Analisis Komitmen Relasional Petani Tebu di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero).
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Magister
PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan oleh:
FLORA PUDJI LESTARI
NPM : 0861020093
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
(2)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister Program Studi
Magister Manajemen
Diajukan oleh:
FLORA PUDJI LESTARI
NPM : 0861020093
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
(3)
FLORA PUDJI LESTARI NPM: 0861020093
Telah dipertahankan di depan Penguji pada tanggal 23 Oktober 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji
Dr. Ignatia Martha, H,SE,ME Prof. Dr. Soeparlan Pranoto. SE, Ak, MM
Pembimbing Pendamping Ir. Baling Kustriyono, MM
Dr. Prasetyo Hadi, SE, MM Dra. Psi. Endang Iryanti, MM
Surabaya, ……….
UPN “Veteran” Jawa Timur Program Pascasarjana
Direktur
(4)
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Komitmen Relasional
Petani Tebu di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero)”
Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat penyelesaian Gelar Magister, Program Studi Magister Manajemen, Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, SE, MS, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur beserta Staf yang telah setia mendukung kegiatan perkuliahan sampai dengan proses penyusunan tesis ini.
3. Bapak Dr. Prasetyo Hadi, SE,MM selaku Ketua Program Studi
Magister Manajemen Universitas Pembangunan Nasional
(5)
terselesaikannya tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Manajemen pada
Program Pasca Sarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur.
6. Pimpinan dan rekan-rekan di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero). 7. Ibu, mas Bagus Sudaryanto, suamiku tercinta Yudi Kunsupriyanto dan
ketiga buah hatiku ; Dita, Diaz, Dea yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam proses menyelesaikan studi S2.
8. Rekan-rekan Program Studi Magister Manajemen angkatan 17 yang telah memberikan dukungan dan semangat. (MM-UPN 17 is the best!)
Peneliti menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Akhir kata peneliti berharap, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Oktober 2010
Peneliti
(6)
DAFTAR ISI ………. iii
DAFTAR TABEL ………. vii
DAFTAR GAMBAR ………. viii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix
ABSTRAKSI ……… x
I. PENDAHULUAN ………. …….. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2. Perumusan Masalah ………. 7
1.3. Tujuan Penelitian ………... 7
1.4. Manfaat Penelitian ………. 8
II. KAJIAN TEORI & PENGEMBANGAN MODEL ….……… 9
2.1. Kajian Teori ……….……….. 9
2.1.1. Efektivitas Komunikasi ………... 9
2.1.2. Kualitas Jasa ………... 13
2.1.3. Kepercayaan ……… 15
2.1.4. Komitmen Relasional ……… 17
2.2. Hubungan Antar Variabel ………. 20
2.2.1. Hubungan Efektivitas Komunikasi dengan Kepercayaan… 20 2.2.2. Hubungan Kualitas Jasa (Teknis & Fungsional) dengan Kepercayaan ……… 21
2.2.3. Hubungan Kepercayaan dengan Komitmen Relasional .... 22
2.3. Kerangka Pemikiran ……… 24
(7)
3.2. Identifikasi Variabel ………..
3.3. Definisi Operasional ………. 26
3.3.1. Variabel Eksogen ……….. 26
3.3.2. Variabel Intervening ……… 28
3.3.3. Variabel Endogen ………. 29
3.4. Pengukuran Variabel ……… 29
3.5. Prosedur dan Pengumpulan Data ……… 30
3.5.1. Jenis Data ……….. 30
3.5.2. Teknik Pengumpulan Data ……… 31
3.5.3. Teknik Penentuan Sampel .……….. 32
3.6. Teknik Analisis Data ………. 34
3.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ……… 35
3.6.2. Uji Kesesuaian Model ………. 36
3.6.3. Full Structural Equation Model (SEM) ……….. 39
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………. 42
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……….. 42
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ………. 42
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ……….. 46
4.1.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan ………. 46
4.1.4. Budaya Perusahaan ……….. 47
4.1.5. Struktur Organisasi ………. 48
4.1.6. Kegiatan dan Keadaan Perusahaan ………... 48
4.2. Hasil Penelitian ……… 49
(8)
4.2.2.3. Deskripsi Kualitas Fungsional ………. 54
4.2.2.4. Deskripsi Kepercayaan ………. 56
4.2.2.5. Deskripsi Komitmen Relasional ….…………. 57
4.3. Analisis Data ………. 59
4.3.1. Evaluasi Outliers ……….. 59
4.3.1.1. Univariate Outliers ………. 59
4.3.1.2. Multivarite Outliers ………. 60
4.3.2. Evaluasi Reliabilitas ……….. 62
4.3.3. Analisis Faktor Konfirmatory Variabel Laten …………. 63
4.3.3.1. Variabel Efektivitas Komunikasi ……….. 64
4.3.3.2. Variabel Kualitas Teknis ……….……….. 67
4.3.3.3. Variabel Kualitas Fungsional ……….….. 69
4.3.3.4. Variabel Kepercayaan ……….. 72
4.3.3.5. Variabel Komitmen Relasional .………... 75
4.3.4. Structural Equation Model (SEM) ……… 77
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model ……….. 79
4.3.4.2. Modifikasi Model ……… 80
4.3.5. Uji Hipotesis Kausalitas ………. 82
4.4. Pembahasan ……… 84
4.4.1. Variabel Efektivitas Komunikasi ……….. 85
4.4.2. Variabel Kualitas Teknis ……….……….. 86
4.4.3. Variabel Kualitas Fungsional ……….……… 87
4.4.4. Variabel Kepercayaan ……….. 88
4.4.5. Variabel Komitmen Relasional .………... 89
(9)
Kepercayaan ……….
4.4.6.3. Pengaruh Kualitas Fungsional terhadap
Kepercayaan ……….……… 92
4.4.6.4. Pengaruh Kepercayaan terhadap Komitmen Relasional .………... 93
V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 95
5.1. Kesimpulan ………. 95
5.2. Saran ……… 96
5.3. Keterbatasan dan Saran Untuk Riset Mendatang …………. 97
5.3.1. Keterbatasan ………. 97 5.3.2. Saran Untuk Penelitian Mendatang ………. 98 DAFTAR PUSTAKA ……… 100
(10)
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan
Lahan (Ha) ……….. 50
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kemitraan …….. 51
4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Efektivitas Komunikasi ……….. 52
4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kualitas Teknis … 53 4.7 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kualitas Fungsional………..…… … 55
4.8 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kepercayaan …... 56
4.9 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Komitmen Relasional .……… 57
4.10 Tabel Univariate Outliers ……….. 60
4.11 Tabel Multivariate Outliers ……… 61
4.12 Tabel Reliabilitas ……….. 62
4.13 Loading Factor dan Nilai t Indikator Efektivitas Komunikasi …… 66
4.14 Loading Factor dan Nilai t Indikator Kualitas Teknis ……… 68
4.15 Loading Factor dan Nilai t Indikator Kualitas Fungsional ………. 71
4.16 Loading Factor dan Nilai t Indikator Kepercayaan ……… . 74
4.17 Loading Factor dan Nilai t Indikator Komitmen Relasional ……… 76
4.18 Goodness of Fit SEM ……….… 79
4.19 Goodness of Fit SEM Modification ……… 81
4.20 Hasil Uji Kausalitas ………. 82
4.21 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ……… 84
4.22 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Efektivitas Komunikasi .. 85
4.23 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Kualitas Teknis ……... 86
4.24 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Kualitas Fungsional ……. 87
4.25 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Kepercayaan ……… 88
(11)
1.2. Grafik Realisasi Pasokan Tebu Rakyat 2000-2009 ……….. 3
1.3. Grafik Daya Dukung Lahan Tahun 2005 -2009 ………. 4
2.1. Model Penelitian ………. 24
3.1. Pengembangan Model ……….. 41
4.1. Peta Wilayah Kerja PTPN XI (Persero) ……….. 45
4.2. Bagan Organisasi PTPN XI (Persero) ……….. 48
4.3. CFA Efektivitas Komunikasi ………... 64
4.4. CFA Kualitas Teknis ……… 67
4.5. CFA Kualitas Fungsional ……… 70
4.6. CFA Kualitas Kepercayaan ……… 72
4.7. CFA Kualitas Komitmen Relasional ……….. 75
4.8. Persamaan Model Struktural ……….. 78
(12)
2. Hasil Analisis Data ……… 106
(13)
Nasional “Veteran” Jawa Timur, Tahun 2010. Analisis Komitmen Relasional Petani Tebu di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero)
PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) yang bergerak di bidang industry gula, sekitar 70% memperoleh pasokan bahan baku dari tebu rakyat. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir perolehan bahan baku tebu rakyat cenderung menurun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh efektivitas komunikasi petugas pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula, pengaruh kualitas teknis yang diberikan pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula, pengaruh kualitas fungsional yang diberikan pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula dan pengaruh kepercayaan petani terhadap komitmen relasional antara petani dan pabrik gula
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam: (1) variabel eksogen yaitu efektivitas komunkasi, kualitas teknis dan kualitas fungsional (2) variabel intervening yaitu kepercayaan (3) variabel endogen yaitu komitmen relasional. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan rentang 1 sampai 5. Sampel dalam penelitian ini adalah petani tebu di 16 pabrik gula wilayah kerja PT Perkebunan Nusantara (XI) Persero. Metode pengambilan sampel adalah probability sampling, dengan sampel sebesar 387 responden. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling sebagai alat analisa data untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas komunikasi mempunyai kontribusi terhadap kepercayaan, kualitas teknis tidak mempunyai kontribusi terhadap kepercayaan, kualitas fungsional tidak mempunyai kontribusi terhadap kepercayaan, dan kepercayaan mempunyai kontribusi terhadap komitmen relasional
Kata kunci: efektivitas komunikasi, kualitas teknis, kualitas fungsional dan
(14)
1.1. Latar Belakang Masalah
Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena sangat vital keberadaannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di Indonesia konsumsi gula terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2010, kebutuhan gula nasional diperkirakan 3 juta ton per tahun, dalam hal ini pemerintah menargetkan produksi sebanyak 2,9 hingga 3 juta ton sehingga diharapkan Indonesia tidak mengimpor gula tahun ini. Akan tetapi hampir dipastikan target tersebut meleset, karena berbagai faktor menyebabkan produksi gula nasional tahun 2010 hanya tercapai 2,5 juta ton ( Suwandi, 2010).
Fenomena yang terjadi di PTPN XI (Persero) yang mengelola 16 Pabrik Gula dan mempunyai kontribusi sekitar 18% dari produksi gula nasional, dalam kurun waktu 10 tahun produksi gula mengalami fluktuasi, dan cenderung menurun dalam 3 tahun terakhir . Pada tahun 2000 produksi gula PTPN XI sebesar 278 ribu ton sedangkan tahun 2009 menghasilkan gula 360 ribu ton, sehingga dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tingkat pertumbuhannya rata-rata hanya 3 % . Fluktuasi produksi gula PTPN XI (Persero) dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini :
(15)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PRODUKSI GULA 279 291 333 322 365 410 405 432 415 360
200 250 300 350 400 450
R
ib
u
T
o
n
Produksi Gula PTPN XI (Persero)
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) – Hasil Pasti Th.2000-2009
Gambar 1.1 Realisasi Produksi Gula Tahun 2000-2009
Sebagian besar bahan baku tebu Pabrik Gula di PTPN XI (Persero) yaitu sekitar 70% diperoleh dari petani, sisanya dari lahan sewa dan sebagian kecil hak guna usaha yang dikelola sendiri. Pola produksinya yang melibatkan petani tebu selaku pemasok bahan baku PG, menjadikan fluktuasi areal dan produktivitasnya secara otomatis berpengaruh terhadap kinerja produksi.
Dalam sepuluh tahun terakhir, pasokan bahan baku yang berasal dari tebu rakyat berfluktuasi dan cenderung menurun dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2000 PTPN XI (Persero) menggiling tebu rakyat sebesar 2,9 juta
(16)
ton, pada tahun 2009 hanya 3,6 juta ton dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2,5 % per tahun (gambar 1.2).
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 TEBU RAKYAT 2,935 3,221 3,893 2,829 3,073 3,078 3,679 4,430 4,034 3,602
-500
1,000 1,500
2,000 2,500
3,000
3,500 4,000
4,500 5,000
R
ib
u
T
o
n
Pasokan Tebu Rakyat
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) – Hasil Pasti Th.2000-2009
Gambar 1.2 Realisasi Pasokan Tebu Rakyat Tahun 2000-2009 Di Jawa Timur terdapat 32 buah Pabrik Gula, yang mayoritas bahan bakunya berasal dari tebu rakyat. Konsekuensi logisnya terjadi persaingan dalam perolehan bahan baku tebu antar Pabrik Gula dan menjadikan semakin sulit memastikan jumlah tebu rakyat yang dapat memenuhi jumlah bahan baku ideal.
Menurunnya land bearing capacity (potensi kapasitas lahan untuk
memenuhi kapasitas produksi), dan dengan dilaksanakannya program revitalisasi pabrik gula antara lain dengan peningkatan kapasitas pabrik gula,
(17)
maka Pabrik Gula harus berupaya memperoleh jumlah tebu untuk memenuhi
kapasitas terpasang. Dalam 5 tahun terakhir land bearing capacity PT
Perkebunan Nusantara XI (Persero) juga fluktuatif, pada tahun 2005 mencapai 82,2%, meningkat di tahun 2006 dan semakin menurun dalam 4 tahun terakhir, seperti dalam gambar 1.3 di bawah ini.
2005 2006 2007 2008 2009
LBC 82.20 96.15 85.64 85.18 82.94
75 80 85 90 95 100
P
ro
s
e
n
Daya Dukung Lahan
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero)-diolah
Gambar 1.3 Daya Dukung Lahan Tahun 2005-2009
Jumlah keajegan pasokan tebu rakyat antara lain dipengaruhi oleh kualitas hubungan kemitraan antara petani tebu dan pabrik gula. Semakin ketatnya persaingan dalam perolehan bahan baku tebu rakyat antara pabrik gula di Jawa Timur mengharuskan pabrik gula untuk meningkatkan kualitas hubungan kemitraan dengan petani.
(18)
Hubungan kemitraan sebagai wujud dari komitmen relasional antara petani dan Pabrik Gula yang baik, akan tercipta keuntungan bersama dan kesinambungan produksi. Petani mendapatkan jaminan harga dan kualitas yang tinggi, terjaminnya sarana produksi usaha tani. Di sisi lain, PG sebagai mitra kerja menjadi efisien, produktif, output gula terjamin, harga kompetitif sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih baik, keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh manfaat yang diterima oleh kedua pihak dengan melihat kepuasan petani mitra.
Komunikasi kemitraan dalam upaya mendapatkan posisi yang saling menguntungkan antara petani dan PG, yang berarti juga menghindarkan upaya pengambilan keuntungan sepihak, tindakan-tindakan yang bersifat jujur yang dapat diuji melalui transparansi di antara kedua belah pihak, penumbuhan rasa saling percaya, yang disusun di atas pengetahuan tentang resiko yang akan dialami oleh masing-masing pihak (Agusta, 2007).
Beberapa penelitian terdahulu mendukung teori bahwa terbentuknya sebuah komitmen relasional dipengaruhi oleh factor kepercayaan yang dibentuk dari efektivitas komunikasi, kualitas teknis dan kualitas fungsional antara lain penelitian Daru Asih (2006) yang menjelaskan bahwa keefektifan komunikasi berpengaruh kepada komitmen relasional yang dimediasi oleh kualitas teknis dan fungsional.
(19)
Pendapat serupa juga dibuktikan oleh penelitian Neeru Sharma, Paul G. Patterson (1999) yang menyatakan bahwa efektivitas komunikasi baik formal maupun informal dengan memberikan informasi yang bermakna dan tepat waktu dapat membentuk harapan yang realistis, dan akhirnya terbentuk suatu komitmen relasional.
Philippe Aurier & Gilles N’Goala (2009) juga berpendapat dalam penelitiannya bahwa kepercayaan dan komitmen sebagai strategi komplementer dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan hubungan pelayanan, kepercayaan juga berpengaruh pada komitmen relasional yang mempunyai kontribusi kepada perusahaan dalam jangka panjang.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komitmen relasional sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan, maka efektifitas komunikasi, kualitas layanan yaitu teknis dan fungsional yang diberikan pabrik gula kepada petani akan mempengaruhi kepercayaan dan komitmen relasional jangka panjang. Oleh karena itu studi ini berupaya memperoleh kejelasan apakah teori tersebut dapat diterapkan di lingkungan Pabrik Gula, dimana hubungan kemitraan antara petani dan Pabrik Gula dilandasi kepercayaan untuk menjalin komitmen relasional jangka panjang.
(20)
1.2. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan tersebut di atas, maka untuk maksud tersebut, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah efektivitas komunikasi petugas pabrik gula mempengaruhi
kepercayaan petani pada pabrik gula?
2. Apakah kualitas teknis yang diberikan pabrik gula mempengaruhi
kepercayaan petani pada pabrik gula ?
3. Apakah kualitas fungsional yang diberikan pabrik gula mempengaruhi
kepercayaan petani pada pabrik gula ?
4. Apakah kepercayaan petani memepengaruhi komitmen relasional antara
petani dan pabrik gula ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain :
1. Menganalisis pengaruh efektivitas komunikasi petugas pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula.
2. Menganalisis pengaruh kualitas teknis yang diberikan pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula.
3. Menganalisis pengaruh kualitas fungsional yang diberikan pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula
4. Menganalisis pengaruh kepercayaan petani terhadap komitmen relasional antara petani dan pabrik gula.
(21)
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian antara lain :
1. Memberikan kontribusi bagi manajemen PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi terbentuknya komitmen relasional antara petani dan Pabrik Gula.
2. Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) untuk menentukan strategi dan program kerja serta pengambilan kebijakan/keputusan di masa yang akan datang.
3. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, utamanya dalam industri pergulaan.
(22)
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Efektivitas Komunikasi
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988 dalam Cahyanto:2007) dalam prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan.
