ProdukHukum BankIndonesia

(1)

KAJI AN EKON OM I REGI ON AL

Pr opin si Su m a t e r a Se la t a n

Kantor Bank Indonesia


(2)

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2009” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

Palembang, 2 November 2009

Ttd

Endoong Abdul Gani Pemimpin


(3)

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

INDIKATOR EKONOMI xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 7

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan 7

Suplemen 1 KONDISI USAHA SUMATERA SELATAN SEMAKIN MEMBAIK 9

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan 13

1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan 20

1.4. Struktur Ekonomi 23

1.5. Perkembangan Ekspor Impor 25

1.5.1. Perkembangan Ekspor 25

1.5.2. Perkembangan Impor 27

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG 29

2.1. Inflasi Tahunan 29

2.2. Inflasi Bulanan 33

Suplemen 2 SELAYANG PANDANG PRODUKSI BERAS DI PROPINSI SUMATERA

SELATAN 38

2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang 43


(5)

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 49

3.1. Kondisi Umum 49

3.2. Kelembagaan 50

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) 51

3.3.1. Penghimpunan DPK 51

3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota 52

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 53

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 53

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan 54

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten 55

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) 57

3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan 58

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 58

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 59

3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga 60

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 60

3.7. Kelonggaran Tarik 61

3.8. Risiko Likuiditas 62

3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah 62

3.10. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 63

Suplemen 4 SERBA-SERBI KREDIT USAHA RAKYAT 65

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 69

4.1. Realisasi APBD 69

4.2. Potensi Realisasi APBD pada Akhir Tahun 2009 72

Suplemen 5 RINGKASAN QUICK SURVEY : ”FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT REALISASI BELANJA DAERAH” 74

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 81

5.1. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) 81


(6)

5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 86

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN 89

6.1. Ketenagakerjaan 89

6.2. Pengangguran 91

6.3. Tingkat Kemiskinan 92

6.4. Nilai Tukar Petani 94

6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 95

6.6. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) 97

6.6.1. Latar Belakang Pembentukan Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) 97

6.6.1. Program Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

(TKPK) di Daerah 98

Suplemen 6 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG DI TENGAH

PENGUATAN PEMULIHAN EKONOMI 100

BAB VII OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 105

7.1. Pertumbuhan Ekonomi 105

7.2. Inflasi 108

7.3. Perbankan 109


(7)

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera

Selatan ADHK 2000 (%) 8

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera

Selatan ADHK 2000 (%) 13

Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera

Selatan (dalam Ha) 16

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2008-2009 (%) 20

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2008-2009 (%) 23

Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun

2008-2009 (Persen) 24

Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun

2008-2009 (Persen) 24

Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera

Selatan (USD) 25

Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi

Sumatera Selatan (Juta USD) 25

Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional, Januari

2003 – September 2009 33

Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp

Juta) 52

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Juta) 53 Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi

Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 56

Tabel 3.4 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 63

Tabel 4.1 APBD Sumsel Tahun 2008 & Tahun 2009 (Rp Miliar) 69

Tabel 4.2 APBD 2009 dan Realisasi APBD 2009 per Oktober 2009 71

Tabel 4.3 Potensi Realisasi Fiskal Semester II 2009 72

Tabel 5.1 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan 83

Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar) 85

Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 86

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan


(9)

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan, Februari 2006 - Februari 2009 90

Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2006 -

Februari 2009 91

Tabel 6.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun

1993-2009 92

Tabel 6.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut

Daerah, Maret 2008 – Maret 2009 93

Tabel 6.6 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan 95

Tabel 6.7 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani 95

Tabel 6.8 IPM 2005-2006 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 96

Tabel 6.9 Rekapitulasi TPKP Daerah dan Penyusunan SPKD 99

Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Propinsi Sumsel Triwulan III 2009 106 Tabel 7.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Negara Tujuan Tahun 2009 108


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK

2000 dengan Migas 7

Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel 12

Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK

2000 dengan Migas 13

Grafik 1.4 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan

Triwulan III 2009 14

Grafik 1.5 Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan 14

Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 15

Grafik 1.7 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 15

Grafik 1.8 Perkembangan Konsumsi Semen 16

Grafik 1.9 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 17

Grafik 1.10 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara 18

Grafik 1.11 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru

Propinsi Sumsel 18

Grafik 1.12 Perkembangan Penjualan LPG 19

Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Listrik 19

Grafik 1.14 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 19

Grafik 1.15 Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional 19

Grafik 1.16 Perkembangan Kegiatan Usaha 21

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Pesanan berdasarkan Persepsi Pengusaha 22

Grafik 1.18 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan 23

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 26

Grafik 1.20 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 26

Grafik 1.21 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara

Tujuan 26

Grafik 1.22 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Tujuan

Jun 09 - Agt 09 26

Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan 27

Grafik 1.24 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan 27

Grafik 1.25 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara


(11)

Grafik 1.26 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Asal

Jun 09 - Agt 09 28

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang 29

Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran

Triwulan III 2009 29

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Strategis (yoy) di Pasar Internasional 30 Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di

Palembang 32

Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional 33

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang 33

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang per Kelompok Barang dan

Jasa 34

Grafik 2.8 Inflasi Bulan September 2009 (mtm) per Sub Kelompok pada

Kelompok Bahan Makanan di Palembang 35

Grafik 2.9 Event Analysis Inflasi Kota Palembang September 2008 - September

2009 35

Grafik 2.10 Perbandingan Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan

YAD 36

Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional 36

Grafik 2.12 Pergerakan Tingkat Harga Bulanan sesuai SPH 43

Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Pasar Lemabang

(Rupiah/Kg) 44

Grafik 2.14 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Pasar Lemabang

(Rupiah/Kg) 44

Grafik 2.15 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Pasar Lemabang

(Rupiah/Kg) 45

Grafik 2.16 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Pasar Lemabang

(Rupiah/gram) 45

Grafik 2.17 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga sesuai SPH di Kota

Palembang (Sep 2008 - Sep 2009) 46

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera

Selatan 49

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan 51

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan 51

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan III 2009 di Propinsi Sumatera


(12)

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Triwulan

III 2009 54

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan 55 Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Propinsi

Sumatera Selatan Triwulan III 2009 55

Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan

Triwulan III 2009 Berdasarkan Wilayah 56

Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan

Menurut Penggunaan 57

Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM berdasarkan Plafond Kredit 58

Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumatera Selatan 58 Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perbankan Sumatera Selatan 59 Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Sumatera Selatan 60

Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan 60

Grafik 3.15 Komposisi NPL Menurut Sektor Ekonomi 61

Grafik 3.16 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 61

Grafik 3.17 Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan 62

Grafik 3.18 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Perkreditan Rakyat di

Propinsi Sumatera Selatan 64

Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Penerimaan APBD Sumsel 2009 (dalam

Rp Miliar) 70

Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran APBD Sumsel 2009 (dalam

Rp Miliar) 70

Grafik 5.1 Perkembangan Kliring Sumsel 81

Grafik 5.2 Perkembangan RTGS Sumsel 82

Grafik 5.3 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja 83

Grafik 5.4 Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring Sumsel 84

Grafik 5.5 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong Sumsel 84

Grafik 5.6 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2008-2009 85

Grafik 5.7 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh oleh KBI Palembang 86

Grafik 5.8 Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun 2008-2009 87

Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 92

Grafik 6.2 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar

Petani 94

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan 107


(13)

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank


(14)

INDIKATOR EKONOMI


(15)

B. PERBANKAN


(16)

(17)

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank


(18)

Abstraksi

Perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan III 2009 melanjutkan proses pemulihan. Dengan menetralisasi faktor musiman, pencapaian pertumbuhan ekonomi diperkirakan relatif konstan dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun pertumbuhan tahunan sedikit bias dalam menunjukkan perkembangan perekonomian karena faktor teknikal. Inflasi telah mencapai titik terendahnya dan selanjutnya akan kembali mengalami peningkatan seiring pemulihan perekonomian secara global. Kinerja dunia perbankan membaik dengan derasnya capital inflow seiring kembalinya preferensi investor global untuk menanamkan modal ke emerging markets, tingginya perputaran uang menjelang hari raya, dan return yang tinggi pada kegiatan perdagangan dengan memanfaatkan lonjakan pasca krisis. Realisasi fiskal diperkirakan mulai terkucur lebih banyak pada periode ini, membentuk fondasi yang kokoh bagi perekonomian dari sisi domestik, dan secara gradual mensubstitusikan peran konsumsi masyarakat yang

mulai melambat. Perkembangan sistem pembayaran juga mencatat

adanya indikasi peningkatan transaksi tunai yang mengindikasikan meningkatnya transaksi ekonomi di kalangan grass-root menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Pada triwulan IV 2009, proses pemulihan ekonomi diperkirakan akan berlangsung secara signifikan. Pertumbuhan ekonomi secara tahunan akan mengalami peningkatan cukup tajam walaupun secara triwulanan akan sedikit terkontraksi karena faktor musiman. Motor pertumbuhan akan tercipta dari realisasi fiskal yang tinggi, dan diiringi oleh perbaikan harga komoditas baik migas maupun non migas. Faktor risiko di sisi pertumbuhan akan muncul melalui Rupiah yang cenderung terus terapresiasi hingga pertengahan tahun depan dan memberikan tekanan di sisi net ekspor, walaupun volatilitas jangka pendek tetap ada. Tekanan inflasi diprediksi meningkat seiring perbaikan permintaan dunia maupun meningkatnya permintaan domestik dari pemerintah dan swasta. Perbankan akan berusaha memperbaiki persentase NPL dengan mengucurkan kredit baru, dan terus memanfaatkan lonjakan harga pasca krisis sebagai kompensasi situasi yang kurang kondusif pada awal tahun. Frekuensi dan nilai transaksi tunai maupun non tunai diprediksi tidak mengalami banyak perubahan.


