PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 1 PIYUNGAN.

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 1 PIYUNGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MUHAMMAD BILL HUDHA 10208241028

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri

(Benyamin Franklin)

Pandanglah hari ini. Kemarin sudah menjadi mimpi. Dan esok hari hanyalah sebuah visi. Tetapi, hari ini sungguh nyata, menjadikan kemarin sebagai mimpi

kebahagiaan, dan setiap hari esok sebagai visi harapan. (Alexander Pope)

Ingatlah bahwa setiap hari dalam sejarah kehidupan kita ditulis dengan tinta yang tak dapat terhapus lagi


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan semuanya demi kebaikanku.

 Saudaraku tercinta Elliata Arrich Rikza, Muhammad Arthur Gillian dan

Reno Mc Aulia Akbar yang selalu mendukungku secara langsung maupun tidak langsung.

Orangorang terdekatku Oktaviani Pratama Putri, Gerasimos Dimas dan

Suryo Sapto, Wahyu widodo yang selalu ada waktu untukku.


(7)

vii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 1 PIYUNGAN

Oleh :

Muhammad Bill Hudha NIM. 10208241028

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang maksimalnya prestasi belajar pada proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menghasilkan prestasi belajar yang berbeda. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Negeri 1 Piyungan pada mata pelajaran Seni Budaya.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan masing–masing siklus terdapat dua pertemuan. Pelaksanaan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Seni Budaya ini meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Negeri 1 Piyungan. Hal ini dilihat dari aspek kognitif yaitu terjadi peningkatan pengetahuan dilihat dari siswa mampu menjawab soal–soal yang diberikan oleh guru baik saat proses pembelajaran maupun pada saat tes kemampuan kognitif. Rata–rata peningkatan pada kemampuan ini sebesar 17,74% yang masuk pada kriteria baik. Pada aspek psikomotorik terjadi peningkatan pada siswa dilihat dari kesesuaian dengan teknik bermain yang benar, ekspresi yang ditunjukkan, dan kelancaran pada saat memainkan alat musik. Rata–rata peningkatan pada kemampuan ini sebesar 13,25% yang masuk pada kriteria sangat baik. Pada aspek afektif terjadi peningkatan pada siswa dilihat dari kerjasama yang baik pada saat berkelompok, berani mengungkapkan pendapat, dan diskusi kelompok yang berjalan secara kondusif. Rata–rata peningkatan pada kemampuan ini sebesar 22,83%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Seni Budaya.

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Pelajaran Seni Budaya, Prestasi Belajar


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat beserta hidayah-Nya sehingga peneliti diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa peniliti haturkan kepada junjungan kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya dihari yaumul qiyamah.

Sebagai insan biasa yang tak lepas dari kesalahan, peneliti menyadari bahwasanya skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan waktu, tenaga dan pikirannya demi membantu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti akan menyampaikan terimakasih kepada pihak–pihak sebagai berikut :

1. Drs. Cipto Budy Handoyo, M. Pd. dan Drs. Pujiwiyana, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, arahan, dan bimbingan yang sangat membangun dan bermanfaat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

2. Bapak Warsito, S. Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Piyungan yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian disekolah.

3. Ibu Sri Windaryati, S. Pd. selaku Guru Seni Budaya SMP Negeri 1 Piyungan yang telah bersedia membantu, menyemangati, mendukung dan bersedia bekerjasama dengan peneliti dalam melaksanakan penelitian.


(9)

ix

4. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti memohon kritik dan saran sebagai perbaikan pada masa yang akan dating. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 30 Juni 2014


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 8

1. Pembelajaran Kooperatif ... 8

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 12

3. Prestasi Belajar ... 13

4. Pembelajaran Seni Budaya (Musik) ... 15


(11)

xi

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Hipotesis ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24

B. Setting Penelitian ... 24

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 25

1. Perencanaan ... 26

2. Pelaksanaan ... 27

3. Pengamatan ... 27

4. Refleksi ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian...29

1. Teknik Pengumpulan Data...29

2. Instrumen Penelitian...29

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen...30

1. Validitas...30

2. Reliabilitas...32

G. Teknik Analisis Data...32

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan...35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT A. Kesimpulan ... 68

C. Rencana Tindak Lanjut ...69


(12)

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Prosedur peneltian ... 28 Gambar 2. Grafik peningkatan nilai rata–rata siswa pada siklus I ... 47 Gambar 3. Grafik peningkatan nilai rata–rata siswa pada siklus II pertemuan

I ... 61 Gambar 4. Grafik peningkatan nilai rata–rata siswa pada siklus II pertemuan


(14)

xiii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Langkah–langkah Pembelajaran Kooperatif ... 12

Tabel 2. Kategori Penafsiran Nilai Rata–Rata Siswa ... 33

Tabel 3. Hasil tes kognitif ... 45

Tabel 4. Hasil tes psikomotorik ... 46

Tabel 5. Hasil tes afektif... 46

Tabel 6. Hasil tes kognitif ... 59

Tabel 7. Hasil tes psikomotorik ... 59

Tabel 8. Hasil tes afektif... 59

Tabel 9. Hasil tes kognitif ... 61

Tabel 10. Hasil tes psikomotorik ... 61


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

1.1 Validasi Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa 1.2 Instrumen Tes Kognitif

1.3 Instrumen Penilaian Tes Ranah Psikomotorik 1.4 Instrumen Penilaian Ranah Afektif

Lampiran 2. Hasil Penelitian 2.1 Daftar Nilai Ranah Kognitif 2.2 Daftar Nilai Ranah Psikomotorik 2.3 Daftar Nilai Ranah Afektif Lampiran 3. RPP

3.1 RPP Siklus I 3.2 RPP Siklus II


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia memiliki cita–cita yaitu menginginkan kualitas hidup yang baik dan mempunyai harapan dapat mencapai semua cita–cita tersebut dalam kehidupan. Cita–cita tersebut tentunya tidak dapat diwujudkan apabila manusia itu sendiri tidak mau berusaha mewujudkannya. Cita–cita tersebut senantiasa dapat diwujudkan melalui berbagai cara. Salah satu cara untuk membantu mencapai cita–cita tersebut yakni melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan, manusia dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan cerdas dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Sebagai salah satu elemen penting negara, pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang tak lekang oleh zaman dan terus mengalami perkembangan dan kemajuan.

Pendidikan diharapkan terus dapat berkembang dalam salah satu usahanya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan yang dilakukan bermaksud untuk meningkatkan kualitas penerus bangsa ini. Perkembangan tersebut dilakukan antara lain menyempurnakan struktur kurikulum, memperbaiki sistem pendidikan serta membangun pendidikan yang lebih efektif dan efisien.


(17)

2

mengeluarkan potensi–potensi siswa serta mengembangkan potensi tersebut sehingga siswa dapat menghadapi masalah yang ditemuinya. Masalah yang utama ialah masalah yang dihadapi dalam kehidupan di sekolah. Terlebih penting lagi untuk bekal masa depan siswa dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam dunia kerja.

Sekolah sebagai rumah siswa dalam menuntut ilmu harus mampu mendukung proses belajar siswa. Dukungan dari sekolah tersebut dapat membantu siswa berkembang lebih dewasa. Mulai dari lingkungan yang kondusif sehingga proses pembelajaran maksimal, guru yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dapat menjadi panutan siswa sehingga dapat menjadi tempat siswa kearah yang lebih baik, dan sesama siswa yang memiliki cerita yang berbeda–beda sehingga dapat saling berbagi.

Pembelajaran selalu melibatkan guru dengan siswa menjadi suatu proses yang bersangkutan. Guru sebagai pengantar siswa dalam memahami proses belajar mengajar mempunyai peran sangat penting dalam mewujudkan prestasi belajar yang maksimal. Pembelajaran yang baik akan menghasilkan prestasi bagi siswa yang sesuai pula. Pada kenyataannya masih ada masalah untuk mencapai hasil yang maksimal.

Dalam pendidikan seni budaya, guru masih sering mengeluhkan kurangnya kemampuan siswa dalam menikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran bahwa siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran seni budaya dan kurang maksimalnya hasil belajar siswa. Hasil


(18)

3

maksimal belum dapat diraih meskipun guru selalu memberikan motivasi secara terus–menerus dengan berbagai pendekatan.

Hasil pengamatan sekilas yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Piyungan tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi masih kurang maksimal. Pemilihan model pembelajaran menjadi hal utama yang menyebabkan pencapaian kompetensi kurang maksimal. Pendidikan yang dilakukan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran masih terfokus kepada guru, belum terfokus kepada siswa yang dapat mengakibatkan proses pembelajaran menjadi pengajaran bukan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa kurang maksimal.

Peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan hal yang beragam. Ada siswa yang aktif bertanya dalam proses pembelajaran namun adapula yang pasif yaitu hanya cenderung menerima materi. Dalam hal ini, siswa yang aktif bertanya dan mencari informasi akan lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa pasif yang cenderung mendapatkan prestasi belajar yang lebih rendah.

Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut. Model pembelajaran yang melibatkan siswa secara keseluruhan untuk aktif dalam proses pembelajaran dan bersifat mandiri. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah cooperative learning atau biasa disebut dengan model pembelajaran


(19)

4 kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran modern yang banyak dikembangkan saat ini. Model ini dapat digunakan sebagai alternatif mengajar untuk guru. Model ini didasarkan pada kerjasama yang dibentuk oleh kelompok yang terdiri atas beberapa siswa yang bekerjasama untuk saling membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapkan padanya. Slavin (2005: 4) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Model pembelajaran kooperatif ini menekankan pada kerjasama. Dengan model ini maka siswa yang lebih tinggi pencapaiannya dapat membantu siswa yang kurang maksimal pencapaiannya. Diharapkan dengan menggunakan model ini maka sumber siswa bukan hanya dari guru melainkan dapat diperoleh dari sesama siswa dan dapat meningkatkan keaktivan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran Seni Budaya.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan model pembelajaran kooperatif menurut Hill & Hill (1993: 1-6) sebagaimana dikutip oleh Rofiq adalah (1) meningkatkan prestasi siswa, (2) memperdalam pemahaman siswa, (3) menyenangkan siswa, (4) mengembangkan sikap kepemimpinan, (5) menembangkan sikap positif siswa, (6) mengembangkan sikap menghargai diri sendiri, (7) membuat belajar secara


(20)

5

inklusif, (8) mengembangkan rasa saling memiliki, dan (9) mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Olivia (2011: 73) menyatakan prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Prestasi belajar merupakan hasil prestasi yang mencerminkan siswa yang meliputi tiga aspek setelah melalui proses pembelajaran dan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.. Aspek yang dimaksud ialah kognitif yang menyinggung pengetahuan, afektif yang menunjukkan sikap dan psikomotorik yang menilai keterampilan.

Dilihat dari uraian diatas, penggunaan model pembelajaran yang baik sangat penting untuk memaksimalkan prestasi belajar siswa. Kegiatan belajar mengajar salah satunya dapat dilakukan dengan model cooperative learning. Model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk terlibat aktif keseluruhan dalam proses pembelajaran dan saling membantu agar dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas, terdapat bermacam–macam hal yang bisa diperbaiki sehingga menjadikan hal yang lebih baik dari sebelumnya. Melihat hal tersebut, maka peneliti termotivasi untuk meneliti permasalahan tersebut dengan mengambil alternatif judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII B di SMP Negeri 1 Piyungan”


(21)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran masih banyak yang terfokus pada guru, siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran.

2. Peran serta siswa masih belum menyeluruh sehingga prestasi belajar juga cenderung kurang maksimal.

3. Pencapaian prestasi belajar kurang maksimal dikarenakan pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat.

C. Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan prestasi belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII B di SMP Negeri 1 Piyungan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang diuraikan pada identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII B pada mata pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Piyungan?”.


(22)

7 E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII B di SMP Negeri 1 Piyungan.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Setelah diketahui mulai dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, hingga tujuan penelitian maka dapat diambil manfaat dari hasil penelitian tersebut antara lain:

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan alternatif bagi pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Piyungan dalam hal kaitannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Piyungan.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan metode alternatif untuk meningkatkan proses pembelajaran dikelas.

b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah.

c. Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi karya ilmiah dan motivasi untuk mengembangkan penelitian.


(23)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama–sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2008: 150). Menurut Taniredja dkk (2012: 55) pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas–tugas yang terstruktur.

Slavin (dalam Taniredja dkk, 2012: 55) mengemukakan, “in cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher.” Uraian tersebut dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam kelompok yang terdiri atas 4 anggota untuk memperdalam materi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pendapat diatas tentang definisi pembelajaran kooperatif, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang mengutamakan pada kerjasama kelompok yang terdiri dari 4–6 orang untuk memperdalam materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif sebenarnya bukan hal baru dalam dunia pendidikan,


(24)

10

namun model ini pada awalnya hanya digunakan sebagian oleh guru untuk tujuan yang tertentu, seperti misalnya tugas–tugas atau laporan kelompok. Padahal sebenarnya pembelajaran kooperatif juga dapat diaplikasikan sebagai model utama dalam mengatur proses pembelajaran dikelas.

Menurut Slavin (2005: 4–5) alasan yang mendukung pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan pencapaian prestasi siswa, mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman yang lemah dalam bidang akademik, meningkatkan harga diri, tumbuhnya kesadaran siswa untuk berpikir, menyelesaikan masalah, mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan hubungan sosial antar siswa dari latar belakang etnis yang berbeda dan antar para siswa khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelasnya.

Ada beberapa tipe yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Slavin (2005: 143–237) membagi pembelajaran kooperatif kedalam beberapa model, antaralain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw,Team Assisted individualization (TAI) dan CIRC, Group Investigation

Berdasarkan model–model pembelajaran yang sudah disebutkan, pembelajaran ini berdasar pada bekerja kelompok yang biasanya dipraktikkan. Namun model pembelajaran kooperatif mempunyai perbedaan dengan belajar


(25)

11

kelompok klasik yang sudah biasa dilakukan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif lebih terstruktur dan memiliki unsur penyusun– penyusunnya.

Sebagaimana Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008: 31) mengatakan unsur–unsur model pembelajaran kooperatif antara lain:

a. Saling ketergantungan positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka

d. Komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok

Banyak keuggulan yang dapat diperoleh dari pembelajaran kooperatif. Sebagaimana yang diutarakan oleh Sanjaya (2009: 249–251) mengenai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain:

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak perlu bergantung pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan dalam berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari teman. b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan dalam

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata – kata secara verbal dan memabandingkannya dengan ide – ide orang lain.

c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk dapat respek pada orang lain, serta menyadari keterbatasannya dan menerima segala perbedaan.

d. Pembelajaran kooperatif dapat membangun setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif, mengembangkan ketrampilan memanajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah.


(26)

12

f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa

menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

h. Selama pembelajaran kooperatif berlangsung interaksi yang dilakukan dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Disamping pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Menurut Sanjaya (2009: 249–251) kelemahan tersebut antara lain:

a. Membutuhkan waktu untuk dapat memahami dan mengerti pembelajaran kooperatif

b. Apabila kelompok pembelajaran kooperatif tidak berjalan dengan efektif, pencapaian siswa menjadi tidak maksimal

c. Penilaian yang diberikan pada pembelajaran kooperatif berdasarkan pada hasil pembelajaran kelompok. Namun perlu disadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d. Pembelajaran kooperatif tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali–sekali penerapan strategi. Pembelajaran kooperatif memerlukan periode waktu yang cukup panjang.

e. Pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa saling bekerjasama, siswa juga harus belajar membangun kepercayaan diri.

Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 66-67) terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah–langkah ini ditunjukkan pada tabel 1 berikut.


(27)

13

Tabel 1. Langkah–langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok

kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar yang telah dipelajari atau masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara – cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Teams Achievement Divisions merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan dengan cara kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama antara lain presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin, 2005: 143).


(28)

14

Menurut Trianto (2009: 68) STAD merupakan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen, diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Trianto (2009: 68-70) menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan antara lain perangkat pembelajaran, membentuk kelompok kooperatif, menentukan skor awal, pengaturan tempat duduk, kerja kelompok.

Langkah–langkah dalam pembelajaran tersebut didasarkan dari langkah–langkah pada pembelajaran kooperatif yang terdiri atas enam fase seperti yang digambarkan pada tabel sebelumnya.

3. Prestasi Belajar

Menurut Djaatar (2001: 82) belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Antara proses belajar dan perubahan adalah dua gejala yang saling terkait yaitu sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan, ketrampilan, maupun yang menyangkut nilai sikap. Suatu aktivitas pembelajaran dapat dikatakan efektif jika proses pembelajaran tersebut bisa mewujudkan sasaran


(29)

15 atau hasil belajar tertentu.

Menurut Gagne (dalam Djaatar, 2001: 82) hasil belajar merupakan kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang dapat dikategorikan dalam lima macam yaitu Informasi verbal (verbal information), Ketrampilan intelektual (Intellectual skills), Strategi kognitif (Cognitive strategies), Sikap (Attitude), Ketrampilan motorik (Motor skills).

Sudjana (2009: 3) hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Hasil belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa seelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (dalam Sudjana, 1989: 22) membagi tiga macam hasil belajar yakni (a) Ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita–cita.

Sementara itu Gagne (dalam Sudjana, 2009: 22) membagi lima kategori hasil belajar yaitu (a) informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e) ketrampilan motoris. Klasifikasi hasil belajar dalam rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional menggunakan acuan dari Benjamin S. Bloom (dalam Hariyanto, 2012: 167) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).


(30)

16

dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkaitan dengan hsail belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak (Sudjana, 2009: 22)

4. Pembelajaran Seni Budaya (Musik)

Menurut Jogiyanto (2006: 12) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik– karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan–kecenderungan reaksi asli. Pembelajaran terjadi ketika terdapat perubahan karena suatu kejadian dan perubahan yang terjadi bukan karena perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi dengan sendirinya atau karena perubahannya sementara saja tetapi lebih karena reaksi dari situasi yang dihadapi.

Menurut Cagne dan Biggs (dalam Djaatar, 2001: 2) pembelajaran adalah rangkaian peristiwa/kejadian yang mempengaruhi siswa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Sebagai bagian dari sistem, sasaran pembelajaran adalah merubah masukan berupa siswa yang belum terdidik menjadi manusia yang terdidik (proses transformasi).


(31)

17

Menurut Jogiyanto (2006: 20) pembelajaran yang baik mempunyai sasaran–sasaran yang seharusnya berfokus pada hal–hal sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas berpikir (qualities of mind) b. Meningkatkan sikap berpikir (attitude of mind) c. Meningkatkan kualitas personal (qualities of person)

d. Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan konsep dan pengetahuan pada situasi spesifik.

Menurut Sudarsono dkk (1982: 5) Musik adalah seni yang berlatar belakang waktu yang mampu mengekspresikan nuansa kehidupan seperti kegembiraan, kesedihan, kemesraan, dan sebagainya. Didalamnya tersimpan ungkapan perasaan yang bisa membentuk sikap dan daya pikir seseorang. Pelajaran musik sangat membantu siswa untuk menyelami seluk beluk suasana hati dan relung–relung pikiran yang paling dalam. Disinilah tersirat fungsi pembelajaran musik sekolah sebagai alat pendidikan bersama – sama pelajaran lain sebagai pelajaran umum.

Menurut Jamalus (1998: 1) musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur–unsur musik yaitu irama, melodi, bentuk, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Menurut Safrina (1998: 3) Pendidikan musik adalah pendidikan untuk memberi kesempatan mengembangkan rasa keindahan kepada anak dan menghayati bunyi ungkapan musik itu sendiri.


(32)

18

Pendidikan rasa keindahan ini memberi kesadaran anak bahwa musik itu adalah bagian dari kehidupan. Jadi pada dasarnya ialah mengajarkan materi musik tidak terpaku pada ceramah atau cerita saja, melainkan lebih pada kegiatan praktek agar siswa merasakan langsung seperti misalnya bermain alat musik, mendengarkan musik, dan terutama untuk anak yaitu menyanyi.

Menurut Jamalus (1998: 3) pengajaran musik adalah pengajaran tentang bunyi. Apapun yang dibahas dalam suatu pengajaran musik haruslah bertolak dari bunyi itu sendiri. Dalam tahapan pengajaran seni musik selalu terdapat bagian–bagian dari semua unsur musik, karena setiap lagu yang digunakan pada umumnya terbentuk dari semua unsur musik yang esensial sebagai satu kesatuan (Safrina, 1998: 2).

Berdasarkan pendapat–pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni budaya (musik) adalah pembelajaran tentang bunyi, apresiasi terhadap suatu karya seni, apresiasi kebudayaan, dan juga pemahaman tentang rasa keindahan yang terdapat pada suatu karya seni tersebut.

Menurut Safrina (1998: 2) Tujuan pendidikan musik antara lain:

a. Menanamkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki anak

b. Membantu anak memiliki kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikirannya melalui musik

c. Membantu anak memiliki kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera artistiknya

d. Mengembangkan kepekaan anak terhadap lingkungannya

e. Memberi kesempatan pada anak untuk dapat meningkatkan sendiri pengetahuan dan ketrampilannya dalam bidang musik dapat tercapai.


(33)

19

Pembelajaran musik disekolah harus mengantarkan anak pada pengalaman yang menyenangkan sehingga anak dapat merasakan bahwa musik adalah sumber keindahan. O’brien (dalam Safrina, 1998: 104) menyimpulkan bagaimana seharusnya memberikan peelajaran musik yaitu:

1. Cara belajar yang terbaik bagi anak–anak seharusnya pengalaman musik.

2. Anak–anak mempunyai tingkat perkembangan yang harus diperhatikan dan disesuaikan dalam pembelajaran musik. Anak–anak harus diberi pengalaman musik yang sesuai dengan perkembangan fisiknya.

3. Anak–anak memiliki kebutuhan sosial dan kebutuhan emosi yang berbeda–beda. Anak yang suka bersosialisasi lebih cenderung suka bermain ansambel. Guru harus selalu memperhatikan kebutuhan sosial anak yang berbeda–beda ini.

4. Pengajaran musik yang ideal menggunakan unsur–unsur musik yang terdapat dalam lagu yang digunakan sebagai bahan untuk pengalaman musik.

5. Musik Ansambel

Menurut Banoe (2003: 133) musik ansambel adalah permainan bersama dalam satuan kecil alat musik. Menurut Miller (1996: 119) ansambel mempunyai kombinasi hampir tidak terbatas. Ada dua kelas utama yaitu ansambel kamar dan ansambel besar. Sedangkan Syafiq (2003: 97) mengartikan ansambel adalah kelompok kegiatan seni musik dengan jenis seperti yang tercantum dalam sebutannya. Biasanya tampil sebagai hasil kerjasama peserta, dibawah pimpinan seorang pelatih, misalnya adalah ansambel tiup, ansambel gesek dan ansambel gitar.