Selanjutnya Effendi (2001 dalam Cahyanto:2007) menyatakan komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak
yaitu: 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, 2) Afektif,
yaitu perubahan pandangan komunikan,karena hatinya tergerak akibat
komunikasi dan 3) Behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang
terjadi pada komunikan. Efek pada aras kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan.
(23)
Afektif meliputi efek berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap, sedangkan efek kognitif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukansesuatu menurut cara tertentu (Jahi 1988 Tubbs dan Moss 2000 dalam Cahyanto:2007) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan yaitu :
1. Pemahaman
Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.
2. Kesenangan
Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagian bersama.
3. Mempengaruhi sikap
Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan
(24)
disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan. 4. Memperbaiki hubungan
Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang
efektif. Apabila hubungan manusia dibayang bayangi oleh
ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna.
5. Tindakan
Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui,
tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan
pemberi pesan.
Komunikasi yang dijalin antara petani dan pabrik gula adalah komunikasi kemitraan. Kemitraan antara pabrik gula dan petani melibatkan kelembagaan yang sangat terkait yaitu : Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) dan Koperasi Tebu Rakyat (KTR). Manfaat yang diperoleh petani mitra antara lain :
1) Mendapatkan modal pinjaman dari perusahaan, 2) Mendapatkan bimbingan teknik budidaya,
(25)
3) Mendapatkan jaminan penjualan
4) Membantu petani dalam pengadaan sarana produksi.
Asumsi kemitraan antara Pabrik Gula dan petani tebu menurut Agusta (2007) adalah :
1. Upaya mendapatkan posisi yang saling menguntungkan antara petani dan Pabrik Gula, yang berarti juga menghindarkan upaya pengambilan keuntungan sepihak.
2. Tindakan-tindakan yang bersifat jujur ,yang dapat diuji melalui transparansi diantara kedua belah pihak.
3. Penumbuhan saling percaya yang disusun diatas pengetahuan
tentang risiko yang akan dialami oleh masing-masing pihak.
Komunikasi kemitraan di Pabrik Gula melibatkan unsur-unsur sebagai berikut: Organisasi yang terlibat :
1. Intern :Pabrik Gula, Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR),
Koperasi
2. Ekstern : Pemerintah, Perbankan, Investor Bentuk komunikasi :
1. Komunikasi interpersonal : dari petani ke petani 2. Forum Temu Kemitraan (FTK)
Isi/pesan yang disampaikan :
1. Usaha Tani : teknologi budidaya tebu, pengenalan varietas baru 2. Normatif kemitraan : peningkatan kualitas kerjasama, memegang
(26)
kepercayaan dalam usahatani, kontinuitas pasokan bahan baku, dan jaminan pemasaran gula dan tetes
3. Pendanaan : penyaluran kredit, penerimaan hasil 4. Lain-lain : program pemerintah, kebijakan pergulaan
Upaya efektivitas komunikasi adalah bagaimana menghubungi petani secara teratur, memberikan informasi yang tepat waktu, menjalin keakraban,menciptakan kedekatan, menjawab pertanyaan mereka dan memberikan tindak lanjut secara nyata
2.1.2. Kualitas Jasa
Kualitas merupakan tingkat kesesuaian dengan persyaratan, dalam
hal ini persyaratan pelanggan. Total quality service merupakan konsep
tentang bagaimana menanamkan kualitas pelayanan pada setiap fase penyelenggaraan jasa yang melibatkan semua personel yang ada dalam organisasi (Handriana, 1998 dalam Munawaroh,:2005)
Beberapa dimensi kualitas jasa diteliti oleh banyak ahli.
(Parasuraman,dkk. 1985 dalam Munawaroh :2005) pada riset eksploratori mereka meneliti kualitas jasa dan faktor- faktor yang menentukannya. Mereka menemukan 5 dimensi kualitas jasa, yaitu:
1. Reliability: kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan memuaskan.
(27)
3. Assurance: kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
4. Emphaty: kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan.
5. Tangibles: fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. Gronroos (1984) membagi dimensi kualitas jasa menjadi 2, yaitu:
technical (kualitas teknis) dan functional (kualitas fungsional) Kualitas teknis adalah apa yang pelanggan dapatkan, sedangkan kualitas fungsional mengacu pada bagaimana mereka menerima jasa pelayanan.
Berbagai penelitian menjelaskan bahwa dimensi kualitas jasa akan tergantung pada jenis industri jasa yang akan dinilai. Pada jenis industri jasa yang berbeda kemungkinan memiliki dimensi kualitas yang berbeda pula.
Penelitian Sharma & Patterson (1999) menjelaskan bahwa kualitas pelayanan terdiri dari dua komponen fundamental - kualitas teknis (layanan inti atau "apa" yang disampaikan) dan kualitas fungsional ("bagaimana" layanan ini diberikan) (Gronroos, 1983; Parasuraman et al, 1985.). Kualitas teknis berkaitan dengan hasil aktual atau layanan inti yang dirasakan oleh pelanggan (Lovelock, 1996).
Dimensi fundamental kedua kualitas pelayanan, kualitas fungsional, yang bersangkutan tidak dengan "apa" yang disampaikan, melainkan proses "bagaimana" inti atau layanan teknis yang diberikan. Gronroos (1978) menegaskan bahwa kualitas fungsional berkaitan dengan interaksi antara
(28)
penyedia dan penerima layanan dan dinilai dengan cara yang sangat subjektif. Hal ini dipandang penting untuk persepsi kualitas pelayanan secara keseluruhan, terutama karena banyak perusahaan jasa sulit untuk membedakan diri pada pelayanan inti mereka sendiri.
Dimensi kualitas fungsional menjadi semakin penting sebagai alat untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Kualitas fungsional dikonseptualisasikan sebagai perilaku responsif sopan, peduli dan profesional, membuat usaha-usaha menuju pemahaman, menampilkan empati, memberikan pelayanan yang cepat, menanggapi pertanyaan dan keluhan dengan cara yang bertanggung jawab sopan dan tepat waktu.
2.1.3. Kepercayaan
Penelitian Maharsi & Fenny (2006) menyampaikan bahwa Mukherjee dan Nath (2003) menjelaskan bahwa kepercayaan dapat diukur melalui
technology orientation, reputation dan perceived risk.
1. Technology Orientation
Besarnya kepercayaan konsumen terhadap teknologi yang digunakan. Ketika konsumen memperkirakan faktor kepercayaan, beberapa persoalan muncul dalam pikiran mereka dan salah satu persoalan tersebut adalah kesesuaian kemampuan dari teknologi tersebut dengan harapan konsumen
(29)
2. Reputation
Sebagai “keseluruhan kualitas atau karakter yang dapat dilihat
atau dinilai secara umum oleh masyarakat”. Ketika konsumen
menerima layanan dari suatu perusahaan mereka akan
mempertimbangkan reputasi perusahaan tersebut dimana reputasi adalah faktor yang sangat penting dari kepercayaan. Ketika konsumen merasa suatu perusahaan memiliki reputasi yang jelek, mereka akan malas menggunakan layanan dari perusahaan tersebut.
2. Perceived Risk
Besarnya persepsi konsumen mengenai resiko mempengaruhi besarnya kepercayaan mereka terhadap perusahaan dan layanan dari perusahaan tersebut sehingga ketika menerima layanan, konsumen sering menganggap bahwa ada resiko yang tinggi walaupun resiko
tersebut sebenarnya rendah .Konsumen yang lebih berpengalaman
mempunyai lebih banyak informasi mengenai layanan tersebut sehingga mereka beranggapan resikonya rendah dan karena itu mereka mempunyai kepercayaan yang lebih dalam layanan
Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa Morgan dan Hunt (1994), Mukherjee dan Nath (2003) mengkonsepkan kepercayaan
dipengaruhi oleh shared value, communication dan opportunistic behaviour.
Shergill dan Li (2005) juga mengkonsepkan kepercayaan dipengaruhi oleh
(30)
2.1.4 Komitmen relasional
Mengutip penelitian Jasfar (2005) bahwa dalam pemasaran jasa,
komitmen dirumuskan sebagai suatu bentuk perjanjian yang tersurat maupun tersirat untuk melanjutkan hubungan antar dua pihak. Komitmen dalam
konsep long term relationship, memegang peranan yang sangat penting
karena hubungan jangka panjang paling banyak didasarkan kepada komitmen kedua belah pihak. Moorman, et al (1992), mendifinisikan
commitment as: “an enduring desire to maintain a valued relationship”.
Definisi ini lebih menekankan pengertian komitmen dari unsur perilaku sebagai upaya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang antara kedua belah pihak agar hubungan ini lebih bernilai.
Pengertian “value relationship” dikaitkan dengan suatu keyakinan bahwa
tidak akan terjadi suatu komitmen, apabila salah satu pihak atau kedua duanya merasa bahwa hubungan itu tidak saling menguntungkan. Dengan perkataan lain komitmen berarti di dalamnya terdapat suatu hubungan yang berharga yang perlu dipertahankan terus, di mana masing-masing pihak bersedia bekerja sama untuk mempertahankan hubungan ini. Konsep ini dipertegas oleh oleh Morgan and Hunt (1994) yang menyatakan
bahwa:“relationship commitment exist only when the relationship is
considered important and a commited partner wants relationship to endure indefinitely and is willing to work at maintaining it”. Akhirnya Berry dan Parasuraman yang sangat banyak meneliti tentang kualitas jasa dan
(31)
hubungannya dengan komitmen menyatakan bahwa: “relationships are built on the foundation of mutual commitment” (1991). Mereka menekankan pentingnya komitmen dalam membangun suatu hubungan antara perusahaan dengan para pengguna jasa.