(19)

Pada triw negara d satunya o tahun 20 masih te serius. Pe jelas ber merupaka komodita Melalui p disimpulk mengalam pertumbu yang dipe ekonomi angka te Pertumbu menunju cenderun Survei Ke menunju menjadi peningka menunju 2009 ini. Realisasi mensubst domestik konsums tahunan perekono keseluruh Di sisi hu yang did industri. oleh men maupun mengalam

wulan III 20 di dunia pad

oleh IMF. Pr 009 ini berlan erdapat sejum

erkembangan rpengaruh t

an perekon as primernya pertimbangan kan bahwa mi sedikit uhan ekonom erkirakan me secara tah ersebut berp uhan ekono kkan indika ng berlanjut egiatan Dunia kkan penin

13,06%, y atan kegiata kkan proses fiskal diperk titusi peran k, bersamaa i swasta. dan ma omian walau han output. ubungan de orong oleh Namun, nila ningkatnya p untuk aktiv mi sedikit pe

09 ini, proy da umumny roses pemul ngsung lebih

mlah faktor n kinerja per terhadap pe nomian den

.

n dengan m a pertumb peningkata mi Sumatera encapai 5,73 hunan meng otensi sedik omi triwula asi yang b secara mey a Usaha (SKD

gkatan Sald yang menu n usaha dib s pemulihan

irakan mulai konsumsi s an dengan

Investasi m mpu mem upun hanya

engan ekster mulai pulihn ai impor jug pula perminta

vitas produk ningkatan.

yeksi pertum ya direvisi m ihan pasca

cepat dari p risiko yang rekonomian erekonomian ngan keung menggunakan uhan ekon an. Sesuai a Selatan me

%. Sementa galami sedik kit bias karen anan deng berbeda, ya yakinkan pad DU) yang dila

do Bersih T unjukkan ad bandingkan

ekonomi b

i mengucur s swasta dala

mulai me mengalami

mberikan m

memiliki pro

rnal, pening nya rencana a mengalam aan barang i ksi. Sehingga

mbuhan eko menjadi lebih

krisis finansi perkiraan sem g patut men secara globa Sumatera ggulan kom

n berbagai in nomi Suma pola mus eningkat seca ara itu, angka kit penurun na adanya f an seasona aitu pemuli da triwulan akukan KBI P Tertimbang danya sedik triwulan seb berlanjut pa secara signif m menopan elambatnya percepatan momentum oporsi yang katan ekspo produksi di mi peningkat impor baik d a, nilai net

nomi berba h tinggi, sa al global pa mula, walaup njadi perhat al ini kemud Selatan, ya mparatif pa ndikator, dap atera Selat siman, ang ara triwulana a pertumbuh nan, walaup faktor teknik al adjustme ihan ekono III 2009. Ha Palembang ju

dari 12,96 kit percepat belumnya, d da triwulan

fikan dan mu ng perminta

pertumbuh pertumbuh pertumbuh kecil terhad

or telah terj negara-nega tan disebabk dari masyarak ekspor han gai lah ada pun ian ian ang ada pat tan gka an, han pun kal. ent omi asil uga 6% tan dan III ulai aan han han han dap adi ara kan kat nya


(20)

Perkem transak Hal ini pereko domina oleh ke menya masyar memili Inflasi pada t umum pereko secara besara harga-diband itu, ko biaya yang Kelom inflasi y Septem masyar Kelom menga diseba untuk harga dengan Kinerja perlam Septem yang a transak tinggin hari ra Agustu yang d menar mening harga

mbangan sist ksi tunai, nam

secara imp onomian seca

an dalam pe ebutuhan m mbut hari ra rakat untuk m

ki nominal R terus menu triwulan III 2

didorong o onomian. Pen teknikal ma n inflasi tah harga bara dingkan deng omitmen yan sekolah form cukup nyat pok bahan yang cukup mber 2009, rakat yang pok sandan alami pening

bkan oleh p kelompok s BBM non n kembali me a perbankan mbatan, ken

mber 2009 a ada menjadi ksi keuanga nya kebutuha

ya dan dibag us 2009, pe dapat diseba ik dengan gkat seiring komoditas, tem pembay mun transaks lisit mengind ara khusus d nggunaan u asyarakat ak aya Idul Fitri,

memiliki pec Rp2.000,-. njukkan pen 2009. Selain oleh terjagan nurunan har sih memberi hunan pada ng kelompo gan periode ng nyata da mal di Suma ta pada re

makanan d masif pada t yang murn inelastis ter ng dan kelo gkatan infla permintaan sandang, kh subsidi yan eningkatnya sampai den ndati diper kan memuta jauh lebih n secara sig an finansial gikannya Tu rtumbuhan bkan oleh a risiko renda ekspektasi , dan keb

yaran menun si non tunai dikasikan ad di kalangan g

ang tunai. Se kan uang tun bersamaan cahan uang k

nurunan dan faktor tekn nya pasokan

ga BBM yan kan efek yan

triwulan III ok transpor

yang sama t ri Pemerinta atera Selatan endahnya in dan kelompo triwulan III 20 ni disebabk rhadap pend ompok tran asi pula pa domestik ya hususnya ter

g telah sed harga minya ngan bulan rkirakan pe arbalikkan ar baik sehubu gnifikan me masyarakat njangan Har DPK perban danya instru ah dan retu

pemulihan utuhan kon njukkan ada justru meng anya perkem grass-root, y elain itu, hal nai yang men

dengan ting kertas Rupiah

n mencapai ikal, penuru n barang da ng dilakukan ng cukup do

2009 karen rtasi saat i tahun sebelu ah Daerah te

n juga mem nflasi kelom ok makanan 009 atau tep an oleh pe dapatan pa sportasi dan da triwulan ang mengal rkait perayaa dikit mening ak dunia. Agustus 20 erkembanga rah perkemb ungan denga nyambut Id untuk mem ri Raya. Samp nkan mengal umen investa urn tinggi. P perekonom nsumsi mas

anya pening alami penuru mbangan akt yang masih c ini juga dido ningkat sign gginya antusi h yang baru,

titik terenda nan inflasi s an jasa di d

pada akhir minan renda na menyeba ni lebih re umnya. Disam

erkait penur mberikan dam

pok pendid n jadi meng patnya pada b

ermintaan s da saat leb n telekomun

III 2009, ami peningk an Idul Fitri, gkat sehubu

009 menunju n pada b angan triwu an meningk ul Fitri men enuhi kebut pai dengan b lami perlamb asi alternatif Penyaluran k ian, pening syarakat de katan unan. tivitas cukup orong ifikan asme yang ahnya ecara dalam 2008 ahnya abkan endah mping runan mpak dikan. alami bulan iklikal baran. nikasi yang katan , dan ungan ukkan bulan lanan atnya nyusul tuhan bulan batan yang kredit katan engan


(21)

demikian fungsi int to Depos perbanka berkelanj kredit MK keseluruh Pada triw berlangsu akan men akan sed akan terc dibareng migas, pendapat mengalam mengalam terdorong atas kond diperkirak taking pa kondisi p implisit j terjadi m bounds p Karena it tahun 20 dunia ma swasta. S peningka mengalam Faktor ris apresiasi berubahn luar nege agregat meningka frekuensi dan Jaw kapasitas sampai bula termediasi ke sit Ratio. Sa an ini adalah utan pada b KM terlihat m han yang me wulan IV 200

ung secara s ngalami pen dikit terkontr cipta dari re i oleh perba yang juga tan yang m mi peningka mi perlamba g oleh mulai disi ekonom kan akan te ada instrume pemulihan ek uga menun ungkin hany pada proyeks tu, dari sisi 009 dipredik aupun menin Secara tahun atan, walau

mi sedikit pe siko muncul yang dap nya keunggu

eri. Selain it yang dap atkan inflas bencana g wa. Gempa s produksi, k

an Agustus 2 euangannya alah satu ha h adanya pen

beberapa triw menopang p engalami mom

09, proses p signifikan. P

ingkatan cu raksi karena

ealisasi fiska aikan harga

meningkat meningkat. N atan walaupu atan. Di sisi

meningkatn i di masa de erjadi yang d

en hedging konomi yang njukkan bah ya bersifat b si ke depan.

