ASESMEN PEMBELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI GUGUS GEMILANG KECAMATAN GEMAWANG KABUPATEN TEMANGGUNG.

(1)

ASESMEN PEMBELAJARAN IPS KELAS V

SD NEGERI GUGUS GEMILANG KECAMATAN

GEMAWANG KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh: Ulfa Rohmah

1401412320

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:

Don’t judge a book by its cover (Idioms)

Aku menyentuh masa depan lalu aku mengajar (Christa McAuliffe)

Persembahan:

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT skripsi ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibuku (Bapak Bandiri dan Ibu Alfiyah) yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan

Almamater tercinta Universitas Negeri Semarang


(6)

vi

judul Asesmen Pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman,M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan studi kepada penulis di Kampus Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan skripsi.

3. Drs. Isa Anshori, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD UNNES yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.

4. Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Masitah, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 6. Dr. Drs. Ali Sunarso., M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan

masukan untuk memperbaiki skripsi ini.

7. Subari, S.Pd., Kepala UPTD Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung yang telah memberikan izin penelitian.

8. Kepala Sekolah SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung yang telah memberikan izin penelitian.

9. Bapak dan Ibu guru, serta Siswa SDN Gugus Gemilang atas segala bantuan yang diberikan.


(7)

vii

10. Bapak Ibu tercinta serta adik tersayang yang telah memberikan segala dukungan finansial,moral dan spiritual dalam penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman membuat penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi dan memperbaiki skripsi ini di kemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 15 Juli 2016


(8)

viii

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri

Semarang. Drs. Sukarjo,S.Pd., M.Pd. dan Masitah,S.Pd., M.Pd. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Asesmen pembelajaran merupakan kegiatan sistematik untuk memperoleh informasi perkembangan siswa. Asesmen yang dilakukan oleh guru belum dilakukan secara menyeluruh terhadap semua domain hasil belajar peserta didik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan serta hambatan asesmen terhadap aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang?; Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan serta hambatan asesmen pembelajaran pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor di SD Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas V di SD Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data observasi dianalisis dengan membandingkan perolehan skor guru dengan kriteria ketuntasan skor dan data kualitatif dianalisis menggunakan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan asesmen terhadap aspek kognitif termasuk dalam kategori sangat kompeten dengan skor rata-rata 23 atau 88%; 2) pelaksanaan asesmen terhadap aspek afektif termasuk dalam kategori kompeten dengan perolehan skor 9 atau 68%; 3) pelaksanaan asesmen terhadap aspek psikomotor termasuk dalam kategori kurang kompeten dengan perolehan skor 4 atau 33%; 4) hambatan dalam pelaksanaan sesmen IPS yaitu kurangnya alokasi waktu, kurangnya kemampuan siswa serta kriteria penilaian yang belum jelas. Saran untuk temuan ini yaitu hendaknya guru melaksanakan asesmen dengan baik, hendaknya sekolah memberikan pelatihan dan dinas pendidikan hendaknya menambah alokasi waktu pembelajaran IPS.


(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.4.2.1 Sekolah ... 7

1.4.2.2 Guru ... 7

1.4.2.3 Siswa ... 7

1.5Penegasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1Kajian Teori ... 9

2.1.1 Hakikat Belajar... 9

2.1.1.1Pengertian Belajar ... 9

2.1.1.2Unsur –Unsur Belajar ... 10

2.1.1.3Prinsip – Prinsip Belajar ... 11

2.1.1.4Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 12


(10)

x

2.1.3.1Pengertian Asesmen Pembelajaran ... 16

2.1.3.2Prinsip Asesmen Pembelajaran ... 19

2.1.3.3Fungsi Asesmen Pembelajaran ... 20

2.1.3.4Tujuan dan Manfaat Asesmen Pembelajaran ... 21

2.1.3.5Prosedur Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran ... 22

2.1.3.5.1 Perencanaan Asesmen Pembelajaran ... 23

2.1.3.5.2 Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran... 25

2.1.3.5.3 Pengolahan Data Asesmen Pembelajaran ... 26

2.1.3.5.4 Pelaporan Hasil Asesmen ... 28

2.1.3.5.5 Pemanfaatan Hasil Asesmen ... 30

a. Pembelajaran Remidial ... 30

b. Pengayaan ... 32

2.1.3.6Ruang Lingkup Asesmen Pembelajaran ... 33

2.1.3.6.1 Domain Kognitif ... 33

2.1.3.6.2 Domain Afektif ... 34

2.1.3.6.3 Domain Psikomotor ... 37

2.1.3.7 Teknik Asesmen Pembelajaran ... 38

2.1.3.7.1 Penilaian Domain Kognitif (Pengetahuan) ... 38

2.1.3.7.2 Penilaian Domain Afektif (Sikap) ... 41

2.1.3.7.3 Peniilaian Domain Psikomotor (Keterampilan) ... 44

2.1.4 Hakikat IPS ... 49

2.1.4.1Pengertian IPS ... 49

2.1.4.2Tujuan IPS ... 51

2.1.4.3Pembelajaran IPS di SD ... 52

2.1.5 Asesmen IPS di SD ... 54

2.2Kajian Empiris ... 58

2.3Kerangka Berfikir... 61


(11)

xi

3.1Metode Penelitian... 63

3.2Prosedur Penelitian... 64

3.3Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ... 67

3.3.1 Subjek Penelitian ... 67

3.3.2 Lokasi Penelitian ... 67

3.3.3 Waktu Penelitian ... 67

3.4Populasi dan Sampel Penelitian ... 67

3.4.1 Populasi Penelitian ... 67

3.4.2 Sampel Penelitian ... 67

3.5Variabel Penelitian ... 68

3.6Data dan Teknik Pengumpulan Data... 69

3.6.1 Sumber Data ... 69

3.6.1.1Guru ... 69

3.6.1.2Data Dokumen ... 69

3.6.1.3Catatan Lapangan ... 69

3.6.2 Jenis Data ... 69

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 70

3.6.3.1Observasi ... 70

3.6.3.2Wawancara ... 71

3.6.3.3Catatan Lapangan ... 72

3.6.3.4Dokumentasi ... 72

3.6.4 Instrumen Penelitian... 72

3.6.4.1 Pedoman Observasi ... 73

3,6,4,2 Pedoman Wawancara ... 74

3.6.4.3 Pedoman Pencermatan Dokumen ... 74

3.7Teknik Analisis Data ... 75

3.7.1 Analisis Data Observasi ... 75

3.7.1.1Analisis Hasil Observasi Keterampilan Kompetensi Penilaian Guru ... 75

3.7.1.2Analisis Hasil Observasi Keterampilan Kompetensi Penilaian Kognitif Guru ... 76


(12)

xii

3.7.2.1Reduksi Data ... 80

3.7.2.2Penyajian Data ... 80

3.7.2.3Kesimpulan/ Verifikasi ... 80

3.7.3 Uji Keabsahan Data Hasil Penelitian ... 81

3.7.3.1Keterandalan ... 81

3.7.3.2Keteralihan ... 81

3.7.3.3Kebergantungan ... 81

3.7.3.4Ketegasan ... 81

3.7.3.5Triangulasi... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 83

4.2 Hasil Penelitian ... 85

4.2.1 Hasil Observasi Asesmen terhadap Aspek Kognitif ... 86

4.2.1.1 Perencanaan Asesmen Ranah Kognitif ... 87

4.2.1.2 Pelaksanaan Asesmen Ranah Kognitif... 90

4.2.1.3 Pengolahan Data Asesmen Ranah Kognitif ... 92

4.2.1.4 Pelaporan Hasil Asesmen Ranah Kognitif ... 94

4.2.1.5 Pemanfaatan Hasil Asesmen Ranah Kognitif ... 95

4.2.2 Hasil Observasi Asesmen terhadap Aspek Afektif ... 96

4.2.2.1 Perencanaan Asesmen Ranah Afektif ... 97

4.2.2.2 Pelaksanaan Asesmen Ranah Afektif... 99

4.2.2.3 Pengolahan Data Asesmen Ranah Afektif ... 100

4.2.2.4 Pelaporan Hasil Asesmen Ranah Afektif ... 101

4.2.2.5 Pemanfaatan Hasil Asesmen Ranah Afektif ... 101

4.2.3 Hasil Observasi Asesmen terhadap Aspek Psikomotor ... 101

4.2.3.1 Perencanaan Asesmen Ranah Afektif ... 103

4.2.3.2 Pelaksanaan Asesmen Ranah Psikomotor ... 103


(13)

xiii

4.2.1.4 Pelaporan Hasil Asesmen Ranah Psikomotor ... 104

4.2.1.5 Pemanfaatan Hasil Asesmen Ranah Psikomotor ... 104

4.2.4 Hambatan Pelaksanaan Asesmen ... 105

4.3 Pembahasan ... 105

BAB V PENUTUP ... 114

5.1 Simpulan ... 114

5.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(14)

xiv

Gambar 3.2 Bagan Analisis Data Kualitatif ... 79 Gambar 4.1 Diagram Kompetensi Guru dalam Pelaksanaan Asesmen

