Sikap siswa terhadap perilaku menyontek di tinjau dari akreditasi dan status sekolah. Studi kasus pada siswa SMP Negeri dan swasta di Kota Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

(1)

ABSTRAK

SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI AKREDITASI DAN STATUS SEKOLAH

Studi Kasus pada Siswa SMP Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016

Theresia Dianita Octaviani Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan status sekolah, (2) sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan akreditasi sekolah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakarta, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta, dan SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta yang berjumlah 421 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan sampel 113 siswa. Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis dengan bantuan Statistical Program For Studies (SPSS).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan status sekolah (nilai Asymp. Sig 0.009 dengan mean rank sekolah negeri lebih rendah dibandingkan sekolah swasta, yaitu 44.45<62.18). (2) ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan akreditasi sekolah (nilai Asymp. Sig 0.022 dengan mean rank akreditasi A lebih rendah dibandingkan akreditasi B yaitu 44.45<66.92 dan sekolah yang belum terakreditasi lebih rendah dibawah akreditasi B 59.89<66.92).


(2)

ABSTRACT

ATTITUDES TOWARDS STUDENT CHEATING BEHAVIOR PERCENED FROM ACCREDITATION AND STATUS OF SCHOOL A Case Study in Public and Private Junior High School Students in Yogyakarta in

2015-2016 Academic Year

Theresia Dianita Octaviani Sanata Dharma University

2016

This study aims to determine two differences: (1) the students' attitudes toward cheating behavior perceived from the status of the school, (2) the students' attitudes toward cheating behavior perceived from the accreditation of the school.

This research is a case study. This study was conducted from February to April 2016. The data collection technique was questionnaires. The population were the 8th grade students of SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakarta, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta and SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta. They were 421 students. The sampling technique was purposive sampling with 113 students as the samples. The hypothesis testing was done by using Mann-Whitney and Kruskal-Wallis with the help of Statistical Program for Studies (SPSS).

The result shows that: (1) there are differences in students' attitudes toward cheating behavior perceived from the status of the school (value Asymp. Sig 0.009 with public school mean rank is lower than private school, that is 44.45 <62.18). (2) there are differences in students' attitudes toward cheating behavior perceived from school accreditation (value Asymp. Sig 0.022 with A accreditation mean rank is lower than B accreditation, that is 59.89 <66.92).


(3)

SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU MENYONTEK

DITINJAU DARI AKREDITASI DAN STATUS SEKOLAH

Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Kekhususan Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Theresia Dianita Octaviani NIM : 121334006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

SKRIPSI

SIKAPflSWA IERHADAP

PERILAKU

MEFTYOilTTEK

D,ITET[I{r]-,,D,49I-

44{BEAIT

DAN

STATT.SE=IoLAE

StudirKasus,P.ada Siswa SMP Negeri dar Swls& di'Kota Y.oEI{11q1 .

' ,,

",',"

,,.

'

+ahAi@?*ts,r*:-,


(5)

SKRIPSI

SIKAP SISWA

TERIIADAP PERILAI(U

MENYONTTK

DITINJAU DARI

AKREDITASI,DAilT STATUS

SEKOLAH

Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri dan Swasta di Kota Yogaakarta

Tahtm Ajaran 20t5l20t6

Diprsiapkaa dan ditulis oldt : Theresia Dianita OctaYiari

NIM: 121334006

&pan panitia pcnguji

Anggob Anggpta fulgg$a

111

Riti8ihyPurwanti, s.ld.,

M.si.

,S

Wee'waueno


(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Hasil karya yang jauh dari sempurna ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Yang Mengiringi Setiap Langkahku.

Kedua Orangtua Mama Elisabeth Eni Murniati dan Papa Antonius Agus Sunarya serta kakak ku yang tercinta Yohanes Andhika Arien Wibowoyang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa sehingga aku sampai pada titik ini.

Untuk keluarga besar, sahabat dan teman-teman di Program Studi Pendidikan Akuntansi, serta


(7)

v MOTTO

Dibalik Keberhasilan Yang Dicapai ada Usaha serta Doa yang Selalu Jalan Beriringan.

(Penulis)

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37)

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya

(Matius 21:22)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada

Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)


(8)

.

PEru{YATAAN KEASILIAN I(ARYA

Saya maryekm fuisan to.nsg,rlut)r" bahwa s*ripsi ymg sa),a tulis ini

tid*

mcmrnt krya atau bagian karya orang laiq keouali yeng telah discbu*an dalam k*ipm fuI daftar fnrstelca, sebfigaiirtra layalrrya karya

ihmiah-Yosld.sfra 28 Juli 2016 Penulis

Ther*Dipitr

Octavimi

I

i

I il

q

I I

rl

it

l l

I

I

Ir

I l

I

i

i


(9)

LEMBAR PERI{YAIAAI\I PERSETUJUA}{

PUBLIKASI KARYA ILMIAII UNTUK KEPEI{TINGAhT AKAI}EN/flS Yang berhnda tang3fl di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sailafa *arma : Nama : Theresia Dianita Octaviani

NomorMithasiswa : 121334ffi5

Demi pengembangan ilmu pengetahuarl saya memberikan kepada Perpustakaan Ijnivereitas Sanata Dharma karya ilmiah say? yaag berjudul :

SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU MEI\TYONTEK DITINJAU DARI

AKRE,DITASI DAN STATUS SEKOLAII.

studi Kasus Pada siswa sMP Negeri dan swasta di Kota Yogyakarta Tahun Ajaran

2$15-2S16-Dengan demikian saya mernberikan kepada Perpustakaan universitas sanata Dhanna

hak

untuk menyimptr, mengalihkan datam bentuk media lairU mengelolanya dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secaraterbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akadeinis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya'

Dibuat di Yogiakarta

Theresia Dianita Octaviani Pada tanggal : 28 Juli 2016 Yang menya


(10)

viii ABSTRAK

SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI AKREDITASI DAN STATUS SEKOLAH

Studi Kasus pada Siswa SMP Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016

Theresia Dianita Octaviani Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan status sekolah, (2) sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan akreditasi sekolah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakarta, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta, dan SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta yang berjumlah 421 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan sampel 113 siswa. Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis dengan bantuan Statistical Program For Studies (SPSS).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan status sekolah (nilai Asymp. Sig 0.009 dengan mean rank sekolah negeri lebih rendah dibandingkan sekolah swasta, yaitu 44.45<62.18). (2) ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan akreditasi sekolah (nilai Asymp. Sig 0.022 dengan mean rank akreditasi A lebih rendah dibandingkan akreditasi B yaitu 44.45<66.92 dan sekolah yang belum terakreditasi lebih rendah dibawah akreditasi B 59.89<66.92).


(11)

ix ABSTRACT

ATTITUDES TOWARDS STUDENT CHEATING BEHAVIOR PERCENED FROM ACCREDITATION AND STATUS OF SCHOOL A Case Study in Public and Private Junior High School Students in Yogyakarta in

2015-2016 Academic Year

Theresia Dianita Octaviani Sanata Dharma University

2016

This study aims to determine two differences: (1) the students' attitudes toward cheating behavior perceived from the status of the school, (2) the students' attitudes toward cheating behavior perceived from the accreditation of the school.

This research is a case study. This study was conducted from February to April 2016. The data collection technique was questionnaires. The population were the 8th grade students of SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakarta, SMP

Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta and SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta. They were 421 students. The sampling technique was purposive sampling with 113 students as the samples. The hypothesis testing was done by using Mann-Whitney and Kruskal-Wallis with the help of Statistical Program for Studies (SPSS).

