Kajian Psikologi Sastra Dan Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy Sutrimah S841108030

(1)

commit to user

i

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

TESIS

UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMencapaiDerajat Magister Program StudiPendidikanBahasa Indonesia

Oleh : Sutrimah S841108030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013


(2)

commit to user

ii

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Oleh Sutrimah S841108030

TESIS

DisusununtukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMencapaiDerajat Magister Program StudiPendidikanBahasa Indonesia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul “Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan Novel

CintaSuci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain

harus seizin dan menyertakan pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapat sanksi akedemik yang berlaku.

Surakarta,...Januari 2013 Yang membuat pernyataan

Sutrimah S841108030


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk menempuh derajat magister pada Program Studi S2 PendidikanBahasa Indonesia PPS UNS.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak.Olehkarenaitu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan memberikan apresiasi secara tulus kepada semua pihak, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S., DirekturProgram Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan tesis;

2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S2

Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS yang telah memberikan izin penulisan dan memberikan kesempatan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar;

3. Prof. Dr Retno Winarni, M.Pd., selaku pembimbing I, atas segala

bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik;

4. Dr. Nugraheni Eko Wardhani, M.Hum., selaku pembimbing II, atas segala

bimbingan dan bantuannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepatwaktu;

5. Ayahanda Syakur dan Ibunda Kanipah yang telah memberikan doa restu


(7)

commit to user

vii

6. Suamiku tercinta, Sholikin yang dengan setia, penuh kasih saying dan

kesabaran membantu setiap langkah yang ditempuh sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan

2011/2012 PPS UNS, yang telah berjuang bersama dengan tiada henti saling memotivasi sehingga perkuliahan ini terasa sangat menyenangkan dan dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kaarya yang lebih baik.

Surakarta,...Januari 2013


(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Sutrimah, NIM S841108030. Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., II: Dr. Nugraheni Ekowardani, M. Hum. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta2012.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menjelaskan penokohan novel Cinta Suci Zahrana; (2) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana; (3) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan konflik kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana; (4) untuk mendeskripsikandan menjelaskan nilai pendidikan novel Cinta Suci Zahrana.

Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme dan aspek psikologi watak dengan metode deskriptif kualitatif dan strategi content analysis (analisis isi). kegiatan yang dilakukan adalah membaca, mencermati, menafsirkan, dan menganalisis novel Cinta Suci Zahrana.Sumber data dalam penelitian ini adalah: (1) teks, novel Cinta Suci Zahrana; (2) catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan bagaian refleksi. Bagian deskripsi merupakan usaha untuk merumuskan objek dan yang diteliti, sedangkan bagian refleksi merupakan renuangan pada saat penelaahan; (3) dan buku-buku literarur yang relevan. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan metode telaah. Metode dokumentasi dilaksanakan untuk mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyampaikan informasi untuk dapat mengkaji data selanjutnya. Sedangkan metode analisis dokumen dilaksanakan untuk menganalisis dokumen yang berupa data-data dalam novel , dan buku-buku yang relevan dengan penelitian untuk menggali data.

Kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu: (1) penokohan digambarkan secara jelas melalui cerita atau dialog yang dilakukan antar tokoh (2) kejiwaan tokoh yang ada dalam tokoh adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan disayangi dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri; (3) konflik yang dialami tokoh adalah konflik antara tokoh dengan batinnya; (4) novel Cinta Suci Zahrana sarat akan nilai pendidikan yang terdiri dari nilai pendidikan agama yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya, nilai moral yang mengatur baik buruknya perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama, nilai pendidikan sosial yang menunjukkan rasa peduli antarmanusia satu dengan yang lain; nilai estetis menunjukkan nilai-nilai yang menjadi penghargaan kaitannya dengan nilai agama, nilai soaial, dan nilai budaya, dan nilai pendidikan budaya yang menunjukkan kebiasaan dan cara pandang masyarakat.


(9)

commit to user

ix

ABSTRACT

Sutrimah, NIM S841108030. The Study of Literature Psychology and Educational Valuesin Novel Entitled Cinta Suci Zahrana Written by Habiburrahman El Shirazy. THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., II: Dr. Nugraheni Eko Wardani, M. Hum. Indonesian Education Study Program, Graduate School, Sebelas Maret University of Surakarta 2012.

This study aims to (1) describe and explain the characterizations of novel Cinta Suci Zahrana, (2) to describe and explain the psychology of characters in the novel Cinta Suci Zahrana, (3) to describe and explain the psychological conflict of novel Cinta Suci Zahrana, (4) to describe and explain the educational value of novel Cinta Suci Zahrana.

The form of this research is descriptive qualitative approach of structuralism and the psychology of the character with a qualitative descriptive methods and strategies of content analysis (content analysis). Events are staged reading, observing, interpreting, and analyzing novel Cinta Suci Suci Zahrana.Sources of data in this study were: (1) text, novel Cinta Suci Zahrana, (2) field notes consisting of two parts, namely the description and this part of the reflection. Description is section to attempt to formulate a description of objects and studied, while the reflection is reflection during the analysis, (3) and relevant literary books. Data collection techniques and methods of study is documentation method. Documentation methods were implemented to collect, sort, process, and communicate information to examine the data further. While the method of document analysis was conducted to analyze the document data in the form of novels, and books that are relevant to the research to explore data.

The conclusion of this research, namely: (1) the characterizations are clearly depicted through the story or the dialogue between characters (2) in the psychological aspects of the characters are physiological needs, safety, dear and beloved needs, self-esteem needs, and self-actualization needs, (3) conflicts experienced leaders with the conflict between their inner character, (4) Cinta Suci Zahrananovel is full of educational values which consists of the value of religious education that explains the human relationship with God, moral values that govern the behavior of the good and bad in relation to fellow human beings, the social value of education show a sense of human caring with one another; aesthetic value shows the values of the award related to religious values, socialist values, and cultural values, cultural and educational values that show the habits and

outlook society.

Keywords: Novel, Characters and Characterizations, the Literature Psychology, and the Value of Education.


(10)

commit to user

x

MOTTO

“Keberhasilan yang diraih pada hari ini adalah awal dari keberhasilan yang ingin di capi selanjutnya”


(11)

commit to user

xi

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Ayahanda dan Ibundaku tercinta Suamiku dan segenap keluarga besarku


(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………. ii

PERSETUJUAN……….. iii

PENGESAHAN……… .. iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI……… ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRA ... viii

ABSTRACT ... ix

MOTTO ... x

PERSEMBAHAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 5


(13)

commit to user

xiii

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Hakikat Novel ... 8

a. Pengertian Novel ... 8

b. Struktur Novel ... 11

1. Unsur Intrinsik ... 13

a. Tema... 13

b. Tokoh dan Penokohan ... 14

c. Alur ... 18

d. Sudut Pandang... 20

e. Latar ... 21

2. Unsur Ekstrinsik ... 22

a. Latar Sosial Budaya ... 22

b. Amanat ... 23

c. Biografi Pengarang ... 25

d. Proses Kreatif Pengarang ... 25

2. Hakikat Psikologi Sastra ... 26

a. Pengertian Psikologi Sastra ... 26

b. Fokus Penelitian Psikologi Sastra ... 30

c. Tokoh Psikologi Sastra ... 31


(14)

commit to user

xiv

2. Psikologi Sastra Abraham Maslow ... 32

3. Psikologi Julia Kristeva ... 34

3. Hakikat NilaiPendidikan ... 35

a. Pengertian Nilai... 35

b. Pengertian Pendidikan... 36

c. Nilai Pendidikan dalam Novel ... 37

1. NilaiPendidikanAgama/ religi... 38

2. Nilai Pendidikan Moral ... 40

3. Nilai Pendidikan Sosial ... 41

4. Nilai Pendidikan Estetis ... 42

5. Nilai Pendidikan Budaya ... 43

6. NilaiPendidikanKarakter ... 44

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 50

B. Pendekatan Penelitian ... 51

C. Data dab Sumber Data ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Validitas data... 53

F. Teknik Analisis Data ... 53


(15)

commit to user

xv

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana... 57

2. KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 73

3. Konflik KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 82

4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana ... 83

B. Pembahasan ... 91

1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana... 91

2. KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 95

3. KonflikKejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 97

4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana ... 98

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 105

A. Simpulan... 105

1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana………... 105

2. KejiwaanTokohNovel Cinta Suci Zahrana... 106

3. Konflik KejiwaanNovel Cinta Suci Zahrana... 107

4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana... 107

B. Implikasi... 109

C. Saran... 112


(16)

commit to user

xvi

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

No. Nama Halaman

1.1 Hubungan Pengarang dengan Pembaca………. 24

1.2 Hubungan Pengarang, Amanat, dan Pembaca Terkait dengan

Teks... 24 .

2.1 Kerangka Berpikir... 49

DAFTAR TABEL

No. Nama Halaman


(17)

commit to user

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan tempat pelampiasan ekspresi diri seseorang. Sastra bersifat bebas bagi siapapun, karena tidak ada batasan dalam sastra. Siapapun diperbolehkan ikut ambil bagian dalam sastra. Di dalam perkembangan sastra manusialah yang sangat berperan. Manusia mempunyai tanggung jawab penuh dan peran yang sangat penting. Tidak ada sastra yang lahir tanpa campur tangan dari manusia. Sastra akan berkembang jika masyarakatnya mempunyai daya kreasi. Kreasi adalah ulah cipta yang murni, menciptakan sesuatu yang belum pernah ada, di mana pun di masa apapun, di samping kreativitas murni yang kondisional yang masih diukur dengan tempat dan waktu. Berdasarkan kenyataan itu, manusia berperan aktif dalam sastra yakni, sebagai pencetus ide atau gagasan. Manusia dapat menciptakan karya sastra karena adanya kehidupan. Oleh karena itu, antara manusia, karya sastra dan kehidupan berjalan beriringan. Ketiganya mempunyai hubungan timbal balik yang saling berpengaruh. Dengan demikian, terlihat jelas bahwa manusia merupakan pendukung utama dan pelaku utama yang menentukan kehidupan sastra.

Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk

mengungkapkan dirinya dan menaruh perhatian pada dunia realitas yang berlangsung setiap waktu dan setiap zaman. Sastra diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi pembacanya, karena tujuan utama dari sebuah karya satra adalah memberikan kesan estetik dan kepuasaan.


(18)

commit to user

Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang diterima kehadirannya dalam kehidupan manusia sebagai salah satu realitas sosial budaya. Sebagai realitas sosial budaya sastra merupakan gambaran atau cerminan kehidupan manusia secara nyata. Berdasarkan hal itu, tidak mustahil ada persamaan tokoh dan cerita dengan kehidupan nyata. Namun, dalam suatu sastra tokoh dan cerita itu diolah dengan daya imajinasi yang tinggi dan sengaja dibuat untuk menarik perhatian masyarakat sebagai sasaran utama karya sastra.

Prosa fiksi sebagai salah satu jenis karya satra banyak menghadirkan cerita-cerita yang mengangkat masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan dirinya sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Meskipun fiksi merupakan hasil khayalan, tidak benar jika fiksi sebagai hasil lamunan semata. Melainkan dilakukan dengan penghayatan dan perenungan secara teratur. Perenungan yang dilakukan terhadap kehidupan serta perenungan yang dilakukan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang termasuk dalam prosa fiksi. Menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani (2009: 1) prosa fiksi yaitu jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi. Imajinasi merupakan daya khayal pengarang yang dituangkan dalam cerita. Meskipun berasal dari proses imajinasi pengarang, prosa fiksi terutama novel juga terbentuk melalui pengalaman pengarang yang dituangkan dalam cerita. Jadi, pada dasarnya novel merupakan salah satu jenis prosa fiksi yang melibatkan pengalaman


(19)

commit to user

pengarang berdasarkan kenyataan yang ada. Pengalaman pengarang itu kemudian dituangkan ke dalam cerita dalam novel melalui tokoh-tokoh yang ada dalam novel. Cerita akan muncul jika ada suatu konflik atau masalah. Masalah yang muncul bisa berupa masalah sosial, perbedaan cara pandang, tekanan batin yang dialami tokoh, atau masih banyak masalah yang bisa dimunculkan. Berdasarkan hal itu, maka perlu adanya pemaparan tentang penokohan yang ada dalam novel hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tokoh beserta karakter yang dimilikinya. Untuk memunculkan masalah pada tokoh utama membutuhkan tokoh-tokoh lain sehingga masalah yang muncul menjadi menarik. Cerita akan menarik jika disajikan dengan menceritakan hidup para pelakunya secara luar biasa. Penulis berimajinasi dengan penuh untuk menciptakan cerita dengan karakter para tokohnya yang melekat.

Novel dibangun oleh dua unsur yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam novel itu sendiri yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, setting, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar novel, seperti aspek psikologi, sosiologi, dan biografi pengarang. Dalam menganalisis sebuah novel terlebih dahulu yang harus dianalisis adalah unsur intrinsik. Karena untuk menganalisis unsur ekstrinsik dibutuhkan analisis unsur intrinsik. Unsur intrinsik yang menjadi tinjauan kajian penelitian adalah penokohan dengan memanfaatkan unsur ekstrinsiknya pada aspek psikologi. Berdasarkan hal itu, ada hubungan antara sastra dengan psikologi sastra yang meliputi hubungan psikologi watak tokoh dalam karya sastra,


(20)

commit to user

psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra, dan psikologis penulis ketika melakukan proses kreatif. Oleh sebab itu, unsur intrinsik merupakan unsur yang sangat penting dalam menentukan sebuah isi novel.

Pendekatan psikologi sastra digunakan untuk mengkaji novel Cinta Suci Zahrana karena sebuah novel diciptakan pengarang dengan tokoh dan karakter yang melekat. Dalam hal ini, tokoh dicipakan pengarang dengan keadaan jiwa tertentu ketika menghadapai masalah. Selain itu, novel Cinta Suci Zahrana sarat akan keadaan jiwa tokoh yang mengalami masalah dengan dirinya sendiri.

Pada dunia pendidikan novel juga menjadi salah satu materi yang dibahas dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Dalam dunia pendidikan novel dibahas panjang lebar mengenai unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Namun, yang paling penting dalam materi novel di sekolah adalah nilai-nilai yang dapat dipetik yaitu nilai pendidikan. M. Marshanda Soenarsyah Hady (2006: 42) pendidikan dalam arti luas bertujuan untuk menjadikan si pendidik berkemampuan tentang ilmu, olah seni, iman taqwa dan terwujud dengan budi pekerti yang luhur sebagai amaliyah.

Cinta Suci Zahrana adalah sebuah novel yang menceritakan seorang gadis yang sangat ambisius untuk meraih pendidikan tinggi, gelar, serta berbagai penghargaan dunia. Tetapi, dengan segala ambisius yang ingin dicapainya dia justru melupakan pernikahan sampai usianya menginjak tiga puluh empat tahun sehingga hatinya bergejolak. Cerita dalam novel Cinta Suci Zahrana sangat relevan dengan keadaan sekarang. Karena itu, mendekati novel Cinta Suci


(21)

commit to user

Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy digunakan pendekatan psikologi sastra dengan memanfaatkan teks.

Sebagai penulis Habiburrahman El-Shirazy memasukkan nilai-nilai pendidikan melalui tingkah laku, sikap, dan kepribadian melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Hal ini ditujukan agar pembaca mampu memahami nilai-nilai yang terkandung dalam novel untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Habiburrahman El Shirazy adalah novelis asal Semarang dengan berbagai karya yang sudah diakui keberadaannya. Sebagai seorang novelis Habiburrahman El Shirazy menjadi sastrawan peraih penghargaan Sastra Nusantara tingkat Asia Tenggara. Sebagian besar novel yang ditulisnya adalah novel pembangun jiwa seperti novel Cinta Suci Zahrana, Bumi Cinta, Cinta Suci Zahrana, Ayat-ayat Cinta dan masih banyak novel karya-karyanya sebagai pembangun jiwa. Sebagai sebuah novel pembangun jiwa novel Cinta Suci Zahrana mampu mendorong penikmat novel untuk tetap bersemangat dan berusaha dalam keadaan apa pun demi sebuah cita-cita yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat disajikan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penokohan novel Cinta Suci Zahrana karya

Habiburrahman El Shirazy?

2. Bagaimanakah kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana karya


(22)

commit to user

3. Bagaimanakah konflik kejiwaan yang dialami tokoh novel Cinta Suci

Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy?

4. Bagaimanakah nilai pendidikan yangterkandung dalam novel Cinta

SuciZahrana Karya Habiburrahman El Shirazy?

C. Tujuan Penelitian

Dalam tujuan penelitian dibedakan adanya dua tujuan yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy dengan pendekatan psikologi sastra.

2. Tujuan Khusus.

Dalam menentukan tujuan khusus harus mengacu pada rumusan masalah yang sudah disajikan. Dengan demikian, tujuan khusus dalam menganalisis novel Cinta Suci Zahranakarya Habiburrahman El Shirazy adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan dan mennjelaskan penokohan novel CintaSuci

Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.

b. Mendeskripsikan dan menjelaskan kejiwaan tokoh novel Cinta Suci

Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.

c. Mendeskripsikan dan menjelaskan konflik kejiwaan yang dialami tokoh

novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.

d. Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai pendidikan dalam novel Cinta


(23)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teori manfaat penelitian ini untuk melengkapi khasanah teori yang terkait dengan pembelajaran sastra. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam mengapresiasi novel dan memberikan semangat kepada penikmat karya sastra secara mendalam.

2. Manfaat Praktis

Pertama, bagi lembaga pendidikan memiliki manfaat sebagai wadah yang mampu menampung ekspresi siswa dan memberikan nilai-nilai yang bersifat mendidik untuk diemplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, bagi masyarakat umum yakni sebagai bahan bacaan yang menghibur dan memiliki manfaat sebagai intropeksi diri.


(24)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Burhan Nurgiyantoro (1995: 8) karya sastra pada dasarnya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu prosa, puisi, dan drama. Karya sastra jenis prosa biasanya diungkapkan melalui bentuk fiksi atau cerita rekaan. Herman J. Waluyo (2011: 1) prosa fiksi yaitu jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi. Pendapat lain mengatakan The present English (and Spanish) word derives from the Italian novella for "new", "news", or "short story of something new", itself from the Latin novella, a singular noun use of the neuter plural of novellus, diminutive of novus,

meaning "new" (Juan, 1824: 163). Dalam hal ini dikatakan bahwa istilah novel

berasal dari Italia yang berarti “baru”. Sedangkan menurut bahasa Latin novel berasal dari kata novellus yang berarti “baru”. Pengertian ini dikatakan karena sebelum adanya novel orang-orang Italia dan Latin lebih dulu mengenal istilah roman.

Fiksi berarti “fiction” yang artinya hasil khayalan atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Meskipun prosa fiksi merupakan hasil khayalan sebenarnya prosa fiksi adalah hasil imajinasi pengarang yang melibatkan kehidupan nyata. Jadi, tidak sepenuhnya benar jika fiksi merupakan hasil khayalan semata, prosa


(25)

commit to user

fiksi adalah hasil imajinasi pengarang dengan kreatifitas yang tinggi berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialami pengarang dalam kehidupan nyata.

Berbicara karya sastra yang berbentuk novel, banyak para ahli yang memberikan definisi tentang pengertian novel. Dalam mengulas pengertian novel, tidak dapat dijauhkan dari pengaruh roman. Menurut Herman J. Waluyo (2011: 3) roman adalah prosa fiksi yang melukiskan sebagian besar kisah tokoh yang biasanya dilukiskan sampai mati. Roman sebagai bentuk cerita yang melukiskan kehidupan dengan berbagai pengalaman penulis yang dituangkan. Karakter fiksi yang melekat dalam roman tidak sepenuhnya benar. Hal ini disebabkan, dalam cerita yang disajikan berkaitan dengan kenyataan hidup manusia pada umumnya.

Berkenaan dengan pengertian roman dan novel menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani (2009: 4),

Pada angkatan 45 dan seterusnya jenis prosa fiksi yang disebut roman lazim dinyatakan sebagai novel. Hal ini boleh jadi menjadi kesepakatan umum, penyebutan karya sastra dengan roman dirasakan tidak sesuai karena kepanjangan cerita yang tidak sama lagi dengan roman-roman tahun 1920-an dan 1930-an. Namun demikian, karya-karya tahun 1930-an masih disebut roman.

Penyebutan istilah antara roman dan novel mengalami perubahan. Oleh karena itu, penyebutan novel untuk saat ini lebih lazim. Mengacu pada uraian tersebut masih menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani (2009: 3), novel adalah bentuk prosa fiksi yang paling baru dalam karya sastra Indonesia karena baru ditulis sejak tahun 1945-an oleh Idrus, lewat novelnya yang berjudul


(26)

commit to user

Aki. Di masa sekarang ini tidak akan dijumpai prosa fiksi yang berbentuk roman, tetapi yang bisa dijumpai adalah prosa fiksi yang berbentuk novel.

Sementara itu, pengertian novel menurut Alang Khoirudin

(2007:683)novel adalah bentuk karangan yang lebih pendek dari roman dan lebih panjang dari cerpen. Berdasarkan pengertian novel menurut Alang Khoirudin, novel dan roman memiliki perbedaan pada bentuknya yakni, menurut panjang dan pendeknya.Untuk itu, perlu diulas tentang pengertian cerpen.

Pengertian cerpen menurut AcepYonny (2002:26) merupakan karya sastra yang menceritakan bagian suatu peristiwa atau kejadian sesaat yang dianggap penting dan menarik. Sehingga dalam cerpen cerita yang disajikan tidak secara utuh dan tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelakunya. Selanjutnya, menurut Kurniawan (2002:4)novel adalah fiksi yang menceritakankejadian luar biasa para pelakunya sehingga terjadi konflik yang menimbulkan perubahan nasib.Novel merupakan cerita fiksi yang menceritakan watak pelakunya secara utuh melalui kejadian luar biasa sehingga menimbulkan masalah atau konflik dan menyebabkan terjadinya perubahan nasib dari pelakunya.Jadi, novel terdapat konflik yang menimbulkan perubahan nasib pelakunya.

Berikutnya istilah novel juga disampaikan oleh Beach (1982: 90) yang menyatakan bahwa:

Novel is a long work of fiction that contain more than 10000 words. It is more complex because it has more incidents, setting, character, and may take place in a long span of time. I may have more than one theme and more conflicts. Novel tends to expands and it is very complex in it’s structure. It does not finish to be read once a seat as a short story because it’s length develops the character’s problem.


(27)

commit to user

Novel diartikan sebagai cerita fiksi panjang lebih dari 10.000 kata. Novel lebih bersifat kompleks karena mempunyai banyak peristiwa, setting, karakter, dan latar tempat yang memiliki kemungkinan diambil dalam waktu yang lama. Penulis dalam menulis novel memiliki satu tema dengan banyak konflik.

Novel memiliki tendensi untuk memperluas diri sehingga sangat kompleks dalam strukturnya. Novel tidak dapat diselesaikan atau di baca dalam sekali duduk seperti halnya cerpen, karena di dalam novel memiliki perkembangan di berbagai permasalahan dalam ceritanya.

Berdasarkan pengertian novel yang sudah ada, maka novel adalah jenis prosa fiksi hasil imajinasi pengarang yang menceritakan kehidupan para pelakunya secara luar biasa sehingga menimbulkan konflik dan menyebabkan

perubahan nasib para pelakunya.

b. Struktur Novel

Burhan Nurgiyantoro (1995: 23) mengemukakan bahwa:

Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas itu disamping unsur formal bahasa, masih banyak lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walau pembagian ini tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.

Berdasarkan pendapat Burhan Nurgiyantoro tersebut, novel dibangun oleh dua unsur yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu


(28)

unsur-commit to user

unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar.

Forster (1980: 19-136) membahas unsur-unsur novel menjadi enam, yaitu: (1) cerita; (2) manusia; (3) plot; (4) khayalan: (5) ramalan; dan (5) irama. Tokoh sastra yang juga membahas unsur-unsur novel adalah Marjorine Boulton (1979: 29-145) menguraikan unsur-unsur novel menjadi enam yaitu; (1) point ofview; (2) plot; (3) character; (4) percakapan; (5) latar dan tempat kejadian; dan (6) tema yang dominan.

Reid (1987: 54-59) menyatakan unsur-unsur dalam struktur cerita rekaan harus menjalin satu kesatuan atau unity yang meliputi: (1) unity ofimpression; (2) moment crisis; dan (3) symmetri of design. Dalam cerita pendek pembaca harus memiliki impresi terkait dengan konflik yang dibangun oleh pengarang agar cerita mencapai puncaknya. Kaitannya dengan cerita bahwa, untuk menampilkan cerita yang menarik bagian-bagian dari cerita itu harus seimbang, tidak ada yang ditampilkan secara menonjol, sedangkan bagian yang lain kurang dalam penceritaan.

Steinmann dan Willen (1966: 127) menyebut unsur-unsur fundamental fiksi sebagai berikut: (1) struktur, yang meliputi: (a) character; (b) incident; (c) scene or episode; (d) setting; dan (e) a brief span of time. (2) style, yang terdiri dari: (a) tone; (b) point of view; dan (c) kombinasi keduanya menghasilkan efek (in effect achieved).


(29)

commit to user

Pembahasan unsur fiksi model Martin dan Gerald hampir sama dengan pembahasan tokoh-tokoh lain. Dua unsur penting yang ditekankan yaitu, struktur dan style, serta masing-masing terdiri dari unsur-unsur yang lebih sempit lagi.

Berdasarkan pada pendapat tokoh-tokoh sastra diatas tentang unsur-unsur dari struktur novel, telaah struktur novel akan dibatasi pada unsur yang berkaitan dengan kajian novel dengan pendekatan psikologi sastra. Dalam kajian novel dengan pendekatan psikologi sastra ditekankan pada unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik yang menjadi penekanan adalah tokoh dan penokohan terkait dengan psikologi dari tokoh-tokoh tersebut.Sedangkan psikologi masuk dalam ranah segi ekstrinsik novel.

1. Unsur Intrinsik

a. Tema

Tema cerita atau yang biasa juga disebut pokok cerita menurut Herman J. Waluyo (2011: 7) adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi. Tema cerita mungkin dapat diketahui oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul, namun yang banyak adalah melalui proses pembacaan terhadap karya sastra. Dalam menentukan tema sebuah karya sastra tidak langsung bisa ditebak tanpa proses membaca karena dalam menentukan tema sebuah karya sastra harus sama antara satu orang dengan orang yang lain sehingga harus memahami secara benar isi cerita yang disajikan oleh pengarang. Sementara itu, menurut Suminto A. Sayuti (1996: 118) berpendapat bahwa tema ialah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Berdasarkan kedua pengertian tema diatas dapat disimpulkan bahwa tema adalah dasar cerita atau pokok cerita yang berfungsi sebagai pusat


(30)

commit to user

keseluruhan penggambaran cerita secara umum berdasarkan cara pandang pembaca secara sama antara satu orang dengan orang lain.

b. Penokohan

Dalam berbagai pembicaraan yang membahas karya fiksi sering istilah tokoh dan penokohan disamakan. Sebenarnya tokoh merujuk pada orang atau pelaku dalam cerita sedangkan penokohan merujuk pada tokoh beserta watak dalam cerita.

Herman J. Waluyo (2011: 19-20) membagi tokoh menjadi beberapa bagian yakni: (a) tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung jalannya cerita sebagai tokoh yang mendatangkan simpati atau tokoh baik; (b) tokoh antagonis adalah tokoh yang menentang arus cerita atau yang menimbulkan perasaan antipati pada diri pembaca; (c) tokoh sentral adalah tokoh yang kemunculannya mendominasi dalam cerita; dan (d) tokoh bawahan atau tokoh sampingan adalah tokoh yang dijadikan latar belakang dalam cerita.

Hal yang hampir sama dikemukan oleh Burhan Nurgiyantoro (1995: 176-194) yang membagi tokoh menjadi beberapa bagian yakni: (a) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan; (b) tokoh protagonis adalah tokoh baik yang mendatangkan rasa suka pada diri pembaca; (c) tokoh antagonis adalah tokoh penyebab konflik atau yang bisa disebut beroposisi dengan tokoh protagonis; (d) tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu watak tertentu saja; (e) tokoh bulat adalah tokoh yang menampilkan berbagi watak dan dan tingkah laku bermacam-macam; (f) tokoh statis adalah tokoh yang memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tak


(31)

commit to user

berkembang sejak awal sampai akhir cerita; dan (g) tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan dan perubahan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan.

Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi keterjalinannya dapat dilihat dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan merupakan sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti berjalan secara harmonis dan saling melengkapi dengan berbagai unsur lain (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 172). Yang dimaksud perwatakan atau penokohan disini adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut. Hal ini berarti bahwa, ada dua hal penting yang terkait dengan penokohan. Yang pertama berhubungan dengan teknik penyampaian dan yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian.

Penampilan dan penggambaran tokoh harus mendukung watak tokoh. Apabila penggambaran tokoh dalam cerita kurang selaras dengan watak yang dimiliki maka hal ini akan mengurangi bobot cerita. Watak tokoh juga harus relevan dengan elemen cerita yang lain. Disamping itu, juga harus relevan dengan cerita (Herman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani, 2009: 28). Karena pada dasarnya tokoh dapat dikenali oleh pembaca jika penulis mampu menggambarkan tokoh tersebut dengan baik.

Sementara itu, antar seorang tokoh dengan perwatakan yang dimillikinya memang merupakan kejadian yang utuh. Peneyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 165).


(32)

commit to user

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penokohan adalah gambaran jelas seseorang (tokoh) yang ditampilkan pengarang dalam sebuah cerita fiksi terkait dengan watak yang dimiliki.

Tokoh dalam karya fiksi bersifat tiga dimensi, yakni fisiologis, sosiologis, dan psikologis (Wiyatmi, 2006: 30). Definisi fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka dan sebagainya. Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan didalam masyarakat, pendidikan, agama, aktivitas sosial, pandangan hidup, dan sebagainnya. Dimensi psikologis meliputi mentalis, ukuran moral, keinginan, dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan, serta intelektuallitasnya. Segi psikis merupakan faktor utama dalam menggambarkan watak tokoh. Watak ini dapat dilukiskan dengan cerita (deskripsi dan narasi), dapat juga diperhidup dengan dialog atau tingkah laku (Herman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani, 2008: 3).

Burhan Nurgiyantoro (1995: 194) membedakan dua teknik atau cara untuk melukiskan sifat, sikap, watak, dan tingkah laku tokoh yaitu: (1) teknik ekspositori (expository) dan;(2) teknik dramatik (dramatic). Teknik ekspositori adalah pelukisan watak tokoh cerita dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung melalui dialog antar tokoh atau langsung menceritakan watak yang dimiliki tokoh. Teknik dramatik pelukisan watak tokoh seperti yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sikap, sifat, serta tingkah laku. Hal ini mengharuskan pembaca untuk menebak watak tokoh.


(33)

commit to user

Hal yang hampir senada disampaikan oleh Zainudddin Fananie yang membagi cara untuk melukiskan watak tokoh menjadi dua bagian yaitu: (1) Melalui tampilan fisik dan; (2) pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan karakter tokohnya. Pengarang dapat mengungkapkan melalui gambaran fisikalnya, termasuk di dalamnya uraian mengenai ciri-ciri khusus yang dimiliki. Dalam hal ini, pengarang biasanya menguraikan pula secara rinci perilaku, latar belakang, keluarga, dan kehidupan tokoh pada cerita. Sementara itu, karakter dibangun melalui kebiasaan berpikir, cara pengambilan keputusan dalam menghadapi peristiwa kaitannya dengan masalah yang akan muncul dalam cerita, perjalanan karir, dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita. Hal ini semata-mata untuk menimbulkan kesan perwatakan yang dimiliki setiap tokoh dalam cerita.

Sementara itu, hal yang lebih panjang disampaikan oleh Herman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 32) yang menggambarkan watak tokoh dengan: (1) penggambaran secara langsung; (2) secara langsung dengan diperintah; (3) melalui pernyataan oleh tokohnya sendiri; (4) melalui dramatisasi; (5) melalui pelukisan terhadap keadaan sekitar pelaku; (6) melalui analisis psikis pelaku; dan (7) melalui dialog-dialog pelakunya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa untuk mengenali penokohan digunakan berbagai teknik misalnya, analitik, dramatik, atau gabungan antara analitik dan dramatik. Selain teknik tersebut bisa juga menggunakan teknik ekspositori dan dramatik. Sedangkan untuk menampilkan tokoh digunakan teknik deskripsi dan narasi.


(34)

commit to user

c. Alur

Alur cerita atau juga disebut plot menurut Herman J. Waluyo (2011: 9) adalah jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak peristiwa yang akan datang. Sedangkan menurut Suyitno (2009: 49) alur adalah sambung sinambungnya peristiwa berdasarkan sebab akibat.

Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 110) mengatakan alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orangyang menganggapnya sebagai hal yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Kejelasan alur, kejelasan antar peristiwa yang dikisahkan secara linier, akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang dibacanya

Berdasarkan pengertian alur menurut Herman J. Waluyo dan Burhan Nurgiyantoro alur adalah jalinan cerita yang disusun berdasarkan urutan waktu berdasarkan hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa atau kejadian sehingga cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

Herrman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 19) membagi alur menjadi: (a) alur garis lurus atau progresif atau alur konvensional; (b) alaur flashback atau sorot balik, atau alur regresif. Disamping kedua alur tersebut, masih terdapat jenis alur yang ketiga yaitu; (c) alur campuran yaitu pemakaian alur garis lurus dan flashback sekaligus dalam cerita fiksi.

Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 159-160) membagi alur berdasarkan kepadatannya menjadi dua, yaitu: (a) alur padat yaitu cerita diceritakan secara cepat, peristiwa terjadi secara susul-menyusul dengan cepat dan


(35)

commit to user

terjalin erat. Sehingga apabila ada salah satu cerita yang dihilangkan maka, cerita tidak dapat dipahami hubungan sebab- akibatnya; (b) alur longgar yaitu alur yang peristiwa demi peristiwanya berlangsung secara lambat.

d. Sudut Pandang

Menurut Kenny dalam Nugraheni Eko Wardani (2009: 43) point ofview sebagai pandangan yang dipergunakan sebagai sarana menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah fiksi kepada pembaca.

Sementara itu, Herman J, Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 37) mengatakan bahwa sudut pandang pengarang adalah teknik yang dipakai oleh pengarang untuk berperan dalam cerita. Dalam hal ini aapakah pengarang ikut ambil bagian , sebagai pengamat, atau sebagai orang ketiga.

Hal yang berbeda disampaikan oleh Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro (1995: 284) yang menjelaskan bahwa sudut pandang menunjuk pengertian pada sebuah cerita dilukiskan.

Lebih lanjut dikatakan oleh Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (1998: 82) bahwa sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Ada empat macam sudut pandang menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M yaitu: (a) omniscient point of view (sudut penglihatan yang berkuasa). Disini pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya; (b) objective point of view. Dalam teknik ini pengarang bekerja seperti dalam teknik omniscient, hanya pengarang sama sekali tidak memberi komentar apa pun. Pembaca hanya disuguhi “pandangan mata”; (c)


(36)

commit to user

sudut pandang orang pertama. Gaya ini bercerita dengan sudut

pandangan“Aku”.Jadi, seperti orang menceritakan pengalamannya sendiri karena tokoh “Aku” bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri; dan (d) i” oini of View. Peninjau dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita.

Sedangkan Suminto A. Sayuti (1996: 40) membagi sudut pandang menjadi empat jenis yaitu, (a) sudut pandang akuan-sertaan; (b) sudut pandang akuan-taksertaan; (c) sudut pandang diaan-mahatahu; dan (d) sudut pandang diaan-terbatas. Dari empat sudut pandang tersebut memiliki peran masing-masing, namun tidak menutup kemungkinan bahwa dalam sebuah novel pengarang menggunakan beberapa sudut pandang secara bersama-sama.

Di dalam sudut pandang akuan-sertaan, tokoh sentral cerita adalah pengarang yang secara langsung terlibat dalam cerita. Sementara itu, dalam sudut pandang akuann-taksertaan tokoh “Aku” biasanya hanya menjadi pembantu atau pengantar tokoh lain yang lebih penting. Pencerita pada umumnya hanya muncul di awal atau di akhir cerita saja (Suminto A. Sayuti, 1996: 101).

Pengarang di dalam sudut pandang diaan-mahatahu berada di luar cerita, pengarang berperan menjadi pengamat yang mahatahu, bahkan dapat berdialog langsung dengan pembaca. Sedangkan diaan-terbatas, pengarang menjadi orang ketiga, yakni sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya. Pengarang dengan kedudukannya sebagai orang ketiga henya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan tumpuan cerita (Suminto A. sayuti, 1996: 101).


(37)

commit to user

Berdasarkan pendapat diatas,sudut pandang atau pusat pengisahan adalah tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita yang digunakan pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita secara utuh untuk memperoleh totalitas cerita. Sudut pandang mewakili pengarang dalam menuturkan setiap kejadian yang ada dalam cerita.

e. Latar

Latar merupakan salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan, dianalisis, dan dinilai (Sugihastuti dan Suharto, 2002: 54). Latar memiliki fungsi untuk memberi konteks cerita. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami oleh tokoh di suatu tempat tertentu, pada suatu masa, dan lingkungan masyarakat tertentu.

Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 216) mengatakan lataradalah segala keterangan petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.

Hal yang senada disampaikan oleh Panuti Sudjiman (1991: 46) latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya dalam kenyataan.

Hal yang lebih rinci disampaikan oleh Herman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 34) yang mengatakan latar adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita dapat berkaitan dengan aspek fisik, sosiologis, dan aspek psikis.

Berdasarkan pengertian latar yang telah disampaikan maka, latar adalah aspek yang ada dalam cerita yang berkaitan dengan waktu, tempat, suasana, fisik,


(38)

commit to user

sosiologis, dan aspek psikis. Latar tempat juga memengaruhi jalan cerita, karena pada latar tententu akan memiliki cerita yang khas. Dan perlu diperhatikan bahwa latar dipengaruhi oleh latar belakang sosial penulis

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar atau bisa juga disebut sebagai faktor-faktor yang melatar belakangi penciptaan karya sastra. Zainuddin Fannanie (2002: 77) mengatakan bahwa unsur-unsur ektrinsik yang paling penting adalah bagaimana pengarang mampu mengintegrasikan faktor ekstrinsik menjadi satu kesatuan cerita yang mampu menumbuhkan konflik-konflik yang menarik dan aktual, penuh ketegangan dan mampu memancing keinginan pembaca. Berdasarkan pendapat Zainuddin Fannanie tersebut maka unsur ekstrinsik tidak terlepas dari faktor struktur intrinsik karya sastra.

Unsur-unsur ekstrinsik tersebut meliputi: (1) latar sosial budaya;(2) amanat;(3) biografi pengarang;dan (4) proses kreatif penciptaan karya sastra.

a. Latar sosial budaya

Burhan Nurgiyantoro (1995: 234) mengatakan bahwa untuk mengangkat latar tempat tertentu ke dalam karya fiksi, pengarang perlu menguasai medan, hal tersebut juga berlaku untuk latar sosial tepatnya sosial budaya. Berdasarkan pendapat Burhan Nurgiyantoro tersebut, latar sosial budaya dapat diketahui jika diketahui latar tempat dan waktu dalam suatu karya sastra. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa, latar sosial budaya yang mewakili kelompok masyarakat tertentu turut memengaruhi sebuah novel yang tidak lepas dari


(39)

commit to user

keadaan sosial budaya pengarang terhadap cerita yang disampaian.Dengan menyampaikan cerita sesuai latar belakang pengarang, maka akan terjadi kesinambungan cerita.

b. Amanat

Panuti Sudjiman (1988: 57) mengatakan bahwa amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat itu bersifat implisit dan eksplisit. Implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh yang menjelang akhir cerita. Sedangkan eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya.

Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (1995: 336) mengemukakan bahwa dalam sebuah novel sering ditemukan adanya pesan yang tersembunyi, namun ada juga yang disampaikan secara langsung dan terkesan ditonjolkan pengarang. Bentuk penyampaian pesan moral yang ditonjolkan secara langsung identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling atau penjelasan expository.

Dari beberapa pengertian amanat yang disampaikan dapat ditarik kesimpulan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca yang bersifat mendidik, baik itu disampaikan secara langsung ataupun secara sembunyi (jika tidak secara langsung diucapkan).

Dalam kaitannya dengan amanat pengaranglah yang sangat berperan penting karena dalam menyampaikan amanat pengarang berusaha sekuat tenaga menyampaikan amanat kedalam cerita yang ditulisnya agar penikmat novel atau


(40)

commit to user

pembaca novel mampu menangkap makna tersebut, makna itu nantinya akan dijadikan sebagai bahan acuan dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan. Hubungan antara pengarang, amanat, dan pembaca nampak pada gambar berikut ini.

pengarangamanat pembaca

Gambar 1.1 Hubungan Pengarang dengan Pembaca

Berdasarkan gambar tersebut maka, dalam menulis sebuah karya sastra, pengarang menyampaikan amanat. Kemudian amanat ditafsirkan oleh pembaca. Gambar di atas menunjukkan bahwa amanat yang ingin disampaikan pengarang berhubungan dengan cerita sehingga terkesan tidak melibatkan tokoh cerita dan alur penceritaannya. Akan lebih baik jika dalam menyampaikan amanat pengarang mengikutsertakan teks cerita, sehingga terjalin hubungan yang kuat dan padu anatara amanat dan cerita. Hubungan pengarang dalam menyampaikan amanat kepada pembaca terkait dengan cerita adalah sebagai berikut:

pengarang amanat pembaca menafsirkan membaca menulis memasukkan

teks

Gambar 1.2 Hubungan Pengarang, Amanat, dan Pembaca Terkait dengan Teks


(41)

commit to user

Dalam menyampaikan amanat penulis tidak mau menganggap pembaca bodoh, demikian pula sebaliknya, pembaca pun tidak mau dibodohi oleh pengarang. Denganbegitu, disatu pihak pengarang berusaha “menyembunyikan” pesan dalam teks, dalam hubungannyadengan cerita. Di pihak lain, pembaca berusaha menemukan amanat lewat teks cerita dengan cara menafsirkan amanat.

c. Biografi Pengarang

Wellek dan Warren (1989: 82) mengatakan biografi hanya bernilai sejauh memberi masukan tentang penciptaan karya satra tetapi biografi dapat juga dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental, dan intelektualnya. Biografi dapat juga dianggap studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif. Berpijak dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat menganalisis karya sastra menggunakan biografi pengarang sebagai salah satu sumber yang mendukung dan sumber yang dapat dipertangung jawabkan.

d. Proses Kreatif Penciptaan Karya

Proses kreatif meliputi seluruh tahapan, tahap awal adalah dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra sampai pada saat terakhir yang dilakukan pengarang. Bagi sejumlah pengarang, justru sebagian akhir ini merupakan tahapan yang paling kreatif (Wellek dan Warren, 1989: 97).

Pada dasarnya apa yang disampaikan oleh Rene Wellek dan Austin Warren adalah dalam proses kreatif penciptaan karya sastra bersifat sadar dan tidak sadar, secara sadar yakni dengan mengontrol masuknya imaji-imaji yang ada


(42)

commit to user

dalam reservoir (“sumur” alam bawah sadar) yang telah mengalami metamorfosis secara tidak disadari.

2. Hakikat Psikologi Sastra

a. Pengertian Psikologi Sastra

Sastra dipandang sangat fungsional dalam membantu manusia untuk mencari kebermaknaan hidup. Berbicara tentang makna hidup pada dasarnya menyangkut sikap kejiwaan manusia. Jika makna hidup dapat digali dan ditemukan dalam karya sastra, secara otomatis tersirat adanya hubungan sastra dengan ilmu jiwa atau yang biasa disebut psikologi.

Menurut Suwardi Endraswara (2011: 97) psikologi sastra sebagai kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan, yaitu jiwa manusia yang terpantul melalui tingkah laku aktivitas-aktivitasnya sebagai manivestasi hidup psikis.

Bimo Walgito (1997: 9) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yangmembicarakan tentang jiwa. Ia merupakan suatu ilmu yang menyelidiki sertamempelajari tingkah laku serta aktifitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Hal yang hampir sama disampaikan oleh Minderop (2011: 54) yang mengatakan bahwa psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini yang mencerminkan proses dan aktifitas kejiwaan.

Oleh karena itu, karya sastra dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa antara psikologi dan sastra memiliki hubungan yang bersifat tidak langsung yang keduanya sama-sama berangkat dari kejiwaan. Bedanya dalam sebuah sastra


(43)

commit to user

pengarang mengungkapkan kejiwaan manusia melalui tokoh-tokoh berdasarkan imajinasi.

Sementara itu, Wellek dan Warren (1989: 90) membagi psikologi menjadi empat bidang kajian yaitu studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, studi proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikolgi yang diterapkan pada karya sastra, dan mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca).

Hal yang hampir sama dengan pendapat Wellek dan Werren disampaikan oleh Nyoman Kutha Ratna (2004: 61) mengatakan bahwa pendekatan psikologi pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama. Yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca dengan mempertimbangkan bahwa pendekatan psikologi lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Daiches (1956: 340-357) states that psychology research on literature is devided into three: first, psychological literature through authorship analysis; second, psychological literature through the figures and characteristics analysis; third, psychological literature in term of archetypal image.Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa penelitian psikologi sastra dibedakan menjadi tiga:pertama psikologi sastra melalui analisis dunia kepengarangan, kedua psikologi sastra melalui analisis tokoh-tokoh dan penokohan, ketiga psikologi sastra dalam kaitannya dengan citra arketipe. Cara yang pertama disebut sebagai kritik ekspresif sebab melukiskan pengarang sebagai subjek individual, khususnya antara sikap pengarang dengan karya yang dihasilkan. Cara yang kedua disebut kritik objektif dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, sebagai perwujudan karakterologi dan


(44)

commit to user

karakterisasi. Cara yang ketiga disebut sebagai kritik arkatipe sebab analisis dipusatkan pada eksistensi ketaksadaran kolektif.

Hilgert (1957: 56) mengatakan Psychology may be defined is the science

that studies the behavior of man and other animal yang artinya adalah psikologi

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah lakumanusia dan hewan lainnya. Dalam hubungannya dengan psikologi sastra ilmu psikologi mempelajari hubungan kejiwaan tokoh-tokoh dengan sikap atau tingkah laku yang tercermin dalam karya sastra. Keberadaan sikap dan kejiwaan pengarang dapat dideteksi melalui karya sastranya, sedangkan sikap dan perilaku tokoh biasanya erat kaitannya dengan kehidupan pengarang.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra ialah model penelitian interdisiplin dengan menetapkan bahwa karya sastra memiliki posisi yang dominan yang memusatkan penelitian pada aspek kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra, aspek kejiwaan pengarang dan psikologi pembaca. Aspek-aspek kemanusiaan merupakan objek utama psikologi sastra. Unsur-unsur kejiwaan tokoh fiksional dalam karya sastra dianalisis untuk mengetahui aspek psikologis watak yang timbul dalam karya tersebut. Aspek psikologi itulah yang nantinya akan menjadi dasar kajian novel berlandaskan psikologi atas bantuan pemapaparan tokoh dan penokohan yang terlibat dalam novel.

b. Fokus Penelitian Psikologi Sastra

Psikologi sastra tidak hanya terbatas pada psikologi tokoh saja tetapi dampak psikologi juga terdapat pada suasana, tema, judul, setting, dan


(45)

commit to user

sebagainya.Sastra merupakan sebuah dokumen, monumen, dan tanda (struktur indah). Ketiga hal ini dalam studi psikologi sastra harus dipegang teguh agar fokus penelitian tidak meleset. Dengan demikian, dapat dikatakan fokus penelitian psikologi sastra adalah aspek kejiwaan. Kejiwaan itu sangat luas, namun dalam hal ini dapat difokuskan pada satu atau lebih sisi yang dominan saja.

Metode atau langkah kerja pada pendekatan psikologi menurut Atar Semi dalam Suwardi Endraswara (2011: 80-81). Langkah kerja yang akan menuntun fokus penelitian psikologi sastra adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap keseluruhan karya

sastra, baik segi intrinsik maupun segi ekstrinsik. Namun, dalam hal ini penekanan diberikan kepada unsur intrinsik yakni penokohan atau perwatakan sebagai aspek psikologi.

b. Segi ekstrinsik yang dipentingkan untuk dibahas adalah mengenai pengarang

yang menyangkut masalah kejiwaannya, cita-cita, keinginan, falsafah hidup, obsesi, dan lain-lain. Dalam hubungan ini diperlukan melacak riwayat hidup pengarang dari kecil karena adanya anggapan bahwa peristiwa dan kejiwaan pengalaman masa kecil akan memengaruhi kehidupan, tindakan, dan cara berpikir yang bersangkutan pada masa dewasa. Dengan memahami segi kejiwaan pengarang, akan membantu dalam memahami perilaku dan perwatakan tokoh-tokoh cerita yang ditulisnya..

c. Di samping menganalisis penokohan dan perwatakan , dilakukan analisis yang


(46)

commit to user

d. Di dalam analisis perwatakan harus dicari nalar tentang perilaku tokoh. Apakah

perilaku tersebut dapat diterima apabila ditinjau secara psikologi. Selain itu, juga harus dijelaskan motif dan niat yang mendukung tindakan tersebut.

e. Proses penciptaan merupakan hal lain yang mesti mendapat perhatian. Dalam

penelitian harus diketahui apa motif penciptaan. Apakah penciptaan karya tersebut berdasarkan endapan pengalaman batin atau ada keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi, yang segera melepaskan kekecewaan itu dengan menulis.

f. Konflik serta kaitannya dengan perwatakan dan alur cerita, harus pula

mendapat penelitian, bahkan perlu dijelaskan perwatakan yang dihinggapi gejala penyakit neurosis, psikosis, dan halusinasi. Dalam menganalisis konflik harus dilihat apakah konflik itu terjadi dalam diri tokoh, atau konflik dengan tokoh lain atau situasi yang berada di luar dirrinya.

Konflik Menurut Wellek dan Werren (1989: 289) adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertentangan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan aksi-aksi balasan. Dengan demikan, konflik sebagai sesuatu yang negatif dan tidak menyenagkan sehingga hal ini cenderung dihindari.

Koeswara (1987: 67-70) mengemukakan bahwa manusia sebagai individu juga akan mengalami konflik yaitu:

a. Konflik intra personal yaitu konflik yang ada didalam diri individu mereka, konflik antara kecemasan-kecemasan yang berhubungan dengan eksistensi dengan ketidak jujuran yang digunakan untuk melawan kecemasan-kecemasan.


(47)

commit to user

b. Konflik interpersonal yaitu konflik yang terjadi pada seseorang karena

ketidakmampuan menjalin hubungan dekat dengan seseorang yang lain (lain jenis).

c. Konflik individu versus lingkungan yaitu konflik yang terjadi antara individu

menyangkut penyesuaian dirinya terhadaplingkungan masyarakat.

d. Konflik antar suatu ide dengan ide yang lain dan konflik antar seseorang

dengan hatinya (konflik psikologi, konflik internal, atau konflik batiniah). Peristiwa dan konflik berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pada hakekatnya merupakan peristiwa, ada peristiwa tertentu yang menimbulkan konflik. Konflik demi konflik yang disusul

oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konfli semakin

meningkat.Konflik yang dapat diangkat dalam suatu karya dapat berupa konflik yang terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dngan masyarakat, manusia dengan alam sekitar (ketiganya dapat disebut konflik fisik, konflik eksternal atau konflik jasmani).

c. Tokoh Psikologi Sastra

1. Psikologi Sastra Sigmund Freud

Psikologi sastra Sigmund Freud disebut juga dengan teori psikoanalisis Teori psikologi sastra Sigmund Freud mengatakan bahwa kehidupan manusia dikuasai oleh alam ketidaksadarannya. Penelitian psikologi sastra berawal dari teori Sigmund Freud (1856-1939). Freud membedakan kepribadian menjadi tiga macam, yaitu Id, Ego, dan Superego. Ketiga ranah psikologi ini menjadi dasar pijakan penelitian psikologi sastra. Berikutnya Schallenberg menyatakan


(48)

commit to user

According to Sigmund Freud, psychological literature is all mental phenomena which are covered by the unconscious nature of consciousness(1997: 18). Artinya menurut Sigmund Freud psikologi sastra adalah semua gejala yang bersifat mental bersifat tak sadar yang tertutup oleh alam kesadaran. Asas psikologi merupakan alam bawah sadar, yang disadari secara samar-samar oleh individu yang bersangkutan.Ketaksadaran justru merupakan bagian yang paling besar dan paling aktif dalam diri setiap orang. Dalam hal ini Freud juga menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikankepuasan secara tak langsung. Hal ini jelas bahwa dalam sastra semata-mata diciptakan pengarang untuk memberi kepuasan kepada pembaca.

2. Psikologi Sastra Abraham Maslow

Berbeda dengan teori Sigmund Freud tokoh psikologi sastra berikutnya adalah Abraham Maslow yang dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Menurut Maslow manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teori yang disampaikan Abrahamm Maslow dikenal dengan Hierarchy of Needs atau hirarki kebutuhan. Teori ini dilatar belakangi oleh kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya sehingga memberi pengaruh atas gagasan psikologisnya. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki mulaidari yang paling rendah (bersifat dasar/ fisiologis) sampai yang paling


(49)

commit to user

tinggi(aktualisasi diri). Adapun hierarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis

Pada tingkat yang paling bawah terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologis (kebutuhan akan udara, makanan, minuman, dan sebagainya)

b. Kebutuhan Rasa Aman

Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas.

c. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi

Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Jika kebutuhan ini tidak tersalurkan maka rasa kepercayaan diri seseorang tersebut akan turun.

d. Kebutuhan Harga Diri

Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang ingin dihargai orang lain atau sebaliknya. Terkait dengan harga diri sangat berhubungan erat dengan kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan prestasi.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri akan muncul setelah kebutuhan yang lainnya terpenuhi.

Hal yang senada juga disampaikan oleh Krech, et al., (1974: 462):

Specifically, Maslow conceptualilizes the following five levels of needs, arranged in a ladder starting eith lower need and moving on to hunger


(50)

commit to user

needs: 1. Psysiological needs, for example, hunger, thirst; 2. Safety needs, for example, security, stability; 3. Belongingness and love needs, for example, affection, identification; 4. Esteem needs, for example, prestige, self-respect; 5. Need for self-actualization.

Hierarki teori kebutuhan bertingkat dari Maslow adalah sebagai berikut, kebutuhan: fisiologis, contohnya, perasaan lapar dan haus; rasa aman, contoh, keamanan dan stabilitas; kepemilikan dan cinta, contoh rasa kasih sayang dan identifikasi; penghargaan contoh prestise dan harga diri; aktualisasi diri, contoh pencapaian semua potensi manusia kebutuhan inheren, kapasitas dan pengembangan potensi. Dalam hierarki ini kelima kebutuhan tersebut harus mampu dipenuhi manusia untuk mencapai kehidupan yang diingkan. Dalam pencapaiannya kebutuhan tersebut dipenuhi dari yang paling bawah menuju kebutuhan yang berada pada tingkat berikutnya.

3.Psikologi Sastra Julia Kristeva

Menurut Kristeva untuk mengungkap sisi kejiwaan sastra, unsur semiotik (simbol) dan bahasa amat penting dicermati. Kristeva memfokuskan pada aspek semiotik dan feminisme yang harus digarap karena pada dasarnya Kristeva adalah tokoh feminisme. Sedangkan Mitchell (1988: 425) menyatakan bahwa penelitian sastra dapat merunut hubungan psikologis antara laki-laki dan perempuan. Unsur feminisme akan dapat membedakan antara pengarang laki-laki dan perempuan, dan antara pembaca laki-laki dan perempuan.

Dari deskontruksi di atas, dapat disimpulkan bahwa dasar pijakan penelitian psikologi sastra bersifat bebas (boleh membolak-balik sejauh masih memiliki relevansi.


(51)

commit to user

3. Hakikat Nilai Pendidikan

a. Pengertian Nilai

Pada dasarnya yang dimaksud dengan nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang berguna bagi manusia. Dengan kata lain, nilai adalah aturan yang menentukan sesuatu benda atau perbuatan lebih tinggi, dikehendaki dari yang lain (Atar Semi, 1988: 54). Lebih lanjut Atar Semi mengatakan bahwa nilai menyangkut masalah bagaimana usaha untuk menentukan sesuatu itu berharga dari yang lain, serta tentang apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak.

Sementara itu, Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991: 69) mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak, tetapi secara fungsional mempunyai ciri yang mempu membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.Suatu nilai jika dihayati seseorang, maka nilai-nilai tersebut akan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir, bersikap, maupun bertindak.

Nilai bersifat objektif dan subjektif, tergantung dari sudut pandang yang memberikan penilaian. Nilai bersifat objektif jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai juga dapat bersifat subjektif jika eksistensi makna dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian (Risieri Frondizi, 2007: 20). Oleh karena itu, nilai bukan merupakan benda atau pengalaman, juga bukan esensi, nilai adalah nilai (Risieri Frondizi, 2007: 7).

Lebih rinci disampaikan oleh Jakob Sumardjo (2000: 135) bahwa nilai adalah sesuatu yang selalu bersifat subjektif, tergantung pada manusia yang menilainya. Karena subjektif, maka setiap orang, setiap kelompok, setiap masyarakat memiliki nilai sendiri-sendiri. Nilai diartikan sebagai esensi pokok


(52)

commit to user

yang mendasar, yang akhirnya dapat menjadi dasar-dasar yang normatif. Hal ini diperoleh melalui pemikiran murni secara spekulatif atau lewat pendidikan nilai. Dalam sastra, setiap novel mempunyai unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Di dalam unsur ekstrinsik inilah terdapat nilai-nilai yang bersifat mendidik seperti nilai agama, nilai moral, nilai kemanusiaan, dan nilai sosial budaya.

Berpijak pada penjelasa diatas, nilai adalah segala sesuatu tentang baik dan buruk yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal penting yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan nilai manusia dapat merasakan kepuasan lahiriyah maupun batiniyah.

b. Pengertian Pendidikan

Soedomo Hadi (2003: 18) mengatakan bahwa:

Pendidikan adalah bantuan atau runtunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan yang dilakukan. Pendidikan mencakup pengalaman, pengertian, dan penyesuaian diri dari pihak terdidik terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya menuju arah pertumbuhan dan perkembangan.

Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan itu dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal (dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1994: 73). Dengan demikian pendidikan adalah usaha manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yang dilakukan terus-menerus.

Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I ketentuan umum pasal 1 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif


(53)

commit to user

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangasa dan negara (dalam Soedomo Hadi, 2003: 108).

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar, terencana,terus-menerus, serta penuh tanggung jawab yang merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dalam pendewasaan diri melalui upaya pengajaran dan latihan.

c. Nilai Pendidikan dalam Novel

Untuk menentukan suatu novel tertentu memiliki nilai pendidikan tinggi atau rendah, diperlukan sebuah penilaian. Sampai sekarang batasan untuk menilai sebuah novel memiliki nilai pendidikan tinggi atau rendah belum sampai mendapatkan jalan ujung.

Dalam Rahmat Djoko Pradopo (2003: 49) disebutkan ada tiga paham tentang penilaian karya sastra, yaitu penilaian relativisme, penilaian absolutisme, dan penilaian perspektivisme.

Penilaian relativisme adalah peham penilaiaan yang menghendaki “tidak adanya penilaian lagi” atau penilaian yang dihubungkan dengan tempat dan zaman terbitnya karya sastra. Bila suatu karya sastra dianggap bernilai oleh suatu masyarakat pada suatu tempat dan zaman tertentu, maka karya sastra haruslah dianggap bernilai pulan pada zaman dan tempat lain. Jadi, karya sastra itu tidak menghendaki penilaian lagi.


(54)

commit to user

Penilaian absolutisme adalah paham penilaian yang menilai karya sastra berdasarkan paham, aliran-aliran, politik, moral, ataupun berdasarkan pada norma-norma tertentu. Dengan demikian, penilaiannya tidak berdasarkan pada hakikat dan fungsi karya sastra.

Leo Tolstoy mengatakan bahwa dalam penilain karya sastra harus menggunakan norma agama. Karya sastra yang tidak sesuai dengan yang diidealkan oleh agama adalah karya sastra yang buruk, dan tidak mempunyai nilai seni (Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 49).

Paham penilaian perspektif adalah, yang menilai karya sastra dari berbagai perspektif atau dari berbagai sudut pandang. Penilaian perspektivisme mengakui adanya satu karya sastra yang dapat dibandingkan sepanjang masa, mungkin berkembang, berubah, itu semua mungkin terjadi karena struktur karya sastra itu bersifat dinamis melalui penafsirnya sepanjang masa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan dalam novel adalah nilai-nilai yang mampu menjadi cerminan bagi kehidupan masyarakat.Ada beberapa nilai pendidikan yang ada dalam novel. Nilai pendidikan itu diantaranya adalah yang berhubungan dengan agama/religi, moral, sosial, estetis atau keindahan, nilai budaya, dan nilai karakter.

1. Nilai Pendidikan Agama/ Religi

Nilai relegi merupakan sudut pandang yang mengikat hubungan manusia dengan Tuhan terkait dengan agama yang diyakini setiap manusia. Dalam setiap agama memiliki tata cara yang berbeda-beda. Sesuai perintah agama yang dianut.


(55)

commit to user

Kehadiran unsur relegius dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri, bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat relegius (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 326). Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi.

Mangunwijaya Y.B. dalam bukunya Sastra dan Religiositas mangatakan bahwa:

Agama lebih menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepaada Tuhan atau kepada “Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukkum-hukumnya, serta keseluruhan organisasi alkitab dan sebagainya yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan. Religiositas lebih melihat aspek yang “didalam lubuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa “deceoour” dalam arti Pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan manusiawi) ke dalam si pribadi manusia.

Nilai religius dapat dikatakan nilai dasar kemanusiaan yang berkaitan dengan ketuhanan secara umum dan diakui oleh semua pihak secara umum. Nilai religius ada dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya.

Terkait dengan eksistensi agama Dox (2009: 20) mengatakan bahwa: The project is to consider the effect participants’ assumptions about religious meaning have on the formation of a mede of performance, development of performance aesthetics, and establisment of a performance aesthetics, and establishment of a performance practice. The method here


(1)

commit to user

dan pendidikannya tanpa memperhatikan keinginan orang tuanya yakni drngan membina rumah tabgga.

Kebutuhan harga diri menjadi kebutuhan seseorang setelah ketiga kebutuhan yang lainnya terpenuhi. Dalam hati setiap manusia pada sasarnya ingin selalu dihargai oleh manusia lain, tak terkecuali Pak Munajat.

Kebutuhan terakhir yang ingin dipenuhi adalah kebutuhan aktualisasidiri. Kebutuhan ini menjadi kebutuhan terakhir yang ingin dicapai manusia. Kebutuhan aktualisasi diri dapt dicapai dengan mengembangkan bakat dan kemampuan. Hal ini juga dilakukan Zahrana setelah menikah, dia memenuhi kebutuhan aktualisasi pada dirinya dengan melanjutkan S3 di luar negeri, beserta Hasn suaminya.

3. Konflik Kejiwaan NovelCinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El

Shirazy

Konflikk psikologi yang dialami tokoh dalam novel Cinta Suci Zahrana adalah konfllik yang terjadi antara diri tokoh dengan batinnya sendiri. Hal ini terjadi pada Zahrana, Pak Munajat dan Bu Nuriyah, serta Zahrana dengan Pak Sukarman yang berkonflik dalam ketegangan-ketegangan tanpa melibatkan kondisi fisik.