Menurut Indarjo (2002 dalam Arifianto:2005), komitmen didefinisikan sebagai sikap dan tingkah laku yang mencerminkan keeratan hubungan antara dua pihak yang semakin mendekatkan keduanya menjadi satu kesatuan bagian. Komitmen dapat diukur menggunakan 3 (tiga) skala pengukuran yaitu :
1. Affective Commitment
Merupakan kehendak untuk melanjutkan hubungan karena adanya pengaruh positif terhadap partner.
2. Harapan akan kelanjutan hubungan
Mencakup persepsi baik kehendak perusahaan yang bersangkutan maupun konsumen untuk tetap tinggal dalam hubungan tersebut. 3. Kemauan untuk berinvestasi
Mencerminkan suatu kehendak untuk melakukan suatu hal yang lebih daripada sekedar bertahan dalam hubungan tersebut.
Komitmen relasional dalam konteks hubungan kemitraan antara petani dan Pabrik Gula dimulai pada saat petani bersedia menerima menjadi mitra Pabrik Gula. Kesediaan petani diwujudkan dalam sebuah perjanjian
(32)
diawali dari penyaluran kredit ketahanan pangan sesuai plafon dari pemerintah berupa : biaya beban hidup diberikan sebelum petani menanam tebu, bibit, pupuk , biaya garap/.pemeliharaan tebu, dan tebang angkut. Sedangkan untuk penggilingan tebu komitmen kemitraan tentang penggilingan tebu berupa perjanjian penggilingan tebu yang berisi tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak sebagai berikut
1. Petani, mempunyai hak : menerima bagi hasil dengan ketentuan pemerintah ( gula sekitar 66% dan tetes 2,5% dari tebu) dengan harga talangan gula sesuai ketentuan pemerintah, uang muka pembelian tetes sesuai kesepakatan dan menerima sharing gula/tetes setelah atas penjualan gula yang dilaksanakan dengan sistem lelang dan mempunyai kewajiban : menyerahkan tebu miliknya dalam kondisi mutu tebu yang memenuhi persyaratan layak giling yaitu Manis, Bersih Dan Segar (MBS) , mengembalikan semua pinjaman beserta biaya-biaya lainnya yang akan dipotong dari pencairan Delivery Order (DO) bagi hasil.
2. Pabrik Gula mempunyi hak : menerima bagi hasil gula dan tetes
sesuai ketentuan pemerintah (gula sekitar 34% dan tetes 2%) dan mempunyai kewajiban untuk menggiling tebu milik petani dan melaksanakan pelelangan hasil produksi gula dan tetes
(33)
2.2. Hubungan Antar Variabel
2.2.1. Hubungan Efektifitas Komunikasi dengan Kepercayaan
Komunikasi terutama komunikasi tepat waktu (Moorman, Deshpande, dan Zaltman 1993 dalam Morgan & Hunt:1994) menumbuhkan kepercayaan dengan membantu dalam menyelesaikan perselisihan dan menyelaraskan persepsi dan harapan (Etgar, 1979 Anderson & Narus,1990 dalam Morgan & Hunt :1994).
Ketrampilan komunikasi yang efektif juga penting dalam menghasilkan kepercayaan klien. (Moorman et al.1993 dalam Sharma & Patterson:1999) dan juga menekankan bahwa komunikasi tepat waktu adalah penting untuk menyelaraskan persepsi dan dengan demikian mendorong kepercayaan. Komunikasi yang berarti dan tepat waktu membantu klien untuk membantu menyelesaikan masalah dan kesalahpahaman. Dengan menghubungi klien secara sering, menjawab pertanyaan mereka dan memberi mereka tindak lanjut dari investasi membantu pengembangan kepercayaan dalam hubungan tersebut.
Morgan dan Hunt (1994 dalam Sharma & Patterson:1999)
menemukan bahwa kualitas komunikasi yang sering dan tinggi menghasilkan kepercayaan yang lebih besar, sementara Anderson dan Narus (1990 dalam Sharma & Patterson:1999) menyatakan
(34)
bahwa dari kedua produsen dan sudut pandang distributor, komunikasi yang positif berkaitan dengan kepercayaan.
Penelitian Sharma & Patterson (1999) membuktikan bahwa efektivitas komunikasi baik formal maupun informal dengan memberikan informasi yang bermakna dan tepat waktu dapat membentuk harapan yang realistis dan kepercayaan.
2.2.2. Hubungan Kualitas Jasa (Teknis & Fungsional) dengan kepercayaan
Menurut Sharma & Patterson (1999) , kualitas teknis mengacu pada kompetensi auditor dalam mencapai tingkat pengembalian investasi terbaik bagi klien mereka pada tingkat risiko yang dapat diterima, dengan demikian membantu klien untuk mencapai tujuan
keuangan mereka. Selain itu kualitas fungsional yang
dikonseptualisasikan sebagai perilaku, responsif sopan, peduli dan profesional ditampilkan dalam penciptaan dan pengiriman layanan inti. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa wawancara dengan para responden diperoleh kesimpulan bahwa dari sebuah pengalaman yang
memuaskan dengan interaksi berulang dapat memperkuat
kepercayaan auditor.
Gounaris (2003) yang meneliti tentang Kepercayaan dan pengaruh komitmen pada retensi pelanggan menyimpulkan bahwa
(35)
tingkat kepercayaan antara penyedia layanan dan pelanggan secara langsung dipengaruhi oleh kualitas layanan dan strategi ikatan dan
teknik provider, kualitas pelayanan terutama dimensi-dimensi yang
berkaitan dengan layanan utama yang ditawarkan kepada klien (kualitas output) sebagai penguat ikatan kepercayaan.
Menurut Coulter (2003 dalam Sharma & Patterson:1999), kepribadian yang terkait dan kinerja yang terkait dengan dimensi kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan, oleh karena itu proses pengiriman dan penciptaan pelayanan adalah penting dalam membentuk kepercayaan. Konsekuensi dari kualitas (Parasuraman et al. 1988; Ostrom dan Lacobucci 1995; Cronin et al. 2000; Holbrook 1999 dalam Sharma & Patterson:1999). juga dipandang sebagai anteseden langsung dari kepercayaan dan/ atau hubungan komitmen.
2.2.3. Hubungan kepercayaan dengan komitmen relasional
Kepercayaan memainkan peran penting dalam membangun
dan mempertahankan relationship dan merupakan prediktor yang
signifikan terhadap komitmen. Pelanggan dapat komit pada pihak lain yang diyakini dapat dipercaya.
Dikutip dalam penelitian Bagdoniene (2009) bahwa kepercayaan menjadi syarat utama bagi kelangsungan hubungan
(36)
(Doney & Cannon, 1997; Sharma & Pattersson:1999) dan kesuksesan
mereka (Kramer & Tyler, 1995). Smaliukienė (2005) juga berpendapat
bahwa kepercayaan mendorong komunikasi yang terbuka antara mitra, pertukaran gagasan dan berbagi sumber daya.. Hal ini kemungkinan bahwa hubungan penyedia layanan dan klien akan memiliki perspektif jangka panjang.
Hubungan itu merupakan proses pemahaman dan penciptaan nilai saling bekerjasama (Schurr, 2007) didasarkan pada pemahaman,
kerjasama, komitmen dan kemampuan beradaptasi (Kasper
dkk,:2006), kontak pribadi, komunikasi (Castro et al.:2005) dan kepercayaan (Fullerton & West, 1996; Kasper et al., 2006). Kepercayaan sebagai konstruksi dasar di sebagian besar kegiatan jangka panjang, terutama untuk layanan profesional, diuraikan oleh Jaakkola & Halinen (2006), Sharma & Patterson (1999). Galbreath (2002) mencatat, bahwa jika pihak terkait percaya bahwa semua orang akan melakukan apa yang dimiliki dan kedua belah pihak akan menguntungkan, berubah menjadi hubungan yang dapat diandalkan. Ini adalah dasar untuk win-win strategi dalam pembangunan hubungan. Hubungan yang dinamis, dari waktu ke waktu, dan semakin berkembang
(37)
2.3. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Model Penelitian
2.4. Hipotesis
H1. Makin tinggi efektivitas komunikasi yang dijalin, makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula.
H.2. Makin besar kualitas teknis yang diberikan kepada petani, makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula
H.3. Makin besar kualitas fungsional yang diberikan kepada petani, makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula.
H.4 Makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula, makin kuat komitmen relasional antara petani dan pabrik gula.
Efektivitas Komunikasi
Kualitas Teknis
Kualitas Fungsional
Kepercayaan
Komitmen Relasional H1
H2
H3
(38)
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini apabila ditinjau dari sudut kedalaman ilmu yang ingin dikembangkan tergolong penelitian terapan yang bertujuan untuk memecahkan sebuah masalah yang saat ini dihadapi oleh manajemen PTP Nusantara XI (Persero).