The result shows that: (1) there are differences in students' attitudes toward cheating behavior perceived from the status of the school (value Asymp. Sig 0.009 with public school mean rank is lower than private school, that is 44.45 <62.18). (2) there are differences in students' attitudes toward cheating behavior perceived from school accreditation (value Asymp. Sig 0.022 with A accreditation mean rank is lower than B accreditation, that is 59.89 <66.92).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PS Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, PH. D., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignasius Bondan Suratno, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Ignasius Bondan Suratno, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Bambang Purnomo, S.Pd. M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah benyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Ibu selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(13)

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7


(15)

xiii

B. Sikap ... 9

1. Pengertian Sikap ... 9

2. Komponen Sikap ... 11

3. Faktor Pembentuk Sikap ... 11

C. Menyontek ... 13

1. Pengertian Menyontek ... 13

2. Faktor-Faktor Penyebab Menyontek ... 14

3. Bentuk-bentuk Menyontek ... 16

D. Status Sekolah ... 17

1. Pengertian Status Sekolah ... 17

2. Jenis-jenis Jenjang Sekolah ... 17

E. Akreditasi Sekolah ... 21

1. Pengertian Akreditasi Sekolah... 21

2. Tujuan Akreditasi Sekolah ... 22

F. Kerangka Berpikir ... 23

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

H. Rumusan Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian ... 29


(16)

xiv

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

1. Subjek Penelitian ... 30

2. Objek Penelitian ... 30

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian ... 30

1. Populasi Penelitian ... 30

2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian ... 32

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 33

1. Variabel Penelitian ... 33

2. Pengukuran Variabel ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Kuesioner ... 35

2. Penyusunan Kuesioner ... 36

G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian... 39

1. Uji Validitas ... 39

2. Uji Reliabilitas ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 46

1. Analisis Deskriptif ... 46

2. Uji Prasyarat ... 48

3. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 51

A. SMP N 15 Yogyakarta ... 51


(17)

xv

C. SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta... 52

D. SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta ... 53

E. SMP Tumbuh Yogyakarta ... 53

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Data ... 54

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 55

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 57

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 62

C. Pengujian Hipotesis ... 66

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan... 74

B. Saran dan Keterbatasan ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai-Nilai Karakter dan Deskripsi Karakter ... 8

Tabel 3.1 Data Sekolah yang digunakan untuk penelitian ... 29

Tabel 3.2 Rekapitulasi Data siswa-siswi di SMP Negeri dan Swasta yang digunakan untuk penelitian ... 31

Tabel 3.3 Data Sampel Penelitian ... 32

Tabel 3.4 Skor Skala Likert Dalam Kuesioner ... 34

Tabel 3.5 Operasional Variabel Sikap Menyontek ... 37

Tabel 3.6 Tabel Rincian Item Positif dan Negatif ... 39

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Sikap Menyontek (pertama) ... 40

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Sikap Menyontek (kedua) ... 42

Tabel 3.9 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 45

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Sikap Menyontek ... 45

Tabel 3.11 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 47

Tabel 3.12 Rentang Skor Variabel Sikap Menyontek ... 48

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta ... 51

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Perak Yogyakarta... 52

Tabel 4.3 Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Kristen Kalam Kudus ... 52 Tabel 4.4 Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMP


(19)

xvii

Bhineka Tunggal Ika ... 53

Tabel 4.5 Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Tumbuh Yogyakarta ... 53

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah ... 55

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Status Sekolah ... 56

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Akreditasi Sekolah ... 57

Tabel 5.4 Rentang Skor Variabel Sikap Menyontek ... 58

Tabel 5.5 Rentang Skor Variabel Status Sekolah Negeri ... 59

Tabel 5.6 Rentang Skor Variabel Status Sekolah Swasta ... 60

Tabel 5.7 Rentang Skor Variabel Akreditasi A ... 60

Tabel 5.8 Rentang Skor Variabel Akreitasi B ... 61

Tabel 5.9 Rentang Skor Variabel Akreditasi BT ... 62

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas Mengenai Sikap Siswa Terhadap Perilaku Menyontek Berdasarkan Akreditasi Sekolah ... 59

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas Mengenai Sikap Siswa Terhadap Perilaku Menyontek Berdasarkan Status Sekolah 60 Tabel 5.12 Hasil Pengujian Homogenitas Status Sekolah ... 61

Tabel 5.13 Hasil Pengujian Homogenitas Akreditasi Sekolah ... 62 Tabel 5.14 Hasil Pengujian Mann-Whitney Mengenai Sikap Siswa


(20)

xviii

Terhadap Perilaku Menyontek Berdasarkan Status

Sekolah ... 64 Tabel 5.15 Hasil Pengujian Mann-Whitney Mengenai Sikap Siswa

Terhadap Perilaku Menyontek Berdasarkan Akreditasi


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 79

Lampiran 2. Data Induk ... 87

Lampiran 3. Data Validitas dan Reliabilitas ... 108

Lampiran 4. Data Normalitas dan Homogenitas ... 119

Lampiran 5. Data Uji Hipotesis ... 124

Lampiran 6. Daftar Tabel ... 127

Lampiran 7. Daftar jumlah siswa, Status, dan Akreditasi Sekolah ... 136


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku menyontek menjadi fenomena yang perlu diperhatikan dalam dunia pendidikan. Kebanyakan siswa di SD, SMP, SMA/K maupun mahasiswa di perguruan tinggi pernah menyontek. Menyontek dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menulis di atas meja, menulis di kertas/tissue, menulis di anggota tubuh, bertanya kepada teman, searching menggunakan ponsel, melihat dan menyalin jawaban teman, menyontek dengan buku yang diletakkan di laci atau di WC, dan lain-lain.

Perilaku menyontek merupakan suatu upaya yang dilakukan pelajar dan mahasiswa untuk mendapatkan nilai yang baik. Beberapa alasan lainnya pelajar/mahasiswa menyontek adalah agar mendapatkan pujian dari orang tua, guru, dan teman-temannya, tidak siap dalam ulangan/ujian, tidak percaya diri, kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, malas belajar, dan sebagai bentuk solidaritas antar teman. Bila hal ini terus-menerus dibiarkan maka dapat dipastikan pendidikan di Indonesia akan mengalami kemunduran.

Dunia pendidikan perlu mengikis perilaku menyontek ini. Perilaku menyontek merupakan bagian dari ketidakjujuran. Ketika dunia pendidikan membiarkan ketidakjujuran ini berlanjut, maka akan memberikan dampak pada pembangunan karakter manusia Indonesia. Pencurian, korupsi,


(23)

penipuan, dan plagiarisme yang marak terjadi merupakan contoh dari kegagalan dunia pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik.

Fakta tentang perilaku ketidakjujuran di dunia pendidikan biasanya banyak terjadi saat menjelang ujian. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian dari Hartanto dalam Kharisma (2014 : 21) menunjukkan bahwa intensitas perilaku menyontek di SMP Swasta di daerah Pondok Cabe Jakarta, berada pada posisi sedang (53,3%), rendah (33,3%), dan tinggi (13,3%). Bentuk perilaku menyontek yang biasa dilakukan oleh peserta didik antara lain melihat, menyalin, dan meminta jawaban dari teman-temannya.

Selain itu, ada fakta lain mengenai perilaku menyontek di kota Yogya karta. kota yang dikenal dengan sebutan “Kota Pelajar” ini dinobatkan sebagai daerah yang memiliki nilai Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) tertinggi di Indonesia pada tahun 2015 (Harian Republika, 2015 tanggal 19 Mei). Berdasarkan data laporan hasil UN dan IIUN per kabupaten/kota yang masuk ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kota Yogyakarta meraih nilai tertinggi, yakni sekitar 82,37 dengan rata-rata nasional 63,28.

Di samping itu, perilaku menyontek juga disebutkan dalam website komunitas air mata guru (www.komunitasairmataguru.blogspot.co.id). Dalam website tersebut disebutkan banyak kecurangan-kecurangan dalam UN baik yang dilakukan oleh siswa maupun guru. Selain itu, hasil penelitian longitudinal Anderman dalam Mubiar (2011 : 4) menunjukkan bahwa menyontek sering dilakukan siswa SMP dikarenakan adanya perubahan


(24)

keadaan lingkungan belajar yang dialami siswa. Hal ini disebabkan karena siswa mengalami masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah, struktur kelas, dan lingkungan sekolah yang kompetitif.

Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu jenjang pendidikan yang dilalui oleh peserta didik. Pada jenjang ini, peserta didik dihadapkan pada perkembangan mental dan moral. Menurut Anderman dalam Mubiar (2011 : 4), pada usia 12-15 tahun yang umumnya individu duduk di bangku SMP akan mulai memasuki dunia baru yang berbeda dengan pengalaman di sekolah dasar serta banyak hal baru yang menuntut individu untuk menyesuaikan diri, terutama pada siswa kelas VII.

Akreditasi sekolah merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga mandiri yang berwenang untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Sekolah Negeri maupun Swasta memiliki akreditasi atau penilaian yang berbeda-beda, kemungkinan salah satu penyebab perilaku mencontek di kalangan pelajar adalah karena rendahnya pengawasan pada saat ulangan atau ujian berlangsung sehingga menyebabkan para siswa-siswi dengan mudahnya dan leluasa mencontek dengan cara apapun. Apabila sebaliknya, jika pengawasan ketat maka kecenderungan mencontek akan lebih kecil. Munculnya perilaku mencontek ini ketika siswa kesulitan memahami materi pembelajaran dan beban materi pelajaran yang terlalu berat, maka siswa pesimis untuk mengerjakan sehingga mencontek menjadi jalan mereka untuk menjawab semua pertanyaan yang


(25)

diajukan pada saat ujian. Siswa mencontek akan terbiasa apabila tidak diketahui dan tidak mendapat teguran dari pengawas pada saat ujian berlangsung. Dengan timbulnya kebiasaan mencontek membuat para siswa malas belajar, mudah menyerah, dan tidak yakin dan percaya dengan jawaban mereka sendiri. Kebiasaan seperti ini yang harus dikikis secara perlahan untuk tidak menumbuhkan generasi seperti ini pada masa yang akan datang. Perubahan keadaan lingkungan belajar mengakibatkan siswa melakukan tindakan menyontek. Mereka menganggap tindakan itu sebagai bentuk solidaritas antar teman. Menyontek biasanya dilakukan pada pelajaran matematika dan ilmu alam atau ilmu pasti, dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Menyontek biasanya terjadi pada waktu ulangan atau ujian.

