diri sendiri Aku dan Panca Indera b.
Lingkunganku Keluargaku, Rumah dan Sekolah c.
Kebutuhanku Makanan, Pakaian, Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan
d. Binatang
e. Tanaman
f. Rekreasi Kendaraan, Pesisir dan Pegunungan
g. Pekerjaan
h. Air, Udara, dan Api
40 i.
Alat Komunikasi j.
Tanah airku Negaraku, Kehidupan dikota dan didesa k.
Alam Semesta Matahari, Bulan, Bintang, Bumi, Langit dan Gejala Alam
Tema-tema ini kemudian disesuaikan dengan hasil belajar atau indikator pada bidang pengembangan dalam program semester.
Perencanaan program semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan-jaringan tema yang ditata secara urut dan sistematis,
olokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya kedalam semester 1 dan 2. Penyusunan silabus pembelajaran
dituangkan dalam bentuk perencanaan semester, perencanaan mingguan
dan perencanaan harian. 5.
Karakteristik Program Pembelajaran
Pengembangan program pembelajaran pendidikan taman kanak- kanak memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Program pembelajaran di taman kanak-kanak dilaksanakan secara
terpadudengan memperhatikan kebutuhan terhadap kesehatan, gizi, stimulasi sosial dan kepentingan terbaik bagi anak.
b. Program pembelajaran di tamman kanak-kanak dilaksanakan secara
fleksibel sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan.
c. Program pembelajaran di taman kanak-kanak berdasarkan prinsip
belajar melalui bermain memperhatika perbedaaan individual,
41 minat, dan kemampuan masing-masing anak, soial budaya, serta
kondisi dan kebutuhan masyrakat Pedoman Pengembangan Proram Pembelajaran Di TK : 2010
D. Kain perca
Kain perca adalah kain sisa guntingan yang berasal dari pembuatan pakaian,kerajinan atau produk tekstil lainya. Kain perca yang sudah terbuang
ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan dalam membuat topi . Sebelum melakukan penempelan kain perca yang belum diberi warna ini
direndam kedalam pasta makanan yang sudah dicampur dengan air, kain perca direndam selama kedalam pasta makanan yang sudah dicampur dengan
air , kain perca direndam selama dua hari agar warna yang dinginkan terlihat jelas, setelah selesai direndam kain perca dijemur agar mudah dalam proses
menempelkannya di kertas yang sudah diberi pola. www.google.co.idkain
perca
E. Kerangka berpikir
Pada proses pembelajaran di Taman kanak-kanak ABA Kricak Kidul 61 yogyakarta khsusnya kelompok B2 dalam pelaksanaan kegiatanya belum
berkembang motorik halus anak baru melakukan seperti menggambar sebuah gambar yang sederhana, memegang pensil, menggunting, dan melipat. Hal
ini disebabkan kurangnya alat atau media dalam pengembangan motorik
42 halus anak. Motivasi yang di berikan guru kepada anak dalam melaksanakan
kegiatan juga belum maksimal. Selain itu juga masih ada kemampuan motorik halus anak belum
berkembang atau meningkat dengan baik ini terbukti masih ada anak yang belum bisa menulis dengan rapi, bahkan masih ada anak yang belum bisa
memegang pensil dengan benar. Hal ini dipengaruhi karena motorik halus anak belum meningkat dengan baik. Banyak cara untuk meningkatkan
motorik halus anak yaitu dengan cara menempel dengan tehnik mozaik di kelompok B2 ABA kricak Kidul 61 yogyakarta.
Teknik mozaik merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada kemampuan motorik halus anak, karena anak dilatih dalam kegiatan
menempel jika kegatan anak dapat menempel dengan baik, dan bersih, maka motorik halus anak dapat berkembang dengan baik. Salah satu media untuk
menempel menggunakan teknik mozaik adalah menggunakan media kain perca. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka berpikir dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 1. Kerangka Berpikir Upaya
Peningkatan Morotik Halus
Anak Kegiatan
Menenmpel dengan Kain
Perca Menggunakan
Teknik Mozaik
43
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan meruakan jawaban sementara atau kesimpulan
sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan . Jawaban sementara
tersebut baru di dasarkan atau teori yang relevan belum di dasarkan pada fakta empiris di peroleh dari pengumpilan data .
Dari uraian diatas maka di ajukan hipotesis tindakan sebagai berikut, bahwa
“kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik di kelompok B2 Tk ABA
Kricak kidul 61 Yogyakarta ”.
44
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian Tindakan Kelas PTK. Menurut Agung 2012:24 menyatakan, penelitian tindakan kelas atau
Clasroom Action Research
CAR merupakan penelitian yang bersifat aplikasi terapan, terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan
menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. Sedangkan menurut Wardhani Wihardit 2008:1.4, penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 20142015. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak
ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 20142015 dalam penentuan waktu yang disesuaikan dengan
kalender pendidikan di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta
C. Subjek Penelitian
45 Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 Taman Kanak-Kanak
ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta tahun pelajaran 20142015. Jumlah subjeknya yaitu, 23 orang dengan 18 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
D. Prosedur Penelitian
Adapun, prosedur pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan yang dilaksanakan guru adalah: 1
Membuat RKH sesuai dengan tema 2
Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3
Menyiapkan lembar kerja anak 4
Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5
Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi b.
Pelaksanaan 1
Kegiatan awal 30 menit a
Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum
memulai aktivitas. b
Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga