IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KECACATAN PRODUK BETON PAVE DAN GENTENG BETON DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. VARIA USAHA BETON WARU-SIDOARJO.
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KECACATAN
PRODUK BETON PAVE DAN GENTENG BETON
DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS
DI PT. VARIA USAHA BETON WARU-SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
NPM : 06 32010 178 INDRA FIRMANSYAH
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM SURABAYA
(2)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:
” Identifikasi Faktor-Faktor Kecacatan Produk Beton Pave Dan Genteng Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis
Di PT. Varia Usaha Beton Waru-Sidoarjo .”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Industri pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini banyak memperoleh bantuan, bimbingan, saran dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada :
1. Bapak Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 2. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. M.Tutuk Safirin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Pailan. Mpd, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Dr.Ir. Minto Waluyo. MM dan Bapak Ir. Handoyo, MT Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran
(3)
memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT; Selaku Dosen Penguji Seminar I dan Seminar II, Ibu Ir. Yustina Ngatilah, MT; Selaku Dosen Penguji Seminar I, serta Bapak Ir. Tri Susilo, MM; Selaku Dosen Penguji Seminar II yang telah memberikan masukkan, arahan dan nasehat kepada saya untuk menyempurnakan dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen, Staff dan karyawan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
8. Bapak Wondo selaku pembimbing lapangan , Bapak Abdillah selaku HRD dan seluruh karyawan PT. Varia Usaha Beton Waru-Sidoarjo.
9. Keluarga, Kedua Orang Tuaku, Bapak dan Ibu tercinta yang mendidik dan merawat hingga dewasa dan senantiasa memberikan nasehat-nasehat, dorongan doa dan kasih sayang selama ini, yang telah memberikan dukungan, semangat dan bantuan baik secara material maupun spiritual dalam memotivasi saya sehingga terselesainya skripsi ini.
10. Kepada seluruh teman-teman yang telah memberikan motivasi dan tenaga dalam proses penyusunan sehingga terselesaikan skripsi ini, khususnya
( Fetry, Chiko, Pop-Mie, Atenk, The-Yenk, Anny, Okky, Dzollim, Haryanto, Deni, Edi, Oyek, Albert, Rizky, Samid, Dedik)
11. Rekan-rekan Angkatan 2006 yang telah mendukung dalam penyusunan laporan.
(4)
Saya menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik sangatlah diharapkan, dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, November 2010 Hormat dari Penulis
(5)
i iv viii xi xiv 1 2 2 3 4 4 5 7 10 11 12 13 14 14
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……….
DAFTAR ISI ………
DAFTAR TABEL ………...
DAFTAR GAMBAR ………...
DAFTAR LAMPIRAN ………...
ABSTRAKSI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………... 1.2. Perumusan Masalah ……… 1.3. Batasan Masalah ………... 1.4. Asumsi-Asumsi ……….. 1.5. Tujuan Penelitian ……… 1.6. Manfaat Penelitian ………. 1.7. Sistematika Penulisan ……….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dan Definisi Pengendalian Kualitas ………...….. 2.2. Tujuan Pengendalian Kualitas …….………... 2.3. Manfaat Pengendalian kualitas ……...……… 2.4. Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas ………..……… 2.5. Alat Dan Teknik Pengujian Kualitas ……….. 2.6. Perangkat Pengendalian Kualitas ………...……… 2.6.1 Lembar Periksa ………...………...………
(6)
16 19 20 22 23 24 26 28 30 31 34 40 40 40 41 42 45 50 50 50 51 52 2.6.2. Data Numerik Atau Kualitatif …………...………...……… 2.6.3. Diagram Sebab Akibat …………...………...………...…
2.7. Fault Tree Analysis ( FTA ) ………...…………
2.7.1. Prinsip Fault Tree ………...………..
2.7.2. Konstruksi Fault Tree ……….………...………..
2.7.3. Konsep Dasar Fault Tree ………...………..
2.7.4. Tahapan Fault Tree Analysis ………...…………...………..
2.7.5. Cut Set Method …………...………..
2.7.6. Langkah-Langkah Pembentukan Cut Set………...….…..
2.7.7. Cut Set Quantitative ………...………..
2.8. Penelitian Terdahulu ………...………...
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 3.2. Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel ………. 3.2.1. Identifikasi Variabel ……….. 3.3. Metode Pengumpulan Data ……… 3.4. Metode Pengolahan Data ………... 3.5. Langkah-Langkah Dan Pemecahan Masalah ……….
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data ………. 4.1.1. Data Jenis Kecacatan Produk dan Jumlah Kecacatan Produk….. 4.1.1.1. Beton Pave ………..………...………... 4.1.1.2. Genteng Beton ………..……..………...………... 4.1.2. Data Sampling Cacat Produk ………..……….
(7)
52 53 54 54 56 58 59 62 65 65 67 70 70 70 73 78 78 91 104 4.1.2.1. Data Sampling Cacat Produk Beton Pave…..………...……... 4.1.2.2. Data Sampling Cacat Produk Genteng Beton…..……...……... 4.2. Identifikasi Kesesuaian Produk Berdasarkan Data Kecacatan Produk
Bagian Quality Control ………..………. 4.2.1. Identifikasi Kesesuaian Produk Beton Pave Berdasarkan Data
Kecacatan Produk Bagian Quality Control………...…..… 4.2.2. Identifikasi Kesesuaian Produk Genteng Beton Berdasarkan
Data Kecacatan Produk Bagian Quality Control……...……..… 4.3. Identifikasi Peristiwa Puncak (Top Event) Kecacatan ……..…………. 4.3.1. Identifikasi Penyebab Top Event Beton Pave………..… 4.3.2. Identifikasi Penyebab Top Event Genteng Beton………..…..… 4.4. Identifikasi Akar Penyebab (Basic Event)……….……. 4.4.1. Identifikasi Akar Penyeba (Basic Event) Beton Pave per Proses
Produksi………..… 4.4.2. Identifikasi Akar Penyeba (Basic Event) Genteng Beton per
Proses Produksi……….……..… 4.5. Pengolahan Data……….…….
4.5.1. Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis……….…………..…
4.5.1.1. Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis Beton Pave….…….
4.5.1.2. Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis Genteng Beton……
4.5.2. Struktur Kecacatan……….………..… 4.5.2.1. Struktur Kecacatan Beton Pave………. 4.5.1.2. Struktur Kecacatan Genteng Beton………..……….. 4.5.3. Perhitungan Probabilitas Kecacatan…..……….……..…
(8)
104 112 120 120 120 122 125 125 129
133 134 4.5.3.1. Perhitungan Probabilitas Kecacatan Beton Pave…….…….…. 4.5.3.2. Perhitungan Probabilitas Kecacatan Genteng Beton………..… 4.6. Hasil Dan Pembahasan ………..……. 4.6.1. Hasil………… ………..………... 4.6.1.1. Beton Pave………..………..…. 4.6.1.2. Genteng Beton………..…. 4.6.2. Pembahasan………..….……… 4.6.2.1. Beton Pave………...…. 4.6.2.2. Genteng Beton………..…..….
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ……….... 5.2. Saran ………...
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
18 18 20 24 29 31 33 33 43 46 55 56 57 58 59 60 61 61 62 63 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram Pareto………. ……….………… Gambar 2.2. Histogram………..………...……….. Gambar 2.3. Contoh Diagram Pareto……….. Gambar 2.4. Contoh AND Gate……….………..……….. Gambar 2.5. Contoh Struktur Cut Set……….………...………. Gambar 2.6. Contoh Pembentukan Cut Set……….. ……….
Gambar 2.7. Contoh Fault Tree Analysis………
Gambar 2.8. Contoh Hasil Akhir Matrik Mininimal Cut Set……….. Gambar 3.1. Fault Tree Diagram………...………... Gambar 3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah……….. Gambar 4.1. Histogram Jumlah Produk Beton Pave Cacat Bulan Mei-Juli 2010.. Gambar 4.2. Diagram Pareto Beton Pave ……….…...…….. Gambar 4.3. Histogram Jumlah Produk Genteng Beton Cacat Bulan Mei-Juli
2010………..………….. Gambar 4.4. Diagram Pareto Genteng Beton ………. Gambar 4.5. Diagram Sebab Akibat Retak Rambut……….……….. Gambar 4.6. Diagram Sebab Akibat Pecah……….….……….. Gambar 4.7. Diagram Sebab Akibat Gumpil……….….…………..….. Gambar 4.8. Diagram Sebab Akibat Berat Tidak Sesuai Standart……...……….. Gambar 4.9. Diagram Sebab Akibat Gumpil……….…………..….. Gambar 4.10. Diagram Sebab Akibat Pecah……….………….…….. Gambar 4.11. Diagram Sebab Akibat Retak Rambut……….………..
(10)
64 70 71 72 73 74 75 76 77 78 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 Gambar 4.12. Diagram Sebab Akibat Berat Tidak Sesuai Standart………...…….. Gambar 4.13. Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Retak Rambut……… Gambar 4.14. Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Pecah………..……… Gambar 4.15. Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Gumpil……...……… Gambar 4.16. Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart….. Gambar 4.17. Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Gumpil………...………… Gambar 4.18. Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Pecah………..……… Gambar 4.19. Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Retak Rambut……… Gambar 4.20. Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart...… Gambar 4.21. Stuktur Bentuk Kecacatan Retak Rambut………..……… Gambar 4.22. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Retak Rambut………... Gambar 4.23. Equivalent Fault Tree Retak Rmbut………...……… Gambar 4.24. Stuktur Bentuk Kecacatan Pecah………..………….………… Gambar 4.25. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Pecah………... Gambar 4.26. Equivalent Fault Tree Pecah………...………...……… Gambar 4.27. Stuktur Bentuk Kecacatan Gumpil………..………...… Gambar 4.28. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Gumpil…………..…... Gambar 4.29. Equivalent Fault Tree Gumpil………...……….…… Gambar 4.30. Stuktur Bentuk Kecacatan Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart ..… Gambar 4.31. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Bentuk Berat Tidak
Sesuai Standart ………... Gambar 4.32. Equivalent Fault Tree Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart ……….. Gambar 4.33. Stuktur Bentuk Kecacatan Gumpil………..………...… Gambar 4.34. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Gumpil………...
