BBTPPI - Han

(1)

RENCANA STRATEGIS BISNIS

2010 – 2014

BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN

PENCEMARAN INDUSTRI

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN RI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI

BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI

Jl. Ki Mangunsarkoro No. 6 Semarang 50136

Tel. 024-8316315, 8314312 Fax. 024-8414811 Email. BBTPPIsmg@yahoo.com

Website. http://www.bbtppi.bppi.depperin.go.id


(2)

Kata Pengantar

i

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberikan landasan yang penting bagi orientasi baru yang menekankan basis kinerja dalam penganggaran. Selanjutnya,Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja ini di lingkungan instansi pemerintah. Dalam pasal 68 dan pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 disebutkan bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat, termasuk jasa pelayanan teknis yang diselenggarakan oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI), dapat menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU) yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Instansi demikian diharapkan menjadi implementasi konkrit dari sistem penerapan manajemen keuangan berbasis kinerja. Dengan penerapan PK BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa. Seiring dengan itu, perlu sistem kendali ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam pertanggungjawabannya.

Misi utama BBTPPI adalah melakukan litbang/riset teknologi dan memberikan jasa pelayanan teknis khususnya di bidang teknologi pencegahan pencemaran industri dalam rangka mendukung pertumbuhan dan daya saing industri yang berwawasan lingkungan.

Litbang teknologi pencegahan pencemaran industri yang akan dilakukan difokuskan pada tahap “Pre Process” (berupa Manajemen Pemilihan Bahan Baku dan Bahan Penolong untuk Proses Produksi), “Inside Process” (meliputi


(3)

Kata Pengantar

ii

Good House Keeping, Chemical Management, Energy Management maupun Clean Production), “Outside Process” (meliputi Desain Pengolahan Limbah Cair, Padat, Udara/Gas dan B3), dan ”Post Process” (meliputi Pengembangan Teknologi Daur Ulang Recycle, Reuse, dan Recovery (3R) terhadap Limbah dari Proses Produksi) serta pemanfaatan perkembangan Teknologi Nano dan Teknologi Bio.

Berdasarkan kompetensi inti tersebut, BBTPPI memberikan Jasa Pelayanan Teknis (JPT) kepada industri berupa : (1) Penelitian dan Pengembangan, (2) Pelatihan Teknik, (3) Pengujian Bahan dan Produk, (4) Konsultasi Keteknikan, (5) Standardisasi dan Pengawasan Mutu Produk, (6) Kalibrasi Peralatan dan Mesin, (7) Sertifikasi (Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001, dan Produk), (8) Rancang Bangun Perekayasaan Industri (RBPI), (9) Penanganan Pencemaran, dan (10) Audit Energi.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, BBTPPI bermaksud menjadi instansi pemerintah yang menerapkan PK-BLU di lingkungan Departemen Perindustrian dengan menyusun dokumen Rencana Strategis Bisnis sebagaimana dipersyaratkan dalam pasal 4 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Penyusunan Rencana Strategis Bisnis ini berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Rencana Strategis Bisnis ini merupakan rencana yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun terhitung tahun 2010 s.d. tahun 2014. Didalamnya digambarkan secara umum mengenai arah, program dan kegiatan BBTPPI kedepan, sehingga dapat diacu oleh program atau kegiatan yang lebih rinci dalam bentuk Rencana Bisnis dan Anggaran tahunan.


(4)

Kata Pengantar

iii

Selaku Kepala BBTPPI, saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada segenap pihak yang telah terlibat dalam persiapan dokumen-dokumen tersebut. Saya juga, sangat menghargai partisipasi segenap elemen BBTPPI dan juga dukungan mereka dalam rencana perubahan organisasi ini.

Semarang, 30 September 2009 Kepala Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri

Ir. Tony T. H. Sinambela, MSE NIP. 19600406 198603 1 001


(5)

Daftar Isi

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Maksud dan Tujuan ... 2

C. Ruang Lingkup ... 3

D. Sistematika Penyusunan Renstra Bisnis ... 4

BAB II. GAMBARAN UMUM ORGANISASI ... 5

A. Sejarah Singkat BBTPPI ... 6

B. Visi... 7

C. Misi... 8

D. Tugas Pokok dan Fungsi... ... 8

E. Nilai - Nilai ... 9

BAB III. KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN ... 11

A. Kondisi Kinerja Tahun 2005 – 2008 ... 11

B. Pengukuran Kinerja ... 57

BAB IV. ANALISIS LINGKUNGAN ... 59

A. Analisis TOWS ... 59

B. Penentuan Strategi Setiap Aspek Berdasarkan Matrik Internal-Eksternal ... 73

C. TOWS Matrix dan Pemilihan Strategi ... 77

D. Strategi Terpilih ... 80


(6)

Daftar Isi

v

A. Perumusan Strategi Bisnis BBTPPI ... 83

B. Rencana Aksi dan Penganggarannya ... 88

C. Proyeksi Keuangan ... 100

BAB VI. PENUTUP ... 107


(7)

Daftar Isi

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 112 Lampiran II. Hasil Rancang Bangun dan Perekayasaan Industri ... 119 Lampiran III. Klien Sertifikasi ... 121 Lampiran IV. Klien Pengujian, Pengawasan Mutu Produk dan Penanganan

Pencemaran ... 124 Lampiran V. Matrik TOWS ... 131


(8)

Daftar Isi

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah / Volume Kegiatan JPT Tahun 2005 – 2009 ... 11

Tabel 2. Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2005 s.d. 2009 ... 33

Tabel 3. Realisasi Belanja BBTPPI Tahun 2005 s.d. 2009 Menurut Sumber Dana dan Jenis Belanja ... 37

Tabel 4. Target dan Realisasi PNBP Tahun 2005 s.d. 2009 ... 39

Tabel 5. Kekuatan SDM BBTPPI Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 42

Tabel 6. Posisi SDM BBTPPI Semarang (per-Desember 2009) ... 43

Tabel 7. SDM BBTPPI (Honorer/Tenaga Harian Lepas) Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45

Tabel 8. Pendidikan dan Pelatihan Yang Diikuti Oleh Pegawai Tahun 2007-2009 ... 46

Tabel 9. Kapasitas Ruangan dan Laboratorium ... 49

Tabel 10. Penambahan Peralatan Periode Tahun 2005 s.d. 2009 .…..……... 56

Tabel 11. Pengukuran Kinerja Tahun 2008 …...………. 58

Tabel 12. Penentuan Posisi Aspek Layanan Pada Matrik Strategi ... 74

Tabel 13. Penentuan Posisi Aspek Keuangan Pada Matrik strategi ... 75

Tabel 14. Penentuan Posisi Aspek SDM dan Organisasi Pada Matrik Strategi ... 75

Tabel 15. Penentuan Posisi Aspek Sarana dan Prasarana Pada Matrik Strategi ... 76

Tabel 16. Pemilihan Strategi ………... 78

Tabel 17. Sasaran dan Indikator Sasaran Dalam Prosentase …………... 87

Tabel 18. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan, dan Aspek ... 92

Tabel 19. Proyeksi Kegiatan dan Anggaran Tahun 2010 s.d. 2014 ... 96

Tabel 20. Proyeksi Belanja Tahun 2010 – 2014 ... 100

Tabel 21. Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 – 2014... 101


(9)

Daftar Isi

viii

Tabel 23. Proyeksi Laporan Aktivitas Tahun 2010 – 2014 ... 103 Tabel 24. Proyeksi Neraca Tahun 2010 – 2014 ... 104 Tabel 25. Proyeksi Penyusutan Aktiva Tetap Tahun 2010 – 2014 ... 106


(10)

Daftar Isi

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola Pikir Penyusunan Rencana Strategis Bisnis ... 4 Gambar 2. Matrik Internal dan Eksternal ... 76


(11)

Bab I. Pendahuluan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan industri Indonesia pada era globalisasi ekonomi harus mampu menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang sangat cepat. Pesatnya perkembangan teknologi adalah salah satu perubahan lingkungan yang harus dihadapi dan menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi pembangunan industri dengan menitik-beratkan pada membangun daya saing sektor industri berkelanjutan di pasar domestik dan internasional.

Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan, diperlukan upaya pemanfaatan seluruh potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar negeri maupun di dalam negeri.

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) sebagai unit pelayanan teknis yang menangani teknologi pencegahan pencemaran industri, berperan dalam melaksanakan kebijakan pengembangan industri nasional untuk menopang pembangunan industri yang berwawasan lingkungan di Indonesia. Dengan melaksanakan tugas tersebut maka diharapkan akan berkembang industri yang berwawasan lingkungan sehingga dapat meningkatkan daya saing industri dan mendorong percepatan pembangunan industri nasional.


(12)

Bab I. Pendahuluan

2

Di samping tugas pembangunan yaitu mendorong tumbuhnya industri nasional yang berwawasan lingkungan, BBTPPI secara internal mempunyai tugas untuk meningkatkan kemampuan diri melalui peningkatan kompetensi serta mememberikan jasa layanan teknis kepada industri kecil, menengah dan besar. Pada dasarnya upaya peningkatan kompetensi Balai merupakan inti yang dapat meningkatkan peran BBTPPI dalam menunjang program pembangunan industri yang berwawasan lingkungan maupun meningkatkan jasa pelayanan teknis yang diberikan.

B. Maksud dan Tujuan

Rencana strategis secara umum dapat dipahami sebagai panduan mengenai apa yang menjadi cita-cita bersama dan merupakan hasil dari proses penyusunan rencana menyeluruh, sistematis dan berkesinambungan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam suatu periode tertentu (5 tahun) dengan memperhitungkan lingkungan internal dan eksternal organisasi serta kebijakan Departemen Perindustrian tentang Pembangunan Industri Nasional. Dari proses perencanaan strategis tersebut akan dihasilkan Rencana Strategis yang memuat visi, misi, tujuan sasaran, strategi dan program pelaksanaannya.

Dengan demikian maksud dan tujuan dari penyusunan Rencana Strategis ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai arah yang hendak dituju BBTPPI dalam 5 tahun ke depan serta langkah-langkah strategis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan cita-cita organisasi. Rencana Strategis yang disusun secara formal akan menjadi panduan atau acuan mengenai arah dan fokus kegiatan, serta langkah-langkah apa yang mesti dilaksanakan. Selain itu masyarakat akan mampu menilai program-program yang dilakukan oleh BBTPPI secara transparan serta manfaatnya bagi pengembangan usaha.


(13)

Bab I. Pendahuluan

3

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang menjadi dalam batasan dan landasan hukum penyusunan Renstra Bisnis BBTPPI ini adalah :

1. Renstra ini disusun untuk jangka waktu 5 tahun mulai tahun 2010 – 2014.

2. Penyusunan Renstra mengacu kepada pedoman dan peraturan-peraturan yang terdiri atas :

a. Peraturan Menteri keuangan No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam rangka pengusulan dan penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk menerapkan PK-BLU.

b. Keputusan Kepala LAN Nomor : 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

c. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

d. Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

e. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Departemen Perindustrian Tahun 2006.

f. Keputusan Menperind No. 47/M-IND/PER/6/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri.

f. Naskah-naskah lain yang relevan.

3. Renstra Bisnis adalah rencana menyeluruh yang bersifat umum sehingga isinya merupakan garis-garis besar rencana yang akan dijadikan acuan oleh Rencana Kinerja Tahunan yang lebih rinci.

4. Renstra Bisnis mencakup : visi, misi, tujuan, sasaran, formulasi strategi, penyusunan kebijakan, program dan kegiatan berikut indikatornya.


(14)

Bab I. Pendahuluan

4

D. Sistematika Penyusunan Rencana Strategis Bisnis

Penyusunan Rencana Strategis Bisnis 2010 – 2014 BBTPPI dilakukan sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 1.

VISI

MISI

TUJUAN

SASARAN

STRATEGI

• KEBIJAKAN • PROGRAM • KEGIATAN • INDIKATOR • RPJM RI

• KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

• RENSTRA DEPPERIN • RENSTRA BPPI • TUPOKSI BBTPPI

ANALISIS SWOT

• KONDISI SAAT

INI

• KONDISI YANG

DIINGINKAN

Gambar 1. Pola Pikir Penyusunan Rencana Strategis Bisnis

Sistematika Penyusunan Rencana Strategis Bisnis BBTPPI Semarang adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Gambaran Umum Organisasi Bab III : Kondisi Kinerja Tahun Berjalan Bab IV : Analisis Lingkungan

Bab V : Rencana Strategis Bisnis 5 Tahun Bab VI : Penutup


(15)

Bab II. Gambaran Umum Organisasi

5

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BBTPPI berlokasi di pusat kota Semarang, dengan menempati tanah seluas 3.637 m2 , dengan tiga buah gedung berlantai tiga yang saling berhubungan satu sama lain, dengan total luas lantai 5.230 m2. Gedung tersebut berfungsi sebagai ruang laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi, serta ruang kerja, ruang rapat dan aula serta fasilitas pendukung seperti perpustakaan, mushola, gudang, tempat parkir dan lain sebagainya.

Berdasarkan design dan lay-out yang ada, tampaknya gedung BBTPPI tidak diperuntukkan sejak awal sebagai laboratorium yang mendukung pengelolaan lingkungan hidup, baik berkaitan dengan pengawasan atau pemantauan kualitas lingkungan, penelitian di bidang lingkungan maupun pembuktian kasus pencemaran lingkungan hidup. Hal ini sesuai dengan fakta yang ada bahwa sejak pertama kali didirikan pada tahun 1962 dengan nama “Perwakilan Balai Penelitian Kimia Bogor” memiliki tugas pokok dan fungsi untuk melakukan penelitian kimia. Setelah melalui perjalanan panjang, pada tahun 2002 sebagai Unit Pelayanan Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dengan nama Balai Riset dan Standarisasi Industri dan Perdagangan atau disingkat Baristand Indag Semarang. Berdasarakan SK Menteri Perindustrian No.47/M-IND/Per/ 6/2006 tanggal 26 Juni 2006 ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dengan nama Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri.

Utilisasi ruang gedung BBTPPI dinilai sudah ‘fully occupied’, yang digunakan untuk berbagai keperluan, baik ruang kantor, ruang rapat dan pertemuan, maupun untuk laboratorium. Dari segi kapasitas lahan, sudah tidak


(16)

Bab II. Gambaran Umum Organisasi

6

memungkinkan lagi untuk dilakukan perluasan atau pembangunan bangunan baru pada tapak lahan yang ada saat ini, karena praktis tidak ada lahan kosong kecuali lahan parkir kendaraan, dan bangunan gedung langsung berbatasan dengan pemukiman penduduk. Adapun sejarah singkat perjalanan BBTPPI, sebagaimana diuraikan di bawah ini.

A. Sejarah singkat BBTPPI

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) telah menempuh perjalanan panjang, sejak pertama kali didirikan pada tahun 1962 dengan nama ’Perwakilan Balai Penelitian Kimia Bogor’ untuk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogjakarta. Selanjutnya, dalam perkembangannya telah terjadi perubahan nama sebagai berikut:

1964 – 1971 Unit Pn. Pr. “Nupiksa Yasa” dengan nama Balai

Penelitian Kimia.

1971 – 1975 Unit Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri

dengan nama Balai Penelitian Kimia.

1975 – 1980 Unit Penelitian dan Pengembangan Industri dan

Kerajinan Rakyat dengan nama Balai Penelitian Kimia.

1980 – 2002 Unit Pelaksanan Teknis Badan Penelitian dan

Pengembangan Industri dengan nama ’Balai Penelitian dan Pengembangan Industri’ atau disingkat ’Balai Industri Semarang’.

2002 – 2006 Unit Pelayanan Teknis Badan Penelitian dan

Pengembangan Industri dengan nama ’Balai Riset dan Standarisasi Industri dan Perdagangan’ atau disingkat ’Baristand Indag Semarang’.

2006 – kini Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian Dan Pengembangan Industri dengan nama ’Balai Besar


(17)

Bab II. Gambaran Umum Organisasi

7

Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri’ atau BBTPPI.

B. Visi

Visi BBTPPI merupakan gambaran masa depan BBTPPI yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan, yaitu :

“Menjadi pusat unggulan (center of excellence) untuk litbang teknologi dan layanan teknis di bidang pencegahan pencemaran industri untuk mendukung pembangunan industri yang berkelanjutan berorientasi pada kualitas produk dan pelestarian lingkungan.”

Visi tersebut mengandung arti bahwa Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri akan menjadi institusi yang mampu menangani jasa kebutuhan industri secara professional yang didukung oleh litbang yang handal seiring dengan permintaan pasar yang terus berkembang. Semakin mandiri dan terkemuka berarti peran BBTPPI semakin berkembang dan mampu menghasilkan inovasi-inovasi baru di bidang teknologi pencegahan pencemaran industri tanpa ketergantungan kepada pihak lain sehingga akan menjadi rujukan bagi lembaga lain yang sejenis. Unggul di bidang teknologi pencegahan pencemaran industri merupakan kompetensi inti yang hendak dikuasai dan menjadi ciri keunggulan teknologi yang dimiliki BBTPPI.

Guna mencapai visi tersebut di atas, Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri harus menjelaskan peranan serta kegiatan pokoknya yang dapat menunjang visinya dalam bentuk rumusan misi.


(18)

Bab II. Gambaran Umum Organisasi

8

C. Misi

Misi BBTPPI merupakan tugas atau peran yang diemban oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri sesuai Visi yang ditetapkan, meliputi :

1. Melakukan pengkajian, riset, pengembangan dan pendalaman teknologi pencegahan pencemaran industri secara berkesinambungan untuk mendukung pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.

2. Memberikan layanan teknis dalam mendukung pengembangan industri yang berorientasi pada teknologi, jaminan mutu dan akrab lingkungan melalui penelitian dan pengembangan, pelatihan, pengujian, konsultasi, standardisasi dan pengawasan mutu produk, kalibrasi, sertifikasi, rancang bangun dan perekayasaan industri, penanganan pencemaran, dan audit energi.

3. Mendukung Pemerintah Pusat dalam rangka melaksanakan kebijakan pembangunan industri nasional.

D. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 47/M-IND/PER/6/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, tugas pokok BBTPPI adalah melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi, dan pengembangan kompetensi dalam teknologi pencegahan pencemaran industri sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.

Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, BBTPPI menyelenggarakan fungsi :


(19)

Bab II. Gambaran Umum Organisasi

9

a. pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan, dan pencegahan pencemaran industri;

b. pelaksanaan rancang bangun dan perekayasaan peralatan proses, alih teknologi dan konsultansi untuk membantu pengembangan industri guna meminimalisasi dan mencegah terjadi pencemaran akibat aktivitas industri;

c. pelaksanaan layanan teknis pengujian mutu bahan baku, bahan pembantu, produk akhir, hasil ikutan dan limbah industri serta sertifikasi dan kalibrasi;

d. pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan

pemanfaatan teknologi informasi; dan

e. pelaksanaan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan BBTPPI, serta penyusunan laporan dan evaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.

BBTPPI dalam melaksanakan tupoksinya maupun melakukan bisnis selalu berpedoman pada visi dan misi yang menentukan arah, tujuan, dan sasaran pengembangan institusi dan peningkatan kompetensi dimasa mendatang. Oleh karena itu BBTPPI harus mempunyai visi dan misi yang jelas.

E. Nilai-nilai

Dalam usaha mencapai Visi dan Misi, Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri perlu mengembangkan nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam setiap pegawai BBTPPI agar pelaksanaan tugas berjalan secara optimal dan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun nilai-nilai dimaksud adalah :

1. Pelayanan Prima

Dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari setiap karyawan harus selalu mengutamakan kepuasan semua pihak dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya (internal dan eksternal)


(20)

Bab II. Gambaran Umum Organisasi

10

sesuai standar mutu layanan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

2. Inovatif

Pegawai didorong untuk mampu melakukan terobosan baru dan/atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif dalam aspek teknologi maupun aspek manajerial sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan reputasi BBTPPI dimasa depan.

3. Kerjasama

Kerjasama secara internal adalah bentuk kesepakatan diantara para pegawai untuk menyelesaikan tugas pekerjaan atau masalah secara bersama dengan melakukan koordinasi dan sinkronisasi serta komunikasi agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan atau tidak jelas siapa mengerjakan apa. Secara eksternal kerjasamapun harus dibangun dengan seluruh stakeholder (pemerintah, industri, lembaga sejenis, perguruan tinggi, LSM dll).

4. Integritas

Setiap pegawai berpegang teguh pada komitmen dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

5. Kepemilikan

Setiap pegawai merasa menjadi bagian dan ikut memiliki BBTPPI sehingga dalam melaksanakan tugasnya menerima tanggung jawab personal untuk pencapaian kepuasan pelanggan dan sasaran Balai.