permintaan, ksi akan me ngkatnya per nan, besaran pun secara nurunan.

dari nilai Ru at menyeba ulan relatif ba u, terdapat pat menuru si menging empa bumi yang terjad kerusakan in 2009 perban ditinjau dar l yang men ningkatan p wulan terakh perkembanga mentum per pemulihan e Pertumbuhan kup tajam w faktor musi al yang ting komoditas tkan konsu Nilai ekspor un laju pert

lain, impor a nya produksi epan. Namun disebabkan

komoditas d g menjanjika

wa kenaika bullish. Hal in

, tekanan in eningkat seir rmintaan dom n inflasi dipe

triwulanan

upiah yang c abkan turun arang dalam faktor risiko unkan pert at adanya di Indonesi di dapat me

nfrastruktur

nkan semaki i adanya pen

arik di sisi roporsi kred hir, bahkan an kredit per

lambatan. ekonomi dipe n ekonomi s walaupun sec man. Motor gi pada akh

baik migas umsi masya

diperkirakan umbuhan tr akan juga m

dan optimis n, volatilitas oleh rentan di pasar inte n return ting an harga ko ni memperle

nflasi sampai ring perbaik mestik dari p

erkirakan ak mengalam

enderung te nnya net e

negeri terha o yang dari

umbuhan tren sema a, khususny enyebabkan dan sarana n memperba ningkatan Lo perkembang it MKM seca perkembang rbankan seca erkirakan ak secara tahun cara triwulan r pertumbuh hir tahun, d s maupun n arakat kare n akan sed riwulanan ak merangkak n me masyarak

jangka pend nya aksi pro ernasional pa

ggi, dan seca omoditas ya

bar confiden

i dengan ak an perminta pemerintah d kan mengala mi diperkirak erus mengala ekspor kare adap barang sisi penawar ekonomi d akin tinggin ya di Sumate berkurangn perhubunga aiki oan gan ara gan ara kan nan nan han dan non ena ikit kan aik kat dek ofit ada ara ang nce khir aan dan ami kan ami ena g di ran dan nya era nya an,


(22)

sehing mengu Kondis dari k sustain tinggin pada volatilit khusus baikny secara yang ditingk ke Ba2 Poor’s Masih membe kredit. dan m depan. perban 2009. dan m prospe kredit Namun waktu tekana pertum kredit lainnya menda mening lama.

ga dapat m urangi aktivit si perekonom krisis finans nabilitas fiska nya ekspekta

emerging m tas jangka p s, investasi d

a indikator umum, pem dinilai kre katkannya ra 2, direvisinya dari “stabil” besarnya erikan relak

Selain itu, p emberikan k . Karena itu nkan untuk

Dalam konte mulai pulihny ek bisnis di S akan meng n di sisi lain,

dekat yan an inflasi d mbuhan kred

konsumsi di a sejak kris apatkan pe

gkatkan Non

enghambat as perekono mian dunia

ial global, al di negara si imbal hasi markets kem

endek yang dan arus da makroekono merintahan k

edibel oleh ting sovereig outlook pe ” menjadi “p potensi ca sasi pada p prospek bisni

kejelasan bag , triwulan IV

mengejar t eks regional, ya produksi Sumatera Se galami peni terdapat ek ng disebabk

di tahun 2 it perbankan bandingkan sis finansial

erhatian s n Performing arus barang mian secara yang melan mulai mun a-negara ma l di kawasan mbali mena

seringkali te ana akan m omi Indones khususnya pe h dunia in gn bonds ind

rekonomian ositif”. apital inflow perbankan d

s ke depan s gi kemampu V 2009 meru

arget penya ekspektasi p di negara-n latan. Sehin ngkatan da kspektasi pen kan oleh ek

2010 sehin n. Di sampin

kedua jenis global ter serius, term

g Loan dala

g dan jasa lin umum. njutkan pros

nculnya kek aju pada ja n Asia, meny

rik investor erjadi. Untuk masuk denga sia dibanding ejabat strateg nternasional donesia oleh Indonesia o w tersebut dan memper semakin jelas uan membay upakan saat aluran kredit peningkatan negara indu gga, diperki lam kisaran ningkatan su kspektasi se ngga dapat

g itu, tinggin kredit men rjadi hingga masuk pot am waktu y

ntas propins ses pemuliha khawatiran ngka menen ebabkan inv global, di k Indonesia s an didorong gkan negara gis perekono dan inve Moody’s dar leh Standard akan sem rbaiki penya s pada period yar kredit di t yang tepat tnya pada t harga komo ustri mempe

rakan penya n yang mod

uku bunga d emakin ting t menahan

nya pertumb urut penggu a saat ini tensinya d yang tidak t

si dan annya akan ngah, estasi luar ecara oleh a lain omian estor, ri Ba3 d and makin aluran de ini masa t bagi tahun oditas rbaiki aluran derat. dalam ginya laju buhan unaan patut dalam erlalu


(23)

Ha T

alaman ini s This page is

sengaja diko intentional

osongkan lly blank


(24)

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diprediksi mengalami peningkatan secara triwulanan.

Semakin pulihnya perekonomian Sumsel dipengaruhi terus membaiknya harga

komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional dan kenaikan konsumsi selama

moment Idul Fitri.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan

Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan III 2009 diprediksi sebesar 3,62% (dengan migas). Laju pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,97% (dengan migas), namun walaupun demikian pertumbuhan secara triwulanan mengalami perbaikan cukup signifikan.

Grafik 1.1

PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 dengan Migas

* Angka Sementara

**Proyeksi Bank Indonesia Palembang

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan, diolah

Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan III 2009 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya terkonfirmasi oleh survei bisnis yang dilakukan Bank Indonesia Palembang, dimana secara umum permintaan domestik masih menurun dibanding tahun sebelumnya. Permintaan domestik tercatat mulai membaik sejak triwulan II 2009 dan terus menunjukkan kecenderungan peningkatan di semua sektor meskipun masih belum pulih seperti kondisi sebelum terjadinya krisis global.

Secara nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumsel Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan III 2009 diperkirakan sebesar Rp15,78 triliun (dengan migas), sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan PDRB periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp15,23 triliun (Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000).


(25)

Sementara itu, permintaan luar negeri juga mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, namun tanda-tanda peningkatan permintaan mulai terjadi sejak triwulan II 2009 dan terus berlanjut hingga kini. Membaiknya permintaan luar negeri tersebut terutama untuk komoditas karet yang diiringi dengan membaiknya harga jual menyebabkan dilonggarkannya kuota produksi mulai semester II 2009 hingga sebesar 100%.

Triwulan III 2009 dapat dikatakan sebagai penegasan pemulihan perekonomian Sumsel yang ditandai dengan terus membaiknya harga beberapa komoditas unggulan di pasar Internasional dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Namun, volatilitas jangka pendek diperkirakan akan terjadi karena rentannya aksi profit taking pada instrumen hedging komoditas tersebut. Sementara itu, informasi yang dihimpun dari kalangan dunia usaha menyatakan bahwa di tengah semakin membaiknya kondisi usaha masih terdapat beberapa faktor yang dinilai kurang kondusif dalam pengembangan dunia usaha di Sumsel, antara lain: (i) infrastruktur jalan maupun pelabuhan, (ii) ketersediaan listrik, (iii) perijinan dan birokrasi, (iv) bahan baku, (v) kebijakan dan peraturan pemerintah, (vi) suku bunga pinjaman perbankan yang dinilai masih tinggi, (vii) pungutan liar (lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha Sumatera Selatan Semakin Membaik).

Kinerja perekonomian sektoral triwulan III 2009 ditandai dengan pertumbuhan tahunan tertinggi pada sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 12,43%, serta peningkatan kinerja sektor keuangan bangunan dan sektor Listrik, Air, dan Gas (LGA)

Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan sebagai sektor unggulan di Sumsel diperkirakan mengalami perlambatan yakni masing-masing menjadi sebesar 1,37% dan 0,10%.

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Lapangan

Usaha

2008 2009

III IV I II* III**

Pertanian 3.44 -1.60 - 0.48 2.23 1.37 Pertambanga

n dan Penggalian

2.05 0.97 1.53 1.89 2.87

Industri

Pengolahan 4.91 -1.25 - 1.29 0.28 0.10 Listrik, Gas &

Air Bersih 4.00 0.68 3.41 3.75 4.63

Bangunan 5.85 5.13 5.06 7.32 8.92

Perdagangan , Hotel & Restoran

6.90 4.05 3.67 4.14 3.04

Pengangkuta n & Komunikasi

13.63 13.79 14.82 15.23 12.43 Keu.,

Persewaan & Jasa Perusahaan

8.76 7.97 7.35 6.98 5.02

Jasa-jasa 10.74 7.72 7.85 10.80 9.61 * Angka Sementara

**Proyeksi Bank Indonesia Palembang


(26)

KONDISI USAHA SUMATERA SELATAN SEMAKIN MEMBAIK

*

Berdasarkan informasi dari para pelaku usaha di Sumatera Selatan, sinyal membaiknya kondisi usaha yang mulai terlihat pada triwulan II 2009 secara umum menunjukkan arah yang semakin membaik pada triwulan III 2009 ini. Meskipun demikian kondisi tersebut belum sepenuhnya pulih sebagaimana kondisi sebelum terjadinya krisis global akhir tahun lalu.