Di pihak lain, Prof. Djemari Mardapi, Ph.D. (wawancara dilakukan bulan Agustus 2015) menyatakan bahwa pada tahun 2015, wilayah DIY merupakan termasuk daerah putih (daerah yang bersih dari kecurangan dalam UN). Pernyataan ini bertentangan dengan hasil penelitian Anderman yang menyatakan bahwa perilaku menyontek sering dilakukan oleh siswa SMP. Berdasarkan ketidakkonsistenan antara pendapat Prof. Djemari dan hasil-hasil penelitian sebelumnya maka perlu dilakukan penelitian kembali yang berjudul “Sikap Siswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau Dari Akreditasi Dan Status Sekolah”.


(26)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka akan dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan status dan akreditasi sekolah di SMP Negeri dan SMP Swasta di kota Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan status dan akreditasi sekolah di SMP Negeri dan SMP Swasta di kota Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah dan perguruan tinggi.

1. Guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dalam mengetahui dan mencegah perilaku menyontek siswa-siswa SMP. Sehingga, hasil ujian/ulangan yang dihasilkan benar-benar merupakan hasil belajar siswa dan mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Dengan demikian, pengambilan keputusan terkait dengan nilai yang dihasilkan siswa tidak bias.


(27)

2. Siswa

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa. Siswa lebih menyadari tentang kemampuan yang dimiliki dan dapat mengoptimalkan kompetensi-kompetensi yang ada pada diri siswa.

3. Sekolah dan Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah dan perguruan tinggi dalam mengimplementasikan pendidikan karakter khususnya kejujuran dalam belajar. Implementasi pendidikan karakter dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana, salah satunya adalah mendidik untuk jujur dalam ulangan/ujian.


(28)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter dan Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan seseorang yang dapat berguna di masa yang akan datang, sedangkan karakter adalah suatu atribut yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan komplesitas, mental satu orang dengan orang lainnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang sungguh-sungguh dilakukan dan mampu menciptakan ciri pribadi yang berbeda anat orang satu dan lainnya. Pendidikan karakter memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak, yang mana tujuannya adalah untuk membentuk karakter pribadi anak supaya menjadi manusia dan warga negara yang baik.

Secara universal, berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan beberapa pilar yaitu : kedamaian, menghargai, kerjasama, kebebasan, kebahagian, kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, tanggung jawab, kesederhahaan, toleransi, dan persatuan (Samani, 2013 : 43). Nilai-nilai karakter tersebut dijabarkan pada Tabel 1 berikut ini.


(29)

Tabel 2.1

Nilai-Nilai Karaker dan Deskripsi Karakter No. Nilai Karakter Deskripsi

1 Kedamaian Sikap dan perilaku yang menyukai adanya harmoni dan bebas dari konflik dan gangguan, serta suka akan ketenangan. 2 Menghargai Menghargai diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan. Bersikap beradab, sopan, tidak melecehkan, tidak menghina orang lain, dan tidak menilai orang lain sebelum mengenalnya dengan baik.

3 Kerjasama Saling membantu untuk mencapai sebuah tujuan.

4 Kebebasan Tidak adanya paksaan/tekanan yang sengaja mendesak seseorang untuk bertidak melawan kehendak diri sendiri.

5 Kebahagian Suatu keadaan di mana hadir kesenangan, ketentraman, dan kepuasan terhadapa apa-apa yang telah dicapa-apai.

6 Kejujuran Menjunjung tinggi kebenaran, ikhlas dan lurus hari, tidak suka berbohong, mencuri dan memfitnah, tidak pernah bermaksud menjerumuskan orang lain.


(30)

7 Kerendahan Hati Mengakui adanya peranan dan jasa orang lain dan tidak pernah menonjolkan diri. 8 Kasih sayang Memiliki dan menunjukkan perasaan penuh

kasih sayang, mencintai, dan bersikap penuh kelembutan

9 Tanggung Jawab Melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras mencapai prestasi terbaik, mampu mengontrol diri, dan berdisplin diri.

10 Kesederhanaan Suatu keadaan tentang bagaimana berlaku sederhana, tidak pamer, bermewah-mewah, tidak berpikiran melit, dan rumit.

11 Toleransi Menerima secara terbuka orang lain yang tingkat kematangan dan latar belakang yang berbeda.

12 Persatuan Menjalin rasa kebersamaan dan saling melengkapi satu sama lain, serta menjalin rasa kemanusiaan dan saling toleransi.

B. Sikap

1. Pengertian Sikap

Pengertian sikap didefinisikan berbeda-beda oleh para ahli. Azwar (2009) mendefinisikan sikap sebagai bentuk pernyataan seseorang terhadap


(31)

hal-hal yang ditemuinya seperti benda, orang ataupun fenomena. Sikap membutuhkan stimulus untuk menghasilkan respon. Sikap merupakan perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada suatu objek. Istilah sikap atau attitude pada awalnya digunakan untuk menunjukkan status mental individu. Sikap dapat menuntun perilaku individu sehigga individu akan bertindak sesuai dengan sikap yang diekspresikan. Kesadaran individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin terjadi itulah yang dimaksud dengan sikap.

Kurinasih (2014, 65) mendefinisikan sikap sebagai sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Selanjutnya Kurinasih menjelaskan bahwa sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Ahmadi dalam Sukarmin (2009), menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negative terhadap objek atau situasi secara konsisten. Winkel (1999) memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya. Winkel (1999) berpendapat bahwa sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih jika terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak.

Dari pengertian-pengertian sikap di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan nilai yang dimiliki seseorang dalam merespon fenomena-fenomena yang ada.


(32)

2. Komponen Sikap

Azwar (2005) menggolongkan komponen-komponen sikap ke dalam tiga komponen yaitu:

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif yakni kepercayaan seseorang mengenai apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan yang dibentuk menjadi dasar pengetahuan seseorang terhadap objek yang diharapkan.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif sesorang terhadap suatu objek sikap. Reaksi emosional dari komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan yang dipercayai bagi objek tertentu.

c. Komponen Konatif

Komponen konatif menunjukkan perilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

3. Faktor pembentuk sikap

Faktor-faktor pembentuk sikap individu menurut Azwar (2005) yaitu: a. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi meninggalkan kesan yang kuat dan dapat menjadai dasar pembentukan sikap. Sikap lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.


(33)

b. Kebudayaan

Kebudayaan menanamkan pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.

c. Orang Lain yang Dianggap Penting

Pada umumnya individu cenderung memiliki sikap konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konlik dengan orang dianggap penting.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media massa memberikan pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan sugesti tersebut apabila cukup kuat akan meberi dasar efektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Pemahaman baik dan buruk, sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan keagamaan. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka konsep


(34)

tersebut ikut berperan dalam menetukan sikap individu terhadap suatu hal.

f. Emosional

Suatu bentuk sikap pernyataan yang didasari oleh emosi berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

C. Menyontek

1. Pengertian Menyontek

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), menyontek berasal dari kata sontek yang berarti melanggar, mencontoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak. Sedangkan Anderman dan Murdock dalam Purnamasari (2013) menyatakan bahwa perilaku kecurangan akademik merupakan penggunaan segala kelengkapan dari materi ataupun bantuan yang tidak diperbolehkan digunakan dalam tugas-tugas akademik dan atau aktivitas yang mengganggu proses asesmen.

Bower dalam Purnamasari, (2013) mendefinisikan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik. Sedangkan menurut Pincus & Schemelkin (Mujahidah, 2009) perilaku menyontek merupakan suatu tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan


(35)

membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakannya evaluasi akademik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku menyontek adalah kegiatan, tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan cara-cara yang tidak jujur atau curang untuk memalsukan hasil belajar dengan menggunakan bantuan atau memanfaatkan informasi dari luar secara tidak sah pada saat dilaksanakan tes atau evaluasi akademik untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Faktor-Faktor Penyebab Menyontek

Salah satu alasan yang mendorong individu untuk menyontek adalah untuk memuaskan harapan orang tua. Santrock (2003) mengatakan bahwa tidak jarang orang tua dalam mengasuh atau mendidik anak-anaknya dipengaruhi oleh keinginan atau ambisi dari orang tua tanpa melihat kemampuan anaknya. Orang tua bermaksud ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, namun keinginan tersebut tidak memperhatikan kemampuan anak.

Sikap orang tua yang mengharapkan terlalu berlebihan pada anak akan menghambat anak untuk menunjukkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1991) biasanya anak menyadari harapan orang tuanya. Oleh karena itu sikap yang terlalu menuntut dapat menyebabkan anak merasa takut kehilangan kasih sayang


(36)

dari orang tuanya. Hal ini menimbulkan rasa rendah diri, gangguan tingkah laku, berkurangnya motivasi untuk belajar serta ketegangan atau kecemasan dalam diri anak.

Agustin (2014) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan siswa menyontek pada saat ujian. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada orang tua “hasil

studi” berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif

atau sumatif.

b. Pendidikan moral, baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan siswa.

c. Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.

d. Anak remaja sering menyontek daripada anak SD, karena masa remaja bagi mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman-teman sekelasnya.

e. Kurang mengerti arti dari pendidikan.

Disadari atau tidak, siswa yang menyontek pada saat ujian disebabkan oleh satu atau lebih faktor-faktor di atas.

Perilaku menyontek ini akan mengakibatkan perilaku atau watak tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak mau membaca buku pelajaran tetapi rajin membuat catatan kecil-kecil untuk bahan menyontek, menghalalkan segala macam cara, dan akhirnya menjadi koruptor (Buchari dalam Prihatnaningtyas 2014). Dengan demikian tampak


(37)

bahwa perilaku menyontek secara tidak langsung membelajarkan pada siswa untuk menjadi seorang koruptor.

3. Bentuk-Bentuk Menyontek

Bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Hetherington and Feldman dalam Veronikha (2013) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Social Active

1) Melihat jawaban teman yang lain ketika ujian berlangsung

2) Meminta jawaban kepada teman yang lain ketika ujian sedang berlangsung

b. Individualistic-Opportunistic

1) Menggunakan HP atau alat elektronik lain yang dilarang ketika ujian sedang berlangsung.

2) Mempersiapkan catatan yang digunakan pada saat ujian akan berlangsung.

3) Melihat dan menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman lain pada saat tes.

c. Individual Planned

1) Mengganti jawaban ketika guru keluar kelas.

2) Membuka buku teks ketika ujian sedang berlangsung.


(38)

d. Social Passive

1) Mengijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian sedang berlangsung.

2) Membiarkan orang lain menyalin pekerjaannya.

3) Member jawaban tes kepada teman pada saat ujian sedang berlangsung.

D. Status Sekolah

1. Pengertian Status Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang digunakan untuk proses belajar mengajar. Sekolah adalah organisasi kerja sebagai wadah kerjasama kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai organisasi, wadah tersebut merupakan alat dan bukan tujuan. Dengan kata lain sekolah adalah suatu bentuk ikatan kerjasama sekelompok orang yang bermaksud mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Sekolah merupakan wujud relasi antar personal yang didasari berbagai motif, yang menjadi intensif ke satu arah dan kurang intensif kearah yang lain (Nawawi, 1981:25).

2. Jenis-jenis Jenjang Sekolah

Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. Ditinjau dari sudut perkembangan


(39)

anak dan dengan tidak melupakan berbagai faktor lain yang mempengaruhinya, maka penjenjangan sekolah di Indonesia diatur sebagai berikut (Nawawi, 1981:32) :

a. Menurut penjenjangan sekolah 1) Taman kanak-kanak

2) Sekolah dasar

3) Sekolah menengah yang terdiri dari Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas

4) Perguruan tinggi b. Menurut jenis sekolah

1) Sekolah umum, terutama dalam bentuk SD, SMP, SMA

2) Sekolah kejuruan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah, sehingga pada umumnya bertingkat sekolah lanjutan atas

3) Sekolah khusus untuk anak-anak yang menderita kelainan sehingga disebut SLB untuk anak cacat mental, tuna rungu, tuna wicara, dan anak-anak nakal.

4) Sekolah yang diselenggarakan oleh Departemen Agama dengan penjenjangan

c. Menurut penanggung jawab dalam melaksanakan sekolah

1) Sekolah negeri yakni sekolah dan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah

2) Sekolah bantuan yakni sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat melalui bantuan badan tertentu, yang mendapat bantuan berupa pembiayaan dan tenaga guru pemerintah

3) Sekolah swasta yakni sekolah yang diselenggarakan sepenuhnya oleh masyarakat melalui suatu badan atau organisasi tertentu, tanpa mendapat bantuan dari pemerintah.


(40)

Sekolah lanjutan sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah, merupakan kelanjutan dari sekolah dasar yang diselenggarakan untuk anak-anak yang berumur 12-13 s/d 17-18 tahun. Sekolah dipisahkan menjadi 2 jenjang yaitu SMP dan SMA. Sekolah Menengah Atas diperuntukan bagi tamatan SMP yang pada umumnya berusia 15-16 s/d 17-18 tahun. Dengan demikian sekolah ini diselenggarakan dalam tiga jenjang ata tingkatan kelas secara vertikal, yang terdiri dari kelas X s/d XII.

Berdasarkan Keputusan-Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1993 sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Sekolah Negeri

Sekolah Negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. Tanggung jawab pengelola sekolah (kepala sekolah) negeri ini sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang meliputi: 1) Penyusunan program kerja sekolah.

2) Peraturan kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan penilaian dan proses belajar serta bimbingan penyuluhan.

3) Penyusunan Rencana dan Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS). b. Pembinaan Kesiswaan

1) Pelaksanaan bimbingan dan penilaian bagi guru dan tenaga pendidik lainnya.

2) Penyelenggaraan administrasi sekolah.

3) Perencanaan pengembangan, penyalahgunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana.


(41)

2. Sekolah Swasta

Sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non-pemerintah atau masyarakat, penyelenggara sekolah swasta biasanya berupa badan maupun yayasan pendidikan. Tanggung jawab pengelola sekolah swasta diatur sebagai berikut:

a. Menteri bertanggung jawab atas pengelolaan yang berkenaan dengan: 1) Pengembangan, pengadaan, dan pendayagunaan kurikulum.

2) Pembinaan dan pengembangan guru serta tenaga pendidik lainnya. 3) Penetapan pedoman penyusunan buku pelajaran.

4) Penyusunan pedoman pengembangan.

5) Penyusunan pedoman pengembangan, pengadaan dan pemanfaatan peralatan pendidikan.

6) Pengawasan penyelenggaraan pendidikan.

b. Yayasan atau badan yang menyelenggarakan sekolah bertanggung jawab atas pengelolaan yang berkenaan dengan:

1) Pengadaan, pemanfaatan, dan pengembangan guru serta tenaga kependidikan lainnya.

2) Pengadaan, pemanfaatan tanah, gedung, dan ruang kelas.

3) Keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kekeluargaan, dan perundangan sekolah.

4) Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.

5) Penambahan jam pelajaran berkenaan dengan ciri khas sekolah tanpa mengurangi struktur program.


(42)

E. Akreditasi Sekolah

1. Pengertian Akreditasi Sekolah atau Madrasah

Seperti pada umumnya akreditasi adalah penilaian pemerintah terhadap suatu lembaga pendidikan formal yang bermaksud untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan nasional, yang biasanya di tandai dengan nilai A, B, atau C, dengan maksud agar sekolah yang satu dengan yang lain bisa berkompetisi untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan nasional. Adapun yang dimaksud dengan peringkat di sini adalah kedudukan suatu sekolah terhadap sekolah lain, dan kedudukan sekolah tersebut terhadap standar yang telah ditentukan oleh pemerintah sebagai ukuran kualifikasi yang diharapkan untuk dicapai oleh sekolah-sekolah yang bersangkutan. Jadi dengan singkat dapat dikatakan bahwa akreditasi adalah penilaian jenjang kualifikasi mutu lembaga pendidikan yang telah diakreditasi oleh pemerintah.

Menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Akreditasi Sekolah tahun 2003 pasal 1 ayat 3 adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu sekolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan.

Menurut Suharsimi Arikunto akreditasi adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sekolah swasta untuk menentukan peringkat pengakuan pemerintah terhadap sekolah tersebut.


(43)

Berdasarkan pengertian tersebut di atas akreditasi sekolah dapat diartikan sebagai tindakan menilai tingkat kelayakan setiap sekolah melalui tindakan menilai tingkat kelayakan setiap sekolah melalui tindakan membandingkan keadaan sekolah menurut kenyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jika keadaan sekolah kenyataannya lebih besar atau sama dengan standar, maka sekolah yang bersangkutan dinyatakan terakreditasi. Sebaliknya, sebuah sekolah dinyatakan tidak terakreditasi jika keadaan sekolah menurut kenyataannya lebih kecil dari standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian hasil akreditasi dinyatakan dalam bentuk pengakuan terakreditasi dan tidak terakreditasi.