(21)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

11

BAB III

KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN

A. Kondisi Kinerja Tahun 2005 – 2009

1. Aspek Layanan

BBTPPI memiliki beberapa jasa pelayanan teknis (JPT) yang terdiri dari : Kerjasama Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Pelatihan Teknik Operasional (SDM Industri), Pengujian Bahan dan Produk, Konsultasi Keteknikan, Standardisasi dan Pengawasan Mutu Produk, Kalibrasi Peralatan Mesin dan Laboratorium, Sertifikasi (Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, dan Produk), Rancang Bangun Perekayasaan Industri (RBPI), Penanganan Pencemaran, dan JPT lainnya (Audit Energi). Jumlah atau volume kegiatan JPT tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Jumlah/Volume Kegiatan JPT 2005-2009

Jenis Layanan Satuan Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 *)

1. Penelitian dan Pengembangan

Target Contoh 1300 650 1600 1700 1800 Realisasi 1.378 638 1.605 2.234 1.661 Persentase 106,00% 98,15% 100,31% 131,41% 92,28% 2. Pelatihan Teknik

Operasional

Target Orang 5 5 5 5 8

Realisasi 6 5 2 2 9

Persentase 120,00% 100,00% 40,00% 40,00% 112,50% 3. Pengujian Bahan dan

Produk

Target Contoh 600 600 600 600 600

Realisasi 694 582 470 664 508

Persentase 115,67% 97,00% 78,33% 110,67% 84,67% 4. Konsultasi Keteknikan Target Perusahaan 6 12 20 15 30

Realisasi 7 14 18 16 32

Persentase 116,67% 116,67% 90,00% 106,67% 106,67% 5. Standardisasi dan


(22)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

12

Jenis Layanan Satuan Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 *)

5.1. Standardisasi Target RSNI 4 6 6 4 6

Realisasi 4 6 6 4 6

Persentase 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 5.2. Pengawasan Mutu

Produk

Target Contoh 60 60 80 80 90

Realisasi 102 66 78 89 44

Persentase 170,00% 110,00% 97,50% 111,25% 48,89% 6. Kalibrasi Peralatan dan

Mesin

Target Alat 0 20 30 40 60

Realisasi 0 20 40 50 70

Persentase 0,00% 100,00% 133,33% 125,00% 116,67% 7. Sertifikasi :

7.1. Produk Target Perusahaan 1 5 10 20 25

Realisasi 1 5 13 24 31

Persentase 100,00% 100,00% 130,00% 120,00% 124,00%

7.2. ISO 9001 Target Perusahaan 20 25 30 40 45

Realisasi 23 25 37 44 46

Persentase 115,00% 100,00% 123,33% 110,00% 102,22%

7.3. ISO 14001 Target Perusahaan 0 1 1 2 2

Realisasi 0 1 1 2 2

Persentase 0,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 8. Rancang Bangun

Perekayasaan Industri (RBPI)

Target Paket 0 1 1 1 1

Realisasi 0 1 1 1 1

Persentase 0,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 9. Penanganan Pencemaran Target Contoh 700 1500 1600 1600 1700

Realisasi 745 1.671 665 1.756 1.787

Persentase 106,43% 111,40% 41,56% 109,75% 105,12%

10. Audit Energi Target Kegiatan 0 0 0 0 0

Realisasi 0 0 0 0 1

Persentase 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% Keterangan:

*) Periode Januari-September 2009.

Pengembangan jasa layanan teknis tersebut dilakukan secara bertahap, mengikuti perkembangan dan kebutuhan dari industri terkait pelestarian lingkungan. Pengujian bahan dan produk merupakan jasa layanan yang telah dikembangkan sejak awal berdirinya lembaga ini, dan kemampuan pengujian ini terus dikembangkan sampai saat ini, sehingga menjadi laboratorium terakreditasi untuk pengujian Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib maupun pengujian pencemaran industri guna memenuhi persyaratan untuk permohonan sertifikasi produk, pembinaan dan pengawasan pencemaran industri, import,dan sebagainya. Untuk layanan pengujian ini sudah ada pelanggan yang


(23)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

13

tetap dan terus meningkat jumlahnya, seperti terlihat pada Tabel diatas.

Selain melakukan pengujian, Balai juga melakukan penelitian dan pengembangan yang memfokuskan kepada teknologi pencegahan pencemaran industri, yang kegiatannya secara lebih intensif dilakukan sejak awal tahun 2006, bersamaan dengan ditetapkannya menjadi Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri.

Berbagai penelitian telah dilakukan mencakup: pengembangan proses produksi, efisiensi, dan kualitas produk; penelitian untuk mengatasi masalah teknologi produk dan proses yang dialami oleh industri; pembuatan prototipe dan perekayasaan peralatan dan permesinan pencegahan pencemaran industri; pengembangan produk baru yang dilakukan dengan menggunakan anggaran APBN maupun kerjasama penelitian dengan lembaga litbang sejenis baik di dalam maupun di luar negeri.

Pengalaman melakukan penelitian ini selanjutnya digunakan untuk mengembangkan kemampuan untuk memberikan jasa layanan untuk pelatihan, konsultasi dan rancang bangun dan perekayasaan, yang terus berkembang seperti terlihat pada Tabel 1 diatas, namun untuk jasa tersebut, karena terbatasnya kemampuan yang ada jumlah pelanggan yang dapat dilayani terbatas.

Jasa layanan kalibrasi dan sertifikasi baru dikembangkan sejak tahun 2006, yang pada awalnya layanan tesebut belum berkembang dengan baik, namun sejalan dengan adanya kebijakan yang terkait dengan SNI wajib, pelestarian lingkungan dan sebagainya, layanan tersebut secara bertahap semakin berkembang dan jumlah pelanggannya meningkat.

Untuk menjaga mutu layanan yang prima, sejauh memungkinkan, layanan tersebut diakreditasi oleh Instansi yang berwenang. Lebih rinci layanan jasa yang dapat diberikan serta ruang lingkupnya dapat dijelaskan sebagai berikut :


(24)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

14

1) Penelitian dan Pengembangan

BBTPPI merupakan lembaga litbang yang berperan aktif dalam mendukung program pemerintah untuk pengembangan teknologi pencegahan pencemaran industri. Untuk melaksanakan tugas ini, BBTPPI memberikan layanan kepada masyarakat industri dalam bentuk pendekatan pengembangan teknologi yang inovatif berupa pengembangan proses produksi, efisiensi proses produksi, kualitas produk, pengembangan produk dan formulasi, standardisasi (proses dan produk), pengembangan bahan baku dan penolong, yang dilengkapi dengan kajian tekno ekonomi, dan riset pasar.

Hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan periode s.d. 2009 sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran I.

Berbagai hasil litbang tersebut mampu meningkatkan kompetensi Balai dalam penanganan pencemaran industri, sehingga berpotensi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat industri dalam bentuk kerjasama litbang.

Hasil dari penelitian ini dapat menambah ruang lingkup layanan pengujian, pelatihan, konsultansi, dan jasa lainnya. Dengan demikian dapat menambah keragaman dari jenis pelayanan yang diberikan. Perkembangan kegiatan Litbang dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah :


(25)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

15

Kerjasama litbang yang dimaksudkan dalam Tabel 1 diatas adalah kontrak kerjasama yang murni dilakukan dengan perusahaan swasta. Kerjasama litbang ini belum dioptimalkan sebagai jasa layanan BBTPPI, disebabkan komunikasi dan informasi terkait dengan kemampuan teknis dan teknologi antara Balai dan pelanggan masih belum efektif. Ketidakmaksimalan capaian litbang ini juga disebabkan antara lain kurangnya minat calon investor melakukan kerjasama litbang. Permasalahan ini timbul karena struktur industri di Indonesia yang didominasi oleh Industri Kecil Menengah (IKM) yang memiliki dana terbatas sedangkan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan litbang cukup besar. Di sisi lain untuk Industri besar pada umumnya telah memiliki divisi litbang tersendiri.

Untuk mengatasi hal ini, pihak litbang akan melakukan pendekatan yang efektif terhadap pelanggan atau investor sebagai upaya untuk meyakinkan kemampuan litbang BBTPPI. Upaya yang akan dilakukan antara lain berupa membangun forum komunikasi, melaksanakan Forum Group Discussion (FGD), komersialisasi, serta diseminasi.

Di samping itu BBTPPI juga perlu lebih menjalin jejaring (networking) dengan pihak industri sebagai pengguna untuk menggali informasi mengenai spesifikasi kebutuhan hasil litbang

Ja sa Litbang

0 500 1000 1500 2000 2500

1 2 3 4 5

Tahun 2005 - s e p t 2009

J

u

m

la

h

c

o

n

to

h

Target Realis asi


(26)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

16

oleh dunia industri, khususnya industri kecil dan menengah. Data dan informasi yang diperoleh langsung dari industri tersebut menjadi dasar perencanaan litbang.

Selain itu, diperlukan pendekatan Research Business Development (RBD) dengan memanfaaatkan keahlian (spesialisasi penelitian), sarana prasarana, dan jaringan informasi dalam rangka meningkatkan kerjasama litbang dan sejauh memungkinkan dapat ditunjang dengan pendirian pilot

project dan riset pasar.

Pendekatan RBD juga bisa dilakukan dalam rangka pemanfaatan peralatan litbang, untuk pembinaan inkubator sebagai tahap awal untuk berkembangnya sebuah industri. Untuk menunjang seluruh kerjasama litbang BBTPPI dan mempertahankan mutu layanan sedang dibentuk pranata litbang BBTPPI dan direncanakan akan diakreditasi oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) pada tahun 2010.

2) Pelatihan Teknik Operasional

Jasa pelayanan teknis untuk pelatihan SDM industri bertujuan meningkatkan kemampuan SDM industri dalam penguasaan keterampilan (skill) yang menunjang dalam pekerjaannya masing-masing. Jasa pelatihan teknis terdiri atas pelayanan pelatihan di bidang pengujian, sistem manajemen mutu, teknologi pangan dan non pangan. Untuk dapat melaksanakan jasa pelatihan teknis tersebut, maka pelatihan teknis dikelompokkan dalam pelatihan reguler dan non-reguler. Perkembangan kegiatan Jasa pelayanan teknis untuk pelatihan SDM dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah :


(27)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

17

Pelatihan reguler meliputi pelatihan teknis laboratorium dan sistem manajemen mutu. Pelatihan reguler dilaksanakan setiap tahunnya sesuai dengan program pelatihan yang telah disusun, diantaranya

 Pelatihan dibidang penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000, Sistem Manajemen Laboratorium ISO/IEC 17025, Cleaner Production Technology;

 Pelatihan dibidang teknologi proses produksi industri makanan, minuman dan pakan ternak;

 Pelatihan teknologi proses pengolahan limbah;

 Pelatihan operator IPAL;

 Pelatihan analis laboratorium;

 Pelatihan lain untuk teknisi maupun tingkat manajer dibidang Quality Control, proseccing, finishing end produk berbagai komoditi; dan

 Pelatihan Kalibrasi Suhu dan Massa.

Permintaan pelatihan sistem manajemen mutu semakin meningkat setiap tahunnya karena kesadaran dari industri untuk meningkatkan mutu produknya dan adanya penerapan SNI wajib

Jasa Pelatihan Teknik Operasional

0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

Tahun 2005 - Sept 2009

Ju

m

lah

t

ra

in

e

e

Target Realisasi


(28)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

18

dengan salah satu persyaratannya harus memiliki dan menerapkan dokumen sistem mutu.

Pelatihan non-reguler dilaksanakan berdasarkan permintaan konsumen, baik perorangan, perusahaan swasta maupun dari instansi pemerintah. Pelatihan ini dapat dilaksanakan di BBTPPI atau dengan pengiriman tenaga pengajar/instruktur ke perusahaan swasta atau instansi pemerintah di daerah. Frekuensi permintaan pelatihan non-reguler setiap tahunnya bervariasi, baik jumlah maupun jenis pelatihannya.

Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dengan pengiriman tenaga pengajar/instruktur ke instansi pemerintah di daerah umumnya merupakan permintaan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi serta Dinas teknis terkait lainnya tingkat propinsi maupun kota/kabupaten. Dengan kegiatan tersebut diharapkan adanya peningkatan kemampuan usaha kecil menengah untuk mengembangkan usahanya dan mengoptimalkan sumber daya alam yang ada di daerahnya.

Jumlah SDM terlatih sebagai peserta pelatihan yang dilaksanakan di BBTPPI setiap tahunnya meningkat, seperti terlihat pada Tabel 1. Kenaikan jumlah peserta pelatihan dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan pelatihan di masa mendatang dengan peningkatan frekuensi pelatihan pada tahun 2010-2014.

3) Pengujian Bahan dan Produk

Keberhasilan BBTPPI dalam membangun layanan pengujian yang lengkap dan akurat tidak terlepas dari komitmen terhadap pentingnya mutu layanan. Sistem manajemen yang diterapkan di Balai menjadi perhatian utama, sehingga pada tahun 2003 Balai mulai mempersiapkan diri untuk dapat diakreditasi. Pada tahun


(29)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

19

2004 sistem manajemen mutu laboratorium pengujian telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Pada saat ini BBTPPI mampu memberikan layanan pengujian limbah dan lingkungan serta aneka komoditi. Daftar klien pengujian sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran IV.

Ruang lingkup akreditasi meliputi produk makanan, minuman, pupuk, air, limbah, dan lingkungan. Laboratorium BBTPPI dapat memberikan layanan pengujian untuk SNI wajib pangan yaitu komoditas Air minum dalam kemasan (AMDK), tepung terigu sebagai bahan makanan, gula kristal rafinasi, garam konsumsi beryodium, dan beberapa jenis pupuk.

Contoh produk yang diuji ke BBTPPI dari tahun 2005-2009 terus mengalami peningkatan dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun dengan pencapaian realisasi melebihi 100% dari yang ditargetkan. Hal ini didorong berkembangnya industri pangan yang membutuhkan jasa layanan pengujian, persyaratan baku mutu lingkungan oleh KMLH (BOD, COD, emisi, dll), berkembangnya lembaga-lembaga sertifikasi (sertifikasi produk / ISO 14000 / ISO 9000) yang membutuhkan jasa pengujian, dan sub kontrak pekerjaan pengujian dari laboratorium lain yang belum memiliki fasilitas yang cukup. Perkembangan kegiatan Jasa pelayanan teknis untuk Pengujian bahan dan produk dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah :


(30)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

20

Upaya memberikan pelayanan prima untuk mencapai kepuasan pelanggan jasa pengujian BBTPPI terus dilakukan secara berkesinambungan guna mempercepat waktu penyelesaian pengujian dan mempertahankan akurasi hasil uji. Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan tingkat akurasi hasil pengujian, diantaranya dilakukan dengan cara memperbaharui peralatan pengujian, memutakhirkan metode uji dan meningkatkan kompetensi personil.

Kendala yang dihadapi dalam pelayanan jasa pengujian saat ini adalah belum diterapkannya sistem teknologi informasi secara optimal sehingga masalah waktu pelayanan dan penyelesaian pengujian belum teratasi dengan baik. Untuk memperoleh informasi yang benar tentang jasa layanan BBTPPI, riset pasar yang dilakukan belum efektif sehingga harus dilakukan survey kebutuhan pelanggan untuk mengembangkan layanan pengujian yang dapat diberikan dan survey kepuasan pelanggan untuk memelihara tingkat kepuasan pelanggan tetap yang dilakukan secara berkala.

Berkembangnya laboratorium sejenis merupakan ancaman bagi BBTPPI. Untuk mengantisipasi hal tersebut, BBTPPI akan mengembangkan kompetensinya dalam hal peningkatan kemampuan pengujian yang akurat dan teliti dengan batas deteksi yang rendah sesuai kebutuhan pelanggan atau

Jasa Pengujian Bahan dan Produk

0 200 400 600 800

1 2 3 4 5

Tahun 2005-Sept 2009

Ju

m

lah

C

o

n

to

h

Target Realisasi


(31)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

21

spesifikasi/ regulasi yang dipersyaratkan dan mengembangkan sistem pejadwalan pekerjaan guna menjaga kepuasan pelanggan.

4) Konsultasi Keteknikan

Layanan jasa konsultansi bersifat komprehensif dan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Bentuk kerjasama yang dilakukan antara lain dengan membuat MoU yang diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan konsultansi yang telah disepakati bersama seperti :

- Mempersiapkan Dokumentasi Sistem Manajemen

Perusahaan sesuai persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan/atau Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004),

- Persiapan Akreditasi Laboratorium Pengujian/Kalibrasi sesuai persyaratan Sistem Manajemen Laboratorium sesuai ISO/IEC 17025:2005,

- Memberikan konsultasi teknis penerapan Cleaner Production Technology,

- Perbaikan teknologi proses produksi industri makanan, minuman dan pakan ternak,

- Perbaikan teknologi proses pengolahan limbah industri, dan - Pengoperasian Instalasi Pengolah Air Limbah Industri

(IPAL) termasuk commisioning dan trial.

Kemampuan dalam pelayanan konsultansi dimulai dengan kepercayaan pelanggan yang ditunjukkan dengan bukti akreditasi laboratorium pengujian dan kalibrasi BBTPPI oleh KAN.

Diharapkan jasa pelayanan konsultansi BBTPPI dapat ditingkatkan lagi. Hal ini mengingat peluang pasar yang cukup baik, yaitu dengan adanya :


(32)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

22

- Penerapan SNI Wajib bagi perusahaan tertentu yang jumlahnya cukup banyak. Perusahaan tersebut membutuhkan dokumen pendukung (ISO 9001:2008) untuk dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Produk.

- Adanya layanan konsultansi baru yang dapat dijual yaitu Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001) dan Audit Energi.

- Meningkatnya kesadaran mutu dan lingkungan bagi industri untuk masuk ke pasar global.

Saat ini BBTPPI memiliki beberapa tenaga ahli konsultan yang melaksanakan pekerjaan konsultansi, namun fungsi tenaga ahli ini juga merangkap fungsi yang lain. Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan upaya penambahan personil dan jasa layanan baru serta peningkatan kompetensi konsultan BBTPPI melalui pendidikan dan pelatihan baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini juga diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi dan informasi serta persaingan yang cukup ketat diantara konsultan-konsultan sejenis baik dalam maupun luar negeri. Perkembangan kegiatan Jasa pelayanan teknis untuk Konsultansi dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah:

Jasa Konsultasi Keteknikan

0 10 20 30 40

1 2 3 4 5

Tahun 2005-Sept 2009

Ju

m

la

h

p

er

u

sa

h

aan Target


(33)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

23

5) Standardisasi dan Pengawasan Mutu Produk

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan, dan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak. Standardisasi merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang pembangunan, yang menyangkut jaminan mutu produk dan jasa dalam kegiatan perdagangan, keselamatan, keamanan, dan lingkungan dalam rangka menjamin perlindungan terhadap pengguna produk dan jasa.

Dalam rangka menjaga agar SNI selalu bermanfaat bagi masyarakat maka SNI perlu terus dikembangkan dan dikaji ulang sedikitnya sekali dalam lima tahun.

Kaji ulang SNI harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengkajian ulang SNI dilakukan oleh panitia teknis (pantek) atau instansi teknis sesuai dengan bidangnya melalui konsensus pihak terkait.

Sebagai instansi teknis yang berkompeten dalam perumusan SNI, BBTPPI selalu ditunjuk sebagai konseptor dalam penyusunan / revisi SNI di bidang lingkungan dan industri produk kayu terutama furniture. Di samping itu BBTPPI juga dilibatkan dalam kegiatan standardisasi internasional, di antaranya ikut serta dalam kegiatan penyusunan standar di dalam negeri, sedangkan keterlibatan pembahasan standar di luar negeri belum pernah dilakukan karena keterbatasan dana.

Dengan semakin berkembangnya kesadaran industri dan masyarakat terhadap tuntutan mutu dan pelestarian lingkungan maka kebutuhan untuk penyusunan/revisi standar semakin meningkat. Realisasi SNI yang disusun oleh BBTPPI dari tahun 2005-2009 terlihat meningkat dan memenuhi target yang telah ditentukan. Perkembangan kegiatan Jasa pelayanan teknis untuk


(34)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

24

Standardisasi dan Pengawasan Mutu Produk dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah:

Dalam hal penyusunan standar yang dilakukan, beberapa kendala yang dihadapi antara lain: penyusunan standar SNI dilakukan atas dasar permintaan dari Pantek RSNI Departemen Perindustrian, Pantek RSNI Kementrian Negara Lingkungan Hidup, kurangnya referensi standar internasional (seperti standar nasional negara lain, asosiasi, dan ISO yang terbaru), cepat berkembangnya metode uji sehingga untuk menerapkan SNI perlu adanya validasi metode uji, serta jadwal penyusunan standar dalam waktu yang bersamaan. Perkembangan kegiatan Jasa pelayanan teknis untuk Standardisasi dan Pengawasan Mutu Produk dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah:

Pengawasan Mutu Produk dilakukan oleh BBTPPI dalam kaitan pengujian sampel dalam rangka pengawasan mutu produk yang dilakukan oleh instansi teknis yang berwenang. Perkembangan kegiatan Jasa pelayanan teknis untuk Standardisasi dan Pengawasan Mutu Produk dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah. Sedangkan daftar klien pengujian sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran IV.


(35)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

25

6) Kalibrasi Peralatan dan Mesin

BBTPPI selain memiliki laboratorium pengujian juga memiliki laboratorium kalibrasi yang diakreditasi pada tahun 2006 oleh KAN.

Laboratorium Kalibrasi melakukan kalibrasi suhu dan massa sesuai ruang lingkup yang terakreditasi oleh KAN. Kalibrasi massa dilakukan terhadap anak timbang dan neraca, dan kalibrasi suhu terhadap oven, tanur, thermometer dan sejenisnya. Untuk mempertahankan status akreditasi yang diperoleh, laboratorium kalibrasi selalu memelihara penerapan sistem manajemen mutu yang akurat antara lain mengikuti program interkomparasi antar laboratorium kalibrasi yang terakreditasi oleh KAN, melakukan uji kompetensi antar personel dan melakukan rekalibrasi peralatan standar ketingkat ketelitian yang lebih tinggi (LIPI).

Realisasi jumlah peralatan yang dikalibrasi tahun 2006-2009 sudah memenuhi target yang telah ditetapkan, baik kalibrasi internal (peralatan laboratorium pengujian BBTPPI) maupun eksternal. Bila diamati penerimaan kalibrasi untuk periode tahun

Pengawasan mutu produk

0 50 100 150

1 2 3 4 5

Tahun 2005 - Sept 2009

J u m la h c o n to h Target Realisasi

Jas a Standar d is as i

0 2 4 6 8

1 2 3 4 5

Tah un 2005- Se pt 2009

J u m la h R S N I Target Realis as i


(36)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

26

2005–September 2009 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring dengan semakin banyaknya jumlah pelanggan dan jumlah alat yang akan dikalibrasi sebagaimana terlihat pada Grafik di bawah. Hal ini disebabkan semakin tingginya kebutuhan industri untuk mengkalibrasi peralatan ukur dan ujinya.

Kendala yang dihadapi adalah kurangnya personil (SDM), ruangan, dan jumlah/jenis peralatan standar. Dalam hal pelayanan kepada pelanggan, penyelesaian pekerjaan diupayakan tepat waktu berdasarkan kesepakatan dengan pelanggan tergantung jumlah dan jenis alat yang dikalibrasi maksimal 10 hari kerja sampai terbitnya sertifikat kalibrasi.

Berkembangnya laboratorium sejenis merupakan ancaman bagi BBTPPI. Untuk mengantisipasi hal tersebut, BBTPPI akan meningkatkan kualitas layanan, serta waktu dan harga yang kompetitif jika dibandingkan dengan pesaing lain.

7) Sertifikasi (Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, dan Produk)

Sejalan dengan kebutuhan industri dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah berkaitan dengan pemberlakuan SNI secara wajib, pengawasan barang beredar dan sebagainya,

Jasa Kalibr asi

0 20 40 60 80

1 2 3 4 5

Tahun 2005-Sept 2009

J

u

m

la

h

a

la

t

y

a

n

g

d

i

k

a

li

b

ra

s

i

Target Realisasi


(37)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

27

secara bertahap BBTPPI mengembangkan Lembaga Sertifikasi dengan lingkup layanan sebagai berikut:

 LSPro (Lembaga Sertifikasi Produk) BBTPPI diakreditasi KAN sejak tahun 2004 yang melayani industri untuk mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI) dengan lingkup : makanan dan minuman, dan pupuk. Daftar klien pengujian sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran III.

BISQA (BIS Quality Assurance) diakreditasi KAN sejak tahun 1999 yang melayani industri untuk mendapatkan Sertikat ISO 9001:2008 (Quality Management System) dengan lingkup : makanan, minuman, tembakau, konstruksi, dan TPT. Daftar klien pengujian sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran III.

BRISEMA (BRIS Environment Management Assurance) sudah diakreditasi KAN tahun 2006 yang melayani industri untuk mendapatkan Sertifikat ISO 14001:2004 (Environmental Management System) dengan lingkup : makanan, dan minuman. Daftar klien pengujian sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran III.

Realisasi pelayanan jasa teknis sertifikasi dari tahun 2005 sampai dengan September 2009 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan dapat memenuhi target seperti pada Tabel 1.

Ruang lingkup sertifikasi SPPT-SNI yang telah diakreditasi oleh KAN telah meliputi 16 komoditi makanan & minuman dan pupuk, termasuk di dalamnya beberapa komoditi yang telah diberlakukan wajib SNI, seperti Air Minum Dalam Kemasan, Tepung Terigu sebagai bahan makanan, gula rafinasi, dan garam konsumsi beryodium. Untuk mengantisipasi pemberlakuan SNI wajib bagi komoditi lainnya, maka LS-Pro BBTPPI perlu mempersiapkan diri untuk memperluas ruang lingkup komoditi


(38)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

28

yang diakreditasi oleh KAN. Persiapan ini meliputi perbaikan sistem manajemen mutu internal lembaga LS-Pro BBTPPI, peningkatan jumlah & kompetensi auditor, serta peningkatan sarana & prasarana. Selain itu diperlukan peningkatan efisiensi melalui layanan one stop services (layanan satu atap) sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi persaingan dengan lembaga sertifikasi asing yang telah memiliki reputasi dan jaringan di dunia international, terutama dalam hal perolehan klien sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001 dan sertifikasi sistem manajemen lingkungan ISO 14001. Jasa pelayanan teknis untuk masing-masing sertifikasi dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah:

8) Rancang Bangun Perekayasaan Industri (RBPI)

Jasa Pelayanan Teknis RBPI didukung oleh peralatan yang cukup memadai untuk membantu industri kecil dan menengah. Pelayanan JPT RBPI dapat berupa gambar desain peralatan, pembuatan peralatan industri, pengawasan pembuatan dan uji

Se r t ifik as i M ut u Pr oduk (SNI)

0 10 20 30 40

1 2 3 4 5

Tahun 2005 - Se pt 2009

J u m la h I n d u s tr i Target Realisasi

Jasa Sertifikasi ISO 9001

0 10 20 30 40 50

1 2 3 4 5

Tahun 2005-Sept 2009

J u m la h I n d u s tr i Target Realisasi

Jasa Ser ifikasi ISO 14001

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4 5

Tahun 2005 - Sept 2009

J u m la h I n d u s tr i Target Realisasi


(39)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

29

coba peralatan. Peralatan tersebut diantaranya Unit Pengolah Limbah Cair, Wet Scrubber Ash Collector, Unit Pengolah Gas Buang NH3, Unit Biogas IPAL industri tahu. Daftar klien pengujian sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran II.

Jasa pelayanan teknis RBPI mempunyai pesaing cukup banyak dengan berkembangnya bengkel dan instansi lain yang juga memberikan jasa sejenis dengan harga yang kompetitif. Selain itu juga jasa pelayanan RBPI terdapat beberapa kelemahan diantaranya makin berkurangnya tenaga teknis yang secara langsung melakukan kegiatan, dan harga yang kurang kompetitif karena tingginya overhead cost. Namun demikian jasa pelayanan teknis RBPI BBTPPI mempunyai keunggulan diantaranya kemampuan SDM dalam rancangan alat/mesin yang terus berkembang, lokasi yang strategis, sudah dikenal hampir di seluruh Indonesia serta adanya pendampingan pelatihan sehingga peralatan tersebut bisa berjalan/beroperasi. Dengan berkembangnya industri di daerah dan program pemerintah pusat dan daerah yang memprioritaskan ke industri berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan daya saing merupakan peluang BBTPPI untuk melakukan kerjasama/bermitra yang sinergis dengan bengkel lokal. Hal ini dilakukan dalam rangka membangun bersama industri prioritas dan kompetensi inti daerah sesuai dengan program pemerintah pusat dan daerah. Perkembangan kegiatan Jasa pelayanan teknis untuk RBPI dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah.


(40)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

30

9) Penanganan Pencemaran

Realisasi jasa layanan penanganan pencemaran pada tahun 2005 sampai dengan September 2009 sebagian besar memenuhi target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2007, terjadi penurunan pada jumlah contoh yang dianalisa (lihat grafik dibawah), namun dilihat dari biaya yang didapat telah melebihi target yang ditetapkan. Hal tersebut dikarenakan kegiatan penanganan pencemaran pada tahun bersangkutan sebagian besar didasarkan pada pelayanan “knowledge base”.

Sementara untuk jasa layanan penanganan pencemaran ini telah muncul berbagai kendala. Adapun kendala yang dihadapi dalam penanganan pencemaran lingkungan (UKL/UPL) yaitu dari segi pendekatan dan biaya yang tidak dapat bersaing dengan instansi lain (seperti Dinas), selain itu pabrik/perusahaan juga akan lebih intensif/aktif melakukan konsultansi UKL/UPL apabila ada himbauan dari pemerintah.

Berdasarkan Laporan Analisis Kepuasan Pelanggan (2008), pada umumnya pelayanan jasa yang diberikan BBTPPI masih berada di bawah harapan pelanggan, meskipun secara umum perbedaan antara harapan pelanggan dengan jasa yang diberikan masih termasuk dalam kategori pelayanan yang baik. Umumnya ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan pelayanan yang diberikan adalah pada kecepatan pelayanan

Jas a RBPI

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

1 2 3 4 5

Tahun 2005 - Se pt 2009

J

u

m

la

h

In

d

u

s

tr

i

Target Realis asi


(41)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

31

pengujian. Daftar klien penanganan pencemaran sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran V. Adapun Perkembangan kegiatan Jasa pelayanan teknis untuk penanganan pencemaran dari tahun 2005 – September 2009 sebagaimana terlihat pada grafik di bawah:

10) JPT lainnya : Audit Energi

Jasa layanan lainnya seperti Audit Energi mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang karena sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran industri dalam pengelolaan energi dalam rangka konservasi energi dan Clean Development Mechanism (CDM), sedangkan yang menjadi kendala adalah belum dikenalnya BBTPPI sebagai lembaga yang dapat melakukan audit energi di dunia usaha, sehingga memerlukan promosi yang lebih aktif.

