Kebiasaan Belajar Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan

37

C. Analisis dan Pembahasan

1. Kebiasaan Belajar Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan

Kota Metro Tujuan pertama penelitian ini adalah mengetahui kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA yang ada di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro. Pada bagian ini akan dijelaskan distribusi frekuensi atau pengklasifikasian kebiasaan belajar siswa yang dibagi ke dalam lima tingkatan untuk masing-masing daerah. Selain itu, bagian ini juga menjelaskan kebiasaan belajar siswa di masing-masing daerah untuk masing-masing aspek kebiasaan belajar yang sudah dijelaskan sebelumnya. Tabel 15. Distribusi Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI-IPA di Kota Tanjungpinang No Kategori Interval Skor Frekuensi Frekuensi 1 Sangat Baik 85 x ≤ 100 10 2,84 2 Baik 70 x ≤ 85 166 47,16 3 Cukup 55 x ≤ 70 166 47,16 4 Tidak Baik 40 x ≤ 55 10 2,84 5 Sangat Tidak Baik x ≤ 40 0,00 Rata-rata Skor Kebiasaan Belajar 70,34 Tabel 15 menunjukkan distribusi frekuensi tingkat kebiasaan belajar siswa kelas XI IPA SMA di Kota Tanjungpinang. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata- rata skor kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang adalah sebesar 70,34 sehingga tergolong dalam kategori memiliki kebiasaan belajar yang „baik‟. Sebanyak 2,84 dari 352 siswa SMA kelas XI IPA yang ada di Kota Tanjungpinang tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „sangat baik‟, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 sedangkan sebanyak 47,16 responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „baik‟, 47,16 responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „cukup„, dan 2,84 responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „tidak baik‟. Tidak ada responden dari kota Tanjungpinang yang tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „sangat tidak baik‟. Tabel 16. Distribusi Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI-IPA di Kota Metro No Kategori Interval Skor Frekuensi Frekuensi 1 Sangat Baik 85 x ≤ 100 8 2,72 2 Baik 70 x ≤ 85 161 54,76 3 Cukup 55 x ≤ 70 121 41,16 4 Tidak Baik 40 x ≤ 55 4 1,36 5 Sangat Tidak Baik x ≤ 40 0,00 Rata-rata Skor Kebiasaan Belajar 71,32 Distribusi frekuensi tingkat kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di Kota Metro ditampilkan pada tabel 16. Secara keseluruhan, kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di Kota Metro tergolong „baik‟, dengan skor rata-rata 71,32 dari skor maksimal. Dari hasil analisis didapatkan sebanyak 2,72 responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „sangat baik‟, 54,76 responden memiliki kebiasaan belajar yang „baik‟, 41,16 responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „cukup‟, dan 1,36 responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „tidak baik‟. Tidak ada responden yang memiliki kebiasaan belajar yang „sangat tidak baik‟. 39 Secara keseluruhan dapat dilihat adanya beberapa perbedaan antara distribusi kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA yang ada di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro. Rata-rata kebiasaan belajar siswa di Kota Metro lebih tinggi dari pada rata-rata kebiasaan belajar siswa di Kota Tanjungpinang 71,32 70,34. Untuk kategori kebiasaan belajar yang „sangat baik‟, persentase responden dari kota Tanjungpinang lebih besar daripada persentase responden dari kota Metro. Namun untuk kategori kebiasaan belajar yang „baik‟, persentase responden dari kota Metro lebih besar daripada persentase responden di kota Tanjungpinang. Sedangkan untuk kategori kebiasaan belajar yang „cukup‟ dan „tidak baik, persentase responden dari kota Tanjungpinang lebih besar daripada persentase responden dari kota Metro. Secara keseluruhan tidak ada responden yang tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „sangat tidak baik‟. Skor kebiasaan belajar siswa dalam penelitian ini berdasarkan lima aspek kebiasaan belajar yaitu jadwal belajar siswa, persiapan belajar siswa, suasana saat siswa belajar, aktivitas siswa saat belajar, dan penyelesaian tugas dan kewajiban siswa. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro untuk masing-masing aspek kebiasaan belajar. Tabel 17. Tabel Skor Kebiasaan Belajar Siswa untuk Setiap Aspek Kebiasaan Belajar Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro No Aspek Kebiasaan Belajar Indikator Aspek Kebiasaan Belajar Skor Kebiasaan Belajar Siswa Tanjungpinang Metro 1 Jadwal belajar Siswa memiliki jadwal 68,96 73,72 40 No Aspek Kebiasaan Belajar Indikator Aspek Kebiasaan Belajar Skor Kebiasaan Belajar Siswa Tanjungpinang Metro belajar yang baik diluar jam belajar di sekolah Siswa mengatur jadwal belajar fisika 63,90 64,82 Rata-rata persentase 66,43 69,27 2 Persiapan belajar Siswa mempersiapkan kebutuhan belajarnya sebelum ke sekolah 88,88 85,33 Siswa mempersiapkan kebutuhan belajar fisika 60,05 64,20 Siswa mempersiapkan ujian tidak mendadak 68,61 71,85 Rata-rata persentase 72,51 73,80 3 Suasana belajar Siswa belajar di tempat dan suasana yang nyaman 75,99 75,09 Siswa dapat menjaga konsentrasi selama belajar 81,18 76,25 Rata-rata persentase 78,59 75,67 4 Aktivitas belajar Siswa memperhatikan dan aktif menanggapi guru saat pelajaran di kelas 74,81 76,02 Siswa menunjukkan aktivitas belajar yang baik saat pembelajaran fisika 60,21 65,29 Rata-rata persentase 67,51 70,65 5 Penyelesaian Siswa mengerjakan tugas 72,02 73,47 41 No Aspek Kebiasaan Belajar Indikator Aspek Kebiasaan Belajar Skor Kebiasaan Belajar Siswa Tanjungpinang Metro tugas dan kewajiban siswa tepat waktu Siswa menyelesaikan tugas dengan kemampuan sendiri 65,34 68,07 Rata-rata persentase 68,68 70,77 Tabel 17 menunjukkan rata-rata persentase skor kebiasaan belajar siswa untuk setiap aspeknya di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro. Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa antara kedua daerah terdapat perbedaan persentase skor kebiasaan belajar untuk setiap aspeknya. Jika dirata-rata dari seluruh aspek didapatkan bahwa rata-rata persentase skor kebiasaan belajar di Kota Metro lebih besar daripada di Kota Tanjungpinang, kecuali untuk aspek suasana belajar. Untuk aspek kebiasaan belajar yang pertama, jadwal belajar, rata-rata persentase skor responden dari Kota Metro lebih tinggi dibandingkan dengan responden dari Kota Tanjungpinang. Meskipun demikian, secara keseluruhan responden memiliki jadwal belajar yang tergolong „cukup‟. Dalam penelitian ini, aspek jadwal belajar meliputi jadwal belajar siswa secara keseluruhan dan jadwal belajar fisika siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar yang baik jika siswa mengatur jadwal belajar dan memiliki jam belajar yang baik, tidak mengganggu jam istirahat tidur malam. Selain itu, siswa yang memiliki intensitas waktu belajar durasi belajar yang tinggi tergolong memiliki kebiasaan belajar yang baik. Dari hasil analisis pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 tabel 17 dapat diketahui bahwa responden dari kota Tanjungpinang tergolong „cukup baik‟ dalam mengatur jadwal belajarnya. Sedangkan responden dari kota Metro memiliki jadwal belajar yang tergolong „baik‟. Selain itu juga responden di kedua kota sudah mengatur jadwal belajar fisika dengan „cukup‟. Aspek kebiasaan belajar yang kedua adalah persiapan belajar siswa. Aspek ini meliputi 3 indikator seperti yang tertera pada tabel 17. Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata persentase skor responden dari Kota Metro lebih tinggi daripada responden dari Kota Tanjungpinang. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa siswa SMA kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro memiliki persiapan belajar yang tergolong „baik‟. Dari tabel dapat dilihat bahwa indikator yang pertama, tentang persiapan kebutuhan belajar siswa, menunjukkan persentase skor yang tertinggi dibandingkan dengan indikator lainnya. Persentase skor responden dari kota Tanjungpinang lebih tinggi daripada persentase skor responden dari kota Metro. Responden baik dari kota Tanjungpinang maupun dari kota Metro dapat dikatakan tergolong memiliki persiapan kebutuhan belajar yang „baik‟. Untuk indikator yang kedua dan ketiga, persentase skor responden dari kota Metro lebih tinggi dibandingkan responden dari kota Tanjungpinang. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, responden dari kedua daerah memiliki persiapan kebutuhan belajar fisi ka yang tergolong „cukup‟. Untuk indikator terakhir, responden dari kota Tanjungpinang tergolong „cukup‟ dalam persiapan ujian, sedangkan responden dari kota Metro tergolong „baik‟ dalam mempersiapkan ujian. Aspek belajar yang ketiga, yaitu suasana belajar, meliputi 2 indikator seperti yang tertera pada tabel 17. Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata persentase skor 43 responden dari Kota Tanjungpinang lebih tinggi daripada responden dari Kota Metro. Dalam kuesioner yang digunakan, aspek suasana kebiasaan belajar siswa meliputi suasana, tempat, dan kondisi belajar siswa dan konsentrasi siswa selamat belajar. Seorang siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar yang baik jika siswa belajar pada tempat dan kondisi yang nyaman. Selain itu, kebiasaan belajar yang baik juga ditunjukkan dengan tingkat konsentrasi siswa selama belajar. Siswa yang bermain, bercerita, bersenda gurau, atau mengganggu temannya menunjukkan bahwa ia memiliki kebiasaan belajar yang tidak baik. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa baik siswa di kota Tanjungpinang maupun di kota Metro memiliki tempat belajar dan suasana belajar yang tergolong „baik‟. Begitu pula untuk indikator yang kedua. Konsentrasi selama belajar, yang dimiliki responden dari kota Tanjungpinang dan kota Metro terg olong „baik‟. Aspek keempat dari kebiasaan belajar dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa. Dalam penelitian ini, aspek aktivitas belajar siswa meliputi 2 indikator, seperti yang tertera pada tabel 20. Kebiasaan belajar yang baik ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam menanggapi pembelajaran yang sedang berlangsung, misalnya bertanya, menjawab pertanyaan, dan memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, kebiasaan belajar yang baik ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas seperti, berdiskusi tentang pelajaran, berlatih soal, mengakses informasi yang berkaitan dengan pelajaran di berbagai sumber belajar, atau membuat rangkuman dari suatu materi pelajaran. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa baik di Kota Tanjungpinang maupun Kota Metro tergolong „cukup‟. Dari seluruh aspek kebiasaan belajar yang ada, aspek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 keempat ini merupakan aspek yang rata-rata persentase skornya paling rendah dibandingkan dengan aspek lainnya. Tabel 17 menunjukkan bahwa responden dari kedua daerah t ergolong „baik‟ untuk indikator perhatian dan keaktifan menanggapi guru selama pembelajaran. Sedangkan untuk indikator aktivitas belajar saat pembelajaran fisika, responden dari kedua daerah tergolong „cukup‟. Persentase skor dari kedua indikator menunjukkan aktivitas belajar siswa di kota Metro lebih baik daripada siswa di kota Tanjungpinang. Aspek yang terakhir dari kebiasaan belajar dalam penelitian ini adalah penyelesaian tugas dan tanggung jawab oleh siswa. Aspek ini meliputi 2 indikator yang membahas tentang kebiasaan siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas atau kewajibannya sebagai seorang siswa. Seorang siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar yang baik jika ia mengerjakan tugas-tugasnya dengan tepat waktu. Jika harus dikerjakan di rumah maka siswa tersebut harus mengerjakannya di rumah, atau dikumpul sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu, kebiasaan belajar yang baik juga ditunjukkan dengan cara siswa meyelesaikan tugas-tugasnya. Siswa yang menyalin menyontek pekerjaan temannya menunjukkan bahwa kebiasaan belajar yang ia miliki tidak baik. Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa responden dari kota Tanjungpinang dan kota Metro sudah menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya dengan „baik‟ tepat pada waktunya. Diketahui pula bahwa rata-rata persentase skor siswa di Kota Metro lebih tinggi daripada siswa di Kota Tanjungpinang. Responden dari kedua daerah diketahui dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu. Melalui penelitian ini dapat diketahui pula bahwa kebiasaan siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 SMA kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang tergolong „cukup‟ dalam menyelesaikan tugasnya. Sedangkan siswa SMA kelas XI IPA di kota Metro dalam menyelesaikan tugasnya tergolong „baik‟. Pembahasan terakhir dari poin ini adalah profil kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA dilihat dari aspek aktivitas belajar siswa yang menunjukkan kebiasaan belajarnya. Profil kebiasaan belajar ini didapatkan melalui pernyataan nomor 15, 16, 19, 21 dan 24 pada kuesioner kebiasaan belajar yang diberikan kepada responden. Berikut ini adalah tabel distribusinya: Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden dari Kota Tanjungpinang untuk Pernyataan Profil Kebiasaan Belajar Siswa No Pernyataan Jumlah Responden SS S TS STS 1 Saya lebih nyaman belajar sambil mendengarkan musik 28,98 25,00 34,38 11,65 2 Saya lebih mudah memahami pelajaran dengan melihatnya melalui video daripada mendengarkan penjelasan guru 19,60 29,26 42,33 8,81 3 Saya lebih mudah mempelajari fisika apabila dilakukan melalui percobaan daripada hanya dijelaskan 38,07 44,32 16,19 1,42 4 Saya memahami fisika melalui latihan-latihan soal 17,33 60,51 19,32 2,84 5 Saya lebih mudah belajar fisika melalui belajar kelompok daripada belajar sendiri 25,57 40,63 27,27 6,53 46 Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa 53,98 responden dari kota Tanjungpinang menyetujui jika belajar lebih terasa nyaman jika sambil mendengarkan musik, sedangkan sisanya merasakan sebaliknya. Namun, sepertiga dari responden memilih pilihan „tidak setuju‟ atas pernyataan bahwa belajar terasa lebih nyaman jika sambil mendengarkan musik. Hasil ini menunjukkan bahwa rasa atau suasana nyaman setiap orang dapat berbeda-beda. Ada siswa yang lebih nyaman belajar dalam keheningan tanpa alunan musik, adapula siswa yang merasakan sebaliknya. Tabel 18 juga menunjukkan bahwa sebagian siswa tidak menyetujui bahwa penggunaan video lebih memudahkan siswa memahami pelajaran, dan sebagian lainnya merasa video memudahkan mereka memahami pelajaran. Saat peneliti melakukan observasi di setiap sekolah yang menjadi sampel penelitian, terlihat tidak ada alat multimedia pembelajaran yang terpasang permanen di setiap ruang kelas. Menurut pengakuan para siswa, media seperti proyektor dapat dipinjam ke ruang kepala sekolah saat akan digunakan saja. Para siswa juga menjelaskan bahwa penggunaan multimedia tersebut lebih dominan digunakan untuk menampilkan materi guru dalam bentuk powerpoint. Guru-guru di sebagian besar sekolah jarang sekali menggunakan multimedia untuk menampilkan video pembelajaran. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa pemanfaatan sarana multimedia di SMA yang ada di kota Tanjungpinang masih kurang karena rendahnya ketersediaan sarana multimedia di setiap sekolah. Hasil penelitian ini dapat dijadikan para guru sebagai bahan pertimbangan dalam penggunaan sarana multimedia untuk pembelajaran. Sebaiknya sarana multimedia dapat digunakan 47 untuk menampilkan simulasi atau video pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa. Pihak pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan pengadaan sarana multimedia guna menunjang aktivitas pembelajaran di kelas. Selanjutnya adalah pendapat siswa tentang kelebihan pembelajaran melalui percobaan. Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dari kota Tanjungpinang menyetujui bahwa pelajaran fisika lebih mudah dipelajari melalui percobaan. Hampir setengah dari jumlah responden memilih „setuju‟ untuk pernyataan yang menjelaskan bahwa pelajaran fisika lebih mudah dipelajari melalui percobaan. Namun, berdasarkan penjelasan siswa saat peneliti melakukan wawancara terbuka di kelas, sebagian siswa menjelaskan lebih suka belajar dengan melakukan percobaan karena percobaan dilakukan di luar kelas sehingga tidak jenuh, dan adapula yang menjelaskan lebih senang melakukan percobaan karena bisa melihat langsung penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa metode pembelajaran melalui percobaan dirasa memudahkan responden dari kota Tanjungpinang untuk memahami pelajaran fisika. Dengan demikian, para guru diharapkan dapat merancang metode percobaan dengan sebaik mungkin agar siswa benar-benar dapat memahami pelajaran fisika melalui percobaan. Untuk pernyataan yang keempat dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dari kota Tanjungpinang setuju bahwa pelajaran fisika lebih mudah dipelajari melalui latihan soal. Lebih dari separuh responden memilih „setuju‟ untuk pernyataan yang menjelaskan bahwa pelajaran fisika lebih mudah dipahami 48 melalui latihan-latihan soal. Berdasarkan hasil wawancara para responden dari beberapa kelas di sekolah yang menjadi tempat penelitian menyatakan tidak mengerti pelajaran fisika tanpa diajari cara menyelesaikan soal-soal. Namun beberapa responden menyatakan bahwa pelajaran fisika menjadi susah karena terlalu banyak rumus yang digunakan ketika mengerjakan latihan soal. Berdasarkan hasil penelitian ini, para guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk giat mengerjakan latihan-latihan soal agar siswa dapat lebih memahami pelajaran fisika. Pernyataan yang terakhir menjelaskan profil siswa tentang cara belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 18 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa belajar fisika lebih mudah jika dilakukan secara berkelompok daripada belajar sendiri. Lebih dari 40 respond en memilih „setuju‟ untuk pernyataan yang menjelaskan bahwa belajar fisika lebih mudah dipelajari secara berkelompok dari pada belajar sendiri. Berdasarkan wawancara yang sempat dilakukan, beberapa siswa menjelaskan bahwa diskusi kelompok membuat mereka lebih bersemangat dan memahami pelajaran fisika. Meskipun ada pula responden yang menyatakan bahwa belajar sambil diskusi rentan memecah konsentrasi saat satu atau dua rekan yang mendiskusikan hal-hal di luar pelajaran topik diskusi. Dengan demikian, para guru diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran dalam kelompok-kelompok diskusi namun tetap dirancang sebaik mungkin agar siswa tetap fokus mendiskusikan tema diskusi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 Tabel 19. Distribusi Jawaban Responden dari Kota Metro untuk Pernyataan Profil Kebiasaan Belajar Siswa No Pernyataan Jumlah Responden SS S TS STS 1 Saya lebih nyaman belajar sambil mendengarkan musik 15,31 43,54 34,01 7,14 2 Saya lebih mudah memahami pelajaran dengan melihatnya melalui video daripada mendengarkan penjelasan guru 10,88 22,45 58,16 8,50 3 Saya lebih mudah mempelajari fisika apabila dilakukan melalui percobaan daripada hanya dijelaskan 39,80 47,28 11,90 1,02 4 Saya memahami fisika melalui latihan-latihan soal 17,69 56,12 23,13 3,06 5 Saya lebih mudah belajar fisika melalui belajar kelompok daripada belajar sendiri 19,05 50,34 26,87 3,74 Tabel 19 menjelaskan profil kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di kota Metro. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di kota Metro menyetujui merasa lebih nyaman belajar sambil mendengarkan musik. Lebih dari 40 responden memilih „setuju‟ untuk pernyataan yang menjelaskan bahwa belajar terasa lebih nyaman jika dilakukan sambil mendengarkan musik. Penelitian ini dapat menjelaskan bahwa setiap orang memiliki cara sendiri untuk menghasilkan suasana belajar yang nyaman. Dengan demikian, para orang tua maupun guru diharapkan untuk mengerti kebutuhan setiap siswa selama belajar 50 selama tidak berdampak positif bagi siswa dan tidak mengganggu pihak atau siswa lainnya. Selanjutnya adalah kelebihan pembelajaran menggunakan video. Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak menyetujui bahwa pembelajaran dengan melihat video lebih memudahkan siswa memahami pelajaran ketimbang mendengar penjelasan guru. Lebih dari separuh responden memilih „tidak setuju‟ untuk pernyataan yang menjelaskan bahwaa pembelajaran melalui video membuat siswa lebih memahami pelajaran fisika. Tidak dapat diketahui secara pasti alasan mengapa lebih dari separuh responden memilih „tidak setuju‟ karena tidak didapatkan data melalui wawancara. Namun para guru diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sarana multimedia untuk menampilkan simulasi atau video pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami pelajaran fisika. Dari tabel 19 dapat diketahui pula bahwa sebagian besar siswa menyetujui bahwa pelajaran fisika dapat dipahami melalui latihan-latihan soal. Lebih dari separuh responden memilih „setuju‟ untuk pernyataan yang menjelaskan bahwa pelajaran fisika dipahami melalui latihan-latihan soal. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi para guru agar dapat mendorong siswa lebih giat lagi mengerjakan latihan-latihan soal agar lebih memahami pelajaran fisika. Pernyataan terakhir menjelaskan bahwa belajar secara berkelompok membuat siswa lebih mudah belajar fisika. Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa responden dari kota Metro akan lebih mudah belajar fisika dengan belajar sacara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 berkelompok daripada belajar sendiri. Lebih dari separuh responden memilih „setuju‟ untuk pernyataan ini. Dengan demikian, para guru diharapkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran secara berkelompok dengan tetap menjaga konsentrasi belajar masing-masing peserta didik.