Ranah Kognitif ... 87 Gambar 4.2 Diagram Kompetensi Guru dalam Pelaksanaan Asesmen

Ranah Afektif ... 97 Gambar 4.3 Diagram Kompetensi Guru dalam Pelaksanaan Asesmen


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Pedoman Observasi ... 74 Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Penilaian Guru ... 76 Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Kompetensi Penilaian Kognitif ... 77 Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Kompetensi Penilaian Afektif dan Psikomotor .. 79 Tabel 4.1 Kompetensi Guru Melaksanakan Penilaian Aspek Kognitif ... 86 Tabel 4.2 Kompetensi Guru Melaksanakan Penilaian Aspek Afektif ... 96 Tabel 4.3 Kompetensi Guru Melaksanakan Penilaian Aspek Psikomotor ... 102


(16)

xvi

Lampiran 3 Hasil Observasi ... 124

Lampiran 4 Pedoman Wawancara ... 128

Lampiran 5 Hasil Wawancara ... 132

Lampiran 6 Pedoman Pencermatan Dokumen ... 169

Lampiran 7 Hasil Pencermatan Dokumen ... 170

Lampiran 8 Reduksi Data... 180

Lampiran 9 Catatan Lapangan ... 205

Lampiran 10 Profil Sekolah ... 210

Lampiran 11 Profil Guru ... 212

Lampiran 12 Jadwal Penelitian ... 213

Lampiran 13 Contoh Penggalan Silabus ... 214

Lampiran 14 Contoh RPP Surat ... 215

Lampiran 15 Contoh Daftar Nilai Siswa ... 226

Lampiran 16 Contoh Analisis Butir Instrumen ... 227

Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian ... 228

Lampiran 18 Rekomendasi UPTD Kec Gemawang ... 229

Lampiran 19 Surat Keterangan Penelitian ... 230


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa standar pendidikan nasional meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Standar penilaian diatur dalam Permendiknas nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan untuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhirsemester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lainnya khususnya pembelajaran. Poerwanti (2008:1-3) menyebutkan bahwa asesmen pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran dan harus dilakukan pengajar sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Asesmen dalam pembelajaran


(18)

diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran, hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan program pembelajaran, serta penyusunan rencana untuk memperbaiki program pembelajaran.

Asesmen pembelajaran merupakan kegiatan sistematik untuk memperoleh informasi tentang apa yang diketahui, dilakukan dan dikerjakan oleh peserta didik (Rifa’i dan Anni 2012:215). Kegiatan penilaian merupakan kegiatan untuk mengungkapkan sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar setelah mereka menempuh pengalaman belajar (Sudjana 2014:2). Tujuan istruksional merupakan perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa.

Asesmen dilakukan secara komprehensif untuk melihat perkembangan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Agar dapat dilakukan secara menyeluruh, penilaian perlu dilakukan dengan menggunakan berbagai metode. Metode dan alat asesmen meliputi: observasi, asesmen mandiri oleh peserta didik, tugas praktik harian, hasil pekerjaan peserta didik, tes tertulis, skala penilaian,

proyek, laporan tertulis, review kinerja, dan asesmen portofolio (Rifa’i dan Anni 2012:216).

Ngadip (2010:2) untuk mengukur kadar ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah, khususnya yang mencakup tujuan dan isi, penilaian terhadap capaian hasil pembelajaran harus dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, kemampuan melakukan asesmen merupakan kemampuan yang mutlak dimiliki bagi setiap tenaga pendidik, tetapi pelaksanaan asesmen pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian besar tenaga pendidik masih belum sesuai dengan kebijakan sistem


(19)

3

penilaian yang telah ditetapkan. Sejalan dengan hasil Ujian Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2015 bahwa rata-rata UKG nasional 53,02, dari rata-rata target minimal nilai di angka 55. Selain itu, hasil survei dalam Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bahwa pada umumnya guru melakukan penilaian menggunakan alat-alat penilaian yang masih konvensional yaitu tes tertulis.Tes yang digunakan belum mampu mengukur aspek kognitif pada taraf yang lebih tinggi. Penggunaan bentuk tes tersebut disebabkan oleh pemahaman materi IPS yang kurang tepat. Materi IPS dipahami sebagai materi hafalan dan tesyang digunakan pun lebih menekankan pada hafalan (Balitbang Puskurnas 2007:6-7).

Peneliti menemukan bahwa hasil UKG dan masalah penilaian tersebut juga tercermin pada masalah pelaksanaan asesmen pembelajaran oleh guru di UPTD Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung. Berdasarkan hasil wawancara dengan lima guru kelas di SD Negeri yang ada di UPTD Kecamatan Gemawang, pelaksanaan asesmen pembelajaran masih belum sesuai dengan kebijakan penilaian pembelajaran yang berlaku. Asesmen yang dilakukan oleh guru belum dilakukan secara menyeluruh terhadap semua domain hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan asesmen pembelajaran di kelas masih terbatas pada penilaian kognitif. Salah satu penyebab masalah ini adalah perencanaan pembelajaran yang kurang sesuai dengan standar proses pendidikan. Penilaian dalam perencanaan pembelajaran belum dirancang sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.


(20)

Guru berpendapat bahwa penilaian yang paling mudah dilakukan adalah penilaian terhadap aspek kognitif. Penilaian kognitif meliputi ulangan harian serta tugas/ PR. Sedangkan penilaian terhadap aspek sikap masih belum nampak. Guru mengungkapkan bahwa penilaian sikap kurang ditekankan dalam KTSP, sehingga cukup dilakukan dengan pengamatan pada akhir semester. Seharusnya, sikap sebagai perubahan perilaku yang diinginkan setelah siswa mendapatkan pengalaman belajar harus diamati dan dievaluasi dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Terlebih untuk mata pelajaran PKn dan IPS yang menekankan pada pembentukan sikap/ karakter siswa. Penilaian keterampilan dilakukan terbatas pada mapel yang membutuhkan tes praktik seperti Bahasa Indonesia, SBK dan IPA. Sedangkan penilaian keterampilan terhadap mapel IPS belum dilaksanakan dengan saksama.

Berdasarkan data dokumen yang ditemukan, sebagian besar guru belum memiliki kelengkapan administrasi asesmen pembelajaran. Berbagai administrasi tersebut antara lain buku daftar nilai siswa, analisis soal, pengayaan, remedial, KKM, serta bank soal. Bank soal dibuat oleh guru dan juga diambil dari buku paket dan LKS. Meskipun demikian, kisi- kisi dalam penyusunan soal belum disusun sesuai dengan tujuan instruksional yang diharapkan dari kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pemaparan tentang permasalahan tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran yang lebih luas mengenai permasalahan asesmen pembelajaran di sekolah dasar dengan melakukan studi deskriptif. Penelitian


(21)

5

deskriptif ini merupakan penelitian dasar yang diharapkan dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk memperbaiki asesmen pembelajaran di sekolah dasar. Penelitian yang mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Esther Obiageli Okobia tahun 2015dengan judul“An Investigation of Evaluation Techniques Used by Social Studies Teachers in Junior Secondary

Schools in Edo State, Nigeria”.