(11)
94 95 96 97 97 99 100 101
102 103 104 106 108 110 112 114 116 118 Gambar 4.35. Equivalent Fault Tree Gumpil…….………...……… Gambar 4.36. Stuktur Bentuk Kecacatan Pecah………..………….………… Gambar 4.37. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Pecah……….…... Gambar 4.38. Equivalent Fault Tree Pecah………...………...…… Gambar 4.39. Stuktur Bentuk Kecacatan Retak Rambut………..……… Gambar 4.40. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Retak Rambut………... Gambar 4.41. Equivalent Fault Tree Retak Rambut………...……..………… Gambar 4.42. Stuktur Bentuk Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart ……… Gambar 4.43. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Bentuk Berat Tidak
Sesuai Standart ………...……... Gambar 4.44. Equivalent Fault Tree Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart ………. Gambar 4.45. Probabilitas Bentuk Retak Rambut………...……. Gambar 4.46. Probabilitas Bentuk Pecah………...……. Gambar 4.47. Probabilitas Bentuk Gumpil………...……. Gambar 4.48. Probabilitas Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart……….. Gambar 4.49. Probabilitas Bentuk Gumpil………...…...……. Gambar 4.50. Probabilitas Bentuk Pecah………...…………..…. Gambar 4.51. Probabilitas Bentuk Retak Rambut………...……. Gambar 4.52. Probabilitas Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart………..…...…….
(12)
17 17 27 28 51 51 52 53 54 55 56 57 59 60 60 61 62 63 63 64
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tally Sheet………..………...
Tabel 2.2. Check Sheet……….…………..
Tabel 2.3. Simbol-Simbol Logika (Gerbang) dalam Fault Tree Analysis…….… Tabel 2.4. Simbol-Simbol Kejadian (Logika) dalam Fault Tree Analysis …….... Tabel 4.1. Data Jenis Cacat Poduk dan Jumlah Cacat Produk Beton Pave……... Tabel 4.2. Data Jenis Cacat Poduk dan Jumlah Cacat Produk Genteng Beton….
Tabel 4.3. Sampling Akar Penyebab Cacat Produk Beton Pave……...………….
Tabel 4.4. Sampling Akar Penyebab Cacat Produk Genteng Beton……...…….
Tabel 4.5. Data Produksi dan Cacat Beton Pave……….………..
Tabel 4.6. Persentase Cacat Produk Beton Pave Menurut Jenis Cacat Selama Masa Produksi Bulan Mei-Juli 2010……….
Tabel 4.7. Data Produksi dan Cacat Genteng Beton……….……..………..
Tabel 4.8. Persentase Cacat Produk Genteng Beton Menurut Jenis Cacat Selama Masa Produksi Bulan Mei-Juli 2010……….
Tabel 4.9. Penyebab Cacat Retak Rambut……….
Tabel 4.10. Penyebab Cacat Pecah………..………. Tabel 4.11. Penyebab Cacat Gumpil……...………. Tabel 4.12. Penyebab Cacat Berat Tidak Sesuai Standart………..……. Tabel 4.13. Penyebab Cacat Gumpil……...………. Tabel 4.14. Penyebab Cacat Pecah………..………. Tabel 4.15 Penyebab Cacat Retak Rambut………. Tabel 4.16. Penyebab Cacat Berat Tidak Sesuai Standart…..………….…………
(13)
65 67
79
82
85
88
92
95
98
101 126 127 127
128 129 Tabel 4.17. Jenis dan Jumlah Akar Penyeba Kecacatan Beton Pave…..…………. Tabel 4.18. Jenis dan Jumlah Akar Penyeba Kecacatan Genteng Beton…………. Tabel 4.19. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) dalam Struktur Kecacatan Retak
Rambut……….. Tabel 4.20. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) dalam Struktur Kecacatan
Pecah………. Tabel4.21. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) dalam Struktur Kecacatan
Gumpil.……….. Tabel 4.22. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) dalam Struktur Kecacatan Berat Tidak Sesuai Standart………..……….. Tabel 4.23. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) dalam Struktur Kecacatan
Gumpil……….……….. Tabel 4.24. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) dalam Struktur Kecacatan
Pecah………. Tabel 4.25. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) dalam Struktur Kecacatan Retak
Rambut……….. Tabel 4.26. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) dalam Struktur Kecacatan Berat
Tidak Sesuai Standart………..………….. Tabel 4.27. Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Retak Rambut…... Tabel 4.28. Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Pecah……….…... Tabel 4.29. Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Gumpil……..…... Tabel 4.30. Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Berat Tidak
Sesuai Standart………...…... Tabel 4.31. Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Gumpil……..…...
(14)
130 131
132 Tabel 4.32. Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Pecah………….... Tabel 4.33. Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Retak Rambut…... Tabel 4.34. Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Berat Tidak
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Gambaran Umum Perusahaan dan Sejarah Perusahaan Lampiran II Perhitungan Manual
Lampiran III Skala Probabilitas
Lampiran IV Data Produksi Bulan Mei – Juli 2010
(16)
ABSTRAKSI
Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur pada umumnya mempunyai masalah produk mereka tidak bebas cacat. Sehingga perusahaan harus benar-benar dapat memuaskan pelanggannya dan selalu berupaya mencari solusi terbaru demi memuaskan para pelanggannya. Sehingga memerlukan suatu peningkatan kualitas produk secara berkesinambungan hingga mencapai titik hampir sempurna.
PT. Varia Usaha Beton merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan produk yang dihasilkan adalah beton pave dan genteng beton. Selama ini presentasi kecacatan produksi PT. Varia Usaha Beton diantara 2-5%
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan yang telah disampaikan di atas, yaitu mengetahui cacat produk yang ada di PT. Varia Usaha Beton dan menentukan akar penyebab kecacatan produk dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA), serta memberikan usulan tindakan perbaikan untuk melakukan pencegahan dan mengurangi potensi penyebab kecacatan produk.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis cacat yang berpotensi untuk diadakan analisa untuk beton pave yaitu, jenis kecacatan Retak rambut mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 1 % ,Gumpil mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 0.15 %, Pecah mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 0.58 %, Berat tidak sesuai standart mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 0.85 %, sedangkan pada Genteng beton yaitu jenis kecacatan Gumpil mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 0.94 % , Pecah mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 0.161 %, Retak Rambut mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 0.63 %, Berat tidak sesuai standart mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 0.391 %.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh sebagian besar industri manufaktur di Indonesia agar perusahaan mampu bertahan hidup dalam kompetisi bisnis yang semakin ketat antara lain produk yang mereka produksi selalu tidak sempurna atau tidak bebas cacat (defect free) serta perusahaan harus mampu memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang berkualitas. Untuk itu perlu diciptakan pengawasan pada produk mutlak diimplementasikan sebagai jaminan pada konsumen bahwa produk yang dilemparkan kepasaran memiliki mutu atau kualitas yang baik sehingga manajemen kualitas dari perusahaan berorientasi untuk terus menerus berupaya meningkatkan kualitas dramatik menuju kegagalan nol (zero defect).
PT. Varia Usaha Beton merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan produk yang dihasilkan adalah beton pave
dan genteng beton. Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi PT. Varia Usaha Beton melakukan pengendalian kualitas dengan langkah awal
berupa pengidentifikasian kecacatan produk agar dapat mengurangi kesalahan proses seminimal mungkin. Sedangkan selama ini prosentase kecacatan produk beton pave segi empat abu-abu T6 dan genteng beton elabama yang terjadi dalam proses produksi PT. Varia Usaha Beton melebihi batas standard prosentase kecacatan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 2%. Tetapi yang terjadi di lapangan prosentase kecacatan kurang lebih sebesar 5%. Faktor kecacatan yang sering terjadi pada proses produksi PT. Varia Usaha Beton adalah jenis cacat
(18)
berupa retak rambut, gumpil , pecah, dan berat produk tidak sesuai dengan standart.
Untuk itu, penelitian Tugas Akhir ini akan mengadopsi sebuah metode perbaikan dan peningkatan kualitas yaitu Fault Tree Analysis (FTA). Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa berbagai penyebab kesalahan yang akan dipresentasikan oleh sebuah pohon kecacatan (fault tree) serta menghitung probabilitas terjadinya top event yang diperoleh dari prediksi keandalan peristiwa serta metode cut and tie set untuk mengevaluasi probabilitas kesalahan dalam sistem produksi.
Penggunaan metode Fault Tree Analysis akan dapat mengidentifikasikan cacat produk yang terjadi di perusahaan PT. Varia Usaha Beton, dengan menentukan faktor penyebab kecacatan berdasarkan data kecacatan produk yang dicatat oleh bagian Quality Control sehingga kualitas produk yang baik akan didapatkan dan tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen akan tercapai.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“ Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan kecacatan dari produk beton pave segi empat abu-abu T6 dan genteng beton elabama?”
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(19)
1. Penelitian dilakukan dengan mengambil salah satu produk yang spesifik terjadinya defect (cacat) yaitu beton pave segi empat abu-abu T6 dan genteng beton elabama.
2. Identifikasi jenis kecacatan produk untuk produk beton pave adalah retak rambut,pecah,gumpil,berat tidak sesuai standart dan untuk genteng beton adalah gumpil,pecah,retak rambut,berat tidak sesuai standart
3. Tidak melakukan analisa biaya tentang kerugian yang timbul akibat cacat tidak dibahas dalam penelitian ini.
4. Penelitian ini hanya sebatas untuk mengetahui probabilitas terjadinya top event cacat produk dan memberikan usulan perbaikan kepada perusahaan tanpa diadakan implementasi lebih lanjut.
1.4 Asumsi – Asumsi
Mengingat permasalahan yang terkait dalam kualitas produk ini cukup kompleks, maka untuk menyederhanakan diperlukan asumsi–asumsi sebagai berikut :
1. Teknik sampling yang ditetapkan, telah memenuhi syarat dari bagian Quality Control PT. Varia Usaha Beton.
2. Bahan baku produksi telah lolos uji kualitas dari bagian Quality Control PT. Varia Usaha Beton.
(20)
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan yang telah disampaikan di atas, yaitu dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Menentukan faktor-faktor penyebab kecacatan produk.
2. Mengetahui tingkat kecacatan produk Genteng Beton dan Beton Pave pada proses produksi di PT. Varia Usaha Beton .
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penerapan metode Fault Tree Analysis (FTA), diharapakan pihak perusahaan dapat mengurangi jumlah defect (cacat) produk yang dialami selama ini, serta dapat menggunakan metode ini sebagai alat bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap produk yang dihasilkan sebagai bukti konsistensi perusahaan dalam penerapan standard mutu produk untuk memuaskan keinginan konsumen.
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dengan menerapkan penggunaan metode Fault Tree Analysis (FTA) dalam permasalahan defect
(cacat) yang ada di dalam proses produksi suatu perusahaan. 3. Bagi Universitas
Memberikan referensi tambahan dan perbendaharaan perpustakaan agar berguna di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga berguna sebagai pembanding bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.
(21)
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ialah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah sehingga dapat diketahui mengapa penulis mengambil judul tersebut, batasan masalah untuk membatasi masalah agar terfokus pada masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi–asumsi yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian, manfaat dari penelitian baik untuk penulis, perusahaan maupun universitas, dan sistematika penulisannya. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori produk sesuai dengan obyek yang diteliti juga teori tentang pengendalian kualitas dan teori tentang metode yang
digunakan yaitu Fault Tree Analysis (FTA) untuk mengatasi
permasalahan yang ada didalam perusahaan serta referensi dari penelitian terdahulu yang menggunakan metode FTA.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk pengambilan data, pengolahan data, waktu dan lokasi, variabel-variabel, metode serta penyelesaian masalah yang ada.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengumpulan data, pengolahan data serta pembahasan yang didapat dari perusahaan dan hasil penelitian setelah dilakukan analisa.
(22)
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas kesimpulan dari penelitian dan saran terhadap permasalahan yang ada .
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(23)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Varia Usaha Beton yang berlokasi di Jalan Ledjend S. Parman 38 Waru – Sidoarjo. Untuk waktu Penelitiannya berlangsung mulai bulan Juni 2010 sampai data tercukupi.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang terukur. Identifikasi variabel dari suatu penelitian diperlukan agar mendapatkan ketepatan penelitian, memperkecil kesalahan yang mungkin dapat terjadi dan untuk melakukan penelitian agar lebih terarah dan sistematis. Langkah ini merupakan bagian dari identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan produk Beton Pave Segi Empat Abu-abu T6 dan Genteng Beton Elabama. Kecacatan yang nyata dan sering terjadi pada proses produksi Beton Pave Segi Empat Abu-abu T6 dan Genteng Beton Elabama ada empat macam kecacatan.
3.2.1 Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel didapat dengan melakukan identifikasi proses produksi dengan menggunakan sampling kerja dengan menggunakan variabel bebas dan variabel terikat :
(24)
1. Variabel bebas
Yaitu peristiwa puncak (top event) dalam bentuk probabilitas kecacatan produk. Adapun kecacatan yang nyata pada proses produksi Beton Pave Segi Empat Abu-abu T6 dan Genteng Beton Elabama ada empat macam kecacatan yaitu sebagai berikut:
1. Retak rambut 2. Gumpil 3. Pecah
4. Berat Produk Tidak Sesuai Standart.
2. Variabel terikat
Yaitu akar-akar penyebab kecacatan yang meliputi : a. Bahan baku
b. Manusia (Tenaga Kerja) c. Mesin atau peralatan d. Lingkungan
e. Sistem (metode)
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data selama penelitian, data yang dikumpulkan terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Data Primer
Yaitu data yang di dapat dari penelitian langsung dengan cara mengambil langsung dari sumber yang memberikan informasi, antara lain: jumlah
(25)
kejadian kecacatan proses produksi, dan lain-lain. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Interview
Dengan cara melakukan interview kepada sumber secara langsung, sehingga di dapatkan informasi yang valid.
b. Observasi
Pengamatan secara langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat diketahui jalannya proses dengan jelas.
2. Data Sekunder
Adalah hasil dokumentasi dengan cara mengutip dari catatan-catatan perusahaan, antara lain data jumlah produk, Jumlah kecacatan produk, Jenis kecacatan produk.
3.4 Metode Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah Metode Fault Tree Analysis (FTA), yang menganalisa elemen-elemen penyebab kegagalan suatu sistem dengan menggunakan berbagai perangkat pembentuk meliputi simbol logika.
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data pada studi kasus di PT. Varia Usaha Beton dengan menggunakan metode FTA adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa kejadian yang tidak diinginkan sampai pada akar-akar
penyebabnya yang meliputi penyebab primer yang mengakibatkan terjadinya top event (kejadian utama) dan penyebab sekunder yang mengakibatkan terjadinya penyebab primer.
(26)
2. Menggambarkan akar-akar penyebab tersebut kedalam Fault Tree Diagram (pohon kesalahan) yang berisi simbol-simbol logika (gerbang) kejadian sehingga membentuk suatu keterkaitan satu sama lain.
3. Fault Tree Diagram, akan membentuk kombinasi pohon kesalahan, sehingga diperlukan cut set yang digunakan untuk mengevaluasi diagram tersebut. Hal ini diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem gagal.
Gambar 3.1 Fault Tree Diagram Keterangan :
A:Proses penataan kurang optimal Ao : Lingkungan kurang memadai
A1 : Operator terburu-buru
1 : Bising / Ramai 2 : Suhu udara panas
3 : Operator berpengalaman
Genteng Gumpil
A
A1
Ao
1 2
(27)
4. Untuk mengetahui kombinasi peristiwa terkecil diperlukan minimal cut set. Minimal cut set ini adalah kombinasi peristiwa yang paling kecil yang membawah pada peristiwa yang paling tidak diinginkan atau akar penyebab yang paling terkecil yang berpotensial menyebabkan kecacatan (peristiwa puncak atau top event).
5. Untuk menghitung probabilitas hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal iniditunjukkan dalam rumus berikut ini:
) (S F
F PF
+ =
Keterangan
S = Sukses ( Produk/Proses ) F = Kegagalan ( Failure ) PF = probabilitas kegagalan
Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang, yaitu: untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau masukannya mengalami penjumlahan dan pengurangan.
a.Untuk 2 masukan
B A B A F B A F P P P P P P P P − + = − − −
=1 [(1 )(1 )]
b.Untuk lebih dari 2 masukan
C B A
F P P P
P = + +
Untuk gerbang AND probabilitas masing-masing masukannya dikalikan. 6. Setelah semua diketahui maka akan didapatkan probabilitas peristiwa puncak
dan untuk langkah selanjutnya masing-masing probabilitas dievaluasi melalui matrik dalam minimal cut set. Matrik cut set tersebut selanjutnya akan
(28)
Mulai
dihitung probabilitasnya dengan menggunakan rumus berikut:
∑
= + + + + +≈ P (P1xP2) (P1 P3) (P1 P4) (P3xP4xP5xP6).
PT K
T
P merupakan probabilitas top event dan PK merupakan probabilitas cut set.
3.5 Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini :
Studi Literatur Studi Lapangan
Perumusan Masalah
Identifikasi Variabel Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data : -Jenis Kecacatan Produk
- Data Jumlah Kecacatan Produk - Data Sampling Cacat Produk
Identifikasi Kesesuaian Kecacatan Produk
(Top Event)
(29)
Selesai
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah A
Identifikasi Penyebab Top Event : - Penyebab Primer
- Penyebab Sekunder
Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis
(FTA)
Penentuan Struktur Kecacatan
(Cut Set Method)
Perhitungan Tingkat Kecacatan
( Quantitative Cut Set )
Kesimpulan dan Saran Identifikasi Akar Penyebab
(Basic Event)
(30)
Penjelasan dari langkah-langkah pemecahan masalah dari gambar diatas adalah sebagai berikut :
1. Mulai
Merupakan langkah awal dari penelitian, meliputi kegiatan.
2. Studi Literatur dan Studi Lapangan
Dalam melakukan penelitian, penulis sebelumnya harus melakukan survey atau studi lapangan untuk mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya dan mencari literatur yang akan digunakan sebagai acuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada perusahaan.
3. Perumusan Masalah
Selanjutnya melakukan suatu perumusan masalah sesuai dengan keadaan atau permasalahan yang ada pada perusahaan.
4. Tujuan Penelitian
Selanjutnya menentukan tujuan dari penelitian ini tentunya akan memberikan arah dalam pelaksanaannya. Adapun tujuannya adalah mengetahui cacat yang terjadi, menentukan faktor-faktor penyebabnya agar dapat dilakukan evaluasi dalam pengendalian kualitas produk.
5. Identifikasi Variabel
Selanjutnya adalah menentukan identifikasi variabel yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Identifikasi variabel yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas: peristiwa puncak (top event) dalam bentuk
(31)
b. Variabel terikat: akar-akar penyebab kecacatan yang meliputi bahan baku, manusia, lingkungan dan sistem.
6. Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data-data dari perusahaan yang terdiri dari data kecacatan produk, data kegagalan proses, dan data sampling produk cacat.
a. Data jumlah produk yang didapat dari data pengamatan yang dilakukan oleh bagian produksi.
b. Jenis kecacatan produk didapat dari data pengamatan yang dilakukan oleh bagian produksi yaitu:
- Retak Rambut
- Gumpil
- Pecah
- Berat Produk Tidak Sesuai Standart
c. Data jumlah kecacatan produk yang didapat dari data pengamatan yang dilakukan oleh bagian Quality Control.
7. Identifikasi Kecacatan Produk (Top Event)
Selanjutnya mengidentifikasi peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian puncak kecacatan (Top Event) berdasarkan analisa data kecacatan produksi yang dicatat oleh bagian Quality Control.
8. Identifikasi Penyebab Top Event
Selanjutnya mengidentifikasi penyebab dan akar-akar penyebab terjadinya Top Event melalui penyebab primer dan penyebab sekunder. Hal ini
(32)
dilakukan secara meyeluruh pada pihak karyawan yang melakukan operasi pada masing-masing stasiun kerja operasi.
9. Penentuan Kecacatan (Fault Tree Analysis)
Selanjutnya menentukan kecacatan hingga ke akar-akar penyebabnya dengan menggambarkannya kedalam fault tree diagram beserta simbol-simbol logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau kegagalan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
10.Penentuan Struktur Kecacatan (Cut Set Method)
Selanjutnya fault tree diagram terbeut dievaluasi dengan menggunakan cut set method hingga didapatkan cacat yang lebih spesifik.
11.Perhitungan Tingkat Kecacatan (Quantitative Cut Set)
Setelah dievaluasi, kemudian penyebab kegagalan dihitung nilai probabilitasnya sehingga diketahui seberapa besar tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya terhadap perusahaan untuk masa yang akan datang.
12.Hasil dan Pembahasan
Langkah selanjutnya adalah menganalisa semua data agar lebih sesuai dengan yang telah ditetapkan dan setelah data tersebut valid langkah selanjutnya akan dilakukan pembahasan.
13.Kesimpulan dan Saran
Dari semua yang telah didapat langkah selanjutnya yaitu memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.
(33)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian yang dilakukan di PT. Varia Usaha Beton dengan jenis produk cacat yang diteliti adalah Beton Pave Segi4 Abu-abu T6 dan Genteng Beton Elabama Abu-abu. Pengumpulan data tersebut dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei 2010 sampai dengan data yang diperlukan dalam penelitian sudah terpenuhi.
PT. Varia Usaha Beton dalam berproduksi sejauh ini telah berupaya mengadakan perbaikan untuk mengurangi hasil produk yang cacat dalam proses produksi, namun belum pernah mengidentifikasi lebih jauh tentang penyebab terjadinya kecacatan dalam proses produksi.
4.1.1. Data Jenis Kecacatan Produk Dan Jumlah Kecacatan Produk 4.1.1.1. Beton Pave
Berdasarkan hasil penelitian pada PT. Varia Usaha Beton, diperoleh data jenis kecacatan produk dan cacat produk Beton Pave berdasarkan hasil pemeriksaan bagian quality control PT. Varia Usaha Beton selama 3 bulan (Mei - Juli 2010) dapat dilihat pada tabel 4.1 di halaman berikut :
(34)
Tabel 4.1 Jenis Dan Jumlah Cacat Produk Beton Pave PT. Varia Usaha Beton Bulan Mei – Juli 2010
Jenis kecacatan Jumlah Cacat Produk per Bulan Total
Mei Juni Juli
Retak rambut 540 285 352 1177
Gumpil 314 188 304 806
Pecah 352 220 290 862
Berat Tidak
Sesuai Standart 281 196 258 735
(Sumber: Data Sekunder PT.Varia Usaha Beton)
4.1.1.2. Genteng Beton
Berdasarkan hasil penelitian pada PT. Varia Usaha Beton, diperoleh data jenis kecacatan produk dan cacat produk Genteng Beton berdasarkan hasil pemeriksaan bagian quality control PT. Varia Usaha Beton selama 3 bulan (Mei - Juli 2010) dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Cacat Produk Genteng Beton PT. Varia Usaha Beton Bulan Mei – Juli 2010
Jenis Kecacatan Jumlah Cacat Produk per Bulan Total
Mei Juni Juli
Retak rambut 395 365 88 848
Gumpil 440 475 328 1243
Pecah 408 328 210 946
Berat Tidak
Sesuai Standart 335 348 150 833
(Sumber: Data Sekunder PT.Varia Usaha Beton)
4.1.2. Data Sampling Cacat Produk
Berdasarkan hasil penelitian pada PT. Varia Usaha Beton, diperoleh sampling akar penyebab cacat produk Beton Pave dan Genteng Beton selama 6 hari petama awal proses produksi di PT. Varia Usaha Beton dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 dihalaman selanjutnya :
(35)
4.2. Identifikasi Kesesuaian Produk Berdasarkan Data Kecacatan Produk Bagian Quality Control
Berdasarkan hasil penelitian pada PT. Varia Usaha Beton, diperoleh data cacat produk berdasarkan hasil pemeriksaan bagian quality control PT. Varia Usaha Beton selama 3 bulan (Mei - Juli 2010).
4.2.1. Identifikasi Kesesuaian Produk Beton Pave Berdasarkan Data Kecacatan Produk Bagian Quality Control
Data cacat produk Beton Pave Segi4 Abu-abu T6 berdasarkan hasil pemeriksaan bagian quality control PT. Varia Usaha Beton selama 3 bulan (Mei - Juli 2010) dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5 Jumlah Produksi dan Cacat Beton Pave PT. Varia Usaha Beto Bulan Mei – Juli 2010
Produksi Bulan Mei 2010
Minggu
ke Jenis
Total Produksi (biji) Cacat Produksi % Cacat Produksi 1 Pave segi4 abu-abu T6 14761 428 2.8% 2 Pave segi4 abu-abu T6 15025 350 2.3% 3 Pave segi4 abu-abu T6 14276 377 2.6% 4 Pave segi4 abu-abu T6 14123 332 2.3%
(Sumber: Data Sekunder PT.Varia Usaha Beton) (Data Produksi Bulan Juni-Juli 2010 pada lampiran IV)
Keterangan :
(%) Cacat Produksi / Minggu = 100%
/ / x Minggu ksi Totalprodu Minggu tproduksi JumlahCaca
Contoh : (%) Cacat Produksi ( Mei ) minggu 1 = 100% 2.8% 14761
428
=
(36)
Berdasarkan data kecacatan pada tabel 4.1 dapat digambarkan grafik cacat produk yang terjadi pada perusahaan dengan melihat grafik histogram berikut ini.
Gambar 4.1 Histogram Jumlah Produk Beton Pave Cacat Bulan Mei – Juli 2010
Berdasarkan histogram diatas maka dapat diketahui persentasi cacat produk yang terjadi selama proses produksi bulan Mei - Juli 2010 dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6 Persentase Cacat Produk Beton Pave Menurut Jenis Cacat Selama Masa Produksi Bulan Mei-Juli 2010
No Jenis Cacat Jumlah Cacat
(biji)
Persentasi Cacat (%)
Persentasi Cacat Kumulatif (%)
1 Retak Rambut 1177 100% 32.88%
3580 1177
=
x 32.88
2 Pecah 862 100% 24.08%
350 862
=
x 56.96
3 Gumpil 806 100% 22.51%
3580 806
=
x 79.47
4 Berat tidak sesuai
standart 735 3580 100% 20.53%
735
=
x 100
Jumlah 3580 100
Keterangan :
Presentasi Cacat (%) = x100%
t lJenisCaca JumlahTota
JenisCacat JumlahTiap
*) Contoh : Presentasi Cacat (%) Retak Rambut= 100% 32.88% 3580
1177 =
x
(37)
Berdasarkan hasil perhitungan persen dan persen kumulatif pada tabel 4.6 dapat digambarkan diagram pareto seperti gambar 4.2 berikut ini :
Gambar 4.2 Diagram Pareto Beton Pave
4.2.2. Identifikasi Kesesuaian Produk Genteng Beton Berdasarkan Data Kecacatan Produk Bagian Quality Control
Data cacat produk Genteng Beton Elabama Abu-abu berdasarkan hasil pemeriksaan bagian quality control PT. Varia Usaha Beton selama 3 bulan (Mei - Juli 2010) dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.7 Jumlah Produksi dan Cacat Genteng Beton PT. Varia Usaha Beton Bulan Mei – Juli 2010
Produksi Bulan Mei 2010 Minggu
ke Jenis
Total Produksi (biji)
Cacat Produksi
% Cacat Produksi
1 Elabama abu-abu 14200 370 2.6%
2 Elabama abu-abu 17190 435 2.5%
3 Elabama abu-abu 16780 417 2.4%
4 Elabama abu-abu 15650 356 2.2%
(Sumber: Data Sekunder PT.Varia Usaha Beton) (Data Produksi Bulan Juni-Juli 2010 pada lampiran IV)
(38)
Keterangan :
(%) Cacat Produksi / Minggu = 100%
/ / x Minggu ksi Totalprodu Minggu tproduksi JumlahCaca
Contoh : (%) Cacat Produksi ( Mei ) minggu 1 = 100% 2.6% 14200
370 =
x
Berdasarkan data kecacatan pada tabel 4.2 dapat digambarkan grafik cacat produk yang terjadi pada perusahaan dengan melihat grafik histogram ini.
Gambar 4.3 Histogram Jumlah Produk Genteng Beton Cacat Bulan Mei – Juli 2010
Berdasarkan histogram diatas maka dapat diketahui persentasi cacat produk yang terjadi selama proses produksi bulan Mei - Juli 2010 dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8 Persentase Cacat Produk Genteng Beton Menurut Jenis Cacat Selama Masa Produksi Bulan Mei-Juli 2010
No Jenis Cacat Jumlah Cacat
(biji)
Persentasi Cacat (%)
Persentasi Cacat Kumulatif (%)
1 Gumpil 1243 100% 32.12%
3870 1243
=
x 32.12
2 Pecah 946 100% 24.44%
3870 946
=
x 56.56
3 Retak Rambut 848 100% 21.91%
3870 848
=
x 78.47
4 Berat Tidak Sesuai
Standart 833 3870 100% 21.53%
833
=
x 100
(39)
Keterangan :
Presentasi Cacat (%) = x100%
t lJenisCaca JumlahTota
JenisCacat JumlahTiap
*) Contoh : Presentasi Cacat (%) Gumpil = 100% 32.12% 3870
1243 =
x
*) Contoh : Presentasi Cacat Kumulatif Pecah (%) = 32.12%+24.44% = 56.56% Berdasarkan hasil perhitungan persen dan persen kumulatif pada tabel 4.8 dapat digambarkan diagram pareto seperti gambar 4.4 berikut ini :
Gambar 4.4 Diagram Pareto Genteng Beton
4.3. Identifikasi Peristiwa Puncak (Top Event) Kecacatan
Berdasarkan data kecacatan produk dari bagian quality control dapat ditemukan peristiwa – peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan
top event. Peristiwa tersebut adalah :
1. Beton Pave kecacatannya adalah Retak Rambut, Pecah, Gumpil, dan Berat Tidak Sesuai Standart.
2. Sedangkan Genteng Beton kecacatannya adalah : Gumpil, Pecah, Retak Rambut, dan Berat Tidak Sesuai Standart dan pada
(40)
4.3.1. Identifikasi Penyebab Top Event Pave Beton
Penyebab terjadinya top event dapat diidentifikasi melalui sebab primer dan sebab sekunder yang terdiri dari Retak Rambut dapat dilihat pada tabel 4.9 dan gambar 4.5, untuk top event Pecah pada tabel 4.10 dan gambar 4.6, untuk top event Gumpil pada tabel 4.11 dan gambar 4.7, untuk top event Berat Tidak Sesuai Standart pada tabel 4.12 dan gambar 4.8, sebagai berikut :
Tabel 4.9 Penyebab Retak Rambut
( Sumber : Data Primer diolah PT. Varia Usaha Beton )
Penggambaran sebab-sebab terjadinya Retak Rambut dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini:
Gambar 4.5 Diagram Sebab-Akibat Retak Rambut
Cacat Produk
(Top Event) Sebab Primer Sebab Sekunder
Retak Rambut 1 Proses Pencetakan Kurang Optimal
1 1.1 1.2
Mesin Pencetakan Trouble Mesin Kurang Perawatan Bantalan Cetakan Miring 2
2.1 2.2
Pekerja Ceroboh
Pekerja Kurang Terampil Pekerja Kurang Teliti
Manusia
Mesin
Retak Rambut Pekerja Ceroboh
Pekerja Kurang Teliti
Mesin Pencetakan trouble Pekerja Kurang Terampil
Mesin Kurang Perawatan
(41)
Tabel 4.10 Penyebab Pecah
Cacat Produk
(Top Event) Sebab Primer Sebab Sekunder
Pecah 1 Mesin Kurang
Maksimal
1
1.1
Mesin Terhambat
Mesin Kurang Perawatan 2
2.1
Pekerja Kurang Teliti Pekerja terburu-buru
( Sumber : Data Primer diolah PT. Varia Usaha Beton )
Penggambaran sebab-sebab terjadinya Pecah dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini :
Gambar 4.6 Diagram Sebab-Akibat Pecah
Tabel 4.11 Penyebab Gumpil
Cacat Produk
(Top Event) Sebab Primer Sebab Sekunder
Gumpil 1
Penataan Pemanasan yang Asal-asalan 1 1.1 1.2 Penataan Salah Pekerja Ceroboh
Pekerja Kurang Pengalaman 2
2.1
Lingkungan Tidak Memadai Suhu Udara Panas
( Sumber : Data Primer diolah PT. Varia Usaha Beton ) Mesin
Manusia
Pecah Mesin Terhambat
Pekerja Kurang Teliti Mesin Kurang Perawatan
(42)
Penggambaran sebab-sebab terjadinya Gumpil dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini :
Gambar 4.7 Diagram Sebab-Akibat Gumpil
Tabel 4.12 Penyebab Berat Tidak Sesuai Standart
Cacat Produk
(Top Event) Sebab Primer Sebab Sekunder
Berat Produk Tidak Sesuai Standart 1 Pencampuran Material yang Tidak Sesuai Prosedur 1 1.1 Pekerja Kurang Memperhatikan Prosedur Pekerja Terburu-buru 2 2.1
Perbandingan Bahan Tidak Sesuai Takaran
Semen Terlalu Sedikit Dari Abu Batu dan Fly Ash
( Sumber : Data Primer diolah PT. Varia Usaha Beton )
Penggambaran sebab-sebab terjadinya Berat Produk Tidak Sesuai Standart dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut ini :
Gambar 4.8 Diagram Sebab-Akibat Berat Tidak Sesuai Standart
Gumpil Lingkungan Tidak Memadai
lingkungan Suhu Udara Panas
Manusia
Penataan Salah Pekerja teburu-buru
Pekerja Kurang Pengalaman
Manusia
Mesin
Berat Tidak Sesuai Standart Pekerja Kurang Memperhatikan
Prosedur
Perbandingan Bahan Tidak Sesuai Takaran
Pekerja Terburu-buru
(43)
4.3.2. Identifikasi Penyebab Top Event Genteng Beton
Penyebab terjadinya top event dapat diidentifikasi melalui sebab primer dan sebab sekunder yang terdiri dari Gumpil dapat dilihat pada tabel 4.13 dan gambar 4.9, untuk top event Pecah pada tabel 4.14 dan gambar 4.10, untuk top event Retak Rambut pada tabel 4.15 dan gambar 4.11, untuk top event Berat Tidak Sesuai Standart pada tabel 4.16 dan gambar 4.12, sebagai berikut :
Tabel 4.13 Penyebab Gumpil
( Sumber : Data Primer diolah PT. Varia Usaha Beton )
Penggambaran sebab-sebab terjadinya Gumpil dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut ini :
Gambar 4.9 Diagaram Sebab-Akibat Gumpil
Cacat Produk
(Top Event) Sebab Primer Sebab Sekunder
Gumpil 1 Penataan Salah
1 1.1 1.2
Penataan Pemanasan Sembarangan Pekerja Terburu-buru
Pekerja Ceroboh 2
2.1
Lingkungan Tidak Memadai Suhu Udara Panas
Manusia Suhu Udara Panas
Lingkungan Tidak Memadai
Pekerja Terburu-buru
Pekerja Ceroboh
Penataan Pemanasan Sembarangan Lingkungan
(44)
Tabel 4.14 Penyebab Pecah
Cacat Produk
(Top Event) Sebab Primer Sebab Sekunder
Pecah 1
Proses Perendaman Tidak Sesuai Prosedur 1 1.1 1.2 1.3
Pekerja Kurang Pengalaman Pekerja Kurang Teliti Pekerja Kurang Terampil Pekerja ceroboh
2 2.1 2.2
Umur Genteng Belum Lama Waktu Perendaman Kurang Frekuensi Air Kurang
( Sumber : Data Primer diolah. Varia Usaha Beton )
Penggambaran sebab-sebab terjadinya Pecah dapat dilihat pada gambar 4.10 berikut ini:
Gambar 4.10 Diagram Sebab-Akibat Pecah
Tabel 4.15 Penyebab Retak Rambut
( Sumber : Data Primer diolah PT. Varia Usaha Beton )
Penggambaran sebab-sebab terjadinya Retak Rambut dapat dilihat pada gambar 4.11 berikut ini :
Cacat Produk
(Top Event) Sebab Primer Sebab Sekunder
Retak Rambut 1
Proses Pencetakan Kurang Optimal
1 1.1
Mesin Pencetakan Trouble Setting Mesin Kurang Tepat 2
2.1
Pekerja Asal-asalan Pekerja Ceroboh
Pecah Umur Genteng Belum Lama
Frekuensi Air Kurang Metode Waktu Perendaman Kurang
Manusia
Pekerja Kurang Pengalaman Pekerja Kurang Terampil
Pekerja Ceroboh Pekerja Kurang Teliti
(45)
Gambar 4.11 Diagram Sebab-Akibat Retak Rambut
Tabel 4.16 Penyebab Berat Tidak Sesuai Standart
Cacat Produk
(Top Event) Sebab Primer Sebab Sekunder
Berat Produk Tidak Sesuai Standart 1 Pencampuran Bahan Tidak Optimal 1 1.1 1.2 Pengerjaan Asal-asalan Pekerja Terburu-buru
Pekerja Kurang Pengalaman
2 2.1
Perbandingan Bahan Tidak Sesuai Standart
Semen Terlalu Sedikit Dari Abu Batu Dan Fly Ash
( Sumber : Data Primer diolah PT. Varia Usaha Beton )
Penggambaran sebab-sebab terjadinya Berat Produk Tidak Sesuai Standart dapat dilihat pada gambar 4.12 berikut ini :
Gambar 4.12 Diagram Sebab-Akibat Berat Produk Tidak Sesuai Standart Manusia
Retak Rambut Pekerja Asal-asalan
Mesin Pencetakan Trouble Mesin Terhambat Pekerja Ceroboh Mesin Manusia Mesin Berat Produk Tidak Sesuai Pekerja Kurang Pengalaman
Pengerjaan Asal-Asalan
Perbandingan Bahan Tidak Sesuai Standart
Pekerja Terburu-buru
Semen Terlalu Sedikit Dari Abu Batu Dan Fly Ash
(46)
4.4. Identifikasi Akar Penyebab (Basic Event)
4.4.1. Identifikasi Akar Penyebab (Basic Event) Pave Beton Per Proses Produksi
Setelah mengidentifikasi akar penyebab yang mengakibatkan terjadinya peristiwa – peristiwa yang tidak diinginkan maka dilakukan pengamatan berapa banyak akar penyebab terjadi setiap proses ditunjukkan pada tabel 4.17
Tabel 4.17 Jenis dan Jumlah Akar Penyebab Kecacatan Beton Pave
Akar Penyebab Frekuensi Kejadian Cacat Produk Per buah (F) Jumlah Produk Sukses (S) Total Produksi (F+S) 1. Suhu udara panas
2. Bantalan cetakan kurang tepat
3. Cetakan kurang bersih 4. Pekerja kurang teliti 5. Perawatan mesin kurang 6. Pekerja kurang terampil 7. Pekerja terburu-buru 8. Pekerja kurang
pengalaman 9. Pekerja ceroboh
8.33 11.67 26.67 30.17 19.33 8.5 14.5 11 8.5 5677 5677 5677 5677 5677 5677 5677 5677 5677 5685.33 5688.67 5703.67 5707.17 5696.33 5685.5 5691.5 5688 5685.5 (Sumber: Data Primer diolah PT. Varia Usaha Beton)
Adapun penjelasan dari akar penyebab yang mengakibatkan terjadinya peristiwa – peristiwa yang tidak diinginkan adalah sebagai berikut:
1. Suhu Udara Panas
Ini dikarenakan ventilasi yang kurang sehingga sirkulasi udara kurang. 2. Bantalan Cetakan Kurang Tepat
Pada proses pencetakan letak bantalan cetakan sangat mempengaruhi terjadinya cacat karena apabila bantalan cetakan kurang tepat maka retak rambut atau pecah pada pave beton kemungkinan besar dapat terjadi.
(47)
3. Cetakan Kurang Bersih
Dalam proses pencetakan genteng yang digunakan harus dalam keadaan bersih agar produk yang dihasilkan tidak mengalami banyak cacat atau sesuai yang diinginkan operator harus lebih teliti dalam membersihkan cetakan.
4. Pekerja Kurang Teliti
Operator kurang teliti didalam mengoperasikan mesin yang ada dalam proses produksi karena kurang konsentrasi dalam operasi tersebut. Kadangkala pekerja tidak melakukan proses operasi sesuai dengan prosedur perusahaan.
5. Perawatan Mesin Kurang
Pada proses produksi peran mesin sangat penting , apabila perawatan mesin kurang dan lalai dalam merawat mesin maka kinerja mesin menurun dan produksi berkurang.
6. Pekerja Kurang Terampil
Operator belum bisa menjalankan prosedur kerja secara tepat dikarenakan akan operator masih belum cukup pengalaman dalam menjalankan proses produksi.
7. Pekerja terburu-buru
Dalam hal ini operator kurang mendapatkan pelatihan dan pengajaran sehingga operator sering melakukab kesalahan.
8. Pekerja Kurang Pengalaman
Dalam hal ini operator ini dilakukan kurang mendapatkan pelatihan dan pengajaran sehingga operator sering melakukan kesalahan.
(48)
9. Pekerja Ceroboh
Saat pemanasan dilakukan, pekerja tidak memperhatikan dalam merawat beton pave saat terkena air hujan yang mana beton pave belum kering atau belum kuat karena baru keluar dari proses perendaman. Selain itu pekerja sangat tidak berhati-hati dalam membawa beton pave dari proses perendaman ke proses pemanasan sehingga sering kali membuat beton pave pecah atau gumpil
4.4.2. Identifikasi Akar Penyebab (Basic Event) Genteng Beton Per Proses Produksi
Setelah mengidentifikasi akar penyebab yang mengakibatkan terjadinya peristiwa – peristiwa yang tidak diinginkan maka dilakukan pengamatan berapa banyak akar penyebab terjadi setiap proses ditunjukkan pada tabel 4.18
Tabel 4.18 Jenis dan Jumlah Akar Penyebab Kecacatan Genteng Beton
Akar Penyebab Frekuensi Kejadian Cacat Produk Per buah (F) Jumlah Produk Sukses (S) Total Produksi (F+S) 1. Pekerja kurang terampil
2. Seting mesin kurang tepat 3. Cetakan kurang bersih 4. Pekerja kurang teliti 5. Suhu tidak panas
6. Waktu perendaman kurang 7. Pekerja kurang pengalaman 8. Pekerja terburu-buru 9. Waktu pengeringan kurang 10.Pekerja ceroboh
12 21.83 13.67 18.83 9.16 9 8.5 13 26 16.83 5523 5523 5523 5523 5523 5523 5523 5523 5523 5523 5535 5544.83 5536.67 5541.83 5532.16 5532 5531.5 5536 5549 5539.83 (Sumber: Data Primer diolah PT Varia Usaha Beton)
Adapun penjelasan dari akar penyebab yang mengakibatkan terjadinya peristiwa – peristiwa yang tidak diinginkan adalah sebagai berikut:
(49)
1. Pekerja Kurang Terampil
Operator belum bisa menjalankan prosedur kerja secara tepat dikarenakan akan operator masih belum cukup pengalaman dalam menjalankan proses produksi.
2. Setting Mesin Kurang Tepat
Penyetingan mesinyang tidak sesuai disebabkan oleh faktor manusia yang kurang konsentrasi dalam bekerja, sehingga mengakibatkan mesin bekerja kurang optimal.
3. Cetakan Kurang Bersih
Dalam proses pencetakan genteng yang digunakan harus dalam keadaan bersih agar produk yang dihasilkan tidak mengalami banyak cacat atau sesuai yang diinginkan operator harus lebih teliti dalam membersihkan cetakan.
4. Pekerja Kurang Teliti
Operator kurang teliti didalam mengoperasikan mesin yang ada dalam proses produksi karena kurang konsentrasi dalam operasi tersebut. Kadangkala pekerja tidak melakukan proses operasi sesuai dengan prosedur perusahaan.
5. Suhu Udara Panas
Ini dikarenakan ventilasi yang kurang sehingga sirkulasi udara kurang. 6. Waktu Perendaman Kurang
Pada prose perendaman genteng waktu yang dibutuhkan sekitar 1x24 jam ini dilakukan agar genteng mempunyai kekuatanyang tinggi dan tidak
(50)
gampang pecah. Selain itu hal ini juga menghindari agar genteng apabila terkena air hujan tidak bocor atau tembus.
7. Pekerja Kurang Pengalaman
Dalam hal ini operator ini dilakukan kurang mendapatkan pelatihan dan pengajaran sehingga operator sering melakukan kesalahan.
8. Pekerja Terburu-buru
Adanya target perhari dan waktu baku yang minim membuat masing-masing operator sangat disibukkan oleh aktivitasnya sehingga terkesan terburu-buru dalam melakukan operasi dan hal ini mengakibatkan produk yang dihasilkan kurang baik atau tidak sesuai standart yang ditetapkan dan inspeksi yang terjadi sangat minim
9. Waktu Pengeringan Kurang
Pada proses pengeringan genteng waktu yang dibutuhkan 3x24 jam. Pada proses ini genteng dijemur agar kuat dan tidak bocor serta kekuatan genteng yang kokoh dan sempurna
10.Pekerja Ceroboh
Saat pemanasan dilakukan, pekerja tidak memperhatikan dalam merawat genteng saat terkena air hujan yang mana genteng belum kering atau belum kuat karena baru keluar dari proses perendaman. Selain itu pekerja sangat tidak berhati-hati dalam membawa genteng dari proses perendaman ke proses pemanasan sehingga sering kali membuat genteng pecah atau gumpil
(51)
4.5. Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan selanjutnya data tersebut diolah hingga menemukan pemecahan dari masalah yang diambil yaitu tingkat kecacatan untuk masing-masing peristiwa yang tidak diinginkan dengan mengikuti langkah-langkah dalam fault tree analysis yaitu :
4.5.1. Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis
4.5.1.1. Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis Beton Pave
Analisa pertama yang dilakukan adalah menggambarkan penyebab-penyebab terjadinya retak rambut, pecah, gumpil, dan berat tidak sesuai standart dalam simbol-simbol logika, yaitu:
1. Retak Rambut. Peristiwa-peristiwa pembentuk terjadinya bentuk retak rambut:
Gambar 4.13 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Retak Rambut
Keterangan :
A : Proses pencetakan kurang optimal.
0
A : Mesin pencetakan trouble.
1
A : Pekerja asal-asalan.
1 : Mesin kurang perawatan
A0
1
Retak Rambut
A
2 3
4
A1
(52)
2 : Bantalan Cetakan Miring
3 : Cetakan Kotor.
4 : Pekerja terbur-buru
5 : Pekerja kurang teliti
Retak rambut disebabkan oleh poses pencetakan kurang optimal. Hal ini disebabkan mesin pencetakan trouble, pekerja terburu-buru sehingga pekerja asal-asalan pada saat pencetakan. Berbagai sebab yang menimbulkannya yaitu mesin kurang perawatan, bantalan cetakan miring, cetakan kotor dan pekerja kurang teliti.
2. Pecah. Peristiwa-peristiwa pembentuk terjadinya bentuk pecah:
Gambar 4.14 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Pecah
Keterangan :
A : Proses pencetakan tidak sempurna. Ao : Setting mesin salah
A1 : Pekerja kurang terampil
1 : Perawatan mesin kurang
2 : Pekerja terburu-buru.
A0
Pecah
A
1
A1
(53)
Penyebab pecah yaitu proses pencetakan tidak sempurna dikarenakan pekerja kurang terampil, pekerja terburu-buru sehingga pekerja pada saat menyetting mesin salah. Hal ini disebabkan pekerja kurang terampil dan perawatan mesin kurang.
3. Gumpil. Peristiwa-peristiwa pembentuk terjadinya bentuk gumpil :
Gambar 4.15 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Gumpil
Keterangan :
A : Proses penataan yang asal-asalan
0
A : Pekerja terburu-buru.
1
A : Lingkungan tidak memadai.
1 : Pekerja ceroboh.
2 : Pekerja kurang pengalaman
3 : Suhu udara panas.
Terjadinya gumpil disebabkan oleh proses penataan yang asal-asalan dikarenakan pekerja terburu-buru. Ada dua peristiwa yang menyebabkannya yaitu pertama pekerja ceroboh dan kedua pekerja kurang pengalaman dalam penataan. Penyebab kedua linkungan tidak memadai dikarenakan suhu udara panas.
A0 A1
1
Gumpil
A
(54)
4. Berat Tidak Sesuai Standart. Peristiwa-peristiwa pembentuk terjadinya bentuk berat tidak sesuai standart :
Gambar 4.16 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart
Keterangan :
A : Proses pencampuran bahan tidak optimal. Ao : Pekerja terburu-buru
A1 : Mesin trouble
1 : Pekerja kurang teliti
2 : Perawatan mesin kurang.
Penyebab berat tidak sesuai standart yaitu proses pencampuran bahan tidak optimal dikarenakan pekerja terburu-buru, perawatan mesin kurang sehingga mengakibatkan mesin trouble. Hal ini disebabkan pekerja kurang teliti..
4.5.1.2. Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis Genteng Beton
Analisa pertama yang dilakukan adalah menggambarkan penyebab-penyebab terjadinya gumpil, pecah, retak rambut, dan berat tidak sesuai standart dalam simbol-simbol logika, yaitu
A0
Berat Tidak Sesuai Standart
A
1
A1
(55)
1. Gumpil. Peristiwa-peristiwa pembentuk terjadinya bentuk gumpil:
Gambar 4.17 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Gumpil Keterangan :
A :Penataan produk kurang optimal.
0
A : Pekerja kurang pengalaman.
1
A : Lingkungan tidak memadai.
1 : Pekerja terburu-buru.
2 : Pekerja ceroboh.
3 : Suhu udara panas.
Terjadinya gumpil disebabkan oleh proses penataan produk kurang optimal dikarenakan pekerja kurang pengalaman. Ada dua peristiwa yang menyebabkannya yaitu pertama pekerja terburu-buru dan kedua pekerja ceroboh. Penyebab kedua lingkungan tidak memadai dikarenakan suhu udara panas.
A0 A1
1
Gumpil
A
(56)
2. Pecah. Peristiwa-peristiwa pembentuk terjadinya bentuk pecah:
Gambar 4.18 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Pecah
Keterangan :
A : Pengerjaan yang asal-asalan. Ao : Pekerja kurang pengalaman. A1 : Proses pengerjaan kurang optimal..
1 : Pekerja kurang teliti
2 : Pekerja kurang terampil.
3 : Pekerja ceroboh.
4 : Waktu perendaman kurang
5 : Waktu pengeringan kurang
Pecah disebabkan oleh pengerjaan yang asal-asalan. Hal ini disebabkan pekerja kurang pengalaman, waktu perendaman kurang sehingga proses pengerjaan kurang optmal. Berbagai sebab yang menimbulkannya yaitu pekerja kurang teliti, pekerja kurang terampil dan waktu pengeringan kurang.
A0
1
Pecah
A
2 3
4
A1
(57)
3. Retak Rambut. Peristiwa-peristiwa pembentuk terjadinya bentuk retak rambut :
Gambar 4.19 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Retak Rambut
Keterangan :
A : Proses pencetakan kurang optimal.
0
A : Mesin pencetakan trouble.
1
A : Pekerja asal-asalan.
1 : Setting mesin kurang tepat.
2 : Cetakan kurang bersih.
3 : Pekerja ceroboh.
Terjadinya retak rambut disebabkan oleh proses pencetakan kurang optimal dikarenakan mesin pencetakan trouble. Ada dua peristiwa yang menyebabkannya yaitu pertama setting mesin kurang tepat dan kedua cetakan kurang bersih. Penyebab kedua pekerja sal-asalan dikarenakan pekerja ceroboh.
A0 A1
1 2
Retak Rambut
A
(58)
4. Berat Tidak Sesuai Standart. Peristiwa-peristiwa pembentuk terjadinya bentuk berat tidak sesuai standart:
Gambar 4.20 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart
Keterangan :
A : Pencampuran bahan tidak optimal
Ao : Pengerjaan asal-asalan
A1 : Mesin kurang optimal
1 : Pekerja terburu-buru
2 : Pekerja ceroboh
3 : Setting mesin kurang tepat
Berta tidak sesuai standart disebabkan oleh pencampuran bahan tidak optimal. Hal ini disebabkan pengerjaan asal-asalan, setting mesin kurang tepat sehingga mesin kurang optimal. Berbagai sebab yang menimbulkannya yaitu pekerja terburu-buru dan pekerja ceroboh.
A0 A1
1
Berat Tidak Sesuai Standart
A
2
(59)
4.5.2. Struktur Kecacatan
4.5.2.1. Struktur Kecacatan Beton Pave
Bentuk struktur dari pohon kesalahan pada masing-masing jenis cacat yang terjadi, agar dapat ditemukan susunan kesalahan yang paling minimal. Berikut pembentukan struktur dengan menggunakan cut set untuk masing-masing kecacatan :
1. Retak Rambut. Pembentukan struktur kecacatan dengan menggunakan
pohon kesalahan (fault tree diagram) dan cut set untuk kejadian bentuk retak rambut.
Gambar 4.21 Struktur Kecacatan Bentuk Retak Rambut
Simbol-simbol (huruf) pada masing-masing gerbang akan dijelaskan pada tabel 4.19 berikut ini.
a
b
c A0
1
Retak Rambut
A
2 3
4
A1
d
(60)
Tabel 419 Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur Kecacatan Retak Rambut
Simbol Keterangan
a.
Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan kejadian retak rambutdengan penyebabnya.
b.
Huruf pengganti gerbang OR yang menghubungkan kejadian proses pencetakan kurang optimal dengan penyebabnya.
c.
Huruf pengganti gerbang OR yang menghubungkan kejadian mesin pencetakan trouble dengan penyebabnya.
d.
Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan kejadian pekeja asal-asalan dengan penyebabnya.
1. Gerbang OR : Pemetaan dalam matrik berarah vertikal dan menggambarkan kejadian yang terjadi secara tidak serempak.
2. Gerbang AND: Pemetaan dalam matrik berarah horizontal dan menggambarkan kejadian yang terjadi secara bersama-sama.
Setelah gerbang dalam fault tree diagram diberi tanda dengan
menggunakan huruf ( a, b, c dan d) maka huruf tersebut dimasukkan ke dalam matrik cut set sesuai dengan prosedur cut set method yang sudah ditetapkan, sehingga bentuk matrik cut set dari fault tree diagram untuk kejadian bentuk retak rambutadalah sebagai berikut:
(61)
Gambar 4.22. Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set untuk Retak Rambut
Kejadian retak rambut diturunkan (break down) melalui gerbang AND yang disimbolkan dengan huruf (a) menjadi kejadian penyebab kecacatan yaitu proses pencetakan kurang optimal (b), kejadian ini dikarenakan mesin pencetakan trouble (c) dan pekerja asal-asalan (d) digambarkan dengan gerbang OR, sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara vertikal karena kedua penyebab terjadi tidak secara bersamaan melainkan salah satu penyebab terjadi terlebih dahulu.
Dimana kejadian mesin pencetakan trouble (c) dikarenakan perawatan mesin kurang, bantalan cetakan kurang tepat dan cetakan kurang bersih sesuai digambarkan dengan gerbang OR, sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara vertikal karena ketiga penyebab terjadi tidak secara bersamaan melainkan salah satu penyebab terjadi terlebih dahulu.
Sedangkan pada penyebab kecacatan pada kejadian pekerja asal-asalan (d) dikarenakan pekerja terburu-buru dan pekerja kurang teliti sesuai digambarkan dengan gerbang AND sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara horizontal karena kedua penyebab terjadi secara bersamaan.
a
b
c
d
1 2
3
d
1
2
3
(62)
Hasil dari minimal cut set digambar kembali dalam fault tree diagram
yang disebut equivalent fault tree agar dapat diketahui secara jelas hasil evaluasi dari fault tree diagram sebelumnya. Dalam equivalent fault tree ini akar penyebab 1,2,3,4, dan 5 membentuk gerbang OR. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.23 berikut :
Gambar 4.23 Equivalent Fault Tree Retak Rambut
Setelah melakukan evaluasi terhadap hasil minimal cut set maka dapat dianalisa bahwa pembentuk terjadinya retak rambut adalah terdiri dari satu penyebab primer dan 5 (lima) penyebab dasar (akar penyebab). Dimana akar penyebab 1, 2, 3, 4, dan 5 secara tidak besamaan membentuk terjadinya retak rambut.
Bentuk struktur kecacatan dari pohon kesalahan (fault tree diagram) pada masing-masing jenis cacat yang terjadi dalam proses produksi, agar dapat ditemukan susunan kesalahan yang paling minimal yang dapat menyebabakan terjadinya kecacatan.
Retak Rambut
(63)
2. Pecah. Pembentukan struktur kecacatan dengan menggunakan pohon kesalahan (fault tree diagram) dan cut set untuk kejadian bentuk Pecah.
Gambar 4.24 Struktur Kecacatan Bentuk Pecah.
Simbol-simbol (huruf) pada masing-masing gerbang akan dijelaskan pada tabel 4.20 berikut ini.
Tabel 4.20 Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur Kecacatan Pecah
Simbol Keterangan
a Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan bentuk Pecah
dengan penyebabnya.
b Huruf pengganti gerbang OR yang menghubungkan kejadian Proses
pencetakan tidak sempurna dengan penyebabnya.
c Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan kejadian Setting mein salah dengan penyebabnya.
d Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan kejadian pekerja kurang terampil dengan penyebabnya.
1. Gerbang OR : Pemetaan dalam matrik berarah vertikal dan
menggambarkan kejadian yang terjadi secara tidak serempak.
a
b
c A0
Pecah
A
1 2
A1
(64)
2. Gerbang AND : Pemetaan dalam matrik berarah horizontal dan menggambarkan kejadian yang terjadi secara bersama-sama.
Setelah gerbang dalam fault tree diagram diberi tanda dengan
menggunakan huruf ( a, b, c, dan d) maka huruf tersebut dimasukkan ke dalam
matrik cut set sesuai dengan prosedur cut set method yang sudah ditetapkan, sehingga bentuk matrik cut set dari fault tree diagram untuk kejadian pecah
Gambar 4.25 Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set untuk Pecah
Kejadian Pecah diturunkan (break down) melalui gerbang AND yang disimbolkan dengan huruf (a) menjadi kejadian penyebab kecacatan yaitu Proses pencetakan tidak sempurna (b), kejadian ini dikarenakan setting mesin salah (c), dan pekerja kurang terampil (d) digambarkan dengan gerbang OR, sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara vertical karena kedua penyebab terjadi tidak secara bersamaan melainkan salah satu penyebab terjadi terlebih dahulu.
Pada penyebab kecacatan pada kejadian Setting mesin salah (c) digambarkan dengan gerbang AND sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara horizontal karena penyebab dasar yaitu perawatan mesin kurang terjadi secara bersamaan.
a
b
c
d
1 d
1 2
(65)
Sedangkan pada penyebab kecacatan pada kejadian pekerja kurang terampil (d) digambarkan dengan gerbang AND sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara horizontal karena penyebab dasar yaitu pekerja terburu-buru terjadi secara bersamaan.
Hasil minimal cut set digambarkan kembali dalam fault tree diagram
yang telah disederhanakan yang disebut dengan equivalent fault tree, yang dapat dilihat pada gambar 4.26, agar dapat diketahui secara jelas hasil evaluasi dari
fault tree diagram sebelumnya. Dalam equivalent fault tree, akar penyebab 1,2, dan 3 yang membentuk gerbang OR.
Gambar 4.26 Equivalent Fault Tree Pecah
Setelah melakukan evaluasi terhadap hasil minimal cut set maka dapat dianalisa bahwa pembentuk terjadinya pecah adalah terdiri dari 1 (satu) penyebab primer dan 3 penyebab dasar (akar penyebab). Dimana akar penyebab 1, 2, dan 3 secara tidak bersamaan membentuk terjadinya pecah.
1
Pecah
(66)
3. Gumpil. Pembentukan struktur kecacatan dengan menggunakan pohon kesalahan (fault tree diagram) dan cut set untuk kejadian bentuk gumpil.
Gambar 4.27 Struktur Kecacatan Bentuk Gumpil
Simbol-simbol (huruf) pada masing-masing gerbang akan dijelaskan pada tabel 4.21 berikut ini.
Tabel 4.21 Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur Kecacatan Gumpil
Simbol Keterangan
a Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan Gumpil dengan
penyebabnya.
b Huruf pengganti gerbang OR yang menghubungkan kejadian Proses
penataan yang asal-asalan dengan penyebabnya.
c Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan kejadian
Pekerja terburu-buru dengan penyebabnya.
d Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan kejadian
Lingkungan tidak memadai dengan penyebabnya.
1. Gerbang OR : Pemetaan dalam matrik berarah vertikal dan menggambarkan kejadian yang terjadi secara tidak serempak.
A0 A1
1
Gumpil
A
2 3
a
b
(67)
2. Gerbang AND: Pemetaan dalam matrik berarah horizontal dan menggambarkan kejadian yang terjadi secara bersama-sama.
Setelah gerbang dalam fault tree diagram diberi tanda dengan
menggunakan huruf ( a, b, c, dan d) maka huruf tersebut dimasukkan ke dalam matrik cut set sesuai dengan prosedur cut set method yang sudah ditetapkan, sehingga bentuk matrik cut set dari fault tree diagram untuk kejadian bentuk kejadian Gumpil adalah sebagai berikut :
Gambar 4.28 Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set untuk Gumpil
Kejadian gumpil diturunkan (break down) melalui gerbang AND yang disimbolkan dengan huruf (a) menjadi kejadian penyebab kecacatan yaitu Proses penataan yang asal-asalan (b), kejadian ini dikarenakan Pekerja terburu-buru (c) dan Lingkungan tidak memadai (d) digambarkan dengan gerbang OR, sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara vertikal karena kedua penyebab terjadi tidak secara bersamaan melainkan salah satu penyebab terjadi terlebih dahulu.
Pada penyebab kecacatan pada kejadian Pekerja terburu-buru (c) dengan gerbang AND, sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara horizontal karena kedua penyebab terjadi secara bersamaan.
a
b
c
d
1 2
3
1 2
d
(68)
Kemudian untuk penyebab kecacatan pada kejadian Lingkungan tidak memadai (d) digambarkan dengan gerbang AND sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara horizontal karena penyebab dasar yaitu suhu udara panas terjadi secara bersamaan.
Hasil dari minimal cut set digambar kembali dalam fault tree diagram
yang disebut equivalent fault tree agar dapat diketahui secara jelas hasil evaluasi dari fault tree diagram sebelumnya. Dalam equivalent fault tree ini akar penyebab 1, 2, dan 3 membentuk gerbang OR. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.29 berikut :
Gambar 4.29 Equivalent Fault Tree Gumpil
Setelah melakukan evaluasi terhadap hasil minimal cut set maka dapat dianalisa bahwa pembentuk terjadinya gumpil adalah terdiri dari satu penyebab primer dan tiga penyebab dasar (akar penyebab). Dimana akar penyebab 1, 2, dan 3 secara tidak bersamaan membentuk terjadinya gumpil.
3
Gumpil
(69)
4. Berat Tidak Sesuai Standart. Pembentukan struktur kecacatan dengan menggunakan pohon kesalahan (fault tree diagram) dan cut set untuk kejadian bentuk berat tidak sesuai standart.
Gambar 4.30 Struktur Kecacatan Bentuk Berat Tidak Sesuai Standart.
Simbol-simbol (huruf) pada masing-masing gerbang akan dijelaskan pada tabel 4.22 berikut ini.
Tabel 4.22 Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur Kecacatan Berat Tidak Sesuai Standart
Simbol Keterangan
a Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan bentuk Berat
tidak sesuai standart dengan penyebabnya.
b Huruf pengganti gerbang OR yang menghubungkan kejadian Proses
pencampuran bahan tidak optimal dengan penyebabnya.
c Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan kejadian Pekerja terburu-buru dengan penyebabnya.
d Huruf pengganti gerbang AND yang menghubungkan kejadian Mesin
troubel dengan penyebabnya.
a
b
c A0
Berat Tidak Sesuai Standart
A
1 2
A1
(70)
1. Gerbang OR : Pemetaan dalam matrik berarah vertikal dan menggambarkan kejadian yang terjadi secara tidak serempak.
2. Gerbang AND : Pemetaan dalam matrik berarah horizontal dan
menggambarkan kejadian yang terjadi secara bersama-sama.
Setelah gerbang dalam fault tree diagram diberi tanda dengan
menggunakan huruf ( a, b, c, dan d) maka huruf tersebut dimasukkan ke dalam
matrik cut set sesuai dengan prosedur cut set method yang sudah ditetapkan, sehingga bentuk matrik cut set dari fault tree diagram untuk kejadian pecah
Gambar 4.31 Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set untuk Berat Tidak Sesuai Standart
Kejadian Pecah diturunkan (break down) melalui gerbang AND yang disimbolkan dengan huruf (a) menjadi kejadian penyebab kecacatan yaitu Proses pencampuran bahan tidak optimal (b), kejadian ini dikarenakan pekerja terburu-buru (c), dan mesin troubel (d) digambarkan dengan gerbang OR, sehingga dalam matrik cut set digambarkan secara vertical karena kedua penyebab terjadi tidak secara bersamaan melainkan salah satu penyebab terjadi terlebih dahulu.
Pada penyebab kecacatan pada kejadian Pekerja terburu-buru (c) digambarkan dengan gerbang AND sehingga dalam matrik cut set digambarkan
a
b
c
d
1 d
1 2
(1)
Tabel 4.32 Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Pecah
Akar Penyebab Probabilitas Deskripsi Keadaan Tindakan Perbaikan
Bagian yang dikoreksi (diperhatikan)
Pekerja kurang
teliti 0.0034
Selain pekerja jarang memperhatikan prosedur proses produksi, mereka juga kurang teliti dalam hal proses produksi pada produk genteng.
Sebaiknya PT.Varia Usaha Beton mengadakan suatu training yaitu pelatihan untuk para pekerja. Khususnya dalam hal ini ketelitian dalam hal mengatasi masalah yang mungkin muncul selama proses produksi berjalan. Tenaga Kerja Pekerja Kurang Terampil 0.0021
Pekerja belum bisa menjalankan prosedur kerja secara tepat
dikarenakan pekerja masih beum cukup pengalaman dalam menjalan ka proses produksi
Sebaiknya PT. Varia Uasaha Beton perlu memberikan adanya suatu pelatihan untuk memberikan
pengalaman bagi para pekerja.
Tenaga Kerja
Pekerja
Ceroboh 0.0030
Selain pekerja jarang memperhatikan prosedur proses produksi, mereka juga kurang berhati-hati dalam hal proses produksi
Sebaiknya PT.Varia Usaha Beton mengadakan training yaitu untuk melakukan pelatihan untuk para pekerja agar lebih mengerti dan paham dalam prosedur proses produksi Tenaga Kerja Waktu Perendaman Kurang 0.0016
Waktu perendaman yang dilakukan tidak sesuai prosedur bisa
mengakibatkan kualitas genteng menurun.
Sebaiknya PT. Varia usaha Beton perlu mengadakan suatu pengawasan yang lebih pada bagian produksi agar proses produksi berjalan sesuai dengan prosedur. Metode Waktu Pengeringan Kurang 0.0047
Waktu pengeringan yang dilakukan tidak sesuai prosedur yang seharusnya dilakukan 3x24 jam.. hal ini dapat mengakibatkan kualitas genteng menurun.
Sebaiknya PT. Varia usaha Beton perlu mengadakan suatu pengawasan yang lebih pada bagian produksi agar proses produksi berjalan sesuai dengan prosedur.dan tidak mengecewakan pelanggan
Metode
(2)
Tabel 4.33 Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Retak Rambut
Akar Penyebab Probabilitas Deskripsi Keadaan Tindakan Perbaikan
Bagian yang dikoreksi (diperhatikan)
Setting Mesin
Kurang Tepat 0.0039
Kurangnya tenaga terampil untuk mengoperasikan mesin sesuai dengan prosedurdan keterbatasan peralatan yang ada.
Agar setting awal pada mesin tepat maka dibutuhkan tenaga yang ahli dan disiplin dalam menjalankan prosedur yang ada sesuai dengan peralatan yang ada
Mesin
Cetakan
Kurang Bersih 0.0025
Kurangnya ketelitian tenaga kerja dalam membersihkan cetakan produk,dikarenakan mesin bekerja secara kontinyu jadi pekerja kurang memeperhatikan kebersihan cetakan
Sebaiknya bagian QC lebih memeperhatikan pekerja dalam proses produksi agar dalam prosesnya dapat meminumkan produk yang cacat
Mesin
Pekerja
Ceroboh 0.0030
Selain pekerja jarang memperhatikan prosedur proses produksi, mereka juga kurang berhati-hati dalam hal proses produksi
Sebaiknya PT.Varia Usaha Beton mengadakan training yaitu untuk melakukan pelatihan untuk para pekerja agar lebih mengerti dan paham dalam prosedur proses produksi
Tenaga Kerja
(3)
Tabel 4.34 Tindakan Perbaikan Terhadap Penyebab Kejadian Berat Tidak Sesuai Standart
Akar Penyebab Probabilitas Deskripsi Keadaan Tindakan Perbaikan
Bagian yang dikoreksi (diperhatikan)
Pekerja
Terburu-buru 0.0023
Dikarenakan produksi ada target dalam sehari Selain kurang berhati-hati pekerja terkesan terburu-buru dalam menjalankan proses produksi .
Sebaiknya PT.Varia Usaha Beton mengadakan training yaitu untuk melakukan pelatihan untuk para pekerja agar lebih mengerti dan paham dalam prosedur proses produksi
Tenaga Kerja
Pekerja
Ceroboh 0.0030
Selain pekerja jarang memperhatikan prosedur proses produksi, mereka juga kurang berhati-hati dalam hal proses produksi
Sebaiknya PT.Varia Usaha Beton mengadakan training yaitu untuk melakukan pelatihan untuk para pekerja agar lebih mengerti dan paham dalam prosedur proses produksi
Tenaga Kerja
Setting Mesin
Kurang Tepat 0.0039
Kurangnya tenaga terampil untuk
mengoperasikan mesin sesuai dengan
prosedurdan keterbatasan peralatan yang ada.
Agar setting awal pada mesin tepat maka dibutuhkan tenaga yang ahli dan disiplin dalam menjalankan prosedur yang ada sesuai dengan peralatan yang ada
Mesin
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. a. Faktor-faktor penyebab beton pave antara lain :
Retak rambut akar penyebabnya perawatan mesin kurang, bantalan
cetakan kurang tepat, cetakan kurang bersih, pekerja terburu-buru, dan pekerja
kurang teliti. Gumpil akar penyebabnya pekerja ceroboh, pekerja kurang
pengalaman, dan suhu udara panas. Pecah akar penyebabnya perawatan mesin
kurang dan pekerja terburu-buru. Berat tidak sesuai standart akar penyebabnya
pekerja kurang teliti dan perawatan mesin kurang.
b.
Faktor-faktor penyebab genteng beton antara lain :
Gumpil akar penyebabnya pekerja terburu-buru, pekerja ceroboh, dan
suhu udara panas. Pecah akar penyebabnya pekerja kurang teliti, pekerja kurang
terampil, pekerja ceroboh, waktu perendaman kurang, dan waktu pengeringan
kurang. Retak rambut akar penyebabnya setting mesin kurang tepat, cetakan
kurang bersih, dan pekerja ceroboh. Berat tidak sesuai standart akar penyebabnya
pekerja terburu-buru, pekerja ceroboh, dan setting mesin kurang tepat.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan probabilitas didapatkan tingkat kecacatan
pada produk beton pave dalam setiap hari peluang terjadinya retak rambut pada
proses produksi sebesar 0.01 atau 1 %, gumpil pada proses produksi sebesar
0.0015 atau 0.15 %, pecah sebesar 0.0058 atau 0.58 %, dan berat tidak sesuai
standart sebesar 0.0085 atau 0.85 %. Sedangkan pada produk genteng beton
(5)
dalam setiap hari peluang terjadinya retak rambut pada proses produksi sebesar
0.0094 atau 0.94 %, gumpil sebesar 0.00161 atau 0.161 %, pecah 0.0063 atau 0.63
%, dan berat tidak sesuai standart sebesar 0.00391 atau 0.391 %.
5.2
Saran
Setelah melakukan penelitian, maka peneliti ingin mengajukan beberapa
saran adalah sebagai berikut:
1.
Perusahaan perlu mengadakan pemantauan dan pemeriksaan rutin yang diikuti
dengan diadakannya training (pelatihan) yang ditujukan untuk para pekerja.
Agar pekerja dapat lebih terampil dan ahli serta disiplin dalam menjalankan
prosedur proses produksi.
2.
Bagian Maintenance perlu meningkatkan tindakan perbaikan baik secara
prediktif maupun preventive terhadap mesin yang digunakan dalam proses
produksi. Agar masalah dalam proses produksi yang berhubungan dengan
kerusakan mesin dapat diminimumkan. Sehingga proses produksi berjalan
dengan efektif dan efisien.
(6)