Di tengah kondisi semakin membaiknya kondisi usaha, di sisi lain masih terdapat beberapa faktor yang dinilai kurang kondusif dalam pengembangan dunia usaha antara lain : (i) infrastruktur jalan maupun pelabuhan, (ii) ketersediaan listrik, (iii) perijinan dan birokrasi,

(iv) bahan baku, (v) kebijakan dan peraturan pemerintah, (vi) suku bunga pinjaman perbankan yang dinilai masih tinggi, serta (vii) pungutan liar.

Secara umum, permintaan domestik masih lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian, permintaan yang mulai membaik sejak triwulan II 2009 terus menunjukkan kecenderungan perbaikan di semua sektor. Pulihnya sektor bangunan ditandai dengan meningkatnya kinerja sektor properti yang pada awal tahun 2009 mengalami penurunan cukup signifikan, telah menunjukkan perbaikan dan diperkirakan akan memenuhi target yang telah ditetapkan pada tahun 2009. Sektor pertambangan dan penggalian pun menunjukkan tingkat permintaan domestik yang semakin membaik karena meningkatnya kebutuhan terutama untuk material bangunan seiring dengan meningkatnya realisasi proyek infrastruktur pada triwulan III 2009.

Sementara itu, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), secara umum mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya disebabkan oleh berkurangnya event-event yang diselenggarakan serta dampak tidak langsung dari krisis global yang menurunkan tingkat permintaan terhadap jasa perhotelan untuk kepentingan bisnis dan konsumsi. Namun demikian, dibanding triwulan sebelumnya, saat ini telah menunjukkan peningkatan dengan didukung oleh moment pergantian tahun ajaran sekolah, puasa dan lebaran yang meningkatkan konsumsi masyarakat. Sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa, secara umum juga menunjukkan penurunan permintaan dibanding tahun sebelumnya. Meskipun demikian, masih terdapat pelaku usaha yang masih mengalami pertumbuhan permintaan domestik disebabkan oleh diversifikasi produk layanan yang ditawarkan kepada konsumen

Secara umum, permintaan luar negeri juga mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dengan tanda-tanda peningkatan permintaan yang terus membaik. Membaiknya permintaan luar negeri tersebut terutama untuk komoditas karet yang diiringi dengan membaiknya harga jual menyebabkan dilonggarkannya kuota produksi mulai semester II 2009 hingga 100%. Ke depan, diperkirakan permintaan luar negeri akan terus membaik terkait dengan semakin membaiknya perekonomian negara-negara yang terkena dampak krisis global yang selama ini menjadi negara tujuan ekspor dan adanya peluang pasar ekspor baru terutama untuk crumb rubber.

*) Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha


(27)

Kapasitas utilitasi pelaku usaha bervariasi dan secara umum mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sebagai dampak dari masih belum pulihnya tingkat permintaan, kendala bahan baku terkait dengan faktor musiman, maupun penghentian operasional. Ke depan, diperkirakan tingkat utilisasi akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan domestik maupun luar negeri.

Meskipun kondisi bisnis belum pulih sebagaimana sebelum terjadinya krisis global, beberapa pelaku usaha berencana untuk tetap melakukan investasi di tahun 2009 baik melanjutkan investasi tahun sebelumnya maupun investasi baru. Investasi tersebut dalam bentuk perluasan lahan, penambahan jaringan kantor, penambahan armada, penambahan dan renovasi bangunan, serta penambahan peralatan dan mesin. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang tidak memiliki rencana untuk melakukan investasi paling tidak hingga satu tahun mendatang tergantung dengan situasi dan kondisi perekonomian ke depan.

Kondisi jumlah tenaga kerja pada triwulan III 2009 secara umum relatif tetap dibanding tahun sebelumnya karena perusahaan tetap berupaya untuk tidak melakukan pengurangan tenaga kerja meskipun kondisi usaha belum pulih. Namun demikian terdapat beberapa perusahaan yang menyatakan terjadi pengurangan tenaga kerja karena menurunnya aktivitas yakni penutupan pabrik maupun penghentian operasional produksi.Ke depan, mayoritas pelaku usaha menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja masih akan relatif sama dengan tahun ini. Namun seiring dengan membaiknya perekonomian dan kondisi usaha, terdapat pelaku usaha yang berencana untuk melakukan penambahan tenaga kerja terkait dengan investasi yang akan dilakukan dan meningkatnya aktivitas usaha perusahaan.

Secara umum biaya mengalami peningkatan pada kisaran yang bervariasi terutama pada biaya tenaga kerja yang mengacu pada ketentuan pengupahan daerah setempat serta biaya energi dan bahan baku. Meskipun demikian terdapat beberapa perusahaan yang justru mengalami penurunan biaya bahan baku karena menurunnya harga bahan baku di pasar dunia.

Harga jual pada relatif sama dengan tahun sebelumnya, meskipun beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa harga jual mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya terutama untuk komoditi ekspor dimana harganya berfluktuasi seiring dengan perkembangan harga di pasar dunia. Selain itu, penurunan harga juga dipengaruhi oleh menurunnya harga bahan baku yang sangat signifikan di pasar dunia maupun karena kondisi permintaan yang belum pulih, sehingga margin usaha secara umum relatif menurun dibanding tahun sebelumnya karena meningkatnya biaya operasional sementara penjualan dan harga jual secara umum masih relatif menurun.


(28)

Sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi masih tercatat sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan tahunan yang paling tinggi pada triwulan III 2009 yakni sebesar 12,43%. Kinerja sub sektor telekomunikasi diprediksi memberi andil besar dalam mendorong peningkatan sektor ini dibandingkan tahun sebelumnya. Semakin banyaknya operator seluler yang menawarkan tarif murah dan semakin tingginya animo masyarakat dalam menggunakan produk telekomunikasi dibandingkan tahun sebelumnya menjadi salah satu penyebab signifikannya pertumbuhan sub sektor telekomunikasi. Sementara itu, sub sektor pengangkutan diprediksi tumbuh dalam kisaran 9,00% yang dipengaruhi oleh rata-rata curah hujan yang relatif lebih rendah dibandingkan kondisi pada tahun sebelumnya menyebabkan kinerja sub sektor ini dapat dikatakan relatif lebih tinggi dibandingkan kondisi tahun lalu.

Sektor jasa-jasa serta sektor bangunan masing-masing diprediksi tumbuh sebesar 9,61% dan 8,92%. Pertumbuhan di sektor jasa-jasa diprediksi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya, yang disebabkan oleh masih lemahnya kondisi perekonomian secara umum dibandingkan tahun sebelumnya yang berdampak pada penurunan konsumsi jasa-jasa secara tahunan. Sub sektor bangunan teridentifikasi mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya (yoy) yang diperkirakan sebagai dampak dari cukup tingginya permintaan masyarakat terhadap properti dibanding tahun sebelumnya.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa serta sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) masing-masing diprediksi tumbuh sebesar 5,02% dan 4,63%. Pertumbuhan tahunan di sektor keuangan diprediksi lebih rendah dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya, sedangkan pertumbuhan sektor LGA diprediksi meningkat dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya yang diantaranya disebabkan semakin meratanya program konversi minyak tanah hingga ke pelosok Sumsel. Program konversi energi yang diluncurkan pertengahan tahun 2008 diprediksi menjadi pendorong konsumsi di sub sektor gas kota, yang mendorong kinerja sektor LGA secara keseluruhan.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) dirediksi tumbuh sebesar 3,04%. Pertumbuhan tahunan di sektor PHR tercatat melambat dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, dimana kinerja sektor PHR pada triwulan II 2009 tercatat tumbuh sebesar 4,14%. Cukup tingginya kinerja tahunan sektor PHR pada triwulan III 2008 menyebabkan pertumbuhan pada triwulan ini secara matematis menjadi tidak optimal.


(29)

Sektor pertambangan dan penggalian diprediksi mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 2,87%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,89%. Sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi diperkirakan cukup memberi andil dalam mendorong peningkatan sektor pertambangan seiring dengan terus menguatnya harga minyak bumi pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari sub sektor pertambangan non migas, kapasitas produksi beberapa pertambangan besar di Sumatera Selatan dalam beberapa tahun terakhir ini tergolong stagnan. Namun walaupun demikian, dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan rencana beberapa industri besar yang berbahan baku pertambangan seperti industri semen berencana membangun pabrik baru.

