PERSEPSI MANAJER TENTANG KESIAPAN KERJA YANG DIBUTUHKAN SEBAGAI MANAJER BAKERY.

(1)

‘PERSEPSI MANAJER TENTANG KESIAPAN KERJA YANG DIBUTUHKAN SEBAGAI MANAJER BAKERY’

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

Disusun oleh : Tri Sulistyo Wati. N

(05511243002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007


(2)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PERSEPSI MANAJER TENTANG KESIAPAN KERJA YANG DIBUTUHKAN SEBAGAI MANAJER BAKERY” ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 27 April 2007 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal

Siti Hamidah, M.Pd Ketua Penguji ... ...

Kokom Komariah, M.Pd Sekretaris ... ...

Sutriyati Purwanti, M.Si Penguji ... ...

Yogyakarta, 27 April 2007 Fakultas Teknik

Dekan,

Prof. Dr. H. Sugiyono, M.Pd NIP. 130 693 811


(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri, sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogakarta, April 2007

Tri Sulistyo Wati. N NIM. 05511243002


(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

   



   



  

 



  

   

  

    


(5)

ABSTRAK

PERSEPSI MANAJER TENTANG KESIAPAN KERJA YANG DIBUTUHKAN SEBAGAI MANAJER BAKERY

Oleh

Tri Sulistyo Wati. N

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi manajer industri bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manager bakery.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Populasi penelitian adalah 54 industri bakery di Yogyakarta yang tedaftar di Dinas Peridustrian, Perdagangan dan Koperasi (Deperindagkop) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sampel penelitian ini adalah manajer bakery yang memiliki tenaga kerja minimal 5 orang karyawan dan nilai produksi adalah Rp. 300.000,00 yang memadai untuk kelangsungan proses industri. Jumlah sampel adalah 10 industri bakery. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode angket. Validitas instrumen dilakukan dengan cara konsultasi dengan ahli (expert judment), sedangkan reliabilitas instrumen penelitian ini mengunakan rumus K-R 20. Teknik analisis dan penafsiran data dilakukan dengan teknik deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa, 1) Persepsi manajer terhadap kesiapan kerja manajer bakery pada aspek pengawasan, perencanaan dan pengarahan menunjukkan kategori sangat dibutuhkan bagi kesiapan kerja manajer bakery. 2) Sedangkan aspek penyusunan personalia dan penorganisasian dibutuhkan bagi kesiapan kerja manajer bakery.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Manajer Tetang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan Sebagai Manajer Bakery” tanpa satu

halangan yang berarti.

Laporan penelitian ini disusun dalam rangka sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi manajer tentang kesiapan kerja manajer bakery.

Penyusun menyadari bahwa terealisasikannya laporan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penyusun dengan kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sugiyono, M.Pd Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogakarta.

2. Ibu Kokom Komariah, M.Pd Ketua Jurusan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogakarta.

3. Ibu Purwati Tjahjaningsih, M.Pd Dosen Pembimbing Akademik Program Kelanjutan Studi angkatan 2005.

4. Ibu Siti Hamidah, M.Pd Dosen pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukkan yang bermanfaat untuk memperbaiki laporan ini.


(7)

5. Ibu Sutriyati Purwanti, M.Si Dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat untuk memperbaiki laporan ini.

6. Ibu dan Bapakku tercinta yang telah memberikan doa dan segala fasilitas sehingga mempercepat dalam penyelesaian laporan ini.

7. Semua pihak yang bergabung dalam tim Program Hibah Kompetensi A3, terimakasih atas dukungan yang diberikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari laporan ini kurang dari sempurna, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan guna perbaikan dalam penulisan laporan selanjutnya. Harapan penyusun, semoga laporan ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti dalam ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kebogaan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta,... Penyusun


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... 1 7 8 9 9 9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 11

A. Diskripsi Teori... 11


(9)

2. Manajer Bakery... 3. Kesiapan Kerja Manajer... 4. Bakery...

14 31 33 B. Kerangka Berpikir... 37 C. Pertanyaan Penelitian... 38 BAB III. METODE PENELITIAN... 39

A. Jenis dan Variabel Penelitian... B. Definisi Operasional... C. Populai dan Sampel Penelitian... D. Teknik Pengambilan Data dan Instrumen... E. Validitas dan Realibilitas Instrumen... F. Teknik Analisis Data...

39 39 40 42 45 47 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 48

A. Hasil... B. Variasi Hasil Penelitian... C. Pembahasan...

48 61 67 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN... 72

A. Simpulan... B. Saran... C. Keterbatasan Penelitian...

72 72 73 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen... 43

Tabel 2. Rentang Jawaban... 45

Tabel 3. Identitas responden berdasarkan jenis kelamin... 49

Tabel 4. Identitas responden berdasarkan jabatan... 49

Tabel 5. Persepsi Manajer Tentang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan Sebagai Manajer Bakery Dalam Aspek Perencanaan... 51

Tabel 6. Persepsi Manajer Tentang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan Sebagai Manajer Bakery Dalam Aspek Pengorganisasian... 53

Tabel 7. Persepsi Manajer Tentang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan Sebagai Manajer Bakery Dalam Aspek Penyusuanan Personalia... 55

Tabel 8. Persepsi Manajer Tentang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan Sebagai Manajer Bakery Dalam Aspek Pengarahan... 57

Tabel 9. Persepsi Manajer Tentang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan Sebagai Manajer Bakery Dalam Aspek Pengawasan... 59

Tabel 10. Hasil Perbandingan Rerata Skor... 60

Tabel 11. Persepsi Manajer Merdeka Bakery tentang kesiapan kerja yang Dibutuhkan sebagai manajer bakery... 61

Tabel 12. Persepsi Manajer Dinda Bakery tentang kesiapan kerja yang Dibutuhkan sebagai manajer bakery... 62

Tabel 13. Persepsi Manajer Twins Bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manajer bakery... 62

Tabel 14. Persepsi Manajer Orlin Bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manajer bakery... 63

Tabel 15. Persepsi Manajer Manday Bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manajer bakery... 63


(11)

Tabel 16. Persepsi Manajer Zainudien Bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manajer bakery... 64 Tabel 17. Persepsi Manajer Legend Bakery tentang kesiapan kerja yang

dibutuhkan sebagai manajer bakery... 64 Tabel 18. Persepsi Manajer Salma Bakery tentang kesiapan kerja yang

dibutuhkan sebagai manajer bakery... 65 Tabel 19. Persepsi Manajer Salsabila Bakery tentang kesiapan kerja yang

dibutuhkan sebagai manajer bakery... 65 Tabel 20. Persepsi Manajer 512 Bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan

sebagai manajer bakery... 66 Tabel 21. Variasi Persepsi Manajer Tentang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 01. Grafik Identitas responden berdasar jenis kelamin... 49

Gambar 02. Grafik Perbandingan skor item perencanaan... 52

Gambar 03. Grafik Perbandingan skor item Pengorganisasian... 54

Gambar 04. Grafik Perbandingan skor item Penyusunan Personalia... 56

Gambar 05. Grafik Perbandingan skor item Pengarahan... 58


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 2. Uji Statistik Diskriptif Lampiran 3. Uji Validitas dan Relibilitas Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses produksi/operasi merupakan salah satu fungsi pokok dalam kegiatan bisnis dan manajemen, selain fungsi marketing, sumber daya manusia dan keuangan. Dengan demikian, dalam usaha bisnis dan manajemen lokal, nasional maupun internasional, produksi/operasi sangat berperan penting dalam lingkungan pemasaran yang berbeda-beda. Meluasnya operasi bisnis dari kegiatan operasi lokal ke nasional dan ke internasional dewasa ini memerlukan perilaku khusus bagi kegiatan atau fungsi produksi. Seperti pada lingkungan bisnis yang semakin luas dan lingkungan ekonomi yang semakin interdependen, kegiatan produksi dan bisnis tidak terbatas lagi pada kegiatan lokal.

Perkembangan perekonomian yang maju, kegiatan sektor industri jasa semakin berperan tinggi. Menurut Peter F. Drucker mengatakan bahwa di semua negara maju, bertumbuh industri padat pengetahuan yang semakin memperkerjakan jumlah tenaga berpengetahuan. Industri sektor jasa terus bertumbuh sejalan dengan perkembangan industri teknologi tinggi dan informasi. Dimana pertumbuhan ini akan mempengaruhi pada manajemen dan bisnis mikro sebagai unsur ekonomi yang penting.

Ekonomi di Indonesia yang sedang bertumbuh pesat dan berorientasi keluar mendorong pertumbuhan industri jasa. Industri jasa keuangan, pariwisata dan perbankan jelas mengalami pertumbuhan yang luar biasa pesatnya begitu juga dengan


(15)

perkembangan industri jasa di sektor lain seperti transportasi dan telekomunikasi. Dengan pertumbuhan industri jasa pariwisata sangat membuka peluang pendirian usaha jasa disub bidangnya berupa industri makanan seperti restoran, bakery dan katering. Industri bakery sangat relevan dengan pemanfaatan pesatnya sektor pariwisata. Selain impac dari sektor pariwisata, industri bakery dapat berkembang di masyarakat umum. Perubahan pola makan membuka peluang bagi masyarakat luas, karena bisnis industri bakery tersebut bisa digarap oleh industri besar maupun sekala menengah Perusahaan bakery dapat memberikan andil bagi masyarakat luas dalam pembuatan roti yang harganya dapat dijangkau konsumen lapisan menengah kebawah, tentu saja dengan kreativitas dan naluri bisnis yang dimiliki cukup kompeten.

Umumnya industri bakery tersebut akan berkembang diwilayah perkotaan, sekitar daerah industri atau daerah pinggiran kota yang jumlah penduduknya cukup padat. Peluang pengembangan usaha industri bakery tidak terlepas dari analisis permintaan dan penawaran produk. Permintaan produk tampak mengalami peningkatan sejak 2-3 daswarsa yang lalu terutama daerah perkotaan. Dari tahun ke tahun permintaan itu meningkat yang diketahui dari pertumbuhan usaha roti dan kue yang juga meningkat mulai usaha kecil dan besar. Munculnya usaha besar dan prestisius, seperti bread talk, sari roti dan holland bakery tidak akan menghambat dan mematikan produsen kelas kecil dan menengah, karena mempunyai konsumen yang berbeda. Produsen skala industri besar dapat membidik konsumen kelas berduit dengan produknya yang berkualitas prima. Sementara industri bakery kecil hingga


(16)

menengah, dapat membidik masyarakat kelas menegah kebawah dengan produk yang berkualitas yang lebih inferior.

Industri bekery besar dan menengah sama-sama mempunyai peluang berkembang yang sama baik secara produk jasanya, pemasaran, kepuasan pelanggan dan manajerial. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam industri bakery adalah pemanfaatan perkembangan teknologi (hard ware / soft ware), product quality,pemasaran dan manajerial (intrinsik/ekstrinsik).

Fasilitas fisik atau hard ware adalah sesuatu yang membantu kelancaran proses produksi mulai dari bahan mentah hingga menjadi makanan matang atau roti yang siap di pasarkan. Fasilitas fisik berupa bangunan, ruangan, peralatan masak merupakan aset yang harus di support seluruh karyawan juga pihak pengelola (gugus atas).

Namun rasionalisasi dalam sektor jasa sebenarnya menunjukkan bahwa ekonomi pasar akan melakukan seleksi alamiah terhadap industri bakery. Hanya perusahaan-perusahaan yang berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi akan mampu bertahan.

Untuk meningkatkan efisiensi di bidang jasa, manajemen perlu menerapkan beberapa langkah strategik baik manajerial teknologi, produk, sumber daya manusia dan tingkat relevansi lainnya. Menurut Theodore Levitt ada beberapa perangkat teknologi yang bisa dipakai dalam proses produksi untuk menigkatkan pelayanan jasa yakni : a) teknologi keras (hard tecnoloies), substitusi pekerjaan yang padat karya dengan mesin, peralatan atau benda fisik lainnya. b) teknologi lunak (soft tecologies), substitusi sistem perencanaan yang terorganisir untuk operasi pelayanan perorangan.


(17)

c) teknologi campuran (hybrid tecnologies), campuran teknologi keras dan lunak untuk menghasilkan efisiensi, pesanan, dan kecepatan dalam proses pelayanan.

Untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi ini, industri bakery membutuhakn tenaga kerja profesional untuk memenangkan persaingan dengan dengan industri jasa ang sejenis guna mendapatkan pasar yang luas. Dengan adanya kemajuan teknologi merupakan salah satu sumber keunggulan komparatif pada tingkat nasional dan keungulan kompetitif pada tingkat bisnis mikro. Kemajuan teknologi bisa meningkatkan kuantitas sumber alam yang tersedia dengan dimungkinkannya penemuan-penemuan sumber baru. Dengan kemajuan teknologi ini dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja ataupun barang modal dengan meningkatkan produktivitasnya. Dalam persaingan bisnis dan industri, banyak pelaku ekonomi atau bisnis memanfaatkan peralatan teknologi yang maju sebagai senjata bersaing. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pawitra :”pemenang persaingan dalam suatau industri adalah perusahaan yang berhasil meraih dan memanfaatkan teknologi sebagai senjata strategis”.

Selain perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup menjadi faktor pemicu terjadinya perubahah pola konsumsi. Dengan semakin bertambah waktu bekerja, masyarakat semakin bertambah sibuk sehingga mendorong pemilihan makanan dengan penyajian lebih praktis, tetapi beragam. Perkembangan konsumsi roti sangat cepat karena kedudukan roti yang berasal dari negeri barat menjadi makanan yang sangat prestisius. Namun, dengan perkembangan industri makanan dalam hal ini bakery yang berkembang cepat dan harga relatif terjangkau maka perubahan itu menjalar kemasyarakat kelas menengah-kebawah. Oleh karena itu perubahan perilaku


(18)

konsumen tersebut membuat industri bakery semakin berkembang kompetitif di Indonesia khususnya. Sehubungan dengan pencapaian resault yang di misi maupun visikan idustri bakery terkait dengan product maka tidak lain diperlukan sumber daya atau kemampuan secara afektif ( mentalitas dan sikap ), psikomotorik ( Improvisasi ) dan kognitif dalam hal manajemen administratif yang baik. Ketiga komponen tersebut harus di manajemen untuk menjalankan fungsi sumberdaya pada sebuah industri bakery.

Rendahnya tingkat efisiensi dan produktivitas organisasi perusahaan yang banyak disoroti dewasa ini tidak lepas dari kelemahan–kelemahan organisasi dibidang manajerial dan ketenagakerjaan. Manajemen perusahaan bakery pada umunya masih sangat rapuh, terutama karena tidak ditunjang dengan tenaga-tenaga manajer profesional dan tenaga-tenaga kerja terampil. Banyak perusahaan merekrut tenaga kerja yang terampil dan bahkan tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Selain itu seorang manager bakery yang profesional harus memiliki hard skill yang merupakan kemampauan atau keterampilan untuk menghasilakan sesuatu yang visibel dan immediate dan soft skill keterampilan yang ada dalam dirinya serta bersifat invisibel. Kemampuan hard skills dan soft skills harus dimiliki oleh setiap orang untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, gabungan dari dua kemampuan hard skills dan soft skills akan menghasilkan tenaga yang profesional.

Tenaga profesional dapat dihasilkan oleh lembaga yang mempersiapkannya yaitu lembaga pendidikan. Salah satu lembaga yang didirikan untuk mempersiapkan tenaga profesional adalah Lembaga Pendidikan Teknik Kejuruan (LPTK). LPTK merupakan lembaga yang bertujuan mempersiapkan tenaga kerja yang profesional


(19)

baik sebagai tenaga kependidikan ataupun tenaga profesional yang terjun langsung di dunia industri. Salah satu LPTK yang bertujuan menghasilkan tenaga profesional dibidang tata boga adalah jurusan Teknik Boga Universitas Negeri Yogakarta. LPTK ini didirikan dengan tujuan untuk mempersiapkan guru-guru profesional jurusan tata boga dan tenaga kerja setingkat dengan manajer di dunia industri jasa boga (Agus Dharma :2000). Manajer merupakan seseorang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi (Hani Handoko:2003).

Manajer dibidang industri jasa boga harus mempunyai kemampuan profesional dan kesiapan kerja yang matang agar mampu berkompetensi dengan tenaga kerja yang lainnya. Kemampuan profesional dapat diperoleh dengan pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh LPTK secara maksimal. Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara LPTK dengan pihak industri jasa boga agar terjadi kesesuaian antara pengetahuan dan keterampilan yang dipersiapkan oleh LPTK dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh pihak industri.

Sering terjadinya kesenjangan yang terjadi antara tuntutan kesiapan kerja yang ditetapkan oleh dunia industri dengan materi kurikulum yang diberlakukan oleh pihak LPTK mengaharuskan relevansi oleh kedua belah pihak untuk menjebatani perbedaan tersebut. Upaya ang dapat dilakukan oleh pihak industri adalah dengan melakukan pendekatan yang paling efektif dan tepat perlu dilakukan perusahaan melalui program-program pendidikan manajerial dan teknis yang ada dan relevan dengan kebutuhan organisasi. Pendekatan ini mempercepat proses profesionalisme kerja dan juga menambah nilai bagi sumber daya manusia sehingga dapat mengelola sumber-sumber daya perusahaan lainya secara lebih efektif dan efisien.Dalam rangka itu,


(20)

manajemen perlu melaksanakan secara kontinu kegiatan latihan dan pendidikan, baik di dalam perusahaan maupun diluar perusahaan.

Disamping itu sangat dipandang perlu untuk melakukan proses evaluasi terhdap materi kurikulum sehingga materi kurikulum yang diberikan oleh LPTK mampu menjawab kebutuhan dunia industri. Pelaksanaan peoses relevansi dan evaluasi materi yang ada di dalam kurikulum LPTK akan membantu LPTK untuk survive sebagai lembaga yang mempersiapkan calon tenaga kerja yang profesional. Hal ini terkait dengan kepercayaan masyarakat untuk bergabung di lembaga tersebut.

Matei yang diberikan oleh LPTK harus melihat pada tuntutan kesiapan kerja yang dibutuhkan oleh industri. Cara ang dapat dilakukan antara lain dengan mendatangkan pengusahan atau pekerja industri untuk mengevaluasi isi kurikulum yang diterapkan LPTK atau dengan meminta persepsi dari manajer industri terkait. Persepsi manajer industri mutlak diperlukan sebagai salah satu dasar untuk membenahi isi kurikulum yang diberlakukan LPTK. Melihat pentingnya kesiapan kerja profesional lulusan LPTK ang sesuai dengan tuntutan ang diberlakukan oleh industri, maka penulis ingin mengetahui Persepsi Manajer tentang Kesiapan Kerja Manajer Bakery.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan adanya kesenjangan antara kesiapan tenaga kerja yang dibutuhkan industri dengan kesiapan tenaga kerja yang tersedia. Hal ini yang menyebabkan adanya kesenjangan, dikarenakan kompetensi tenaga yang


(21)

tersedia kurang memenuhi syarat. Permasalahan yang dialami manajer bakery dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk kepemimpinan yang harus di siapkan untuk menyikapi variabel–variabel dalam industri bakery?

2. Bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global?

3. Bagaimana menangani ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengaguran khususnya sarjana?

4. Bagaimana tuntutan industri terhadap kemampuan kerja seorang manajer bakery ? 5. Bagaimana persepsi manajer tentang kesiapan kerja lulusan perguruan tinggi? C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berhubungan dengan persepsi manajer tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja profesional, maka perlu adanya pembatasan masalah agar permasalahannya terfokus sehingga lebih jelas dan tepat. Sesuai topik sehubungan dengan hal tersebut, permasalahan dalam penelitian ini di batasi pada “Persepsi Manajer Tentang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan Sebagai Manager Bakery”, dengan pertimbangan bisnis bakery bisa menjadi primadona dan adanya trend di masyarakat kita yang bersifat konsumtif, praktis sehingga industri ini harus dikelola dengan baik melalui SDM yang memenuhi kriteria perusahaan (industri).


(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada diatas, maka rumusan masalah dapat diajukan sebagai berikut : bagaimana persepsi manajer industri bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manager bakery?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi manajer industri bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manager bakery.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Industri

a. Memberikan manfaat yang layak bagi industri tentang kesiapan kerja manajer bakery profesional.

b. Sebagai bahan informasi yang positif bagi industri tentang cara pemilihan tenaga kerja yang terampil dan profesional.

2. Bagi Jurusan PTBB Program Studi Pendidikan Teknik Boga

a. Memberikan informasi pada dunia pendidikan, bidang keahlian Teknik Boga FT UNY tentang penerapan disiplin ilmu, khususnya tentang kesiapan kerja seorang manajer bakery.

b. Masukan bagi peneliti yang lain yang berminat untuk meneliti tentang persepsi manajer terhadap kesiapan kerja.

3. Bagi Mahasiswa

a. Penelitian ini sebagai sarana bagi mahasiswa Program Studi Teknik Boga untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah.


(23)

b. Penelitian ini sebagai referensi bagi mahasiswa Program Studi Teknik Boga dalam upaya memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan kesiapan kerja di industry bakery.

c. Penelitian ini sebagai referensi bagi mahasiswa Program Studi Teknik Boga yang ingin menjadi seorang pemimpin dengan menjadi seorang manajer di industry .


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Persepsi

a. Pengertian

Persepsi adalah gambaran atau pandangan orang sebagai hasil kesadaran dalam mengalami dunia di luar diri seseorang. Persepsi adalah sebuah proses yang digunakan orang untuk dapat mengerti lingkungannya dengan cara menyeleksi, mengorganisasi dan menginterprestasikan informasi dari lingkungan (Richard L. Daft, 2003:22) Menurut Dr. Gregorc persepsi yang dimiliki oleh setiap pribadi/ pikiran seseorang dapar dibagi menjadi dua macam yaitu :

1 ) Persepsi kongkret atau nyata.

Persepsi Kongkret membuat seseorang lebih cepat menangkap informasi yang nyata dan jelas, secara langsung melalui kelima indranya, yaitu penglihatan, penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran. Anak tidak mencari arti yang tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan atau konsep. Kunci ungkapannya: "Sesuatu adalah seperti apa adanya."


(25)

2) Persepsi abstrak.

Persepsi abstrak memungkinkan seseorang lebih cepat dalam menangkap sesuatu yang abstrak/kasat mata, dan mengerti atau percaya apa yang tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu anak menggunakan persepsi abstrak ini, mereka menggunakan kemampuan intuisi, intelektual dan imajinasinya. Kunci ungkapannya: "Sesuatu tidaklah selalu seperti apa yang terlihat."

b. Pembentukan Persepsi

Persepsi timbul karena adanya proses seseorang memperlakukan informasi yang masuk pada dirinya melalui pengamatan dengan menggunakan indera yang dimilikinya. Proses ini merupakan interprestasi dari apa yang diamati atau proses penggambaran obyek yang diamati. Agar seseorang menyadari, dapat mengadakan persepsi hal-hal yang harus dipenuhi yaitu (Marihot AMH, 2006: 164) :

1) Adanya objek yang dipersepsi.

2) Alat indera atau repseptor, yaitu alat untuk menerima stimulus.

3) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, tanpa perhatian tidak akan dapat terjadi persepsi.

Pemberian arti atau peninterprestasian suatu obyek pada setiap individu memiliki kecenderungan yang berbeda, maka persepsi memiliki


(26)

siofat subyektif, karena tergantung pada kemampuan dan keadaan diri masin-masing. Persepsi berkaitan erat dengan kemampuan seseorang atau keadaan masing-masing individu sesuai dengan indera yang dimiliki. Hal ini dapat dimengerti karena persepsi dapat dipenaruhi oleh berbagai faktor dan wajar bila terjadi perbedaan dalam menambarkan suatu obyek pengamatan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan persepsi antar individu adalah (Richard L. Daft, 2003:23) :

1) Kebutuhan dan motivasi (needs and motivation), orang cenderung mengenali stimuli yang memberi jalan untuk memuaskan kebutuhan.

2) Nilai dan keyakinan (values and beliefs), orang cenderung sangat menaruh perhatian pada stimuli yang konsisten dengan nilai dan keyakinan mereka.

3) Kepribadian (personality), orang sangat menaruh perhatian pada stimuli yang memperkuat kepribadiannya.

4) Pembelajaran (learning), pengalaman dengan stimuli yang sama mengajarkan orang tentang apa yang penting untuk diperhatikan olehnya.


(27)

5) Primacy, orang relatif menaruh perhatian lebih besar pada stimuli di awal peristiwa

6) Recency, orang relatif menaruh perhatian lebih besar pada stimuli di akhir peristiwa.

Dari urain penertian di atas maka dapat dikemukakan bahwa persepsi, merupakan tanggapan dari seseorang, dimulai dari tahapan pengumpulan informasi tentang suatu obyek yang masuk pada dirinya atau diterima melalui pengamatan dengan indera yang dimiliki kemudian diseleksi, dikombinasikan, dioranisasikan. Proses diteruskan dengan memberikan arti atau gambaran dengan menginterprestasikan obyek tersebut.

2. Manajer Bakery a. Pengertian

Kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan menurut Oteng Sutisna (Sudarwan danim, 2003:55) kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan bentuk dan prosedur baru, rancanan dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerja sama ke arah tercapainya tujuan. Dengan pengertian tersebut maka


(28)

seorang pemimpin adalah seorang yang dapat membimbing, menuntut atau membina, yang memperlihatkan hubungan antara orang yang memimpin dengan orang yang dipimpin. Menurut T. Hani Handoko (2003:17), manajer adalah setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya. Agar dalam menjalankan tugasnya dapat terlaksana dengan baik maka seorang manajer harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Marihot AMH, 2006:49) :

1) Intelligence

Salah satu sifat yang penting bagi seorang manajer adalah superior intelligence dari bawahannya. Hal ini sangat perlu, karena seorang yang memimpin sejumlah orang tertentu haruslah sanggup memberikan bimbingan kepada bawahannya kesuatu arah tujuan tertentu. Pemberian bimbingan tersebut akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik, bilamana memang orang yang menjadi pemimpin itu mempunyai intelligensia relatif lebih tinggi dari yang dibimbing. 2) Leadership ability (kesanggupan untuk memimpin)

Dalam setiap organisasi terdapat kombinasi dari faktor-faktor produksi kombonasi yang mana tidak akan bergerak ke arah tujuan tertentu, bila tidak ada kesanggupan pemimpin oranisasi yang bersangkutan. Pemimpin harus sanggup terlebih-lebih menggerakkan


(29)

faktor-faktor produksi tenaga kerja agar merupakan suatu team yang kompak dan terkoordinir dalam mencetak hasil-hasil yang diinginkan. Jadi keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya tergantung kepada kesanggupan pemimpin untuk menanamkan suasana kerjasama yang baik di antara para bawahan.

3) Communication ability (kesanggupan untuk berkomunikasi)

Dalam pekerjaannya sehari-hari pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang baik dengan semua pihak. Harus tetap dipelihara komunikasi yang baik bukan saja terhadap bawahannya, atasannya kepada langganan dan pihak lainnya. Seorang manajer harus dapat mengkomunikasikan idenya dan dapat menjamin pengertian yang baik di antara manajer dengan segala pihak baik atasan, bawahan maupun pihak lainna. Adanya jaminan pengertian yang baik memudahkan mendapatkan persepsi yang sama sekitar penentuan apa yang harus dekerjakan, bagaimana mengerjakannya dan lain sebagainya. Kesanggupan pemimpin untuk mengadakan komunikasi yang baik dengan segala pihak memegang peranan penting dalam berhasil tidaknya pemimpin melaksanakan tugasnya.

4) Logical approach to problem (pengambilan keputusan)

Dalam pengambilan keputusan pemimpin harus menggunakan metoda secara ilmu pengetahuan. Dalam pengambilan keputusan pemimpin


(30)

harus mengumpulkan data-data, berdasarkan data-data mana kemudian diambil suatu keputusan yang logis dan obyektif. Sifat-sifat demikian harus pula merupakan kualifikasi seorang manajer. Tanpa kualifikasi yang demikian, maka pemimpin yang bersangkutan akan mengambil keputusan dengan cara serampangan.

5) Cultural interest

Berhasil tidaknya suatu perusahaan, bukan saja tergantung pada kepada adanya perhatian yang sungguh-sungguh dari pemimpin kepada perusahannya, tetapi pula pada ada tidaknya peranan perusahaan itu terhadap masyarakat yang menjadi lingkungan. Setiap pemimpin harus mempunyai perhatian yang luas, terlebih-lebih kepada kebudayaan. Pemimpin harus memiliki minat terhadap keadaan politik, pendidikan dan hubungan masyarakat.

6) Moral virtues

Seorang pemimpin haruslah memiliki sifat-sifat nilai moral. Hal ini disebabkan karena sesungguhnya pemimpinlah yang harus bertanggung jawab akan kesejahteraan bukan saja petugas-petugas bawahannya, tetapi pula kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Karena pada umumnya pemimpin inilah yang kelak dicontoh oleh bawahan dan anggota masyarakat lainnya di dalam lingkungannya,


(31)

maka sudah jelas bahwa sifat memiliki nilai-nilai moral ini adalah amat perlu.

7) Good judgement

Sifat keadilan juga harus kualifikasi dari setiap manajer, kualifikasi yang demikian itu pada umumnya dapat tercipta bila seorang pemimpin yang bersangkuatn mempunyai pendidikan luas, kecakapan ang tinggi dan pengalaman praktis. Jadi dalam pengambilan suatu keputusan harus didasarkan atas fakta-fakta yang sudah terkumpul, dan tidak boleh didasarkan atas prasangka semata-mata.

8) Initiative

Setiap pemimpin harus pula mempunyai kualifikasi inisiatif. Ini berartibahwa pemimpin harus berani memulai suatu pekerjaan tertentu yang tidak atau belum ditugaskan atasannya dala usahanya untuk melaksanakan apa yang menjadi tugasnya. Jadi seorang pemimpin harus mempunyai inisiatif agar apa yang menjadi tugas-tugasnya benar-benar dapat dilaksanakan sesempurnanya.

Masing-masing sifat tersebut di atas menurut para manajer mempunyai peranan yang positif untuk berhasilnya manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Di samping sifat-sifat yang disebut di atas, maka seorang manajer haruslah mempunyai sifat-sifat memiliki nilai-nilai moral. Hal ini


(32)

disebabkan karena seorang manajer yang harus bertanggung jawab akan kesejahteraan bukan saja petuas-petugas bawahannya, tetapi pula kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Karena pada umunya, seorang manajer inilah yang kelak dicontoh oleh bawahan dan anggota masyarakat lainnya di dalam lingkungannya.

b. Tingkatan Manajemen

Secara garis besar terdapat tiga tingkatan dalam sebuah organisasi (perusahaan) baik organisasi kecil, menengah dan terutama organisasi yang sudah besar. Ke tiga tingkatan itu adalah (Hani Handoko, 2003:17): 1) Manajer lini-pertama (first-line manager)

Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. First-line manager bertanggung jawab atas satu unit kerja dan diharapkan mampu menyelesaikan tugas dengan tujuan jangka pendek sesuai dengan rencana middle dan top manager. Dalam menjalankan tugasnya seorang first-line manager harus memiliki keterampilan teknis (technical skills) dimana keterampilan ini diperlukan untuk menyelesaikan atau memahami jenis kerja tertentu yang dilaksanakan dalam suatu organisasi.


(33)

2) Manajer menengah (middle manager)

Manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-keiatan para manajer lainnya dan juga para karyawan operasional. Para middle manager harus mampu mengembangkan dan menerapkan rencana kerja yang sesuai dengan tujuan dari tingkatan yang lebih tinggi. Middle manager harus berorientasi pada kelompok serta dapat bekerja sama dengan baik untuk melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan antar unit dalam organisasi. Agar dapat menjalakan tugasnya dengan baik dan lancar maka seorang middle manager harus memiliki keterampilan teknis (technical skills), keterampilan interpersonal (interpersonal skills) dan keterampilan konseptual (conceptual skills).

3) Manajer puncak (top manager)

Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri dari sekelompok kecil eksekutif. Manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Top manager yang efektif adalah seorang pemikir strategis yang berrorientasi kedepan, yang membuat banyak keputusan dalam kondisi yang tidak pasti dan penuh persaingan. Seorang top manager yang baik dan handal harus memiliki keterampilan sebagai berikut keterampilan interpersonal


(34)

(interpersonal skills), keterampilan konseptual (conceptual skills) dan keterampilan pengambilan keputusan (decision making skills).

c. Fungsi Manajer

Perbedaan tingkatan manajemen akan membedakan pula fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan. Ada dua fungsi-fungsi manajemen, yaitu manajemen administratif dan menajemen operatif. Manajemen administratif lebih berurusan dengan penetapan tujuan dan kemudian perencanaan, penyusunan pegawai dan pengawasan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen opertif lebih mencakup kegiatan memotivasi, supervisi dan komunikasi dengan para karyawan untuk mengarahkan mereka mencapai hasil-hasil secara efektif.

Adapun fungsi-fungsi manajer menurut T. Hani Handoko (2001:23) Ada lima fungsi yang paling penting yaitu :

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang di butuhkan untuk mencapai tujuan. Menurut Chuck Williams (2001:143) perencanaan adalah memilih suatu tujuan dan menggambarkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu.


(35)

2. Pengorganisasian (organizing)

Manajer yang baik harus menjadi organisator yang baik pula karena seorang manajer harus menaruh penuh perhatian pada satu fakta penting : menyusun organisasi supaya orang-orang bekerjasama dengan efektif.

Pengorganisasian adalah a) penetuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, b) Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat “mambawa” hal-hal tersebut ke arah tujuan, c) Penugasan tangung jawab tertentu, d) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

3. Penyusunan Personalia (staffing)

Penyusunan personalia adalah penarikan (recruitment), latihan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif. Dalam pelaksanaan fungsi ini manajemen menentukan persyaratan-persyaratan mental, phisik, dan emosional untuk posisi-posisi jabatan yang ada melalui analisa jabatan, deskriptif jabatan dan spesifikasi jabatan dan kemudian menarik karyawan yang diperlukan


(36)

dengan karakteristik-karakteristik personalia tertentu seperti keahlian, pendidikan, umur, latihan dan pengalaman.

4. Pengarahan (leading)

Fungsi pengarahan adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus dilakukan. Fungsi ini melibatkan kualitasn, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin.

5. Pengawasan (controlling)

Penggawasan menurut Hani Handiko (2001:25) adalah penemuan-penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Chuck Williams, pengawasan merupakan proses umum dari standar baku dalam mencapai tujuan organisasi, membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya dengan standar-standar tersebut, kemudian apabila diperlukan mengambil tindakan perbaikan untuk mengembalikan kinerja kepada standar-standar tersebut.

Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur yaitu : a) penetapan standar pelaksanaan, b) penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, c) pengukuran pelaksanaan nyata dan


(37)

membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan dan d) pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksaaan menyimpang dari standar.

d. Tipe-tipe Manajer

Bertolak dari perilaku pemimpin dalam sekelompok manusia organisasional, maka seorang manajer dapat dikelompokkan dalam tipe-tipe tertentu yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri. Adapun tipe-tipe manajer tersebut adalah (Sudarwan danim, 2003:75):

1) Pemimpin otokratik.

Kepemimpinan otokratik bertolak dari anggapan bahwa pimpinanlah yang memiliki tangung jawab penuh terhadap organisasi. Pemimpin otokratik berasumsi bahwa maju mundurnya oranisasi hanya tergantung kepada dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib dan tidak boleh dibantah. Sikapnya senantiasa mau menang sendiri, tertutup terhadap ide dari luar, dan hanya idenya yang dianggap akurat.

2) Pemimpin demokrasi

Tipe kepemimpinan demokrasi bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan-tujuan yang bermutu dapat dicapai. Pemimpin yang demokratis berusaha lebih banyak melibatkan anggota kelompok dalam memacu tujuan-tujuan. Tugas


(38)

dan tanggung jawab dibagi-bagi menurut bidang masing-masing. Menurut Oteng Sutisna, kepemimpinan demokratis adalah suatu gaya kepemimpinan di mana pemimpin memakai “peran permisif” (mengizinkan). Istilah ini hendaknya tidak diartikan serba boleh, sehingga tidak demokratis lagi. Membai fungsi-fungsi kepemimpinan dengan para anggota kelompok dengan menggalakkan partisipasi mereka di dalam menetapkan perencanaan, tujuan-tujuan dan pengarahan kegiatan.

3) Pemimpin Permisif

Pemimpin permisif adalah seorang pemimpin yang tidak memiliki pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Pimpinan Yang termasuk ke dalam kategori ini biasanya terlalu banyak mengambil muka dengan dalih untuk mengenakan individu yang dihadapinya. Pemimpin ini memberikan kebebasan kepada manusia organisasional, begini boleh, begitu boleh dan sebagainya. Bawahan tidak mempunyai pegangan yang jelas, informasi yang diterima simpang siur dan tidak konsisten.

e. Tantangan Manajer

Sebagai seorang manajer dalam menjalankan tugasnya tidak hanya memusatkan perhatiannya pada lingkungan internal perusahaan saja tetapi juga perlu mempertimbangkan unsur-unsur dan


(39)

kekuatan-kekuatan lingkungan eksternal. Manajer harus dapat mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mendiagnosis dan bereaksi terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan, baik berupa kesempatan, risiko maupun ancaman yang mempengaruhi pada operasi perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan pada saat ini mengalami perubahan-perubahan secara dinamis dan dampaknya pada manajemen tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu. Sehingga bagi seorang manajer sekarang ini harus dapat menghadapi situasi dan kondisi ekonomi yang tidak pasti, pesatnya perkembangan teknologi yang menimbulkan perbaikan dan inovasi produk, perubahan perilaku konsumen, peraturan-peraturan pemerintah dimana semuanya itu akan mempengaruhi kegiatan manajemen organisasi. Dengan adanya perubahan dilingkungan eksternal tersebut maka manajer dituntut untuk selalu bersikap tanggap dan adaptif serta selalu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkunagan eksternal.

Menurut Hani Handoko (2003:62) perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal meliputi perkembangan teknologi dimana dalam industri memainkan peranan berarti pada penentuan produk dan jasa ang akan diproduksi, peralatan yang akan digunakan dan bagaimana operasi yang dikelola. Para pesaing, dengan pemahaman akan lingkungan persaingan yang dihadapinya, organisasi dapat mengetahui posisi persaingannya sehingga lebih mampu mengoptimalkan


(40)

operasi-operasinya. Pasar tenaga kerja, organisasi memerlukan sejumlah karyawan dengan bermacam-macam keterampilan, kemampuan dan pengalaman sehingga organisasi perlu menggunakan banyak saluran untuk menarik dan mendapatkan karyawan-karyawan tersebut. Kemampuan menarik dan mempertahankan karyawan yang cakap merupakan kebutuhan prasyarat bagi perusahaan yang sukses. Langganan, strategi kebijaksanaan dan taktik-taktik pemasaran perusahaan sangat tergantung situasi pasar dan langganan. Manajer pemasaran menganalisa profil langganan sekarang dan potensial serta kondisi pasar mengarahkan kegiatan-kegiatan pemasaran perusahaan berdasarkan hasil analisis itu.Lingkungan sosial-kebudayaan, merupakan pedoman hidup yang menetukan bagaimana hampir seluruh organisasi dan manajer akan beroperasi. Kedaan politik dan pemerintah, biasanya pemerintah ini menetapkan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi organisasi dalam operasinya, prosedurnya perijinan dan batasan-batasan lainnya untuk melindungi masyarakat.

Selain perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan, seorang manajer juga harus dapat mengatasi perubahan yang terjadi di lingkungan internal perusahaan. Berbagai perubahan internal yang timbul karena perusahaan mengejar sasaran-sasaran ganda. Sasaran-sasaran tersebut memerlukan “trade-off” antara tujuan-tujuan finansial,


(41)

pemasaran, produksi, personalia dan lain-lain. Menurut Hani Handoko (2003: 67) perubahan internal yang akan dihadapi oleh seorang manajer meliputi karakter organisasi, merupakan produk semua ciri organisasi : orang-orangnya, tujuan-tujuannya, struktur organisasi, teknologi dan peralatan yang digunakan, kebijaksanaan-kebijaksanaannya, ukurannya, umurnya, serikat karyawan, keberhasilanna dan kegagalannya. Karakter organisasi mencerminkan masa lalu dan menetukan di waktu yang akan datang. Serikat karyawan, menyajikan tantangan nyata dalam perusahaan-perusahaan yang mempunyai organisasi buruh, dan tantangan potensial bagi yang tidak mempunyai. Dalam perusahaan dengan serikat karyawan, manajemen dan serikat menandatangani perjanjian kerja yang mengatur berbagai persyaratan kerja seperti kompensasi, jam kerja dan kondisi kerja. Sistem informasi, untuk menghadapi perubahan ini, perusahaan perlu mengembangkan sistem informasi sumber daya manusia dengan komputer (computer-based) yaitu suatu sistem yang menyimpan informasi secara terinci tentang karyawan, pekerjaan, dan faktor-faktor lain sesuai dengan kebutuhan.

f. Kriteria Manajer

Untuk menjadi seorang manajer yang ideal harus memenuhi persaratan tertentu. Hal ini dikarenakan tugas pokok seorang manajer meliputi tiga dimensi yaitu memimpin sekelompok orang, menggerakkan


(42)

sumber daya material, dan melaksanakan pekerjaan dengan dan melalui orang lain.

Pemimpin yang ideal harus memliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok yang dipimpinnya, sekaligus ada kesadaran di dalam dirinya bahwa dia memiliki kelemahan. Untuk menjadi seorang manajer yang ideal maka seseorang haurs memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut (Sudarwan danim, 2003:61) :

1) Memiliki intelegensi yang tinggi.

Dalam organisasi yang besar menuntut seorang pemimpin dapat berpikir secara luas, mendalam dan dapat memecahkan masalah dalam waktu relatif singkat. Banyak masalah organisasi yang harus dipecahkan pada saat detik-detik akhir dimana masalah itu muncul. Di sinilah kecerdasan atau inteligensi memegang peran penting. Tugas pemimpin tidak hanya memecahkan masalah, akan tetapi pemimpin modern harus membantu anggota kelompok melalui perlakuan khusus, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.

2) Memiliki fisik yang kuat

Banyak pekerjaan oranisasi menuntut kekuatan dan ketahanan fisik dalam waktu lama. Pemimpin organisasi besar mempunyai kesibukan luar biasa.


(43)

3) Berpengetahuan luas.

Kegagalan seorang pemimpin antara lain disebabkan oleh karena rendahnya kemampuan teoristis dan ketidakmampuan bertindak secara praktis. Sebaiknya, pemimpin yang profesional perlu memiliki kedua-duanya. Seorang pemimpin dituntut kemauan belajar, baik secara tim maupun pengembangan diri (self development) secara terus menerus.

4) Percaya diri

Sikap seseorang terhadap konsep dan keyakinan dirinya (self-confidence) adalah faktor penentu kesuksesan kerja seorang pemimpin. Pimpinan yang sukses bersikap konsisten atau tidak labil menghadapi situasi yang variatif. Situasi kepemimpinan yang baik adalah yang arah pemikiran dan kebijakannya dapat dibaca atau diterjemahkan secara tepat dan pasti oleh bawahannya.

5) Dapat menjadi angota kelompok.

Seorang pemimpin selalu bekerja dengan anggota kelompoknya. Kerjasama ini amat terasa esensi dan urgensi, karena adanya perpaduan antara pimpinan dengan anggota kelompok, tujuan organisasi akan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Seorang pemimpin berada di dalam kelompok dan bukan diluarnya. Kelompok mempercayai pimpinan sebagai bagian dari dirinya. Aktivitas


(44)

pemimpin didasari atas kepentingan kelompok atau organisasi, bukan karena misi pribadi yang terlepas dari sistem.

6) Adil dan bijaksana.

Seorang pemimpin, harus membuat kebijakan dan sekaligus melakukan kebaikan. Keadilan mengandung makna kesesuaian antara hak dan kewajiban, posisi dengan tugas, dan prinsip keseimbangan lain. Bijaksana berarti bahwa pemimpin harus menjangkau aspek manusiawi individu yang dipimpin. Derajat pengertian dan perlakuan yang sehat dan tepat mengenai diri seseorang adalah ciri lain dari pemimpin yang bijaksana.

7) Tegas dan berinisiatif.

Ketegasan adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar keyakinan tertentu, dengan didukung oleh data yang kuat atau naluri intuitif yang jitu. Berinisiatif berarti bahwa seseorang yang menduduki posisi pimpinan mampu membuat gagasan baru, inovasi baru atau tindakan lain yang memberikan pencerminan bahwa dia mempunyai pemikiran tertentu atau suati subjek. Berinisiatif berarti pula kemampuan memancing kreativitas staf berbuat dengan cara-cara sendiri.


(45)

8) Berkapasitas membuat keputusan.

Organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat menghasilkan keputusan-keputusan dengan kualitas yang baik. Membuat keputusan pada intinya adalah memecahkan persoalaan keorganisasian. Pemimpin yang mempunyai kapasitas membuat keputusan akan dapat mambawa organisasinya mencapai tujuan tertentu.

9) Memiliki kestabilan emosi.

Ciri manusia beremosi stabil adalah sabar dan tidak mengambil inisiatif dalam situasi emosional. Pimpinan yang sabar didambakan oleh bawahannya, dan karenanya pemimpin harus mampu mengendalikan emosi dan berpikir rasional pada situasi berbeda. Di dalam menentukan tindakan seorang pemimpin dituntut untuk tetap berada pada posisi sikap normal dan tahan terhadap godaan. Emosi yang stabil berarti pula bersikap tidak tergesa-gesa. Pemimpin harus sabar, teliti, dan hati-hati, karena setiap tindakan atau keputusannya mengandung suatu konsekuaensi tertentu.

10) Bersifat prospektif.

Organisasi beroperasi dengan memanfaatkan tiga kondisi, yaitu pengalaman masa lalu, kearifan masa kini dan harapan masa depan. Masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, meskipun dapat diantisipasi jika variabelnya telah diketahui atau dianalisis secara


(46)

hati-hati. Sifat prospektif itu diperlukan terutama untuk menghadapi suprasistem yang dinamis, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, perubahan kondisi politik didalam dan diluar negeri, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebijakan moneter dan sebagainya.

g. Kompetensi Personal

Dalam menjalankan tuasnya seorang manajer perlu mempunyai bekal keterampilan yang dibutuhkan dalam menjalankan tugasnya masing-masing dalam porsi yang berbeda. Dalam hal in seorang manager harus memiliki hard skill yang berupa pengetahuan yang luas akan bidangnya dan soft skill keterampilan yang ada dalam dirinya. Hard skill yang harus dimiliki oleh seorang manager adalah (Sudarmawan Danim, 2004:77):

1. Keterampilan konsepsional (Conceptual Skill)

Manager harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk menciptakan gagasan atau konsepnya itu.

2. Keterampilam Teknis (Technical Skill)

Keterampilam teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan teoristis ke dalam tidakan-tindakan praktis, kemampuan memecahkan


(47)

masalah-masalah melalui taktik yang baik atau kemampuan menyelesaikan tugas secara sistematis.

Sedangkan soft skill yang harus dimiliki oleh seorang manager adalah Keterampilan hubungan manusiawi (Human Skill) yaitu kemampuan untuk menempatkan diri di dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasa kedua belah pihak. Selain keterampilan tersebut seoran manager juga harus memiliki sikap percaya diri (self-confidence) dan dapat membangkitkan sikap kesejawatan (esprit de corps).

3. Kesiapan Kerja Manajer Bakery

Kesiapan kerja seorang manajer bakery dapat diketahui atas beberapa kesiapan kondisi perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya seorang manajer bakery harus tanggap terhadap tantangan-tantangan yang terjadi baik dari luar perusahaan (eksternal) maupun dari dalam perusahaan (internal). Seorang manajer yang dapat segera mengatasi tantangan yang ada baik dari luar maupun dari dalam perusahaan adalah manajer yang memiliki keinginan untuk mempertahankan perusahaannya selain itu seorang manajer juga harus memiliki kesiapan kerja yang baik, hal ini dapat dilihat dari efesiensi dan efektifitas kerja manajer.


(48)

Seorang manajer yang efisiensi adalah seseorang yang mencapai keluaran yang lebih tingi (hasil, produktivitas, performance) dibanding masukkan-masukkan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan waktu) yang digunakan. Dengan kata lain, manajer yang dapat meminimumkan biaya penggunaan sumber daya-sumber daya untuk mencapai pengeluaran yang telah ditentukan disebut sebagai manajer yang efisien. Efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang manajer efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metoda (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.

Selain bekerja secara efisien dan efektif, seorang manajer juga harus dapat menjalankan fungsinya sebagai manajemen dalam sebuah perusahaan. Fungsi manajemen ini merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Perencanaan berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan-kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai metoda, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat. Pengorganisasian berarti bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber daya-sumber daya manusia dan material


(49)

organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber dayanya dalam mencapai suatu tujuan. Semakin terkoordinasi dan terintegrasi kerja organisasi, semakin efektif pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Pengkoordinasian berarti bahwa para manajer mengarahkan, memimpin dan mempengaruhi para bawahan. Manajer tidak melakukan semua kegiatan sendiri tetapi menyelesaikan tugas-tugas esensial melalui orang-orang lain. Manajer juga tidak sekedar memberikan perintah, tetapi menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan secara baik. Pengawasan berarti manajer berupaya untuk menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuan-tujuannya. Bila beberapa bagian organisasi ada pada jalur yang salah, manajer harus membetulkan.

Dari definisi diatas juga menunjukkan bahwa para manajer menggunakan semua sumber daya orgnisasi- keuangan, peralatan dan informasi seperti halnya orang, dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Orang (sumber daya manusia) adalah sumber daya terpenting bagi setiap organisasi, tetapi para manajer tidak akan dapat mencapai tujuan secara optimal bila mereka mengabaikan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya. Sebagai contoh, seorang manajer yang berharap utuk meningkatkan penjualan tidak cukup hanya memotivsi tenaga penjualnya, tetapi juga perlu menaikkan anggaran periklanan. Ini berarti manajer


(50)

menggunakan baik sumber daya manusia maupun sumber daya finansial untuk mencapai tujuan perusahaan.

4. Bakery a. Pengertian

Bakery adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan lainnya, kemudian dipanggang (Edy Setyo, 2005:2). Dalam perkembangannya bakery menjadi peluang bisnis yang banyak diminati oleh masyarakat, karena adanya perubahan pola konsumsi makanan pokok yang terjadi secara alamiah, roti makin populer di Indonesia.

Dengan adanya peluang bisnis dan perkembangan teknologi sekarang ini, maka para pengusaha bakery harus dapat mengembangkan produk olahannya sehingga produk-produk yang telah dihasilkan tidak kalah dengan produk-produk yang berasal dari luar.

Dengan berkembangnya teknologi, tercipta roti yang yang lebih bervariasi baik dari segi ukuran, penampilan, bentuk, teksture, rasa dan bahan pengisinya karena adanya pengaruh terhadap perkembangan pembuatan roti yang meliputi aspek bahan baku, proses pencampuran, dan metode pengembangan adonan.


(51)

b. Proses Produksi Bakery

Produksi merupakan salah satu fungsi utama perusahaan, yang menjalankan manajemen sistem perusahaan. Rumusan perusahaan sebagai “unit kegiatan ekonomi yang bertujuan mencari laba dengan

menggunakan faktor-faktor produksi menghasilkan barang atau jasa untuk keperluan masyarakat”.

Manajemen produksi pada dasarnya berfungsi untuk mentranformasi material (bahan baku) diolah menjadi barang dengan nilai tambah atau lebih.Langkah-langkah dalam proses produksi terdiri dari :

1) Proses produksi.

Proses produksi adalah kegiatan utama dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada. Secara teknikal proses produksi dipengaruhi terhadap beberapa aspek produksi lainnya seperti rangcangan produk, kapasitas dan lokasi.

2) Kapasitas

Kapasitas adalah hasil maksimum suatu sistem di dalam suatu periode tertentu. Ukuran kapasitas adalah banyaknya satuan maksimum yang dapat dihasilkan pada waktu tertentu.


(52)

3) Persediaan

Persediaan adalah sumberdaya penting sehingga pada suatu saat persediaan mencapai 40% dari aktivitas dan biaya-biaya meningkat. Pengawasan persediaan dapat mempengaruhi biaya dan sekaligus memenuhi kebutuhan langganan. Pengawasan persediaan berfungsi : a. Sebagai penyangga proses produksi sehingga proses tersebut dapat

berjalan terus.

b. Menetapkan banyaknya yang hatus disimpan sebagai sumber daya agar tetap ada.

c. Sebagai pengurang inflansi

d. Menghindari kekurangan atau kelebihan bahan 4) Tenaga Kerja

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor produksi disamping bahan. Sumberdaya manusia harus mampu melaksanakan tugas-tugas operasional dan manajerial dalam produksi. Selain kemampuan, kemauan untuk malaksanakan tugas-tugas sumberdaya manusia juga harus produktif. Oleh karena itu segala faktor yang mempengaruhi kamampuan dan kemauan sumberdaya manusia perlu diperhatikan.


(53)

5) Kualitas

Kualitas adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa sesuai dengan standar terentu. Standar berhubungan dengan waktu, bahan, kinerja, kehandalan atau karakteristik (obyektif dan dapat diukur) yang dapat dikuantifikasikan. Dewasa ini orang mendasarkan diri pada sistem yang menjamin kualitas yaitu sistem ang terdiri atas kebijaksanaan, prosedur dan pedoman yang membentuk dan memelihara standar tertentu kualitas produk.

Ini membedakan manajemen produksi dengan manajemen fungsional lainnya seperti marketing, keuangan, sumber daya manusia dan manajemen strategi.

Dalam manajemen produksi ini per devinisi produksi telah menjalankan tugasnya masing-masing seperti pada bagian penyediaan bahan baku maka para karyawan akan menjalankan tugasnya dalam menyediakan bahan yang dibutuhkan oleh bagian produksi. Untuk menghasilkan produk roti yang berkualitas baik maka harus menggunakan bahan dasar yang bermutu. Sebaik apaun proses yang dilakukan tidak akan dihasilkan roti berkualitas jika bahan bakunya tidak baik. Sehingga bagian pengadaan bahan baku harus mengerti dan mengenal ciri-ciri dan kegunaan masing-masing bahan dasar pembuatan roti.


(54)

Bagian produksi bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki kualitas yang baik. Roti yang baik diperoleh dari proses yang cukup panjang, mulai dari pemilihan bahan baku, proses yang terkontrol serta pengemasan dan penyimpanan yang tepat (Eddy Setyo Mudjajanto, 2004:30).

Setelah dilaksanakan proses produksi dan produk roti dihasilkan, perlu penanganan selanjutnya agar roti terjual di pasar seperti pengemasan. Pengemasan yang menarik dan rapi akan menarik konsumen untuk membeli produk roti yang ditawarkan. Hal itu berarti pengemasan dapat dijadikan sebagai sarana promosi untuk menarik daya beli konsumen. Oleh karena itu, bentuk, warna, dekorasi dan bahan kemasan perlu direncanakan dengan baik. Sebab selain sebagai sarana untuk promosi, kemasan berfungsi utama untuk mempertahankan mutu, mencegah kerusakan, melindungi dari pencemaran dan gangguan fisik, serta memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan pendistrubusian.

B. Kerangka Berpikir

Dalam menjalankan industri atau usahanya seorang manajer bakery harus dapat mengelola perusahaan dan modal perusahaan dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya mampu memutar modal saja tetapi seorang manajer juga harus dapat menjalankan fungsi manajemennya dan juga dapat mengatasi setiap tantangan –


(55)

tantangan yang berasal dari dalam maupun luar organisasi sehingga industri yang dijalankan tersebut dapat berkembang dengan baik.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada seorang manajer dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas, reaksi yang cepat dalam melihat masalah dan kecepatan dalam pengambilan keputusan. Seorang manajer perusahaan harus memiliki kekuatan untuk perubahan yang diwujudkan dalam perencanaan perubahan, pengelolaan aktivitas perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada sisi struktur, teknologi, setting fisik dan staff sehingga seorang manajer dapat bekerja secara profesional dan mampu mengembangkan usaha menjadi lebih maju.

Selain hal tersebut diatas seorang manajer juga harus memahami dan dapat menjalankan fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen yang harus dikuasai oleh seorang manajer adalah perencanaan bisnis, pengorganisasian, penyusunan personalia organisasi, mengarahkan dan mengembangkan organisasi serta melakukan pengawasan. Fungsi manajemen tersebut sangat dibutuhkan bagi kesiapan kerja seorang manajer sehingga manajer dapat bekerja dengan efektif dan efisien.


(56)

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan konsep kerangka berpikir diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Persepsi manajer terhadap kualifikasi manajer bakery yang dilihat oleh perusahaan untuk saat ini meliputi aspek fungsi manajemen yang terdiri dari : perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia organisasi, mengarahkan dan mengembangkan organisasi, pengawasan.


(57)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Variabel Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berfungsi untuk memberikan gambar terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Penelitian diskriptif bertujuan untuk mendapatkan keterangan tertentu mengenai kelompok yang besar. Sejalan dengan pendapat tersebut maka penelitian ini ditunjukkan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi manajer terhadap kesiapan kerja manajer yang akan datang.

Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel sehingga tidak menjelaskan keterkaitan dengan variabel lain. Untuk itu hanya mengungkap fakta dengan gejala yang sudah ada pada responden. Pengukuran dilakukan dengan secara langsung menggunakan angket dan wawancara.

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati, dapat diuji, dan ditentukan kebenaranya oleh orang lain. Sejalan dengan pengertian tersebut maka ubahan dalam penelitian ini perlu didefinisikan secara operasional.


(58)

2

Persepsi manajer adalah tanggapan atau pandangan seorang pemimpin setelah mengadakan pengamatan pada dunia sekitar diluar dirinya. Persepsi manajer bakery dapat didefinisikan sebagai pandangan yang diberikan pihak manajer bakery terhadap kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manajer bakery berdasar fungsi manajer yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, mengarahkan dan mengembangkan organisasi serta pengawasan..

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Saifudin Azwar, 2005:77). Menurut Sugiyono (2003:55) Populasi adalah obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pengelola industri bakery yang terdiri dari pemilik perusahaan dan manajer perusahaan di Industry-industry Bakery yang ada di Yogyakarta dan terdaftar di DEPERINDAGKOP (Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi), dengan pengambilan populasi menggunakan beberpa ketentuan yang dipakai dalam pemilihan industry adalah sebagai berikut : industry bakery berjalan secara rutin, mempunyai tenaga minal 5 orang karyawan dan nilai produksi adalah Rp. 300.000 setiap harinya. Jumlah


(59)

3

industri bakery yang terdaftar pada DIPERINDAGKOP tersebut adalah sebesar 54 industri bakery.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:56). Dalam penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan teknik purposive yang termasuk sampel nonporbabilitas. Teknik purposive atau sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dengan demikian teknik sampling bertujuan digunakan apabila angota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota yang dipilih berdasarkaan kerangka sampel yang telah ditentukan. Subyek penelitian ini adalah manajer bakery yang memiliki tenaga kerja minimal 5 orang karyawan dan nilai produksi adalah Rp. 300.000,00 yang memadai untuk kelangsungan proses industri.

Dari jumlah populasi adalah 54 industri bakery setelah dilakukan pemilihan melalui kriteria yang telah ditentukan sehingga jumlah sampel yang diambil menjadi 10 industri bakery yang berkenan melakukan pengisian angket.

D. Teknik Pengambilan Data dan Instrumen 1. Teknik Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung kepada responden, dengan menggunakan alat ukur yaitu angket (kuesioner). Angket (kuesioner) adalah daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu


(60)

4

masalah atau bidang yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2005: 135) Angket (kuesioner) adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Angket bertujuan untuk mengetahui aspek pengetahuan yang meliputi pengetahuan yang terkait dengan bidang manajerial. Angket juga dipergunakan untuk mengukur atau mengetahui kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang manajer.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang dipergunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah dimengerti.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran secara langsung kepada responden dengan menggunakan angket. Angket yang digunakan untuk mengukur kualifikasi seorang manajer bakery disusun dengan menyediakan pernyatan-pernyataan.

Agar lebih jelas, berikut diuraikan kisi-kisi instrumen dalam penelitian persepsi manajer bakery terhadap kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manajer bakery.


(61)

5

Tabel 1

Kisi-kisi Instrumen yang Terkait dengan Pekerjaan Manager Bakery Variabel Sub

Variabel

Indikator Sub Indikator Nomor

Butir Jumlah Butir Persepsi Kesiapan Kerja Sebagai Manajer Bakery Fungsi Manajemen Proses perencanaan

o Menetapkan tujuan dan serangkaian tujuan

1,2 11

o Merumuskan keadaan saat ini 3,4,5 o Mengidentifikasi segala

kemudahan dan hambatan

6,7 o Mengembangkan rencana atau

serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan

8,9,10,11

Pengorganisasian o Pembagian kerja 12,13 10 o Departemantalisasi/proses

penentuan bagaimana kegiatan dikelompokkan

14

o Menggambarkan organization chart untuk struktur organisasi

15,16,17,18 o Mengkondisikan rentang

manajemen/rentang kendali

19,20,21 Penyususnan

personalia organisasi

o Perencanaan suber daya manusia

22,23,24,25 12 o Penarikan dan seleksi dalam

rangka pengadaan calon-calon personalia

26

o Latihan dan pengembangan karyawan

27,28 o Penilaian pelaksanaan kerja 29,30,31,32 o Pemberian balas jasa dan

penghargaan

33 Mengarahkan dan

mengembangkan organisasi

o Memotivasi lini kerja 34,35 13 o Komunikasi dalam organisasi 36

o Kepemimpinan 37,38,39,40,

41,42 o Perubahan dan pengembangan

organisasi

43,44,45

o Manajemen konflik 46

Pengawasan o Pengawasan produksi 47,48 4


(62)

6

3. Skoring

Penelitian ini mengungkap tentang persepsi manajer terhadap kesiapan kerja sebagai tenaga manajer bakery. Kesiapan kerja ditentukan oleh aspek fungsi manajer. Sehubungan dengan aspek tersebut maka skoring dilakukan untuk pengukuran kuisioner berupa angket. Kuisioner yang telah dibuat berisi tentang komponen yang tercakup dalam fungsi manajer.

Pengukuran yang digunakan adalah daftar pernyataan bentuk pilihan model skala likert dengan empat alternatif jawaban yaitu sangat dibututhkan, dibutuhkan, kurang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Skala likert merupakan skala pengukuran yang di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial (Sugiyono). Untuk jawaban sangat dibutuhkan mendapat nilai 4, sangat dibutuhkan nilai 3, kurang dibutuhkan nilai 2 dan tidak dibutuhkan nilai 1.

Setelah ditabulasi dengan menghitung batas atas dan batas bawah sehingga diperoleh rentang jawaban seperti berikut ini :

4–1 i =

4 3 =

4 = 0,75

ntnr Keterangan:

i = i = Interval

k nt = Nilai tertinggi

nr = Nilai terendah k = Rentang jawaban


(63)

7

Rentang jawaban yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rentang Jawaban

No Skor Keterangan

1 3,28–4 Sangat Dibutuhkan

2 2,52–3,27 Dibutuhkan

3 1,76–2,51 Kurang Dibutuhkan

4 1–1,75 Tidak Dibutuhkan

E. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yan kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Uji validitas yang digunakan adalah validitas internal. Validitas internal dengan konstruk, ini dilakukan dengan menggunakan experis judgement yaitu konsultasi dengan ahli untuk mengetahui apakah butir-butir instrumen telah menggambarkan indikator dari ubahan yang dimaksud. Dimana experis judgement terdiri dari dosen dan manajer industri yang terkait. Untuk melakukan pengujian validitas konstruksi, diawali dengan mempelajari teori yang terkait, menyususn konstruksi teori dan telaah empiris. Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh untuk uji validitas internal adalah : 1) menyusun butir-butir item berdasarkan indikator ubahan yang telah ditentukan untuk konstruk dari masing-masing ubahan (2) selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan pembimbing.


(64)

8

Setelah data diperoleh dan ditabulasikan maka pengujian validitas instrumen dilakukan dengan bantuan program statistik edisi Sutrisno hadi dan Pamardiningsih. Butir instrumen dikatakan valid apabila harga koefisien korelasi (rxy) lebih besar atau sama dengan harga korelasi (r) pada tabel dengan huruf

signifikan α = 5% dengan r tabel = 0,361 (Sugiyono :1991.hlm 288).

Untuk mengetahui validitas instrumen maka digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

Rxy = ∑(X –X)(Y–Y)

√(∑(X –X)2) (∑(Y –Y)2)

Keterangan :

Rxy = Nilai korelasi Product Moment X = Skor pada butir

Y = Skor total variabel X = Rerata skor butir Y = Rerata skor total


(65)

9

2. Relibilitas Instrumen

Relibilitas menunjukkan bahwa instrumen yang dipergunakan sebagai alat pengumpulan data cukup terpercaya dan baik. Dengan alat ukur yang telah terpercaya dan baik maka data dari penelitian akan menunjukkan hasil yang terpercaya.

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen penelitian ini mengunakan rumus K-R 20 sebagai berikut :

Rii = K Vt -∑pq K-1 Vt Keterangan :

rii = Reliabilitas instrumen K = Banyaknya butir pertanyaan Vt = Variasi total

P = Proporsi responden ang menjawab betul pada suatu butir Q = Proporsi responden yang mendapat sekor 0

F. Teknik Analisis Data dan Penafsiran Data

Penelitian persepsi industri tetang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manajer bakery meupakan penelitian diskriptif. Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik diskriptif. Menurut Sugiyono (2003:16) Statistik diskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Analisis yang digunakan untuk membantu menarik kesimpulan dengan menghitung rata-rata aitu Mean, Median, Modus, Simpangan Baku dan Distribusi Frekuensi.


(66)

(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Ditinjau dari tujuan penelitian secara khusus adalah didapatkannya presepsi manajer industri bakery tentang kesiapan kerja yang harus dimiliki sebagai seorang manager bakery, maka dalam penelitian yang telah dilakukan di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui metode angket dan wawancara telah didapatkan bebarapa aspek yang dibutuhkan dan sangat dibutuhkan sebagai sebagai calon manajer bakery. Dipilihnya area Yoyakarta karena pertimbangan berkembanganya industri bakery next condition sebagai impact dari pariwisata Yogyakarta. Industri bakery yang dipilih adalah industri bakery yang menerapkan manajeman keseluruhan. Adapun indusri bakery sebagai sample adalah:

1. Legend Bakery, Jalan Taman Siswa 2. Zaenudin Bakery, Jalan Prof. Yohanes 3. Monday Bakery, Berbah Sleman

4. Orlin Bakery, Jalan Plemburan Yogyakarta 5. Twins bakery, Jalan Magelang Yogyakarta 6. Dinda bakery,Jalan Magelang Yogyakarta 7. Merdeka Bakery, Jalan Gejayan Yogyakarta 8. Salma Bakery , Jalan Palagan Yogyakarta

9. 512 Bakry , Perum. Yadara Babarsari Yogyakarta 10. Salsabila bakery, Jalan kaliurang Km. 10 Yogyakarta


(68)

1. Identitas Responden a. Jenis Kelamin

Data hasil penelitian diketahui identitas responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3. Identitas responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1 Laki-laki 4 Orang 40.00%

2 Perempuan 6 Orang 60.00%

Total 10 Orang 100.00%

Gambar 01. Grafik Identitas responden berdasar jenis kelamin Prosentase Identitas Responden

40.00% 60.00%

Laki-laki Perempuan

b. Jabatan

Nama jabatan dari responden berbeda antar industri satu dengan yang lain namun demikian secara keseluruhan dapat diklasifikasikan sebagai manajer karena tugas dan tanggung jawabnya. Secara detail berdasar hasil penelitian jabatn responden adalah:

Tabel 4. Identitas responden berdasarkan jabatan No Nama Industri Jabatan

Responden

No Nama Industri Jabatan responden 1 Legend Bakery Store manajer 6 Dinda bakery Pemilik

2 Zaenudin Bakery Manajer 7 Merdeka Bakery Pemilik

3 Monday Bakery Pemilik 8 Salma Bakery Pimpinan

4 Orlin Bakery Manajer 9 512 Bakery Pemilik

5 Twins bakery Pemilik 10 Salsabila bakery Pemilik 2. Deskripsi Data


(1)

daya terpenting suatu organisasi adalah sumber daya manusia-orang-orang yang memberi tenaga, bakat, kreatifitas dan usaha mereka kepada orgnisasi. Sangat tepat jika manajer menyampaikan penyusunan personalia sangat dibutuhkan. Kegiatan-kegiatan penyusunan personalia sangat erat hubunganya dengan tugas-tugas kepemimpinan, motivasi dan komunikasi ( pengarahan ). Namun demikian fungsi pengorganisasian juga erat hubunganya dimana pengorganisasian mempersiapkan “kendaraannya” dan penyusunan personalia mengisi “pengemudinya” yang sesuai dengan posisi kerja yang ada. Keadaan diatas hanya gambaran kecil dari sangat dibutuhkanya aspek penyusunan personalia.

Sedangkan pada apek pengarahan responden memberikan tanggapan sangat dibutuhkan. Sangat tepat jika tanggapan itu disampaikan karena seorang manajer harus mampu memotivasi, komunikasi dalam organisasi, memimpin, melakukan perubahan dan pengembangan industri serta memanajemen konflik.Beranjak dari hal tersebut seorang manajer harus mampu menggerakan agar tidak keluar jauh dari perencanaan.

Pada Aspek pengawasan responden memberikan tanggapan sangt dibutuhkan. Kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak industri adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepati waktu penyelesaianya ( deadline ) ,justru anggaran yang berlebihan dan kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Oleh karena itu tepat sekali jika pengawasan sangat dibutuhkan terutama untuk mengendalikan contoh problematika diatas.

Hasil penelitian diatas memang beragam, namun seperti yang telah disampaikan bahwa setiap aspek kesiapan kerja yang dimaksud sangalah saling


(2)

berkaitan dan tidak bisa ditinggalkan salah satunya. Hal itu terbukti dari hasil penelitian presepsi manajer tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai mnajer bakery, bahwa rerata skor yang dihasilkan pada masing-masing aspek tidak jauh berbeda. Selain itu prosentase nilai kesiapan kerja tidak terjadi perbedaan yang sangat signifikan.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Persepsi manajer tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan manajer bakery pada aspek fungsi manajer menunjukkan hasil sangat dibutuhkan pada aspek perencanaan, aspek penyususnan personalia, aspek pengarahan, dan aspek pengawasan. Sedangkan aspek pengorganisasian dibutuhkan bagi manajer bakery.

B. SARAN

Setelah melakukan analisis yang menghasilkan simpulan seperti dipaparkan diatas, penulis mamberikan saran sebagai berikut :

1. Pihak LPTK sebagai lembaga yang mempersiapkan calon manajer bakery harus melakukan kerjasama dengan pihak industri bakery terutama dalam hal penentuan isi kurikulum LPTK yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

2. Pihak LPTK sebaiknya lebih meningkatkan kerjasama dengan pihak industri dengan tujuan agar memudahkan bagi kedua belah pihak dalam perekrutan tenaga kerja industri bakery.

3. Pihak industri bakery sebaiknya mengadakan pelatihan-pelatihan bagi calon manajer bakery sehingga mempermudah calon manajer bakery menyesuaikan diri dengan tuntutan dari pihak industri.


(4)

C. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Pada peneltian ini sampel yang diambil belum dapat digeneralisasikan.

2. Pada penelitian ini peneliti tidak sampai mengungkap tentang aspek-aspek keterampilan yang dibutuhkan oleh manajer bakery.

3. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan masih perlu ditambah dengan instrumen lain sehingga dapat mengungkap secara luas kesiapan kerja yang harus dimiliki oleh manajer bakery.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Pendataan Potensi Daerah Industri Kecil dan Menengah Tahun 2006 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ari Fadiati, W.S, 1988. Pengelolaan Usaha Boga “Catering Managemen”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan, Tenaga Pendidikan, Jakarta

Bagastawa, Saptadi, 2004. Manager as Leader. Amara Books, Yogyakarta.

Dale Time, 1991. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia “Kepemimpinan”. PT. Gramedia Asri Media, Jakarta

Danim, Sudarwan, 2004. Motovasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Fandy Tjiptono, 2000. Manajemen Jasa. Pt. Andi, Yogyakarta

Gary Yukl, 1994. Kepemimpinan Dalam Organisas. PT. Prenhallindo, Jakarta Griffin, 2002. Manajemen, PT. Erlangga, Jakarta

Hani Handoko, 1984. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE, Yogyakarta

Hani Handoko, 1987. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta

Hani Handoko, 2003. Manajemen Edisi 2. BPFE, Yogyakarta

Iqbal Hasan, M.M, 2003. Pokok-pokok Materi Satatistik 1 (Satatistik Deskriptif). PT. Bumi Aksara, Jakarta

John R. Sohermerhorn, 1999. Manajemen. PT. Andi, Yogyakarta

Lilik Noor Yulianti, 2005. Membuat Aneka Roti. Pt. Penebar Swadaya, Jakarta

Marihot AMH Manullang, 2006. Manajemen Personalia. Gadjah Mada University Press, Yogakarta.

Nangoi, Ronald, 1994. Pengembangan Produksi dan Sumber Daya Manusia. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(6)

Richard L. Daft, 2002. Manajemen Edisi Lima : Erlangga, Jakarta

Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, 1996. Bisnis 1. PT. Pren Hallindo, Jakarta

Robert L. Mathis dan John H. Jackson, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat, Jakarta

Ronald Nangoi, 1994. Pengembangan Produksi Dan Sumber Daya Manusia. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Rymberthus A. Amakora Andrikus, 2000. Pelaksanaan Standard Operation Procedure “Di Depart Food And Baverege”. PT. Gramedia, Jakarta

Siti Hamidah, 1996. Patiseri. FPTK IKIP Yogyakarta, Yogyakarta. Sugiyono, 2004. Statistik Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Suharsimi Arikunto, 1983. Kesiapan Lulusan Sekolah Menengah Pendidikan Guru Dalam Mengajar Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di SD. Disertasi. Jakarta :FBS IKIP Jakarta

Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com, 1995. Manajemen Produksi Dan Operasi, BPFE, Yogyakarta

Veithzal Rivai, M.B.A, 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. PT. Raja Grafindo Persada, Yogyakarta