Tingkat penyesuaian diri siswa di sekolah (studi deskriptif pada siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial).

(1)

i

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan

Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Margaretha Liberti Nona 121114069

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO

“Hidup

adalah sebuah perjuangan bukan pengasihan

(Bapak Linus Lawang)

“Kesuksesan itu membutuhkan sebuah proses”

(Margaretha Liberti Nona)

“All

the impossible is possible for those who b

elieve”


(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1.

Tuhan Yesus Kristus.

2.

Kedua orangtua tercinta, bapak Linus Lawang dan Ibu

Agustina M. Kartini.

3.

Ketiga kakak tersayang, Mimi, Lilis, Yoris, dan semua

adik-adik angkat tercinta.

4.

Seluruh keluarga yang saya sayangi.

5.

seluruh sahabat dan teman-teman dekat yang saya kasihi.

6.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2012.

7.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Khususnya Program Studi Bimbingan dan Konseling Terima

Kasih untuk Kebersamaanya.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

SKRIPSI

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi

Sosial)

Margaretha Liberti Nona Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017. Pertanyaan yang dijawab adalah: 1) Seberapa tinggi tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017? 2) Berdasarkan capaian skor item yang teridentifikasi sedang, topik-topik bimbingan manakah yang bisa diusulkan sebagai topik-topik-topik-topik bimbingan pribadi sosial bagi para siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017?

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas XA dan XC SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 38 siswa. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner penyesuaian diri yang terdiri dari 84 item pernyataan. Teknik analisi data dalam penelitian ini adalah kategorisasi tingkat penyesuaian diri siswa berdasarkan norma katergorisasi menurut Azwar (2012). Hasil uji reliabilitas menunjukan reliabilitas sebesar 0,844 hasil ini termasuk tinggi, sehingga kuesioner ini reliabel atau dapat dipercaya.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya sangat kurang baik, tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya kurang baik, tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya cukup baik, terdapat 6 siswa (15,79%) yang penyesuaian dirinya dirinya baik, artinya siswa mampu menyesuaiakan diri, Sebanyak 32 siswa (84,21%) yang penyesuaian sangat baik, artinya siswa sangat mampu menyesuaiakan diri. Berdasarkan analisi capaian skor butir-butir kuesioner yang menunjukan bahwa penyesuaian diri siswa sedang dan rendah, peneliti membuat usulan topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.


(9)

ix

ABSTRACT

THESIS

STUDENTS’ SELF ADJUSTMENT LEVEL AT SCHOOL

(A Descriptive Study on Class X Students of SMA Santo Mikael Sleman Batch 2016/2017 and Its’ Implications towards Proposed Social Personal Guidance

Topics)

Margaretha Liberti Nona Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This study aims to obtain an overview of the self-adjustment level of class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017. Questions to answer are: 1) How high is the self-adjustment level of class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017? 2) Based on the item score achievements that are identified as moderate, which guidance topics can be proposed as social personal guidance topics for class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017?

This study is a descriptive quantitative study employing survey method. The research subjects are 38 students from class XA and XC of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017. Selecting the subjects of the study was conducted using simple random sampling. Data collection instrument in this study was a questionnaire about self-adjustment consisting of 84 statement items. Data analysis technique in this research is the categorization of the students' self-adjustment level based on the categorization norms by Azwar (2012). Reliability test results show the reliability of 0.844. This is categorized as high, meaning that the questionnaire is reliable or trustworthy.

The results of this study are as follows: no student (0%) have very poor self-adjustment level, no student (0%) have poor self-adjustment level, no students (0%) have average self-adjustment level, there are 6 students (15.79%) with good self-adjustment level, meaning that the students are able to adjust themselves, A total of 32 students (84.21%) have very good self-adjustment level, meaning that the students are very capable in adjusting themselves. Based on the analysis of the questionnaire' items score achievement indicating that the students' self-adjustment were moderate and low, the researcher suggested topics on Social-Personal Guidance to improve the students' adjustment.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan rahmat perlindungan, pendampingan, serta kesehatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi berjudul Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Di Sekolah (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun atas bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin, dan semangat untuk penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Prias H. Purbaning Tyas, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan masukan kepada penulis guna meningkatkan kualitas skripsi ini.

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang ikut mendukung kelancaran kegiatan perkuliahan saya selama ini dan ikut membimbing saya ketika mengalami kesulitan.

4. Kepala sekolah, guru BK dan para guru SMA Santo Mikael Sleman yang telah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian.

5. Mas St. Priyatmoko, sebagai pengurus sekertariat BK yang sudah dengan sabar membantu dan melayani penulis untuk mengurus segala kebutuhan penulis dari awal semester hingga selesai.


(11)

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN MOTTO ………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ……… vii

ABSTRAK ……… viii

ABSTRACT ……….. ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR GAMBAR ……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 5

C. Pembatasan Masalah ………. 6

D. Rumusan Masalah ………. 6

E. Tujuan Penelitian ……….. 7

F. Manfaat Penelitian ……… 7


(13)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Penyesuaian Diri ………. 9

1. Pengertian Penyesuaian Diri ………. 9

2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri di Sekolah ………... 12

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri ………. 16

4. Foktor-faktor Penyesuaian Diri ………. 20

5. Penyesuaian Diri di Sekolah ………….……… 22

B. Siswa Sebagai Remaja ……….………. 25

1. Pengertian Remaja………..………... 24

2. Karakteristik Siswa Usia Remaja ……….….……… 25

3. Perkembangan Sosial Remaja Awal ………….……… 26

C. Bimbingan Pribadi-Sosial ………...……….………. 27

1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial ……..………. 27

2. Unsur-unsur Bimbingan Pribadi-Sosil ……….…………. 28

3. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial ……..………..……. 29

4. Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial ……..…………..………. 30

D. Penelitian yang Relevan ………..….. 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 34

C. Subjek Penelitian ……….. 34

D. Teknik dan Instrumen Penilitian ………... 35


(14)

xiv

F. Pengumpulan Data ……… 44

G. Teknik Analilis Data ………. 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 49

1. Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 ………. 49

2. Item Terendah dari Instrumen Penelitian Penyesuaian Diri ………. 51

B. Pembahasan ………... 52

C. Usulan Topik-Topik Bimbingan ………... 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 58

B. Keterbatasan ………... 59

C. Saran ………. 59


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Jumlah Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman ……… 34 Tabel 3.2 Penentuan Skor Alternatif Jawaban ……….. 36 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Penyesuaian Diri Siswa (Uji Coba) ………….. 37

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ……… 40

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Validitas (Penelitian) ……… 41

Tabel 3.6 Kriteria Guilford ……….. 43

Tabel 3.7 Pedoman Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Siswa SMA Santo

Mikae Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 ……….. 46

Tabel 3.8 Kategori Skor Subjek Penelitian ………... 47

Tabel 3.9 Kategori Skor Item Penelitian ……….. 48

Tabel 4.1 Kategori Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA Santo

Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 ……… 49

Tabel 4.2 Kategori Item dan Instrumen Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA

Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/20 ……….. 51

Tabel 4.3 Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori

Cukup Tinggi dan Rendah ……… 52


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Tingkat Penyesuaian Diri Siwa Kelas X SMA Santo


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Koesioner Penyesuaian Diri ……… 63

Lampiran 2 Tabulasi Data ……….. 69

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ………. 75


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai macam perubahan, baik fisik maupun psikis yang mungkin saja dapat menimbulkan problem pada dirinya terutama dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Pada saat remaja memasuki lingkungan baru, dia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bersangkutan, agar ia tumbuh dan berkembang serta dapat melangsungkan hidupnya. Demikian pula siswa yang memasuki lingkungan sekolah yang baru, siswa akan dihadapkan pada berbagai keadaan yang berbeda dengan sekolah yang sebelumnya. Siswa akan dituntut untuk mampu menyesuaiakan diri dengan baik.

Bagi seorang siswa, memasuki dunia sekolah merupakan pengalaman yang menyenangkan, namun sekaligus mendebarkan, penuh tekanan dan bahkan bisa menimbulkan kecemasan. Bagi banyak siswa, pengalaman masuk sekolah merupakan saat-saat dimana mereka harus menyesuaikan diri dengan


(19)

mata pelajaran baru, guru-guru baru, teman-teman baru, lingkungan sekolah yang baru (Desmita, 2009). Pada saat seorang siswa memasuki lingkungan sekolah yang baru, dia harus mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah tersebut. Maka setiap tahun ajaran baru sekolah selalu mengadakan program pengenalan sekolah atau biasanya disebut masa orientasi sekolah kepada siswa baru. Dengan adanya masa orientasi sekolah, siswa diharapkan bisa atau mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru. Oleh karena itu penyesuaian diri sangat dibutuhkan ketika seorang siswa memasuki lingkungan sekolah yang baru, karena dengan menyesuaikan dirilah siswa bisa saling mengenal lebih dekat satu sama lain, memiliki banyak teman untuk saling berbagi, mengetahui karakter dari masing-masing siswa, dan juga siswa bisa saling bertukar pikiran dan berbagi satu sama lain. Dengan begitu siswa merasa bahwa dia diterima dengan baik di lingkungan sekolah yang baru.

Ada empat aspek penyesuaian diri siswa di sekolah: aspek emosional, aspek intelektual, aspek sosial, dan aspek moral (Desmita, 2009). Aspek emosional mencakup kemantapan suasana kehidupan bersama dengan orang lain, kemampuan untuk santai, gembira, dan menyatakan kejengkelan, serta menerima kelebihan dan kelemahan dalam diri sendiri. Aspek intelektual mencakup kemampuan mencapai wawasan diri sendiri, kemampuan memahami orang lain dan keragamannya, kemampuan mengambil keputusan, dan keterbukaan dalam mengenal lingkungan sekolah. Aspek sosial mancakup


(20)

3

keterlibatan dalam partisipasi sosial di sekolah dan lingkungan sekitar, kesediaan kerja sama, sikap toleransi, dan juga mampu menjalin keakraban dalam pergaulan di lingkungan sekolah. Aspek tanggung jawab yang mencakup sikap produktif dalam mengembangkan diri, melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel, sikap empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal, kesadaran akan etika dan hidup jujur serta kemampuan bertindak independen. Apabila siswa berkembang berdasarkan keempat aspek tersebut, maka siswa akan merasa puas, senang dan menganggap dirinya berhasil menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekolah. Begitu juga sebaliknya jika siswa tidak berkembang dalam keempat aspek diatas, maka dia akan kesulitan dalam menikmati proses penyesuaian diri yang ada di sekolah.

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan barunya, ada siswa yang dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru, tetapi ada pula yang lambat dalam menyesuaikan diri. Siswa yang cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat dengan mudah melakukan aktivitas belajar dengan baik, hal ini dikarenakan siswa merasa nyaman tinggal di lingkungan sekolah. Lain halnya dengan siswa yang lambat melakukan penyesuaian diri, maka akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas belajar di sekolah.


(21)

Ketidakberhasilan siswa melakukan penyesuaian diri akan mengakibatkan proses belajar siswa terhambat sehingga mendapatkan hasil belajar yang kurang baik. Ketidakberhasilan siswa menyesuaikan diri pada umumnya disebabkan karena ketidaktahuan siswa bagaimana cara menyesuaikan diri dengan baik, tidak tahu cara menjalin relasi dengan teman sebaya, belum mampu mengambil keputusan, dan ada juga yang disebabkan oleh latar belakang budaya yang berbeda, karena kenyataanya di sekolah ini sendiri sekitar 50% siswanya sendiri berasal dari luar daerah, yaitu dari papua, sulawesi, kalimantan, dan beberapa daerah lainnya di sekitar pulau jawa. Penyebab lainnya adalah siswa yang mempunyai latar belakang keluarga yang kurang mampu. Siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu biasanya lebih sering menyendiri dan malu untuk bergaul dengan siswa yang berasal dari kelurga yang mampu.

Mengacu pada keempat aspek yang sudah disebutkan yaitu, aspek emosional, aspek intelektual, aspek sosial, dan aspek tanggung jawab maka apabila ada siswa yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri maka siswa tersebut berhak dibantu oleh guru pembimbing. Bantuan diberikan melalui kegiatan bimbingan. Kegiatan bimbingan yang diberikan bermaksud untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada siswa dalam mengembangkan kemampuan mengatasi masalah penyesuaian diri.


(22)

5

Berdasarkan hasil observasi peneliti dan wawancara kepada guru BK serta beberapa siswa yang dilakukan di SMA Santo Mikael Sleman, diperoleh informasi bahwa siswa kelas X masih kurang mampu dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru yang ada di sekolah, gejalanya antara lain: siswa yang berasal dari SMP yang sama lebih sering berkumpul dan kurang mau berinteraksi dengan siswa yang berasal dari SMP yang berbeda, ada beberapa siswa yang dijauhi karena berasal dari SMP yang berbeda. Banyak siswa yang sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di sekolah seperti, sering melanggar tata tertib sekolah, adanya kelompok/”geng” antar siswa misalnya dalam memilih teman belajar untuk mengerjakan tugas kelompok, dan juga dalam memilih teman bermain ada yang hanya bermain dengan teman satu daerah atau yang dekat saja, dll. Bertolak dari kenyataan ini timbul pertanyaan tentang bagaimanakah penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun ajaran 2016/2017? Untuk menjawab pertanyaan inilah diadakan penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah diatas yang terkait dengan penyesuaian diri siswa di sekolah, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah seperti:

1. Ada indikasi bahwa siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman memiliki penyesuaian diri yang kurang baik.


(23)

2. Ada beberapa siswa yang hanya mau berteman dengan teman yang berasal dari satu daerah saja.

3. Ada siswa yang dijauhi karena berasal dari SMP yang berbeda.

4. Ada siswa yang kurang mau berinteraksi dengan siswa yang berasal dari SMP yang berbeda.

5. Ada beberapa siswa yang menutup diri dan tidak mau berbaur dengan teman-teman lain.

6. Ada beberapa siswa yang kurang mampu mengenal lingkungan sekolah dengan baik.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian adalah penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Pertanyaan yang dijawab adalah:

1. Seberapa tinggi tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017?

2. Berdasarkan capaian skor item yang teridentifikasi sedang, topik-topik bimbingan manakah yang bisa diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi sosial bagi para siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017?


(24)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang seberapa tinggi tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017 di sekolah.

2. Mengidentifikasikan item-item penyesuaian diri yang terindetifikasi sedang untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial dalam meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya yang berhubungan dengan penyesuaian diri.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat memperoleh gambaran tentang keberhasilan penyesuaian diri terhadap kehidupan disekolah.


(25)

b. Bagi guru pembimbing di sekolah, dapat digunakan untuk pengembangan topik-topik pelayanan bimbingan khususnya mengenai penyesuaian diri di sekolah.

c. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan mengungkapkan penyesuaian diri siswa.

G. Definisi Operasional

1. Penyesuaian diri adalah perilaku yang menunjukan bahwa siswa mampu mencapai kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial, dan tanggung jawab sesuai dengan harapan masyarakat sehingga siswa mampu menjalani hidupnya secara harmonis seperti yang dimaksud dalam butir-butir kuesioner.

2. Siswa adalah semua peserta didik yang terdaftar pada kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017.

3. Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri.

4. Kehidupan di sekolah adalah lingkungan dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung.


(26)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi uraian tentang pengertian penyesuaian diri, aspek-aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri, faktor-faktor penyesuaian diri, ciri-ciri penyesuaian diri, penyesuaian diri di sekolah, tingkat perkembangan siswa sebagai remaja, dan bimbingan pribadi-sosial.

A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Setiap individu dituntut untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya. Hartinah (2008) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya penerimaan atau saling mendekatkan diri. Tuntutan-tuntutan kenyataan dari luar akan diselaraskan dengan tuntutan-tuntutan motivasi dari dalam sehingga terbentuklah proses penyesuaian diri (Semiun,2006).

Ada berbagai rumusan pengertian penyesuaian diri. Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjusment atau personal adjusment. Penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang Schneiders (2005) yaitu:

a. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi, padahal adaptasi ini pada umumnya


(27)

lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis atau biologis.

b. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), penyesuaian diri juga diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri sebagai suatu usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku baik secara moral, sosial, maupun emosional. c. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery), penyesuaian diri

diartikan sebagai usaha penguasaan, yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi.

Selain itu Schneider dalam (Yusuf, 2011: 210) mengemukakan bahwa penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, konflik dan frustrasi secara sukses, serta keseuaian antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan tempatnya hidup.

Desmita (2009) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu konstruk psikologi yang luas dan kompleks, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Fahmi dalam (Desmita, 2009) mengemukakan bahwa


(28)

11

penyesuaian diri terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Individu dituntut untuk tidak hanya mengubah kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhannya dan keadaan lingkungan tempat di hidup, tetapi juga dituntut untuk menyesuaiakan diri terhadap orang lain dan macam-macam kegiatan mereka.

Kartono (2000) mengatakan bahwa Pada dasarnya manusia senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri yang baik ditandai dengan kematangan emosional yang baik yang akan mempermudah siswa dalam menyesuaikan diri, dan kematangan emosional yang kurang baik akan menghambat siswa dalam menyasuaikan diri di lingkungan sekolah Desmita (2009).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah sebuah proses yang melibatkan kemampuan individu dimana individu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, materi pelajaran, peraturan sekolah, guru pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekitar. Selain itu individu juga dituntut agar dapat mengatasi setiap masalah yang berhubungan dengan proses penyesuaian diri individu sehingga dapat diterima dengan baik di lingkungannya.


(29)

2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri di Sekolah

Ciri-ciri penyesuaian diri di sekolah dibedakan menjadi dua yaitu penyesuaian diri yang baik dan penyesuaian diri yang salah. Kedua ciri tersebut sebagai berikut:

a. Ciri-ciri Penyesuaian Diri yang Baik di Sekolah

Penyesuaian diri yang baik berati orang yang bersangkutan dapat memenuhi hasrat, keperluan, keinginan, serta tuntutan dari lingkungan secara wajar dan dapat mendekatkan orang tersebut pada tujuan dan maksud yang sebenarnya.

Ciri-ciri penyesuaian diri siswa yang baik (Hartinah, 2008: 186; Yusuf, 2011: 130) adalah sebagai berikut :

1) Relasi interpersonal yang baik

Siswa mampu menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya, guru dan para pegawai yang ada di lingkungan sekolah. Misalnya mau berbagi dan mau membantu teman yang kesusahan, mau terbuka pada guru soal masalah yang dimiliki, mau menyapa guru, satpam, dan para karyawan sekolah ketika berpapasan.

2) Mampu belajar

Siswa mampu mengubah perilaku kearah yang lebih baik misalnya, rajin mengerjakan tugas, masuk kelas tepat waktu, dan mengikuti pelajaran dengan serius sehingga memperoleh prestasi yang baik serta memuaskan.


(30)

13

3) Bertanggung jawab

Siswa mampu melaksanakan tugas sebagai siswa di sekolah seperti mematuhi peraturan dan norma yang berlaku di sekolah dan mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan dengan penuh tanggu jawab.

4) Kemandirian

Siswa memiliki sikap madiri dalam berfikir, bertindak, dan mengambil keputusan tanpa mendengarkan orang lain, serta mengembangkan diri sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan sekolah.

5) Kepedulian

Siswa mampu bersikap respek, empati terhadap orang lain, mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat tempat individu berada.

6) Penerimaan sosial

Siswa mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial seperti, mengikuti kerja bakti di lingkungan sekolah dan masyarakat, serta memiliki sikap bersahabat misalnya mau membantu dan berbagi dengan sesama (teman-teman, guru, dan masyarakat sekitar).


(31)

b. Ciri-ciri Penyesuaian Diri yang Salah di Sekolah

Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah. Menurut Hartinah (2008) ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:

1) Reaksi Bertahan (defence reaction), sebuah reaksi dimana individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak mengahdapi kegagalan. Ia selalu berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk reaksi bertahan antara lain;

a) Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari alasan untuk membenarkan tindakannya

b) Resepsi, yaitu berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik atau kurang menyenangkan ke alam tidak sadar

c) Proyeksi, yaitu melempar sebeb kegagalan dirinya kepada orang lain untuk mencari alasan sehingg dapat diterima

d) Sour grapes, yaitu suka memutarbalikan fakta.

2) Reaksi Menyerang (aggressive reaction), sebuah reaksi dimana orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya, ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi yang sering muncul antara lain:


(32)

15

a) Selalu membenarkan diri b) Berkuasa dalam setiap situasi c) Mau memiliki segalanya d) Senang mengganggu orang lain

e) Menunjukan sikap permusuhan secara langsung f) Bersikap balas dendam.

g) Marah secara sadis

3) Reaksi Melarikan Diri (escape reaction), sebuah reaksi dimana orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya. Reaksi yang muncul antara lain:

a) Memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan (seolah-olah sudah tercapai)

b) Banyak tidur

c) Suka minum-minuman keras

d) Menjadi agresif yaitu kembali kepada tingkah laku yang sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih awal (misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil).


(33)

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari empat aspek kepribadian yaitu kematangan emosi, kematangan intelektual, kematangan sosial, dan kematangan moral atau tanggung jawab (Desmita, 2009) :

a. Kematangan Emosional

1) Kemantapan suasana kehidupan emosional

Kemantapan suasana kehidupan emosional mencakup; pengelolaan emosi baik emosi positif maupun emosi negatif.

2) Kemantapan suasana kehidupan bersama dengan orang lain

Kemantapan suasana kehidupan bersama dengan orang lain mencakup: percaya diri, berani, dan mampu menerima kelebihan serta kekurangan yang ada dalam diri.

3) Kemampuan untuk santai, gembira, dan menyatakan kejengkelan mencakup: mampu bersikap santai dalam belajar dan mengerjakan tugas tanpa adanya paksaan dari orang lain, senang dalam memalakukan sesuatu yang berhubungan dengan belajar (mengerjakan tugas), berani menggungkapkan rasa kesal atau marah kepada orang lain.

4) Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri mencakup: menerima diri apa adanya meskipun banyak kekurangan yang ada dalam diri, mampu menghadapi dan menerima kegagalan


(34)

17

dengan sikap rasioanl, dengan mampu mengatasi masalah yang terjadi dengan baik tanpa menyebabkan stres.

b. Kematangan Intelektual

1) Kemampuan mencapai wawasan diri

Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri yang mencakup; kemampuan memahami dan mengenal diri sendiri (kondisi fisik), kecerdasan, serta minat dan bakat yang ada dalam diri.

2) Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya

Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya yang mencakup, mampu mengenal dan memahami sikap, sifat, dan watak orang lain yang berbeda-beda.

3) Kemampuan mengambil keputusan

Kemampuan mengambil keputusan mencakup, memikirkan akibat dari apa yang akan dilakukan sebelum mengambil keputusan, mampu memecahkan masalah dan mencari alternatif saat menghadapi masalah.

4) Keterbukaan dalam mengenal lingkungan sekolah

Keterbukaan dalam mengenal lingkungan sekolah yang mencakup, menaati peraturan yang ada di sekolah dan mampu mengenal lingkungan sekolah dengan baik.


(35)

c. Kematangan Sosial

1) Keterlibatan dalam partisipasi sosial

Keterlibatan dalam partisipasi sosial mencakup; kemampuan dalam bersosialisasi dengan warga sekolah dan kegiatan-kegiatan sosial di sekolah seperti, menjalin relasi yang baik dengan teman, guru, dan karyawan yang ada di sekolah, terlibat dalam kegiatan bakti sosial di sekolah, ekstrakurikuler, pensi, dan pramuka.

2) Kemampuan kepemimpinan antara lain, berani tampil dan berbicara di depan umum baik dikelas maupun kelompok, terlibat dalam OSIS. 3) Kesediaan kerjasama

Kesediaan kerjasama antara lain: mampu bekerjasama dengan teman-teman dalam kelompok, menghargai pendapat teman-teman lain dan berperan aktif dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok.

4) Sikap toleransi antara lain, menghormati dan menghargai teman-teman yang beragama lain.

5) Keakraban dalam pergaulan

Keapraban dalam pergaulan antara lain, menjalin hubungan dan persahabatn yang baik dengan teman-teman dan guru-guru yang ada di sekolah.


(36)

19

d. Tanggung jawab

1) Sikap produktif dalam mengembangkan diri

Sikap produktif dalam mengembangkan diri yang mecakup; mampu menjaga dan memelihara hidup dengan baik, dan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang ada dalam diri (Fisik).

2) Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel antara lain, membuat jadwal harian, dan melaksanakan tugas sebagai seorang pelajar dengan baik.

3) Sikap altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal yang mencakup, memahami perasaan orang lain, dan peduli dengan keadaan orang lain.

4) Kesadaran akan etika dan hidup jujur antara lain ramah, menghargai orang lain, dan jujur tehadap diri sendiri.

5) Melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai antara lain, membuat keputusan dengan melakukan segala pertimbangan terlebi dahulu dan bersikap sesuai nilai-nilai yang diyakini.

6) Kemampuan bertindak independen antara lain, berprilaku dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.

Keempat aspek diatas dan buturan-butirannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyesuaian diri seseorang ketika dia berada di lingkungan yang baru, salah satunya adalah lingkungan sekolah.


(37)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri

Menurut Desmita (2009) Faktor-faktor penyesuaian diri dapat dilihat dari konsep psikogenik dan sosiopsikogenik.

Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh riwayat kehidupan sosial individu, terutama pengalaman yang membentuk perkembangan psikoligi. Pengalaman ini lebih berkaitan dengan latar belakang kehidupan keluarga, terutama menyangkut aspek:

a. Hubungan orangtua-anak seperti penerimaan-penolakan orangtua terhadap anak, perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada anak, sikap dominatif-integratif, dan pengembangan sikap mandiri-ketergantungan. b. Hubungan intelektual keluarga seperti, kesempatan untuk berdialog dan

bertukar pendapat, kegemaran membaca dan minat kultur, pengembangan kemampuan memecahkan masalah, pengembangan hobi, dan perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar anak.

c. Iklim emosional dalam keluarga juga dibutuhkan karena dalam ikatan emosional orangtua dan anak akan terjalin komunikasi yang baik yang mencakup, identitas kehadiran orangtua dalam keluarga, hubungan persaudaraan dalam keluarga, dan kehangatan hubungan ayah-ibu.

Sementara itu, dilihat dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri terbentu dari iklim lembaga sosial dimana individu terlibat di dalamnya. Bagi siswa, faktor sosiopsikogenik yang mempengaruhi adalah sekolah, yaitu;


(38)

21

a. hubungan guru-siswa seperti penerimaan dan penolakan guru terhadap siswa, sikap dormatif atau integratif, dan hubungan bebas ketegangan atau penuh ketegangan.

b. Hubungan intelektual sekolah yang mencakup, perhatian terhadap perbedaan individu siswa, intensitas tugas-tugas belajar, kecenderungan untuk mandiri atau berkonformitas pada siswa, sistem penilaian, kegiatan ekstrakurikuler, dan pengembangan inisiatif siswa.

Menurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :

a. Keadaan Fisik, Kondisi fisik individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik. b. Keadaan Psikologis, yang termasuk dalam keadaan psikologis adalah

pengalaman, pendidikan, konsep diri, dan keyakinan diri.

c. Keadaan lingkungan, keadaan lingkungan yang baik, damai, tenteram, aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta mampu memberikan perlindungan bagi anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian diri.

d. Tingkat religiusitas dan kebudayaan, religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan psikis lainnya. Kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah


(39)

laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri.

5. Penyesuaian Diri di Sekolah

Sekolah memegang peranan penting dalam proses penyesuaian diri bagi para siswa, hal ini karena sekolah sebagai lembaga formal yang bertanggung jawab atas pendidikan anak selain keluarga. Mahmud (2005) mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Ketika memasuki lingkungan yang baru, siswa diharapkan mampu menyesuaiakan diri dengan baik. Sama halnya dengan ketika seorang siswa baru memasuki lingkungan sekolah maka dia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya itu. Yusuf (2011) mengatakan bahwa di sekolah siswa diharapkan untuk mampu bersikap respek dan mau menerima serta mentaati peraturan sekolah, berpartisipasi dengan mata pelajaran, menjalin hubungan inrtepersonal yang baik dengan teman-teman, guru, dan karyawan sekolah serta membantu sekolah memelihara dan memanfaatkan fasilitas sekolah. Wilis (1981) mengatakan bahwa hal-hal penying yang harus diperhatikan dalam penyesuaian diri di sekolah mencakup:


(40)

23

a. Penyesuaian Diri dengan Guru

Penyesuaian diri siswa dengan guru tergantung pada sikap guru dalam menghadapi murid-muridnya yang mecakup; mampu bersahabat dengan siswa, menunjukan sikap yang terlalu keras, dan juga pilih kasih. Selain itu menurut peneliti termaksud juga bagaimana cara guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan siswa, dan sikap siswa terhadap guru yang sopan, dan hormat. Interaksi yang terjalin bukan hanya dengan wali kelas, guru mata pelajaran saja, tetapi juga dengan guru pembimbing atau konselor yang ada di sekolah.

b. Penyesuaian diri Dengan Teman Sebaya

Penyesuaian diri dengan teman sebaya berarti siswa harus mampu menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan teman-teman di sekolah. Karena ketika memasuki dunia sekolah, siswa akan dihadapkan pada masalah penerimaan dan penolakan kehadirannya dalam pergaulan. Siswa akan mengalami kekecewaan apabila ditolak oleh teman sebayanya. Pembentukan hubungan yang erat di antara teman-teman akan membuat siswa dapat saling membantu dan berbagi dengan teman yang lain, dan saling memberikan dukungan yang positif. Dengan begitu siswa mampu menemukan bagaimana cara menyesuaiakan diri dengan teman-teman yang ada di sekolah.


(41)

c. Penyesuaian diri dengan karyawan sekolah

Selain guru dan teman-teman, penyesuaian diri juga dapat dijalin dengang karyawan sekolah. Siswa dapat bersikap ramah dan sopan terhadap satpam, karyawan TU, petugas kebersihan, dan petugas perpustakaan.

d. Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Sekolah

Siswa dapat mengenal dengan baik keadaan dan fasilitas yang ada di sekolah seperti: ruang kelas, WC, perpustakaan, halaman dan lapangan sekolah yang mendukung proses belajar mengajar, sehingga siswa merasa nyaman dan tenang pada saat proses belajar mengajar berlangsung. e. Penyesuaian Diri dengan Mata Pelajaran

Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan usia siswa, hal ini disebabkan karena tingkat kecerdasan dan kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Dengan demikian siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan mata pelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, siswa diharapkan mampu mengikuti mata pelajaran dengan baik.

f. Penyesuaian Diri terhadap Tata Tertib Sekolah

Siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah. Dimana siswa harus mampu mematuhi tata tertib yang berlaku di sekolah seperti; datang ke sekolah tepat waktu, berpakyan yang rapi, memakai atribut sekolah dengan lengkap, siswa tidak boleh memakai


(42)

25

perhiasan yang berlebihan dan siswa tidak bolen mewarnai rambut. Tata tertib hal-hal yang dilarang sekolah, seperti dilarang kerjasama dengan teman pada saat ulangan, meminta ijin pada saat keluar kepada guru piket dan memberikan surat keterangan tidak masuk kepada guru piket.

B. Siswa sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja

Masa remaja menurut Mappiare (Hartinah 2008) berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 sampai 17/18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17/18 sampai 21/22 tahun adalah masa remaja akhir. Siswa kelas X SMA termaksud remaja awal. Pada masa remaja terjadi perkembangan dalam berbagai aspek, seperti: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian sosial.

2. Karakteristik Remaja

Desmita (2009) mengatakan masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Terdapat sejumlah karakteristik yang penting pada usia remaja, antara lain:


(43)

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif. d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa efektif. e. Memilih dan mempersiapkan karir di masa depan sesuai dengan minat dan

kemampuan yang dimilikinya.

f. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

g. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku.

i. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religius.

3. Perkembangan Sosial Remaja Awal

Menurut Hurlock (1991) salah satu tugas perkembangan yang perlu dipenuhi oleh remaja awal adalah mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya. Menurut Desmita (2007) perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejalah meningkatnya pengaruh teman sebaya. Sebagian besar waktu remaja dihabiskan untuk bergaul dengan teman-teman. Pada prinsipnya hubungan teman sebaya mempunyai arti yang penting bagi kehidupan remaja.


(44)

27

Santrock dalam (Desmita, 2007) menyatakan bahwa studi-studi kontemporer tentang remaja menunjukan bahwa hubungan yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang positif. Kelly dan Hansen (Desmita 2007) menyebutkan 6 fungsi positif dari hubungan remaja dengan teman sebaya, yaitu:

a. Mengontrol impuls-impuls agresif.

b. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen.

c. Meningkatkan keterampilan-ketrampilan sosial. d. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. e. Meningkatkan harga diri.

C. Bimbingan Pribadi-Sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 118) bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri. Adapun yang tergolong masalah pribadi-sosial adalah hubungan dengan sesama teman, guru, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat tinggal, serta penyelesaian konflik. Masalah lain yang tergolong masalah pribadi-sosial antara lain: mengatur diri sendiri di bidang


(45)

kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dll.

2. Unsur-unsur Bimbingan Pribadi-Sosial di Jenjang Pendidikan Menengah Atas

Bimbingan pribadi-sosial yang di berikan di jenjang pendidikan menengah atas sebagian disalurkan melalui bimbingan kelompok dan sebagian lagi melalui bimbingan individual, serta mengandung unsur-unsur sebagai berikut (Winkel & Hastuti, 20014: 118):

a. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh siswa remaja, antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang cara bergaul yang baik.

b. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin berkembang kearah masyarakat modern, antara lain ciri-ciri kehidupan modern, dan makna ilmu pengetahuan serta tegnologi bagi kehidupan manusia.

c. Pengaturan diskusi kelompok mengani kesulitan yang dialami oleh kebanyakan siswa, misalnya menghadapi orangtua yang taraf pendidikannya lebih rendah dari anaknya. Khususnya siswa remaja dapat merasa legah bila dia menyadari bahwa teman-temannya mengalami masalah yang sama.


(46)

29

d. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa, misalnya sifat-sifat kepribadian yang tampak dalam tingkah laku, latar belakang kelurga dan keadaan kesehatan.

3. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial

Juntik (2005), merumuskan beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan spek-aspek pribadi-sosial sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap TUhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupanyang bersifat fluktuatif

antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,

baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.


(47)

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang dijuwudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain.

k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

4. Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial

Totok (Puspita, 2007) mengungkapkan ada beberapa fungsi dalam bimbingan pribadi-sosial, antara lain:

a. Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan pribadi-sosial, konselor secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan (agent of change) bagi dirinya dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah.

b. Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelamahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan


(48)

31

yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan pribadi sosial diharapkan individu mampu mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan, sehingga individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, dan seimbang.

c. Belajar untuk berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara sehat dengan ligkungannya.

d. Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan pribadi-sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih prilaku baru yang lebih sehat.

e. Untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya. f. Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan

individu dapat bertahan dengan keadaan masa kini, dapat menerima keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan kondisi yang baru.

g. Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu individu dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejalah yang mengganggu sebagai akibat dari krisis.


(49)

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Maria (2012) mengadakan penelitian mengenai tingkat penyesuaian diri siswa kelas VII. Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 4 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori sangat tinggi yaitu 1,78%, 50 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori tinggi yaitu 22,32%, 12 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan ketegori rendah yaitu 5,35%, dan tidak terdapat siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang memiliki tingkat penyesuaian diri sangat rendah.

Emilia (2007) melakukan penelitian mengenai penyesuaian diri siswa kelas VII. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VII SMP Yos Sudarso Cigugur Kuningan tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar angket. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 13 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori sangat baik yaitu 24,07%, 35 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori baik yaitu 64,83%, 5 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori cukup baik yaitu 59,26%, 1 orang memiliki tingkat penyesuaian diri kurang baik yaitu 1,85%, dan tidak ada yang memiliki penyesuaian diri sangat kurang baik.


(50)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penenlitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei karena tujuan dari penelitian ini untuk memberikan penjelasan mengenai tingkat penyesuaian diri siswa. Menurut Sugiyono (2000) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel dan populasi sebagaimana adanya dengan melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Sugiyono (2012) juga menjelaskan bahwa penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017, dan topik-topik bimbingan mana yang sesuai dengan keadaan para siswa. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai dasar untuk usulan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan keadaan para siswa.


(51)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Santo Mikael Sleman, tepatnya dilaksanakan pada tanggal 19 dan 28 November 2016.

C. Subjek Penelitian

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yang merupakan jenis teknik sampling probability sampling. Menurut Sugiyono (2009) simple random sampling adalah suatu teknik sampling melalui pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Dengan menggunakan teknik simple random sampling, Dalam penelitian ini peneliti mengambil 2 kelas dari kelas X SMA Santo Mikael Sleman dengan jumlah 38 siswa. Setelah melakukan pemilihan pada sampel, maka hal pertama yang peneliti lakukan adalah, peneliti membuat angket dan melakukan uji coba terlebih dahulu, uji coba peneliti lakukan di kelas XB dengan jumlah 36 siswa. Rincian jumlah siswa masing-masing kelas disajikan dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Tabel Jumlah Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman

Kelas Jumlah Siswa

X A 20

X C 18


(52)

35

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan DataPenelitian

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman dengan berdasarkan keempat aspek yang sudah dipaparkan.

Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup, artinya responden menjawab pernyataan yang berhubungan dengan dirinya. Dalam kuesioner ini sudah disediakan alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sedang mereka alami, sehingga responden tinggal memilih alternative jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda check (√).

Kuesioner yang peneliti susun mengacu pada prinsip-prinsip skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Dalam skala Llikert terdapat 5 alternatif jawaban, tetapi dalam kuesioner ini hanya digunakan 4 alternatif jawaban. Pernyataan yang terdapat dalam instrumen penyesuaian diri ini terdiri dari pernyataan positif atau favorable dan pernyataan negatif atau unfavorable. Pernyataan positif atau favourable adalah pernyataan yang mengungkapkan adanya penyesuaian diri yang baik.


(53)

Sedangkan pernyataan yang negatif atau unfavorable adalah pernyataan yang menunjukan kurang baiknya penyesuaian diri.

Alternatif jawaban hanya dibuat empat dengan maksud untuk menghilangkan kecenderungan responden untuk memilih alternatif yang di tengah. Jika ada lima alternatif jawaban maka pemilihan alternatif yang ditengah menunjukan bahwa responden masih merasa ragu-ragu atau belum dapat menentukan pilihan jawaban yang sesuai dengan pengalamannya. Dalam penelitian ini, alternatif jawaban yang dibuat adalah berdasarkan persepsi atau pikiran siswa tentang bagaimana proses penyesuaian diri yang akan mereka alami di sekolah. Sehingga peneliti mencoba untuk menggunakan 4 alternatif jawaban berikut ini, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Normal skoring yang dikenakan terhadap pengelolaan data yang dihasilkan instrumen ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Penentuan Skor Alternatif Jawaban No Pernyataan

Alternatif Jawaban

Sangat Sesuai (SS)

Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS)

Sangat Tidak Sesuai (STS)

1. Favorable 4 3 2 1

2. Unfavorable 1 2 3 4

Item-item kuesioner dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri seperti tampak pada kisi-kisi kuesioner dibawah ini :


(54)

37

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Penyesuaian Diri Siswa (Uji Coba)

Aspek Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1. Emosional a. Kemantapan suasana

kehidupan dengan orang lain.

1,2,3,4 5,6,7,8 8

b. Kemampuan untuk

menyatakan perasaan.

9,10,12,14 11,13,15 7

c. Kemampuan untuk

menunjukan sikap dan menerima diri sendiri.

16,18,19 17,20 5

2. Intelektual a. Kemampuan memahami

diri sendiri

22,24 21,23 4

b. Kemampuan memahami

orang lain dan keragamannya

30,31,32 29,33,35 6

c. Kemampuan mengambil

keputusan

34,36,38 37,39 5

d. Keterbukaan dalam

mengenal lingkungan sekolah

40,41,43 42,45,47 6

3. Sosial a. Kemampuan dalam

bersosialisasi dengan warga sekolah.

44,46,25,2 6

59,60 6

b. Kemampuan dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sekolah.

52,53,67 55,54,68 6

c. Kemampuan

memimpinan diri sendiri dan orang lain.

58, 48,51 61,62,63 6

d. Kemampuan

mengembangkan sikap toleransi antar umat beragama

64,65,66 56,57 5

e. Membangun hubungan

baik dan keakraban dalam pergaulan 69,70,71,7 2 75,76,77,7 8 8

4. Moral atau

Tanggung Jawab

a. Kemampuan

mengembangkan potensi dalam diri.

79, 82,83 80,81 5

b. Kemampuan melakukan

perencanaan dan melaksanakannya.

84,85 86,87 4


(55)

d. Kemampuan dalam memiliki kesadaran akan etika dan hidup jujur

93,50 89,90,96 5

e. Kemampuan melihat

perilaku dari segi konsekuensi.

98,94 73,74 4

f. Kemampuan bertindak

secara independen

27,28 49, 99 4

Jumlah 99

E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Menurut Azwar (2012) validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukur. Suatu tes mempunyai validitas yang tinggi apabila memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008). Validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Menurut Azwar (2009:45) validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau lewat expert judgment. Expert judgment pada angket penyesuaian diri ini peneliti mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Kemudian instrumen yang telah dianalisis oleh ahli lalu diberikan kepada subjek peneliti untuk dilakukan uji coba.


(56)

39

Uji coba dilakukan untuk mendapatkan perbedaan atau diskriminasi sampai dengan mendapatkan pernyataan-pernyataan final.

Pengujian menggunakan analisis statistika dengan menggunakan program SPSS. Biasanya syarat minimun untuk dianggap memenuhi syarat yaitu r = 0,30. Bila nilai korelasi dibawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butiran instrumen tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2008).

Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi, dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya Arikunto (2002) menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan taraf signifikan (α = 5%) digunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Korelasi produk moment

= Nilai setiap butir = Nilai dari jumlah butir = Jumlah responden

Koefisien korelasi validitas item dihitung menggunakan program SPSS versi 16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2012), item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30


(57)

dianggap memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu, suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30.

Hasil perhitungan uji coba yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 99 item yang dikembangkan terdapat 15 item yang koefisien validitasnya < 0,30. Ke 15 item tersebut dieliminasi atau tidak disertakan dalam pengambilan data selanjutnya. Dengan demikian masih terdapat 84 item yang memiliki koefisien validitas ≥ 0,30. Sehingga dinyatakan valid dan digunakan untuk pengambilan data penelitian sesungguhnya. Adapun item-item yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Aspek Indikator Item

Valid Gugur

1. Emosional a. Kemantapan suasana kehidupan

dengan orang lain.

1,2,3,6,7 4,5,8

b. Kemampuan untuk menyatakan

perasaan.

9,10,11,12, 14,15

13

c. Kemampuan untuk menunjukan

sikap dan menerima diri sendiri.

16,18,19,20 17

2. Intelektual a. Kemampuan memahami diri

sendiri

21,22,24, 23 -

b. Kemampuan memahami orang

lain dan keragamannya

31,32,33, 29,30,35

c. Kemampuan mengambil

keputusan

36,38,37 34

d. Keterbukaan dalam mengenal

lingkungan sekolah

40,41,43,42, 45,47

-

3. Sosial a. Kemampuan dalam

bersosialisasi dengan warga

44,46,25,26, 59,60


(58)

41

sekolah.

b. Kemampuan dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sekolah.

52,53, 55,54,67

68

c. Kemampuan memimpinan diri

sendiri dan orang lain.

58, 48,51, 61,62,63

-

d. Kemampuan mengembangkan

sikap toleransi antar umat beragama

64,65,66,56, 57

-

e. Membangun hubungan baik dan

keakraban dalam pergaulan

69,70,71,72, 75,76,77,78

4. Moral atau

Tanggung Jawab

a. Kemampuan mengembangkan

potensi dalam diri.

79,80,81,83 82

b. Kemampuan melakukan

perencanaan dan melaksanakannya.

84,85,86,87

c. Kemampuan berempati 91,92,97,95 88

d. Kemampuan dalam memiliki

kesadaran akan etika dan hidup jujur

50,89,90,96 93

e. Kemampuan melihat perilaku

dari segi konsekuensi.

73,74,94 45,98

f. Kemampuan bertindak secara

independen

27,28,49,99 -

Jumlah 84 15

Setelah diadakan pengujian validitas maka didapat kisi-kisi kuisioner penelitian sebagai berikut ini :

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Validitas

Aspek Indikator Item

Fav Unfav

1. Emosional a. Kemantapan suasana

kehidupan dengan orang lain.

1,2,4 3,5

b. Kemampuan untuk menyatakan perasaan.

7,9 6,8

c. Kemampuan untuk menunjukan sikap dan menerima diri sendiri.

10,13 11,12


(59)

sendiri

b. Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya

18,20 19,21 c. Kemampuan mengambil

keputusan

22,25 23,24 d. Keterbukaan dalam mengenal

lingkungan sekolah

27,29,31 26,28,30 3. Sosial a. Kemampuan dalam

bersosialisasi dengan warga sekolah.

32,34,46,3 7

33,25

b. Kemampuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekolah.

38,39,41 40,42

c. Kemampuan memimpinan diri sendiri dan orang lain.

44,46,48 43,45,47 d. Kemampuan mengembangkan

sikap toleransi antar umat beragama

49,51,53 50,52

e. Membangun hubungan baik dan keakraban dalam pergaulan 54,56,58,6 0 55,57,59,6 1 4. Moral atau Tanggung Jawab

a. Kemampuan mengembangkan potensi dalam diri.

62,65 63,64 b. Kemampuan melakukan

perencanaan dan melaksanakannya.

66,68 67,69

c. Kemampuan berempati 71,73 70,72

d. Kemampuan dalam memiliki kesadaran akan etika dan hidup jujur

74,76 75,77

e. Kemampuan melihat perilaku dari segi konsekuensi.

79 78,80

f. Kemampuan bertindak secara independen

82,84 81,83


(60)

43

2. Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji reliabilitas. Reliabilitas diartikan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability (Azwar, 2009). Pengukuran kuesioner yang memiliki reliabilitas tinggi berarti menghasilkan data yang reliabel. Inti dari reliabitas adalah konsistensi sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Perhitungan reliabilitas penelitian ini dihitung menggunakan rumus Cronbach’s alpha. Adapun rumus Cronbach’s alpha sebagai berikut :

[

]

Keterangan rumus :

: Varian skor belahan 1 dan 2

: Varian skor skala

Hasil perhitungan indeks realibilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995) dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. . 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0,41 – 0,70 Cukup

4. 0,21 – 0,40 Rendah


(61)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0,844 84

Berdasarkan hasil hitung SPSS menunjukan reliabilitas sebesar 0,844 yang termasuk kategori tinggi, sehingga kuesioner penelitian ini reliable atau dapat dipercaya.

F. Pengumpulan Data

a. Uji Coba Kuesioner Penyesuaian Diri

Pada tanggal 19 November peneliti melakukan uji coba instrumen yang suda peneliti buat kepada kelas XB dengan jumlah 36 Siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas isi kuisioner.

b. Pengumpulan Data Penelitian

Sedangkan penelitiannya dilakukan pada tanggal 28 November di kelas XA dan XC dengan jumlah 38 siswa. Beberapa siswa/i yang tidak masuk sekolah peneliti tidak menitipkan kuisioner kepada teman lain dikarenakan peneliti merasa data yang didapatkan sudah cukup, karena dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil sampel dari siswa/i kelas tersebut.


(62)

45

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah (Sugiyono, 2010).

Langkah-langkah teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Menentukan skor

Penentuan skor mengacu pada pedoman skoring yang telah dibuat.Peneliti melihat pertanyaan favorable maupun unfavorable dengan memberi angka 1 sampai 4 berdasarkan jawaban dari responden. Setelah itu peneliti memasukan hasil dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor item serta jumlah skor subjek.

2. Menentukan kategori

Azwar (2009) mengatakan bahwa pengkategorian memiliki tujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan atribut yang diukur secara berjenjang dan menurut suatu kontinum. Kontinum jenjang skor tingkat penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Norma kategorisasi dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yang mengacu pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar, yaitu:


(63)

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.7

Pedoman Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Siswa SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017

Kriteria Skor Kategori

µ+1,5σ <X Sangat Tinggi µ+0,5σ< X ≤µ+1,5σ Tinggi

µ-0,5σ<X≤µ + 0,5σ Cukup Tinggi µ-1,5σ<X≤µ - 0,5σ Rendah

Xµ - 1,5σ Sangat Rendah

Keterangan:

Skor maksimum empiris : Skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan data nyata lapangan

Skor minimum empiris : Skor terendah yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan data nyata lapangan

Standar deviasi (σ) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran

Mean empiris (µ) : Rata-rata empiris dari skor maksimum dan minimum


(64)

47

Kategori diatas menjadi patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat penyesuaian diri siswa/I kelas X Sam Santo Mikael Sleman. Kategorisasi subjek penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah item 84) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 84 x 4 = 336 X minimum teoritik : 84 x 1 = 84 Luas Jarak : 336 – 54 = 282

σ : 282 : 6 = 47

µ : (336 + 84) : 2 = 210

Jadi, karena dalam penelitian ini subjek digolongkan ke dalam lima kategori, maka keenam satuan deviasi standar dibagi dalam lima bagian sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kategori Skor Subjek Penelitian

Kriteria Skor Rerata Skor Kategori

X> µ+1,5σ X>253,5 Sangat Tinggi

µ+0,5σ< X ≤µ+1,5σ 214,5<X≤253,5 Tinggi µ-0,5σ<X≤µ + 0,5σ 175,5≤X≤214,5 Cukup Tinggi

µ-1,5σ<X≤µ - 0,5σ 136,5≤X≤175,5 Rendah

Xµ - 1,5σ X≤136,5 Sangat Rendah

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam mengelompokan skor Subjek dalam kategorisasi atau skala Penyesuaian diri siswa.


(65)

Selanjutnya kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah Subjek 38) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 38 x 4 = 152 X minimum teoritik : 38 x 1 = 38 Luas Jarak : 152 – 38 = 114

σ : 114 : 6 = 19

µ : (152 + 38) : 2 = 95

Jadi Penentuan kategorisasi item-item setelah dilakukan penghitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.9

Kategori Skor Item Penelitian

Kriteria Skor Rerata Skor Kategori

X> µ+1,5σ X>123,5 Sangat Tinggi

µ+0,5σ< X ≤µ+1,5σ 104,5<X≤123,5 Tinggi µ-0,5σ<X≤µ + 0,5σ 85,5≤X≤104,5 Cukup Tinggi

µ-1,5σ<X≤µ - 0,5σ 66,5≤X≤85,5 Rendah


(66)

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan, penyajian hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017.

Tabel 4.1

Kategori Tingkat Penyesuaian Diri

Siswa Kelas X SMA Santo Mikael SlemanTahunAjaran 2016/2017

Norma Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

X>253,5 32 84,21% Sangat Baik

214,5<X≤253,5 6 15,79% Baik

175,5≤X≤214,5 - 0% Cukup Baik

136,5≤X≤175,5 - 0% Kurang Baik

X≤136,5 - 0% Sangat Kurang

Baik

Total 38 100% -

Dalam perspektif grafis, kategorisasi tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman sebagai berikut:


(67)

Grafik 4.1

Tingkat Penyesuaian Diri

Siwa Kelas X SMA Santo Mikael SlemanTahunAjaran 2016/2017

Berdasarkan data dari Tabel 4.1 dan garfik 1 diperoleh gambaran bahwa:

a. Tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya sangat kurang baik. b. Tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya kurang baik. c. Tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya cukup baik.

d. Sebanyak 6 siswa (15,79%) yang penyesuaian dirinya dirinya baik, artinya siswa mampu menyesuaiakan diri.

e. Sebanyak 32 siswa (84,21%) yang penyesuaian sangat baik, artinya siswa sangat mampu menyesuaiakan diri.

0 0 0

15.79

84.21

Sangat Kurang Baik

Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


(68)

51

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/207 memiliki penyesuaian diri sangat baik.

2. Item Terendah dari Instrumen Penelitian Penyesuaian Diri Siwa Dari keseluruhan 84 butir item instrumen penelitian tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017, telah dilakukan pengujian dan didapatkan hasil seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Kategori Item Instrumen Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 Rerata Skor Frekuensi Kategori No. Item

X>123,5 42

Sangat Tinggi 1,4,5,8,11,17,18,19,20,21, 26,28,29,30,31,32,40,42,48, 49,51,52,53,54,55,56,57,58, 59,60,61,63,65,70,71,72,75,76, 81,82,83,84 104,5<X≤123,5 36

Tinggi

2,3,7,9,10,12,13,14,15,16,22,23, 24,25,27,33,34,35,36,37,39,41,4 3,46,50,62,64,67,68,69,73,74,77,

78,79,80

85,5≤X≤104,5 5 Sedang 6,44,45,47,66

66,5≤X≤85,5 1 Rendah 38

X≤66,5 - Sangat

Rendah

Berdasarkan tabel tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017, dapat disimpulkan bahwa ada 5 item kuesioner yang menunjukan bahwa penyesuaian diri siswa sedang. Nomor dan butir-butir item kuesioner yang bersangkutan peneliti


(69)

sajikan dalam table 4.3. butir-butir item inilah yang akan peneliti jadikan sebagai dasar usulan topik-topik bimbingan klasikal seperti dalam tabel berikut:

Tabel 4.3

Item-item pernyataan yang tergolong dalam kategori sedang

No Pernyataan Skor

1 Saya malu mengungkapkan perasaan kepada orang lain 100 2 Saya berani mencalonkan diri untuk menjadi pejabat

kelas (ketua,wakil,bendahara,sekertaris)

94 3 Saya suka menolak ketika dipilih untuk mewakili

teman-teman kelas dalam berpidato di depan kelas

102 4 Saya tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan OSIS

102 5 Saya membuat jadwal harian dengan terperinci 96

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017 memiliki kemampuan penyesuaian diri yang sangat baik. Hasil penelitian ini rupanya berbeda dengan dugaan awal peneliti sebelum melakukan penelitian ini. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi antara lain: sebagian besar siswa memberikan jawaban yang baik, peneliti terlalu berfikir negatif terhadap penyesuaian diri siswa, bisa juga karena siswa tidak mengisi koesioner dengan sebenarnya karena ingin memperlihatkan segi baik dari dirinya, boleh jadi penyesuaian diri siswa sudah termaksud baik seperti yang terungkap dalam penelitian ini. Selain itu ada juga faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian sehingga tidak


(1)

(2)