The result revealed that majority of the social studies teachers were not using the appropriate evaluation techniques in social studies classrooms. Findings from the classroom observation revealed that evaluation of students were predominantly in the area of cognitive domain which requires students to regurgitate memorized knowledge.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagaian besar guru mata pelajaran IPS tidak menggunakan teknik evaluasi yang tepat pada kelas IPS. Hasil temuan observasi di dalam kelas menunjukkan bahwa evaluasi terhadap siswa lebih dominan pada aspek kognitif yang membutuhkan siswa untuk mengeluarkan pengetahuan ingatan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian deskriptif dengan judul Asesmen Pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung.


(22)

1.2

RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimanakah pelaksanaan asesmen terhadap aspek kognitif pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang?

1.2.2 Bagaimanakah pelaksanaan asesmen terhadap aspek afektif pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus GemilangKecamatan Gemawang?

1.2.3 Bagaimanakah pelaksanaan asesmen terhadap aspek psikomotor pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus GemilangKecamatan Gemawang?

1.2.4 Apa sajakah hambatan dalam pelaksanaan asesmen pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang?

1.3

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan asesmen terhadap aspek kognitif pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang

1.3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan asesmen terhadap aspek afektif pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang

1.3.3 Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan asesmen terhadap aspek psikomotor pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang


(23)

7

1.3.4 Mendeskripsikan dan menganalisis hambatan dalam pelaksanaan asesmen pada pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Gugus Gemilang Kecamatan Gemawang

1.4

MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian deskriptif tentang asesmen pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis yaitu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pelaksanaan asesmen pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta hambatan pelaksanaan asesmen pembelajaran terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada pembelajaran IPS di sekolah dasar.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis bagi: 1.4.2.1 Sekolah

Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memperbaiki pelaksanaan asesmen pembelajaran di sekolah.

1.4.2.2 Guru

Guru diharapkan dapat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dengan melakukan perbaikan dalam melakukan asesmen pembelajaran di kelasnya.

1.4.2.3 Siswa

Siswa diharapkan dapat termotivasi dalam belajar dan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik setelah dilakukan perbaikan asesmen pembelajaran.


(24)

1.5

PENEGASAN ISTILAH

Kesalahpahaman pembaca dalam memahami istilah yang digunakan seringkali terjadi dikarenakan pembahasan yang meluas, sehingga perlu disusun penjelasan terhadap definisi operasional konkret dari variabel agar menghindari hal tersebut. Skripsi ini membahas tentang asesmen pembelajaran di sekolah dasar. Asesmen pembelajaran merupakan kegiatan sistematik untuk memperoleh informasi tentang apa yang diketahui, dilakukan dan dikerjakan oleh peserta didik. Peneliti membatasi asesmen pembelajaran yang dilakukan adalah asesmen pembelajaran pada mata pelajaran IPS diKelas V SD. Materi dalam mata pelajaran IPS kelas V SD dibatasi pada KD 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

Asesmen pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang diamati meliputi domain hasil belajar kognitif, afektif serta psikomotor. Pelaksanaan asesmen pada pembelajaran IPS dilakukan menurut prosedur pelaksanaan asesmen pembelajaran yang meliputi perencanaan asesmen, pelaksanaan asesmen, pengolahan data hasil asesmen, pelaporan hasil asesmen serta pemanfaatan hasil asesmen.


(25)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Hamdani (2011:20) seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Adapun prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran adalah kesiapan belajar, perhatian, motivasi, keaktivan siswa, mengalami sendiri, pengulangan, materi pelajaran yang menantang, balikan dan pengauatan, perbedaan individual.

Belajar menurut Sudjana dan Rivai (2013:28) bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang dalam berbagi bentuk seperti pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya rekasinya, daya penerimaannya dan aspek lainnya. Belajar adalah proses meraksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman.


(26)

Gagne (dalam Winataputra 2006:2.3) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sementara belajar menurut Rifa’i dan Anni (2012:66) adalah proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Syah (2014:90) belajar dipahami sebagai tahap perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dan kecakapan yang terjadi secara sadar melalui pengalaman atau interaksi langsung dengan lingkungannya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.1.1.2 Unsur – Unsur Belajar

Unsur-unsur belajar menurut Gagne(dalam Rifa’i dan Anni 20012:68) adalah:

2.1.1.2.1 Peserta didik

Peserta didik merupakan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar

2.1.1.2.2 Rangsangan (stimulus)

Rangsangan adalah peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik seperti suara, sinar, warna gedung, dan orang yang selalu berada di lingkungan seseorang.


(27)

11

2.1.1.2.3 Memori

Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.

2.1.1.2.4 Respon

Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari akulturasi memori yang berupa perubahan perilaku atau perubahan kinerja.

Berdasarkan paparaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur belajar ada empat, yakni peserta didik, rangsangan, memori dan respon. Keseluruhan semua unsur itu saling mempengaruhi satu sama lain.

2.1.1.3 Prinsip – Prinsip Belajar

Slameto (2010:27) prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip belajar tersebut yaitu.

2.1.1.3.1 Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a. Mengusahakan partisispasi aktif siswa, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa.

c. Belajar perlu lingkungan yang menantang.

d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungan.

2.1.1.3.2 Sesuai hakikat belajar


(28)

b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eskplorasi dan discovery.

c. Belajar adalah proses kontinyuitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

2.1.1.3.3 Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari

a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki struktur dan penyajiannya sederhana.

b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai tujuan instruksional.

2.1.1.3.4 Syarat keberhasilan belajar

a. Belajar memerlukan sarana yang cukup. b. Repetisi dalam proses belajar diperlukan.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar terdiri dari beberapa aspek yang digambarkan secara umum. Dalam pelaksanaannya juga tergantung dari individual masing-masing serta dalam situasi dan kondisi yang berbeda pula.

2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Daryanto (2010:36-50) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut.

2.1.1.4.1 Faktor Intern

a. Faktor jasmaniah : kesehatan, cacat tubuh.

b. Faktor psikologis : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.


(29)

13

c. Faktor kelelahan : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Apabila siswa mengalami kelelahan jasmani maupun rohani dapat diredakan dengan cara tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar dan bekerja, rekreasi dan ibadah yang teratur, olahraga secara teratur, makan makanan yang bergizi seimbang.

2.1.1.4.2 Faktor Ekstern

a. Faktor keluarga : cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan keluarga.

b. Faktor sekolah : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, tugas rumah.

c. Faktor Masyarakat : kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, bentuk kehidupan masyarakat.

Syah (2014:129) mengemukakan faktor- faktor yang memengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a. faktor internal, yakni keadaan jasmani dan rohani siswa, b. faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa,

c. faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode belajar siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar yakni faktor intern, faktor ekstern dan faktor pendekatan belajar. Faktor intern yaitu semua faktor yang


(30)

berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti : kecerdasan, minat, bakat, kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kelelahan. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa baik di dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Faktor pendekatan belajar adalah upaya yang dilakukan oleh siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang meliputi strategi dan metode belajar. 2.1.2 Hakikat Pembelajaran

2.1.2.1Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang berarti

self instruction (dari internal) dan external instruction (dari eksternal). UUSPN No. 20 tahun 2003 (dalam Hamdani 2011:199) mengartikan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada sustu lingkungan belajar.

Briggs (dalam Rifa’i dan Anni 2012:157), pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan. Sedangkan Gagne (dalam Rifa’i dan Anni 2012:158) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Hamdani (2011:23) menambahkan bahwa salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan saintifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa dan informasi dari sekitarnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan peserta didik yang telah direncanakan atau


(31)

15

didesain dan bertujuan untuk memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.

2.1.2.2Komponen Pembelajaran

Rifa’i dan Anni (2012:159) berpendapat bahwa dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen pembelajaran, yaitu:

2.1.2.2.1 Tujuan

Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaianya melalui kegiatan pembelajaran adalah instructional effect biasanya berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap. Agar ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diamati, maka harus dilakukan penilaian. Penilian harus dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan penyusunan rencana penilaian harus disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

2.1.2.2.2 Subjek belajar

Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar.