(34)

20

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa musik ansambel adalah permainan musik secara bersama–sama dengan memiliki kombinasi yang hampir tak terbatas dalam satuan alat musik. Menurut Hartayo (1994: 92) menyatakan hal–hal yang perlu diperhatikan dalam permainan musik ansambel, antaralain (1) aransemen lagu tersebut, (2) disiplin bermain dari masing–masing pemain ansambel, (3) kemahiran dari masing–masing pemain ansambel, (4) keseimbangan dari masing–masing bunyi instrumen dalam sebuah ansambel musik yang ditentukan oleh jumlah instrumen serta kualitas dari suara yang dihasilkan oleh masing–masing pemain, dan (5) disiplin dan hasil latihan yang berulan–ulang.

Menurut Banoe (2003: 133) terdapat 2 jenis ansambel dilihat dari bentuk penyajiannya yaitu:

1. Ansambel musik sejenis adalah bentuk penyajian musik ansambel dengan menggunakan alat musik yang sama. Contoh ansambel musik sejenis adalah ansambel gitar, ansambel tiup, ansambel gesek dan lain–lain. 2. Ansambel musik campuran adalah bentuk penyajian musik ansambel

dengan menggunakan alat musik beraneka ragam. Menurut Miller (1996: 123) yang termasuk kedalam ansambel campuran adalah opera, oratorio, cantata, misa, misa requiem, dan simfoni.

Menurut Miller (1996: 119–121) ada dua kelas utama pada anasmbel musik antaralain:


(35)

21

1. Ansambel kamar (chamber music) adalah sebuah medium yang membutuhkan hanya beberapa pemain, biasanya dimainkan satu partitur untuk satu pemain. Yang termasuk ansambel kamar yaitu sonata solo, kuartet gesek, duo, trio, kuintet dan lain–lain.

2. Ansambel besar dapat digolongkan menjadi dua tipe antaralain orkestra dan band. Orkestra adalah sekelompok pemain istrumen yang cukup besar. Didalam orkestra beberapa instrumen sejenis biasanya memainkan sebuah partitur tertentu. Band adalah sebuah ansambel instrumental yang terutama dan secara khusus terdiri dari instrumen tiup dan perkusi.

Dalam permainan ansambel dapat diklasifikasikan menjadi ansambel sejenis dan ansambel campuran. Hal ini dapat diperhatikan pada pengklasifikasian dari sumber bunyinya. Menurut Setiawan (2008: 19-26) klasfikasi berdasarkan sumber bunyi tersebut antaralain:

a. Idiofon

Alat musik ini memiliki sumber bunyi yang berasal dari bahan dasarnya, contoh marakas, angklung, kolintang dll.

b. Aerofon

Adalah alat musik yang seumber bunyinya berasal dari hembusan udara pada rongga. Contoh: suling, rekorder, terompet, harmonika, trombon dll. c. Kordofon

Adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai. Contoh: bass, gitar, biola, sitar, piano, kecapi dll.

d. Membranofon

Adalah alat musik yang sumber bunyinya dari selaput atau membran. Contoh: tifa, drum, kendang, tam – tam, rebana dll.

e. Elektrofon

Adalah alat musik yang sumber bunyinya dibangkitkan oleh tenaga listrik (elektronik). Contoh: keyboard, turntable, piano listrik dll.


(36)

22 B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD pada Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Piyungan”. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain yang dilakukan oleh:

1. Yuni Listiarini tahun 2012 berjudul “Aplikasi Cooperative Learning Model

STAD untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Seni Musik”

Hasil penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan dalam diskusi dan komunikasi, yaitu (1) guru pada saat itu sebagai fasilitator dan siswa dapat saling berbagi kemampuan. Siswa brlajar berpikir kritis, mmenumbuhkembangkan sifat sosial dan kerjasama, dan saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. (2) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran lebih aktif, kreatif, berprestasi, dan menyenangkan. (3) Dampak bagi siswa menjadi kompak, suka bekerjasama, dan bertanggung jawab. Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbagai hal, terutama dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.

2. Galih Purnama tahun 2013 berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar

dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok (Group Investigation) Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Musik) pada Siswa Kelas


(37)

23 IX-A SMP Negeri 3 Ambarawa”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Investigasi Grup dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Ambarawa. Rata – rata nilai pada saat sebelum pelaksanaan tindakan yaitu 67, rata – rata setelah siklus I sebesar 73, dan rata – rata setelah siklus II yaitu 82. Oleh karena itu, prestasi belajar siswa meningkat sebesar 22,4% setelah mengalami dua siklus. Dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan ditunjukkan peningkatan sebesar 22,4% setelah proses tindakan siklus II selesai.

C. Kerangka Berpikir

Hasil pengamatan sekilas yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Piyungan tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi masih kurang maksimal. Pemilihan model pembelajaran menjadi hal utama yang menyebabkan pencapaian kompetensi kurang maksimal. Pendidikan yang dilakukan kurang melibatkan aktif siswa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran masih terfokus kepada guru, belum terfokus kepada siswa yang dapat mengakibatkan proses pembelajaran menjadi pengajaran bukan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa kurang maksimal.


(38)

24

Melihat kenyataan tersebut, maka diperlukan model yang dapat mengatasi masalah tersebut. Model pembelajaran yang melibatkan siswa secara keseluruhan untuk aktif dalam pembelajaran dan mandiri. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan alternatif model yang digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa memperoleh ilmu tidak hanya dari guru namun juga dari sesama siswa sehingga dapat meningkatkan keaktivan dan peran serta siswa dalam memahami ilmu yang diajarkan terutama pada mata pelajaran seni budaya.

Proses pembelajaran seni budaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan lebih mudah dalam memahami hal–hal yang sulit karena dapat didiskusikan dengan siswa lain, sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diduga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran seni budaya.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya.


(39)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu classroom action research atau yang biasa dikenal dengan penelitian tindakan kelas. Supardi (2007 : 3) menggabungkan ketiga kata tersebut yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, (3) kelas, dapat dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Penelitian tindakan kelas ini digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan dialami secara langsung oleh peneliti dalam melakukan pembelajaran seni musik dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian tersebut dirancang dengan beberapa tahapan antara lain (1)perencanaan, (2)pelaksanaan, (3)pengamatan, dan (4)refleksi.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Piyungan pada bulan Mei-Juni 2014 semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang beralamat di Jl.Wonosari km.14 kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul, DIY. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Piyungan yang berjumlah 24 siswa. Beberapa pertimbangan menjadi alasan utama dipilihnya sekolah ini. Pertimbangan yang


(40)

25

pertama adalah peneliti sudah mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran disana ketika melaksanakan program KKN PPL pada tahun 2013. Pembelajaran kooperatif tipe STAD belum dipraktekkan dalam proses pembelajaran seni budaya sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa dilihat berdasarkan hasil belajar berupa nilai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran yang sudah dipraktekkan disana.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Piyungan yang berjumlah 24 siswa. Hal ini diputuskan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pengampu pelajaran Seni Budaya kelas VII.

Adapun objek penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Piyungan.

D. Prosedur Penelitian

Proses penelitian tindakan kelas ini mempunyai empat tahap antara lain perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.


(41)

26 1. Perencanaan

Aktivitas yang dikerjakan pada tahap perencanaan adalah : (1) peneliti bersama dengan guru mata pelajaran menyusun rancangan tindakan (2) pengenalan tentang strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD (3) peneliti melakukan validasi instrumen kepada dosen pembimbing.

a. Penyusunan Rancangan Tindakan

Peneliti menyusun rancangan tindakan bersama dengan guru mata pelajaran. Pada tahap awal, peneliti membahas isi satuan pelajaran yang akan dilakukan, kemudian menyusun lembar observasi, soal tes kognitif, tes unjuk kerja dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan di kelas. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat oleh peneliti dengan bimbingan dari dosen pembimbing dan guru seni budaya. b. Pengenalan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sebelum tindakan dilakukan, peneliti akan memberikan pengenalan tentang konsep pembelajaran seni budaya dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selain itu, dilakukan pula diskusi dengan guru mata pelajaran tentang pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran peneliti dan guru mata pelajaran akan bekerjasama dengan hal–hal yang telah disepakati dalam diskusi sehingga tidak terjadi miss understanding antara peneliti dengan guru mata pelajaran dalam pelaksanaan tindakan.


(42)

27 c. Validasi Instrumen

Peneliti membuat instrumen penelitian guna memperoleh data prestasi belajar siswa. Instrumen yang dibuat terlebih dahulu dilakukan validasi oleh dosen ahli berdasarkan rekomendasi dari dosen pembimbing I yaitu kepada Dr. Kun Setyaning Astuti dan Drs. Pujiwiyana, M.Pd. Validasi dilakukan agar instrumen penelitian layak pakai dalam penelitian. Layak pakai apabila sudah memenuhi kriteria yang terdapat pada validitas yang digunakan. Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk dan validitas isi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan implementasi isi rancangan tindakan yang telah disiapkan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini peneliti dan guru mata pelajaran melakukan apa yang telah direncanakan secara sistematis. Hasil pelaksanaan tindakan ditampilkan dalam bentuk hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran kooperatif dikelas, dan pelaksanaan tes.

3. Pengamatan

Proses pengamatan dilaksanakan ketika pelaksanaan tindakan. Proses ini dilakukan guna memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus yang selanjutnya. Peneliti dan guru mata pelajaran melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Aspek yang diperhatikan antara lain keaktifan siswa dan efektifitas materi yang diberikan oleh guru.


(43)

28

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

SIKLUS II

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Rancangan lanjutan

Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

Dalam tahap ini peneliti dan kolaborator mengkaji hasil evaluasi dan observasi. Melalui proses tersebut dapat diidentifikasi masalah dalam pelaksanaan tindakan. Dengan begitu apabila terdapat aspek yang belum berhasil maka dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Adapun model dari penjelasan menurut Arikunto dkk (2007 : 16) adalah sebagai berikut:


(44)

29

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Tingkat kesuksesan suatu penelitian bergantung pada teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti. Pengumpulan data yang dimaksud yaitu untuk memperoleh data dan informasi mengenai peningkatan prestasi belajar siswa dan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini mengandung data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang berupa data perilaku siswa selama proses pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan data kuantitatif berupa peningkatan prestasi belajar yang ditunjukkan dengan tes.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan:

1. Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui/mengukur peningkatan prestasi belajar siswa setelah dilakukan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran dan kemampuannya dalam menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini antara lain :


(45)

30

1. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui/mengukur peningkatan prestasi belajar yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Lembar Observasi, digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran dan kemampuannya dalam menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti yang dibimbing oleh dosen pembimbing.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Validitas atau kesahihan menunjukkan pada kemampuan suatu instrumen (alat ukur) mengukur apa yang harus diukur (Suharsaputra, 2012 : 98). Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur secara tepat apa yang diinginkan data dari variabel yang diteliti. Menurut Suharsaputra (2012 : 99-104) terdapat 4 jenis validitas yaitu validitas rupa, validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk. Sedangkan validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas konstruk.

a. Validitas isi

Menurut Suharsaputra (2012 : 99) validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrumen dalam mengukur isi yang harus diukur. Hal ini berarti bahwa suatu alat ukur dapat mengungkap isi suatu variable yang akan diukur.


(46)

31

Selain itu, validitas isi menunjuk pada apakah alat tes tersebut mempunyai kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Apabila butir – butir tes secara jelas dimaksudkan untuk mengukur suatu tujuan dalam pembelajaran dan bersifat mewakili bahan yang diajarkan, tes tersebut dikatakan memiliki kesahihan isi. Pada tahap ini dapat dikonsultasikan dan dievaluasikan kepada orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan yaitu Dr. Kun Setyaning Astuti dan Drs. Pujiwiyana, M.Pd. Saran perbaikan dari validator ialah instrumen yang dibuat harus disesuaikan pada materi pembelajaran yang dilakukan disekolah.

b. Validitas konstruk

Adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur suatu konsep yang diukurnya (Suharsaputra, 2012 : 99). Validitas konstruk berhubungan dengan konsep bidang ilmu yang akan diuji kesahihan tesnya. Validitas ini merujuk pada apakah tes yang disusun sudah sesuai dengan konsep ilmu yang diujikan tersebut. Jenis kesahihan konstruk digunakan untuk mempertimbangkan tingkat validitas dari butir – butir pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan yang ditanyakan pada angket. Pada tahap ini dapat dikonsultasikan dan dievaluasikan kepada orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan yaitu Dr. Kun Setyaning Astuti dan Drs. Pujiwiyana, M.Pd. Saran perbaikan dari validator ialah instrumen yang dibuat harus disesuaikan dengan indikator–indikator yang ingin dicapai


(47)

32

dan kompetensi dasar yang digunakan. Bentuk dari instrumen penelitian ini bersifat tertutup yaitu menggunakan pilihan jawaban yang disediakan.

2. Reliabilitas instrumen

Menurut Suharsaputra (2012 : 104) reliabilitas berarti kedapat dipercayaan atau keajegan suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan secara berulang memberikan hasil ukur yang sama. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan yang digunakan antaralain instrumen tes kognitif, tes psikomotorik, dan lembar observasi afektif yang menunjukkan reliablitas yang baik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan penelitian yang dilakukan menghasilkan data yang secara berulang memberikan hasil ukur yang sama.

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dilakukan analisis dan diolah yang kemudian digunakan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil tes belajar siswa

Langkah–langkah yang di tempuh untuk menganalsis data dalam penelitian ini antara lain:

1. Tes Kognitif

Data mentah yang diperoleh dari hasil tes kognitif kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa, menghitung nilai rata–rata


(48)

33

kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran Seni Budaya.

Untuk menghitung nilai dan rata–rata nilai siswa menggunakan rumus yang didasarkan dari Sukardi (2008: 146):

N = Skor perolehan siswa x 100 Skor maksimal

Keterangan: N = nilai

Kemudian untuk menghitung rata–rata nilai siswa dengan menggunakan rumus:

Keterangan: = ratarata

∑x = jumlah semua nilai N = banyak data

Rata–rata nilai siswa menunjukkan tingkat hasil belajar siswa dalam satu kelas terhadap materi yang dipelajari. Setelah perhitungan rata–rata, maka hasil rata–rata tersebut dikonversikan dalam kategori penafsiran rata–rata pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Kategori Penafsiran Nilai Rata–Rata Siswa. Nilai rata–rata Kualifikasi

0-39 Sangat kurang

40-54 Kurang

55-69 Cukup

70-84 Baik

85-100 Sangat baik


(49)

34

Peningkatan skor persentase nilai rata–rata siswa dihitung dengan menggunakan rumus yang diadaptasi dari Arikunto (2001):

Pengingkatan = x 100%

Keterangan:

Skor akhir = tes akhir Skor awal = tes awal 2. Tes Psikomotorik

Data mentah yang diperoleh dari hasil tes psikomotorik kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa, menghitung nilai rata– rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran Seni Budaya.

Untuk menghitung rata–rata nilai siswa menggunakan rumus yang didasarkan dari Sukardi (2008: 146):

Keterangan: = ratarata

∑x = jumlah semua nilai N = banyak data

Kemudian untuk mengetahui kriteria peroleh nilai rata–rata siswa dapat diketahui dari kriteria dibawah ini yang didasari dari Mimin Hayati (2007: 48-49):

- Jika seorang siswa mendapatkan skor 0-10 maka dapat ditetapkan sangat tidak

baik

- Jika seorang siswa mendapatkan skor 11-20 maka dapat ditetapkan tidak baik - Jika seorang siswa mendapatkan skor 21-30 maka dapat ditetapkan baik


(50)

35

- Jika seorang siswa mendapatkan skor 31-40 maka dapat ditetapkan sangat baik

3. Tes Afektif

Data mentah yang diperoleh dari hasil tes afektif kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa, menghitung nilai rata–rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran Seni Budaya.

Untuk menghitung rata–rata nilai siswa menggunakan rumus yang didasarkan dari Sukardi (2008: 146):

Keterangan: = ratarata

∑x = jumlah semua nilai N = banyak data

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan tindakan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diukur berdasarkan nilai yang didapat dari hasil belajar siswa yang berupa tes dan observasi. Apabila ada peningkatan yang masuk dalam kategori BAIK pada dua aspek (kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotorik) dan terdapat peningkatan pada aspek afektif disetiap pertemuan maka pemberian tindakan dikatakan berhasil.


(51)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

1. Setting dan Subjek Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdapat empat tahap antara lain perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Piyungan kelas VII B semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang beralamat di Jl. Wonosari km. 14 kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul, DIY. Jumlah siswa dalam satu kelas ada 24. Peneliti memilih kelas VII B karena pada saat peneliti melakukan observasi awal dikelas tersebut terdapat masalah dalam penerapan pembelajaran oleh guru. Kegiatan belajar mengajar cenderung pasif yang berakibat pada keaktivan dan prestasi belajar siswa menjadi kurang maksimal. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) juga belum pernah diterapkan dikelas ini.

2. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian ini terdiri dari dua siklus yang mana dalam siklus satu terdiri dari dua pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua dan siklus dua terdiri dari dua pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:


(52)

37 a. Siklus I

Tindakan siklus I pada pertemuan pertama ini menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) yang dilakukan oleh guru, sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat yang dibantu dengan mahasiswa antaralain Gerasimos Dimas, Oktaviani Pratama Putri, dan Suryo Saptohady. Peneliti dan pengamat mengobservasi aktivitas siswa dan guru yang terkait dengan kejadian–kejadian selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dikhususkan pada ketrampilan kooperatif yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Sesuai aturan model pembelajaran kooperatif siswa dibagi menjadi kelompok–kelompok, yang masing–masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Berikut ini deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I, pertemuan pertama.

1) Perencanaan tindakan

Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus I adalah

a. Penyusunan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir).

b. Materi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran yang sedang berlangsung di sekolah yang disusun oleh peneliti dengan arahan dari dosen pembimbing yaitu musik ansambel dan arahan dari guru mata pelajaran Seni Budaya (Musik).


(53)

38

c. Instrumen penelitian tes berupa tes kemampuan kognitif, tes kemampuan psikomotorik, dan lembar observasi sebagai lembar penilaian afektif siswa (terlampir).

2) Pelaksanaan tindakan

Kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah a) Pertemuan pertama

a. Menyampaikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan materi kepada siswa dan tujuan pembelajaran

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah memberikan apersepsi dengan memberikan contoh memainkan salah satu alat musik ansambel. Kemudian guru memberikan umpan balik dengan memberikan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah melihat demonstrasi yang dilakukan guru. Guru membagikan materi pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti.

b. Siswa dibagi menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 orang pada setiap kelompok

Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen. Kelompok penerapan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini dibagi menjadi 6 kelompok.


(54)

39

c. Kemudian guru membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok, berkomunikasi secara jujur, dan saling bekerjasama dengan anggota kelompok mengenai materi pembelajaran musik ansambel. Guru membimbing siswa berlatih alat musik per-kelompok dengan melihat partitur

lagu “Burung Kutilang” yang telah disusun oleh peneliti.

Selama proses berlatih, guru memberikan kesempatan siswa untuk berlatih secara berkelompok hingga dapat memainkan alat musik ansambel lagu “Burung Kutilang”. d. Guru meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil

kinerjanya dan ditanggapi kelompok lain dengan rasa tanggungjawab. Pada saat presentasi, kelompok lain diharapkan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.

e. Guru memberi kesempatan pada kelompok lain untuk memberi kritik dan saran. Kemudian guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap penampilan yang telah diberikan oleh masing – masing kelompok belajar.

f. Kelompok yang terbaik mandapatkan reward yang telah disiapkan oleh peneliti.

g. Guru membimbing siswa menyumbangkan ide untuk membuat kesimpulan pelajaran.

h. Guru membagikan soal kemampuan kognitif untuk mengetahui penguasaan siswa dalam menangkap materi


(55)

40

pembelajaran. Pertanyaan–pertanyaan pada soal kemampuan kognitif ini didasarkan pada materi musik ansambel yang telah disusun oleh peneliti.

i. Guru menyampaikan informasi materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran

b) Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua guru kembali mengulang kegiatan pembelajaran pertemuan pertama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Tanya jawab guru dengan siswa terhadap materi pembelajaran musik ansambel dengan tujuan siswa dapat mengingat kembali apa yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua ini guru lebih melatih pada kemampuan psikomotorik siswa yaitu berlatih memainkan lagu secara berkelompok dan ditampilkan secara kelompok dan kelompok lain menanggapi. Pada akhir pembelajaran diberikan hadiah bagi kelompok yang terbaik. Pada pertemuan kedua ini guru kembali memberikan soal kemampuan kognitif untuk mengetahui penguasaan siswa dalam menangkap materi pembelajaran pada pertemuan kedua ini.


(56)

41 3) Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Observasi tersebut dilakukan guna memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus yang selanjutnya. Aspek yang diperhatikan yaitu aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan keterampilan siswa saat berlatih alat musik sebagai penilaian psikomotorik siswa. Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dan pengamat mahasiswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun oleh peneliti.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a) Menyampaikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan materi kepada siswa dan tujuan pembelajaran

Pelaksanaan tahap ini, kegiatan siswa cukup bagus. Hal ini terlihat dari sikap sebagian siswa yang antusias dalam mengikuti kegiatan dan terlihat beberapa siswa aktif dalam menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru.


(57)

42

b) Siswa dibagi menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 orang Pelaksanaan tahap ini, terlihat kegiatan siswa cukup bagus. Siswa dengan mudah membentuk kelompok belajar mereka. Namun ada juga yang kurang antusias karena mereka tidak senang dengan teman kelompoknya. Setelah mendapatkan pengarahan dari peneliti mengenai pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini, akhirnya para siswa dapat menerimanya dan membaur dengan teman kelompoknya. c) Guru membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok,

berkomunikasi secara jujur, dan saling bekerjasama dengan anggota kelompok mengenai materi pembelajaran musik ansambel.

Pada pelaksanaan ini, terlihat siswa masih merasa bingung dan canggung dengan teman kelompoknya. Hal tersebut membuat guru mata pelajaran mengambil tindakan dengan mengelompokkan berdasarkan alat musik yang mereka bawa. Siswa yang membawa alat musik rekorder berkumpul dengan siswa lain yang membawa alat musik rekorder begitu pula dengan para siswa yang membawa alat musik pianika. Kemudian guru membimbing siswa secara bergantian pada kelompok rekorder dan kelompok pianika.


(58)

43

d) Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kinerjanya dan ditanggapi kelompok lain dengan rasa tanggungjawab.

Presentasi hasil belajar berjalan dengan lancar. Setiap kelompok menampilkan hasil latihan mereka memainkan lagu “Burung Kutilang”. Kelompok lain memperhatikan dengan seksama saat satu kelompok sedang mempresentasikan hasil berlatih lagu “Burung Kutilang”.

e) Guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap penampilan yang telah diberikan oleh masing – masing kelompok belajar. Dalam pelaksanaan tahap ini, terlihat kegiatan siswa cukup bagus. Siswa bersama guru mengevaluasi hasil dari presentasi seluruh kelompok belajar.

f) Kelompok yang terbaik mandapatkan reward yang telah disiapkan oleh peneliti.

Dalam pelaksanaan tahap ini, terlihat kelompok belajar siswa yang mendapatkan reward merasa sangat senang dan berantusias untuk maju kedepan kelas untuk menerima reward tersebut.

4) Analisis dan Refleksi a) Analisis

(1)Hasil Penelitian


(59)

44

pertemuan seperti data yang terlampir. Diperoleh data nilai siswa pada tes kamampuan kognitif dan tes kemampuan psikomotorik. Kemudian diperoleh pula data siswa pada lembar observasi ranah afektif. Perlu diketahui bahwa skor maksimal pada ranah kognitif adalah 100, psikomotorik adalah 40, dan afektif adalah 10. Pada nilai tes kemampuan kognitif siswa di pertemuan pertama setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), diketahui bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan yaitu 69,50. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama ini dalam kategori cukup. Kemudian pada nilai tes kemampuan kognitif siswa di pertemua kedua setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), diketahui bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan yaitu 74,10. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua ini dalam kategori baik.

Kemudian nilai tes kemampuan psikomotorik siswa di pertemuan pertama setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), diketahui bahwa skor rata–rata


(60)

45

yang diperoleh siswa secara keseluruhan yaitu 27,41. Hasil ini menunjukkan bahwa skor rata–rata yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama ini pada kriteria baik. Pada nilai tes kemampuan psikomotorik di pertemuan kedua setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), diketahui bahwa skor rata–rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan yaitu 28,04. Hasil ini menunjukkan bahwa skor rata–rata yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua ini pada kriteria baik.

Kemudian untuk hasil observasi ranah afektif diperoleh data yaitu pada pertemuan pertama sebesar 6,75 dan pada pertemuan kedua sebesar 7,54.

(2) Analisis Hasil Penelitian

Analisis hasil ini, dilakukan perbandingan antara prestasi belajar pertemuan pertama dengan pertemuan kedua guna mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Berikut ini tabel perbandingan antara hasil prestasi belajar siswa dari pertemuan pertama dengan kedua.

Tabel 3. Hasil tes kognitif

No Kategori Pertemuan I Pertemuan II

1 Nilai terendah 50 60

2 Nilai tertinggi 90 90


(61)

46

Tabel 4. Hasil tes psikomotorik

No Kategori Pertemuan I Pertemuan II

1 Skor terendah 24 25

2 Skor tertinggi 33 33

3 Rata - rata 27,41 28,04 Tabel 5. Hasil tes afektif

No Kategori Pertemuan I Pertemuan II

1 Nilai terendah 4 6

2 Nilai tertinggi 8 9

3 Rata - rata 6,75 7,54

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai terendah dan tertinggi pada masing–masing tes meningkat. Namun dalam analisis hasil tindakan, peningkatan yang diukur sebagai indikator keberhasilan tindakan secara umum adalah peningkatan rata–ratanya. Nilai rata–rata tes kognitif pertemuan pertama adalah 69,50 dan nilai rata–rata tes kognitif pertemuan kedua adalah 74,10. Skor rata–rata tes psikomotorik pertemuan pertama adalah 27,41 dan skor rata–rata tes psikomotorik pertemuan kedua adalah 28,04. Nilai rata–rata tes afektif pertemuan pertama adalah 6,75 dan nilai rata–rata tes afektif pertemuan kedua adalah 7,54. Selisih nilai antara kedua rata–rata tes kognitif adalah 4,6 , tes psikomotorik 0,63 , dan tes afektif 0,79. Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan rumus:


(62)

47

Dari perhitungan di atas didapat bahwa rata–rata peningkatan kemampuan siswa dalam evaluasi setelah dilakukan tindakan siklus I adalah sebesar kognitif 6,61% , psikomotorik 2,29% , afektif 11,70%.

Berikut ini adalah grafik peningkatan nilai rata–rata siswa pada siklus I:

0 10 20 30 40 50 60 70 80

kognitif psiko afektif

pertemuan I pertemuan II

Gambar 2. Grafik peningkatan nilai rata – rata siswa pada siklus I

b) Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran seni budaya. Pada waktu pertemuan pertama dengan penerapan model kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions) siswa masih merasa belum terbiasa untuk belajar aktif secara berkelompok. Hal ini terlihat pada waktu melaksanakan belajar secara kelompok, para siswa masih ada yang tidak senang, tidak bersemangat dalam berdiskusi dengan


(63)

48

teman kelompoknya. Dengan demikian kegiatan berlatih alat musik secara kelompok masih dilakukan secara sendiri–sendiri karena mereka kurang terbiasa belajar secara kelompok. Namun setelah mendapatkan arahan dari peneliti dan guru mata pelajaran tentang pelaksanaan kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini, akhirnya para siswa dapat menerimanya dan berhasil berlatih bersama dengan teman kelompoknya.

Dengan hasil yang telah diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I ini, penerapan kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) mampu menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Namun dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini, peran serta siswa masih cenderung minim. Hal ini dapat dilihat dari:

1) Kegiatan berlatih alat musik siswa secara berkelompok belum dilaksanakan secara maksimal karena siswa kurang bisa membaur dengan baik dengan kelompoknya. Sebagian besar kegiatan berlatih siswa masih dibimbing oleh guru mata pelajaran dan peneliti.


(64)

49

dimiliki oleh seluruh siswa di kelas, masih terdapat beberapa siswa yang terlihat belum bersemangat dalam berlatih secara berkelompok.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus I, maka peneliti akan mengambil pembelajaran pada siklus II dengan langkah– langkah sebagai berikut:

1) Lebih banyak memberikan dorongan kepada siswa tentang pentingnya materi musik ansambel, terutama kepada kelompok belajar yang kurang aktif dan kurang bersemangat dalam proses belajar.

2) Memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya belajar kelompok, terutama dalam pelaksanaan kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini. 3) Memotivasi siswa agar lebih berani dalam mengungkapkan

gagasannya dan dalam bertanya agar kegiatan belajara didalam kelompok berjalan dengan baik.

4) Pada kegiatan pembelajaran sebaiknya dominasi guru/peneliti agak dikurangi agar melatih siswa untuk berdiskusi dan belajara secara kelompok sehingga tercipta pembelajaran seni budaya yang berpusat pada siswa dan meningkatkan motivasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.


(65)

50 b. Siklus II

1) Perencanaan Tindakan

Pada siklus II juga dilakukan dua kali pertemua yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pelaksanaan tindakan di siklus II peneliti tetap menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada mata pelajaran seni budaya dengan materi ansambel musik namun dengan partitur lagu yang berbeda yaitu lagu “Gundul–gundul pacul” dengan model ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sama halnya dengan siklus sebelumnya, peneliti menyiapkan beberapa tahap persiapan.

Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus II adalah:

a. Penyusunan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir).

b. Materi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran yang sedang berlangsung di sekolah yang disusun oleh peneliti dengan arahan dari dosen pembimbing yaitu musik ansambel dan arahan dari guru mata pelajaran Seni Budaya (Musik).

c. Instrumen penelitian tes berupa tes kemampuan kognitif, tes kemampuan psikomotorik, dan lembar observasi sebagai lembar penilaian afektif siswa.


(66)

51 2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dua kali pertemuan dengan waktu 2x40 menit untuk setiap pertemuan. Dalam pelaksanaan tindakan ini peneliti masih bertindak sebagai pengamat yang dibantu dengan mahasiswa antaralain Gerasimos Dimas, Oktaviani Pratama Putri, dan Suryo Saptohady. Sedangkan guru sebagai pengajar dalam pelaksanaan tindakan.