Sementara ini ditinjau dari aspek layanan, kinerja Balai pada tahun 2009 (sampai dengan 30 September) dalam memberikan layanan kepada masyarakat industri berjalan dengan baik. Realisasi pencapaian target sangat bervariasi, masih ada yang kosong, tetapi ada juga sudah mendekati targetnya. Pendapatan PNBP yang tidak proporsional tersebut merupakan kelemahan yang harus segera

Jasa Pe nanganan Pe ncem ar an

0 500 1000 1500 2000

1 2 3 4 5

Tahun 2005 - Sept 2009

J

u

m

la

h

c

o

n

to

h

Target Realisasi


(42)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

32

diatasi agar perencanaan lebih baik dan semua jenis layanan dapat berkembang secara seimbang.

Jasa layanan Penelitian dan pengembangan sampai dengan 30 September 2009 belum terealisasi layanannya, akan tetapi sudah terjadi pembicaraan tahap negosiasi dan pengajuan proposal kerjasama litbang kepada 2 perusahaan.

Realisasi dari jasa layanan pelatihan teknik operasional untuk tahun 2009 (per 30 September 2009) mencapai 68 % atau sebanyak 34 orang SDM industri dari target 50 SDM industri.

Pengujian bahan dan produk sampai dengan tanggal 30 September 2009 baru mencapai 2.339 contoh (97,87 %) dari target penerimaan 2.390 contoh.

Kalibrasi peralatan dan mesin baru terealisasi 116,67 % atau sebanyak 70 alat yang dikalibrasi sedangkan target tahun 2009 sebanyak 60 alat.

Jasa layanan konsultansi s.d. 30 September 2009 baru dapat merealisasikan layanannya sebesar 100 % atau sebanyak 3 MoU dari target yang telah ditetapkan sebanyak 3 MoU.

Sedangkan layanan standardisasi s.d 30 September 2009 dapat memberikan layanan 6 (enam) RSNI atau 100 % dari targetnya 6 (enam) RSNI.

Jasa Sertifikasi dapat merealisasikan layanannya sebesar 79 MoU atau sebesar 109,72 % dari target yang telah ditetapkan untuk tahun 2009 sebesar 72 MoU.

Jasa layanan rancang bangun dan perekayasaan industri untuk tahun 2009 telah memberikan layanan sebesar 100 % atau 1 MoU dari 1 MoU yang ditargetkan.

Jasa pelayanan teknis lainnya yang terdiri dari Audit Energi yang saat ini masih dalam tahap pengembangan.


(43)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

33

2. Aspek Keuangan

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya didukung oleh sumber anggaran yang berasal dari Anggaran Rupiah Murni (RM) dan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP) yang diperoleh BBTPPI dari pendapatan atas Jasa Pelayanan Teknis (JPT) yang diberikan kepada masyarakat industri. Anggaran RM dan PNBP digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal, namun anggaran dari PNBP lebih diutamakan untuk biaya operasional dalam memberikan layanan kepada masyarakat industri.

Nilai pagu penggunaan dari masing-masing sumber anggaran dan total realisasi penggunaan anggaran yang digunakan BBTPPI selama tahun 2005 sampai tahun 2009, cenderung meningkat seperti terlihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2005 s.d. 2009

(Rp. 000)

No. Sumber 2005 2006 2007 2008 2009*) 2009

Pendapatan

1. Rupiah Murni 4.525.555 8.121.890 8.506.030 7.791.228 7.665.612 7.665.612

2. PNBP 2.088.952 2.375.567 3.242.754 3.485.171 3.399.275 4.345.575

3. Total

Pendapatan 6.614.507 10.497.457 11.210.135 11.275.399 11.064.887 12.011.187

Belanja

4. Rupiah Murni 4.646.906 6.045.324 6.541.400 7.310.384 5.685.035 7.627.735

5. PNBP 1.379.594 1.966.714 2.763.503 3.034.154 2.719.732 4.242.499

6. Total Belanja 6.026.500 8.012.038 9.304.903 10.344.538 8.404.767 11.870.234 % Realisasi

Belanja RM 102,68% 74,43% 76,90% 93,83% 74,16% 99,51%

% Realisasi

Belanja PNBP 66,04% 82,79% 85,22% 87,06% 80,01% 97,63%

% Realisasi Total

Belanja 91,11% 76,32% 83,00% 91,74% 75,96% 98,83%

Keterangan:

*) Periode Januari-September 2009.

0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 D a la m R ib u a n R p Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009*) Tahun 2009

Sumber Dana Pendapatan

PNBP Rupiah Murni 0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 D a la m R ib u a n R p Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009*) Tahun 2009 Belanja PNBP Rupiah Murni


(44)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

34

Realisasi Belanja pada tahun 2006 dan 2007 terlihat sangat rendah disebabkan oleh kesalahan perencanaan, terutama pada alokasi belanja pegawai yang terlalu besar. Namun pada tahun 2008 telah dilakukan penyesuaian, sehingga kelebihan alokasi tidak terlalu signifikan.

BBTPPI lebih dari belasan tahun memberikan jasa pelayanan teknis kepada masyarakat sesuai dengan lingkup tugasnya dan dalam Tabel diatas hanya ditampilkan data pagu penggunaan anggaran untuk empat tahun terakhir. Selama melaksanakan jasa layanan tersebut, berbagai sistem pengelolaan keuangan telah dialami seiring dengan sistem anggaran yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan.

Sebelum tahun 1991 pengelolaan keuangan dari Jasa Pelayanan Teknis (JPT) mengacu kepada ICW dan Kepres No. 29/1984 dimana penerimaan harus disetor ke kas negara dan tidak boleh dipergunakan langsung. Sejak tahun 1991 sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. S-1116/MK.013/1990 tanggal 8 September 1990, penerimaan JPT dapat langsung dipergunakan oleh lembaga dan saldo akhir tahun harus disetorkan ke kas negara. Penganggaran JPT pada periode tersebut sudah terintegrasi dalam DIK.

Pada tahun 1996 sesuai dengan surat Menpan No. B-643/I/96 peralihan status Balai-Balai Litbang menjadi Unit Swadana. Sistem pengelolaan JPT pada Unit Swadana menurut Kepres No. 38/1991 tentang Unit Swadana dan Tata Cara Pengelolaan Keuangannya disusul dengan Kep Menkeu No. 47/KMK.03/1992 tentang Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Pusat serta SK Menkeu No. 235/KMK.01/1992 tentang Tata Cara Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah menjadi Unit Swadana disebutkan bahwa seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diterima dapat langsung digunakan oleh instansi


(45)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

35

yang bersangkutan dan saldo akhir tahun menjadi saldo awal tahun berikutnya.

Pada tahun 1997 terbit undang-undang No. 20/1997 tentang PNBP dimana keuangan dari JPT atau PNBP seluruhnya wajib disetor ke kas negara dan dikelola dalam sistem APBN. Sejak tahun 1997 BBTPPI menyesuaikan dengan undang-undang tersebut dan PNBP disetor ke kas negara. Penganggaran menggunakan pola Daftar Isian Kegiatan Suplemen (DIK-S) dan sejak tahun 2005 dengan pola Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Pada tahun 2005 pelaksanaan anggaran belum mempergunakan DIPA melainkan masih mempergunakan Daftar Isian Kegiatan (DIK), Daftar Isian Proyek (DIP) dan Daftar Isian Kegiatan Suplemen (DIK-S), sedangkan untuk belanja pegawai DIK TA 2005 masih menganut Sistem Terbuka, artinya meskipun pagu belanja pegawai telah ditetapkan, namun dalam pelaksanaannya Kantor Penerimaan dan Pembayaran Negara (KPPN) tetap akan melakukan pembayaran meskipun telah melampaui pagu. Keadaan ini menyebabkan total realisasi penggunaan anggaran pada tahun 2005 melebihi jumlah pagu yang telah ditetapkan, seperti terlihat pada Tabel 2 diatas.

Sesuai dengan amanat yang digariskan dalam pasal 11 ayat (5) Undang Undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mulai tahun 2005 Anggaran Belanja Negara khususnya anggaran belanja pusat, disusun berdasarkan format baru yaitu format Anggaran Terpadu (Unified Budget).

Masa transisi tersebut tidak diantisipasi dengan baik, revisi PNBP yang semula mudah dilaksanakan ternyata menjadi sulit karena harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, mengakibatkan tidak optimalnya pelaksanaan DIPA pada tahun 2005 sehingga masih banyak anggaran yang belum dapat direalisasikan pada tahun tersebut dan diluncurkan pada tahun berikutnya.


(46)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

36

Selain itu dalam hal belanja pegawai terutama untuk pembayaran gaji sistem yang berlaku masih mengacu pada tahun sebelumnya dimana KPPN masih tetap akan melakukan pembayaran meskipun melampaui pagu, sehingga realisasi RM untuk tahun 2005 melebihi pagu yang telah dianggarkan.

Pagu penggunaan PNBP setiap tahun ditetapkan meningkat, agar layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat industri juga meningkat, akan tetapi peningkatan pagu tersebut tidak dapat ditetapkan secara maksimal sesuai dengan kebutuhan, namun kenaikan tersebut harus disesuaikan dengan total pagu penggunaan yang dialokasikan kepada BBTPPI.

Pagu Rupiah Murni dan pagu penggunaan PNBP bagaikan bejana berhubungan, bila pagu PNBP dinaikkan, maka anggaran RM harus diturunkan, karena selalu diminta total pagu yang diusulkan sama dengan tahun sebelumnya.

Disisi lain, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan PNS, anggaran RM harus meningkat sehingga menjadi sulit membuat perencanaan yang maksimal disebabkan terbatasnya pagu yang dapat dialokasikan untuk PNBP.