Sektor pertanian diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor ini diprediksi mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 1,37%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang disebabkan karena pergeseran masa tanam sub sektor tanaman bahan makanan telah menyebabkan kinerja sub sektor tanaman bahan makanan lebih rendah apabila dibandingkan dengan kondisi pada tahun sebelumnya, apalagi pada triwulan sebelumnya kinerja sub sektor tanaman bahan makanan ini tumbuh kurang optimal yang disebabkan telah selesainya masa panen. Sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan diperkirakan mengalami penurunan pertumbuhan masing-masing dalam kisaran 3,00% dan 2,00%.

Kondisi sektor industri pengolahan diperkirakan mengalami pertumbuhan tahunan paling rendah yakni sebesar 0,10% seiring dengan penurunan kinerja sektor pertanian yang terutama disebabkan oleh turunnya kinerja sub sektor industri pengolahan tanpa migas.

Grafik 1.2

Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel


(30)

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan

Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumsel diyakini mengalami perbaikan setelah pada triwulan sebelumnya tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,46% (qtq). Pertumbuhan ekonomi Sumsel secara triwulanan pada triwulan III 2009 diperkirakan mencapai 5,73%. Beberapa indikator ekonomi seperti jumlah pendaftaran kendaraan baru, perkembangan arus penumpang dan barang, konsumsi listrik, serta perkembangan konsumsi semen mengkonfirmasi hal tersebut.

Kinerja perekonomian secara triwulanan pada triwulan III 2009 ditandai dengan semakin membaiknya kinerja seluruh sektor ekonomi dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya, kecuali sektor jasa-jasa. Sektor pertanian diperkirakan mencatat pertumbuhan yang paling tinggi yakni sebesar 14,99%.

Semakin membaiknya sektor pertanian sangat berdampak pada perbaikan kinerja sektor lainnya, terutama pada peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang masing-masing mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar 4,10% dan 4,89%. Sementara itu sektor keuangan, persewaan dan jasa perbankan diperkirakan

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Lapangan Usaha

2008 2009

III IV I II* III**

Pertanian 15.97 (20.54) 0.98 9.86 14.99 Pertambangan

dan Penggalian 1.02 0.73 (0.70) 0.84 1.99 Industri

Pengolahan 4.29 (4.70) (1.08) 2.00 4.10

LGA 1.22 (1.33) 2.10 1.75 2.07

Bangunan 3.78 1.29 (1.44) 3.58 5.33

PHR 6.01 (3.82) (0.85) 3.00 4.89

Pengangkutan &

Komunikasi 6.91 5.18 0.85 1.61 4.32

Keu., Persewaan &

Jasa Perusahaan 2.78 0.26 3.41 0.39 0.90

Jasa-jasa 4.08 1.23 1.87 3.23 2.96

* Angka Sementara

** Proyeksi Bank Indonesia Palembang

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 1.3

PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 dengan Migas

* Angka Sementara

**Proyeksi Bank Indonesia Palembang


(31)

mengalami pertumbuhan triwulanan paling rendah yakni sebesar 0,90%. Namun walaupun demikian sektor tersebut tercatat masih mengalami perbaikan dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,39%.

Dari segi kontribusinya, walaupun mengalami penurunan pangsa, sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan masih tetap merupakan penyumbang PDRB yang paling besar dengan pangsa sebesar 22,29% setelah pada triwulan sebelumnya tercatat memberi sumbangan sebesar 23,11. Sementara itu sektor pertanian dan sektor industri

pengolahan masing-masing menyumbang 21,45% dan 16,63%.

Kinerja ekonomi sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 14,99%. Pertumbuhan triwulanan di sektor ini lebih baik dibandingkan dengan kondisi triwulan II 2009 yang mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 9,86%. Sub sektor perkebunan merupakan pendorong utama membaiknya kinerja sektor pertanian seiring terus membaiknya harga karet di pasar internasional.

Laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian pada triwulan III 2009 tidak terlepas dari penguatan harga komoditas di pasar internasional maupun di tingkat petani dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun disisi lain agak terkendala dengan kondisi cuaca yang kurang kondusif bagi optimalnya kinerja sektor pertanian, yang ditandai dengan menurunnya tingkat curah hujan maupun hari hujan.

Grafik 1.5

Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan

0 50 100 150 200 250 300 350

III IV I II III

2008 2009

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Rata‐rata Curah Hujan Rata‐rata Hari Hujan hari mili meter

Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten

Grafik 1.4

Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2009


(32)

Sub sektor tanaman perkebunan diperkirakan mengalami pertumbuhan triwulanan cukup tinggi yang disebabkan membaiknya permintaan pasar dunia. Namun dari sisi volume relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang antara lain disebabkan pengaruh musim kemarau yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir telah menyebabkan produksi karet dan CPO menyusut sebesar 15% hingga 30%. Sementara itu, menurunnya produksi juga disebabkan karena tingginya harga pupuk sehingga petani kurang maksimal dalam merawat tanamannya.

Rata-rata harga karet di pasar internasional pada triwulan ini mencapai USD cent 201,83/kg atau mengalami peningkatan sebesar 12,97% dibandingkan rata-rata harga pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar USDcent 178,67/kg. Sementara itu rata-rata harga CPO dunia pada triwulan III 2009 tercatat sebesar USD642,84/metrik ton, menurun sebesar 10,50% dibandingkan dengan rata-rata harga pada triwulan sebelumnya.

Kinerja sub sektor tanaman bahan makanan diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya, terutama dari sisi prodiktivitas. Beberapa upaya ekstensifikasi yang dilakukan dengan bantuan dinas terkait cukup mendorong peningkatan produktivitas meskipun luas tanam mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Menurut informasi dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumsel diperoleh keterangan bahwa luas panen padi pada triwulan III 2009 tercatat mengalami peningkatan sebesar 33,13% (qtq) menjadi sekitar 227.279 Ha.

Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet

di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.7 Perkembangan Harga CPO

di Pasar Internasional


(33)

Kondisi sektor bangunan diprediksi relatif membaik dengan pertumbuhan triwulanan sebesar 5,33%, semakin membaik dari kondisi triwulan sebelumnya dimana sektor bangunan pada saat itu mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 3,58%. Membaiknya kondisi sektor bangunan seiring dengan realisasi proyek-proyek swasta yang lebih banyak terfokus pada pengembangan tempat hunian dan juga realisasi proyek pemerintah yang sudah mulai berjalan.

Berdasarkan kegiatan survei bisnis diperoleh informasi bahwa permintaan perumahan Rumah Sederhana Sehat (RSH) maupun segmen rumah menengah ke atas tetap mengalami peningkatan. Suatu hal yang menggembirakan, Asosiasi Semen Indonesia mencatat terjadinya peningkatan penjualan semen sebesar 10,41% (qtq) pada triwulan ini, walaupun peningkatannya tidak sebesar pada triwulan sebelumnya.

Tabel 1.3

Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 1.8

Perkembangan Konsumsi Semen


(34)

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,89% yang disebabkan meningkatnya konsumsi masyarakat pada moment perayaan Hari Raya Idul Fitri dan juga pada beberapa event tahunan seperti Sriwijaya Expo.

Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia, pesanan mobil secara triwulanan diperkirakan mengalami peningkatan dalam kisaran 20%-40%. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari data pendaftaran kendaraan baru yang diperoleh dari Dispenda Propinsi Sumatera Selatan. Data dari Dispenda menunjukkan bahwa pendaftaran mobil baru mengalami peningkatan sebesar 36,79% (qtq) sementara pendaftaran motor mengalami peningkatan sebesar 29,99% (qtq).

Sementara itu dari sektor perhotelan, berdasarkan survei bisnis yang dilakukan diperoleh informasi bahwa penjualan sewa kamar mengalami sedikit penurunan pasca kegiatan pemilu dan juga pada masa bulan Ramadhan. Untuk mempertahankan profit, beberapa hotel gencar menggelar promo-promo kuliner buka puasa dan juga mengoptimalkan jasa penyewaan gedung/ruangan.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni sebesar 4,32%. Kinerja sub sektor komunikasi diprediksi sedikit mengalami percepatan pertumbuhan yakni menjadi sebesar 5% (qtq). Tarif komunikasi yang semakin murah serta terus digulirkannya promo-promo dari sejumlah operator seluler tetap cukup ampuh dalam menjaga kinerja sub sektor ini selain permintaan yang cukup tinggi pada moment Idul Fitri.

Liburan Idul Fitri yang cukup panjang sedikit banyak telah mendorong pertumbuhan sub sektor transportasi. Data dari PT. Pelindo menunjukkan terjadinya peningkatan frekuensi pelayaran maupun jumlah penumpang kapal laut. Begitu pula dengan kondisi transportasi udara yang menurut informasi dari PT. Angkasa Pura II menunjukkan adanya peningkatan jumlah penumpang, baik penumpang domestik maupun internasional.