76 Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 246,5000 310,257 ,322 ,841

VAR00002 246,6579 310,934 ,337 ,841

VAR00003 246,6842 312,222 ,233 ,843

VAR00004 246,5526 308,794 ,426 ,840

VAR00005 246,4211 306,250 ,464 ,839

VAR00006 247,2368 319,861 -,031 ,848

VAR00008 246,5000 320,203 -,036 ,846

VAR00009 247,0789 313,210 ,230 ,843

VAR00011 246,6053 310,894 ,258 ,842

VAR00012 246,7632 317,969 ,027 ,847

VAR00013 246,6842 303,195 ,526 ,838

VAR00014 246,8684 320,280 -,041 ,848

VAR00015 246,7895 313,738 ,169 ,844

VAR00016 246,9737 315,864 ,078 ,846

VAR00017 246,2368 311,267 ,364 ,841

VAR00021 246,2632 310,037 ,365 ,841

VAR00023 246,7632 315,699 ,122 ,844

VAR00024 246,6579 318,285 ,026 ,846

VAR00025 246,7105 308,752 ,358 ,841

VAR00026 246,5526 317,984 ,031 ,846

VAR00027 246,7632 316,402 ,086 ,845

VAR00028 246,4474 315,065 ,189 ,843

VAR00029 246,5000 314,851 ,147 ,844

VAR00030 246,2632 315,280 ,217 ,843

VAR00031 246,5526 312,740 ,204 ,843

VAR00032 246,3947 309,867 ,368 ,841

VAR00033 246,8158 309,073 ,291 ,842

VAR00034 247,0000 311,459 ,315 ,842

VAR00035 246,8158 309,398 ,316 ,841

VAR00036 246,9211 310,615 ,275 ,842

VAR00037 246,8684 315,577 ,125 ,844

VAR00038 247,2895 310,211 ,243 ,843

VAR00039 246,8421 306,083 ,418 ,840

VAR00040 246,5263 307,013 ,445 ,840

VAR00041 246,7368 308,145 ,386 ,840

VAR00042 246,2632 310,253 ,406 ,841

VAR00043 246,7632 311,969 ,214 ,843

VAR00044 247,3947 312,732 ,144 ,845

VAR00045 247,1842 320,317 -,043 ,848

VAR00046 246,9211 313,372 ,193 ,843

VAR00047 247,1842 325,452 -,179 ,851

VAR00048 246,6053 309,705 ,376 ,841


(3)

77

VAR00050 246,7632 312,780 ,162 ,844

VAR00051 246,3947 312,029 ,379 ,841

VAR00052 246,2895 311,292 ,357 ,841

VAR00053 246,4211 304,683 ,577 ,838

VAR00054 246,5263 309,175 ,365 ,841

VAR00055 246,5789 308,845 ,335 ,841

VAR00056 246,5263 310,905 ,317 ,842

VAR00057 246,3421 314,123 ,200 ,843

VAR00058 246,3684 310,455 ,366 ,841

VAR00059 246,1053 316,529 ,174 ,844

VAR00060 246,5000 321,230 -,069 ,848

VAR00061 246,2105 318,225 ,047 ,845

VAR00062 246,7895 304,765 ,503 ,839

VAR00063 246,5526 311,119 ,331 ,842

VAR00064 246,6316 316,725 ,082 ,845

VAR00065 246,5789 313,548 ,208 ,843

VAR00066 247,3421 308,610 ,288 ,842

VAR00067 246,9737 306,188 ,394 ,840

VAR00068 247,0000 308,757 ,364 ,841

VAR00069 247,0526 310,430 ,220 ,843

VAR00070 246,5789 307,926 ,418 ,840

VAR00071 246,5000 305,500 ,523 ,839

VAR00072 246,4474 311,173 ,301 ,842

VAR00073 246,7895 314,117 ,164 ,844

VAR00074 247,0789 307,858 ,337 ,841

VAR00075 246,3684 307,212 ,502 ,839

VAR00076 246,4737 312,526 ,216 ,843

VAR00077 246,7368 308,091 ,319 ,841

VAR00078 246,8421 317,164 ,072 ,845

VAR00079 246,6316 303,698 ,497 ,838

VAR00080 246,7368 320,902 -,060 ,847

VAR00081 246,5789 312,899 ,232 ,843

VAR00082 246,4474 308,254 ,412 ,840

VAR00083 246,3684 316,725 ,115 ,844


(4)

ABSTRAK

SKRIPSI

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

(Studi DeskriptifPadaSiswa KelasX SMA Santo Mikael SlemanTahunAjaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

BimbinganPribadiSosial)

Margaretha Liberti Nona Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenaitingkatpenyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017. Pertanyaan yang dijawab adalah: 1) Seberapa tinggi tingkat penyesuaian diri siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017?2)Berdasarkan capaian skor item yang teridentifikasi sedang, topik-topik bimbingan manakah yangbisa diusulkan sebagai topik-topik-topik-topik bimbingan pribadisosialbagi para siswa kelas X SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2016/2017?

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas XA dan XC SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 38 siswa. Pemilihansubjekdalampenelitianini dilakukan dengan menggunakansimple random sampling.Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner penyesuaian diri yang terdiri dari 84 item pernyataan. Teknik analisi data dalam penelitian ini adalah kategorisasi tingkat penyesuaian diri siswa berdasarkannorma katergorisasi menurut Azwar (2012). Hasil uji reliabilitas menunjukan reliabilitas sebesar 0,844 hasilini termasuk tinggi, sehingga kuesioner ini reliabel atau dapat dipercaya.

Hasil penelitianini adalah sebagai berikut: tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya sangat kurang baik, tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya kurang baik, tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya cukup baik, terdapat 6 siswa(15,79%)yang penyesuaian dirinya dirinya baik, artinya siswa mampu menyesuaiakan diri, Sebanyak 32 siswa (84,21%) yang penyesuaian sangat baik, artinya siswa sangat mampu menyesuaiakan diri. Berdasarkan analisi capaian skor butir-butir kuesioner yang menunjukan bahwa penyesuaian diri siswa sedangdanrendah, peneliti membuat usulan topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.


(5)

ABSTRACT THESIS

STUDENTS’ SELF ADJUSTMENT LEVEL AT SCHOOL

(A Descriptive Study on Class X Students of SMA Santo Mikael Sleman Batch

2016/2017 and Its’ Implications towards Proposed Social Personal Guidance

Topics)

Margaretha Liberti Nona Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This study aims to obtain an overview of the self-adjustment level of class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017. Questions to answer are: 1) How high is the self-adjustment level of class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017? 2) Based on the item score achievements that are identified as moderate, which guidance topics can be proposed as social personal guidance topics for class X students of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017?

This study is a descriptive quantitative study employing survey method. The research subjects are 38 students from class XA and XC of SMA Santo Mikael Sleman batch 2016/2017. Selecting the subjects of the study was conducted using simple random sampling. Data collection instrument in this study was a questionnaire about self-adjustment consisting of 84 statement items. Data analysis technique in this research is the categorization of the students' self-adjustment level based on the categorization norms by Azwar (2012). Reliability test results show the reliability of 0.844. This is categorized as high, meaning that the questionnaire is reliable or trustworthy.

The results of this study are as follows: no student (0%) have very poor self-adjustment level, no student (0%) have poor self-adjustment level, no students (0%) have average self-adjustment level, there are 6 students (15.79%) with good self-adjustment level, meaning that the students are able to adjust themselves, A total of 32 students (84.21%) have very good self-adjustment level, meaning that the students are very capable in adjusting themselves. Based on the analysis of the questionnaire' items score achievement indicating that the students'


(6)

self-adjustment were moderate and low, the researcher suggested topics on Social-Personal Guidance to improve the students' adjustment.


Dokumen yang terkait

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Penerimaan diri dan penyesuaian sosial siswa berbakat pada kelas akselerasi

0 5 148

Hubungan antara persepsi siswa terhadap bimbingan konseling dan intensitas pemanfaatan layanan bimbingan konseling di SMA PGRI 109 Tangerang

2 15 105

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29