2. Pretasi Belajar Fisika Kinematika Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota

Dokumen yang terkait

Kebiasaan Menonton Televisi, Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri 101791 Patumbak.

1 62 79

KORELASI ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Viii Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Ajaran 2

0 2 10

KORELASI ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Viii Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Kartasu

0 2 16

PENGARUH KEMAMPUAN LOGIKA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI Pengaruh Kemampuan Logika Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sukodono Kabupaten Sragen Tah

0 1 16

PENGARUH KEMAMPUAN LOGIKA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS Pengaruh Kemampuan Logika Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sukodono Kabupaten Sragen Tahun

0 1 14

PENGARUH KONSEP DIRI DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA JURUSAN AKUNTANSI Pengaruh Konsep Diri Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Jurusan Akuntansi Kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara Tahun A

1 1 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Kebiasaan Jajan Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di SDN Banyuanyar III Surakarta.

0 1 17

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI DI SMK PASUNDAN 1 KOTA BANDUNG.

0 3 39

Korelasi antara sumber belajar fisika dengan prestasi belajar fisika dalam bidang kinematika pada siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Manggarai NTT dan Kabupaten Kediri bagian timur tahun ajaran 2016 2017

1 5 216

147761893 Prestasi Belajar Kebiasaan Belajar Dan Motif Berprestasi

0 0 31