Grafik 1.9

Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Bermotor


(35)

Sektor Industri Pengolahan diperkirakan mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar 4,10%. Berdasarkan hasil survei dunia usaha, kondisi sub sektor industri pengolahan non migas, khususnya crumb rubber terus mengalami peningkatan pertumbuhan terkait dengan membaiknya permintaan ekspor dan harga karet di pasar internasional yang kembali meningkat.

Sektor jasa-jasa sebagai penunjang geliat perekonomian diperkirakan masih menyumbang pertumbuhan ekonomi Sumsel walaupun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Sektor jasa-jasa diprediksi tumbuh sebesar 2,96%, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Moment Idul Fitri yang jatuh pada triwulan ini diyakini menjadi pendorong pertumbuhan di sektor ini walaupun tidak sebesar dorongan moment pemilihan umum (pemilu), baik pemilu legislatif maupun pemilihan presiden yang jatuh pada triwulan sebelumnya.

Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) diperkirakan meningkat sebesar 2,07% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,75% (qtq). Peningkatan konsumsi LGA di bulan Ramadhan dan semakin lancarnya program konversi energi yang dilakukan pemerintah terus mendorong pertumbuhan di sub sektor gas kota. Sub sektor listrik pun cukup memberikan peran dalam mendorong sektor LGA yang terlihat dari meningkatnya konsumsi listrik secara total.

Grafik 1.11

Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru Propinsi Sumsel

Sumber : PT. Pelindo Boom Baru, diolah

Grafik 1.10

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara


(36)

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian diprediksi sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni menjadi sebesar 1,99% (qtq). Kinerja sektor ini pada triwulan sebelumnya tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,84% (qtq). Terus membaiknya harga minyak mentah di pasar internasional sejak triwulan I 2009 telah membantu kinerja sektor pertambangan ditengah kondisi stagnasi kapasitas produksi yang dialami pelaku usaha di sektor tersebut. Sementara itu, terus harga batu bara di pasar internasional juga tercatat mengalami perbaikan setelah pada triwulan sebelumnya sempat merosot ke USD47,59/metrik ton. Kapasitas produksi beberapa pertambangan besar di Sumatera Selatan dalam beberapa tahun terakhir ini tergolong stagnan. Namun walaupun demikian, dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan rencana beberapa industri besar yang berbahan baku pertambangan seperti industri semen yang berencana akan membangun pabrik baru.

Grafik 1.14

Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.15

Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional Grafik 1.12

Perkembangan Penjualan LPG

Sumber : PT. Pertamina UPMS II

Grafik 1.13

Perkembangan Konsumsi Listrik


(37)

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa pada triwulan ini diprediksi menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi triwulanan yang paling rendah, yakni sebesar 0,90% (qtq). Walaupun demikian, pertumbuhan triwulanan sektor tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan pada triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,39% (qtq). Bergairahnya kondisi ekonomi secara umum pada triwulan ini diprediksi telah mendorong perbaikan kinerja sektor keuangan yang ditandai dengan peningkatan jumlah aset, penghimpunan dana, maupun penyaluran kredit/pembiayaan secara umum. Sementara itu, berdasarkan hasil survei bisnis di sub sektor persewaan diperoleh informasi bahwa selama triwulan ini telah terjadi peningkatan tingkat penyewaan gudang dalam kisaran 10% hingga 20%.

1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan

Pertumbuhan ekonomi secara tahunan (yoy) dari sisi penggunaan masih didominasi oleh konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga walaupun ditengarai mengalami perlambatan. Pertumbuhan sektor konsumsi diprediksi sebesar 6,40% (yoy), mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan konsumsi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,75% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta nirlaba masing-masing diperkirakan sebesar 6,58% dan 44,34%. Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,37% yang disebabkan realisasi belanja yang minim pada periode ini. Hasil quick survey “Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Realisasi Belanja Daerah” dan “Optimalisasi Pemanfaatan Dana Pemerintah Daerah pada Perbankan Daerah” yang dilakukan Bank Indonesia, diperoleh informasi salah satu penyebab rendahnya realisasi belanja disebabkan karena masalah birokrasi yang cukup menyita waktu.

Tabel 1.4

Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2008 –2009 (%)

* Angka Sementara

** Proyeksi Bank Indonesia Palembang


(38)

Dari sisi kegiatan perdagangan, ekspor diperkirakan turun sebesar 9,36%, sedikit membaik dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 10,89%. Sementara itu, impor masih mencatat pertumbuhan tahunan yakni sebesar 6,06%, mengalami perlambatan dibandingkan dengan kinerja tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 7,21%.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan ini lebih disebabkan karena meningkatnya harga komoditas unggulan di pasar Internasional. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari survei kegiatan dunia usaha triwulan III 2009 yang dilakukan KBI Palembang menggambarkan kegiatan usaha yang dilakukan oleh para pelaku usaha di Sumsel mengalami peningkatan dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya.

Grafik 1.16

Perkembangan Kegiatan Usaha

Sumber : SKDU KBI Palembang

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III 2009 mengindikasikan terjadinya peningkatan kegiatan usaha dari persepsi kalangan dunia usaha dibanding triwulan sebelumnya yang tercermin dengan peningkatan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT)1 dari 12,96% menjadi 13,06%.

1

SBT adalah selisih antara jawaban meningkat (optimis) dengan jawaban menurun (pesimis) yang dikalikan dengan bobot masing-masing sektor ekonomi.


(39)

Secara triwulanan (qtq), komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah investasi. Sementara itu komponen ekspor diperkirakan mengalami peningkatan pada kisaran 4%, sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,22%. Melambatnya ekspor dibandingkan triwulan sebelumnya lebih banyak disebabkan karena faktor menurunnya volume ekspor secara keseluruhan. Meningkatnya harga komoditas primer di pasar internasional tidak cukup membantu perlambatan ekspor karena perkiraan turunnya volume ekspor yang cukup signifikan.

Melambatnya volume ekspor secara umum terkonfirmasi dengan menurunnya nilai saldo bersih perkembangan volume pesanan pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III 2009 menjadi sebesar 16,67%, di bawah angka saldo bersih perkembangan volume pesanan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,27%.

Grafik 1.17

Perkembangan Volume Pesanan berdasarkan Persepsi Pengusaha

Sumber : SKDU KBI Palembang

Seiring dengan melemahnya volume pesanan, kapasitas produksi pada triwulan III - 2009 juga tidak mengalami peningkatan. Peningkatan kapasitas terjadi di triwulan yang lalu sebesar 25%. Sedangkan untuk triwulan ini nilai saldo bersihnya adalah 0%. Hal ini terjadi diperkirakan karena peningkatan kapasitas produksi banyak dilakukan oleh pelaku usaha di triwulan lalu, sedangkan di triwulan ini kapasitas produksi tidak ditingkatkan lagi


(40)

Tabel 1.5

Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2008 –2009 (%)

* Angka Sementara

** Proyeksi Bank Indonesia Palembang

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

1.4. Struktur Ekonomi

Berdasarkan strukturnya, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,74%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 42,83%. Peningkatan pangsa di sektor primer terutama didorong sektor pertanian dari sebesar 21,45% menjadi 22,27%.

Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 24,85% dari triwulan sebelumnya yang sebesar 25,16%. Penurunan pangsa di sektor sekunder tersebut disebabkan oleh penurunan pangsa seluruh sub sektor komponen sektor sekunder, yakni sub sektor industri pengolahan, sub sektor LGA, dan sub sektor bangunan yang masing-masing mengalami penurunan pangsa sebesar 0,26%, 0,02% dan 0,03%.

Grafik 1.18

Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan


(41)

Tabel 1.6

Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 – 2009 (Persen)

* Angka Sementara

** Proyeksi Bank Indonesia Palembang

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Pangsa sektor tersier diperkirakan sedikit menurun dari sebesar 32,01% pada triwulan sebelumnya menjadi 31,41%. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya penurunan pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor ini.

Dari sisi penggunaan, walaupun mengalami penurunan pangsa menjadi 69,82%, secara struktural konsumsi masih memperlihatkan peran yang dominan pada PDRB. Pada triwulan sebelumnya kontribusi komponen konsumsi tercatat sebesar 71,93%.

Kontribusi konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 60,88%, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan pangsa pada triwulan sebelumnya yang sebesar 62,73%. Sementara itu komponen eksternal yang merupakan selisih dari ekspor dan impor tercatat mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,20% dari sebesar 8,30% pada triwulan sebelumnya.

Tabel 1.7

Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 – 2009 (Persen)

* Angka Sementara

** Proyeksi Bank Indonesia Palembang


(42)

1.5. Perkembangan Ekspor Impor 1.5.1. Perkembangan Ekspor

Nilai ekspor selama tiga bulan terakhir (Juni - Agustus 2009) tercatat sebesar USD398,92 juta, menurun sebesar 43,86% dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang mencapai USD710,63 juta. Sementara itu dibanding periode triwulan sebelumnya (qtq), nilai ekspor tercatat meningkat sebesar 27,55 % dari sebesar USD312,76 juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet yakni dengan pangsa sebesar 65,53%.