4. Nilai-nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy

Karya sastra yang baik pasti mengandung nilai-nilai pendidikan. Pengarang menciptakan karnyanya memiliki tujuan tertentu diantaranya adalah mendidik para pembacanya. Nilai pendidikan dari sebuah cerita bisa dilihat dari hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Kedua hal tersebut perlu


(2)

commit to user

disampaikan agar kita dapat memperoleh banyak teladan yang bermanfaat. Nilai pendidikan tersebut terdiri dari nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan estetis dan nilai pendidikan budaya.

Novel Cinta Suci Zahrana menunjukkan ketaatan terhadap Tuhannya dalam keadaan apapun dan sesulit apapun.Masyarakat selalu menjadikan agama sebagai tujuan. Dalam novel ini, ditunjukkan cara mendekatkan diri pada Tuhannya yaitu dengan salat lima waktu, mengaji, dan berdoa sepanjang waktu dengan kepasrahan terhadap kehendak Tuhan.

Nilai pendidikan moral ditunjukkan melalui perilaku tokoh dalam novel Cinta Suci Zahrana.Hal ini terkait dengan rasa solidaritas yang tinggi dalam pergaulan masyarakat, kepedulian terhadap sesama, dan kasih sayang antar masyarakat.

Nilai pendidikan sosial digambarkan melalui hubunggan antarmasyarakat dalam kehidupan yakni dalam bentu kepedulian antarmasyarakat, dan rasa saling

membantu satu dengan yang lain dalam peranannya sebagai makhluk sosial.

Nilai pendidikan estetis ditunjukkan melalui melalui kegiatan yang dilakukan para tokoh dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat khususnya Jawa.

Nilai pendidikan budaya diambil dari kebiasaan dan cara pandang masyarakat terhadap kehidupan. Kehidupan dalam masyarakat Jawa ikut berpengaruh terhadap cara berfikir dan cara pandang masyaraka.

Nilai pendidikan karakter merupakan ukuran kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus


(3)

commit to user

yang menjadi pendorong atau penggerak serta yang membedakan dengan individu lain.itu.

B. Implikasi

Novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy memiliki implikasi dalam dunia masyarakat khususnya pendidikan.Novel ini dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan dalam masyarakat dan pendidikan yang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya.

Novel Cinta Suci Zahranadihadirkan sesuai dengan realita kehidupan masyarakat. Masyarakat cenderung menganggap bahwa menikah adalahsuatu halangan mencapai kesuksesan, padahal dengan menikah justru seseorang akan merasa sempurna dan bahagaia tiada terkira. Dalam hal ini masyarakat ditunjukkan pada gambaran masyarakat pada kondisi yang sebenarnya. Ketika seseorang sudah cukup usia untuk menikah namun, belum juga kunjung menikah akan mendaptakan cibiran sebagai perawan tua. Jika diambil dari segi positif, sebenarnya sebutan perawan tua bukanlah cibiran tetapi ingatan untuk segera menikah. Di samping mendapat cibiran sebagai perawan tua, orang yang terlambat untuk menikah memiliki bahaya pada kondisi reproduksi. Hal ini terjadi pada perempuan yang sudah menginjak usia tiga puluh tahun, mereka sangat berbahaya ketika melahirkan pertama kali, selain itu masa menopause sudah berada di ambang pintu yang mengakibatkan seseorang tidak bisa memiliki keturunan.

Sementara itu, solidaritas yang tinggi ditunjukkan oleh para tokoh dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat yang kurang


(4)

commit to user

memerhatikan hal tersebut. Masyarakat saat ini cenderung disibukkan dengan urusan pribadi dan pekerjaan masing-masing. Sebagai masyarakat yang hidup bersama sudah selayaknya saling tolong menolong. Berbagai gambaran masyarakat Jawa mengenai kehiduupan sosial diharapkan dapat memberikan suatu pelajaran berharga bagi masyarakat dan mampu menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah-masalah kemasyarakatan yang muncul hubungannya dengan bertetangga, berteman, maupun sikap dan keinginan menolong pada orang lain juga dijelaskan dan dicontohkan dalam novel Cinta Suci Zahrana. Melalui tokoh utama maupun tokoh lain dalam novel, pengarang secara implisit maupun eksplisit memberikan gambaran betapa kompleksnya masalah sosial yang muncul dalam kehidupan manusia dalam hubungannya dengan orang lain, terutama kehidupan dalam masyarakat Jawa. Masalah inilah yang nantinya akan selalu ada dalam masyarakat yang heterogen, dan dibutuhkan sikap yang bijaksana dalam

memandang segala permasalahan. Memandang permasalahan adalah

menyelesaikan permasalahan denagn jalan sebaik-baiknya tanpa merugikan orang lain maupun diri sendiri. Seperti halnya yang ada dalam novel Cinta Suci Zahrana segala permasalahan yang dihadapi Rana ia selesaikan dengan baik. Mulai ia harus kuliah padahal keadaan ekonomi orang tuanya bisa dikatakan pas-pasan, terus bersemangat untuk menemukan jodoh walaupun banyak masalah yang datang dan akhirnya menemukan kebahagiaan yang sangat berharga. Pembaca dan siswa khususnya dapat menilai dan kemudian mengambil pelajaran yang positif dari gambaran kehidupan yang ada dalam novel.


(5)

commit to user

Masalah pendidikan yang diangkat dalam novel ini juga sangat berpengaruh bagi siswa. Sulitnya anak-anak dalam memperoleh pendidikan yang layak untuk bekal hidupnya karena himpitan ekonomi keluarga akan menjadi pelajaran penting bagi siswa. Dengan melihat realita yang demikian, siswa dapatlebih bersyukur dengan keadaan yang ada pada dirinya, sedangkan untuk siswa yang kurang mampu dapat memberikan harapan baru bahwa ilmu bisa didapat dari mana saja dan selalu ada jalan untuk umat yang selalu berusaha. Melalui tokoh Zahrana semangat untuk memperoleh pendidikan juga ditunjukkan. Dia kuliah dengan bermodalkan semangat dan kepandaiannya. Berkat usaha kerasnya, hasilnya dapat dilihat. Ia menjadi dosen peraih penghargaan dari luar negeri dari artikel yang telah ditulisnya, tak hanya keluarganya yang bangga, tetangga, teman, lembaga, dan negara turut bangga atas keberhasilannya. Sungguh apresiasi yang sangat berharga dan patut dicontoh oleh generasi penerus bangsa.Hal-hal yang telah disebutkan diatas dapat dijadikan sebagai nilai pendidikan karakter untuk bersemangat meraih cita-cita meskipun dalam keterbaasan.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkembangkan minat mengapresiasi sastra dalam masyarakat. Sastra merupakan media yang sangat tepat dalammenyampaikan pesan-pesan positif dan mendidik karakter bagi siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya karena sastra menyampaikan nilai-nilai tersebut secara halus dan utuh agar dapat diterima dengan baik oleh para pembaca. Dalam berbagai peristiwa yang dialami para tokoh, dengan berbagai latar yang dirangkai mengikuti alur, selalu ada banyak nilai-nilai


(6)

commit to user

pendidikan yang disampaikan penulis pada para pembaca.Novel ini dapat dijadikan bahan ajar untuk siswa pada semua jenjang dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak teladan bagi pembaca sehingga apa yang menjadi tujuan pengarang dapat tercapai

sehingga dapat dikatakan sebagai novel yang berhasil.

C. Saran

Berdasarkan hasil simpulan dan implikasi di atas, maka saran yang diajukan adalah:

1. Pembaca novel Cinta Suci Zahrana dapat menjadikan novel Cinta Suci Zarana

sebagai sumber pendidikan bagi kejiwaan untuk dapat berusaha sekuat tenaga.

2. Para siswa, dapat memilih bacaan yang bermutu dan dapat memberikan

pengaruh motivasi yang baik bagi siswa. Isi cerita dalam novel Cinta

SuciZahrana ini hendaknya dapat dijadikan bahan perenungan bagi siswa agar

lebih menghargai orang lain dan menumbuhkan sifat pekerja keras sehingga menjadi pribadi yang tangguh.

3. Guru, novel Cinta Suci Zahrana merupakan salah satu alternatif novel yang

baik yang dapat dijadikan sumber bahan pembelajaran siswa khususnya untuk jenjang SD, SMP, hingga SMA, karena novel ini mengangkat realita yang ada dalam masyarakat. Berbagai macam kesulitan hidup dan cara tokoh dalam mengatasinya akan menjadi pelajaran berharga bagi siswa dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Selain itu, dalam mencapai suatu cita-cita dibutuhkan pengorbanan yang besar.


Dokumen yang terkait

KAJIAN FEMINISME EKSISTENSIALIS NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

2 22 14

Kajian Feminisme Eksistensialis Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy

3 21 12

Nilai – nilai pendidikan akhlak dalam novel cinta suci zahrana karya Habiburrahman El Shirazy

2 39 76

ASPEK RELIGIUS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Religius Dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Materi Ajar Sa

0 0 11

ASPEK RELIGIUS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Religius Dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Materi Ajar Sa

0 1 17

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: TINJAUAN Citra Perempuan Dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Kritik Sastra Feminis.

0 3 12

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: TINJAUAN Citra Perempuan Dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Kritik Sastra Feminis.

2 6 14

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL “CINTA SUCI ZAHRANA” Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy.

0 2 14

PENDAHULUAN Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy.

0 5 17

SEMIOTIKA KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

0 0 29