Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pai Mupaya Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Materi Kisah Nabi Adam As Dan Nabi Muhammad Saw Melalui Metode Snowball Throwing Di Kelas Iv Sdn Jatiwaringin Iv Bekasi

(1)

THROWING DI KELAS IV SDN JATIWARINGIN IV BEKASI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh: FITRIYANI 1812011000072

PROGRAM DUAL MODE SYSTEM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGESAHAN SKRIPSI

Upay* Meringkatan Mofivasi BelajarSisw*pade Msfa Pel*jaran PAI l.f{,cteri Kisrt Na#i Adam As dan Nabi lHuhamurad SAW mel$fui *Iebde

Snowbell Throwing tli Kelas MDN J*fiwaringin IY Beknsi

Skripsi

Diajukan Kepaila Fakultas llmu Tarbiyah elan Keguruan trntuk Memenuhi Syarat MencapaiCelar Sarjana Pendidikan lslmn (S" Pd. D

Oleh: Fitriyani 18r2S11ffim?2

PROGRAM DUAL MODE SYSTEM PE}{DIDIKAN AGAMA ISLAM X'AKUI"TAS ILI$U TARSIYAI{ I}AN T(EGURUAN

{.iTI{ SYAR..H' AIDAYAT{,ILLAfi

JAKARTA zgt6

t

IIn

tlll

r


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul *Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI materi Kisah Nabi Adam As dan Nabi Muhammad SAW Melalui Metode Snowball Throwing di Kelas IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi". Disusun oleh Fitriyani Nomor Induk Mahasiswi 181201 1000072, Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Munasaqah pada tanggal 18 Juli 2016 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.D dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta.26 Juli 2016 Panitia Ujian Munasaqah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI) Tanggal Tanda Tangan

NIP: 19580807 198703 1 005 Sekretaris Jurusan PAI

(Marhamah Saleh. LC..'M.A.) NIP: 19720313 200801 2010 Penguji I

(Dr. Akhmad Sodiq. M.Ae) NIP : 19710709 199803 I 001 Penguji II

(Desmaliza" M.Ed)

lfaht6

2o1L

Lbl tb

.t.7 .


(4)

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

:FITRTYANI

: 1 8 1 2 0 1 1 0 0 0 0 7 2

: Jurusan Pendidikan Agama Islam

: Jalan Dukuh V RT.003 RW.04 No'36 Kelurahan: Dukuh, Kecamatan: Kramat Jati, Jakarta Tirnur' Kode pos: 13550

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul "Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI materi Kisah Nabi Adam As dan Nabi Muhammad sAw Melalui Metode snowball Throwing di kelas w sDN Jatiwaringin IV Bekasi" adalah benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbinean dosen:

Nama Nim Jurusan Alamat

Nama NIP

Status

: Dr. Dimyati, M.A : 19640704199303 1003

: Dosen Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya meneima konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan karya saya atau menjiplak karya orans lain.

Jakarta. 26 }uli2016


(5)

i ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI materi Kisah Nabi Adam As dan Nabi Muhammad SAW Melalui Metode Snowball Throwing di kelas IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi. Skripsi. Jakarta : Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI melalui metode Snowball Throwing di kelas IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi.

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes disetiap akhir siklus dan pemberian angket motivasi belajar. Hasil tes yang diberikan menunjukkan bahwa penerapan metode Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar PAI di kelas IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi.

Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus I yang diperoleh sebesar 70 atau sebesar 27,7%, lalu pada siklus II telah terjadi perubahan pada skor rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 81,8 atau sebesar 72,22%. Sedangkan Prosentase yang diperoleh dari hasil tes disetiap akhir siklus yang diberikan disiklus I nilai rata-rata skornya sebesar 7,30 atau sebesar 61% lalu meningkat nilai rata-rata skornya sebesar 8,3 atau sebesar 83,3% pada siklus II.

Jadi dengan diterapkan metode Snowball Throwing di kelas IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi, maka telah terjadi peningkatan pada motivasi belajar siswa di mata pelajaran PAI.


(6)

ii ABSTRACT

The efforts to Improve Student Motivation in Subjects PAI story of Prophet Adam As the material and the Prophet Muhammad through Throwing Snowball Method in class IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi. Essay. Jakarta: Study Program of Islamic Education, Islamic Education Department, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in 2016.

The purpose of this study is knowing an increase in students' motivation to subjects PAI approach Throwing Snowball method in class IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi.

This type of research is classroom action research (PTK). The instrument used to collect data is the end of each test cycle and the provision of learning motivation questionnaire. The test results provided indicates that the implementation approach Throwing Snowball method can increase motivation to learn PAI in class IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi.

It can be seen from the average score of student motivation in the first cycle were obtained by 70 or by 27.7%, and the second cycle has been a change in the average score of 81.8 students' motivation or by 72.22 %. While the percentage obtained from the results of tests on each end of the cycle given cycled I value the mean score of 7.30 or by 61% and increased the value of the average scores of 8.3 or amounted to 83.3% in the second cycle.

So with the applied Throwing Snowball method in class IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi, there have been an increase in students' motivation in subjects PAI.

Keywords: Motivation and Approach Throwing Snowball Method.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan berbagai macam nikmat serta taufik dan hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menjadi Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya kita dapat terselamatkan dari kegelapan menuju kepada cahaya yang terang benderang dengan datangnya agama islam yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Semoga dengan sholawat dan salam yang senantiasa kita curahkan, kita semua kelak mendapat syafaatnya Nabi Muhammad SAW dihari kiamat nanti,amin.

Penulis menyadari bahwa membuat skripsi bukanlah hal yang mudah dan tidak semudah membalik telapak tangan. Melainkan butuh semangat yang tinggi serta keyakinan yang mendalam. Namun berkat dorongan, bimbingan serta bantuan yang tak ternilai dan tak terhingga dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis berdo’a semoga bantuan dan dukungan tersebut menjadi amal ibadah di sisi Allah Swt. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memotivasi serta memberikan sumbangan baik moril maupun materil kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta., Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

2. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta., M. Zuhdi, Ph. D

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag. Dan ibu Murhamah Saleh, Lc, M.A.

4. Bapak Dr. Dimyati, MA sebagai dosen pembimbing penulis yang telah banyak meluangkan waktu, fikiran dan kesabaran yang teramat tulus disela-sela kesibukannya yang luar biasa untuk memberikan bimbingan kepada pebulis selama menyelesaikan skripsi. Terima kasih ya Pa....!


(8)

iv

5. Para dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan ikhlas dan sabar selama masa kuliah.

6. Bapak Kepala Sekolah SDN Jatiwaringin IV Sakri, S.Ag., MM yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai ayah Abidin dan Umi Suniah. Terlalu banyak pemberian yang kalian berikan kepadaku dari sejak baru lahir sampai sekarang ini. Penulis tidak bisa membalasnya, kecuali dengan berharap dan berdo`a semoga Allah melimpahkan rahmat dan maghfiroh kepada mereka.

8. Kepada suami penulis Muhammad Harun dan anak ku tercinta Muhammad Fathir Amrulloh, yang selalu memotivasi dan menjadi penyemangat dalam penulisan skripsi ini.

9. Kakanda Jutiah S.Pd dan Yosep Saputra, yang senantiasa menyemangati pembuatan skripsi.

10.Adinda Nur Laela Sari, yang membantu dan memberikan informasi pada proses pengetikan skripsi ini.

11.Seluruh teman-temanku seperjuangan dan sepenanggungan yaitu anak PAI khususnya kelas B, jazaakalloohu khoiron katsiiron.

Jakarta, 26 Juli 2016

FITRIYANI


(9)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Deskripsi Teoritik ... 9

1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa ... 9

a. Pengertian Motivasi ... 9

b. Fungsi motivasi ... 12

c. Pengertian Belajar Siswa ... 13

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 20

3. Pengertian Metode Snowball Throwing ... 21


(10)

vi

b. Pengertian Metode Snowball Throwing ... 22

4. Langkah-langkah Metode Snowball Throwing ... 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan ... 26

D. Hipotesis Tindakan... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Peran dan Posisi dalam Penelitian ... 31

E. Tahap Perencanaan Penelitian ... 32

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

I.Teknik Pengumpulan Data ... 35

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 36

K. Analisa Data dan Interpretasi Hasil Data ... 36

1. Analisis Hasil Belajar ... 36

2. Data Observasi Kegiatan Siswa ... 37

3. Data Angket Motivasi Belajar PAI ... 37

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 37

1. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 37

2. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 39

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 42

1. Data Sekolah Dasar Negeri Jatiwaringin IV ... 42

a. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah Dasar Negeri Jatiwaringin IV ... 42


(11)

vii

c. Data Guru-guru SDN Jatiwaringin IV Tahun Pelajaran

2015-2016 ... 45

2. Proses Pembelajaran Siklus I ... 45

3. Proses Pembelajaran Siklus II ... 51

B. Analisis Data ... 54

1. Analisis Data Silkus I ... 54

2. Analisis Data Siklus II ... 59

C. Pembahasan ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Penggunaan Metode Snowball Throwing ... 35

Table 4.1 Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa PAI ... 54

Table 4.2 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus I ... 56

Table 4.3 Skor Motivasi Belajar PAI pada Siklus I ... 57

Table 4.4 Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa PAI ... 59

Table 4.5 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus II ... 61

Table 4.6 Skor Motivasi Belajar PAI pada Siklus II ... 62

Table 4.7 Rekapitulasi Nilai Tes Akhir Siklus I dan II Siswa KelasIV ... 63


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Kurt Lewin ... 31

Gambar 2 Suasana Belajar Siklus I ... 48

Gambar 3 Suasana Belajar Kelompok Siklus I ... 49


(14)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Dalam lingkungan pendidikan modern, ceramah sebagai metode mengajar yang telah menjadi salah satu persoalan yang cukup sering diperdebatkan. Sebagian orang menolak sama sekali dengan alasan bahwa metode ceramah dalam pembelajaran kurang efisien dan bertentangan dengan cara manusia belajar. Sebaliknya, sebagian yang mempertahankan berdalih bahwa ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dan dalam setiap pertemuan di kelas guru tidak mungkin meninggalkan ceramah, walaupun hanya sekedar sebagai kata pengantar pelajaran atau merupakan uraian singkat di tengah pelajaran.

Metode ceramah menurut Jumanta Hamdayama di dalam bukunya yang berjudul Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.1 Namun pada metode ceramah, siswa hanya sebagai objek, sedangkan guru sebagai subyek, sehingga siswa menjadi ramai sendiri, mengantuk dan tidak memperhatikan gurunya. Seharusnya siswa yang menjadi subyek pelaku pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, dengan demikian siswa menjadi terlibat dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan, keahlian, dan ketrampilan yang dimilikinya.

Mengenai hal ini guru dituntut untuk membuat model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Agar dapat meningkatkan motivasi siswa maka guru perlu mengurangi metode ceramah, menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian, memodifikasi dan memperkaya bahan agar siswa menjadi tertarik dengan pelajaran yang

1 Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2014), h. 167-168.


(15)

disampaikan oleh guru, dan mereka dapat merealisasikan didalam kehidupannya.

Hasil penelitian di dunia pembelajaran sebagaimana yang telah dinukil oleh Udin S Winataputra di dalam bukunya Metode Belajar dan

Pembelajaran, menyatakan bahwa penggunaan media yang beragam (dua

atau lebih) secara variatif menghasilkan dampak positif yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran dari pada media tunggal secara terus menerus.2

Pada masa sekarang ini, dunia semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat baik di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun kebudayaan. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar harus meningkatkan pendidikan sebagai salah satu upaya untuk mengikuti perkembangan zaman. Berbagai upaya memang telah dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Upaya tersebut di antaranya dengan dikeluarkannya UU No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, PP No. 74 tahun 2008 tentang guru, Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik guru, Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Kepmendiknas No. 044/U/2002 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan Program Wajib Belajar 9 tahun dengan sasaran semua anak usia 7 tahun hingga 15 tahun, untuk mengikuti pendidikan 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah lanjutan pertama.3 Dengan demikian bahwa pendidikan merupakan pilar utama untuk kemajuan suatu bangsa yang mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi.

Tujuan pendidikan nasional itu sendiri, sebagaimana disebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3, adalah sebagai berikut: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat

2 Udin S Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. Ke-4, h.2.12.

3 Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah, Meretas Pendidikan Nilai, (Bandung : Arvino Raya, 2010), h. 50.


(16)

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.”4

Pada UU Sistem Pendidikan Nasional dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan itu mengarah kepada pendidikan agama. Karena dengan bekal pendidikan agama yang baik siswa akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab dimana pun dia berada.

Sebagaimana terdapat di dalam UUSPN No. 2 tahun 1989 pasal 39 ayat 2, ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan agama. Maksudnya adalah bahwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.5

Menurut Konsorium Ilmu Agama Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan agama di perguruan tinggi adalah untuk membantu terbinanya sarjana beragama yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu sarjana yang berbudi pekerti luhur, berfikir filosofis, analitis, sistematis, berfikir rasional dan dinamis, berpandangan luas, ikut serta secara aktif dalam pembangunan melalui pengembangan dan pemanfaatan ilmu, teknologi dan seni untuk kepentingan nasional.6

Kalau tujuan pendidikan dirumuskan untuk pendidikan agama Islam, maka tujuan pendidikan agama Islam adalah membantu terbinanya sarjana

4 Ibid., h. 53.

5 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. ke-4, h. 75.

6 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-2, h. 7.


(17)

muslim yang beriman, berilmu, dan beramal sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam. Pendidikan tersebut melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pembelajaran Agama Islam dapat ditunjukkan dengan ciri-ciri atau tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengalaman akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang telah di contohkan di dalam kehidupan para Nabi dan Rasul Allah SWT.

Belajar merupakan suatu proses yang harus dan dituntut tetap ada di dalam diri manusia. Belajar akan menjadikan manusia menjadi lebih baik, tidak terjebak pada kesalahan atau kegagalan yang sama, cerdas, bijak, adil, taat kepada Allah SWT, serta mendapat sejuta kebaikan lainnya.

Sebagai suatu proses tanpa henti, belajar seharusnya dilakukan setiap waktu, di setiap tempat dan kesempatan. Secara formal dan di lembagakan. Belajar dilakukan di sekolah dalam rangka membentuk manusia yang utuh, sehat jasmani dan rohaninya.

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.7

Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan


(18)

belajar yang sengaja diciptakan.8

Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler, sebagaimana telah di kutip oleh Udin S Winataputra di dalam bukunya yang berjudul teori belajar dan pembelajaran, bahwa belajar adalah “proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan keaneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.”9 Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat relatif dan mantap yang mencakup berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis. Belajar merupakan proses yang dilakukan sepanjang hidup manusia. Walaupun belajar seiring dengan pelaksanaan proses hidup manusia tetapi hal tersebut tidak tercipta begitu saja melainkan terjadi melalui proses yang disengaja. Suyono dan Hariyanto di dalam bukunya yang berjudul belajar dan pembelajaran mengutip pengertian belajar menurut Illeris dan Ormorod, bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa bersama-sama pengaruh dan pengalaman kognitif, emosional, dan lingkungan untuk memperoleh, meningkatkan atau membuat perubahan di dalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan cara pandang dari seseorang.10

Proses belajar mengajar yang dilakukan secara formal di sekolah sebagian masih saja menggunakan format lama. Format lama yang dimaksud adalah penggunaan cara-cara belajar mengajar yang bersifat konvensional yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru, kaku dan statis. Hampir tidak ada kesempatan bagi siswa untuk menuangkan kreatifitasnya dan menyampaikan gagasannya. Hal tersebut tentu saja berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dan siswa merasa jenuh, kurang termotivasi dan kurang aktif. Termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

8 Winataputra, op. cit., h. 1. 5. 9 Ibid.

10 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. Ke-3, h. 14.


(19)

Pengembangan pembelajaran pendidikan agama Islam perlu diupayakan bagaimana agar dapat mempengaruhi dan menimbulkan motivasi melalui penataan metode pembelajaran yang dapat mendorong tumbuhnya motivasi belajar dalam diri peserta didik.

Oleh karena itu peneliti ingin meneliti peningkatan motivasi siswa terhadap mata pelajaran PAI dengan menggukan sebuah metode bernama Snowball

Throwing. Guna menghilangkan kejenuhan yang terjadi pada proses belajar

mengajar agama di kelas dan motivasi yang kurang. Metode Snowball

Throwing (ST) atau juga sering dikenal dengan Snowball Fight merupakan

pembelajaran yang diadopsi pertama kali game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konteks pembelajaran,

Snowball Throwing diterapkan dengan melempar segumpal kertas untuk

menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru. Strategi ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut, serta melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya.

Penggunaan metode ceramah sering kali digunakan guru dalam proses belajar mengajar dikelas. Peneliti ingin meneliti peningkatan motivasi siswa terhadap mata pelajaran PAI dengan mengangkat sebuah tema yang berjudul

”Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI materi Kisah Nabi Adam As dan Nabi Muhammad SAW Melalui Metode Snowball Throwing di kelas IV SDN Jatiwaringin IV Bekasi.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka timbul permasalahan antara lain:

1. Metode ceramah menjadikan anak menjadi kaku dan monoton terhadap pembelajaran PAI.

2. Kurangnya motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran PAI karena metode pembelajarannya kurang variatif.


(20)

3. Metode yang kurang bervariasi menjadikan siswa menjadi jenuh pada mata pelajaran PAI.

C

.

Pembatasan Masalah

Mengingat banyak sekali masalah yang terjadi pada motivasi belajar siswa di SDN Jatiwaringin IV dan seringnya penggunaan metode ceramah digunakan, sehingga siswa menjadi jenuh, maka penulis akan membatasi permasalahan pada peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI dengan materi Kisah Nabi Adam As dan Nabi Muhammad SAW melalui metode Snowball Throwing.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, untuk memudahkan peneliti meneliti sebuah permasalahan, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah metode Snowball Throwing pada materi kisah Nabi Adam As dan Nabi Muhammad SAW dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran PAI di SDN Jatiwaringin IV?”

E.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI dengan materi kisah Nabi Adam As dan Nabi Muhammad SAW melalui metode SnowballThrowing.

F. Kegunaan Penelitian

1. Bagi siswa

a. Agar siswa memiliki motivasi dalam pembelajaran PAI melalui metode

Snowball Throwing.

b. Siswa tidak jenuh dalam pembelajaran PAI dengan metode yang tidak bervariasi.

c. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan.


(21)

2.Bagi guru

a. Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini guru memiliki

pengetahuan, dan ketrampilan dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak jenuh dalam proses belajar mengajar di kelas.

b. Guru dapat mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

c. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran PAI di dalam kelas dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai masukan bagi guru SD dalam mengajarkan pelajaran PAI dengan metode Snowball Throwing.

b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada

peningkatan motivasi siswa pada proses belajar mengajar. c. Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan yang sejenis.

4. Bagi peneliti

a. Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas.

b. Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

c. Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran PAI di dalam kelas

dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya


(22)

9

A. Deskripsi Teoretik

1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar, akan tetapi motivasi berhubungan dengan (1) arah perilaku; (2) kekuatan respon (yakni usaha) setelah belajar siswa memilih tindakan tertentu; dan (3) ketahanan perilaku, atau beberapa lama seseorang itu terus menerus berperilaku menurut cara tertentu. Menurut Sardiman motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai.11 Menurut Morgan sebagaimana telah dikutip oleh Muhaimin di dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam, menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.12 Oemar Hamalik mengutip pengertian motivasi menurut Mc. Donald, bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.13

Pengertian motivasi menurut Mc. Donald tersebut terdapat tiga unsur penting, sebagaimana yang telah dikutip oleh sardirman, yaitu:

1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi da dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia, karena menyangkutperubahan energi manusia. Karena

11 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. Ke-19, h. 75.

12 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-4, h. 138.

13 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. Ke-3, h. 217.


(23)

menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2) Motivasi itu timbul dengan munculnya rasa dan afeksi seseorang. dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3) Motivasi yang dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.14

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalah.

Para pakar tentang motivasi menyarankan bahwa analisis tentang motivasi harus memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang mendorong dan mengarahkan kegiatan seseorang, atau diarahkan pada tujuan tertentu. Tetapi ada ahli lain menyatakan bahwa motivasi adalah “berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif macam apakah yang timbul ketika itu

semua”.15

Mc Clelland sebagaimana yang telah dinukil oleh Muhaimin di dalam bukunya yang berjudul Paradigma Pendidikan Islam, mengemukakan bahwa motivasi merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu:

a) Harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil. b) Prestasi tertinggi tentang nilai tugas.

14 Sardiman, op. cit., h.74. 15 Yamin, op. Cit., h.223.


(24)

c) Kebutuhan untuk keberhasilan atau kesuksesan.16

Oleh karena itu, guru perlu mengetahui sejauh mana kebutuhan prestasi setiap peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menyelesaikan tugas atau masalah yang memberikan tantangan dan kepuasan secara lebih cepat. Peserta didik jenis ini memerlukan balikan setiap pekerjaannya dengan nilai atau pujian yang tepat. Sebaliknya, peserta didik yang memiliki motuvasi berprestasi rendah, pada umumnya tidak realistik untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, tugas berat atau ringan bagi peserta didik jenis ini sama saja tidak ada pengaruhnya bagi tumbuhnya motavasi untuk berprestasi. Jika tugas-tugas itu mudah ia akan mengerjakannya, tetapi jika tugas-tugas itu berat dan gagal melakukannya, maka tidak akan memiliki dampak atau arti apa-apa baginya, bahkan ia merasa tidak memiliki beban atas kegagalannya.

Menurut Muhaimin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan motivasi kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama, yaitu:

(1) Memberikan dorongan

Tingkah laku seseorang akan terdorong ke arah suatu tujuan tertentu apabila ada kebutuhan. Kebutuhan ini menyebabkan timbulnya dorongan internal, yang selanjutnya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu menuju tercapainya suatu tujuan.

(2) Memberikan insentif

Adanya karakteristik tujuan menyebabkan seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku tersebut disebut insentif. Dalam kegiatan pembalajaran PAI juga diperlukan insentif untuk meneningkatkan motivasi belajar peserta didik. Insentif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tidak selalu berupa materi, tetapi bisa berupa nilai atau penghargaan sesuai dengan kadar kemampuan yang dapat dicapai peserta didik.

16 Muhaimin, op. cit., h. 140.


(25)

(3) Motivasi berprestasi

Setiap orang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk dapat berprestasi. Seorang pendidik, yaitu guru perlu mengetahui sejauh mana kebutuhan berprestasi setiap peserta didik (4) Motivasi kompetensi

Setiap peserta didik memiliki keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan berusaha menaklukkan lingkungannya. Motivasi belajar tidak bisa dilepaskan dari keinginannya untuk menunjukkan kemampuan dan penguasaannya kepada yang lain. Oleh karena itu diperlukan: (a) Ketrampilan mengevaluasi diri; (b) Nilai tugas bagi setiap peserta didik; (c) Harapan untuk sukses; (d) Patokan keberhasilan; (e) Kontrol belajar; dan (f) Penguatan diri untuk mencapai suatu tujuan.

(5) Motivasi kebutuhan

Menurut Maslow, manusia memiliki kebutuhan yang bersifat hierarkis, yaitu: (1) Aktualisasi diri; (2) Harga diri dan prestasi; (3) Dicintai dan diakui kelompoknya; (4) Keamanan; (5) Fisiologis.17

b. Fungsi Motivasi

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana di dalam bukunya yang berjudul

Konsep Strategi Pembelajaran menyampaikan beberapa fungsi dari

motivasi, yaitu:

1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik.

2) Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta didik.

3) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

4) Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.18

17 Ibid., h. 138-140.

18 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran ,(Bandung: PT Refika Aditama, 2012), Cet. Ke-3, h. 26.


(26)

c. Pengertian Belajar Siswa

Udin S Winataputra di dalam bukunya yang berjudul Teori belajar dan pembelajaran mengutip pengertian belajar menurut Bell-Gredler, dia menyatakan bahwa: “belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attittudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.”19Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari

makhluk lainnya. Belajar menurut Good dan Brophy sebagaimana yang telah dikutip oleh

Purwanto, bahwa “belajar bukanlah tingkah laku yang tampak, melainkan yang utama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru. Hubungan-hubungan baru tersebut dapat berupa antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara rangsangan dan reaksi.”20

Pengertian belajar menurut beberapa pakar dari barat sebagaimana yang telah dikutip oleh Suprijono dan Purwanto, yaitu:

1) Hilgard dan Bower

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulangdalam situasi itu, perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskanatau dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat, misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. 2) Gagne

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

19 Udin S Winataputra, dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 1.5.

20 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), Cet. Ke-1, h. 17.


(27)

memengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.

3) Morgan

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

4) Witherington

Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

5) Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. 6) Cronbach

Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. 7) Harold Spears

Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.

8) Geoch

Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.21 9) Edward Lee Thorndike

Belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons.22

Pengertian belajar juga dikutip oleh Suyono dan Hariyanto sebagaimana telah di tulis di dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, yang dikutip dari para pakar pendidikan, yaitu:

a) Menurut Crow and Crow dalam Sukmadinata, bahwa belajar merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajari, sehingga belajar semacam ini disebut dengan rote

learning, belajar hafalan, belajar melalui ingatan, by heart, di luar kepala,

21 Ibid., h. 19-20.


(28)

tanpa mempedulikan makna.

b) Gage dalam sagala mendefinisikan belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. c) Oxford advanced Learner’s Dictionary, mendefinisikan belajar sebagai

kegiatan memperoleh pengetahuanatau keterampilan melalui studi, pengalaman atau karena di ajar.

d) Gagne seperti yang dikutip oleh Dahar, menyatakan bahwa belajar adalah sebuah prosesperubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningakatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.

e) Gagne dan Berliner sebagaimana yang telah dikutip oleh Sukmadinata, menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman.

f) Driver and Bell dalam Leo Sutrisno mendefinisikan belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan, dengan membangun hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari.

g) W. S. Winkel menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktifdengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

h) Divesta and Thompson dalam Sukmadinata menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.

i) Illeris dan Ormorod seperti yang dikutip oleh wikipedia menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa bersama-sama pengaruh dan pengalaman kognitif, emosional, dan lingkungan untuk memperoleh, meningkatkan atau menbuat perubahan di dalam pengetahuan,


(29)

keterampilan, nilai-nilai dan cara pandang dari seseorang.23

Belajar menurut Dave Meier sebagaimana telah dikutip oleh Martinis Yamin di dalam bukunya kiat membelajarkan siswa, adalah proses mengubah pengalaman jadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktivan.24 Sedangkan menurut Rachman Natawidjaya dan Moein Moesa bahwa belajar adalah proses perubahan yang terus-menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh keturunan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar.25 Guru sebagai orang yang mengatur proses belajar harus merancang, memilih, dan menata peristiwa di luar diri anak serta sekaligus mengawasinya.

Aspek lain yang perlu diperhatikan guru adalah memahami yang belajar dan situasi belajar. Beberapa ciri belajar menurut Soegeng Santoso, yaitu: (1) Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang

berfungsi secara terus-menerus, contohnya belajar membaca lalu dapat membaca. Setelah membaca lalu pengetahuannya bertambah.

(2) Belajar adalah perbuatan sadar karena itu setiap peristiwa belajar selalu mempunyai tujuan. Proses belajar selalu mempunyai arah tujuan secara sadar, guru yang mengajar selalu mempunyai tujuan.

(3) Belajar terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. Belajara hanya terjadi jika dialmi sendiri oleh yang bersangkutan.

(4) Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku yang mengintegrasikan semua aspek antara lain norma, fakta, sikap, pengertian, kecakapan, dan keterampilan.

(5) Belajar adalah proses interaksi dan bukan sekadar proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari individu yang belajar. Perubahan akan terjadi jika yang belajar mengadakan reaksi tehadap

23 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. Ke-3, h. 12-14.

24 Yamin, op. cit., h. 75.

25 Soegeng Santoso, Dasar-Dasar Pendidikan TK, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. Ke-9, h. 3. 3.


(30)

situasi belajar.

(6) Perubahan tingkah laku berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.26

Menurut konsep behaviorisme, kognitivisme dan konstruktivisme dalam Sukmadinata. Telah disimpulkan, secara umum belajar memiliki beberapa prinsip, yaitu:

(a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

Belajar dan berkembang merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat hubungannya. Pada perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang pesat.

(b) Belajar berlangsung seumur hidup

(c) Keberhasilan belajar dipengaruhi faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.

(d) Belajar mencakup semua aspek seluruh kehidupan, seperti menurut Ki Hajar Dewantara, belajar harus mengembangkan cipta (kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi), dan karya (psikomotor).

(e) Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu.

(f) Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, baik yang formal, informal, maupun nonformal.

(g) Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. (h) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan

yang amat kompleks.

(i) Belajar dapat terjadi hambatan-hambatan, berupa: belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, dari lingkungan, kurang motivasi, kelelahan atau kejenuhan belajar.

(j) Belajar dalam hal tertentu memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.

Menurut Gagne sebagaimana yang telah dinukil oleh Udin S Winataputra dkk di dalam bukunya teori belajar dan pembelajaran, ada delapan jenis belajar dalam proses belajar yang terjadi pada diri siswa, yaitu:

26 Ibid.


(31)

1) Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat, misalnya: berhenti berbicara ketika mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut.

2) Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning)

Belajar stimulus-respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar, misalnya: menendang bola ketika ada bola di depan kaki.

3) Belajar Rangkaian (Chaining Learning )

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-dingin, ibu-bapak, kaya-miskin, dan sebagainya.

4) Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning)

Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal, misalnya: perahu itu seperti badan itik atau wajahnya seperti bulan kesiangan.

5) Belajar Membedakan (Discrimination Learning)

Belajar diskriminasi tejadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membedakan hal-hal yang jumlahnya banyak, misalnya: membedakan tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempat tinggalnya.

6) Belajar Konsep (Concept Learning)

Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak, misalnya: binatang, tumbuhan, manusia, juga aturan-aturan yang mengatur hubungan antar negara termasuk hukum internasional.

7) Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)

Belajar hukum atau aturan tejadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari


(32)

data tersebut menjadi suatu aturan, misalnya: ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan, dan sebagainya.

8) Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning)

Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya: mengapa bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.27

Siswa atau anak didik sebagaimana telah dinukil oleh Siti Aisyah dkk adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik adalah pokok persoalan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa pun tanpa kehadiran anak didik. Jadi, anak didik merupakan kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi pendidikan.28 Menurut Sutari Imam Barnadib, Suwarno dan Siti Mechati anak didik memiliki karakteristik sebagai berikut.

a) Belum memiliki pribadi sosial sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidikan

b) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

c) Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, dan biologis (warna kulit, bentuk tubuh) serta perbedaan individual.

Guru perlu memahami karakteristik anak didik tersebut sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif.29

27

Winataputra, dkk, op. cit., h. 1.9-1.11.

28

Siti Aisyah, dkk., Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), Cet. Ke-10, h. 3. 11.

29


(33)

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.30

Konsep dalam Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehinggan menghasilkan prestasi rohani (iman) yang disebut takwa. Amal saleh itu menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk kesalehan pribadi, hubungan manusia dengan sesamanya yang membentuk kesalehan sosial, dan hubungan manusia dengan alam yang membentuk kesalehan terhadap alam sekitar. Kualitas amal saleh ini akan menentukan derajat ketakwaan seseorang dihadapan Allah SWT.

Menurut menteri agama RI tahun 1996 yang telah dikutip oleh Muhaimin dkk, bahwa usaha pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah diharapkan agar mampu membentuk kesalehan pribadi dansekaligus kesalehan sosial, sehingga pendidikan agama diharapkan jangan sampai: (1) menumbuhkan semangat fanatisme; (2) menumbuhkan sikap intoleran dikalangan peserta didik dan masyarakat Indonesia; (3) memperlemah kerukunan hidup beragama serta persatuan dan kesatuan nasional.31

Pendidikan agama Islam menurut Muhammad Alim dapat diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan antar umat beragama terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.32 3. Pengertian Metode Snowball Throwing

30

Muhaimin, op. cit., h. 75-76.

31

Ibid., h. 76.

32

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya,2011), Cet. Ke-2, h. 6.


(34)

a. Landasan Metode Snowball Throwing

Metode Snowball throwing adalah sebuah metode yang dilandasi dari pembalajaran kooperatif. Sebagaimana yang telah dikutip oleh Rusman tentang pengertian pembelajaran kooperatif menurut para ahli di dalam bukunya Model-Model Pembelajaran, yaitu:

Menurut Abdulhak bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui

sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan

pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri. Menurut Nurulhayati pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Menurut Ratna model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Menurut Sanjaya Cooverative Learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara belajar kelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.33

33

Rusman, Mode-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. Ke-5, h. 201-203.


(35)

b. Pengertian Metode Snowball Throwing

Menurut Arman Arif, secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa

yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu: “metha” yang

berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.

Metode bararti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa

arab metode disebut “Thoriqot”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

metode adalah “Cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai

maksud” Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang

harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.34

Menurut Heinich et al sebagaimana yang telah dikutip oleh Martinis Yamin dalam bukunya yang berjudul Kiat Membelajarkan Siswa, “Metode adalah prosedur yang sengaja dirancang untuk membantu siswa, mahasiswa belajar lebih baik, dan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.”35

Menurut Jumanta Hamdayama, Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju.36 Pada pembelajaran

snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang

dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Bayor sebagaimana telah di nukil oleh Jumanta Hamdayama, “Snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa.”37 Peran guru disini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya, penertiban terhadap jalannya pembelajaran.

Snowball throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang

merupakan rekomendasi UNESCO sebagaimana telah dikutip oleh

34

Ibid., h. 40.

35

Yamin, op. Cit., h. 199.

36

Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h.158.

37


(36)

Depdiknas pada tahun 2001, yakni belajar mengetahui (Learning to know), belajar bekerja (Learning to do), belajar hidup bersama (Learning to live

together), dan belajar menjadi diri sendiri (Learning to be).38 Menurut

Arahman Snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.39

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran snowball

throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid dalam

beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya seperti bola, lalu bola tersebut dilempar ke murid yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya.

Kegiatan melempar bola ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berfikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi, mereka juga melakukan aktifitas fisik, yaitu menggulung kertas dan melemparkannya kepada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka akan menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.

Dalam metode snowball throwing, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah, baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.

38

Ibid.

39


(37)

Di bentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Disini, siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan pengetahuan sosial adalah ilmu cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan disini pembelajarn hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan metode pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Snowball Throwing

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode Snowball

Throwing, yaitu:

a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.

b. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru


(38)

kepada temannya.

d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama ± 5 menit.

f. Setelah siswa dapat satu bola/satu petanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g. Evaluasi h. Penutup40

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian yang di lakukan oleh Vivi Ria Lancarwati, jurusan Pendidikan IPS di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2012, dengan judul skripsi “Peningkatan motivasi belajar IPS siswa kelas VIII dengan menggunakan metode Snowball Throwing di SMPN 4 Satuatap Bawang

Banjarnegara” mengemukakan bahwa:

1. Pelaksanaan pembelajaan dengan metode Snowball Throwing di kelas VIII SMP N 4 Satuatap Bawang terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa. 2. Prosentase motivasi belajar IPS siswa kelas VIII SMPN 4 Satuatap

Bawang berhasil, karena telah melampaui kriteria keberhasilan.

Elsa Aliyah dalam skripsi pada sarjana jurusan PAI UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2014, dengan judul “Peningkatan motivasi belajar

PAI melalui penerapan pendekatan CTL di kelas VII SMP Islam Miftahul Huda Bogor”, mengemukakan bahwa penerapan metode CTL yang telah dipraktekkan kepada siswa dapat meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran PAI. Hal ini dengan melihat adanya peningkatkan skor rata-rata hasil angket motivasi belajar siswa belajar PAI sebesar 82,29 meningkat menjadi 85,63 dan rata-rata hasil belajar dari 70,9 meningkat menjadi 76,4

40


(39)

serta prosentase ketuntasan belajar dari 53% meningkat menjadi 76%.

Mut`ah Mutmainah dalam skripsi sarjana PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014, dengan judul ”Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi SKI di MTS N 19 Jakarta”, mengemukakan bahwa, motivasi belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini ditunjukkan pada koefisien korelasi sebesar 0,4231 jika di interpretasikan dalam bentuk tabel koefisien korelasi termasuk dalam kategori sedang.

Hasim Fauzi dalam skripsi sarjana PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakata

tahun 2013, dengan judul “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw terhadap motivasi belajar siswa padamata pelajaran IPS di MI Nurul

Falah III Siti Ilir”, mengemukakan bahwa motivasi siswa setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw jadi lebih bersemangat, sehingga pada pembelajaran IPS jadi lebih menyenangkan, itu dilihat berdasarkan hasil observasi dikels yang menunjukkan bahwa siswayang berkemampuan tinggi terlihat lebih antusias, serta memunculkan kerja sama dan mau berinteraksi serta saling membantu dan berbagi pendapat, mau mendengarkan pendapat teman dalam menyelesaikan tugas dengan baik ssuai dengan waktu yang telah ditentukan.

C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan

Dari beberapa uraian di atas telah dikemukakan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan pendidikan. Oleh karena itu guru di dalam proses belajar mengajar haruslah memiliki berbagai metode mengajar yang bervariatif, agar materi yang akan sampai kepada siswa lebih bermakna dan tidak bersifat menjenuhkan bahkan mengantuk, yang pada akhirnya proses belajar mengajar tidak akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Maju mundurnya suatu pendidikan dan berhasil atau tidaknya dunia pendidikan dapat kita lihat dari mutu pendidikan yang dihasilkan melalui pembelajaran yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.


(40)

Sementara itu, pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi peserta didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT, baik sebagai Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimaksudkan selalu berdasarkan kepada ajaran Al-qur`an dan Al-hadits.

Dengan demikian, seorang guru dalam menyampaikan materi PAI janganlah bersifat monoton atau statis, karena akan membuat siswa menjadi jenuh, bosan dan tidak memperhatikan materi yang sedangkan diajarkan. Oleh karena itu guru lebih banyak menggunakan pendekatan metode yang bervariatif agar siswa dalam proses belajar mengajar jadi lebih bersemangat dan materi PAI menjadi lebih bermakna, sehingga siswa dapat merealisasikan pembelajarannya dalam kehidupan sehari-hari dan akan selalu diingat sampai kapanpun.

Penggunaan metode dalam pendidikan agama Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utamanya pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Di samping itu pendidik pun perlu memahami metode-metode intruksional yang aktual yang ditujukan dalam Qur`an atau yang dideduksikan dari Al-Qur`an, dan dapat memberi motivasi dan disiplin atau dalam istilah Al-Qur`an disebut dengan pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman (`iqab). Selain kedua hal tersebut, bagaiman seorang pendidik dapat mendorong peserta didiknya untuk menggunakan akal fikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupannya sendiri dan alam sekitarnya, mendorong peserta didik untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya dan mengaktualisasikan keimanannya dan ketakwaannya dalam kehidupannya sehari-hari. Seorang pendidik pun perlu mendorong peserta didik untuk menyelidiki dan meyakini


(41)

bahwa Islam merupakan kebenaran yang sesungguhnya, serta memberi peserta didik dengan praktik amaliah yang benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup.

Setelah mengkaji teori tentang motivasi belajar dan metode Snowball

Throwing, maka dapat diduga dengan kuat bahwa metode ini dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Singkatnya dengan menerapkan metode Snowball Throwing, diharapkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI menjadi lebih meningkat.

D.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis dan penyusunan kerangka konseptual diatas,

maka hipotesis yang dirumuskan adalah: ”Dengan penerapan metode Snowball

Throwing, maka dapat meningkatkan motivasi belajar PAI di SDN Jatiwaringin


(42)

29 A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Jatiwaringin IV, yang berlokasi di Jalan Masjid No. 1 kelurahan: Jatiwaringin. Kecamatan: Pondokgede. Kota: Bekasi Jawa Barat. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tepatnya pada tanggal 20 Agustus sampai dengan 24 September 2015.

B.Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.41 Metode penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan melalui metode Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

Metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja. Sedangkan menurut Prof. Suhardjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriptif maupun eksperimen. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu perlakuan.

41

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2012), Cet. Ke-5, h. 9.


(43)

Model penelitian tindakan kelas ini berdasarkan model PTK Kurt Lewin. Model PTK ini terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).42 Hubungan dari keempat komponen ini dipandang sebagai satu siklus.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua siklus, dari tiap-tiap siklus terdiri dari empat komponen sebagaimana yang telah disebutkan diatas, yaitu: 1. Perencanaan (planning)

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan instrumen penelitian yang terdiri atas materi ajar, lembar tes siklus, lembar angket motivasi belajar dan lembar obsevasi.

2. Tindakan (acting)

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu pelaksanaan tindakan kelas.

3. Pengamatan (observing)

Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan penelitian, peneliti mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap pembelajaran yang dibuat peneliti dengan membuat lembar observasi.

4. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini, hasil yang didapat dari hasil observasi dikumpulkan dan dianalisa, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai tujuan yang direncanakan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

42


(44)

Siklus I

Siklus II

Jika permasalahan belum selesai, dilanjutkan ke siklus berikutnya

Gambar 1

Model PTK Kurt Lewin

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud mengarah kepada subjek yang menjadikan sasaran penelitian tindakan kelas ini, subjek dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Jatiwaringin IV dengan murid yang berjumlah 18 siswa. Terdiri dari 8 siswi dan 10 siswa.

D. Peran dan Posisi dalam Penelitian

Strategi pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami pelajaran melalui metode

Snowball Throwing pada mata pelajaran PAI di kelas IV SDN Jatiwaringin

IV, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan dan berperan sebagai fasilitator, nara sumber, dan penyuluh kelompok. Di dalam hal ini peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan, menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian.

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pengamatan

Tindakan Refleksi

Perencanaan Tindakan


(45)

E. Tahapan Perencanaan Penelitian

Tahap penelitian ini dimulai dengan kegiatan pendahuluan (pra penelitian) yang akan dilanjutkan dengan siklus I, setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, peneliti akan dilanjutkan dengan siklus II dan seterusnya.

Adapun ahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Tahapan penelitian kegiatan penelitian a. Meminta izin kepada kepala sekolah b. Mengurus surat izin penelitian c. Menentukan kelas penelitian

d. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian

e. Sosialisasi pembelajaran PAI dengan menggunakan metode Snowball Throwing

2. Tahap Penelitian Siklus I a. Tahap perencanaan

1) Menyiapkan kelas penelitian

2) Membuat Rencana pelaksanaan paembelajaran (RPP) 3) Menyiapkan materi ajar untuk 3 kali pertemuan 4) Menyiapkan alat peraga

5) Menyiapkan instrument penelitian yang terdiri dari angket motivasi belajar, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan tes siklus I 6) Menyiapkan alat dokumentasi

b. Tahap tindakan melaksanakan kegiatan

1) Menyiapkan langkah-langkah pembelajaran melalui metode

Snowball Throwing

2) Membagi siswa menjadi 4 kelompok 3) Mengamati kegiatan pembelajaran

4) Siswa menjawab bola pertanyaan yang dilempar dari temannya 5) Memberi angket motivasi belajar


(46)

c. Tahap pengamatan

Tahap ini bersamaan dengan tahap pelaksanaan yang berupa observasi terhadap siswa, mencatat semua hal yang tejadi selama proses pembelajaran.

d. Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.

5. Tahap penelitian siklus II

Berdasarkan refleksi dari siklus II, maka menentukan kegiatan siklus II sebagai beikut:

a.Tahap perencanaan

1) Menyiapkan kelas penelitian

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 3) Menyiapkan materi ajar untuk 3 kali petemuan 4) Menyiapkan alat peraga

5) Menyiapkan instrument penelitian yang terdiri dari angket motivasi belajar dan lembar observasi

6) Menyiapkan alat dokumentasi b.Tahap tindakan

1) Memberikan pengarahan dan bimbingan lebih ekstra kepada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar dan masih memiliki motivasi yang rendah

2) Membagi siswa menjadi 4 kelompok 3) Mengamati kegiatan pembelajaran

4) Siswa menjawab bola pertanyaan yang dilempar oleh temannya 5) Memberi angket motivasi belajar kepada siswa

6) Dokumentasi c.Tahap pengamatan

Menganalisis data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan. d.Tahap refleksi


(47)

yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya. F. Hasil Intervensi yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Jatiwaringin IV melalui metode Snowball Throwing dalam pembelajarannya dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran motivasi melalui angket motivasi belajar PAI diakhir siklus menunjukkan rata-rata > 60%.

2. Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa nilai > 70% dari jumlah siswa mendapatkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75.

G. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam yaitu data kualitatif dan kuantitatif.

1. Data kualitatif : Hasil observasi proses pembelajaran dan dokumentasi dari hasil pembelajaran selama proses KBM berlangsung.

2. Data kuantitatif : Hasil angket motivasi belajar dan nilai hasil belajar tiap siklus.

Proses penelitian ini sumber datanya berasal dari hasil belajar siswa kelas IV di SDN Jatiwaringin IV semester I tahun pelajaran 2015-2016.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Adapun instrumen data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar Observasi

Lembar Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki pada perkembangan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas ataupun dari hasil mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Observasi ini meliputi kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera. Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa


(1)

ANGKET MOTIVASI BELAJAR PAI

Nama :

Petunjuk :

1. Sebelum mengisi pernyataan berikut, bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisiannya.

2. Setiap pernyataan pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan yang kamu alami dalam belajar PAI lalu bubuhkan tanda “cek” (√).

Pilihlah jawaban yang disediakan sebagai berikut:

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

R : Ragu - Ragu

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Ketika diskusi/kerja kelompok

pelajaran PAI dikelas berlangsung, saya mengemukakan pendapat 2 Saya tidak membaca buku pelajaran

PAI

3 Saya tertarik mengikuti pelajaran PAI apabila guru menggunakan media pembelajaran

4 Saya tidak peduli walaupun nilai PAI saya jelek

5 Saya lebih suka mengerjakan tugas PAI sendiri dari pada di bantu teman 6 Saya mengerjakan tugas-tugas PAI

dengan sungguh-sungguh

7 Saya berusaha memperhatikan

penjelasan guru PAI dengan baik

8 Saya merasa terganggu ketika

pelajaran berlangsung teman-teman gaduh/rebut

9 Saya tidak pernah

bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal-soal tugas PAI

10 Saya tetap mengerjakan tugas PAI meskipun soal tersebut sulit


(2)

mendapatkan nilai PAI yang tinggi 12 Saya malas mengikuti pelajaran PAI

meskipun guru menggunakan media pembelajaran

13 Saya tidak peduli apabila

teman-teman gaduh/ribut walaupun

pelajaran sedang berlangsung

14 Saya rajin membaca buku PAI terutama jika akan diadakan ulangan 15 Saya berusaha mengumpulkan tugas

PAI tepat waktu

16 Saya membaca buku PAI hanya jika akan diadakan ulangan

17 Ketika diskusi/kerja kelompok

pembelajan PAI di kelas

berlangsung, saya tidak berkomentar (malas berpartisipasi)

18 Saya mengabaikan tugas-tugas PAI yang diberikan guru sebelum ada yang menegur

19 Saya mengobrol dengan teman ketika guru menyampaikan pelajaran PAI

20 Saya selalu bersemangat ketika belajar PAI

21 Saya putus asa apabila soal/tugas PAI sulit

22 Saya tidak dapat mengerjakan tugas

PAI tanpa adanya bantuan


(3)

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I

Nama Pernyataan

Jumlah Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Verline 2 3 4 2 3 2 3 1 3 2 1 2 2 2 3 4 2 4 2 2 5 3 57 Rayhan 2 5 1 5 3 3 1 3 5 1 1 5 1 5 2 5 4 2 5 1 5 1 70 Firman 2 5 5` 2 5 3 5 2 5 1 4 3 5 3 5 3 4 5 4 2 1 3 71 S.Komala 2 4 1 5 4 3 5 2 3 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 3 3 5 85 Rollan 1 3 3 1 3 2 4 3 2 3 1 4 5 4 2 1 2 1 3 2 3 4 61 Mawar 1 5 2 5 4 1 5 2 2 5 3 5 4 2 2 3 1 3 1 3 1 5 65 Melati 2 1 1 5 1 1 1 1 5 2 1 5 1 1 1 1 2 1 1 1 2 5 42 A. Karim 2 4 2 4 1 2 1 5 5 2 1 5 4 2 3 5 4 3 4 1 5 5 70 Aiga 2 4 1 4 3 2 1 1 2 2 3 5 4 4 1 3 5 4 5 3 3 3 65 Ayu R 2 5 1 5 1 5 4 1 5 2 3 5 5 1 3 4 3 5 3 1 5 2 71 Deni A 2 4 1 5 4 1 4 5 1 2 2 5 1 5 5 1 4 5 4 5 5 3 75 M.Habibi 2 4 1 4 1 2 2 4 2 4 1 4 4 1 2 4 4 3 5 4 4 1 63 M.Iqbal 1 5 4 5 4 2 5 3 5 4 1 5 3 5 2 4 3 4 5 4 5 3 82 Merlyn A 2 5 1 5 1 1 1 1 5 1 1 5 5 5 1 4 4 4 5 1 5 4 67 Prawira S 2 5 1 5 4 3 1 4 5 4 4 5 5 1 3 5 5 5 5 1 5 5 83 Rizki R 4` 5 4 5 4 5 4 3 5 1 5 2 4 4 3 5 3 4 5 4 3 5 87 S. Eva 4 5 1 5 4 3 1 5 4 2 4 5 4 1 4 3 4 4 5 1 4 3 82 Tadarus 4 5 3 3 4 1 3 1 5 1 4 1 2 5 1 2 3 1 5 1 4 3 62 38 77 37 75 54 42 51 47 69 40 44 81 64 55 48 61 62 64 72 40 68 63 1260


(4)

Hasil Angket motivasi Belajar Siswa Siklus II

Nama Pernyataan

Jumlah Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Verline 2 4 4 3 4 1 2 1 3 1 3 3 4 3 3 5 2 4 3 5 1 2 63 Rayhan 1 4 5 4 2 5 4 1 5 4 3 5 2 5 3 5 5 4 2 5 4 5 83 Firman 2 5 3 2 4 5 3 4 5 2 3 2 5 4 5 4 5 5 3 4 5 5 82 S.Komala 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 4 4 3 5 4 4 5 4 5 3 93 Rollan 2 4 1 5 3 3 4 4 3 1 2 1 1 2 3 5 1 5 1 2 5 4 62 Mawar 3 3 4 2 3 4 2 4 5 2 3 1 2 5 3 5 2 4 3 5 3 3 71 Melati 2 5 2 3 4 2 2 2 4 1 3 1 3 1 2 4 4 4 4 1 4 4 62 A. Karim 3 4 4 4 3 4 4 2 5 5 5 5 2 3 4 4 5 2 5 4 5 5 87 Aiga 3 5 4 5 5 1 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 89 Ayu R 2 5 1 4 5 4 5 4 5 4 3 4 1 5 4 5 2 4 5 3 5 4 83 Deni A 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 3 5 3 4 5 4 4 4 5 91 M.Habibi 3 5 4 2 5 2 3 3 5 4 5 4 4 3 5 4 4 2 5 4 2 4 82 M.Iqbal 5 5 3 4 4 5 4 3 4 4 4 4 5 3 4 5 4 5 5 3 5 5 93 Merlyn A 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 5 5 4 2 5 4 4 4 3 4 4 83 Prawira S 5 5 4 4 5 3 3 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 4 5 92 Rizki R 4 5 4 5 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 98 S. Eva 4 5 3 4 2 5 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 88 Tadarus 2 4 5 4 1 4 5 4 1 4 3 5 2 4 1 5 2 5 4 2 1 4 72


(5)

SDN JATIWARINGIN IV KELAS IV SEMESTER I

SOAL TES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SIKLUS I

Nama : Hari/ Tanggal :

Nilai

Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar !

1. Allah SWT Menciptakan Adam dari...

2. Allah SWT menciptakan Adam untuk menjadi...

3. Setelah Allah SWT ciptakan Adam, siapakah makhluk yang tidak patuh kepada Allah untuk sujud kepada Adam...

4. Siapakah manusia dan Nabi yang pertama kali Allah SWT ciptakan...

5. Siapakah bapaknya manusia...

6. Setelah Allah SWT ciptakan Adam pertama kali dia di tempatkan di...

7. Siapakah yang Allah SWT ciptakan untuk menemani Adam di syurga...

8. Hawa Allah SWT ciptakan dari...

9. Allah SWT membebaskan Adam & Hawa memakan apa saja di syurga kecuali...

10.Siapakah yang menggoda Adam & Hawa, sehingga mereka Allah keluarkan dari syurga...


(6)

SDN JATIWARINGIN IV KELAS IV SEMESTER I

SOAL TES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SIKLUS II

Nama :

Hari/ Tanggal :

Nilai

Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar !

1. Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal...

2. Nabi Muhammad SAW dilahirkan dikota...

3. Pada saat Nabi lahir beliau sudah menjadi...

4. Ayah dan ibunya Nabi Muhammad bernama...

5. Nabi Muhammad SAW terlahir dari suku...

6. Setelah ayah & ibunya meninggal Nabi diasuh oleh kakeknya yang bernama...

7. Sejak kecil Nabi Muhammad SAW terkenal sebagai anak yang...

8. Apa yang dikerjakan Nabi dari masa kanak-kanaknya...

9. Ketika kakeknya wafat, kemudian Nabi diasuh oleh pamannya yang bernama...


Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi spiritual teaching terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI (Al-Islam) SMP Muhammadiyah Parakan Tangerang Selatan

17 95 104

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Berasrama Dengan Nonasrama Di Smp Kharisma Bangsa Tangerang Selatan

6 45 123

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN 104208 CINTA RAKYAT.

0 2 23

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Picture and Picture Pada Siswa Kelas IV SDN Mojodoyong 4 Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 14

PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA SISWA KELAS IV SDN 02 MAYONG LOR KABUPATEN JEPARA

0 0 20

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI melalui Metode STAD

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KOMPETENSI DASAR MENCERITAKAN KISAH NABI MUSA AS DAN NABI ISA AS MELALUI METODE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS V SEMESTER GENAP

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 04 BELUK

0 0 13