Nilai ekspor Sumsel tahun 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 (ytd) tercatat sebesar USD927,67 juta atau menurun sebesar 52,38% dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar USD1.948,08.

Tabel 1.9

Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (Juta USD)

Sumber : DSM Bank Indonesia

Berdasarkan volume, ekspor pada periode (Juni - Agustus 2009) tercatat sebesar 678,56 ribu ton atau menurun sebesar 2,55% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 696,28 ribu ton atau meningkat sebesar 39,65% dari periode Maret - Mei 2009 (qtq) yang tercatat sebesar 485,91 ribu ton.

Tabel 1.8

Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD)


(43)

Sementara itu, volume ekspor Sumsel tahun 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 tercatat sebesar 1.532,11 ribu ton atau menurun sebesar 24,08% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 2.018,16 ribu ton.

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Ekspor

Propinsi Sumatera Selatan

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.20

Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.21

Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Tujuan

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.22

Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Tujuan Jun 09-Agt 09


(44)

Berdasarkan negara tujuan ekspor, negara Cina masih merupakan negara tujuan utama ekspor dengan pangsa sebesar 30,88%, diikuti oleh Amerika Serikat sebesar 12,67%, dan Malaysia dengan pangsa sebesar 5,75%.

1.5.2. Perkembangan Impor

Realisasi impor periode triwulan ini tercatat sebesar USD69,61 juta, meningkat sebesar 25,23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar USD55,59 juta. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi peningkatan nilai impor sebesar 21,20% dari sebesar USD57,44 juta. Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan meningkatnya impor pupuk kimia dan mesin industri yang banyak digunakan dalam menunjang kegiatan sektor pertanian, sektor pertambangan, maupun industri pengolahan.

Berdasarkan volume, impor pada periode saat ini tercatat sebesar 92,39 ribu ton atau mengalami peningkatan sebesar 42,80% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 64,70 ribu ton. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), volume impor tercatat mengalami peningkatan sebesar 59,19% dari sebesar 58,04 ribu ton.

Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.24

Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan


(45)

Berdasarkan negara asal, pangsa impor yang terbesar masih berasal dari negara Cina yakni sebesar 22,58%, kemudian disusul oleh negara Malaysia dengan pangsa sebesar 11,71%, dan negara Singapura dengan pangsa sebesar 4,30%.

Grafik 1.25

Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Asal

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.26

Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Asal Jun 09-Agt 09


(46)

Inflasi tahunan telah menemukan titik balik, selanjutnya diperkirakan meningkat perlahan mengikuti proses pemulihan perekonomian.

Lonjakan inflasi bulan September 2009 sangat tajam yang didorong oleh kenaikan

konsumsi masyarakat sehubungan dengan bulan puasa dan lebaran.

2.1. Inflasi Tahunan

Inflasi1

tahunan kota Palembang pada triwulan III 2009 adalah sebesar 1,30% (yoy), atau menurun cukup drastis dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat 2,92% maupun inflasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 14,19%. Inflasi tahunan pada triwulan III 2009 tersebut diperkirakan telah mencapai titik terendah, untuk selanjutnya tekanan inflasi akan mengalami peningkatan seiring proses pemulihan perekonomian, ditandai dengan telah membaiknya harga komoditas internasional maupun faktor teknikal.

Penurunan inflasi tersebut utamanya juga disebabkan oleh faktor teknikal, yakni pencapaian inflasi pada periode yang sama pada tahun lalu yang sudah tinggi. Selain itu, penurunan tersebut juga tidak terlepas dari cukupnya pasokan bahan-bahan pokok serta

1

Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia sejak 1 Juli 2008 menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007. Cakupan kota bertambah dari 45 kota menjadi 66 kota. Paket komoditas secara nasional naik dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 di tahun 2007, sementara paket komoditas untuk kota Palembang juga bertambah dari 314 komoditas menjadi 360 komoditas.

Grafik 2.2

Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan III 2009

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang


(47)

30

penu masya khusu perek diper berke

runan pend arakat yang usnya karet konomian s kirakan akan ecenderunga

Perke

Sum

Perke

Sum

apatan dan g menggan

dan kelapa secara luas.

n menjadi t n mengalam

Perkembangan mbangan Harga

ber : Bloomberg,

embangan Harg

mber : Bloomberg,

daya beli ntungkan m sawit, yang Sehingga titik balik, d mi peningkata

n Harga Komodi a Terigu

diolah

ga Emas

, diolah

akibat krisis mata pencah

g kemudian dengan k dimana pada

an.

Grafik 2.3 itas Strategis (y

s keuangan hariannya p memberika kondisi terse a bulan-bula

yoy) di Pasar Inte Perkembang

Sumber : Blo

Perkembanga

Sumber : Blo

global teru pada usaha

n efek mult ebut, bulan an ke depan

ernasional gan Harga Beras

oomberg, diolah

an Harga Kedela

oomberg, diolah

tama kepad perkebuna tiplier kepad n Septembe n inflasi aka

s

ai

da an da er an


(48)

Selata perke juga m triwu USD/m terigu menja masin harga 960,9 mem tertin maka 1,79% 0,97% deflas penu efek y terseb diban kelom tahun sebes 2009 berim maup Sekalipun an telah me embangan h

menjadi sala Dibanding lan III 2009 metrik ton, u dan harga

adi 4,41 US ng-masing m a emas men 91 USD/oz. P pengaruhi pe

Berdasark ggi yaitu se anan jadi ser %. Sebalikny %. Bahkan si, yakni m runan harga yang cukup but diperliha ndingkan den Bila diband mpok menga nan paling d sar 5,61% p

. Hal terseb mplikasi pada

pun SLTA.

harga beb engalami ke arga secara h satu faktor gkan dengan mengalami atau menga a kedelai m SD/bushel da mengalami p ngalami pen Perkembanga erkembanga an kelompo ebesar 7,55% rta kelompo ya, inflasi te

kelompok t asing-masing BBM yang d dominan ter atkan oleh m ngan periode dingkan den alami penuru dalam adalah pada triwulan but terkait d

a penurunan

berapa komo enaikan, nam tahunan m r penekan laj n triwulan seb

peningkata alami penuru masing-masin

an dari 11,2 eningkatan ingkatan seb an harga-har

n harga di P ok barang, %. Urutan k k bahan ma erendah terj transportasi g sebesar 5 dilakukan pa rhadap penc

asih relatif r e yang sama ngan triwula

unan. Kelom h kelompok n II 2009 m dengan adan

n biaya seko

oditas ungg mun masih asih menga ju inflasi. belumnya, h

n dari 490, unan sebesa g mengalam 24 USD/bush sebesar 21,5 besar 4,19% rga komodita alembang. kelompok s kedua dan k akanan yaitu jadi pada k

dan kelom 5,49% dan ada akhir 20 capaian inflas

endahnya ha tahun lalu. an II 2009, mpok barang

pendidikan enjadi terde nya realisasi

olah di Sum

gulan yang terdapat be lami penuru

arga beras d 26 USD/met ar 1,93% (q mi penuruna

hel menjadi 56% (qtq) d % (qtq) dari

as tersebut d

sandang me ketiga dicata u masing-ma kelompok ba pok pendid 0,87%. Be 08 secara te si tahunan p arga-harga ja

inflasi tah g yang men dari yang s flasi sebesar komitmen matera Selata diekspor ol eberapa kom unan. Penuru

di pasar inter trik ton men qtq). Sement

an dari 5,63 10,47 USD dan 6,81% ( 922,26 US di pasar inter

engalami in at oleh bara asing sebesa ahan perum ikan tercata erdasarkan eknikal masih pada triwulan asa kelompo

unan di se ngalami penu

semula men r 0,87% pad

Pemerintah an, baik un

leh Sumater moditas yan unan tersebu

nasional pad njadi 499,7 ara itu harg 3 USD/bush D/bushel, ata (qtq). Adapu D/oz menjad rnasional jug flasi tahuna ng kelompo r 7,13% da ahan sebesa at mengalam

hal tersebu h memberika n III 2009. H ok transporta bagian besa urunan infla ngalami infla da triwulan Daerah yan tuk SD, SLT

ra ng ut da 71 ga el au un di ga an ok an ar mi t, an al asi ar asi asi III ng TP


(49)

32 triwu dan teleko inflas dome untuk terka non s sehub menin Secar kelom ini te akan gradu perek baran nasio sebes Rata-2003 sehin nasio waktu nasio terseb perub dipen 2009 Palem