2.1.2.2.3 Materi pelajaran

Materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang komperhensif, terorganisasi secara


(32)

sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran.

2.1.2.2.4 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2.2.5 Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.

2.1.2.2.6 Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi, dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran ada enam, yakni tujuan, subjek belajar, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penunjang. Semua komponen tersebut saling terkait dan merupakan batasan standar komponen pembelajaran yang dapat dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan belajar.

2.1.3 Hakikat Asesmen Pembelajaran 2.1.3.1 Pengertian Asesmen Pembelajaran

Asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam berbagai bentuk yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan


(33)

17

keputusan tentang siswa menyangkut kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah (Poerwanti 2008:1-3). Kegiatan asesmen meliputi seluruh kegiatan baik pengukuran maupun penilaian. Pengukuran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada sesuatu dan bersifat kuantitatif. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Sedangkan penilaian merupakan proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu dan bersifat kualitatif. Arikunto (2013:3) menyebutkan bahwa menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.

Asesmen pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, sehingga kegiatan asesmen harus dilakukan guru sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses pembelajaran (Poerwanti 2008:1-3). Asesmen atau penilaian merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan pembelajaran karena dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang diajarkan (Kunandar 2013:61).

Asesmen pembelajaran merupakan kegiatan sistematik untuk memperoleh informasi tentang apa yang diketahui, dilakukan dan dikerjakan oleh peserta didik (Rifa’i dan Anni 2012:215). Sudjana (2014:2) kegiatan penilaian merupakan kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajar. Tujuan


(34)

istruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa.

Asesmen dilakukan secara komprehensif untuk melihat perkembangan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Agar penilaian dapat dilakukan secara menyeluruh, maka penilaian perlu dilakukan dengan menggunakan berbagai metode. Metode dan alat asesmen meliputi: observasi, asesmen mandiri oleh peserta didik, tugas praktik harian, hasil pekerjaan peserta didik, tes tertulis, skala penilaian, proyek, laporan tertulis, review kinerja, dan asesmen portofolio (Rifa’i dan Anni 2012:216).

Pelaksanaan asesmen pembelajaran dilakukan secara formatif dan sumatif. Asesmen formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengalaman belajar siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Asesmen formatif diberikan pada akhir setiap program (Arikunto 2013:50). Asesmen formatif yang dilakukan berupa ulangan harian. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih (Depdiknas 2007:1).

Asesmen sumatif dilakukan setelah berakhirnya pemberian sekelompok programyang lebih besar (Arikunto 2013:53). Asesmen sumatif bermanfaat untuk menentukan nilai siswa, menentukan kemampuan siswa untuk mengikuti program berikutnya, dan mengisi catatan kemajuan belajar siswa (Arikunto 2013:55). Asesmen sumatif dilakukan melalui ulangan tengah semester,ulangan akhir semester serta ulangan kenaikan kelas. Ulangan tengah semester adalah kegiatan


(35)

19

yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 - 9 minggu kegiatan pembelajaran. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semestermeliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut (Depdiknas 2007:1).

2.1.3.2Prinsip Asesmen Pembelajaran

Arikunto (2013:38) ada prinsip umum yang paling penting dalam kegiatan penilaian yaitu triangulasi atara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005, asesmen pembelajaran dilakukan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut. a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan

yang diukur.

b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

c. Adil, berarti periilaiah1idak meriguntungkan -atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.


(36)

e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik Penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

2.1.3.3 Fungsi Asesmen Pembelajaran

Kunandar (2013:68) asesmen pembelajaran yang dilakukan oleh guru memiliki beberapa fungsi yaitu:

a. menggambarkan seberapa dalam peserta didik menguasai suatu kompetensi tertentu,

b. mengevaluasi peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (bimbingan), c. menemukan kualitas belajar dan kemungkinan prestasi yang dapat

dikembangkan peserta didik serta sebagai alat diagnosis untuk menentukan perlunya peserta didik mengikuti pengayaan atau remedial,


(37)

21

d. menemukan kekurangan dan kelemahan proses pembelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran yang berikutnya,

e. kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan peserta didik.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi asesmen dalam pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan belajar bagi peserta didik dan untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan mengajar bagi guru.

2.1.3.4 Tujuan dan Manfaat Asesmen Pembelajaran

Tujuan asesmen pembelajaran adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, mengetahui umpan balik dari kegiatan pembelajaran, mengetahui asesmen alternatif yang tepat untuk dilakukan, dan menyampaikan kepada orangtua serta masyarakat tentang efektivitas pendidikan di sekolah. Depdikbud (2014:4) menyampaikan tujuan dilakukannya penilaian adalah:

a. mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan,

b. menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan,

c. menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar,


(38)

d. memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya. Kunandar (2013:70) manfaat asesmen pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu:

a. mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung

b. memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi

c. memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik

d. umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan

e. memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

2.1.3.5 Prosedur Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran

Prosedur pengembangan asesmen pembelajaran terdiri atas: a) perencanaan asesmen, yang meliputi merumuskan tujuan evaluasi, menyusun

kisi-kisi, menulis soal, uji-coba dan analisis soal, merevisi dan merakit soal; b) pelaksanaan asesmen; c) pengolahan skor dan penafsiran; d) pelaporan hasil evaluasi; e) pemanfaatan hasil asesmen (Arifin 2012:87).

2.1.3.5.1 Perencanaan Asesmen Pembelajaran

Perencanaan asesmen pembelajaran harus dirumuskan secara jelas dan spesifik serta terurai dan komprehensif agar perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Penyusunan perencanaan asesmen


(39)

23

perlu memperhatikan tujuan, kisi-kisi, menulis soal, uji-coba dan analisis soal, revisi dan merakit soal.

Poerwanti (2008:3-4) dalam merencanakan asesmen pembelajaran, guru perlu melakukan hal sebagai berikut.

a. Merumuskan tujuan asesmen

Tujuan asesmen dilakukan agar pelaksanaan asesmen terarah dan jelas. Secara umum, tujuan asesmen adalah sama dengan tujuan instruksional. Tujuan instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran berupa tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur (Arikunto 2013:145). Tujuan istruksional terdiri atas tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum adalah tujuan secara umum yang akan dicapai setelah dalam setiap mata pelajaran. Sedangkan tujuan instruksional khusus adalah tujuan khusus yang ingin dicapai dalam setiap mata pelajaran yang dinyatakan dalam standar kompetensi.

Perumusan tujuan instruksional bergantung pada indikator. Indikator adalah rumusan pernyataan sebagai bentuk ukuran spesifik yang menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar dengan menggunakan kata kerja operasional (KKO) (Arifin 2012:92).

b. Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai

Bloom, dkk. (dalam Arifin 2012:91) hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga domain tersebut


(40)

memiliki karakteristik berbeda, sehingga teknik penilaian yang digunakan berbeda.

c. Memilih dan menentukan teknik penilaian

Pemilihan teknik penilaian dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri dari setiap teknik serta memahami kelebihan dan kekurangan teknik tersebut. Teknik penilaian yang digunakan harus sesuai dengan aspek ranah yang akan dinilai. d. Menyusun instrumen

Pelaksanaan asesmen memerlukan alat untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan asesmen. Beberapa kriteria instrumen asesmen yang baik adalah: dapat memeberikan informasi yang akan berperan dalam pemutusan mengenai peningkatan pembelajaran, sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan informasi apa yang siswa tahu, serta dapat melengkapi hasil asesmen lain untuk memebrikan desktipsi umum tentang apa yang diketahui siswa (Sa’dijah 2009:93). Penyusunan instrumen dilakukan dengan membuat kisi-kisi instrumen terlebih dahulu. Penyusunan kisi - kisi instrumen sangat penting dilakukan agar materi evaluasi relevan dengan materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai

pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes (Arifin 2012:90).


(41)

25

e. Menentukan metode penskoran jawaban siswa

Penskoran merupakan kriteria atau patokan dalam menginterpretasi data hasil` evaluasi. Ada dua cara dalam penskoran yaitu Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Kelompok atau Norma (PAN).

f. Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen g. Mereviu perencanaan asesmen

2.1.3.5.2 Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran

Pelaksanaan asesmen pembelajaran adalah bagaimana cara melaksanakan asesmen sesuai dengan perencanaan asesmen yang telah dilakukan, baik menggunakan tes (tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan) maupun nontes. Pelaksanaan tes maupun nontes akan berbeda satu dengan lainnya, sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing.

Ketika melakukan asesmen prestasi peserta didik, guru harus memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik serta lingkungan psikologis. Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman. Selama proses asesmen berlangsung, guru harus memonitor jalannya asesmen dan membantu agar seluruh kegiatan asesmen yang direncanakan berjalan secara objektif sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Ketika melaksanakan penilaian guru diharapkan memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa agar siswa dapat termotivasi. Penguatan adalah respon yang diberikan guru terhadap perilaku siswa sehingga siswa dapat meningkatkan perilaku tersebut (Winataputra 2006:7.29). Tujuan memberikan penguatan adalah: 1) meningkatkan perhatian siswa; 2) membangkitkan motivasi


(42)

siswa; 3) memudahkan siswa belajar, 4) mengontrol perilaku siswa serta mendorong munculnya perilaku positif; 5) menumbuhkan rasa percaya diri siswa; dan 6) memelihara iklim kelas yang kondusif (Winataputra 2006:7.30). Penguatan dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Penguatan verbal contohnya adalah pujian, dan penguatan nonverbal contohnya adalah pemberian hadiah dan mimik/gerakan badan.

2.1.3.5.3 Pengolahan Data Asesmen Pembelajaran

Arifin (2012:268) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok yang harus tempuh yaitu menskor, mengubah skor mentah menjadi skor, mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, dan melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.

a. Penskoran

1) Penskoran soal bentuk pilihan ganda

Penskoran bentuk pilihan ganda terdiri dari tiga macam, yaitu: penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot.

a) Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar.

b) Penskoran ada koreksi jawaban yaitu pemberian skor dengan memberikan pertimbangan pada butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab


(43)

27

c) Penskoran dengan butir beda bobot yaitu pemberian skor dengan memberikan bobot berbeda pada sekelompok butir soal yang disesuaikan dengan tingkatan kognitif soal.

2) Penskoran soal bentuk uraian objektif

Pedoman penskoran dalam soal bentuk uraian objektif adalah langkah langkah mengerjakan yang dimunculkan atau dikuasai oleh peserta didik dalam lembar jawabannya.

3) Penskoran soal bentuk uraian nonobjektif

Prinsip penskoran soal bentuk uraian non-objektif sama dengan bentuk uraian objektif yaitu menentukan indikator kompetensinya.

b. Penilaian Acuan Patokan ( PAP )

Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) disebut juga penilaian dengan norma absolut atau kriteria. Pendekatan PAP berarti membandingkan skor hasil tes peserta didik dengan kriteria atau patokan yang secara absolut/mutlak telah ditetapkan. Patokan kelulusan dapat ditentukan dengan pasti karena batas ketuntasan (passing grade ) telah ditentukan terlebih dahulu sebelum data diperoleh.

Rakhmad (2001:102) hasil penilaian dengan menggunakan PAP lebih menggambarkan penguasaan siswa terhadap bahan ajar yang dipelajari. Langkah-langkah melakukan PAP yaitu : 1) menentukan skor berdasarkan proporsi; 2) menentukan batas ketuntasan minimal. Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dikontrakkan dalam pembelajaran (Poerwanti 2008:6-16).


(44)

c. Penilaian Acuan Normatif ( PAN )

Nilai prestasi hasil pengolahan dengan pendekatan PAN memiliki sifat relatif, oleh sebab itu pendekatan PAN disebut juga pendekatan penilaian norma relatif atau norma empirik. Batas kelulusan dalam pendekatan PAN tidak diketahui sebelum skor tes diperoleh, sehingga penilaian bergantung pada skor yang diperoleh siswa. Penggunaan pendekatan penilaian kurang menggambarkan penguasaan pemahaman siswa karena PAN bertujuan untuk mengetahui kedudukan siswa di antara kelompoknya.

Langkah-langkah dalam pendekatan PAN yaitu: 1) menghitung rerata (mean) skor prestasi; 2) menghitung standar deviasi (s) skor prestasi; 3) membuat pedoman konversi untuk mengubah skor menjadi nilai standar.

2.1.3.5.4 Pelaporan Hasil Asesmen

Pelaporan (reporting) hasil asesmen sendiri merupakan bagian penting dari proses asesmen terkait dengan upaya proses menginformasikan kepada pihak lain yang berkepentingan mengenai pembelajaran yang telah terjadi atau dilakukan (Poerwanti 2008:9-3). Proses pelaporan dapat dilakukan secara lisan (oral) maupun tertulis (written). Departemen Pendidikan Nasional (2004), pelaporan hasil belajar peserta didik memiliki sejumlah asas, yaitu memperkuat motivasi belajar siswa, memperkuat daya ingat dan meningkatkan kemampuan transfer hasil belajarnya, memperbesar pemahaman siswa terhadap dirinya dan memberikan umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran.

Poerwanti (2008:9-6) jenis dan model pelaporan asesmen pembelajaran yaitu:


(45)

29

a. Menggunakan Angka ( skala 10 atau 100 )

Penggunaan angka lebih sering digunakan karena memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan, mudah diinterpretasikan, bersifat kontinyu, dan penggunaannya dapat digabung dengan huruf.

b. Menggunakan Kategori

Hasil belajar peserta didik dinyatakan dalam bentuk kategori seperti: baik, cukup, kurang atau sudah memahami, cukup memahami, dan kurang memahami.Kelebihan penggunaan kategori adalah dapat menghindarkan rasa kecewa siswa ketika hasil belajar mereka kurang sesuai dengan harapan.

c. Menggunakan Narasi

Laporan naratif memuat secara rinci apa yang telah dipelajari oleh seorang siswa termasuk usaha yang telah dilakukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.Ada tiga pihak utama yang merupakan pengguna laporan hasil asesmen pembelajaran yaitu siswa, orangtua dan masyarakat. Melaporkan hasil asesmen kepada peserta didik harus berlangsung setiap hari, secara lisan maupun tertulis. Guru harus melaporkan kemajuan, kelebihan dan kekurangan siswa disertai dengan penjelasan langkah-langkah yang harus diambil pada tahap berikutnya di dalam proses belajar.

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada para stakeholders, maka proses asesmen harus memberi peluang terjadinya proses komunikasi dengan orang tua dan pihak-pihak lain di dalam upaya pembelajaran yang dapat membuat mereka mendukung pembelajaran ( Poerwanti 2008:9-25).


(46)

2.1.3.5.5 Pemanfaatan Hasil Asesmen

Salah satu manfaat hasil evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik (feed-back) kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung (Arifin 2012: 375). Umpan balik yang dapat dilakukan terhadap siswa dapat berupa pengayaan dan remedial. Pengayaan dan remedial dilakukan setelah mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di bawah kriteria ketuntasan minimal dilakukan remedial atau perbaikan. Sedangkan hasil belajar siswa yang melebihi kriteria ketuntasan minimal diberikan pengayaan.

a. Pembelajaran Remedi

Pembelajaran remedi bertujuan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui perlakuan pengajaran. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam pembelajaran remedi adalah: 1) melakukan analisis kebutuhan; 2) merancang pembelajaran; 3) menyiapkan perangkat pembelajaran; 4) melaksanakan pembelajaran; 5) melakukan penilaian (Poerwanti 2008:8-23).