2. Tujuan Akreditasi Sekolah

Akreditasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut (Arikunto, 1988): a. Mendapatkan bahan-bahan bagi usaha-usaha perencanaan

pemberian bantuan dalam rangka pembinaan sekolah yang bersangkutan.

b. Mendorong dan menjaga agar mutu pendidikan sesuai dengan ketentuan kurikulum yang berlaku.

c. Mendorong dan menjaga mutu tenaga kependidikan

d. Mendorong terjadinya prasarana atau saran pendidikan yang baik e. Mendorong terciptanya dan menjaga terpeliharanya ketahanan


(44)

f. Melindungi masyarakat dari usaha pendidikan yang kurang bertanggung jawab

g. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang mutu pendidikan suatu sekolah

h. Memudahkan pengaturan perpindahan siswa dari sekolah ke satu ke sekolah yang lain

3. Ruang Lingkup Akreditasi

Sekolah yang diakreditasi (Arikunto, 1988) meliputi taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah luar biasa (SLB), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).

F. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Perilaku Mencontek Berdasarkan Status Sekolah.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang digunakan untuk proses belajar mengajar. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang terbagi menjadi dua macam yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non-pemerintah atau masyarakat, penyelenggara sekolah swasta biasanya berupa badan maupun yayasan pendidikan melalui suatu badan atau organisasi tertentu, tanpa mendapat bantuan dari pemerintah.


(45)

Status sekolah yang baik adalah sekolah yang dianggap berpotensi untuk memberikan masa depan yang baik bagi siswa. Status sekolah akan memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap siswa setelah lulus dari bangku sekolah menengah atas. Dengan kata lain baik-buruknya status sekolah dan iklim sekolah akan mempengaruhi keadaan siswa karena dengan status sekolah dan iklim sekolah yang baik sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan siswa menjadi baik juga. Ada dugaan bahwa sekolah Negeri memiliki intensitas mencontek yang cukup tinggi, hal ini disebabkan banyak oknum pendidik yang membantu dalam mensukseskan keberlangsunganya terutama saat Ujian Nasional untuk menjaga nama baik sekolah dan peserta didiknya dapat lulus 100%. Sedangkan di sekolah swasta memiliki intensitas mencontek yang rendah dikarenakan kedisiplinan serta kejujuran yang ditanamkan sejak awal peserta didik masuk disekolah tersebut, dan biasanya sekolah swasta memiliki pengawasan yang sangat ketat sehingga para peserta didik tidak memiliki kesempatan mencontek terutama pada saat ujian berlangsung dan peserta didik dengan sendirinya memiliki semangat dalam belajar dan kepercayaan diri yang tinggi. Sehingga peneliti menduga bahwa ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku mencontek berdasarkan status dan akreditasi sekolah.


(46)

2. Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Perilaku Mencontek Berdasarkan Akreditasi Sekolah.

Dalam dunia pendidikan formal, akreditasi dianggap penting dalam sebuah proses belajar mengajar. Kebanyakan orang tua memilih sekolah untuk anak-ankanya dengan kuwalitas dan akreditasi yang baik. Oleh sebab itu akreditasi dianggap penting dalam sebuah sekolah negeri maupun swasta. Akreditasi merupakan penilaian pemerintah terhadap suatu lembaga pendidikan formal yang bermaksud untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan nasional, yang biasanya di tandai dengan nilai A, B, atau C, dengan maksud agar sekolah yang satu dengan yang lain bisa berkompetisi untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan nasional. Sekolah yang memilik akreditasi A biasanya memiliki peserta didik yang cukup banyak karena sekolah berakreditasi A dianggap sangat mampu dalam mendidik dan menggali prestasi peserta didik yang lebih tinggi. Sedangkan untuk sekolah yang berakreditasi B atau C bahkan Belum Terakreditasi memiliki peserta didik yang relative sedikit, kemungkinan karena bangunan sekolah yang kecil dan ruang kelas yang sedikit, kurangnya tenaga pendidik, lokasi yang tidak strategis dan mungkin untuk yang memiliki akreditasi C dan Belum Terakreditasi belum bisa menunjukan kemampuan sekolahnya untuk menyaingi sekolah lain sehingga dianggap sekolah yang tak bermutu. Dari keberanekaragaman penilaian pemerintah untuk masing-masing sekolah penilaian yang berupa akreditasi ini diduga ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku mencontek berdasarkan akreditasi sekolah.


(47)

G. Penelitian yang Relevan

1. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan perilaku Menyontek

Penelitian ini dilakukan oleh Alvianto, (2008) Universitas sanata Dharma. Penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Dukun Kecamatan Muntilan yang berjumlah 70 orang, menunjukkan bahwa terdapat hubugan negatif yang signifikan antara variabel motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek (r=-0.577, seigifikansi 0.000). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat motivasi berpretasi pada siswa-siswi, maka akan semakin rendah tingkat perilaku menyonteknya. Demikian pula sebalikya, semakin rendah tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka semakin tinggi tingkat perilaku menyonteknya.

2. Perbedaan Sikap antara Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan Terhadap Perilaku Menyontek dalam Ujian di Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilakukan oleh Meidiana (2005) Universitas Sanata Dharma. Penelitian pada mahasiswa USD yang berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan, menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap antara mahasiswa laki-laki dan perempuan terhadap perilaku menyontek. Perbandingan nilai mean pada mahasiswa laki-laki sebesar 132.07 dan pada perempuan sebesar 110.90. Hal ini menunjukkan bahwa sikap mahasiswa laki-laki lebih permisif daripada perempuan terhadap perilaku menyontek dalam ujian di USD.


(48)

H. Hipotesis

Penelitian yang dilakukan oleh Prihatnaningtyas menunjukkan bahwa ada hubungan negative antara konsep diri dan efikasi diri dengan perilaku

menyontek pada siswa kelas X SMA Negeri “X” dengan koefisien korelasi

sebesar -0,564. Penelitian ini tidak membedakan SMA berdasarkan akreditasi. Di duga ada perbedaan sikap siswa antara siswa SMP Negeri dan SMP Swasta.

Perbedaan ini disebabkan karena fasilitas oleh masing-masing sekolah berbeda. Perbedaan fasilitas yang ada ini menyebabkan kualitas pembelajaran yang ada juga berbeda. Pada sekolah yang memiliki fasilitas yang lengkap, guru dapat memberikan materi kepada siswa dengan menggunakan fasilitas/media yang sesuai. Hal ini berdampak pada pemahaman siswa yang semakin baik. Jika siswa memiliki pemahaman materi yang baik maka siswa tidak memiliki kemauan untuk menyontek.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis I :

Ho: tidak ada perbedaan sikap siswa dalam perilaku mencontek berdasarkan status sekolah

Ha: ada perbedaan sikap siswa dalam perilaku mencontek berdasarkan status sekolah

2. Hipotesis II :

Ho: tidak ada perbedaan sikap siswa dalam perilaku mencontek berdasarkan akreditasi sekolah


(49)

Ha: ada perbedaan sikap siswa dalam perilaku mencontek berdasarkan akreditasi sekolah


(50)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Dalam penelitian ini siswa akan berperan sebagai responden. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa di kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakarta, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta, dan SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta. Hasil atau kesimpulan ini tidak bisa direalisasikan pada SMP-SMP lainnya di Yogyakarta sebab penelitian studi kasus merupakan jenis penelitian dengan karakteristik serta masalah yang mempunyai kaitan antara latar belakang dan kondisi nyata saat ini dari subyek yang diteliti.

B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakart, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta, dan SMP SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta.

Seperti yang tersaji pada tabel 3.1. Tabel 3.1

Data Sekolah yang digunakan untuk penelitian

Sekolah Alamat

SMP N 15 Yogyakarta Tegal Lempuyangan No 61 Yogyakarta


(51)

SMP Tumbuh Yogyakarta Jl. Amri Yahya No 1 SMP Perak Yogyakarata Jl. Kemasan No. 46 Kotagede

SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta

Jl. Jambon IV RT/RW 01/01 SMP SMP Bhineka

Tunggal Ika Yogyakarta

Jl. Poncowinatan No 16

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2016 – April 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakart, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta, dan SMP SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah sikap siswa terhadap perilaku mencontek.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiono (2012: 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan


(52)

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Margono (2010: 118), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi adalah keseluruhan dari subjek yang memiliki karakteristik untuk diteliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan.

Oleh sebab itu dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kota Yogyakarta.

Tabel 3.2

Rekapitulasi Data Siswa-Siswi di SMP Negeri dan Swasta

Sekolah Alamat Jumlah Seluruh

Siswa SMP N 15

Yogyakarta

Tegal Lempuyangan No 61 Yogyakarta

1014 siswa (L 495 P 519) SMP Tumbuh

Yogyakarta

Jl. Amri Yahya No 1 56 Siswa (L 39 P 17) SMP Perak

Yogyakarat

Jl. Kemasan No. 46 Kotagede

36 Siswa (L 26 P 10) SMP Kristen

Kalam Kudus Yogyakarta

Jl. Jambon IV RT/RW 01/01

153 Siswa (L 75 P 78) SMP Bhineka

Tunggal Ika Yogyakarta

Jl. Poncowinatan No 16 26 siswa (L 15 P 11)

Alasan memilih beberapa sekolah di Daerah Kota Yogyakarta, Dengan pertimbangan akan ketersediaan waktu, tenaga dan biaya peneliti, maka tidak mungkin sampel diambil dari seluruh SMP se-Kota Yogyakarta. Penelitian ini diarahkan untuk status sekolah negeri dan


(53)

swasta, dan yang memiliki keberanekaragaman akreditasi A, B dan belum terakreditasi.

2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel (Noor, 2011: 155). Dalam penelitian ini peneliti hanya memilih siswa kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakart, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta, dan SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa kelas VIII menurut Biehlier (1972) dalam buku Perkembangan Peserta Didik anak yang berumur antara 12-14 tahun memiliki berbagai ciri-ciri emosional dalam diri siswa tersebut, misalnya: seorang remaja cenderung tidak tolerir terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri. Kurangnya kepercayaan diri ini membuat siswa mudah untuk melakukan hal-hal negtif seperti mencontek.

Tabel 3.3

Data Sekolah SMP Negeri dan Swasta yang diambil untuk Data Penelitian adalah kelas VIII

Sekolah Status Akreditasi Jumlah Responden


(54)

SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta

Swasta B 21

SMP Perak Yogyakarat Swasta B 5

SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta

Swasta BT 30

SMP Tumbuh Yogyakarta Swasta BT 24

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:64). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok yaitu variabel bebas atau independent variable dan variabel terikat atau dependent variable.

a. Variabel bebas atau independent variable

Menurut Nawawi (1994: 50), variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang mewakili berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat. Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 64) yang disebut variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/ terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: status sekolah dan akreditasi sekolah.


(55)

b. Variabel terikat atau dependent variable

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011: 64). Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah sikap siswa terhadap perilaku mencontek siswa sekolah menengah pertama (SMP).

2. Pengukuran Variabel

a. Variabel sikap siswa dan perilaku mencontek dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yaitu skala likert. Menurut Sugiyono (2011:93) skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang/ kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert yang digunakan telah dimodifikasi yaitu disedikan dalam empat opsi jawaban untuk setiap pernyataan yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Adapun penentuan skor dalam opsi jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.4

Skor Skala Likert dalam Kuesioner

Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3


(56)

b. Variabel status sekolah dan akreditasi merupakan variabel nominal yang digolongkan ke dalam sekolah negeri dan sekolah swasta dan memiliki nilai dengan takaran huruf (A, B, C dan Belum Terakreditasi). Variabel nominal merupakan variabel yang merupakan kategori atau kelompok dari suatu subyek. Pengelompokan ini tidak dimaksudkan untuk membedakan tingkatan negeri dan swasta. Namun untuk sekolah negeri diberi kode 1, dan untuk sekolah swasta diberi kode 2. Sedangkan untuk sekolah yang berakreditasi A diberi kode 1, B diberi kode 2, C diberi kode 3 dan yang belum terakreditasi diberi kode 4. Angka ini hanya berfungsi sebagai label kategori, tanpa memiliki nilai instrinsik dan tidak memiliki arti apa pun.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data non-tes yaitu kuesioner/angket dengan tipe pertanyaan yang tertutup.

Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:192). Penelitian ini menggunakan angket


(57)

atau kuesioner dengan pertimbangan: (1) dapat menghemat tenaga, biaya, dan waktu; (2) pengumpulan data lebih mudah karena banyak variabel penelitian yang ingin diteliti; (3) tidak terlalu menggangu responden karena dapat dijawab sesuai dengan waktu yang ada.

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan koesioner instrumen yang dikembangkan oleh Meidiana (2005) dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,9682. Instrumen yang dikembangkan oleh Meidiana (2015) ini akan diuji kembali validitas dan reliabilitasnya sehingga instrument yang dikembangkan benar-benar valid dan reliable.

2. Penyusunan Kuesioner

Agar kuesioner yang dibagikan kepada responden dapat memberikan gambaran umum mengenai perilaku mencotek di sekolah menengah pertama se-kota Yogyakarta, maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisi penyusunan kuesioner. Penyusunan kisi-kisi ini dilakukan untuk memperoleh kuesioner yang memiliki validitas konstruk dan validitas isi. adapun kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:


(58)

Tabel 3.5

Operasional Variabel Sikap Mencontek

No Dimensi Indikator Item

Favourable (positif)

Unfavourable (negatif) 1 Bekerjasama dengan orang

lain dalam mengerjakan ujian

Kognitif 1, 2, 3, 35, 48 9, 21, 28, 39, 50

Afektif 13, 22, 31, 40, 54 5, 19, 24, 42, 59 Konotif 6, 26, 37, 44, 57 8, 15, 33, 46, 53 2. Menggunakan material

yang tidak sah pada saat ujian

Kogniti 12, 18, 30, 36, 58 10, 11, 23, 41, 51

Afektif 14, 25, 32, 43, 60 4, 17, 29, 45, 56, Konotif 20, 27, 34, 47, 52 7, 16, 38, 49, 55

Skala ini disusun dengan menggunakan 4 kategori jawaban, yaitu SS (Sangat setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Semua item disusun berdasarkan Operasional Variabel yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Peneliti memutuskan untuk meniadakan pilihan alternative jawaban tengan yauit Ragu-Ragu (R), sehinga hanya ada empat pilihan alternative jawaban saja. Hadi (2004) ditiadakannya pilihan alternative jawaban didasarkan pada tiga alasan pokok yaitu:

a. Pertama, kategori undecided yaitu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga diartikan netral atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang ganda ini (multi interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrument.


(59)

b. Kedua, tersedianya jawaban yang ditengah itu menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya kea rah setuju ataukan kea rah tidak setuju.

c. Ketiga, maksud kategorisasi jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden kea rah setuju atau kearah tidak setuju.

Subjek diminta untuk menyatakan kesetujuannya atau ketidaksetujuannya dengan memilih salah satu dari keempat pilihan alternatif jawaban yang tersedia untuk setiap item pernyataan.

Keseluruhan item pernyataan yang dibuat terdiri dari item yang favorable dan item yang unfavourable. Item favorable adalah item-item yang menyatakan sikap positif atau mendukung perilaku mencontek, sedangkan item yang unfavourable adalah item-item yang menyatakan sikap negatif atau tidak mendukung adanya perilaku mencontek. item-item pernyataan ini dissusun secara acak.

Empat pilihan alternatif dalam item memiliki nilai tersendiri yaitu untuk pernyataan favourable, respon SS diberi nilai 4, S diberi nilai 3, TS diberi nilai 2, dan STS diberi nilai 1, sedangkan unfavourable, respon SS diberi nilai 1, S diberi nilai 2, TS diberi nilai 3, STS diberi nilai 4.


(60)

Dibawah ini adalah tabel rincian item favourable dan unfavourable Tabel 3. 6

Tabel Rincian Item Favourable dan Unfavourable

Item Favourable (positif) Item Unfavourable (negatif) 1, 2, 3, 6, 12, 13, 14, 18, 20, 22, 25,

26, 27, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 40, 43, 44, 47, 48, 52, 54, 57, 58, 60

4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 15, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 28, 29, 33, 38, 39, 41, 42, 45, 46, 49, 50, 51, 53, 55, 56, 59

G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Jonathan Sarwono (2014:247) validitas adalah suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dan inferensi yang dihasilkan mendekati kebenaran.

Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan program komputer SPSS versi 17.0 for Windows dengan cara melihat nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] ≤ taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pelaksanaan analisis uji validitas ini dilakukan kepada siswa-siswi kelas VIII di SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakart, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta dan SMP Tumbuh Yogyakarta, dan SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta dengan jumlah responden 113 dengan dk= n-2. Dari hasil pengujian diketahui bahwa derajat kebebasan sebesar 111 (dk=113-2) dengan taraf signifikan 5% menunjukan r tabel = 0,1848


(61)

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas Variabel Sikap Menyontek

No Butir rhitung rtabel Keterangan

1 1 .442 0,1848 Valid

2 2 .636 0,1848 Valid

3 3 .458 0,1848 Valid

4 4 .231 0,1848 Valid

5 5 .379 0,1848 Valid

6 6 .537 0,1848 Valid

7 7 .232 0,1848 Valid

8 8 .331 0,1848 Valid

9 9 .576 0,1848 Valid

10 10 .315 0,1848 Valid

11 11 .311 0,1848 Valid

12 12 -.178 0,1848 Tidak Valid

13 13 .307 0,1848 Valid

14 14 .650 0,1848 Valid

15 15 .325 0,1848 Valid

16 16 .573 0,1848 Valid

17 17 .298 0,1848 Valid

18 18 .301 0,1848 Valid

19 19 .527 0,1848 Valid

20 20 .599 0,1848 Valid

21 21 .491 0,1848 Valid

22 22 -.413 0,1848 Tidak Valid

23 23 .396 0,1848 Valid

24 24 .490 0,1848 Valid

25 25 .713 0,1848 Valid

26 26 .561 0,1848 Valid

27 27 .690 0,1848 Valid

28 28 .557 0,1848 Valid

29 29 .119 0,1848 Tidak Valid

30 30 .110 0,1848 Tidak Valid


(62)

32 32 .624 0,1848 Valid

33 33 .711 0,1848 Valid

34 34 .670 0,1848 Valid

35 35 .666 0,1848 Valid

36 36 -.246 0,1848 Tidak Valid

37 37 .681 0,1848 Valid

38 38 .564 0,1848 Valid

39 39 .428 0,1848 Valid

40 40 .605 0,1848 Valid

41 41 .293 0,1848 Valid

42 42 .530 0,1848 Valid

43 43 .686 0,1848 Valid

44 44 .694 0,1848 Valid

45 45 .118 0,1848 Tidak Valid

46 46 .441 0,1848 Valid

47 47 .664 0,1848 Valid

48 48 .700 0,1848 Valid

49 49 .594 0,1848 Valid

50 50 -.513 0,1848 Tidak Valid

51 51 .359 0,1848 Valid

52 52 .735 0,1848 Valid

53 53 .548 0,1848 Valid

54 54 .382 0,1848 Valid

55 55 .464 0,1848 Valid

56 56 .148 0,1848 Tidak Valid

57 57 .712 0,1848 Valid

58 58 .424 0,1848 Valid

59 59 .333 0,1848 Valid

60 60 .692 0,1848 Valid

Dari tabel 3.7 menunjukan hasil pengukuran validitas variabel sikap siswa terhadap perilaku mencontek dengan butir 60 dapat


(63)

diketahui ada 52 butir soal valid karena r hitung lebih besar dari r tabel dan

ada 8 butir soal tidak valid. Pernyataan dalam kuesioner dipertahankan karena penting untuk mengungkap sikap siswa terhadap perilaku mencontek maka peneliti melakukan perbaikan yaitu: 8 untuk butir soal yang tidak valid dihilangkan sehingga jumlah butir soal dalam kuesioner untuk variabel sikap siswa terhadap perilaku menyontek menjadi 52 butir soal.

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Validitas Variabel Sikap Mencontek

No Butir rhitung rtabel Keterangan

1 1 .443 0,1848 Valid

2 2 .644 0,1848 Valid

3 3 .475 0,1848 Valid

4 4 .219 0,1848 Valid

5 5 .391 0,1848 Valid

6 6 .560 0,1848 Valid

7 7 .219 0,1848 Valid

7 8 .347 0,1848 Valid

8 9 .592 0,1848 Valid

9 10 .341 0,1848 Valid

10 11 .340 0,1848 Valid

11 13 .314 0,1848 Valid

12 14 .645 0,1848 Valid

13 15 .339 0,1848 Valid

14 16 .589 0,1848 Valid

15 17 .274 0,1848 Valid

16 18 .309 0,1848 Valid

17 19 .536 0,1848 Valid

18 20 .600 0,1848 Valid

19 21 .524 0,1848 Valid


(64)

21 24 .490 0,1848 Valid

22 25 .720 0,1848 Valid

23 26 .582 0,1848 Valid

24 27 .677 0,1848 Valid

25 28 .547 0,1848 Valid

27 31 .604 0,1848 Valid

28 32 .617 0,1848 Valid

29 33 .715 0,1848 Valid

30 34 .677 0,1848 Valid

31 35 .666 0,1848 Valid

32 37 .681 0,1848 Valid

33 38 .572 0,1848 Valid

34 39 .441 0,1848 Valid

35 40 .618 0,1848 Valid

36 41 .314 0,1848 Valid

37 42 .541 0,1848 Valid

38 43 .686 0,1848 Valid

39 44 .711 0,1848 Valid

40 46 .453 0,1848 Valid

41 47 .684 0,1848 Valid

42 48 .709 0,1848 Valid

43 49 .584 0,1848 Valid

44 51 .365 0,1848 Valid

45 52 .738 0,1848 Valid

46 53 .551 0,1848 Valid

47 54 .384 0,1848 Valid

48 55 .445 0,1848 Valid

49 57 .720 0,1848 Valid

50 58 .426 0,1848 Valid

51 59 .294 0,1848 Valid


(65)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Jonathan Sarwono (2014:248) reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu di setiap kali pengukuran dilakukan pada hal yang sama.

Menurut Siregar (2013:55) reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach (Siregar, 2013:58):

r11 =[ �

�− ] [1 − ∑ �2

2 ]

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas instrumen

k = jumlah butir pertanyaan

∑ �� = jumlah varians butir �� = varians total

Sedangkan untuk mendapatkan varian digunakan rumus sebagai berikut:

�� = ∑ �

2 ∑ � 2

Keterangan:

�� = Varian skor butir

∑ � = Jumlah kuadrat skor butir


(66)

� = Banyaknya siswa

Selanjutnya nilai r11 diinterpretasikan dengan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.9

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

0,600 – 0,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup

0,200 – 0,399 Rendah

0,000 – 0,199 Sangat Rendah

(Sugiyono, 2011:242) Ketentuan untuk menilai reliabel atau tidaknya suatu instrumen sebagai berikut: jika koefisien reliabilitas (r11) lebih besar dari 0,6 maka

kuesioner tersebut reliabel, sebaliknya jika koefisien reliabilitas (r11)

kurang dari 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliabel (Siregar, 2013:57).

Untuk melakukan uji reliabilitas digunakan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows. Kriteria kuesioner dikatakan reliabel jika pada α = 5% nilai alpha cronbach lebih dari 0,6.

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Sikap Mencontek

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.950 .954 52

Dari tabel 3.11 menunjukkan bahwa variabel sikap siswa terhadap perilaku mencontek adalah reliable dimana koefisien Cronbach's Alpha yaitu 0,950 lebih besar dari 0,600 dengan tingkat reliabilitasnya tinggi.


(67)

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan teknik komparasi T-test, untuk mengetahui perbedaan status sekolah dan akreditasi sekolah terhadap perilaku mencontek.

Selain itu dalam menganalisi data memiliki kriteria pengujian agar tercapai kesahihan, yaitu uji prasarat/asumsi. Tiga asumsi yang harus dipenuhi untuk mengerjakan analisis varian adalah pengambilan sampel secara purposive sampling, uji normalitas dan uji homogenitas (Hadi, 2004)

1. Teknik Deskripsi Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan stastistika deskriptif. Menurut Siregar (2013:126) analisis statistika deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan suatu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan pengujian hipotesis deskriptif. Sedangkan menurut Subagyo (2003:1) statistika deskriptif adalah bagian statistika mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistika, pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal.