Berdasarkan jenis penjelasan ilmu yang akan dihasilkan, penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat antar beberapa variabel.
Berdasarkan metode yang digunakan untuk menjelaskan teori yang dikembangkan, penelitian ini adalah penelitian untuk menguji hipotesis. (Ferdinand :2006)
3.2. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
dikelompokkan dalam :
1. Variabel eksogen terdiri dari : keefektifan komunikasi, kualitas teknis dan kualitas fungsional
2. Variabel intervening yaitu : kepercayaan 3. Variabel endogen yaitu : komitmen relasional
(39)
3.3. Definisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan pengertian masing-masing variabel dan memberikan batasan pembahasan permasalahan sebagai berikut :
3.3.1 Variabel Eksogen
Variabel eksogen terdiri dari :
1. Efektivitas Komunikasi (X1)
Efektivitas komunikasi adalah sejauhmana komunikasi kemitraan disampaikan petugas pabrik gula kepada petani melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan dari rumah ke rumah, pertemuan kelompok tani dan pertemuan dalam forum kemitraan
wakil petani dapat meningkatkan pengetahuan, merubah
pandangan dan perilaku petani. Dalam penelitian ini, indikator
komunikasi yang efektif mengacu pendapat Effendy (2001 dalam Cahyanto:2007) yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan (X1.1)
Petani yang semula tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih memahami.
2. Perubahan pandangan (X1.2)
Pandangan petani dalam usaha budidaya tebu berubah menjadi lebih baik
3. Perubahan perilaku (X1.3)
(40)
sesuai baku teknis akan merubah perilaku mereka. 2. Kualitas Teknis (X2)
Kualitas teknis adalah layanan inti atau “apa” yang diterima petani. Kualitas Teknis dalam penelitian ini menerapkan 3 indikator dari Lovelock (1996 dalam Sharma & Patterson :1999) yaitu :
1. Kompetensi (X2.1)
Kompetensi petugas pabrik gula meliputi petugas di bagian tanaman dalam budidaya tebu, petugas bagian pengolahan dalam teknologi pengolahan gula, petugas bagian teknik dalam persiapan mesin2 pengolahan gula dan petugas bagian keuangan dalam administrasi.
2. Layanan inti (X2.2)
Layanan inti yang diberikan pabrik gula kepada petani meliputi : penyaluran fasilitas kredit untuk budidaya tebu, penyediaan sarana dan prasarana terkait pengolahan gula dan perhitungan bagi hasil.
3. Hasil aktual (X2.3)
Penyaluran fasilitas kredit untuk budidaya tebu dapat bermanfaat bagi petani, penggilingan tebu dapat memberikan hasil yang memuaskan petani.
3. Kualitas Fungsional (X3)
Kualitas fungsional mengacu pada “bagaimana” petani
(41)
3 indikator sesuai studi dari Groonross (1983 dalam Sharma & Patterson:1999) meliputi :
1. Empati (X3.1)
Empati merupakan keperdulian petugas pabrik gula dari seluruh jajaran kepada petani. Kepedulian dalam memahami kebutuhan petani dan keinginan petani.
2. Kecepatan pelayanan (X3.2)
Dalam penyaluran kredit dan pembagian bagi hasil kepada petani dilaksanakan dengan cepat dan tepat waktu
3. Responsif (X3.3)
Cepat tanggap dalam melayani kebutuhan dan permasalahan petani
3.3.2 Variabel Intervening (Y)
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah
kepercayaan, dengan indikator yang diukur dari studi Muchrejee & Nath (2003 dalam Maharsi & Fenny :2006) meliputi :
1. Teknologi yang digunakan (Y1)
Peralatan dan teknologi yang digunakan dalam pengolahan gula, misalnya ketepatan analisa rendemen sebagai dasar bagi hasil antara pabrik gula dan petani
2. Reputasi perusahaan (Y2)
(42)
3. Risiko yang dirasakan (Y3)
Risiko minimal yang dirasakan petani dalam menggilingkan tebunya
3.3.3 Varibel Endogen (Z)
Variabel endogen adalah komitmen relasional yang diukur dengan 3 indikator dari Indarjo ,2002 dalam Arifianto,2005 meliputi : 1. Kehendak melanjutkan hubungan (Z1)
Petani akan tetap melakukan kerjasama kemitraan dalam usaha budidaya tebu dan penggilingan tebu.
2. Harapan mempertahankan hubungan (Z2)
Hubungan kemitraan yang terjalin antara pabrik gula dan petani bertahan dalam beberapa tahun kedepan
3. Kemauan berinvestasi (Z3)
Investasi dalam bentuk peningkatan luas tanaman tebu rakyat dan pasokan tebu
3.4. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, yaitu
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Pertimbangan menggunakan skala Likert karena
(43)
mudah dibuat dan diterapkan, terdapat kebebasan dalam memasukan pertanyaan-pertanyaan asalkan sesuai dengan konteks permasalahan, jawaban berupa 5 alternatif sehingga informasi mengenai item tersebut jelas, dan reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jelas
Pengukuran ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi.
Menggunakan skala penilaian (skor) 1 sampai 5, kelima skala yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 5 nilai tertinggi
3.5. Prosedur dan Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis Data
Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
(44)
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dalam hal ini adalah petani tebu dari masing-masing Pabrik Gula melalui pengisian kuesioner yang diberikan kepada responden berkaitan dengan variabel dan indikator yang diteliti.
Data dikumpulkan secara cross section yaitu pada titik waktu
yang sama atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu, dengan pertimbangan bahwa dengan keterbatasan waktu penelitian data cross section dapat menggambarkan keadaan subyek pada saat tertentu
2. Data Sekunder
Data yang dikumpulkan berupa data yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) untuk mendukung data primer antara lain : jumlah produksi gula, kapasitas pabrik, jumlah petani dan lain lain.
3.5.2. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Mengamati secara langsung maupun tidak langsung kondisi di lapangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian atas pelaksanaan pengelolaan pabrik gula.
2. Wawancara
Melakukan tanya jawab untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait sebagai data tambahan.
(45)
3. Kuesioner
Memberikan daftar pernyataan yang terkait dengan variabel penelitian yang diisi oleh petani tebu sebagai responden dalam penelitian ini.
3.5.3. Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah petani tebu yang terikat dalam perjanjian kredit KKPE/ kontrak giling dan telah bermitra dengan Pabrik Gula minimal 5 tahun, dengan tujuan telah memahami dan merasakan hubungan kemitraan dengan pabrik gula berjumlah 4.813 orang
2. Sampel
Metode penentuan sampel menggunakan Probability Sampling
dengan Rumus Slovin :
N
n = N d2+1
dimana:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
d = galat pendugaan (dalam penelitian ini 5%) Sehingga :
4.813
n = 4.813 x5%2+1
(46)
4.813 n =
13
n = 369 sampel
Sampel dihitung secara proporsional ke masing-masing Pabrik Gula
sebagai berikut :
Tabel. 3.1. Pembagian Sampel
PABRIK GULA POPULASI SAMPEL
Soedhono 250 19 Poerwodadie 221 17 Redjosarie 369 28 Pagottan 362 28 Kanigoro 164 13 Kedawoeng 330 25 Wonolangan 308 24 Gending 245 19 Padjarakan 193 15 Djatiroto 412 32 Semboro 661 50 Wringin Anom 118 9 Olean 104 8 Pandjie 165 13 Assembagoes 310 24 Pradjekan 601 45
PTPN XI 4,813 369
Sumber : PTPN XI (Persero)
b. Pengumpulan data
Pengumpulan data diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner yang dikirimkan kepada responden melalui masing-masing Pabrik Gula sebagai mitra kerja petani tebu.
Kuesioner yang diisi oleh para responden terdiri atas 20 pertanyaan, yaitu 5 butir tentang keefektifan komunikasi, 6 butir tentang kualitas teknis, 3 butir tentang kualitas fungsional, 3 butir tentang kepercayaan dan 3 butir tentang komitmen relasional.
(47)
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM) yaitu metode multivariat yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks. SEM merupakan pendekatan terintegrasi antara analisis faktor, model struktural dan analisis path (jalur).
Dengan menggunakan SEM dapat dilakukan 3 (tiga) kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen (analisis faktor konfirmatori), pengujian model hubungan antara variabel (analisis path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi (model struktural dan analisis regresi).
Tujuan akhir dari SEM pada prinsipnya adalah mendapatkan model struktural. Bilamana pendugaan parameternya didasarkan pada data input matriks kovarians, maka SEM bermanfaat untuk prediksi atau untuk pembuktian model.
Menurut Ghozali (2008), estimasi parameter dalam SEM
pada umumnya berdasarkan pada metode Maximum
likeli-hood(ML). Estimasi dengan metode ML menghendaki adanya
asumsi yang harus dipenuhi yaitu: a. Jumlah sampel harus besar
(48)
Analisis struktur kovarian atau SEM umunya berdasar pada
large sample size theory. Jumlah sampel yang besar sangat kritis untuk mendapatkan estimasi parameter yang tepat
b. Distribusi dari observed variabel harus normal multivariat
Analisis SEM menghendaki variabel harus berdistribusi normal multivariat sebagai bentuk dari asumsi sampel besar
(asymptotic) dan penggunaan metode estimasi ML. Asumsi tersebut dapat diuji dengan menghitung nilai jarak kuadrat pada setiap pengamatan.
c. Tidak terdapat Multikolinieritas
Sama seperti halnya pada analisis multivariat pada umumnya, salah satu asumsi yang seharusnya dipenuhi adalah multiko-linieritas. Asumsi multikolinieritas mengharuskan tidak ada-nya korelasi yang sempurna atau besar diantara variabel-variabel independen. Nilai korelasi antara variabel observasi yang tidak diperbolehkan adalah sebesar 0,9 atau lebih.
3.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas berkaitan dengan seberapa besar suatu variabel itu mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengukur validitas konstruk maka dapat dilihat nilai loading faktornya. Hair, dkk (2006) dalam menyatakan bahwa loading faktor harus sama dengan 0,5 atau lebih dan idealnya harus 0.7. Maka hal demikian dapat
(49)
dikatakan sebagai signifikan. Statistik uji menggunakan t-test dan kriteria penolakan H0 apabila p-value < α dengan hipotesis yang
mungkin adalah:
H0 : λ = 0 ≈ variabel indikator tidak valid sebagai indikator variabel
laten
H1: λ ≠ 0 ≈ variabel indikator valid sebagai indikator variabel laten
Pada model struktural digunakan pengukuran Confimatory Factor Analysis Model (CFA). hubungan antara variabel laten dapat ditaksir dengan matrik kovariannya
Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur peubah latennya. Besarnya nilai
Construct Reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3.6.2 Uji Kesesuaian Model
Uji Kesesuaian Model (Goodness of fit test) digunakan untuk
mendapatkan model yang benar-benar baik dan menguji apakah indikator indikator tersebut mampu mendefinisikan sebuah konstruk, terdiri dari beberapa indeks :
(50)
a. Chi-Square Statistic
Chi-square statistic merupakan suatu ukuran fundamental dari overall fit yang biasa disebut likelihood-ratio chi-square. Menurut Ghozali(2008) nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap derajat bebas yang menunjukkan bahwa matrik varians atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi. Alat uji ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Hipotesis pengujiannya adalah:
H0 : =
atau matriks varian kovarian populasi sama dengan matriks varian kovarian sampel yang ditaksir.
H1 : ≠
atau matriks varian kovarian populasi tidak sama dengan matriks varian kovarian sampel yang ditak-sir.
Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai
chi-square-nya rendah. Semakin kecil nilai 2
berarti benar-benar tidak ada perbedaan, Ho gagal tolak berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05 atau p > 0,10.
b. RMSEA
Root mean square error of approximation (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecen-derungan statistik
(51)
Chi-Square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0.05 sampai 0.08 merupakan ukuran yang dapat diterima.
c. GFI
Goodness of Fit Index (GFI) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar dari nilai 0 sampai 1.0. Nilai GFI tinggi menunjukkan kecocokan model yang lebih baik dan berapa nilai GFI yang diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya. Banyak peneliti menganjurkan nilai diatas 90% sebagai ukuran good fit.
d. AGFI
Adjusted Goodness of Fit Indeks (AGFI) merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree
of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah sama atau > 0.90.
e. CFI
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar nol sampai satu, dimana semakin mendekati satu mengindikasi-kan tingkat fit yang paling tinggi a very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95. Keunggulan dari indeks ini bahwa indeks ini tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model.
(52)
3.6.3 Full Structural Equation Model
Setelah model dianalisa melalui confirmatary factor analysis dan dilihat bahwa masing-masing variable dapat digunakan untuk mendefinisikan sebuah konstruk laten, maka langkah berikutnya adalah menggunakan analisa full model SEM dengan aplikasi
AMOS 16. Estimasi parameter dalam Strctural Equation Modeling
(SEM) umumnya berdasarkan pada metode maximum likelihood
(ML). Metode ML menghendaki adanya asumsi yang harus dipenuhi yaitu:
a. Distribusi Normal Multivariat
Analisis SEM juga menghendaki distribusi variabel harus multinormal sebagai konsekuensi dari asumsi sampel besar
(asymptotic) dan penggunaan metode estimasi Maximum like-lihood(ML). Kemultinormalan data dapat diuji dengan meng-hitung nilai jarak kuadrat pada setiap pengamatan, (Johnson,1992) yaitu :
n j
x x S x x
dj2 ( j )' 1( j ), 1,2,..., (2.6)
dimana xj = pengamatan ke-j
S-1 = invers matriks varian kovarians Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.
H0 : data mengikuti distribusi multinormal.
(53)
Data mengikuti distribusi multinormal jika gagal tolak H0,
artinya daerah dibawah kurva (0.05, p). multivariat lebih dari
50%.
b. Multikolineritas atau Singularity
Untuk melihat apakah data dari suatu penelitian terdapat multikolinearitas (multicollinearity) atau (singularity) dalam kombinasi-kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya. Nilai deter-minan yang kecil atau mendekati 0 akan mengindikasikan ada-nya multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian.
c. Tidak ada Outlier
Outlier merupakan observasi yang muncul dengan nilai-nilai
ekstrim baik secara univariate maupun multivariate dan
terlihat sangat jauh berbeda dengan observasi-observasi
lainnya. Dalam analisis multivariat, outliers dapat diuji
dengan membandingkan nilai mahalanobis distance
squared (d2) dengan nilai 2
dengan derajat bebas sebesar variabel yang digunakan dan tingkat p < 0,001. Sedangkan untuk Univariate akan dikategorikan sebagai outliers
dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam Z-score,
(54)
Gambar 3.1. Pengembangan Model
Empati Perubahan Pandangan Perubahan Perilaku Peningkatan Pengetahua nn Kecepatan Pelayanan Kompetensi Responsif Layanan Inti Teknologi yg digunakan Hasil Aktual Reputasi Perusahaan Risiko yang dirasakan Kehendak melanjutkanhub Keefektifan Komunikasi Kualitas Fungsional Kualitas Teknis Komitmen Relasional Harapan mempertahankanhub Kemauan berinvestasi Kepercayaan Empati Perubahan Pandangan Perubahan Perilaku Peningkatan Pengetahua nn Kecepatan Pelayanan Kompetensi Responsif Layanan Inti Teknologi yg digunakan Hasil Aktual Reputasi Perusahaan Risiko yang dirasakan Kehendak melanjutkanhub Keefektifan Komunikasi Kualitas Fungsional Kualitas Teknis Komitmen Relasional Harapan mempertahankanhub Kemauan berinvestasi Kepercayaan Empati Perubahan Pandangan Perubahan Perilaku Peningkatan Pengetahua nn Kecepatan Pelayanan Kompetensi Responsif Layanan Inti Teknologi yg digunakan Hasil Aktual Reputasi Perusahaan Risiko yang dirasakan Kehendak melanjutkanhub Keefektifan Komunikasi Kualitas Fungsional Kualitas Teknis Komitmen Relasional Harapan mempertahankanhub Kemauan berinvestasi Kepercayaan Empati Perubahan Pandangan Perubahan Perilaku Peningkatan Pengetahua nn Kecepatan Pelayanan Kompetensi Responsif Layanan Inti Teknologi yg digunakan Hasil Aktual Reputasi Perusahaan Risiko yang dirasakan Kehendak melanjutkanhub Keefektifan Komunikasi Kualitas Fungsional Kualitas Teknis Komitmen Relasional Harapan mempertahankanhub Kemauan berinvestasi
(55)
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau PTPN XI adalah badan usaha milik negara (BUMN) agribisnis perkebunan dengan core business gula. Perusahaan ini bahkan satu-satunya BUMN yang mengusahakan komoditas tunggal, yakni gula, dengan kontribusi sekitar16-18% terhadap produksi nasional. Sebagian besar bahan baku berasal dari tebu rakyat yang diusahakan para petani sekitar melalui kemitraan dengan pabrik gula (PG).
Kegiatan utama usaha dari PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) adalah produksi gula. Bidang usaha yang lain meliputi produksi / pembuatan alkohol serta spiritus dari tetes tebu dan produksi karung goni dari serat kenaff dan karung plastik. Perusahaan juga menyediakan jasa pelayanan medis dari Rumah Sakit Umum yang dimilikinya
PT. Perkebunan Nusantara (Persero) yang berkantor di jalan merak No.1, Surabaya, mengoperasikan 16 pabrik gula, 4 rumah sakit, 1 pabrik goni & karung plastik dan 1 pabrik penyulingan Alkohol & Spiritus
(56)
Sejak nasionalisasi atau pengambilalihan dari Pemerintahan Belanda ke Pemerintahan Indonesia perusahaan perkebunan telah mengalami beberapa kali mengalami restrukturisasi, sampai yang terakhir dari yang sebelumnya berjumlah 32 perusahaan perkebunan menjadi 14 perusahaan, dimana dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 16 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) merupakan gabungan antara PT Perkebunan XX (Persero) dan PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero) yang masing-masing didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 1972 dan No. 15 Tahun 1975. Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan yang dibuat berdasarkan Akte Notaris Harun Kamil SH, No. 44 tanggal 11 Maret 1996, telah dilakukan perubahan dan mendapat persetujuan sesuai Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-21048HT.01.04.Th.2002 tanggal 29 Oktober 2002.
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar tersebut sesuai dengan format isian Akta Notaris Model II yang tersimpan dalam database Salinan Akta Nomor 02 tanggal 02 Oktober 2002, yang dibuat oleh Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo SH, berkedudukan di Tangerang.
Walaupun demikian, secara umum sebagian besar unit usaha di lingkungan PTPN XI telah beroperasi sejak masa kolonial berkuasa di Hindia
(57)
Belanda. Kantor Pusat PTPN XI sendiri merupakan peninggalan HVA yang dibangun pada tahun 1924 dan merupakan lambang konglomerasi industri gula saat itu.
PTPN XI bergerak dalam bidang usaha agribisnis perkebunan tebu yang menghasilkan produk utama gula pasir dan tetes. Di samping itu PTPN XI juga memiliki unit usaha yang menghasilkan :
Kemasan karung goni dari bahan baku serat.
Kemasan karung plastik dari bahan baku biji plastik. Alkohol/Spiritus dari bahan baku tetes.
Rumah Sakit Umum melayani perawatan kesehatan karyawan perusahaan dan penderita dari masyarakat umum.
Secara keseluruhan, unit usaha dan wilayah kerja PTPN XI dan lokasinya disajikan pada tabel dan gambar di bawah ini
(58)
Tabel 4.1. Unit Usaha PTPN XI (Persero)
Unit Usaha Kabupaten/Kota Nama Unit Usaha Pabrik Gula Kabupaten Ngawi
Kabupaten Magetan Kabupaten Madiun Kabupaten Pasuruan Kabupaten Probolinggo Kabupaten Lumajang Kabupaten Jember Kabupaten Situbondo Kabupaten Bondowoso PG Soedhono
PG Poerwodadie, PG Redjosarie PG Pagottan, PG Kanigoro PG Kedawoeng
PG Wonolangan, PG Gending, PG Padjarakan PG Djatiroto
PG Semboro
PG Wringinanom, PG Olean, PG Pandjie, PG Assembagoes
PG Pradjekan Pabrik Alkohol
dan Spiritus
Kabupaten Lumajang PASA Djatiroto Pabrik Karung Kota Surabaya PK Rosella Baru Rumah Sakit Kota Malang
Kabupaten Probolinggo Kabupaten Lumajang Kabupaten Situbondo RS Lavalette RS Wonolangan RS Djatiroto RS Elizabeth Sumber : http://www.ptpn-11.com
Sumber : http://www.ptpn-11.com
(59)
4.1.2. Visi Dan Misi Perusahaan
Visi PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) adalah :
1. Menjadi Perusahaan yang mampu meningkatkan kesejahteraan stakeholders secara berkesinambungan.
2. Menjadi perusahaan perkebunan berbasis tebu yang unggul dan memberikan nilai tambah bagi stakeholders secara berkelanjutan
Sedangkan Misi PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) adalah :
1. Menyelenggarakan kegiatan agribisnis, utamanya yang berbasis
tebu, melalui pemanfaatan sumber daya secara lestari dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
2. Mengelola bisnis, khususnya agribisnis berbasis tebu, dengan
teknologi akrab lingkungan; menjunjung tinggi etika bisnis dalam menjalankan usaha; serta memposisisikan sumber daya manusia dan mitra usaha sebagai faktor kunci pencapaian keberhasilan
4.1.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan perseroan adalah untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijakan Program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di subsektor pertanian dalam arti
(60)
seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat berdasarkan pada azas :
a. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang
perkebunan bagi pendapatan nasional melalui upaya peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas
b. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan
taraf hidup petani dan karyawan pada khususnya.
c. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.
4.1.4 Budaya Perusahaan
Sukses merupakan hasil kerjasama yang didukung prakarsa perseorangan.
Senantiasa berorentasi pada pertumbuhan dengan menciptakan dan memanfaatkan peluang.
(61)
4.1.5. Struktur Organisasi
Sumber : PTPN XI (Persero)
Gambar 4.2. Bagan Organisasi PTPN XI (Persero)
4.1.6 Kegiatan dan Keadaan Perusahaan
Hingga kini, gula yang merupakan core business PTPN XI merupakan
komoditas vital-strategik dalam ekonomi pangan Indonesia. Keberadaannya tidak hanya diperlukan untuk sebagai pemanis berkalori yang menjadi salah
satu bahan kebutuhan pokok (basic needs) masyarakat, melainkan juga
bahan baku bagi industri makanan dan minuman. Pola produksinya yang melibatkan petani tebu selaku pemasok bahan baku PG, menjadikan fluktuasi
(62)
areal dan produktivitasnya secara otomatis berpengaruh terghadap kinerja produksi. Lebih dari 70% bahan baku pada semua PG di lingkungan PTPN XI berasal dari tebu rakyat. Keberhasilan dalam peningkatan produktivitas tebu rakyat dengan sendirinya menjadi sangat penting.
Di samping mengandalkan tebu yang berasal dari petani, PTPN XI juga mengelola tebu sendiri (TS) baik yang berasal dari kebun sendiri (lahan hak guna usaha pada 3 PG) maupun persewaan dari lahan petani sekitar.
Selain merupakan profit centre, pengelolaan tebu sendiri juga dimaksudkan
memberikan contoh kepada petani tentang praktek budidaya terbaik (best
agricultural practices). Dengan demikian, TS menjadi media pembelajaran dan pertukaran informasi terkait pemanfaatan varietas baru dan agroekoteknologi sesuai kondisi ekosistem setempat.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Dari 400 kuesioner yang disebar, yang mengembalikan dan mengisi kuesioner sebanyak 387 petani dengan data sebagai berikut :
(63)
Tabel 4.2. Jumlah Responden per Pabrik Gula
Sumber : data -diolah
2. Luas Kepemilikan Lahan
Dari 387 responden petani yang telah menjawab dan
mengembalikan kusioner dapat diketahui luas kepemilikan lahan tebu yang mereka miliki sebagai bentuk kemitraan dengan pabrik gula sebagai berikut :
Tabel. 4.3.Karakteristik Responden berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan (Ha)
(64)
3. Lama Kemitraan
Dari 387 responden petani yang telah menjawab dan
mengembalikan kusioner dapat diketahui lamanya menjadi mitra pabrik gula sebagai berikut :
Tabel. 4.4. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Kemitraan (tahun)
Sumber : data – diolah
4.2.2. Deskripsi Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil skoring jawaban responden yang menggunakan
skala penilaian (skor) 1 sampai 5 yaitu :
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
(65)
4.2.2.1. Deskripsi Efektivitas Komunikasi (X1)
Dari jawaban responden untuk indikator-indikator Efektivitas
Komunikasi (X1) dengan rata –rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju
sebesar 67,4% dengan penjelasan sebagai berikut :
Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Efektivitas Komunikasi (X1)
Sumber : data – diolah
1. Indikator pertama dari efektivitas komunikasi, yaitu peningkatan pengetahuan, dengan beberapa pertanyaan tentang kualitas materi dan kejelasan atas informasi yang disampaikan petugas pabrik gula kepada petani dapat meningkatkan pengetahuan petani mendapat jawaban mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan frekuensi jawaban sebesar 267 responden atau 69%.
2. Indikator kedua dari efektivitas komunikasi, yaitu perubahan
pandangan, dengan pertanyaan bahwa informasi yang
(66)
pandangan petani mendapat respon mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan 245 responden atau 63,3%.
3. Indikator ketiga dari efektivitas komunikasi, yaitu perubahan perilaku dengan pertanyaan bahwa informasi yang disampaikan petugas pabrik gula kepada petani dapat merubah perilaku petani mendapat jawaban terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan 271 responden atau 70%.
4.2.2.2 Deskripsi Kualitas Teknis (X2)
Dari jawaban responden untuk indikator-indikator Kualitas Teknis (X2)
rata –rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju sebesar 60,9% dengan
penjelasan pada tabel 4.6. berikut ini :
Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kualitas Teknis (X2)
(67)
1. Indikator pertama dari kualitas teknis, yaitu Kompetensi, yang menjelaskan tentang kompetensi petugas Pabrik Gula yang bisa diandalkan sehingga petani yakin menggilingkan tebunya di pabrik gula tersebut yang mendapat respon terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan frekuensi jawaban sebesar 297 responden atau 76,7%.
2. Indikator kedua dari kualitas teknis, yaitu Layanan inti, yang menjelaskan tentang persiapan infrastruktur , fasilitas dan sistem bagi hasil yang diberikan pabrik gula kepada petani mendapat respon mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan 217 responden atau 56,1%.
3. Indikator ketiga dari kualitas teknis, yaitu Hasil Aktual yang menjelaskan tentang manfaat dari fasilitas yang diberikan pabrik gula kepada petani yang mendapat jawaban terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan 193 responden atau 49,9% dan yang kedua adalah skor 5 yaitu sangat setuju yang dijawab 160 responden atau 41,3%
4.2.2.3. Deskripsi Kualitas Fungsional (X3)
Dari jawaban responden untuk indikator-indikator kualitas fungsional
(X3) rata –rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju sebesar 63,8% dapat
(68)
Tabel 4.7 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kualitas Fungsional (X3)
Sumber : data– diolah
1. Indikator pertama dari kualitas fungsional, yaitu Empati, yang menjelaskan tentang kepedulian petugas Pabrik Gula dalam menanggapi kebutuhan petani mendapat respon terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan frekuensi jawaban sebesar 262 responden atau 67,7%.
2. Indikator kedua dari kualitas fungsional, yaitu pelayanan yang cepat, yang menjelaskan tentang kecepatan penyaluran fasilitas kredit dan hak-hak petani yang diberikan pabrik gula kepada petani mendapat respon mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan 243 responden atau 62,8%.
3. Indikator ketiga dari kualitas fungsional, yaitu Responsif yang menjelaskan tentang daya tanggap petugas pabrik gula dalam menagani permasalahan dan keluhan petani yang mendapat
(69)
jawaban terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan 236 responden atau 61%
4.2.2.3 Deskripsi Kepercayaan (Y)
Dari jawaban responden untuk indikator-indikator Kepercayaan (Y)
rata–rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju sebesar 56,4% dapat
dilihat pada tabel 4.8. berikut ini :
Tabel 4.8 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kepercayaan (Y)
Sumber : data – diolah
1. Indikator pertama dari dimensi Kepercayaan, yaitu teknologi yang digunakan, yang menjelaskan tentang teknologi pengolahan gula dan peralatan yang dimiliki Pabrik Gula memberikan keyakinan kepada petani yang mendapat respon terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan frekuensi jawaban sebesar 226 responden atau 58,4%.
(1)
persepsi pada saat tersebut, akibatnya hasil penelitian tidak sepenuhnya mendukung teori.
2. Perbedaan tingkat pendidikan dan pengetahuan petani dan karakteristik pelaku dalam industri gula di Indonesia yang cenderung sulit diubah bisa jadi menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan temuan-temuan penelitian sebelumnya, karena mungkin pola hubungan antara pabrik gula dan petani juga berbeda,
5.3.2. Saran Untuk Penelitian Mendatang
Untuk perkembangan penelitian selanjutnya disarankan sebagai berikut :
1. Penelitian berikutnya hendaknya dilakukan secara panel data yang merupakan gabungan antara data cross-section dan data time series dimana unit cross-section disurvei dari waktu ke waktu, dilakukan beberapa kali dalam periode tertentu, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih mendekati kenyataan.
2. Temuan penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh kualitas fungsional dan kepercayaan, ke depan perlu diteliti lebih mendalam tentang indikator-indikator yang mempengaruhi kepercayaan petani tebu kepada pabrik gula.
3. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi secara luas, artinya temuan penelitian ini hanya dapat diterapkan pada perusahaan yang
(2)
memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
4. Penelitian mendatang hendaknya dilakukan dengan mengkaji teori yang lebih tepat dengan hipotesis yang berbeda misalnya : menganalisis pengaruh efektvitas komunikasi, kualitas teknis dan fungsional langsung terhadap komitmen relasional, tanpa dimediasi oleh kepercayaan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, Ivanovich. 2007. Komunikasi Untuk Kemitraan Pabrik Gula Dan Petani Tebu. Workshop Peningkatan Peran Organisasi Petani Dalam Peningkatan Efektivitas Kemitraan PT Perkebunan Nusantara X (Persero)
Arifianto, Yuniar.2005. Analisa Pengaruh kualitas Pelayanan : Kualitas Produk, Komitmen Pelanggan, Kepercayaan Pelanggan, Dan Harga Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Augusty, Ferdinand, Prof. Dr, MBA.2006. Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 2005. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Asih, Daru. 2006. Pengaruh Keefektifan Komunikasi, Kualitas Jasa, Kepercayaan, Dan Komitmen Keterhubungan pada Efek Keterhubungan Dalam Jasa Profesional. Bulletin Penelitian No. 09 Universitas Mercu Buana.
Asuransi Bumi Putera.2007. Kiat Meyakinkan Petani. Lembaga Pendidikan Perkebunan , Yogyakarta
Bagdoniene, Liudmila dan Rasa Jaksataite.2009. Trust As Basis For Development Of Relationships Between Professional Service Providers And Their Clients. Kaunas University of Technology, Lithuania. Economics & Management.14.
Cater, Barbara.2007. Trust and Commitment in Professional Service Marketing Relationships in Business-to-Business Markets. University of Ljubljana, Slovenia. Managing Global Transitions 5 (4): 371–390 Volume 5 · Number 4.
Cahyanto, Ponti Gesang. 2007. Efektifitas Komunikasi Partisipatif Dalam Melaksanakan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak.Tesis, Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
(4)
Direktorat Jenderal Industri Agro Dan Kimia. 2009. Roadmap Industri Gula. Departemen Perindustrian, Jakarta
Garbarino, Ellen and Mark S Johnson.1999. The Different Roles Of Satisfaction, Trust, And Commitment In Customer Relationship.Journal of Marketing; 63, 2; ABI/INFORM Global pg. 70 Gounaris Spiros P.2003. Trust and Commitment Influences on Customer Retention: Insights from Business-to-Business Services. Department of Marketing and Communication, Athens University of Economics and Business, Greece.Journal of Business Research 58 (2005) 126–140
Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling (Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0). Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Groonroos, Christian.1994. From Marketing Mix to Relationship Marketing: Towards a Paradigm Shift in Marketing Management Decision, Vol. 32 No. 2, pp. 4-20.MCB University Press Limited, 0025-1747
Hair, J.F. JR., Anderson, R.E, Tatham, R.L. & Black, W.C. 2006. Multivariate Data Analysis. Six Edition. New Jersey : Pearson Educational, Inc
Idawati, Agnes Isti. 2008. Komunikasi Interpersonal. Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.
Jasfar, Farida.2005. Kualitas Jasa Dan Hubungannya Dengan Loyalitas Serta Komitmen Konsumen : Studi Pada Pelanggan Salon kecantikan. Jurnal Siasat Bisnis Edisi No. 7 Vol. 1, Th. 2005
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.2007. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Edisi Kedua
Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani.2009. Manajemen Pemasaran Jasa, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, Edisi 2
(5)
Maharsi, Sri dan Fenny.2003. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan dan Pengaruh Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pengguna Internet Banking di Surabaya. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 8 No.1: 35-5
Morgan, Robert M & Hunt, Shelby D.1994. The Commitment-Trust Theory of Relationship Marketing .Journal of Marketing Vol. 58 (July 1994), 20-38
Munawaroh, Munjiati .2005. Analisis Pengaruh Kualitas Jasa terhadap Kepuasan Pada Industri Pendidikan di Yogyakarta . Edisi Khusus Jurnal Siasat Bisnis On Marketing Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
N’Goala , Gilles and Philippe Aurier.2009. The differing and mediating roles of trust and relationship commitment in service relationship
maintenance and development. Academy of Marketing Science.
PT Perkebunan Nusantara XI (Persero). Profil PT Perkebunan Nusantara XI (Persero).http://www.ptpn-11.com 22 Juli 2010
Ruyter Ko de, Luci Moorman and Jos Lemmink.2005. Antecedents of Commitment and Trust in Customer–Supplier Relationships in HighTechnology Markets. Department of Marketing and Marketing Research,MD Maastricht, The Netherlands. Industrial Marketing Management 30, 271–286
Setiawan, Nugraha.2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya.Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.
Sharma, Neeru and Paul G. Patterson.1999. The impact of
communication effectiveness and service quality on relationship commitment in consumer, professional services. The Journal of Services Marketing Vol. 13, Iss. 2; pg. 151
Sugandha,D. 1988. Administrasi Strategi, Taktik dan Efisiensi, Ghalia. Jakarta.
(6)
Sukarji. 2007. Komunikasi dan Motivasi. Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.
Sulastri, Indahsih. 2007. Filosofi Kemitraan. Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.
Susila, Wayan R dan Bonar M. Sinaga.2005. Pengembangan Industri
Gula Indonesia Yang Kompetitif Pada Situasi Persaingan Yang
Adil.Jurnal Litbang Pertanian, 24(1)
Suwandi, Adig, 2003. Meningkatkan Produktivitas Mencegah Keruntuhan Gula Indonesia vol. 27 (1) p : 12 – 17. 2010. Giling Mundur, Produksi Gula Anjlok 4000 ton.Surabaya Post. 5 April 2010
Tjiptono, Fandy.2008. Service Management Mewujudkan Layanan Prima. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy.2009. Service Marketing Esensi & Aplikasi. Marknesis, Yogyakarta
Valenzuela, Fredy.2005. Trust And Commitment As Mediating Variables InThe Relationship Between Satisfaction And Hotel Guest Loyalty.
University of New England and Universidad de Talca Arturo Vasquez-Parraga, University of Texas-Pan American. ANZMAC Conference: Relationship Marketing (Consumer)
Wetzels,Martin, Kode Ruyter & Marcel Van Birgelen, 1998. Marketing Service Relationships The Role of Commitment. Maastricht University,The Netherland. Journal of Bussiness & Industrial Marketing Vol. 13 No.4/5 1998 pp 406-423