Model-model pembelajaran remedi yaitu : 1) pembelajaran di luar jam pelajaran sekolah; 2) pengambilan siswa tertentu; dan 3) penggunaan team pengajar. Model pembelajaran remedi yang pertama dapat dilaksanakan sebelum atau sesudah jam pelajaran sekolah dan digunakan untuk membantu kesulitan belajar terhadap beberapa subjek materi pembelajaran. Model kedua dilaksanakan dengan jalan mengambil beberapa siswa yang membutuhkan remedidari kelas biasa (reguler) ke kelas remedial. Model ini untuk topik-topik yang dianggap esensial sebagai fondasi pengetahuan lanjutan. Model terakhir dilaksanakan


(47)

31

dengan melibatkan beberapa guru (team). Team bekerjasama dalam menyiapkan bahan-bahan pelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar yang mengacu pada peningkatan efektifitas belajar (Poerwanti 2008:8-24).

Depdikbud (2014:9) prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sebagai pelayanan khusus antara lain.

1) Adaptif

Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. 2) Interaktif

Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.

3) Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian

Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

4) Pemberian umpan balik sesegera mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.

5) Pelayanan sepanjang waktu

Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.


(48)

b. Pengayaan

Pengayaan merupakan upaya tindak lanjut untuk memantapkan keberhasilan (Arifin 2012:376). Depdikbud (2014:20) program pengayaan dapat diartikan : memberikan tambahan/ perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajaryang ditentukan oleh kurikulum. Langkah-langkah dalam program pengayaan tidak terlalu jauh berbeda dengan program pembelajaran remedial yaitu diawali dengan kegiatan identifikasi, kemudian perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan menurut Khatena (dalam Depdikbud 2014:21).

1) Inovasi baru

2) Kegiatan yang memperkaya yang mengharuskan penyusunan materi dan desain pembelajaran pengayaan dikembangkan dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.

3) Merencanakan metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi dengan memberikan project, pengembangan minat dan aktivitas-akitivitas menggugah (playful).

2.1.3.6 Ruang Lingkup Asesmen Pembelajaran

Berdasarkan domain hasil belajar siswa, ruang lingkup asesmen pembelajaran meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor.


(49)

33

2.1.1.6.1 Domain Kognitif

Penilaian kompetensi pengetahuan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan siswa dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, evaluasi dan mencipta (Kunandar 2013:165). Hasil belajar siswa pada domain kognitif terdiri dari enam jenjang mulai dari yang paling sederhana sampai kompleks. Keenam jenjang tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Mengingat, mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa melakukan perubahan. b. Memahami, sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari

kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah.

c. Menerapkan, menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum dipelajari.

d. Menganalisis, menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu kelompok/ informasi dengan kelompok/ informasi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya.

e. Mengevaluasi, menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria.

f. Mencipta, membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasilnya adalah satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang


(50)

digunakan untuk membentuknya (Bloom Anderson dalam Depdikbud 2014:6-8).

2.1.1.6.2 Domain Afektif

Sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Bruno (dalam Syah 2012014:118) sikap (attitude) adalah kecenderungan relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Sikap akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor. Siswa yang memikili minat, motivasi dan sikap positif tentu akan merasa senang dalam belajar yang akan berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran.

Krathwohl (dalam Mardapi 2011:3), bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Krathwohl (dalam Depdikbud 2014:6) domain afektif meliputi beberapa tingkatan yaitu :

a. menerima nilai, kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan perhatian terhadap nilai tersebut

b. menanggapi nilai, kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut

c. menghargai nilai, menganggap nilai tersebut baik; menyukai nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut

d. menghayati nilai, memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem nilai dirinya


(51)

35

e. mengamalkan nilai, mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinya dalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter).

Mardapi (2011: 8) membedakan ranah afektif menjadi empat tipe karakteristik yang meliputi sikap, minat, nilai dan konsep diri.Sikap merupakan respon yang diberikan siswa terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang yang dipelajari baik berupa respon positif ataupun negatif. Minat merupakan kemauan seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan tertentu. Nilai merupakan keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek. Konsep diri merupakan evaluasi yang dilakukan siswa terhadap kemampuan dan kelemahan yang dialaminya.

Fitri (2012:45) Implementasi pendidikan karakter dapat dilakukan melalui strategi berikut: 1) pengintegrasian nilai dan etika dalam setiap mata pelajaran; 2) internalisasi nilai positif yang ditanamkan warga sekolah; dan 3) pembiasaan. Integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran IPS dapat dilakukan dengan cara :1) penanaman kejujuran dalam bersosial dengan teman; 2) penanaman sikap saling tolong – menolong dalam kebaikan antar sesama teman; 3) pembinaan tenggang rasa dalam pembahasan tentang materi ilmu sosial (Fitri,2012:48).

Wibowo (2012: 84) menyatakan bahwa model pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan


(52)

dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai dalam silabus ditempuh dengan cara berikut:

a. mengkaji SK dan KD pada standar isi untuk menentukan apakah nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum sudah tercakup di dalamnya,

b. memperlihatkan keterkaitan SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan,

c. mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam silabus,

d. mengembangkan proses pembelajaran aktif yang memungkinkan siswa dapat menginternalisasikan nilai dan menunjukan perilaku yang sesuai,

e. memberikan bantuan kepada siswa yang kesulitan untuk menginternalisasi nilai ataupun menunjukan dalam perilaku.

Ranah afektif merupakan bagian yang integral dari seluruh bahan pelajaran dan ranah afektif penting untuk dinilai hasilnya. Mardapi (2011: 5) penilaian dalam ranah afektif memerlukan data yang bisa berupa kuantitatif atau kualitatif. Data kuantitatif dapat diperoleh melalui pengukuran atau pengamatan yang hasilnya berbentuk angka. Data kualitatif umumnya diperoleh melalui pengamatan dan dinyatakan secara verbal. Instrumen yang diperlukan berupa instrumen nontes, yaitu instrumen yang hasilnya tidak ada jawaban benar atau salah.

2.1.1.6.3 Domain Psikomotor

Domain psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skilli) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Kunandar 2013:255). Domain keterampilan berkaitan dengan


(53)

37

pendekatan saintifik yang digunakan dalam pembelajaran. Gustin (2015:146) pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarah-kan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, meliputi keterampilan mengamati, keterampilan bertanya, keterampilan mengumpulkan informasi, keterampilan menalar dan keterampilan mengkomunikasikan. Jenjang dalam ranah keterampilan ada lima yaitu: a) imitasi; b) manipulasi; c) presisi; d)artikulasi; dan e) naturalisasi.

Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya (Kunandar 2013:259). Contohnya, seorang siswa menirukan pembacaan proklamasi seperti ketika bung Karno dan Hatta membaca proklamasi pertama kali. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat,tetapi berdasarkan pedoman. Contohnya Siswa memerankan suasana perundingan KMB dengan bantuan instruksi guru. Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga menghasilkan produk kerja yang tepat. Contohnya siswa dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari guru tentang upaya perundingan yang dilakukan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga hasil


(54)

kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Contoh, siswa dapat menjawab pertanyaan tentang upaya mempertahankan kemerdekaan beserta contoh dan tokohnya. Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik sehingga efektivitas kerjanya tinggi. Contohnya ketika siswa diberikan tugas berdiskusi, tanpa berpikir panjang siswa langsung melaksanakan tugas tersebut.

2.1.3.7 Teknik Asesmen Pembelajaran

Teknik asesmen merupakan cara yang digunakan dalam memperoleh informasi berkaitan dengan asesmen pembelajaran. Teknik yang digunakan dalam asesmen pembelajaran disesuaikan dengan domain hasil belajar yang akan dinilai. 2.1.3.7.1 Penilaian Domain Kognitif ( Pengetahuan )

Penilaian terhadap aspek pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis ataupun lisan serta observasi.

a. Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan (Kunandar 2013:173). Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan yang telah ditentukan (Arikunto 2013:67). Bentuk tes terdiri atas tes subjektif dan tes objektif.

1) Tes subjektif

Tes subjektif umumnya berbentuk soal uraian (esai). Soal tes uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk mengorganisir, menginterpretasi, dan menghubungkan pengertian – pengertian yang telah dimiliki (Arikunto 2013:177).


(55)

39

Bentuk soal uraian memiliki kelebihan yakni dapat mengukur aspek kognitif tingkat tinggi, mengembangkan kemampuan berbahasa siswa, melatih kemampuan berpikir logis, dan dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Meskipun demikian, bentuk soal uraian memiliki kekurangan diantaranya kadar validitas dan reliabilitasnya rendah, bersifat subjektif dan kurang representatif (Sudjana 2014:36).

Soal uraian dibedakan menjadi dua jenis yaitu soal uraian terstruktur dan soal uraian bebas. Soal uraian terstruktur adalah soal uraian yang memiliki jawaban mengarah pada hal – hal tertentu. Sedangkan soal uraian bebas memiliki jawaban yang tidak terbatas, tergantung pada pandangan siswa. Soal uraian bebas ini tepat digunakan untuk mengungkapkan pikiran siswa tentang suatu masalah

dan mengembangkan daya analisis serta kemampuan pemecahan (Sudjana 2014:37).

2) Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto 2013:179). Tes objektif lebih representatif dibandingkan dengan tes subjektif karena cakupan tes ini lebih luas. Bentuk soal tes objektif antara lain: soal benar- salah, soal pilihan ganda, soal menjodohkan, dan soal jawaban singkat. Soal tes benar – salah berbentuk pernyataan. Sebagian pernyataan adalah pernyataan benar dan sebagian lagi salah. Untuk menjawab soal ini, testee diminta untuk memilih manakah pernyataan yang benar dan manakah pernyaaan yang salah.


(56)

Soal pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya testee harus memilih satu dari beberapa kemungkinan pilihan yang disediakan. Struktur soal pilihan ganda terdiri atas stem (pernyataan),

option (pilihan), key (kunci jawaban) dan distractor (pengecoh) (Arikunto 2013:185).

Soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan paralel, yaitu satu kelompok pertanyaan dan satu kelompok jawaban. Tugas testee adalah mencari

dan menempatkan jawaban sehingga sesuai dengan pertanyaannya (Arikunto 2013:188).

Soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawaban bernilai benar atau salah (Sudjana 2014:44). Soal jawaban singkat terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pernyataan tidak lengkap.

b. Tes Lisan

Tes lisan adalah tes dimana guru memberikan pertanyaan langsung kepada siswa secara verbal (bahasa lisan) dan ditanggapi oleh siswa dengan menggunakan bahasa verbal pula (Kunandar 2013:225). Tes lisan memiliki kelebihan yaitu: 1) dapat digunakan untuk menilai penguasaan pengetahuan siswa; 2) guru dapat memperjelas pertanyaan secara langsung; 3) guru dapat menggali lebih lanjut jawaban siswa hingga mendetail.

c. Observasi terhadap diskusi, tanya jawab dan percakapan. d. Penugasan dan PR


(57)

41

2.1.3.7.2 Penilaian Domain Afektif ( Sikap )

Cara yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus.

a. Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar pengamatan yang berisi sejumlah indikator aspek yang diamati (Kunandar 2015:121). Sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam melalui pengamatan dengan menggunakan format yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, baik yang terkait dengan mata pelajaran maupun secara umum.

Setyani (2011:255) penilaian perilaku/aktivitas dapat dilakukan melalui observasi perilaku/aktivitas. Observasi perilaku/aktivitas siswa selama pembelajaran, memungkinan seorang guru memiliki informasi yang memadai tentang kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para siswanya. Guru akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa berkaitan dengan proses pembelajaran, jika pengamatan dilaksanakan seiring dengan proses pembelajaran. Dengan demikian, hasil observasi aktivitas dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk meningkatkan proses pembelajaran.


(58)

Kunandar (2013:122) observasi memiliki keunggulan yaitu: 1) data yang diperoleh relatif objektif; 2) hubungan guru dan ppeserta didik lebih dekat; 3) guru memiliki keleluasaan dalam menentukan aspek yang akan diamati dalam pembelajaran dan dapat mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan kompetensi sikap secara komprehensif.

Selain kelebihan tersebut, observasi memiliki kelemahan, diantaranya: 1) pencatatan data sangat bergantung pada kecermatan dan daya ingatan observer (guru); 2) kemungkinan terjadi kekeliruan dalam pencatatan karena pengaruh kesan umum (hello effect), rasa ingin menolong dan pengamatan sebelumnya; 3) memerlukan kecermatan dan keterampilan guru dalam melakukan observasi (Kunandar 2015:123)

b. Penilaian diri (self assessment)

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi sikap (Kunandar 2015:134). Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning).

Keunggulan dari penilaian diri yakni: 1) guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pesreta didik; 2) peserta didik dapat merefleksikan mata pelajaran yang telah diberikan; 3) pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya; 4) memberikan motivasi diri peserta didik dalam penilaian kegiatan peserta didik;


(59)

43

5) peserta didik lebih aktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran; 6) dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan bahan ajar dengan mengetahui input peserta didik; 7) peserta didik dapat mengukur kemampuan dalam mengikuti pembelajaran serta dapat mengetahui ketuntasan belajarnya; 8) melatih kemandirian peserta didik; 9) guru memperoleh masukan objektif tentang daya

serap peserta didik; 10) peserta didik belajar terbuka dengan orang lain (Kunandar 2015:134).

Kelemahan dari penilaian diri adalah: 1) cenderung subjektif; 2) kemungkinan data yang disebutkan bukan data yang sebenarnya karena

pengisian dilakukan dengan tidak jujur; 3) kemungkinan peserta didik tidak mengetahui kemampuan yang ia miliki (Kunandar 2015:135).

c. Penilaian teman sebaya (peer assessment)

Penilaian teman sebaya atau antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antarpeserta didik. Penialian antarpeserta didik memiliki keunggulan yaitu melatih peserta didik berlaku objektif, melatih keterampilan dan kecermatan dalam menilai objek, dan melatih tanggung jawab peserta didik. Kelemahan penilaian antarpeserta didik yaitu data perlu diverifikasi kembali karena kemungkinan dalam melakukan penilaian peserta didik melibatkan perasaan tidak enak kepada temannya serta perlunya petunjuk yang jelas untuk menghindari salah tafsir oleh peserta didik (Kunandar 2015:145).


(60)

d. Penilaian jurnal (anecdotal record)

Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses pembelajaran mata pelajaran. Penialain jurnal memiliki kelebihan di antaranya: 1) dapat memantau perkembangan kompetensi sikap peserta didik secara periodik; 2) data kekuatan dan kelemahan peserta didik dapat dijadikan bahan pembinaan; 3) membantu guru mengenal lebih detail tentang karakter peserta didik; 4) relatif objektif; 5) peserta didik mendapat

perhatian guru karena tindakannya selalu diamati dan dicatat (Kunandar 2015:152).

2.1.3.7.3 Penilaian Domain Psikomotor ( Keterampilan )

a. Unjuk kerja/kinerja/praktik

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan (Kunandar 2015:263). Penilaian kinerja adalah salah satu bentuk penilaian alternatif yang tidak hanya menilai hasil akhir tetapi juga menilai proses atau keterampilan yang ditunjukkan siswa (Meutia 2013:63). Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Untuk mengamati unjuk kerja/kinerja/praktik peserta didik dapat menggunakan instrumen daftar cek dan rating scale.

Kunandar (2013:269) tugas-tugas untuk penilaian unjuk kerja harus memenuhi acuan kualitas berikut:


(61)

45

1) tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil belajar, 2) tugas dapat dilakukan oleh pesertadidik,

3) mencantumkan waktu pengerjaan tugas,

4) sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik, 5) sesuai dengan konten/ cakupan kurikulum, 6) tugas bersifat adil.

Beberapa kelebihan penilaian unjuk kerja adalah : 1) dapat menilai kompetensi yang berupa keterampilan; 2) dapat digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan dengan keterampilan sehingga informasi menjadi lengkap; 3) tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk menyontek; 4) guru dapat mengenal peserta didik lebih dalam; 5) memotivasi keaktivan peserta didik;6) mempermudah pemahaman peserta didik dari abstrak menuju konkret; 7) mengoptimalkan kemampuan peserta didik; 8) melatih keberanian peserta didik; dan 9) hasil penilaian dapat langsung diketahui oleh peserta didik. (Kunandar 2015:265).

Selain kelebihan tersebut, penilaian unjuk kerja memiliki beberapa kelemahan di antaranya : 1) tidak semua materi pelajaran dapat diukur dengan menggunakan penilaian kinerja; 2) nilai bergantung pada hasil kerja siswa; 3) sulit dilakukan pada kelas yang gemuk; 4) menggunakan waktu yang cukup banyak; 5) dapat menimbulkan perasaan minder pada peserta didik yang kurang mampu; 6) memerlukan sarana prasarana penunjang yang lengkap; serta 7) harus dilakukan secara komprehensif.


(62)

b. Proyek

Penilaian proyek atau penugasan dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki dan kemampuan menginformasikan suatu hal secara jelas. Instrumen yang dapat digunakan dalam penilaian ini adalah rubrik. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan penilaian proyek yaitu :

1) menentukan kompetensi yang akan dinilai,

2) menetapkan tugas yang akan dibuat oleh peserta didik,

3) menentukan rencana pengerjaan tugassecara individual atau kemompok, 4) menetapkan pendekatan penskoran yang akan digunakan,

5) menetapkan batas waktu pengerjaan tugas, 6) merumuskan tahap pelaksanaan tugas, 7) menetapkan kriteria penilaian tugas,

8) menyusun rubrik penilaian tugas (Kunandar 2015:232).

Penilaian proyek harus mempertimbangkan kemampuan pengelolaan peserta didik, relevansi proyek dengan materi, serta keaslian proyek yang dikerjakan (Kunandar 2015:286). Penilaian proyek memiliki kelebihan yaitu peserta didik dapat mengeluarkan ide, meningkatkan kreativitas peserta didik, serta mendidik peserta didik lebih mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan kelemahan dari penilaian proyek adalah kelompok peserta didik yang tidak terpantau menjadi kurang bertanggung jawab karena hanya titip nama, didominasi oleh peserta didik yang pandai, hasil kurang objektif, menghabiskan waktu yang lama, keaslian hasilkerja perlu diverifikasi serta membebani peserta didik (Kunandar 2015:287).


(63)

47

c. Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh peserta didik (Kunandar 2015: 306). Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk, teknologi, dan seni. Instrumen yang dapat digunakan dalam penilaian produk adalah rubrik. Pengembangan produk meliputi tiga tahap yang perlu dinilai yaitu tahap persiapan dan perencanaan, pembuatan produk (proses) dan penilaian produk (apprasial).

Penilaian produk memiliki kelebihan yakni guru dapat menilai kreativitas peserta didik berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki, kompetensi peserta didik dapat diketahui secara objektif, peserta didik mempraktikkan ilmu yang diperoleh melalui pengalaman nyata, peserta didik dapat menelaah kembali materi yang telah diperoleh selama pembelajaran. Sedangkan kelemahan dari penilaian produk meliputi proses pembuatan menggunakan waktu yang relatif lama, tidak semua kompetendi dasar dapat dibuat sebagai suatu karya, biaya yang relatif mahal untuk karya tertentu, perbedaan kemampuan dasar peserta didik dan dapat terjadi subjektivitas dalam penskoran hasil produk (Kunandar 2015:306-307). d. Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang disarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu (Kunandar 2015:293). Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Isi atau hasil produk peserta didik yang dapat dinilai


(64)

dengan portofolio adalah: laporan hasil proyek,penyelidikan atau praktik; gambar atau laporan hasil pengamatan; analisis situasi yang relevan; deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah; laporan hasil penyelidikan tentang hubungan natar konsep; penyelesaian soal – soal terbuka; hasil tugas pekerjaan rumah yang khas; laporan kerja kelompok; hasil kerja peserta didik yang diperoleh dengan alat rekam (video,audio, komputer); fotokopi piagam; hasil karya peserta didik dalam mata pelajaran tertentu; cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan peserta didik terhadap mata pelajaran;cerita tentang usaha peserta didik dalam mengatasi hambatan psikologis; dan laporan sikap peserta didik terhadap pelajaran (Kunandar 2015:294-295).

Widoyoko (dalam Kunandar 2015:296) penilaian portofolio memiliki beberapa prinsip yaitu: 1) prinsip penilaian proses dan hasil belajar; 2) prinsip penilaian berkala dan berkelanjutan; 3) prinsip penilaian yang adil. Penilaian portofolio bermanfaat sebagai bukti yang lengkap tentang kinerja siswa, dapat menggambarkan kemampuan siswa serta merupakan catatan panjang mengenai kemajuan siswa. Portofolio merupakan suatu komponen yang dapat dijadikan alaternatif dalam penilaian karena merupakan suatu koleksi hasil karya siswa yang menunjukkan usaha dan perkembangan kemajuan belajar siswa dan memberikan informasi yang lengkap dan obyektif sehingga dapat membuat siswa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya (Fazila 2014:143).

Portofolio memiliki kelebihan yaitu: 1) guru dapat mengetahui perkembangan peserta didik secara individual; 2) peserta didik tidak perlu menunggu peserta didik lain untuk menyelesaikan kompetensi dasar yang telah


(65)

49

ditentukan; 3) memudahkan guru menentukan solusi bagi anak berkesulitan belajar; 4) memotivasi kemandirian peserta didik; 5) mendorong terjadinya perubahan paradigma penilaian (proses lebih penting dari pada hasil); 6) adanya akuntabilitas; 7) peserta didik dapat menghargai hasil karya peserta didik lainnya (Kunandar 2015:298).

Penilaian portofolio memiliki beberapa kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama, sulit dilakukan pada kelas gemuk, kurangnya tempat penyimpanan hasil karya peserta didik, sulit memantau kejujuran peserta didik, dan terlalu banyak variasi instrumen (Kunandar 2015:299).

e. Tertulis

Penilaian tertulis digunakan untuk menilai kompetensi keterampilan, seperti menulis karangan, menulis laporan, dan menulis surat.

2.1.4 Hakikat IPS 2.1.4.1Pengertian IPS

Mulyono (dalam Taneo 2008:1-8) memberi batasan IPS bahwa IPS sebagai pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Gunawan (2013:46) mengadopsi pengertian IPS dari NCSS (National Council for Social Studies) sebagai berikut:

Social studies is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school program,


(1)

241

Gambar 13. Siswa SDN 1 Banaran mengerjakan evaluasi

Gambar 14. Guru SDN 1 Banaran menuliskan lembar kerja kelompok di papan tulis


(2)

242

Gambar 15. Siswa SDN 1 Banaran mengerjakan evaluasi


(3)

243

Gambar 17. Siswa SDN Krempong mendengarkan penjelasan guru

Gambar 18. Siswa SDN krempong melaksanakan remedial dengan guru secara langsung di kelas


(4)

244

Gambar 19. Gedung Sekolah SDN 1 Muncar


(5)

245

Gambar 19. Gedung Sekolah SDN 2 Sucen


(6)

246


Dokumen yang terkait

ASESMEN PEMBELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI GUGUS GEMILANG KECAMATAN GEMAWANG KABUPATEN TEMANGGUNG

0 15 24

PEMANFAATAN SARANA PRASARANA DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS KELAS V DI SD NEGERI GUGUS LARASATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

4 32 215

PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS KTSP KELAS V SD NEGERI GUGUS SADEWA KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

0 16 256

Peningkatan Keterampilan Memainkan Musik Ansambel melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Gemawang Temanggung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Gugus Jayabaya Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung T2 942012018 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Gugus Jayabaya Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung T2 942012018 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Gugus Jayabaya Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Gugus Jayabaya Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung

0 0 6

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD SE-GUGUS SADEWA KECAMATAN TEMANGGUNG.

0 0 90

FAKTORFAKTOR PENGHAMBAT SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BERMAIN PIANIKA DI SD NEGERI GUGUS GAJAH MADA KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

0 1 75