Peneliti melakukan penyajian data dengan mendeskripsikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan nilai-nilai statistika yang akan diinterpretasikan secara kualitatif. Untuk mendeskripsikan data


(68)

penelitian menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II. Berikut adalah tabel PAP tipe II (Masidjo, 1995:157):

Tabel 3. 11

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II Tingkat Penguasaan

Kompetensi

Kategori Kecenderungan Variabel

81% - 100% Sangat Baik

66% - 80% Baik

56% - 65% Cukup

46% - 55% Tidak Baik

Dibawah 46% Sangat Tidak Baik

PAP tipe II umumnya merupakan cara untuk menghitung prestasi siswa dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 10. Namun data penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 4, maka untuk mendeskripsikan kategori kecenderungan variabel Sikap Siswa Terhadap Perilaku Mencontek harus menentukan skor interval dengan memodifikasi rumus PAP tipe II dengan rumus:

Skor terendah yang mungkin dicapai + {nilai persentase x (skor tertinggi yang mungkin dicapai – skor terendah yang mungkin dicapai)}. Berikut ini adalah pendeskripsian variabel penelitian: a. Variabel Sikap Siswa Terhadap Perilaku Mencontek

Skor tertinggi yang mungkin dicapai 4 x 52 = 208 Skor terendah yang mungkin dicapai 1 x 52 = 52

Perhitungan rentang skor untuk variabel Sikap Siswa Terhadap Perilaku Mencontek :


(69)

52 + 66% (208-52) = 154,96 dibulatkan 155 52 + 56% (208-52) = 139,36 dibulatkan 139 52 + 46% (208-52) = 123,76 dibulatkan 124 52 + 0% (208-52) = 52

Dari data perhitungan diatas dapat ditentukan rentang skor untuk variabel Sikap Mencontek sebagai berikut:

Tabel 3. 12

Rentang skor variabel sikap menyontek Interval Kategori 178 - 208 Sangat Tinggi 155 - 177 Tinggi 139 – 154 Sedang 124 – 138 Rendah

52 - 123 Sangat Rendah

2. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov. Berdasarkan analisis data akan digunakan program komputer yaitu SPSS versi 17.0 for windows Yang dapat menunjukkan normalitas data. Kriteria yang ditetapkan yaitu:

a) Jika koefisien sig pada output Kolmogorov-Smirnov test > dari α 5% (0.05) maka data berdistribusi normal. b) Jika koefisien sig pada output Kolmogorov-Smirnov test


(70)

b. Uji Homogenitas

Analisis ini bertujuan untuk menguji apakah kelompok mempunyai varian yang homogeny atau sama (Santoso, 2003). Caranya adalah dengan melihat nilai probabilitas Levene’s Test For Equality of Variance dari program SPSS 17, dengan kriteria sebagai berikut:

a) Jika nilai probabilitasnya > dari 0,05 (p>0,05) maka kelompok sampel mempunyai varian sama

b) jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (p<0,05) maka kelompok sampel mempunyai varian yang tidak sama.

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah sikap siswa terhadap perilaku mencontek berdasarkan akreditasi sekolah dan status sekolah. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan Independent Sample t-Test dengan alat bantu SPSS versi 17. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan cara teknik statistik yang bisa digunakan untuk menguji perbedaan dua kelompok sampel (Nurgiyantoro, dkk, 2000) tidak berhubungan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis

Hipotesis 1 :


(71)

berdasarkan status sekolah

Ha: ada perbedaan sikap siswa dalam perilaku mencontek berdasarkan status sekolah

Hipotesis 2 :

Ho: tidak ada perbedaan sikap siswa dalam perilaku mencontek Berdasarkan Akreditasi sekolah

Ha: ada perbedaan sikap siswa dalam perilaku mencontek Berdasarkan Akreditasi sekolah.

Menentukan tingkat signifikansi pengujian perbedaan sikap siswa terhadap perilaku menyontek menggunakan taraf signifikansi 5%

b. Menentukan kriteria penerimaan hipotesis

Ha diterima apabila probability value lebih kecil daripada taraf signifikansi yang ditetapkan (α = 5%). Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa apabila probability value lebih kecil dari taraf signifikansi (α) 5%, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara sekolah yang memiliki akreditasi dan status sekolah yang yang kurang baik.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat bantu Program SPSS versi 17.


(72)

51 BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

Berikut ini beberapa gambaran umum Sekolah Menengah Pertama yang akan digunakan oleh peneliti di Kota Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain:

A. SMP Negeri 15 Yogyakarta

SMP Negeri 15 Yogyakarta terletak di jalan Tegal Lempuyangan No 61 Yogyakarta. SMP N 15 Yogyakarta ini memiliki jumlah siswa terbanyak di seluruh SMP Negeri maupun swasta yang ada di Yogyakarta, keseluruhan siswa berjumlah 1.014 yang terdiri dari: kelas VII sebanyak 166 siswa laki-laki dan 174 siswa perempuan, kelas VIII sebanyak 162 siswa laki-laki dan 174 siswa perempuan, dan kelas IX memiliki 167 siswa laki-laki dan 171 siswa perempuan

Tabel 4. 1

Daftar jumlah siswa kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta Kelas VII VIII IX

L = P =

166 174

162 174

167 171

B. SMP Perak Yogyakarta

SMP Perak Yogyakarta terletak di jalan Kemasan No 46 Kotagede. SMP Perak Yogyakarta ini kondisi yang ada dilapangan sangat memprihatinkan dan bisa dikatakan tidak layak bila disebut sebagai sekolah, dikarenakan kondisi bangunan sekolahan yang kotor, tidak strategis dan memiliki sedikit


(73)

siswa. SMP Perak Yogyakarta memiliki jumlah siswa 36 yang terdiri dari: kelas VII sebanyak 3 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan, kelas VIII sebanyak 4 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan, dan kelas IX sebanyak 19 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan.

Tabel 4. 2

Daftar jumlah siswa kelas VIII SMP Perak Yogyakarta Kelas VII VIII IX

L = P =

3 3

4 6

19 1

C. SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta

SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta terletak di jalan Jambon IV RT/RW 01/01. SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta memiliki jumlah siswa keseluruhan 153 yang terdiri dari: kelas VII sebanyak 26 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan, kelas VIII sebanyak 25 siswa laki-laki-laki-laki dan 33 siswa perempuan, dan kelas IX sebanyak 24 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Tabel 4.3

Daftar jumlah siswa kelas VIII SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta

Kelas VII VIII IX L =

P =

26 24

25 33

24 21


(74)

D. SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta

SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta terletak dijalan Poncowinatan No 16. SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta memiliki jumlah siswa keseluruhan 26 siswa terdiri dari: kelas VII sebanyak 34 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan, kelas VIII sebanyak 23 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan, dan kelas IX sebanyak 32 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan.

Tabel 4.4

Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta

Kelas VII VIII IX L = P = 34 18 23 21 32 30

E. SMP Tumbuh Yogyakarta

SMP Tumbuh Yogyakarta terletak dijalan Amri Yahya No 1. SMP Tumbuh Yogyakarta memiliki jumlah siswa keseluruhan 56, yang terdiri dari: kelas VII sebanyak 15 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan, kelas VIII sebanyak 9 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan, dan kelas IX sebanyak 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Tabel 4.5

Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Tumbuh Yogyakarta Kelas VII VIII IX

L = P = 15 6 9 1 15 10


(75)

54 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016 di sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta. Jumlah responden dalam penelitian berjumlah 113 dari jumlah keseluruhan responden telah mengisi kuesioner secara lengkap. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta, SMP Perak Yogyakart, SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, SMP Tumbuh Yogyakarta, dan SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta yang berjumlah 458 orang. Tetapi yang digunakan untuk sampel merupakan siswa kelas VIII dengan jumlah responden 113. Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data sikap siswa terhadap perilaku mencontek, sedangkan variabel status sekolah dan akreditasi sekolah diperoleh dari informasi dinas pendidikan kota Yogyakarta.

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan peneliti berjumlah 3 variabel, yaitu status sekolah, akreditasi sekolah, dan sikap siswa terhadap perilaku menyontek. Variabel-variabel tersebut akan dideskripsikan berdasarkan PAP tipe II.


(1)

141

43 SMP KANISIUS GAYAM 1 24 24 37 30 34 29 95 83 178 44 SMP BUDYA WACANA 3 50 38 29 32 48 53 127 123 250 45 SMP BUDI LUHUR 2 2 0 6 3 6 4 14 7 21 46 SMP PEMBANGUNAN

MAARIF

2 10 7 18 14 14 6 42 27 69 47 SMP BHINEKA

TUNGGAL IKA

2 4 6 5 2 6 3 15 11 26 48 SMP ISLAM 3 9 6 16 4 16 9 41 19 60 49 SMP PERAK 2 3 3 4 6 19 1 26 10 36 50 SMP PERINTIS 2 20 18 0 0 0 0 20 18 38

51 SMP “17” 1 3 6 4 12 2 14 3 32 9 41

52 SMP “17” 2 2 8 3 8 4 17 3 33 10 43

53 SMP GOTONG ROYONG 3 2 6 10 9 8 3 20 18 38 54 SMP IT ABU BAKAR 1 107 140 132 119 127 137 366 396 762 55 SMP IT MASJID

SYUHADA

2 34 18 23 21 32 30 89 69 158 56 SMP IT BINA ANAK

SHOLEH

2 22 14 27 14 20 16 69 44 113 57 SMP KRISTEN KALAM

KUDUS

4 26 24 25 33 24 21 75 78 153 58 SMP TUMBUH 4 15 6 9 1 15 10 39 17 56

JUMLAH SWASTA 2201 1601 2161 1798 2273 1955 6635 5354 11989 3744 3553 3710 3743 3797 3823 11251 11119 22370


(2)

142

LAMPIRAN VIII

SURAT IZIN PENELITIAN


(3)

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI