PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN MENGGIRING BOLA

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN

KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN MENGGIRING BOLA

(Studi Eksperimen Latihan Angle Hop dan Side Hop pada Sekolah Sepakbola Pratama Kota Madiun)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magíster Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

SEPTO WINARKO

A. 120809123

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Septo Winarko

NIM : A.120809123

Jurusan/Program : Program Studi Ilmu Keolahragaan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN KEKUATAN

OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN

MENGGIRING BOLA (Studi Eksperimen Latihan Angle Hop dan Side Hop

pada Sekolah Sepakbola Pratama Kota Madiun), adalah betul-betul karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan pada daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2011 Pembuat Pernyataan


(3)

commit to user

OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN MENGGIRING BOLA

(Studi Eksperimen Latihan Angle Hop dan Side Hop pada Sekolah Sepakbola Pratama Kota Madiun)

Diajukan oleh SEPTO WINARKO

A. 120809123

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji :

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

t —,>2 0,//f

Ketua : Prof. Dr. Muchsin doewes, dr, AIFO ...

eNNIerigetahui,

5

S I 5 f i e k t u t : t ; P 4 3 / 4 .

ouqt„,,, _>4 77:„

*F.

.prof. I s . Suranto Sc., Ph.D.

pi, IP. 19570 198503 1 004 ROG PASCA SA'°14s

Surakarta, e - 2 0 1 . 1 Ketua P Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Sugiyanto

NIP. 19491108 197609 1 001

111

Sekretaris : Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd

Anggota

1. Prof. Dr. Sugiyanto

4r-


(4)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penyelesian tesis mengalami berbagai kesulitan dan hambatan, berkat bantuan dari berbagai pihak, maka berbagai kesulitan dan hambatan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp.KJ. Selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Selaku Direktur Program PascaSarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian pengarahan dan bantuannya.

3. Prof. Dr. Sugiyanto, Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala pengarahan dan bantuannya.

4. Prof. Dr. Sugiyanto selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis.

5. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis.

6. Tim Penguji tesis yang telah memberikan penilaian dan koreksi akhir tesis

ini.

7. Kepala Sekolah Sepakbola Pratama Kota Madiun yang telah memberikan ijin


(5)

commit to user

viii

8. Para Pemain Sekolah Sepakbola Pratama kota Madiun atas kerelaan dan

keikhlasannya menjadi sampel penelitian ini.

9. Teman-teman yang dengan suka rela telah membantu pelaksanaan penelitian.

10. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan balasan-Nya kepada mereka dengan yang lebih baik. Amin.

Surakarta, April 2011


(6)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

ABSTRAK ... xviii

ABSTRACT... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12


(7)

commit to user

x

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS... 14

A. Kajian Teori ... 14

1. Permainan Sepakbola ... 14

a. Teknik Sepakbola ... 17

b. Kecepatan Menggiring Bola... 21

2. Latihan Fisik ... 29

a. Tujuan Latihan Fisik ... 31

b. Prinsip-Prinsip Latihan ... 36

c. Pengaruh Latihan ... 44

d. Sistem Energi ... 48

e. Latihan Plyometrics... 58

a). Mekanisme Kontraksi Otot... 61

b). Latihan Plyometrics Angle Hop... 65

c). Latihan Plyometrics Side Hop... 66

d). Pengaruh Latihan Plyometrics Terhadap kecepatan Menggiring Bola ... 67

3. Kekuatan ... 69

a. Komponen Otot Tungkai ... 74

b. Kekuatan Otot Tungkai ... 77

c. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dalam Kecepatan Menggiring Bola... 81

B. Penelitian yang Relevan... 83


(8)

commit to user

xi

D. Perumusan Hipotesis... 90

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 91

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 91

B. Metode dan Rancangan Penelitian... 91

C. Variabel Penelitian... 94

1. Variabel Independen ... 94

2. Variabel Dependen... 94

D. Definisi Operasional Variabel... 94

E. Populasi dan Sampel ... 96

1. Populasi ... 96

2. Sampel... 96

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 97

1. Data Kekuatan Otot Tungkai ... 97

2. Data Menggiring Bola... 98

3. Mencari Reliabilitas Tes ... 98

G. Teknik Analisis Data... 99

1. Uji Persyaratan... 99

a. Uji Normalitas... 99

b. Uji Homogenitas Variansi ... 100

2. Uji Hipotesis ... 100

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 104

A. Deskripsi Data ... 104


(9)

commit to user

xii

1. Uji Normalitas ... 109

2. Uji Homogenitas... 111

C. Pengujian Hipotesis ... 112

Rangkuman Pengujian Hipotesis ... 115

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 116

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 122

A. Kesimpulan... 122

B. Implikasi ... 123

C. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(10)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2. ... 93

Tabel 2. Pengelompokan Sampel Eksperimen. ... 97

Tabel 3. Koefisien Korelasi Reliabilitas. ... 99

Tabel 4. Ringkasan Anava Untuk Eksperimen Faktorial 2 X 2... 102

Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Menggiring Bola Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan Plyometrics dan Kekuatan Otot Tungkai. ... 105

Tabel 6. Nilai Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola Masing-masing Sel (Kelompok Perlakuan). ... 106

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data. ... 112

Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Dua Faktor ( kecepatan Menggiring Bola) dan Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians. ... 113

Tabel 9. Kesimpulan Hasil Penelitian. ... 115

Tabel 10. Interaksi Antar Variabel A dan B Terhadap Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola. ... 119

Tabel 11. Time Schedule (Program Kerja) Penelitian. ... 131

Tabel 12. Matrik Latihan Menggiring Bola dan Angle Hop. ... 161

Tabel 13. Matrik Latihan Menggiring Bola dan Side Hop. ... 189

Tabel 14. Daftar Nama Populasi. ... 196


(11)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Sederhana ATP. ... 49

Gambar 2. Struktur Sederhana dari Phosphocreatine (PC). ... 51

Gambar 3. Glicolysis Anaerobik dan Aerobik. ... 54

Gambar 4. Pengubahan Piruvat Menjadi Asetil CoA, Persambungan Antara Glikolisis dan Siklus Krebs. ... 56

Gambar 5. Siklus Krebs. ... 58

Gambar 6. The Golgi Tendon Organ. ... 62

Gambar 7. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Depan ... 76

Gambar 8. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Belakang ... 77

Gambar 9. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan dan Kekuatan Otot Tungkai. ... 105

Gambar 10. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola pada Tiap Kelompok Perlakuan. ... 107

Gambar 11 : Uji Normalitas Latihan Plyometrics Angle Hop dengan Kekuatan Otot Tungkai Tinggi. ... 109

Gambar 12. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Angle Hop dengan Kekuatan Otot Tungkai Rendah. ... 110

Gambar 13. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Side Hop dengan Kekuatan Otot Tungkai Tinggi. ... 110


(12)

commit to user

xv

Gambar 14. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Side Hop

dengan Kekuatan Otot Tungkai Rendah. ... 111

Gambar 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola. ... 120

Gambar 16. Latihan Plyometrics Angle Hop. ... 190

Gambar 17. Latihan Plyometrics Side Hop. ... 191

Gambar 18. Tes Menggiring Bola. ... 195

Gambar 19. Atlet Menarik Leg Dynamometer untuk Mengukur Kekuatan Otot Tungkai.. ... 220

Gambar 20. Atlet Melakukan Tes Awal Kecepatan Menggiring Bola dengan Rintangan ... 222

Gambar 21. Melakukan Pemanasan Sebelum Latihan Plyometrics.. ... 223

Gambar 22. Melakukan Latihan PlyometricsAngle Hop ... 225

Gambar 23. Melakukan Latihan PlyometricsSide Hop Hop ... 226

Gambar 24. Atlet Melakukan Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola dengan Rintangan ... 227


(13)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Time Schedule (Program Kerja) Penelitian... 131

Lampiran 2. Deskripsi Pelaksanaan Latihan Menggiring Bola dan Latihan Plyometrics. ... 132

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pelatihan Menggiring Bola dan Angle Hop. ... 134

Lampiran 4. Matrik Latihan Menggiring Bola dan Angle Hop... 161

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pelatihan Menggiring Bola dan Side Hop... 162

Lampiran 6. Matrik Latihan Menggiring Bola dan Side Hop. ... 189

Lampiran 7. Keterangan Pelaksanaan Latihan ... 190

Lampiran 8. Deskripsi Instrumen Penelitian. ... 192

Lampiran 9. Daftar Nama Populasi... 196

Lampiran 10. Daftar Nama Populasi dan Hasil Tes Kekuatan ... 198

Lampiran 11. Daftar Hasil Klasifikasi Sampel Berdasarkan Kekuatan Otot Tungkai. ... 200

Lampiran 12. Daftar Pembagian Kelompok dengan Cara Ordinal Pairing Rumus ABBA. ... 201

Lampiran 13. Skema Penelitian Berdasarkan Pembagian Kelompok dan Perlakuan. ... 202

Lampiran 14. Data Hasil Tes Awal Menggiring Bola. ... 203


(14)

commit to user

xvii

Lampiran 16. Data Tes Awal Kecepatan Menggiring Bola

dan Klasifikasi Kelompok. ... 205

Lampiran 17. Data Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola dengan Klasifikasi Kelompok... 206

Lampiran 18. Uji Reliabilitas dengan Anava (Tabel Kerja Untuk Menghitung Reliabilitas Hasil Tes Awal Kecepatan Menggiring Bola)... 207

Lampiran 19. Uji Reliabilitas dengan Anava (Tabel Kerja Untuk Menghitung Reliabilitas Hasil Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola). ... 210

Lampiran 20. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola pada Permainan Sepakbola Kelompok 1 (Kelompok Latihan Angle Hop). ... 213

Lampiran 21. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola pada Permainan Sepakbola Kelompok 2 (Kelompok Latihan Side Hop)... 214

Lampiran 22. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians. ... 215

Lampiran 23. Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet ... 217

Lampiran 24. Analisis Varians... 218

Lampiran 25. Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls... 219


(15)

commit to user

ABSTRAK

SEPTO WINARKO

. A.120809123. Perbedaan Pengaruh Latihan

Plyometrics dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola. Tesis. Surakarta.Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh antara

latihan plyometrics Angle Hop dan Side Hop terhadap peningkatan kecepatan

menggiring bola. (2) Perbedaan hasil kecepatan menggiring bola antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah. (3)

Pengaruh interaksi antara latihan plyometrics dan kekuatan otot tungkai terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan

factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola (SSB) Pratama kota Madiun selama 2 bulan Besarnya sampel penelitian 40 atlet yang berasal dari

jumlah populasi sebesar 45 atlet. Teknik pengambilan sampel dengan purposive

random sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel independent yakni:

variabel manipulatif: latihan plyometrics Angle Hop dan latihan plyometrics Side

Hop, variable atributif yakni : kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot

tungkai rendah serta variabel dependent yakni : kecepatan menggiring bola.

Teknik pengumpulan data dengan Tes dan Pengukuran, data kecepatan menggiring bola dites dengan kecepatan menggiring bola melalui rintangan di mana reliabilitas tesnya dicari dengan teknik analisis varians (ANAVA) dan data

kekuatan otot tungkai dites dengan leg dynamometer. Teknik analisis data

menggunakan ANAVA dan taraf signifikasi α = 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1)Ada perbedaan

pengaruh yang signifikan antara latihan plyometrics Angle Hop dan Side Hop

terhadap kecepatan menggiring bola. Pengaruh latihan Angle Hop mempunyai

peningkatan kecepatan menggiring bola lebih baik dari pada latihan Side Hop

untuk peningkatan kecepatan menggiring bola (Fhitung = 40,4155> F table = 4,11).

(2) Ada perbedaan hasil kecepatan menggiring bola yang signifikan antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan hasil kecepatan menggiring bola pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi

lebih baik dari atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah (Fhitung = 121,4154

> F table = 4,11). (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan

plyometrics dan kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan

menggiring bola (Fhitung = 122,0523 > F table = 4,11), a) Atlet dengan kekuatan

otot tungkai tinggi lebih baik diberikan latihan plyometrics Angle Hop, b) latihan

plyometrics Side Hop lebih cocok diterapkan pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

Kata Kunci : Latihan Plyometrics, Latihan Angle Hop, Latihan Side Hop,


(16)

commit to user ABSTRACT

Septo Winarko. A.120809123. The Differences of Effect between Plyometrics Training and Leg Muscles Strength toward Ball Dribbling Speed Improvement. Thesis. Surakarta. Post Graduate Program Sebelas Maret University Surakarta January 2011.

The objectives of this study are to determine: (1) The differences between the effect of Angle Hop and Side Hop plyometrics exercises to increase the dribble speed. (2) The dribble speed outcome difference between athletes who have high and low leg muscle strength. (3) The interaction effect between plyometrics training and leg muscle strength to increase the dribble speed.

The method used in this study was experimental method with 2 X 2 factorial design. The research was conducted in Football School (FS) of Pratama at Madiun city for period of 2 months. The sample size of 40 athletes came from a population of 45 athletes. This study used purposive sampling technique with random sampling. Research variables consisted of independent variables such as: manipulative variable: Angle Hop plyometrics exercises and Side Hop plyometrics exercises, attributive variables such as: high and low leg muscle strength and dependent variables such as: the dribble speed. Data collection techniques were done through Test and Measurement, dribbling speed test data was obtained from a speed dribble through the obstacles which the reliability of tests sought by analysis of variance (ANOVA) technique and leg muscle strength data were measured with a leg dynamometer. Data analysis was done using ANOVA and significance level α = 0.05.

Based on the results, this study concludes that: (1) There is a significant difference in effect between Angle Hop and Side Hop plyometrics training toward dribble speed (Fcount = 40.4155> F table = 4.11). The influence of Angle Hop increases the speed of ball dribbling better than Side Hop exercise (2) There is a significant difference in the results of dribble speed between the athletes who have leg muscle high and low strength (Fcount = 121.4154> F table = 4.11). The increase of dribbling speed result on athletes who have high leg muscle strength better than those who have low leg muscle strength (3) There was a significant interaction effect between plyometrics exercise and strength of leg muscle toward dribble speed improvement (Fcount = 122.0523> F table = 4.11), a. Angle Hop plyometrics exercises is more suitable to be applied to Athletes with a high leg muscle strength b. Plyometrics Side Hop exercise is more suitable to be applied to athletes who have low leg muscle strength.

Keywords: Plyometrics Exercise, Angle Hop Exercise, Side Hop Exercise, Leg Muscle Strength, and Ball Dribbling Speed


(17)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan olahraga prestasi di berbagai cabang yang dipertandingkan tidak lepas dari berbagai latihan yang diterapkan oleh seorang pelatih. Peningkatan olahraga prestasi melalui latihan yang terus menerus dan berulang-ulang akan berdampak positif terhadap aktivitas fisik serta meningkatkan kebugaran jasmani seorang atlet dan dampak positif yang lain adalah gerakan yang sulit akan mudah dilakukan tanpa harus memikirkan gerakan yang akan dilakukan.

Prestasi sepakbola Indonesia yang semakin terpuruk di peringkat dunia menunjukkan pembinaan sepakbola yang kurang baik. Kegagalan demi kegagalan yang diderita tim nasional sepakbola Indonesia di beberapa turnamen yang diikuti tim nasional selalu berakhir dengan kekecewaan. Di berbagai even membuat pecinta sepakbola Indonesia semakin menghela nafasnya, minimnya pengetahuan pelatih tentang ilmu kepelatihan yang menyebabkan gagalnya sepakbola dalam setiap kejuaraan yang diikuti. Rata-rata pelatih sepakbola berasal dari mantan pemain yang kaya akan pengalaman namun dari segi ilmu pengetahuan lain yang mendukung sangatlah kurang.

Disadari atau tidak, faktor pembinaan berjenjang yang dimiliki PSSI hanya untuk mencapai prestasi instan. Bahkan karut marutnya pembinaan pemain muda sudah sejak dulu tidak mengalami perubahan yang lebih baik. Pembinaan yang


(18)

commit to user

tidak berpola yang dijalankan oleh pelatih terhadap atletnya serta tidak terukurnya pembinaan menjadi penyebab gagalnya prestasi sepakbola secara umum. Pembinaan di tingkat sekolah sepakbola atau akademi di setiap klub dan berjenjang yang kompetitif di tingkat kelompok usia memberikan pilihan untuk pembinaan para pemain muda dan sistem kompetisi yang ideal bagi pemain muda. Setiap sekolah sepakbola yang dibentuk oleh klub harus memiliki tingkatan pembinaan sendiri, seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan umum, serta

reward dan punishment. Dengan pola pembinaan ini orang tua para pemain harus dilibatkan dalam pembinaan dan juga mendukung biaya selama berada di sekolah sepakbola atau akademi.

Kemampuan keterampilan serta mental bertanding harus diutamakan dalam bermain sepakbola. Sekolah sepakbola Pratama yang ada di Kota Madiun merupakan bentukan sebuah klub sepakbola yang bernama Pattimura yang memiliki banyak siswa mulai dari usia yunior dengan berbagai kelompok umur sampai senior.

Metode latihan plyometrics tidak pernah diberikan pelatih kepada siswa

sekolah sepakbola Pratama usia 15-17 tahun, ini yang menyebabkan penulis ingin

mengadakan penelitian berbeban yang berupa latihan plyometrics angle hop dan

side hop. Penggunaan metode latihan plyometrics yang tepat dan benar akan meningkatkan kekuatan dan kecepatan menggiring bola. Dengan kemampuan keterampilan menggiring bola yang kuat dan cepat disetiap pemain, maka sulit bagi lawan mengambil bola saat dikuasai.


(19)

commit to user

Pencapaian prestasi di berbagai macam olahraga misalnya sepakbola, faktor kekuatan memegang peranan yang sangat dominan dalam penggunaannya. Untuk

sepakbola kekuatan berperan untuk menendang, menggiring, passing dan

melompat saat menyundul bola (heading). Kekuatan dalam permainan sepakbola

harus dimiliki oleh semua pemain baik pemain depan, pemain tengah maupun pemain belakang.

Berbagai keterampilan yang harus dikuasai pemain sepakbola tidak lepas dari tingkat kebugaran jasmani pemain. Tingkat kesegaran jasmani yang baik serta latihan yang berkelanjutan dan terprogram akan memudahkan seseorang untuk menjadi atlet yang berprestasi di cabang olahraga yang diminati sesuai dengan kondisi tubuh. “Adapun unsur-unsur kebugaran jasmani tersebut antara lain: kekuatan, kecepatan, daya tahan otot jantung dan paru-paru, kelincahan, daya

ledak (power) dan kelentukan” (Muhajir 2004:3). Sedangkan pengertian

kebugaran jasmani menurut Suparno dan Suwandi (2008:50) adalah” kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas keseharian tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan masih mempunyai cadangan sisa tenaga untuk melakukan aktivitas yang lain”. Kebugaran ada hubungannya dengan kesehatan, karena kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Konsep kebugaran fisik dapat dibedakan antara kebugaran yang berkaitan dengan

kesehatan dan yang berkaitan dengan unjuk kerja (performance)

Menurut Toho Cholik M. dan Ali Maksum (2007:53) ”seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang baik dengan sendirinya juga akan memiliki


(20)

commit to user

tidak bugar”. Kebugaran sendiri adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk

melakukan kontraksi atau tegangan maksimal sewaktu menerima beban tertentu. Peningkatan kekuatan tidak dapat dicapai dengan baik apabila dalam melakukan latihan tidak dilakukan secara intensif dan terprogram berdasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar. Latihan yang dilakukan tersebut harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan model latihan yang dapat mendukung dalam peningkatan kekuatan sesuai dengan cabang olahraga yang diikutinya.

Peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan olahraga tersebut dapat dicapai dengan penerapan berbagai disiplin ilmu dan teknologi yang terkait dalam pelatihan dan pembinaan olahraga. Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap ilmu-ilmu yang terkait. Berbagai ilmu yang berkaitan dengan olahraga, menurut Nossek (1982:1) antara lain adalah “fisiologi latihan, biomekanik olahraga, paedagogi di bidang olahraga, sosiologi, olahraga tersebut tidak terlepas dari dukungan dan masyarakat dan insan olahraga serta para pakar di bidang olahraga”.

Kecepatan menggiring bola dengan kuat dan lincah untuk menghindari dari halangan lawan tidak dapat tercapai dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan program latihan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Meningkatkan suatu tingkat keterampilan dan prestasi, prinsip ini adalah spesifik dan terutama berhubungan dengan proses latihan. Semua prinsip latihan adalah bagian dan semua konsep serta tidak dipandang sebagai unit terpisah walaupun untuk suatu maksud tertentu dan diambil dari banyak


(21)

commit to user

pengertian akan tetapi disajikan dan digambarkan secara terpisah. Penggunaan yang tepat dari prinsip latihan ini oleh pelatih akan menghasilkan organisasi yang lebih baik, dan lebih banyak kegunaan yang dapat memuaskan, pengertian, metode, dan komponen, dari latihan.

Pencapaian tingkat keterampilan menggiring bola yang baik diperlukan berbagai metode dalam latihan. Latihan olahraga adalah suatu proses yang direncanakan yang mengembangkan penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan, metoda-metoda latihan, tindakan-tindakan organisasional yang sesuai dengan maksud dan tujuan-tujuan.

Pengertian latihan menurut Nossek (1982:13) “latihan adalah suatu proses atau, dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun, sampai olahragawan atau olahragawati tersebut mencapai standart penampilan yang tinggi”. Latihan yang modern harus secara berhati-hati direncanakan. Sebuah rencana latihan mencakup semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran – sasaran latihan. Ada rencana jenis jangka pendek, jenis jangka menengah, dan rencana jangka panjang. Latihan disusun untuk khusus latihan satu sesi latihan, mingguan, bulanan, tahunan, dan jangka waktu yang panjang.

Faktor penentu dan penunjang dalam prestasi menggiring bola dalam permainan sepakbola adalah kekuatan. Kekuatan merupakan kualitas yang sangat komplek, karena semua gerakan merupakan hasil dalam hubungannya dengan alat-alat susunan otot tubuh.


(22)

commit to user

Kualitas keterampilan gerak yaitu kekuatan dan keterampilan bekerja sama satu dengan yang lain. Latihan kekuatan dipraktekkan dengan berbagai kombinasi latihan yang lain, latihan tersebut hendaknya dimulai pada usia sangat muda dan berbakat pada cabang olahraga yang disukainya.

Latihan–latihan yang khusus yang cocok untuk cabang olahraga sepakbola khususnya, kualitas–kualitas kondisional; dan teknik olahraga harus dianalisis secara hati-hati. Untuk itu seorang pelatih harus memiliki dan menguasai pengetahuan anatomi fungsional, fisiologi, biomekanik dan sebagainya.

Latihan plyometrics berusaha untuk menggunakan berat badan sendiri atau

menggunakan beberapa alat untuk meningkatkan rangsangan latihan. Sebagian besar cabang olahraga dapat dilakukan dengan lebih terampil jika atlet memiliki power yang merupakan gabungan dari kekuatan dan kecepatan. Latihan

plyometrics membantu para atlet dalam berbagai cabang olahraga, sepakbola, bola basket, bolavoly dan sebagainya.

Latihan plyometrics membantu mengembangkan seluruh sistem neuro

muskuler untuk gerakan-gerakan power, tidak hanya jaringan yang berkontraksi.

Latihan plyometrics adalah gerakan dari rangsangan peregangan otot secara

mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat. Peningkatan kontraksi otot

merupakan perbaikan fungsi refleks peregangan (stretch reflex) dari muscle

spindle.

Program latihan plyometrics harus diberikan beban lebih yang resestif,

temporal dan spesial. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh.


(23)

commit to user

Beban lebih yang tidak tepat dapat mengganggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan cidera. Jadi dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan

beban yang resestif dari gerakan-gerakan plyometrics tertentu dapat meningkatkan

kekuatan tetapi tidak selalu meningkatkan power explosif. Beban lebih resestif

pada kebanyakan latihan plyometrics adalah berupa gaya momentum dari gravitasi

dengan menggunakan beban berat tubuh. Bicara masalah momentum hasil kali massa dan kecepatan suatu benda yang jatuh semakin tinggi akan semakin cepat, sehingga momentumnya akan semakin besar.

Berbagai jenis dan macam latihan plyometrics yang dapat dirancang

imajinasi dan rasa ingin, serta pemahaman dasar tentang proses neuromuskuler

yang terlibat, memungkinkan kita mengembangkan latihan-latihan plyometrics

yang bermanfaat. Namun demikian tidaklah praktis untuk menganalisis setiap

pola gerakan keterampilan olahraga dan setiap rangsangan latihan plyometrics

untuk keterampilan olahraga tersebut. Pelatih dan atlet segera dapat mengetahui

mana diantara latihan-latihan plyometrics yang lebih cocok atau tepat untuk

kebutuhan latihan.

Adapun bentuk-bentuk latihan plyometrics adalah melangkah, melompat,

melayang, melompat dengan satu kaki, meloncat dengan menempuh jarak, skiping, mengayun, dan memutar” (Bompa, 1994:77).

Kemampuan meloncat bisa digunakan sebagai prediktor kekuatan tubuh dan juga bisa merupakan tes diagnostik dalam hal koordinasi gerak. Perkembangan kemampuan meloncat berkaitan erat dengan peningkatan kekuatan dan koordinasi tubuh. Koordinasi tubuh yang berkembang dengan baik dan disertai peningkatan


(24)

commit to user

kekuatan yang baik akan menghasilkan perkembangan kemampuan meloncat yang baik pula (Sugiyanto, 1998:155).

Menurut Sugiyanto (1998:187) “pertumbuhan yang cepat pada laki-laki memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh, kekuatan dan fungsi fisiologis yang memberikan kemudahan dalam penampilan fisik selama masa

adolesensi”.

Masa Adolesensi membutuhkan aktivitas yang dapat meningkatkan

pengalaman dalam berbagai kegiatan, terutama yang sesuai untuk usia dewasa. ”Bentuk kegiatan yang digemari, meliputi olahraga beregu, kegiatan yang menguji keterampilan tingkat tinggi, permainan perorangan maupun ganda dan pengembangan program latihan” (Sugiyanto, 1998:200).

Pada permasalahan ini untuk peserta penelitian yang mengikuti latihan adalah anak-anak pada usia 15-17 tahun pada salah satu sekolah sepakbola pratama Kota Madiun, hal tersebut sesuai dengan Peraturan PSSI (2004) pasal 32 tentang kelompok usia pemain yang menyebutkan bahwa ”dalam pembinaan pemain amatir PSSI mengenal klasifikasi pemain dalam kelompok usia dibawah usia 15 tahun, dibawah usia 17 tahun, dibawah usia 19 tahun, dan dibawah usia 23 tahun”.

Pada umur berapakah orang sudah boleh latihan beban? Lebih lanjut

Harsono (1988:203) berpendapat akan cukup aman kalau weight training pada

umur 14 tahun, asal mulai dengan beban-beban yang ringan, oleh karena (a) tulang-tulang masih lunak dan belum sempurna perkembangannya dan (b) sendi-sendi anak-anak muda belum tumbuh secara sempurna serta belum stabil.


(25)

commit to user

Sebelum umur 14 tahun sebaiknya anak dilatih strength dengan menggunakan

berat badannya sendiri dahulu sebagai tahanannya (resistence), misalnya push up,

sit ups, squat thrusts, dan sebagainya.

Dari beberapa pendapat tersebut untuk anak usia 15-17 tahun sudah

memenuhi syarat untuk mengikuti latihan plyometrics yang merupakan latihan

dengan menggunakan beban pada tubuhnya sendiri.

Penggunaan metode latihan yang benar dan secara khusus terkait dengan

pola gerak keterampilan menggiring bola pada sepakbola perlu

mempertimbangkan inovasi dalam bidang latihan, penemuan hasil penelitian yang relevan yang selaras dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka perlunya mengkaji sejauh mana

pengaruh latihan plyometrics (angle hop dan side hop) dan kekuatan terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola dalam sepakbola pada anak laki-laki usia

15-17 tahun, latihan tersebut adalah bentuk pengembangan latihan plyometrics

yang dipergunakan untuk melatih power, kekuatan dan kecepatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Kecepatan menggiring bola pada sepakbola dapat dicapai melalui

latihan dengan penggunaan prinsip-prinsip yang benar.

2. Metode latihan plyometrics angle hop dan side hop akan meningkatkan


(26)

commit to user

3. Bentuk latihan plyometrics angle hop dan side hop memiliki pengaruh

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

4. Penerapan metode latihan ini akan memperhatikan pada tinggi dan

rendahnya tingkat kekuatan otot tungkai.

5. Perlu diadakan suatu metode latihan yang dapat meningkatkan prestasi

sepakbola dengan inovasi latihan.

6. Metode latihan serta penemuan-penemuan teori dan praktek serta hasil

penelitian yang relevan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya bidang olahraga, sehingga peningkatan prestasi sepakbola khususnya dapat tercapai baik regional maupun internasional.

7. Pembinaan sekolah sepakbola di tingkat daerah juga harus menjadi

perhatian karena banyak pemain yang potensi namun tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh latihan yang tepat sesuai dengan takaran latihan.

8. Kondisi fisik yang diperlukan dalam pencapaian peningkatan

kecepatan yang maksimal.

9. Latihan dengan intensif sesuai dengan program latihan serta

peningkatan beban sesuai dengan kelompok usia akan meningkatkan kecepatan pada sekolah sepakbola Pratama kota Madiun.


(27)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Perbedaan pengaruh latihan plyometrics angle hop dan side hop

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Perbedaan peningkatan kecepatan menggiring bola antara pemain

yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.

3. Pengaruh interaksi antara latihan plyometrics angle hop dan side hop

dengan tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh latihan plyometrics angle hop dan side hop

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Adakah perbedaan peningkatan kecepatan menggiring bola antara

pemain yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.

3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan plyometrics angle hop dan side

hop dengan tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap


(28)

commit to user

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan plyometrics angle hop dan

side hop terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecepatan menggiring bola antara

pemain yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara latihan plyometrics angle hop

dan side hop dengan tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Pengembangan ilmu pengetahuan secara khusus pada metodologi

latihan, secara praktis tentang menggiring bola pada permainan sepakbola

2. Menambah teknik latihan yang sesuai dengan kondisi atlet sehingga

menjadi pedoman pembina atau pelatih untuk menambah variasi latihan

3. Pelatih dapat menggunakan metode latihan plyometrics yang tepat

ditinjau dari tinggi dan rendahnya kekuatan untuk meningkatkan kecepatan menggiring bola pada pemain sepakbola.

4. Pemain dapat mengerti dan mengetahui cara-cara berlatih yang benar


(29)

commit to user

melaksanakan tugas yang diberikan pelatih tanpa ada unsur paksaan sehingga mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.


(30)

commit to user

14

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

1. Permainan Sepakbola

Pendekatan permainan atau aktivitas, yang telah diterima secara luar biasa pada sepakbola pemula, utamanya dirancang untuk menghasilkan kesenangan, tantangan, kreativitas, pemecahan masalah, dan motivasi (Fleck & Quinn, 2002:1).

Bermain adalah satu konsep yang lebih luas daripada olahraga, terdapat berbagai macam permainan, mulai dari yang paling sederhana seperti yang dilakukan anak-anak hingga permainan yang lebih komplek dan rumit seperti yang dilakukan orang dewasa. Olahraga cenderung lebih terstruktur, lebih terorganisir dan kompleks.

Menurut Rusli Lutan (1988:8) “olahraga adalah satu kegiatan otot-otot yang energetik di mana seorang atlet memperagakan kemampuan geraknya dan kemauannya semaksimal mungkin”. Karakteristik olahraga yang utama pada dasarnya adalah karakteristik kegiatan bermain.

Olahraga membutuhkan peragaan ketangkasan fisik dalam beberapa bentuk, adapun keperkasaan fisik ini bisa berbentuk keterampilan fisik, kesegaran jasmani, atau kombinasi. Olahraga mengandung ciri bermain yang kompetitif, dan olahraga melibatkan kombinasi beberapa keterampilan, strategi, dan kesempatan.


(31)

commit to user

Kegiatan olahraga yang paling banyak mendapat perhatian di Indonesia ialah olahraga kompetitif. Kegiatan olahraga kempetitif yang menekankan pencapaian prestasi setinggi-tingginya telah berkembang menjadi suatu kegiatan yang terlembaga dengan struktur organisasi formal yang berfungsi untuk mengelola kegiatan olahraga tersebut. Kegiatan olahraga tersebut, tidak saja makin mapan di tingkat internasional, tapi juga di tingkat nasional. Di Indonesia olahraga dapat dibedakan menjadi beberapa cabang yang antara lain atletik, permainan bola besar, permainan bola kecil, olahraga air, dan olahraga di udara. Pada permainan bola besar misalnya dikenal PSSI, organisasi pengelola sepakbola yang berafiliasi dengan FIFA sebagai induk organisasi sepakbola internasional. Contoh lain PBVSI yakni pengelola bolavoli yang berafiliasi dengan IVBF sebagai induk organisasi bolavoli internasional dan PERBASI, organisasi bola basket yang induk organisasi internasionalnya dengan nama FIBA. Dari seluruh kegiatan yang dikelola oleh top-top organisasi olahraga kompetitif itu nampak jelas karakteristiknya yang utama yakni perjuangan untuk mencapai prestasi.

Seseorang yang tertarik dengan kegiatan olahraga kompetitif khususnya sepakbola akan sangat memperhatikan upaya meningkatkan prestasinya, termasuk di dalam mencari metode yang lebih efisien untuk mendorong perkembangan dan peningkatan efisiensi keterampilan gerak.

Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir


(32)

commit to user

menggunakan kepala dan dada. Untuk penjaga gawang diperbolehkan menggunakan tangan dan lengannya di daerah tendangan hukumannya.

Permainan sepakbola dapat dilakukan di lapangan terbuka (out door) dan di

lapangan tertutup (in door).

Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, yang mempunyai tujuan memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan (Muhajir, 2004:22).

Sepakbola merupakan permainan beregu yang masing-masing regu terdiri dari 11 pemain. Biasanya permainan sepakbola dimainkan dua babak (2 X 45 menit) dengan waktu istirahat 15 menit di antara dua babak tersebut. Mencetak gol ke gawang lawan merupakan sasaran dari setiap kesebelasan. Suatu kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila kesebelasan tersebut dapat memasukkan bola ke gawang lebih banyak dan kemasukkan bola lebih sedikit jika dibandingkan dengan lawannya.

Adapun tujuan permainan sepakbola adalah pemain berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak kemasukkan bola. ”Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan apabila sama (misalnya 0-0 atau 1-1, 2-2 dan seterusnya), maka dinyatakan seri


(33)

commit to user

Kerjasama antar anggota merupakan ciri khas dari permainan beregu khususnya sepakbola. Untuk bisa bermain sepakbola dengan baik dan benar pada pemain perlu menguasai teknik-teknik dasar sepakbola. Pemain yang memiliki teknik dasar yang baik cenderung dapat bermain sepakbola dengan baik pula.

a. Teknik Sepakbola

Pada garis besarnya teknik sepakbola itu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Teknik badan (body technics), ialah gerakan-gerakan dalam sepakbola

tetapi tanpa bola.

2. Teknik dengan bola ialah gerakan-gerakan dalam sepakbola dengan

bola.

a) Teknik badan

Teknik badan sebenarnya ditujukan kepada perkembangan

kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran fisik (physical

fitness), agar dapat bermain dengan sebaik-baiknya. Menurut Arma Abdoellah (1981:416) unsur-unsur kemampuan fisik secara umum terdiri dari :

a. Kecepatan (speeds), ialah kecepatan lari, kecepatan bereaksi

dan kecepatan bergerak

b. Kekuatan (strength) ialah untuk menguatkan otot-otot yang

diperlukan dalam bermain sepakbola, misalnya otot-otot


(34)

commit to user

c. Daya Tahan (endurance) ialah daya tahan umum atau

stamina (general endurance) dan juga daya tahan otot

(muscular endurance).

d. Kelincahan (agility) ialah kecepatan mengubah arah, untuk

merubah arah, gerak tipu dalam sepakbola. Latihan ini

dapat dengan lari bolak-balik (shuttle run).

e. Kelentukan (fleksibility) ialah kelentukan badan, gerakan

yang mudah dan luwes

Sedangkan menurut Toto Subroto dan Sukatamsi (2009:8.5) teknik tanpa bola yaitu gerakan-gerakan tanpa bola terdiri dari:

1) Lari cepat dan mengubah arah.

2) Melompat dan meloncat.

3) Gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan

4) Gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang.

b) Teknik dengan bola

Menurut Hendri Firzani (2010:8) ”teknik-teknik dasar dalam

permainan sepakbola ada beberapa macam, seperti stop ball

(menghentikan bola), shooting (menendang bola ke gawang),

passing (mengumpan), heading (menyundul bola), tackling

(merebut bola) dan dribbling (menggiring bola)”.

Teknik pemainan sepakbola yang penting dan harus selalu dilatih menurut Engkos Kosasih (1993:232) adalah :

(1) Teknik menendang bola.

a. Menendang bola dengan kaki muka penuh (kura- kura)

b. Menendang bola dengan kaki muka bagian dalam.


(35)

commit to user

(2) Menghentikan (menyetop) dan mengontrol bola

a. Menghentikan dan mengontrol bola dengan telapak kaki, untuk

bola yang jatuh ke tanah.

b. Menghentikan bola dengan kaki muka penuh, untuk bola yang

masih melambung ke tanah.

c. Menghentikan bola dengan kaki bagian dalam

d. Menghentikan bola dengan perut

e. Menghentikan dan mengontrol dengan dada

f. Menghentikan bola dengan menggunakan kepala

g. Menghentikan bola dengan menggunakan paha

(3) Teknik membawa atau menggiring bola (dribbling)

a. Menggiring bola dengan kaki muka penuh.

b. Menggiring bola dengan kaki bagian dalam dari kura-kura.

c. Menggiring bola dengan kaki bagian dalam atau bagian luar.

(4) Teknik gerakan (gerakan tipu)

Gerakan tipu yang terbaik adalah gerakan tipu badan (body playing)

waktu kita menggiring bola. Karena gerak tipu yang kita kerjakan dengan badan sangat penting dan banyak digunakan dalam permainan, maka perlu latihan yang intensif. Gerak tipu dapat kita kerjakan dengan mengendalikan kepada ketepatan, kecepatan dan kelincahan bergerak untuk kita gunakan pada saat dan keadaan yang tepat serta menguntungkan.

(5) Teknik menyundul bola (mengkop bola)

Menyundul bola harus memakai dahi dan mata harus selalu terbuka (jangan sekali-kali mata tertututp). Biasanya digunakan untuk memberi umpan kepada teman atau untuk membuat gol.

(6) Teknik melempar bola ke dalam (throw in)

Ketika bola meninggalkan lapangan permainan dinyatakan out, maka

agar permainan dapat dilanjutkan seorang pemain melempar bola ke


(36)

commit to user

Secara umum sepakbola modern menuntut pemain untuk memiliki:

a. Skill mumpuni. Eksekusi teknik sepakbola seperti dribbling, control,

passing, heading, shooting sempurna. Dapat dilakukan dalam kecepatan tinggi dan sudut ruang yang sempit.

b. Kesadaran taktikal. Kemampuan kognitif yang dapat bereaksi dan

beradaptasi terhadap berbagai taktik sepakbola kompleks.

c. Fisik prima. Gabungan antara kecepatan, kekuatan, daya tahan dan

tentunya koordinasi (Ganesha Putra, 2010:6).

Diantara kemampuan yang lebih penting pada pelatih, adalah

kemampuannya dalam meramalkan kecepatan kemajuan dan

kecenderungan keterampilan, kemampuan dan unjuk kerja umum yang dicapai antara satu merencanakan dan pertandingan utama. Dan berdasarkan prediksi prestasi sebagai referensi, seseorang dapat menentukan tujuan dan patokan-patokan tes selama kemajuan latihan, menunjukkan bahwa atlet akan dapat meraih kemungkinan prestasi terbaiknya.

Metodologi latihan yang masuk di akal memerlukan penilaian olahraga yang termasuk bagian dalam proses perencanaan. Semua prosedur penilaian dan atlet tes harus terarah pada kualifikasi yang obyektif dari atlet yang dinilai, keterhambatan dan akhirnya penurunan prestasinya.


(37)

commit to user

b. Kecepatan Menggiring Bola

Menurut Toho Cholik M. dan Ali Maksum (2007:55) kecepatan (speed): adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas yang sama berulang-ulang serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Komponen kecepatan erat sekali kaitannya dengan kekuatan, kelincahan, koordinasi dan daya tahan.

Sedangkan menurut Husein Argasasmita, dkk (2007:62) ”kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah tempat/bergerak pada seluruh tubuh atau bagian dari tubuh dalam waktu yang singkat”.

Lari cepat (sprint) dalam permainan sepakbola berbeda dengan lari

cepat (sprint) pada cabang olahraga atletik.

Lari cepat dalam permainan sepakbola dilakukan di dalam daerah yang luas, dilakukan selama permainan berlangsung, tidak teratur terputus-putus sesuai dengan situasi permainan dan jarak yang ditempuh pendek-pendek sekitar 10 meter sampai 30 meter dengan adanya rintangan atau hambatan pemain lawan.

Adapun prinsip-prinsip lari cepat (sprint) dalam bermain sepakbola

menurut Toto Subroto dan Sukatamsi (2009:8.6) adalah :

1) Langkah

Langkah-langkahnya pendek-pendek, paha diangkat tinggi-tinggi, dilakukan dengan cepat sehingga frekuensi langkahnya sebanyak-banyaknya


(38)

commit to user

2) Sikap badan

Sikap badan atau togok tegak, dengan demikian agar mudah melihat sekeliling atau lapangan sepakbola yang luas, sesuai pada waktu situasi permainan harus segera dari lari cepat melakukan gerakan-gerakan mendadak, misalnya berhenti mendadak, mengubah arah lari ke samping kiri atau ke samping kanan, membalik atau gerakan mundur, dari lari cepat mendadak harus melompat untuk menyundul bola.

3) Sudut siku-siku lengan

Sudut siku-siku kedua lengan lebih lebar lebih kurang 90o dan ayunan

kedua lengan agak terbuka ke belakang, gunanya untuk menjaga keseimbangan badan. Juga untuk memudahkan gerakan-gerakan yang mendadak, berhenti, mengubah arah dan sebagainya.

4) Titik berat badan

Titik berat dari badan harus selalu dekat dengan permukaan tanah, hal ini untuk menjaga keseimbangan badan atau stabilitas badan

Keterampilan utama yang pertama kali dalam permainan sepakbola adalah kemampuan melakukan menggiring bola dengan menggunakan

kaki. Menurut Mielke (2007:1) dribbling adalah” keterampilan dasar

dalam sepakbola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan”.

Ketika pemain telah menguasai kemampuan dribbling secara efektif,


(39)

commit to user

Menurut Koger (2007:51) ”menggiring bola (dribbling) adalah

metode menggerakkan bola dari satu titik ke titik lain di lapangan dengan menggunakan kaki”. Bola harus selalu dekat dengan kaki agar mudah dikontrol. Pemain tidak boleh terus menerus melihat bola. Mereka juga harus melihat sekeliling dengan kepala tegak agar dapat mengamati situasi lapangan dan mengawasi gerak-gerik pemain lainnya.

Menggiring bola identik membawa bola sambil berlari. Menggiring yang baik adalah bola selalu dalam penguasaan atau kontrol pemain. Dengan kata lain, bola selalu berada di dekat tubuh pelaku. Caranya, bola disentuh berulang-ulang ke depan dengan jarak paling jauh sekitar 1 meter. Lalu, pelaku ikut berlari mengejarnya. Bukan dinamakan menggiring jika bola ditendang jauh ke depan (jarak 5 – 10 meter) kemudian pelaku mengejarnya (Rusdy Bahalwan, 2002:56).

Adapun pelaksanaan teknik latihan menggiring bola dalam permainan sepakbola lebih lanjut Mielke (2007:2-5) Menyebutkan beberapa teknik menggiring bola sebagai berikut :

1) Dribbling Menggunakan Sisi Kaki Bagian Dalam

Dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar. Walaupun sedikit

mengurangi kecepatan ketika pemain melakukan dribbling


(40)

commit to user

terlindung di antara kedua kaki, akan memberikan perlindungan yang lebih baik dari lawan.

Sentuhlah bola dengan sisi kaki bagian dalam dan posisikan

kakimu secara tegak lurus terhadap bola. Tendanglah dengan pelan untuk mempertahankan kontrol bola dan pusatkan kekuatan tendangan pada bagian tengah bola sehingga memudahkanmu mengontrol arahnya.

Ketika sedang melakukan dribbling , usahakan kepalamu tetap

tegak dan mata terpusat ke lapangan di depanmu dan jangan terpaku pada kaki. Berusahalah untuk melayangkan pandangan ke daerah sekeliling dan rasakan bola itu sehingga kamu mengetahui keberadaannya sambil melihat ke sekeliling.

2) Dribbling dengan Sisi Kaki Bagian Luar

Sangat penting bagi seorang pemain untuk meningkatkan keterampilan yang diperlukan dalam mengontrol bola. Pengolahan

dribbling memungkinkan seorang pemain menciptakan ruang, mempertahankan penguasaan bola, dan melewati pemain belakang

lawan. Menggunakan sisi kaki bagian luar untuk melakukan dribbling

adalah salah satu cara untuk mengontrol bola. Keterampilan mengontrol bola ini digunakan ketika pemain yang menguasai bola sedang berlari dan mendorong bola sehingga bisa mempertahankan bola tersebut tetap berada di sisi luar kaki. Secara umum, keterampilan ini digunakan ketika seorang pemain mencoba mengubah arah atau bersiap untuk mengoper bola ke teman satu timnya. Pemain yang baik mampu


(41)

commit to user

melakukan dribbling dengan sisi kaki bagian luar dan secara

sebentar-sebentar menggunakan sisi kaki bagian dalam tanpa mengurangi kecepatan dan kehilangan kontrol.

Posisi tubuh menjadi sangat penting saat kamu memilih untuk

melakukan dribbling dengan sisi kaki bagian luar. Keberhasilanmu

akan ditentukan oleh jarak di antara kedua kakimu ketika sedang

melakukan dribbling dan kemampuanmu untuk mempertahankan

keseimbangan pada saat mendorong bola menjauhi dirimu. 3) Dribbling Menggunakan Kura-Kura Kaki

Kura-kura kaki, bagian sepatu tempat tali sepatu berada, bisa memberikan kekuatan dan kontrol. Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah menggunakan ujung jari kaki. Tindakan ini tidak saja menyebabkan sakit pada ujung jari kaki jika seseorang

melakukan tackling keras kepadamu saat kamu mencoba menendang

bola, tetapi tindakan ini juga akan sangat tidak akurat. Kelebihan dari kura-kura kaki adalah dapat memberikan permukaan yang datar pada bola dan juga dapat membuat bola bergerak membelok dan menukik.

Biasanya, kura-kura kaki atau bagian punggung sepatu digunakan

sebagai bidang tendangan utama untuk melakukan dribbling bila kamu

ingin bergerak cepat di lapangan. Saat kamu berlari, ujung jari kaki biasanya menghadap kedepan. Ketika kakimu bergerak ke depan, turunkan sedikit ujung jari kaki dan sentuhlah bola menggunakan kura-kura kakimu.


(42)

commit to user

Dari beberapa pengertian menggiring bola dalam permainan sepakbola, maka harus dipahami konsep yang harus dikuasai oleh pemain mau pun pelatih seperti yang diungkapkan oleh Koger (2007:51) yaitu konsep dasar yang harus dikuasai :

1. Ketika menggiring bola, usahakan agar bola terus berada di dekat kaki.

Jangan menendang terlalu keras, sebab bola akan bergulir terlalu jauh.

2. Giringlah bola dengan kepala tegak. Jangan memusatkan perhatian pada

bola dan kaki Anda.

3. Jika Anda bergerak ke arah musuh, perhatikanlah pinggang dan arah

kaki mereka. Pinggang dan arah kaki mereka menunjukkan ke mana mereka akan bergerak. (Jika musuh Anda menghadap ke kiri, segeralah berbelok ke kiri sehingga terpaksa dia berbelok mengikuti gerakan Anda; selain membingungkan musuh, taktik ini juga membuat Anda beberapa langkah lebih maju daripada mereka). Dan jika musuh sudah melangkahkan salah satu kaki mereka, berbeloklah ke sisi kaki yang maju itu (sebagai contoh, pemain musuh yang melangkahkan kaki kiri pasti akan bergerak ke kanan. Jika Anda berbelok ke kiri, maka dia harus mengubah arah, dan sedikit kehilangan waktu untuk mengejar Anda).

4. Gunakan beberapa gerak tipu untuk mengecoh lawan- misal, tubuh


(43)

commit to user

5. Variasikan kecepatan lari Anda; dengan mengubah-ubah kecepatan dan

berbelok secara mendadak, musuh yang mengejar atau menghadang Anda akan terkecoh dan kehilangan keseimbangan.

6. Giringlah bola menjauhi musuh Anda; paksalah mereka mengejar

Anda. Usahakan Selalu bergerak ke ruang terbuka di lapangan.

7. Carilah teman satu tim yang bebas dari kepungan lawan agar Anda

dapat segera mengoper bola kepadanya.

Kecepatan menggiring bola yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa melakukan menggiring bola dengan zig-zag yang melewati lima rintangan dalam waktu sesingkat mungkin. Tujuannya untuk mengetahui kecepatan menggiring bola dalam permainan sepakbola dengan melewati lima rintangan (Verduci, 1980:334).

Adapun urutan latihan dalam permainan sepakbola adalah sebagai berikut :

Pada penelitian ini penulis menyajikan latihan fisik dalam menggiring bola pada permainan sepakbola yaitu latihan fisik dengan

plyometrics angle hop dan side hop. Plyometrics adalah metode latihan untuk kekuatan kecepatan dengan menggunakan beban utama badan atlet itu sendiri yang bertujuan untuk menghubungkan kekuatan maksimal yang telah dimiliki oleh atlet kedalam aplikasi gerakan cepat dan kuat (powerful) sesuai dengan sifat cabang olahraga tertentu. Dilaksanakan

latihan plyometrics ini diharapkan dapat memperbaiki dan


(44)

commit to user

Setiap kegiatan fisik yang dilakukan atlet, akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, dan kejiwaan.” Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari ; waktu

yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume) ;

beban dan kecepatannya (intensitas) ; serta frekuensi penampilannya

(densitas”) (Bompa, 1990:45).

Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dipengaruhi oleh jenis otot yang dominan, sistem metabolisme energi, sistem saraf. Kekuatan dan

kecepatan kontraksi otot merupakan proyeksi dari power dan merupakan

unsur untuk pencapaian prestasi olahraga, terutama pada cabang olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan.

Latihan fisik yang diberikan kepada atlet berupa latihan plyometrics

adapun gerakan sebagai berikut :

Angle hop, latihan ini mengembangkan power eksplosif dan

kecepatan reaksi pada adductor paha dan stabiliser ankle, dan

meningkatkan keseimbangan dan gerakan menyamping. Latihan ini berguna untuk olahraga ski, tenis, sepakbola, dan senam, dan juga olahraga lain (Radcliffe & Farentinos, 1985:52).

Side hop, secara khusus gerakan ini mengembangkan otot-otot

abductor paha, stabilizer lutut dan ankle, serta meningkatkan power

samping yang eksplosif di seluruh paha dan pinggul. Latihan ini sangat


(45)

commit to user

Dribbling adalah keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan. Ketika pemain telah menguasai

kemampuan dribbling secara efektif, sumbangan mereka di dalam

pertandingan sangat besar.

2. Latihan Fisik.

Latihan olahraga sekarang ini tidak hanya sekedar latihan, tetapi merupakan suatu proses yang canggih guna mencapai tujuan yaitu prestasi maksimal dan banyak faktor yang mempengaruhi dan memerlukan banyak pengetahuan dari pelatih untuk memodifikasi latihan yang bersifat modern.

“Latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip paedagogis. Proses ini yang direncanakan dan sistematis, meningkatkan kesiapan untuk tampil dari seorang olahragawan atau olahragawati” (Nossek, 1982:12).

Sedangkan latihan menurut Bompa (1990:3) adalah “latihan merupakan kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Ruang lingkup latihan harus menambah kapasitas kerja organisme dan cadangan keterampilannya melakukan hal yang sama dengan mengembangkan ciri-ciri kejiwaan yang kuat, akan mengakibatkan meningkatnya prestasi seseorang.


(46)

commit to user

Latihan merupakan suatu konsep yang lebih kompleks, tidak seperti yang diduga kebanyakan orang. Pengorganisasian dan perencanaan harus dilakukan oleh pelatih yang peranannya sangat luas, tidak hanya sebagai pendidik semata, melainkan tugasnya sangat kompleks, karena pelatih harus selalu mempertimbangkan banyak variabel seperti fisiologis, psikologis dan aspek sosial. Latihan diatas segala-galanya, adalah merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

“Latihan fisik merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologi terhadap intensitas, durasi dan frekwensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisilogis individu” (Lamb, 1984:2).

Faktor dasar latihan, yang meliputi persiapan fisik, teknik, taktik, kejiwaan dan persiapan teori akan selalu ada dalam setiap program olahraga. Faktor –faktor latihan adalah sebuah hakekat dari bagian setiap program yang tanpa memperhatikan faktor umur atlet, potensi individu dan tingkat persiapan atau dari latihan itu sendiri. “Bagaimanapun relatifnya penekanan di bagian pada setiap variasi yang berkenaan di atas, sebaiknya ciri-ciri khusus dipilih dari cabang olahraga atau nomor cabangnya” (Bompa, 1990:39).

Sejumlah kualitas fisik ditentukan dan dipengaruhi oleh kondisi fisik. Menurut Nossek (1982:19) yang termasuk dalam kualitas fisik yang bersifat


(47)

commit to user

dan tambahan pula kualitas-kualitas fisik yang lain memainkan peranan yang sungguh-sungguh penting dalam disiplin (cabang) olahraga yang berbeda-beda”.

Sebagai konsekuensi dari berbagai keterampilan olahraga analisa-analisa dapatlah dinyatakan bahwa dalam masing-masing disiplin cabang olahraga, beberapa kualitas fisik bertindak bersama-sama dan campuran yang baik dari kualitas latihan tersebut harus dilatih dan dikembangkan, dengan memberi tekanan yang besar pada unsur fisik yang penting untuk suatu cabang olahraga tertentu secara tepat.

Menurut M. Sajoto (1988:7) “pengembangan faktor-faktor lain yang mendukung dalam pelatihan, misalnya faktor fisik, teknik, taktik, mental dan kematangan juara”, hal ini berarti keberadaan fisik yang baik merupakan modal utama bagi atlet dalam meraih prestasi. Menurut M.Sajoto, mengatakan bahwa: “ kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisah-pisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya”.

Persiapan fisik harus dipertimbangkan sebagai suatu faktor yang utama dan terpenting sebagai unsur yang diperlukan dalam latihan guna mencapai prestasi yang tertinggi.

a. Tujuan Latihan Fisik

Untuk mencapai tujuan utama dalam latihan, yaitu memperbaiki prestasi tingkat terampil maupun unjuk kerja dari si atlet, yang merupakan tujuan umum dari latihan.


(48)

commit to user

Menurut Nossek (1982:15) sasaran dan tujuan “latihan jangka pendek diarahkan untuk perkembangan atau perbaikan prestasi yang dilatih sekarang (kekuatan, kecepatan, keterampilan-keterampilan, dan yang lain)”

Tujuan latihan adalah mencapai prestasi yang maksimal, secara rinci Harre (1982:10) mengemukakan bahwa :

1) Untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, power dan daya tahan

fisik

2) Untuk meningkatkan teknik dan koordinasi gerakan yang sesuai

dengan teknik dasar setiap cabang olahraga

3) Untuk meningkatkan taktik individu maupun kelompok

4) Untuk meningkatkan mental atlet

5) Untuk mengembangkan kepribadian atlet

Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik dan berkesinambungan, sehingga meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja atau aktivitas gerak. Tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti proses latihan kondisi fisik dengan sempurna

Tujuan umum dari latihan dikemukakan Bompa (1990:6-8) perlu kiranya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara

menyeluruh. Tujuan ini merupakan hal yang sangat penting, karena perkembangan fisik pada suatu tingkat yang tinggi merupakan dasar-dasar latihan. Sejauh perkembangan fisik menjadi pertimbangan, seseorang harus berusaha meningkatkan tingkat daya tahan umum,


(49)

commit to user

meningkatkan kekuatan umum, selanjutnya meningkatkan kecepatan, memperbaiki kelentukan umum yang dituntut untuk pelaksanaan gerak pada umumnya, memiliki tingkat koordinasi yang tinggi dan akhirnya mencapai perkembangan tubuh secara harmonis.

2) Untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus,

sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek olahraga. Pemenuhan tujuan ini akan diakibatkan oleh; pengembangan

kekuatan absolute dan relative, massa otot dan elastisitasnya;

pengembangan kekuatan khusus (power atau daya tahan otot) yang

disesuaikan dengan tuntutan olahraganya; memperbaiki waktu gerakan dan reaksi, dan pengembangan selanjutnya tadi, harus merupakan kemampuan untuk melaksanakan semua gerakan, terutama yang dituntut dalam cabang olahraganya atau pertandingan tanpa menunjukkan kesan ketegangan yang mudah dan ringan.

3) Untuk memoles dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih

melalui suatu upaya teknis, seseorang harus; mengembangkan kapasitas penampilan lebih lanjut dengan teknik yang tepat secara keseluruhan; kesempurnaan teknik yang dituntut yang didasarkan atas suatu penampilan yang rasional dan ekonomis, sekalipun begitu harus dapat dilakukan dengan kesempatan yang setinggi mungkin, dengan

amplitude yang tinggi dan menunjukkan kekuatannya; kesempurnaan teknik yang khusus dalam situasi yang norma atau dalam keadaan yang tidak biasa (umpanya cuaca) memperbaiki teknik dalam cabang


(50)

commit to user

olahraga yang berkaitan; dan akhirnya mengamankan kemampuan semua gerakan dari semua latihan yang umum dan yang khusus secara tepat.

4) Memperbaiki dan menyempurnakan strategi yang penting yang dapat

diperoleh dari belajar taktik lawan berikutnya memperluas semua taktik secara optimal maupun variasinya sesuai dengan kemampuan atlet; penyempurnaan strategi secara variasi yang sudah dipilih;

mengembangkan strategi menjadi suatu model berdasarkan

pertimbangan lawan berikutnya.

5) Menanamkan kualitas kemauan

Latihan yang mencukupi serta disiplin untuk tingkah laku; mengenalkan kualitas kemajuan umum dan khusus seperti ketekunan dan keinginan untuk menanggulangi kerasnya latihan; mendorong keinginan untuk menang dan sebagainya; menjamin persiapan psikologis yang cukup untuk pertandingan.

6) Menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal Pada

beberapa cabang olahraga (olahraga tim, relays, mendayung dan

sepeda dan lain-lain), persiapan yang cukup dari suatu tim merupakan salah satu tujuan yang utama bagi setiap pelatih. Pemenuhan semua itu mungkin dapat dijamin melalui pengembangan situasi yang harmonis diantara tingkatan anggota tim secara fisik, teknik dan persiapan strategi. Kriteria ini harus disusun untuk persiapan psikologis, penampilan suatu hubungan yang harmonis, bersahabat, memiliki


(51)

commit to user

tujuan bersama dan sejenisnya diantara anggota tim. Konsolidasi diantara tim dan perasaan merasa memiliki pada tim yang sama, akan dapat dipertinggi melalui latihan pertandingan-pertandingan dan memiliki kebersamaan dalam sosial. Seluruh tim harus didorong untuk bertindak sebagai suatu kesatuan dibanding dengan tindakan perseorangan yang membentuk tim tersebut. Akhirnya para bintang perseorangan yang membentuk tim tersebut. Akhirnya para bintang harus memainkan peranannya dalam tim selama tujuan pribadinya terganti oleh tujuan-tujuan tim. Terakhir, perencanaan serta peranan

yang spesifik harus ditumbuhkan untuk setiap individu sesuai dengan

kebutuhan tim.

7) Untuk mempertahan dalam keadaan kesehatan setiap atlet.

Realisasi tujuan ini menuntut; test kesehatan yang teratur tepat antara intensitas latihan dengan kapasitas usaha individual, latihan berat yang secara selang-seling dengan fase program yang diperhatikan dengan tepat, menelusuri penyakit atau cidera, dan harus menjamin perbaikan yang mencukupi. Salah satu yang tidak boleh dilupakan bahwa melalui latihan harus membuat orang menjadi lebih sehat dan tujuan yang lain dapat dipertimbangkan sebagai tujuan kedua.

8) Untuk mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya

dan juga meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk

melaksanakan gerakan mereka yang penting memperkuat otot, tendon dan ligamen khususnya selama fase-fase awal untuk atlet pemula,


(52)

commit to user

sehingga mereka dapat terbebaskan dari kemungkinan cidera dari jenis gerakan yang dilakukan, mengembangkan kekuatan dan elastisitas otot sampai tingkat-tingkat tertentu, sehingga sedikit banyak akan dapat menghindarkan diri kemungkinan cidera sewaktu melakukan gerakan-gerakan yang tidak terbiasa.

9) Untuk menambah pengetahuan setiap atlet dengan sejumlah

pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi. Terjadi hubungan atlet pelatih, atlet dengan lawannya dan juga kawan yang satu tim harus memiliki pemahaman yang dapat membantu mereka dalam mencapai tujuan yang telah mereka tentukan. teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi.

Pertama-tama seseorang harus mengembangkan dasar-dasar latihan secara fungsional, dan selanjutnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang khusus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga itu sendiri. Seseorang terlebih dahulu mengembangkan daya tahan umumnya, kemudian yang khusus atau anaerobiknya. Pendekatan yang serupa juga dapat dipakai untuk cabang olahraga yang menuntut teknik yang rumit yang memerlukan kemampuan kekuatan yang besar

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan yang sistematis dipraktekkan secara teratur, latihan tersebut berlangsung beberapa kali dalam satu minggu, tergantung pada standard


(53)

commit to user

seseorang olahragawan dan periode latihan. Lebih jauh lagi, latihan tersebut dilaksanakan menurut suatu sistem yang mengikuti prinsip-prinsip latihan yang bersifat dasar.

Prinsip-prinsip latihan adalah garis pedoman yang hendakmya dipergunakan dalam latihan yang teroganisir dengan baik. Prinsip-prinsip semacam itu menentukan corak dan isi latihan, sasaran dan metode-metode latihan, serta organisasi latihan.

Memperoleh kebutuhan untuk penyelesaian tujuan sangat penting dari latihan, yaitu untuk meningkatkan suatu tingkat keterampilan dan prestasi, prinsip ini adalah spesifik dan terutama berhubungan dengan proses latihan. Semua prinsip latihan adalah bagian dan semua konsep serta tidak dipandang sebagai unit yang terpisah walaupun untuk suatu maksud tertentu dan diambil dari banyak pengertian akan tetapi disajikan dan digambarkan secara terpisah. Penggunaan yang tepat dari prinsip latihan ini oleh pelatih akan menghasilkan organisasi yang baik, dan lebih banyak kegunaan yang dapat memuaskan, pengertian, metode, dan komponen dari latihan.

Menurut Nossek (1995:4) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari :

1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut

2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu

latihan tersebut

3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus

dengan kemajuan spesialisasi


(54)

commit to user

5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan

intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan

Menurut Suharno, H.P. (1993:7-13) prinsip-prinsip latihan adalah:

1) Latihan sepanjang tahun tanpa berseling (prinsipnya kontinyu dalam

latihan)

2) Kenaikan beban latihan secara teratur

3) Prinsip individual (perorangan atlet)

4) Prinsip interval

5) Prinsip stress (penekanan)

6) Prinsip spesialisasi

Menurut Sukadiyanto (2002:12-22) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman dalam satu kali tatap muka antara lain :

(a) prinsip kesiapan (readiness), (b) prinsip Individual, (c) Prinsip

Adaptasi, (d) Prinsip Beban Lebih (Overload), (e) Prinsip progresif

(peningkatan), (f) Prinsip Spesifikasi (kekhususan), (g) Prinsip variasi, (h) Prinsip pemanasan dan pendinginan, (i) prinsip latihan jangka panjang (long term training), (j) prinsip berkebalikan (reversibility), (k) prinsip

tidak berlebihan (moderat), (l) prinsip sistematik

Agar dapat mencapai hasil yang diharapkan yang harus diperhatikan dalam prinsip-prinsip latihan sebagai barikut :

1) Prinsip aktif dan kesungguhan dalam mengikuti latihan

Kesungguhan dan aktif berpartisipasi dalam latihan akan menjadikan latihan secara maksimal bila pelatih secara periodik dan secara tetap mendiskusikan tujuan-tujuan atlet-atletnya dengan mereka. Partisipasi aktif tidak hanya terbatas pada pertemuan latihan saja, dan


(55)

commit to user

atlet harus mengetahui selama ia tidak latihan, atau kapan waktunya untuk tidak diawasi dan dicegah oleh pelatihnya. Prinsip aktif dan kesungguhan dalam mengikuti latihan ini sebelum aktivitas latihan diharapkan melakukan pemanasan yang cukup. Pemanasan merupakan berbagai macam aktivitas fisik yang mempersiapkan tubuh menerima beban latihan yang lebih besar intensitasnya. Sejalan dengan hal tersebut Sadoso Sumosardjono (1995:3) menyebutkan dengan “melakukan pemanasan yang cukup takarannya menjelang latihan, ternyata otot-otot kita akan berkontraksi lebih baik, aliran darah akan bertambah, pengangkutan atau pengiriman oksigen bertambah banyak”. Metabolisme pun menjadi lebih cepat. Dengan adanya kenyataan – kenyataan ini maka penampilan atlet akan bertambah baik. Tanpa melakukan pemanasan yang cukup, ternyata kebanyakan atlet mudah mengalami cedera, apalagi kalau kita melakukan latihan dengan intensitas yang maksimal.

Sesuatu kesungguhan sikap terhadap latihan harus juga digambarkan melalui akhir dari suatu pertandingan. Oleh karena itu setiap atlet harus mempunyai kompetisi untuk bertanding secara individu dan mengusahakan memenangkan pertandingan sehingga kesungguhan dalam latihan dapat tercapai.

2) Prinsip pengembangan yang menyeluruh

Pengembangan fisik yang luas serta mendasar , khsususnya pengembangan persiapan fisik umum, merupakan salah satu dasar


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan memiliki suatu titik pertemuan atau persilangan. Antara latihan Plyometrics dan kekuatan otot tungkai memiliki titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa latihan Plyometrics dan kekuatan otot tungkai berpengaruh terhadap peningkatan nilai akhir kecepatan menggiring bola.

Nilai akhir kecepatan menggiring bola pada masing-masing sel dapat dibandingkan sebagai berikut :

a. Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi mendapatkan latihan Angle Hop, memiliki rata-rata nilai akhir kecepatan menggiring bola sebesar 2,824. Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi mendapatkan latihan Side Hop memiliki rata-rata nilai akhir kecepatan menggiring bola sebesar 1,742. b. Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai rendah mendapatkan latihan Angle

Hop memiliki rata-rata nilai akhir kecepatan menggiring bola sebesar 2,162. Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai rendah mendapatkan latihan Side Hop memiliki rata-rata nilai akhir kecepatan menggiring bola sebesar 2,503 Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi lebih cocok jika diberikan pelatihan dengan latihan Angle Hop. Atlet dengan Kekuatan otot tungkai rendah lebih cocok jika diberikan pelatihan dengan latihan Side Hop.


(2)

commit to user

122

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut di atas serta dengan adanya keterbatasan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan plyometrics Angle Hop

dan Side Hop terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola. Pengaruh

latihan Angle Hop mempunyai peningkatan kecepatan menggiring bola lebih baik dari pada latihan Side Hop untuk peningkatan kecepatan menggiring bola. 2. Ada perbedaan hasil kecepatan menggiring bola yang signifikan antara atlet

yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan hasil kecepatan menggiring bola pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

3. Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan plyometrics dan kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

a. Atlet dengan kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik diberikan latihan

plyometrics Angle Hop.

b. Latihan plyometrics Side Hop lebih cocok diterapkan pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

B. Implikasi

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya dalam upaya prestasi sepakbola khususnya meningkatkan kecepatan menggiring bola. Latihan

plyometrics memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap kecepatan

menggiring bola. Tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai memberikan perbedaan yang signifikan pula terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola. Hal ini menunjukkan bahwa setiap variabel penelitian memiliki implikasi baik secara keseluruhan atau sendiri-sendiri terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola. Atas dasar itulah dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:

Latihan Plyometrics Angle Hop dan Side Hop dapat digunakan untuk meningkatkan secara keseluruhan kecepatan menggiring bola pada pemain sepakbola. Temuan tersebut sebaiknya bisa dijadikan patokan di dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan prestasi olahraga khususnya permainan sepakbola, oleh karena itu pelatih, guru, Pembina maupun pemain sepakbola dapat menerapkan hasil temuan ini dalam melakukan latihan serta pembuatan program latihan untuk meningkatkan kecepatan.

Metode latihan Plyometrics Angle Hop dan Side Hop yang disajikan merupakan bentuk latihan yang sederhana dengan pembebanan yang berbeda merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kondisi fisik melalui proses adaptasi fisiologi dan psikologi yang sistematis, dimana pembebanan dalam


(4)

commit to user

plyometrics mengaktifkan reflex spindle otot yang mengirimkan stimulus yang

sangat kuat melalui sumsum tulang belakang ke otot-otot, yang menyebabkan otot-otot tersebut berkontraksi sangat kuat. Bentuk latihan yang bevariasi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas latihan, dan kekuatan otot tungkai merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi kecepatan menggiring bola.

Latihan plyometrics angle hop ternyata sangat efektif untuk pemain yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan menggiring bola. Berkenaan dengan penerapan metode latihan

plyometrics yang terbukti dapat meningkatkan kecepatan menggiring bola,

tentunya masih ada faktor pendukung lain yang juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola yaitu kekuatan otot tungkai. Hasilnya menunjukkan bahwa Ada perbedaan hasil kecepatan menggiring bola yang signifikan antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan hasil kecepatan menggiring bola pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

Secara praktis temuan ini dapat dijadikan salah satu indikator dalam penyusunan program latihan yang dibuat oleh para pelatih, guru, pembina dan para praktisi olahraga dan juga untuk menemukan dosis yang tepat berdasarkan karakteristik siswa, pemain atau atlet dalam melaksanakan latihan.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

C. Saran

Dalam upaya keikutsertaan meningkatkan kualitas dan prestasi atlet dari cabang olahraga apapun, juga berdasarkan hasil penelitian ini yang tertulis dalam kesimpulan dan implikasi secara menyeluruh, maka kepada Pembina atau pelatih olahraga khususnya sepakbola, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Di dalam memilih model latihan khususnya latihan Plyometrics yang akan

dilakukan terhadap atletnya, pembina/pelatih harus mengetahui karakteristik dari model latihan yang akan dipilihnya sekaligus harus mengetahui dan memperhatikan karakteristik dan kondisi fisik dari atletnya.

2. Pelatih harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai efek mekanis terhadap komponen dasar kinematika menggiring bola khususnya pada atlet sepakbola.

3. Sehubungan dengan komponen dasar kinematika kekuatan otot tungkai, dari hasil penelitian ini penerapan latihan Angle Hop pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih efektif dibandingkan dengan penerapan latihan Side Hop. Hal-hal yang perlu diperhatikan pembina/pelatih pada saat melakukan latihan Angle Hop:

a. Sebelum latihan dilaksanakan, jelaskan gerakan latihan plyometrics

Angle Hop yang benar terlebih dahulu agar atlet melakukan latihan

dengan gerakan yang benar sehingga hasil latihan bisa tercapai dengan maksimal.


(6)

commit to user

b. Sebelum melakukan latihan inti, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pelatihan peregangan (Stretching) dan latihan pemanasan ( Warning-Up) dengan intensitas yang cukup

c. Lakukan latihan inti, dalam hal ini latihan plyometrics Angle Hop yang sesuai dengan program latihan.

d. Lanjutkan dengan Aktivitas formal (Formal Activity), tahap ini adalah bentuk latihan yang sesuai dengan cabang olahraga yang sedang dilatihkan khususnya pemain sepakbola dengan atlet yang mempunyai kekuatan otot tungkai tinggi.

e. Pada saat melakukan Angle Hop atlet harus lebih berhati-hati karena alat terbuat dari kayu yang licin dan bisa menyebabkan atlet cedera yang sebaiknya dilakukan menggunakan sepatu olahraga dan bukan sepatu sepakbola.

f. Kemudian lakukan penenangan (cooling down ) yang dilanjutkan dengan pengarahan dan koreksi dari latihan yang telah dilaksanakan. g. Lanjutkan latihan sesuai dengan program latihan yang telah ditetapkan

dan terus dipantau sesuai dengan interval waktu yang telah direncanakan.

4. Peneliti sangat menganjurkan sekali kepada ilmuan olahraga lainnya agar penelitian ini dilanjutkan dengan melibatkan komponen dasar kinematika gerakan pada menggiring bola dan melibatkan lebih banyak sampel dan kelompok usia yang berbeda.