Perencanaan pagu PNBP yang tidak maksimal, seringkali menyebabkan untuk beberapa jenis layanan, pagu yang tersedia sudah tidak mencukupi guna membiayai biaya operasional dalam memberikan layanan tersebut kepada masyarakat industri dalam tahun berjalan. Revisi anggaran akan diproses apabila target penerimaan telah terlampaui, sehingga menyebabkan realisasi penggunaan anggaran pada beberapa tahun lalu relatif rendah, hanya pada tahun 2008, dimana target penerimaan telah dilewati dan revisi anggaran dapat dilaksanakan, sehingga realisasi penggunaan meningkat.

PNBP yang diperoleh semuanya disetorkan ke Kas Negara dan yang dapat digunakan oleh BBTPPI adalah sebesar 97,12 % sedangkan


(47)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

37

2,88 % diendapkan di kas Negara. Dari anggaran yang dapat digunakan tersebut sebagian besar dipergunakan untuk biaya operasional dari masing-masing JPT. Pada Tabel 3 dapat dilihat besarnya realisasi sumber anggaran yang dialokasikan untuk kebutuhan belanja yang dilaksanakan.

Tabel 3. Realisasi Berdasarkan Anggaran Belanja BBTPPI Tahun 2005 s/d 2009

(Rp. 000) Sumber

Anggaran

Jenis

Belanja 2005 2006 2007 2008 2009*)

Prognosa 2009

RM

B. Pegawai 2.670.467 3.232.091 4.210.733 4.999.290 3.755.644 4.893.772 B. Barang 1.387.941 1.303.189 1.792.183 2.082.279 1.758.331 2.562.903 B. Modal 588.498 1.490.132 513.554 228.815 171.060 171.060 B. Bansos - 19.965 24.920 - 0 -

Total RM 4.646.906 6.045.377 6.541.390 7.310.384 5.685.035 7.627.735

PNBP

B. Pegawai 739.891 971.400 1.175.286 1.240.280 0 - B. Barang 632.153 969.870 1.560.342 1.743.908 2.659.902 4.182.669 B. Modal 7.550 25.444 27.875 49.965 59.830 59.830

Total

PNBP 1.379.595 1.966.714 2.763.503 3.034.154 2.719.732 4.242.499 TOTAL BELANJA 6.026.501 8.012.091 9.304.893 10.344.538 8.404.767 11.870.234

Keterangan:

*) Periode Januari-September 2009.

Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2005

77% 23%

Total RM Total PNBP

Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2006

75% 25%

Total RM Total PNBP

Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2007

70% 30%

Total RM Total PNBP

Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2008

71% 29%

Total RM Total PNBP


(48)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

38

Berdasarkan Tabel 3 dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan belanja pegawai dan belanja modal masih tergantung kepada APBN. Apabila hanya mengandalkan anggaran yang bersumber dari PNBP maka tidak akan mencukupi, karena tarif dari layanan jasa yang diberikan tidak memperhitungkan penyusutan alat, inflasi dll. Oleh karena itu anggaran yang bersumber dari RM masih diperlukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan belanja pegawai dan belanja modal terutama untuk membeli peralatan instrumen yang relatif mahal dan spesifikasinya harus sesuai dengan yang dipersyaratkan ketentuan nasional maupun internasional.

Namun demikian prosentase dari PNBP terhadap total anggaran dari tahun ke tahun cenderung meningkat.

Tarif yang digunakan dalam memberikan layanan jasa ditentukan oleh Pemerintah. Tarif yang digunakan sekarang mengacu kepada tarif yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 63 tahun 2007 tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Departemen Perindustrian, mulai diterapkan pada awal tahun anggaran 2008. Pada saat terjadi perubahan nilai tukar dollar, inflasi dan sebagainya, seringkali tarif yang digunakan sudah tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan karena ditetapkan dengan peraturan pemerintah, tarif tersebut tidak bisa direvisi dalam waktu yang relatif singkat.

P ro se n ta se b e la n ja RM d a n P NBP ta h u n 2009

64% 36%

RM PNBP


(49)

Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan

39

Penerimaan PNBP per Jenis layanan untuk periode tahun 2005 s.d. 2009 mengalami fluktuasi namun besarnya penerimaan jasa layanan teknis secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang menggambarkan bahwa pelayanan kepada masyarakat industri selama periode tersebut terus meningkat.

Target penerimaan dari masing-masing jasa layanan dan realisasinya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.


(1)

No Klien

346 PR. Bambu Kunig Gading, Jepara 347 PR. Menado Jaya Utama, Kab.

Semarang

348 CV. Sahid Aditama, Semarang

349 Dinas Perindustrian dan Perdagangan BMS

350 PR. Sukses Jaya Utama, Kab. Semarang

351 PR. Bimbing Mas Barokah, Kab. Jepara

352 PR. Netral Jaya Abadi, Pati 353 PR. Panji Buana, Purworejo 354 PR. Lituma, Temanggung 355 PT. Ecolab, Semarang 356 CV. Pubel, Yogyakarta 357 PR. Gapura Jaya Makmur,

Purwokerto

358 PT. Bawen Mediatama, Bawen 359 PR. Oval Saputra, Kudus 360 PR. Daun Sirih Segar, Kudus 361 PT. Sinar Permata Tunggal, Kudus 362 PR. Gambir Coklat Muda, Kudus 363 PR. Sinyo 82, Kudus

364 PR. Malindo Jaya abadi, Kudus 365 PR. Era Usaha, Kudus

366 PR. Gunung Mas, Sleman 367 PD. Niaga, Cirebon 368 Dins Kesehatan Kendal

369 PT. Alya Kusuma Perdana, Gunung Pati

370 PT. Karang Jaya Mandiri, Juana 371 PT. Tiro Samodra Mulya, Juana 372 PT. Agung Samudra, Batang 373 PT. Garam Nasional, Juana 374 PT. Citra Abadi Mulya, Yogyakarta 375 CV. Bima Tirta, Bandung

376 CV. Sarana Argo Kultura, kab. Grobogan

377 PR. Kecap Mirama, Semarang 378 PT. Mirota SM, Yogyakarta 379 CV. Makmur, Batang 380 Anggur 5000, Yogyakarta 381 PT. Kharisma Prima Abadi,

Yogyakarta

382 PT. Indo Sentra Pelangi, Semarang 383 PT. Indofood Sukses Makmur,

Semarang

384 PT. Benselink Cipta Perdana, Bawen 385 CV. Tunggal Nugroho, Semarang 386 PT. Intrasal, Semarang

387 PT. Multi Instrumentasi, Semarang 388 PT. Intijaya Meta Ratna, Semarang 389 PT. Cipta Bangun, Pekanbaru

No Klien

390 PT. Swabina gatra, Gresik 391 PT. Bina Citra, Semarang 392 PT. Royal Korindah, Purbalingga 393 PT. Jhon's Glove, Semarang 394 PT. Intimanis, Semarang 395 PT. Amanah, Makasar

396 PT. Focus Indolighting, Jakarta 397 PT. Narmada Awet Muda, Lombok 398 PT. Sagita Puspa, Kaltim

399 PR. AMOK Mahkota, Magelang 400 PT. Tirta Tama Bahagia, Bogor 401 PT. Tirta Bahagia, Pandaan 402 PT. Dewi Samodra, Solo 403 PT. Agrimitra, Padang 404 PT. Surya Mulia, Pekanbaru 405 PT. Inhutani II, jakarta

406 PT. Master Indo Aroma, Makasar 407 PT. Global Export, ampenan 408 PT. Abadi Kimia, Surabaya 409 PT. Cita Nasional, salitiga

410 Yayasan Harapan Ibu, Purbalingga 411 PT. BPR Weleri Makmur, Semarang 412 PT. Industri Jamu Borobudur,

Semarang

413 PT. Karunia Tirta, Makasar 414 PT. Sinar Sosro, Ungaran 415 Pengguna Dana Bappedal Prop.

Jateng

416 PT. SA Moratex, Sukoharjo 417 Dinas Kesehatan Kota Semarang 418 Decorus Furniture

419 PT. Unggul Rejo Wasono, Purworejo 420 PT. Indratex, Pekalongan

421 Kantor Lingkungan Hidup Purbalingga 422 Dinas Kebersihan dan LH, Kab.

Cilacap

423 PT. Smart Sukses Selalu, Semarang 424 PG. Trangkil, Pati

425 PT. Kedaung Medan, Semarang 426 PT. Hadikusumo Bros Coy, Semarang 427 PT. CPS, Rembang

428 Sumitomo Corporation, jakarta Selatan

429 PT. Kharisma Megah Dharma, Semarang

430 PT. Mitra Lestari Abadi 431 RS. Ibu dan Anak, Tegal 432 Pusdiklat Mugas, Cepu 433 PT. Pandatex, Magelang 434 PT. Wonorejo Katon, Solo 435 PT. Sukorintex, Batang 436 PT. Triangga Dewi, Solo


(2)

No Klien 437 PT. Kanasritex, Ungaran 438 PG. Jatibarang, Brebes 439 PT. Dua Kelinci, Pati

440 PG. Sumberharjo, Pemalang

441 Persh. Krupuk Sami Jaya, Semarang 442 PT. Bina Mandiri, Bogor

443 PMK. Dua Naga 444 PT. Batik Semar, Solo

445 Persh. Bihun 'Hasrat Kerja', Surakarta 446 PG. Gondang baru, Klaten

447 PG. tasik Madu, Karanganyar 448 PT. Yuro Mustika, Semarang 449 PT. Daya Manuggal Tekstil

450 PT. Tanjung Kreasi Parguet Industri 451 PG. Mojo, Sragen

452 PT. Bitratex Industri, Demak 453 RSUD. Kardinal, Tegal 454 PT. Coca Cola, Ungaran 455 PG. Pangka, Tegal 456 PT. Faltatex, Pekalongan 457 PT. Restu Rancang Bangun 458 PT. Jamu Borobudur, Semarang 459 PT. Indoxide, Surabaya

460 PT. Asia Megah, Padang 461 PT. Tonggorejo, Pandaan 462 PT. Duta Khaisar, Surakarta

463 Lab. Lingkungan Akprin, Yogyakarta 464 PT. Manyong Mando, Semarang 465 CV. Dwi Tunggal Sejahtera,

Semarang

466 UD. Anugrah Tirta, Ungaran

467 PT. Sumber Daya Alam, Wonosobo 468 CV. Olimpic Makmur Jaya

469 Persh. Madu Nusantara 470 PT. Bapak Djenggot, Bawen 471 PT. Coca-cola Bottling Indonesia,

Semarang

472 CV. Tirta Anugerah Sejati, Brebes 473 PR. Tujuh Samodra, Temanggung 474 Glory, Semarang

475 PR. Buah Merah, Kudus

476 PR. Kembang Suko Sakti, Kudus 477 PR. Putri Yuko, Kudus

478 CV. Asia Food Working, Pati 479 CV. Hasil Karya, Semarang 480 PT. Libra, Semarang

481 PR. Nuansa Citra Abadi. Kudus 482 PR. Bengawan Solo, Kudus 483 PR. Helmi Jaya Abadi, Kudus 484 PR. Sembilan, Kudus

No Klien

485 PR. Cap Gading, Demak

486 PR. Nambah Rejeki, temanggung 487 PR. FAB, Boyolali

488 PR. Cincin Delima, Kab. Kudus 489 PR. Piala Kencana Sakti, Kudus 490 PR Sandang Pancuran, Ds.

Prambatan 491 ASA, Semarang 492 UD. Quasil, Semarang 493 CV. Masa Jaya, Semarang

494 CV. Karagen Indonesia, Semarang 495 PR. Kondang Harum, Karanganyar 496 PR. Keluarga Besar 092, Jepara 497 PR. Bina Arta Kencana, Semarang 498 PR. Bunga Malam, Demak

499 UD. Al-Farah, Cilacap

500 PR. Turi Mekar Mas Jaya, Kudus 501 PR. Tugu Mas Kencana, Kab. Demak 502 PR. Margo Jojoguna, Kudus

503 PR. Poenjoel, Kudus

504 PR. Gunung Cetak Kidul, Kudus 505 PR. Chi Hana Santosa, Kudus 506 PR. Finan Lasta Produk, Kudus 507 PR. Shifa Jaya Utama, Kudus 508 PR. Ruzuas Djumar, Kudus 509 PR. Friendship Business, Kudus 510 PR. Buana Fajar, Kudus

511 PR. Granito Mulia, Kudus 512 PR. Voleta, Kudus

513 PR. Umi Kharomah, Kudus 514 PPLH UNSOED, Purworkerto 515 PR. Pirandi, Kudus

516 PR. Pamudji Raharjo, Sukoharjo 517 Deperindag Kop. Kab. Rembang 518 PT. Setia Widjaja Bhakti Sentosa,

Tegal

519 PT. Mitra Insani Sarana, tegal

520 CV. Surya Kartika Indotama, Ungaran 521 PT IMI, Batang

522 PT. Batang Alum, Batang 523 Balai Pengobatan, Ungaran 524 PT. Garuda Food, Pati 525 PT. Saari Junietex, boyolali 526 PT. Perkebunan IX, Klaten 527 CV. Risetya Putri Sejati 528 PT. Unggul Jaya, Pekalongan 529 PT. Kertas Blabak, Magelang 530 Kantor Pedalda, Kab. Kendal


(3)

Lampiran V. Matrik TOWS

129

LAMPIRAN V

MATRIK TOWS


(4)

Lampiran V. Matrik TOWS

130

MATRIK TOWS

PELUANG / OPPORTUNITY ANCAMAN / THREAT

Aspek Layanan Aspek Layanan

1. Potensi dan pangsa pasar untuk penanganan dan

pencegahan pencemaran industri dan pengelolaan energi di industri relatif besar.

1. Adanya lembaga layanan sejenis.

2. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat.

2. Perkembangan iptek yang cepat.

3. Peraturan pelestarian lingkungan yang semakin ketat 3. Tuntutan pelanggan akan layanan prima. 4. Kebijakan Pemerintah mengenai SNI wajib.

Aspek Keuangan Aspek Keuangan

1. Pengelolaan Keuangan BLU (PK-BLU). 1. Tingkat inflasi. 2. Anggaran Rupiah Murni (RM) meningkat. 2. Nilai tukar rupiah.

3. Investasi sektor industri menurun.

Aspek SDM & Organisasi Aspek SDM & Organisasi

1. Terbukanya kesempatan meningkatkan kompetensi. 1. Perubahan-perubahan lingkungan yang berlangsung cepat.

2. Berkembangnya sertifikasi profesi. 2. Kebijakan Pemerintah tentang rekruitmen / formasi tenaga lab.

3. Berlakunya sistem reformasi birokrasi untuk meningkatkan kinerja.

4. Tersedianya berbagai jabatan fungsional.

Aspek Sarana & Prasarana Aspek Sarana & Prasarana

1. Kerjasama penggunaan sarana laboratorium proses. 1. Adanya peralatan mutakhir yang dimiliki lab/lembaga pesaing.

2. Adanya program bantuan dari DN/LN. 2. Siklus hidup peralatan lab. pengujian, kalibrasi, dan proses yang cepat.


(5)

Lampiran V. Matrik TOWS

131

KEKUATAN / STRENGTH Strategi S-O

Mengoptimalkan kekuatan untuk menangkap peluang.

Strategi S-T

Memanfaatkan kekuatan untuk menghadapi ancaman.

Aspek Layanan 1.

2.

3. 4. 5.

6.

7. 8.

9.

10. 11.

Mengusulkan perubahan pengelolaan keuangan BBTPPI menggunakan sistem PK-BLU

Membangun jejaring kerja untuk kerjasama JPT dengan instansi Pemerintah/ Swasta/ Lembaga terkait.

Pemanfaatan sarana kerja

Optimalisasi tawaran bantuan dan kerjasama

Memanfaatkan sistem reformasi birokrasi dlm mendukung pelaksanaan sistem pola karier

Memanfaatkan jab fungsional sesuai kompetensi SDM Penetrasi dan pengembangan pasar untuk JPT Mempromosikan Jasa Audit Energi

Memperdalam kemampuan kompetensi inti dan mengembangkan litbang terapan di bidang teknologi produksi bersih dan bioteknologi lingkungan Meningkatkan kemampuan teknis untuk mendukung Kebijakan industri nasional

Pengembangan kemampuan layanan Peningkatan kualitas Layanan

1.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Merencanakan pengadaan barang/jasa produksi dalam negeri.

Pemeliharaan peralatan menggunakan Jasa Pihak III. Selektif dalam memilih pemasok pelatanan.

Pengadaan SDM yang disesuaikan dengan jenis layanan. Mengembangkan sistem reward/remunerasi berbasis kinerja.

Melakukan kerjasama sub kontrak jasa pengujian. Rekruitment SDM baru dan Expert untuk peningkatan kapasitas layanan dan pengganti yang pensiun. 1. Mempunyai pelanggan tetap.

2. Adanya layanan plus ”One Stop Services” yang ditawarkan. 3. Merupakan laboratorium yang ditunjuk untuk pelayanan

pengujian dalam rangka monitoring pencemaran lingkungan.

4. Mampu mengembangkan jenis layanan melalui dukungan inovasi litbang.

5. Mampu melakukan layanan audit energi. Aspek Keuangan 1. Pendapatan meningkat dari tahun ke tahun. 2. Tarif jasa layanan kompetitif.

3. Adanya dukungan anggaran dari APBN. Aspek SDM & Organisasi 1. Memiliki SDM berkompeten.

2. Adanya sistem pola karier bagi pegawai baru.

3. Tata kelola organisasi jasa pelayanan teknis pengujian, kalibrasi dan sertifikasi sudah mengikuti ketentuan yang berlaku secara internasional.

Aspek Sarana & Prasarana 1. Lokasi BBTPPI yang strategis.

2. Memiliki peralatan, pengujian, kalibrasi, dan proses. 3. Memiliki website.


(6)

Lampiran V. Matrik TOWS

132

KELEMAHAN / WEAKNESS Strategi W-O

Memanfaatkan peluang utk meminimalkan kelemahan.

Strategi W-T

Meminimalkan kelemahan utk menghindari ancaman.

Aspek Layanan 1.

2. 3.

4. 5. 6.

7. 8. 9. 10. 11. 12.

Menyusun anggaran yang proporsional untuk setiap jasa layanan teknis

Memelihara peralatan lab proses

Memanfaatkan program bantuan untuk meningkatkan kemampuan BBTPPI

Merencanakan training bagi SDM BBTPPI

Meningkatkan kompetensi SDM melalui sertifikasi personil Menyusun perencanaan pengadaan SDM menghadapi penerapan sistem reformasi birokrasi

Pengembangan SDM yunior melalui pola kaderisasi Mengefektifkan sistem informasi dan pemasaran Meningkatkan kemampuan SDM Audit Energi Sistem informasi didorong untuk dimanfaatkan secara efektif

Investasi peralatan prioritas yang mutakhir Peningkatan Usaha Marketing yang agresif

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Efisiensi penggunaan anggaran berdasarkan prioritas. Mengurangi frekuensi promosi jasa pengujian. Pengadaan peralatan rapid test.

Menyusun rencana pemeliharaan alat.

Mengembangkan kerjasama dengan lembaga sejenis. Memperbaiki kinerja pelayanan secara berkesinambungan. Reformasi birokrasi dengan penerapan skema PK-BLU. Penyusunan SOP konsultansi dan sertifikasi.

1. Waktu penyelesaian layanan yang lama.

2. Parameter pengujian/kalibrasi dan ruang lingkup sertifikasi belum terakreditasi seluruhnya.

3. Belum diterapkannya teknologi informasi secara optimal. 4. Lemahnya networking/jejaring kerjasama.

5. Pemasaran belum efektif.

Aspek Keuangan 1. Pendapatan PNBP belum proporsional. 2. Perencanaan anggaran belum efektif. 3. Biaya investasi/pemeliharaan terbatas.

4. Penetapan tarif jasa layanan tidak bisa direvisi dalam waktu yang relatif singkat.

Aspek SDM & Organisasi

1. Pengembangan SDM untuk mengikuti perkembangan iptek terbatas.

2. Pemberdayaan SDM yang berkompeten belum terencana dengan baik.

3. Pelaksanaan jasa pelayanan teknis belum dilaksanakan sesuai organisasi BBTPPI.

4. Tata kelola organisasi jasa pelayanan teknis penelitian dan pengembangan belum mengikuti ketentuan yang berlaku secara nasional/internasional.

Aspek Sarana & Prasarana 1. Keterbatasan kapasitas sarana dan prasarana lab.

pengujian dan kalibrasi.

2. Pemeliharaan sarana dan prasarana belum terencana dengan baik.

3. Belum tersedianya sistem informasi yang mendukung jasa layanan.