Secara rinci, tahap–tahap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipa STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan scenario yang telah dipersiapkan adalah:

a) Pertemuan pertama

a. Menyampaikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan materi kepada siswa dan tujuan pembelajaran

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah memberikan apersepsi dengan memberikan contoh memainkan salah satu alat musik ansambel. Kemudian guru memberikan umpan balik dengan memberikan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah melihat demonstrasi yang dilakukan guru.

b. Siswa dibagi menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 orang setiap kelompok


(67)

52

Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen. Kelompok penerapan tipe STAD ini dibagi menjadi 6 kelompok.

c. Kemudian guru membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok, berkomunikasi secara jujur, dan saling bekerjasama dengan anggota kelompok mengenai materi pembelajaran musik ansambel. Guru membimbing siswa berlatih alat musik per-kelompok dengan melihat partitur

lagu “Gundul–gundul pacul” yang telah disusun oleh

peneliti. Selama proses berlatih, guru memberikan kesempatan siswa untuk berlatih secara berkelompok hingga dapat memainkan alat musik ansambel lagu “Gundul–gundul pacul”.

d. Guru meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil kinerjanya dan ditanggapi kelompok lain dengan rasa tanggungjawab. Pada saat presentasi, kelompok lain diharapkan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.

e. Guru memberi kesempatan pada kelompok lain untuk memberi kritik dan saran. Kemudian guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap penampilan yang telah diberikan oleh masing – masing kelompok belajar.

f. Kelompok yang terbaik mandapatkan reward yang telah disiapkan oleh peneliti.


(68)

53

g. Guru membimbing siswa menyumbangkan ide untuk membuat kesimpulan pelajaran.

h. Guru membagikan soal kemampuan kognitif untuk mengetahui penguasaan siswa dalam menangkap materi pembelajaran. pertanyaan–pertanyaan pada soal kemampuan kognitif ini didasarkan pada materi musik ansambel yang telah disusun oleh peneliti.

i. Guru menyampaikan informasi materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran

b) Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua guru kembali mengulang kegiatan pembelajaran pertemuan pertama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Mengadakan tanya jawab dengan siswa terhadap materi pembelajaran musik ansambel dengan tujuan siswa dapat mengingat kembali apa yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua ini guru melakukan pembelajaran seperti pada langkah kegiatan di pertemuan pertama di siklus II. Hal tersebut karena peneliti ingin melihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) memang benar–benar efektif diterapkan dalam pembelajaran terlihat dari hasi prestasi belajar siswa yang meningkat pada pertemuan pertama di siklus


(69)

54

II ini. Setelah itu siswa menampilkan secara kelompok dan kelompok lain menanggapi. Pada akhir pembelajaran diberikan hadiah bagi kelompok yang terbaik. Pada pertemuan kedua ini guru kembali memberikan soal kemampuan kognitif untuk mengetahui penguasaan siswa dalam menangkap materi pembelajaran pada pertemuan kedua ini.

3) Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pada siklus II ini dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini. Siswa sudah terbiasa untuk bertanya jika ada materi yang kurang paham, menyampaikan pendapat kepada teman sekelompoknya saat pelaksanaan diskusi kelompok, dan berlatih alat musik secara berkelompok. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan yang bagus. Hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a) Menyampaikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)


(70)

55

dan materi kepada siswa dan tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan tahap ini, kegiatan siswa sudah bagus. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang antusias dalam mengikuti kegiatan dan terlihat siswa lebih aktif dalam menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru.

b) Siswa dibagi menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 orang setiap kelompok.

Pelaksanaan tahap ini, terlihat kegiatan siswa sudah bagus. Siswa dengan mudah dan senang hati membentuk kelompok belajar mereka tanpa ada rasa terbebani atau keberatan untuk bergabung dengan teman kelompok mereka.

c) Guru membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok, berkomunikasi secara jujur, dan saling bekerjasama dengan anggota kelompok mengenai materi pembelajaran musik ansambel.

Pada pelaksanaan ini, terlihat kegiatan siswa cukup bagus. Terlihat saat masing–masing siswa telah mendapatkan partitur lagu, masing–masing kelompok belajar dengan sendirinya berdiskusi dan berlatih alat musik sesuai dengan partitur yang telah disusun oleh peneliti. Dengan demikian guru lebih ringan dalam membimbing siswa dalam berdiksusi kelompok dan berlatih alat musik sehingga kegiatan “student center” pun terlaksana dengan baik.


(71)

56

d)Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kinerjanya dan ditanggapi kelompok lain dengan rasa tanggungjawab.

Presentasi hasil belajar berjalan dengan lancar. Setiap kelompok menampilkan hasil latihan mereka memainkan lagu “Gundul– gundul pacul”. Kelompok lain memperhatikan dengan seksama saat satu kelompok sedang mempresentasikan hasil berlatih lagu

“Gundul–gundul pacul”.

e)Guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap penampilan yang telah diberikan oleh masing – masing kelompok belajar. Dalam pelaksanaan tahap ini, terlihat kegiatan siswa bagus. Siswa bersama guru mengevaluasi hasil dari presentasi seluruh kelompok belajar. Terlihat evaluasi yang dilakukan gurupun semakin menujukkan peningkatan yang baik dalam proses pembelajaran.

f) Kelompok yang terbaik mandapatkan reward yang telah disiapkan oleh peneliti.

Dalam pelaksanaan tahap ini, terlihat kelompok belajar siswa yang mendapatkan reward merasa sangat senang dan berantusias untuk maju kedepan kelas untuk menerima reward tersebut.

Peneliti menangkap komunikasi dan kerjasama siswa telah terjalin dengan sangat baik pada siklus II ini. Kegiatan belajar


(72)

57

mengajar berlangsung dengan menarik, tidak nempak rasa bosan pada siswa selama mengikut pelajaran ini.

4) Analisis dan Refleksi a) Analisis

(1)Hasil Penelitian

Hasil evaluasi yang dilakukan di siklus II pada tiap pertemuan seperti data yang terlampir. Diperoleh data nilai siswa pada tes kamampuan kognitif dan tes kemampuan psikomotorik. Kemudian diperoleh pula data siswa pada lembar observasi ranah afektif. Perlu diketahui bahwa skor maksimal pada ranah kognitif adalah 100, psikomotorik adalah 40, dan afektif adalah 10. Pada nilai tes kemampuan kognitif siswa di pertemuan pertama siklus II setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), diketahui bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan yaitu 78,30. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama ini dalam kategori baik. Kemudian pada nilai tes kemampuan kognitif siswa di pertemuan kedua siklus II setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), diketahui bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan yaitu 83,30. Hasil


(73)

58

ini menunjukkan bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua ini dalam kategori baik.

Kemudian nilai tes kemampuan psikomotorik siswa di pertemuan pertama siklus II setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), diketahui bahwa skor rata– rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan yaitu 29,58. Hasil ini menunjukkan bahwa skor rata–rata yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama ini pada kriteria baik. Pada nilai tes kemampuan psikomotorik di pertemuan kedua siklus II setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), diketahui bahwa skor rata–rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan yaitu 31,20. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai rata–rata yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua ini pada kriteria sangat baik. Kemudian untuk hasil observasi ranah afektif diperoleh data yaitu pada pertemuan ketiga sebesar 7,70 dan pada pertemuan keempat sebesar 8,40.

(2) Analisis Hasil Penelitian

Analisis ini dilakukan perbandingan antara prestasi belajar pada siklus II guna mengetahui peningkatan pada setiap pertemuan. Dari olah data ini, diketahui seberapa besar


(1)

LAMPIRAN 4.

Surat–Surat Penelitian dan


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD ( Student Team Achievement Division ) PADA PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII di SMP NEGERI 1 BANDUNG.

0 0 48

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII C SMP N 1 Kalasan pada mata pelajaran ekonomi.

0 3 239

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DENGAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW II DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 PIYUNGAN.

0 0 137

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VA SD NEGERI KALISARI

0 0 14

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP N 1 KALASAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 1 237