Di sisi lain lan sebelum

kelompok omunikasi m

i, yang diseb estik yang m k kelompok

it perayaan I subsidi yang bungan

ngkatnya h

ra umum, in mpok barang elah mencap

terjadi pen ual yang did konomian da ng dan jasa. Inflasi tah nal. Hal ters sar 4,64% se

rata inflasi ta sampai de gga Kota Pa nal dengan s u Januari 20 nal yang seb but juga le bahan harga ngaruhi oleh ini, inflasi t mbang dan n

n, dibanding mnya, kelomp k transpo mengalami babkan oleh mengalami k sandang,

dul Fitri, dan telah sediki

dengan harga min nflasi tahun g pada triwu pai dasarnya,

ningkatan in dorong oleh an kenaikan

unan kota P sebut ditunju edangkan an ahunan kota engan Septe alembang m selisih rata-ra 003 sampai besar 18,38% ebih rendah

a barang d dinamika p tahunan Pale asional masi gkan dengan pok sandang ortasi dan peningkatan h permintaan peningkatan khususnya n harga BBM it meningkat kembal yak dunia an berbaga ulan III 2009

, selanjutnya nflasi secara h pemulihan permintaan

Palembang h ukkan oleh a ngka standa

Palembang ember 2009 masih memilik

ata 1,51%. I dengan Sep %. Inflasi ter

dari nasio dan jasa se perekonomian embang bera ng-masing s n g n n n n a M t i . i 9 a a n n

ingga saat in angka stand r deviasi infl dan inflasi ta 9 masing-ma ki kecenderu nflasi terting ptember 200 rendah di ko onal, yaitu

cara umum n yang bers ada jauh di b

ebesar 1,30%

Perkemb

ni masih lebi ar deviasi in asi tahunan ahunan nasio asing sebesa ungan tingka ggi di kota Pa 09 adalah 2 ota Palemban

sebesar 1,0 m di kota P

ifat jangka p bawah inflas % dan 2,83%

Gr bangan Inflasi Ta

dan Jasa

Sumber: BPS Pro

h fluktuatif d nflasi tahuna

nasional seb onal pada pe ar 10,03% at inflasi leb alembang se 21,81%, leb ng selama re 06%. Denga Palembang pendek. Pad si nasional, d % (yoy).

rafik 2.4 ahunan per Kelo

di Palembang

pinsi Sumatera Se

dibandingka n Palemban besar 3,80% eriode Janua

dan 8,53% bih tinggi da elama rentan ih tinggi da entang wakt an demikian

lebih sensit da Triwulan I dimana inflas ompok Barang elatan n g %. ri %, ri g ri u n, if III si


(50)

2.2. I Kota 2009 bulan penin Agust sebes meng raya bahw temp terjad norm finans maup Fitri t inflas Perband Palem Sumbe nflasi bulan Palembang tercatat m nan sebesar ngkatan taja tus 2009 sar 0,14%. galami penin Idul Fitri, wa konsum orer tersebu di disaat p al relatif ren sial global pun tidak lan

Elastisitas p ersebut juga i bulan Septe

Grafik 2.5 ingan Inflasi Ta mbang dan Nasio

er: Biro Pusat Stat

nan pada bula mengalami 1,29% (mtm am diband yang meng . Konsums ngkatan me yang juga msi masya ut bersifat in permintaan

dah akibat p baik seca ngsung. permintaan y tercermin d ember 2008, ahunan onal tistik an Septemb inflasi seca m), mengala ingkan bula galami defla i masyarak enyambut ha membuktika arakat yan elastis, kare pada kond pengaruh kri ara langsun yang rendah ari lebih ting , yang hanya

Rat Sta De Mak Min ber ara mi an asi kat ari an ng na disi sis ng terhadap pe gginya inflasi a sebesar 1,0

Statistika De Palemb Januari 20 Pale ta-rata 1

andar

eviasi 4 ksimum 2

nimum 1

Sum endapatan p bulan Septe 5% (mtm). G Perkembangan Pa

Sumber: BPS Pro

Tabel 2.1 eskriptif Inflasi bang dan Nasio 003 - Septembe embang Nas

0.03 8. 4.64 3. 21.81 18 1.06 2. mber: BPS, diolah

ada bulan p ember 2009

Grafik 2.6 n Inflasi Bulanan

alembang

opinsi Sumatera S

Tahunan nal, r 2009 ional Selisi 53 1.51 80 0.84 8.38 3.43 71 -1.65

puasa dan Id dibandingka

n (mtm)

Selatan h 1 4 3 5 ul an


(51)

34 inflas pemb yang andil Kelompok i yang sa bangunan ap mengusaha penting bag Perkembang per Ke Sumber: k perumahan ngat renda partemen ole

kan biaya ke gi rendahnya

Grafik 2.7 gan Inflasi Bula elompok Barang

BPS Propinsi Sum

n, kelompok ah. Program eh berbagai esehatan da

inflasi di sek

nan Palembang g dan Jasa

matera Selatan p p k m M Id p k A te m k S le ta m in d w tr lo te ya F ya kesehatan, m rumah pengemban n pendidika ktor-sektor in

g Inflasi

ada bulan ada kelomp elompok m masing sebe Momen bulan

dul Fitri m eningkatan edua jenis ke Animo pemb

erkait peraya menyebabkan elompok san Pening eptember t ebih tinggi

ahun lalu. menunjukkan nelastis t ibandingkan waktu yang ransportasi onjakan infla erkait denga ang mening itri, serta pe ang terjadi d dan kelompo murah, mu ng, dan kebi n menjadi le ni.

bulanan ya September pok bahan m

makanan j sar 3,09% n puasa dan menyebabka harga yang elompok bar belian sandan

aan Idul Fitri n meningka ndang sebesa

katan ha tahun ini s dari bulan . Yang n konsumsi h

terhadap n konsumsi

g lainnya. juga meng asi pada bula n permintaa gkat menjela

eningkatan h di pasar intern ok pendidika ulai banyak

ijakan peme ebih murah t

ang tertingg 2009 terjad makanan da adi masing dan 2,03% perayaan ha n terjadiny g tajam pad rang tersebu ng yang jug tersebut jug atnya harg ar 1,28%. arga bula ecara umum n Septembe sekali lag hari raya yan

pendapata pada waktu Kelompo alami sedik an Septembe n transporta ang libur Idu

harga minya nasional. an mengalam nya rencan rintah daera turut menjad gi di an g-%. ari ya da t. ga ga ga an m er gi ng an u-ok kit er, asi ul ak mi na ah di


(1)

      asing cuku Ekspo Impor Pertum Inflasi Penga Invest Konsu Kredit *Predik                              

g akan serin p tinggi. Indikator r r mbuhan i angguran tasi umsi domestik t perbankan ksi mempertimbang ngkali terga Prediksi Beb P Mode Mode Mode Meni Mode Mode Tingg Mode

gkan kondisi terkin

anggu aksi p

berapa Indikato Prediksi erat erat erat ngkat erat erat gi erat

ni, ekspektasi, dan

7. Out

profit takin Tabel 7.3 or Perekonomia Harga komodita rendah, namun membuat baran Pendapatan per relatif stabil, bah Harga komodita potensi recovery Ketersediaan sto teknikal Efisiensi produks Membaiknya ou frekuensi gempa Realisasi pengel Target kredit 20 inflasi akan men karakteristik siklik

tlook Pertumbu

g sehingga

an pada Triwul Faktor

as dunia berpote Rupiah yang cen ng ekspor kurang kapita yang me hkan diprediksi t as dunia yang be y, realisasi fiskal ok yang masih a

si, potensi recov utlook perekono a yang semakin uaran pemerinta 009, prospek bisn ningkat

al secara relatif ter

uhan Ekonomi

volatilitas j

lan IV 2009 penyebab

ensi meningkat w nderung terapre g kompetitif di p eningkat, dan nil

terapresiasi. erpotensi mening

man, stabilnya n

very perekonomi mian Indonesia. tinggi meningka ah yang masif pa nis yang memba

rhadap keadaan no

dan Inflasi Da

jangka pen

walaupun masih esiasi dapat pasar internasion

ai Rupiah yang

gkat seiring adan

nilai Rupiah, fakt

an dunia Namun di sisi la atkan risiko inves ada akhir tahun aik, namun tekan

ormal erah 111 dek nal. nya tor ain, stasi nan


(2)

1

7. Ou  

12   

                               

 

tlook Pertumbuhan Ekonom

Ha T

i dan Inflasi Da

alaman ini This page is

aerah

  sengaja di s intention

ikosongkan nally blank


(3)

DAFTAR ISTILAH

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya

Qtq Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya

Share Of Growth Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan

Migas Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Share effect Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah. Indeks

Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap

tingkat inflasi secara keseluruhan

Bobot inflasi Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut

Ekspor Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil


(4)

PDRB atas dasar harga berlaku

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian

PDRB atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya

Bank Pemerintah Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun

Cash inflows Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu

Cash Outflows Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode

tertentu

Net Cashflows Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama

terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya

Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan

Kualitas Kredit Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional

Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent)

Kliring Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas

nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu

Kliring Debet Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional


(5)

Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.


(6)

                               

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank