Hubungan persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
vii ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN KINERJA GURU
DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN
Oleh: Septi Ria Irawan
111134242
Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil wawancara dengan salah satu guru SD di Kecamatan Pakem yang menunjukkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah 24 SD dengan responden 81 guru kelas bawah. Sampel penelitian adalah 23 SD dengan jumlah responden 78 guru kelas bawah. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan skala dan daftar check-list. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman dengan nilai koefisien korelasi 0,754. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru.
Kata Kunci: Persepsi Guru, Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, Kinerja Guru
(2)
viii
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN TEACHER’S PERCEPTIONS ABOUT IMPLEMENTATION THEMATIC LEARNING WITH TEACHER’S
PERFORMANCES IN PAKEM’S ELEMENTARY SCHOOLS IN SLEMAN REGENCY
By:
Septi Ria Irawan 111134242
Sanata Dharma University
The research is based on an interview result with one of the elementary school teachers in Pakem. It showed that the teacher was still getting difficulties in implementing the thematic learning. The research aimed to find out the correlation between teacher’s perceptions about implementation thematic learning with teacher’s performances in Pakem’s elementary schools in Sleman Regency.
The research was a kind of correlation with survey method. The populations in this research were 24 elementary schools with 81 homeroom teachers in grade 1 up to 3 as the respondents. The samples in this research were 23 elementary schools with 78 homeroom teachers in grade 1 up to 3 as the respondents. The sampling techniques used the cluster random sampling. The data collection techniques in this research used questionnaire and documentation. The instrument used to collect the data were scale and check-list. The data was analyzed using descriptive statistic analysis and product moment correlation.
The result of the research showed that there was a correlation between teacher’s perceptions about implementation thematic learning with teacher’s performances in Pakem’s elementary schools in Sleman Regency with the value of the correlation coefficient of 0,754. The value of correlation coefficient showed that there was a strong correlation between teacher’s perceptions about implementation thematic learning with teacher’s performances.
Keywords: teacher’s perceptions, implementation thematic learning, teacher’s performances
(3)
HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN KINERJA GURU
DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PAKEM
KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Septi Ria Irawan NIM: 111134242
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
i
HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN KINERJA GURU
DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PAKEM
KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Septi Ria Irawan NIM: 111134242
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(5)
(6)
(7)
iv
MOTTO
MOTTO
MOTTO
MOTTO
Datanglah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, dan Aku akan memberikan kelegaan (Matius 11: 28)
Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu (Lukas 1: 38)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill)
PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati penulis dengan Roh Kudus-Nya. 2. Orang tuaku tercinta, Bapak Budi Irawan dan Ibu Anastasia Giyati yang senantiasa memberikan
kasih sayang, perhatian, semangat, nasihat, dan doa.
3. Kakakku tersayang Angela Merici Anis Findarwati dan keponakanku tersayang Monica Reviana Hartianisa yang selalu menghibur dan memberikan semangat serta doa.
4. Andreas Bangkit Kristianto tersayang yang senantiasa memberikan semangat, perhatian, doa, dan dukungan.
5. Seluruh keluargaku tercinta. 6. Almamaterku Universitas Sanata Dharma
(8)
(9)
(10)
vii ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN KINERJA GURU
DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN
Oleh: Septi Ria Irawan
111134242
Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil wawancara dengan salah satu guru SD di Kecamatan Pakem yang menunjukkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah 24 SD dengan responden 81 guru kelas bawah. Sampel penelitian adalah 23 SD dengan jumlah responden 78 guru kelas bawah. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan skala dan daftar check-list. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman dengan nilai koefisien korelasi 0,754. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru.
Kata Kunci: Persepsi Guru, Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, Kinerja Guru
(11)
viii
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN TEACHER’S PERCEPTIONS ABOUT IMPLEMENTATION THEMATIC LEARNING WITH TEACHER’S
PERFORMANCES IN PAKEM’S ELEMENTARY SCHOOLS IN SLEMAN REGENCY
By:
Septi Ria Irawan 111134242
Sanata Dharma University
The research is based on an interview result with one of the elementary school teachers in Pakem. It showed that the teacher was still getting difficulties in implementing the thematic learning. The research aimed to find out the correlation between teacher’s perceptions about implementation thematic learning with teacher’s performances in Pakem’s elementary schools in Sleman Regency.
The research was a kind of correlation with survey method. The populations in this research were 24 elementary schools with 81 homeroom teachers in grade 1 up to 3 as the respondents. The samples in this research were 23 elementary schools with 78 homeroom teachers in grade 1 up to 3 as the respondents. The sampling techniques used the cluster random sampling. The data collection techniques in this research used questionnaire and documentation. The instrument used to collect the data were scale and check-list. The data was analyzed using descriptive statistic analysis and product moment correlation.
The result of the research showed that there was a correlation between teacher’s perceptions about implementation thematic learning with teacher’s performances in Pakem’s elementary schools in Sleman Regency with the value of the correlation coefficient of 0,754. The value of correlation coefficient showed that there was a strong correlation between teacher’s perceptions about implementation thematic learning with teacher’s performances.
Keywords: teacher’s perceptions, implementation thematic learning, teacher’s performances
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN” ini dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan skripsi hingga selesai.
5. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan skripsi hingga selesai.
6. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. yang telah menguji penulis dan berkenan memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.
7. Kepala Bappeda Kabupaten Sleman yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
8. Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Pakem yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
(13)
x
9. Kepala SDN Banteng, SDN Kaliurang 2, SDN Pakem 1, SDN Pakem 4, SDN Blembem, SDN Giriharjo, SDN Cemoroharjo, SDN Paraksari, SDN Percobaan 3, SD Muhammadiyah, SDN Tawangharjo, SDN Baratan, SDN Srowolan, SDN Pakem 2, SDN Bulus, SDN Kaliurang 1, SDN Pandanpuro 1, SDN Pandanpuro 2, SDN Purworejo, SDN Turen, SD TarakanitaTritis, SDIT Darul-Hikmah, dan SD Muhammadiyah 2 yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
10. Guru kelas bawah di SDN Banteng, SDN Kaliurang 2, SDN Pakem 1, SDN Pakem 4, SDN Blembem, SDN Giriharjo, SDN Cemoroharjo, SDN Paraksari, SDN Percobaan 3, SD Muhammadiyah, SDN Tawangharjo, SDN Baratan, SDN Srowolan, SDN Pakem 2, SDN Bulus, SDN Kaliurang 1, SDN Pandanpuro 1, SDN Pandanpuro 2, SDN Purworejo, SDN Turen, SD Tarakanita Tritis, SDIT Darul-Hikmah, dan SD Muhammadiyah 2 yang telah membantu dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
11. Para ahli yang telah melakukan expert judgment terhadap instrumen penelitian.
12. Orang tuaku, Bapak Budi Irawan dan Ibu Anastasia Giyati yang senantiasa memberikan semangat, doa, dan dukungan baik material maupun spiritual. 13. Kakakku tercinta Angela Merici Anis Findarwati dan keponakanku Monica
Reviana Hartianisa yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan doa yang tiada henti.
14. Sahabat terkasihku Andreas Bangkit Kristianto yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan motivasi kepada penulis.
15. Sahabatku Ervin Indraswari, Eko Budiyono, Maria Dian Rosari, Rukamah, Yenny Fruit Tella Pandiangan, dan Theresia Cendrawati yang telah menemani penulis dalam setiap proses kehidupan maupun penyusunan skripsi ini.
16. Teman-teman PGSD kelas F angkatan 2011 yang sudah berjuang bersama dalam menjalani masa-masa studi di Universitas Sanata Dharma ini.
17. Semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
(14)
(15)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional Variabel ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 8
1. Persepsi ... 8
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 11
3. Kinerja Guru dalam Pembelajaran Tematik ... 17
B. Penelitian yang Relevan ... 22
C. Kerangka Berpikir ... 26
(16)
xiii
HALAMAN BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Tempat dan WaktuPenelitian ... 28
1. Tempat ... 28
2. Waktu ... 29
C. Populasi dan Sampel ... 30
1. Populasi ... 30
2. Sampel ... 31
D. Variabel Penelitian ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
1. Angket ... 35
2. Dokumentasi ... 36
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 36
1. Skala ... 37
2. Daftar check-list ... 41
G. Validitas dan Reliabilitas... 42
1. Validitas ... 42
2. Reliabilitas ... 52
H. Teknik Analisis Data ... 55
1. Analisis Statistik Deskriptif ... 57
2. Analisis Statistik Inferensial ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 63
2. Deskripsi Data Penelitian ... 68
3. Uji Asumsi Dasar ... 75
4. Uji Hipotesis ... 79
(17)
xiv
HALAMAN BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 86
B. Keterbatasan Penelitian ... 86
C. Saran ... 87
DAFTAR REFERENSI ... 88
LAMPIRAN ... 93
(18)
xv
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 29
Tabel 3.2 Populasi Sekolah Dasar di Kecamatan Pakem ... 30
Tabel 3.3 SD yang Digunakan Sebagai Sampel Penelitian ... 33
Tabel 3.4 Kisi-kisi Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 39
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 40
Tabel 3.6 Penskoran dalam Skala Likert ... 41
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Persepsi ... 43
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Kinerja ... 45
Tabel 3.9 Hasil Uji Validasi Persepsi Guru ... 47
Tabel 3.10 Distribusi Skala Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Setelah Validasi ... 48
Tabel 3.11 Distribusi Skala Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik dengan Item Baru ... 49
Tabel 3.12 Hasil Uji Validasi Kinerja Guru ... 50
Tabel 3.13 Distribusi Skala Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Setelah Validasi ... 51
Tabel 3.14 Distribusi Skala Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik dengan Item Baru ... 52
Tabel 3.15 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 53
Tabel 3.16 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Skala Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 53
Tabel 3.17 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Skala Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 54
Tabel 3.18 Kriteria Penilaian dan Pemaknaan Evaluasi ... 58
(19)
xvi
HALAMAN
Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Kelas ... 65
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Usia ... 67
Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 67
Tabel 4.5 Data Variabel Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 69
Tabel 4.6 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 70
Tabel 4.7 Data Variabel Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 72
Tabel 4.8 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 74
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 76
Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas ... 79
Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi ... 80
(20)
xvii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan ... 25 Gambar 3.1 Hubungan antarvariabel ... 35 Gambar 4.1 Pie Chart Distribusi Kecenderungan Variabel Persepsi Guru
tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 71 Gambar 4.2 Pie Chart Distribusi Kecenderungan Variabel Kinerja Guru
dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 74 Gambar 4.3 Visualisasi Histogram Uji Normalitas Variabel Persepsi Guru .. 77 Gambar 4.4 Visualisasi Histogram Uji Normalitas Variabel Kinerja Guru ... 78
(21)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1a Surat Permohonan Izin Penelitian dari Kampus ... 93
Lampiran 1b Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa .... 94
Lampiran 1c Surat Rekomendasi Penelitian dari Bappeda ... 95
Lampiran 1d Surat Perpanjangan Izin Penelitian dari Kampus ... 96
Lampiran 1e Surat Perpanjangan Izin Penelitian dari Bappeda ... 97
Lampiran 1f Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 1 ... 98
Lampiran 1g Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 2 ... 99
Lampiran 2a Hasil Validasi Validator 1 ... 100
Lampiran 2b Hasil Validasi Validator 2 ... 106
Lampiran 2c Kisi-kisi Instrumen Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 112
Lampiran 2d Instrumen Skala Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 113
Lampiran 2e Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 116
Lampiran 2f Instrumen Skala Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 117
Lampiran 3a Uji Coba Instrumen Skala Kinerja Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 120
Lampiran 3b Uji Coba Instrumen Skala Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 123
Lampiran 4a Tabulasi Uji Coba Instrumen Variabel Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 126
Lampiran 4b Hasil Uji Validasi Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 127
Lampiran 4c Tabulasi Uji Coba Instrumen Variabel Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 130
(22)
xix
HALAMAN Lampiran 4d Hasil Uji Validasi Kinerja Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Tematik ... 131 Lampiran 5a Instrumen Penelitian Skala Persepsi Guru tentang
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 134 Lampiran 5b Instrumen Penelitian Skala Kinerja Guru dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 136 Lampiran 6a Tabulasi Instrumen Penelitian Variabel Persepsi Guru
tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 139 Lampiran 6b Tabulasi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Guru
dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 140 Lampiran 7a Penentuan Kecenderungan Frekuensi Variabel Persepsi
Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 141 Lampiran 7b Penentuan Kecenderungan Frekuensi Variabel Kinerja
Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 142 Lampiran 8 Daftar Check-List Identitas SD di Kecamatan Pakem ... 143
(23)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siswa SD kelas bawah (kelas I, II, dan III) berada pada rentang usia 7-9 tahun. Pada fase usia ini hampir seluruh aspek perkembangan kecerdasannya dalam keadaan berkembang. Menurut teori perkembangan kognisi, pada usia ini siswa berada pada tahap operasional konkret (Pratisti, 2008: 41). Anak mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis saat mereka melihat objek-objek nyata dan mengalami aktivitas-aktivitas secara langsung. Selain berada tahap operasional konkret, tingkat perkembangan siswa SD kelas bawah biasanya melihat sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik) dan hanya mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana, mereka belum bisa memahami sesuatu secara terpisah-pisah.
Melihat perkembangan cara berpikir siswa SD tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang menghubungkan konsep-konsep dalam mata pelajaran. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga bisa memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Majid, 2014: 80). Tema yang dipilih biasanya hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, misalnya kerukunan, kegiatanku, kegemaranku, keluargaku, dan kegiatan sehari-hari.
(24)
Pembelajaran tematik perlu diterapkan di Sekolah Dasar karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa SD yang belum mampu melihat dan memahami sesuatu secara terpisah-pisah. Mereka melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik). Selain itu, siswa SD juga berada dalam tahap operasi konkret. Mereka membutuhkan benda nyata dan aktivitas langsung untuk membantu pemahaman mereka akan suatu hal. Pembelajaran tematik ditekankan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui aktivitas nyata sehingga siswa tidak hanya mendengarkan saja namun mempunyai pengalaman langsung yang bermakna. Melihat pentingnya pembelajaran tematik bagi siswa, diharapkan semua Sekolah Dasar menerapkan pembelajaran tematik dengan baik karena pembelajaran ini sesuai dengan usia dan karakteristik siswa SD.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yakni merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera (Walgito, 2010: 99). Persepsi mengenai pelaksanaan pembelajaran tematik antara satu guru dengan guru yang lain tidaklah sama. Perbedaaan persepsi ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh guru. Perbedaan persepsi ini juga berpengaruh pada perbedaan kinerja guru. Jika persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik baik, maka kinerja guru juga akan baik. Sebaliknya, jika persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik buruk, maka kinerja guru juga akan buruk.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kinerja guru dalam pembelajaran tematik perlu diperhatikan. Mulyasa (2013: 103) menjelaskan
(25)
kinerja guru dalam pembelajaran adalah kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan hasil. Kinerja guru dalam pembelajaran dapat dilihat dari empat kompetensi keguruan yaitu kompetensi pedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian (Priatna & Sukamto, 2013: 3). Kompetensi pedagogis berkaitan dengan kemampuan guru dalam membimbing peserta didik. Kompetensi profesional berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran, sedangkan kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dan bergaul dengan orang lain. Kompetensi kepribadian berkaitan dengan pribadi seseorang misalnya dewasa, arif, berwibawa, dan bisa menjadi teladan.
Pelaksanaan pembelajaran tematik dilakukan dalam tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan, kinerja guru yang harus tampak yaitu guru mampu membangkitkan motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif serta menyenangkan. Dalam kegiatan inti guru harus mampu menguasai materi, menerapkan pendekatan atau strategi pembelajaran yang efektif, memanfaatkan sumber belajar atau media, memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran, serta menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran (Dermawati, 2013: 11). Sedangkan dalam kegiatan penutup, guru harus mampu mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan efektif melalui refleksi, pemberian tindak lanjut, dan evaluasi.
Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sangat penting, namun penulis masih menemui guru yang mengalami kesulitan dalam
(26)
menerapkan pembelajaran tematik di Kecamatan Pakem. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2014 dengan salah satu guru kelas bawah di SD Negeri Banteng menyebutkan bahwa guru menganggap penerapan pembelajaran tematik itu sulit. Guru beranggapan dalam penerapan pembelajaran tematik memerlukan berbagai macam keterampilan yang harus dikuasai dan kreatifitas yang baik seperti dalam membuat media yang menarik bagi siswa. Persepsi yang demikian membuat guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Selain itu, guru juga mengatakan bahwa fokus pembelajaran menjadi terbagi-bagi, siswa dan orang tua siswa merasa bingung karena satu buku digunakan untuk beberapa mata pelajaran. Kesulitan yang dialami dalam menerapkan pembelajaran tematik membuat kinerja guru menjadi kurang maksimal. Ketidaksesuaian ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman guru mengenai pembelajaran tematik sehingga guru lebih memilih menggunakan model pembelajaran berbasis mata pelajaran atau terpisah-pisah.
Kegiatan pembelajaran yang seperti ini, kurang sesuai dengan karakteristik siswa SD yang berada dalam tahap operasi-operasi konkret dan berpikir holistik. Dari berbagai uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi guru tentang pembelajaran tematik dan kinerja guru di Sekolah Dasar. Maka, penulis mengambil judul penelitian “Hubungan Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik dengan Kinerja Guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.”
(27)
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini mengukur persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru.
2. Lingkup penelitian adalah SD yang berada di wilayah UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
3. Responden dalam penelitian ini adalah guru kelas bawah (I, II, dan III).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah ada hubungan antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
(28)
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1. Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dan sebagai sumber inspirasi untuk perbaikan kinerja guru Sekolah Dasar. 2. Manfaat Praktis
a) Bagi guru
Sebagai bahan refleksi pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.
b) Bagi sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk menyelenggarakan program pembinaan tentang pelaksanaan pembelajaran tematik.
c) Bagi peneliti
Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa yang nantinya dapat diterapkan ketika menjadi guru SD.
F. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua definisi operasional variabel yakni variabel persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dan kinerja guru. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendefinisikan variabel-variabel penelitian maka diperlukan suatu batasan pengertian yang meliputi:
(29)
1. Persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik
Persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik adalah suatu proses yang dialami seorang guru dalam menafsirkan informasi yang terdapat di lingkungan sekitar melalui alat indera dan menggunakan informasi tersebut untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran menggunakan tema. Pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi kegiatan pembuka; kegiatan inti yang meliputi keterampilan menjelaskan, keterampilan memberikan stimulus, dan keterampilan bertanya; serta kegiatan penutup yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.
2. Kinerja guru
Kinerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugas pembelajaran yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Kinerja guru dalam kegiatan dapat dilihat berdasarkan kompetensi pedagogis yang meliputi indikator memahami peserta didik dan melaksanakan pembelajaran dengan baik; kompetensi profesional yang meliputi indikator menguasai materi pembelajaran dan mengaitkan tema yang diajarkan dengan materi lain yang relevan; kompetensi kepribadian yang meliputi indikator bertindak konsisten, bijaksana, berwibawa, dan menjadi teladan; serta kompetensi sosial yang meliputi indikator mudah bergaul dan mampu berkomunikasi dengan baik. Keempat kompetensi tersebut harus ditunjukkan dalam kegiatan pembuka, inti, dan penutup.
(30)
8 BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yakni merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera (Walgito, 2010: 99). Sementara itu, Suharnan (2005: 23) berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui alat indera manusia. Sejalan dengan pendapat Suharnan (2005: 23), Robbins & Coulter (2007: 75) mengatakan persepsi adalah proses yang dilalui individu guna mendapatkan arti bagi lingkungan dengan cara mengorganisasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh dari inderawi mereka.
Ling & Catling (2012: 6) berpendapat bahwa persepsi merupakan serangkaian proses rumit yang melaluinya diperoleh dan diinterpretasikan informasi yang diperoleh secara indrawi. Interpretasi ini memungkinkan seseorang mencerap lingkungan secara bermakna. Sejalan dengan Ling & Catling (2012: 6), Solso, Maclin, & Maclin (2008: 75-76) menyatakan bahwa persepsi (perception) melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik. Persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang dilihat oleh indera.
(31)
Menurut Prawiradilaga & Siregar (2008: 132) persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi pada setiap kesempatan, disengaja atau tidak. Kesimpulannya persepsi dapat memengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada seseorang. Hasil persepsi seseorang mengenai suatu objek dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri dan pengetahuan seseorang mengenai objek tersebut (Suharnan, 2005: 24).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dialami seseorang dalam menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang terdapat di lingkungan sekitar melalui alat indera. Persepsi bisa dikatakan sebagai awal dari kegiatan yang dilakukan seseorang. Penampilan dan pengetahuan seseorang dapat memengaruhi persepsi.
Menurut Robbins & Coulter (2007: 75) faktor yang berfungsi membentuk dan kadang-kadang memelintir persepsi adalah:
a) Si Perseptor
Ketika seseorang melihat sasaran dan berusaha menafsirkan apa yang dilihatnya, ciri-ciri pribadi seseorang tersebut akan sangat memengaruhi penafsirannya. Ciri-ciri tersebut mencakup sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman, dan harapan.
b) Sasaran
Ketika seseorang melihat sasaran atau objek, maka ciri-ciri sasaran yang diamati dapat juga memengaruhi apa yang dipersepsikan.
(32)
Sebagai contoh orang-orang yang bersuara keras lebih cenderung diperhatikan dalam kelompok daripada orang-orang yang pendiam. c) Situasi
Situasi atau tempat di mana melihat suatu kejadian atau objek juga penting dalam memengaruhi persepsi seseorang. Waktu yang berbeda dengan objek yang sama akan memberikan persepsi yang berbeda pula.
Walgito (2010: 101) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam persepsi meliputi:
a) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan rangsang yang mengenai alat indera. Rangsang bisa datang dari luar maupun dari dalam individu yang bersangkutan. Namun sebagian besar rangsang datang dari luar individu.
b) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf
Alat indera yakni alat untuk menerima rangsang. Syaraf sensoris juga diperlukan untuk meneruskan rangsang yang diterima reseptor menuju otak sebagai pusat kesadaran. Respon yang dihasilkan berasal dari syaraf motoris.
c) Perhatian
Perhatian yaitu langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sekumpulan objek.
(33)
Berdasarkan pendapat ahli-ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi persepsi meliputi (1) si perseptor; (2) sasaran; dan (3) situasi. Selain itu, (1) objek yang dipersepsi; (2) alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf; dan (3) perhatian juga dapat memengaruhi persepsi seseorang.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Supardi, 2013: 60). Sementara itu, Majid (2014: 129) mengatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan inti dari aktivitas pembelajaran yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan pembelajaran. Menurut Trianto (2011: 210), pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang pelaksanaannya disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirancang sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga tahap kegiatan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun
(34)
kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik (Rusman, 2011: 254). Sejalan dengan pendapat tersebut, Majid (2014: 80) mengatakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga bisa memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Menurut Prastowo (2014: 54) pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang mengaitkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Sedangkan Trianto (2011: 147) berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik memfasilitasi siswa untuk berdinamika dalam pembelajaran dan secara produktif menjawab pertanyaan serta memuaskan rasa ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka (Trianto, 2009: 78-79).
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan menggunakan tema sehingga siswa mempunyai pemahaman yang utuh dan bermakna. Jadi, pelaksanaan pembelajaran tematik adalah kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dengan mengaitkan beberapa materi pelajaran dengan menggunakan tema. Pada pelaksanaan pembelajaran ini terdapat tahap kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
(35)
Majid (2014: 129-131) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terdapat tiga langkah kegiatan yaitu:
a) Kegiatan awal/pembuka
Kegiatan awal/pembuka dilakukan untuk menarik perhatian siswa, menumbuhkan motivasi belajar siswa, dan memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan. Supardi (2013: 106-107) menjelaskan secara khusus tujuan membuka pelajaran adalah untuk:
1) Mempersiapkan mental siswa agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibahas dalam proses pembelajaran.
2) Menarik minat dan perhatian siswa
Menarik minat dan perhatian siswa dapat dilakukan dengan memberi keyakinan kepada siswa bahwa materi yang akan dipelajari bermanfaat bagi dirinya.
3) Menumbuhkan motivasi belajar siswa
Menumbuhkan motivasi belajar siswa dilakukan dengan membangun suasana akrab dan hangat sehingga siswa merasa dekat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa. Menurut Marno & Idris (2014: 77) dalam mengaitkan materi antara mata pelajaran baru dengan materi yang sudah dikuasai siswa, guru hendaknya melakukan apersepsi. Apersepsi
(36)
siswa yang telah dimiliki oleh siswa untuk digunakan sebagai batu loncatan atau titik pangkal menjelaskan hal-hal baru atau materi baru yang akan dipelajari siswa (Marno & Idris, 2014: 77). 4) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang
akan dilakukan.
Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan membuat kaitan atau hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan materi atau pengalaman belajar yang akan dipelajari siswa.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui kegiatan belajar dengan menggunakan metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Dalam pelaksanaan kegiatan inti, guru harus menguasai beberapa keterampilan yang meliputi:
1) Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan merupakan dasar keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru. Menjelaskan pada dasarnya adalah menuturkan secara lisan mengenai suatu materi pelajaran yang disampaikan secara sistematis dan terencana sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi
(37)
pelajaran (Marno & Idris, 2014: 95). Menurut Marno & Idris (2014: 106-110) komponen-komponen yang harus dikuasai seorang guru dalam keterampilan menjelaskan yaitu:
(a) Bahasa yang sederhana
Penggunaan bahasa yang baik sangat diperlukan dalam menjelaskan materi pelajaran. Bahasa yang baik meliputi kejelasan kata-kata yang diucapkan, kelancaran dalam berbicara, dan menghindari penggunaan bahasa lisan maupun tulis yang tidak baku.
(b) Penggunaan contoh/ilustrasi
Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat ditingkatkan dengan menghubungkannya dengan kejadian-kejadian sehari-hari yang sering dijumpai siswa. Dengan demikian guru harus memberikan contoh-contoh secara nyata, konkret, dan jelas sesuai dengan lingkungan, daya tangkap, dan tingkat perkembangan siswa.
(c) Struktur/sistematis
Agar siswa mudah memahami penjelasan guru, hendaknya guru menjelaskan urutan langkah-langkah dengan jelas sehingga siswa mampu membedakan bagian yang penting dan yang tidak penting.
(38)
2) Keterampilan Memberi Variasi Stimulus Pembelajaran
Penyampaian materi pelajaran yang monoton tentunya kurang menarik minat dan perhatian siswa. Untuk menarik minat dan perhatian siswa, guru hendaknya melakukan variasi pembelajaran. Supardi (2013: 109-110) menjelaskan bahwa variasi stimulus pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media/alat peraga, dan sumber belajar. Selain itu, guru juga perlu melakukan variasi pola interaksi dalam kegiatan pembelajaran.
3) Keterampilan Bertanya
Menurut Marno & Idris (2014: 113) dalam menjelaskan guru hendaknya tidak hanya bicara sendiri saja (monolog), melainkan juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Sebaiknya guru mengajukan pertanyaan konkret kepada siswa mengenai hal yang baru dijelaskan atau memancing pertanyaan dari siswa. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, guru dapat mengetahui sejauh mana siswa memahami penjelasan yang disampaikan. c) Kegiatan akhir/penutup
Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya dan mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam
(39)
melaksanakan proses pembelajaran. Supardi (2013: 108) menjelaskan bahwa keterampilan menutup pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menyimpulkan atau membuat garis-garis besar materi pokok yang telah dibahas dan memberikan tindak lanjut serta pemberian tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa baik secara individu maupun kelompok terkait dengan materi yang sudah dipelajari.
3. Kinerja Guru dalam Pembelajaran Tematik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 700) kinerja merupakan sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja seseorang. Sedangkan Mulyasa (2013: 88) mengungkapkan bahwa kinerja merupakan unjuk kerja seseorang yang diwujudkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dimilikinya.
Pendapat lain diungkapkan oleh Supardi (2013: 45) yang menerangkan bahwa kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan. Berbeda dengan Supardi, Sudarma (2013: 135) mendefinisikan kinerja sebagai penampilan yang melakukan, menggambarkan, dan menghasilkan suatu hal, baik bersifat fisik maupun non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi, dan tugas yang dilandasi oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi.
(40)
Berdasarkan uraian pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kegiatan yang dilakukan seseorang guna mencapai prestasi sesuai yang diharapkan. Kinerja dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dan penampilan seseorang.
Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dan bertanggung jawab atas peserta didik yang dibimbingnya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik (Supardi, 2013: 54). Selanjutnya Supardi (2013: 54) menjelaskan bahwa kinerja guru ditunjukkan dengan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya dan menggambarkan adanya suatu perilaku yang ditampilkan guru selama melakukan kegiatan pembelajaran.
Kinerja guru dapat dilihat dengan jelas dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ditunjukkan melalui prestasi yang dicapai peserta didik (Supardi, 2013: 55). Kinerja guru yang baik akan menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang baik pula. Kinerja guru tidak terlepas dari peserta didik sebagai subjek dan prestasi belajar yang dicapai peserta didik merupakan gambaran kinerja guru sebagai perencana dan pengelola pembelajaran (Supardi, 2013: 56).
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugas dalam kegiatan pembelajaran. Kinerja guru ditunjukkan dengan prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik.
(41)
Menurut Mulyasa (2013: 103) kinerja guru dalam pembelajaran adalah kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan hasil. Sejalan dengan pendapat Mulyasa tersebut, Rusman (2011: 50) menjelaskan bahwa kinerja guru dalam proses pembelajaran adalah bagaimana kemampuan seorang guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
Perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi yang dilakukan merupakan siklus yang berkesinambungan sehingga diharapkan terjadi perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus (Mulyasa, 2013: 102). Dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik (Supardi, 2013: 56).
Kinerja guru ditunjukkan dari seberapa besar kompetensi-kompetensi yang disyaratkan dipenuhi (Supardi, 2013: 55). Menurut Musfah (2011: 29) kompetensi adalah kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007, kompetensi yang dijadikan dasar untuk kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu kompetensi pedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian (Priatna & Sukamto, 2013: 3).
(42)
Payong (2011: 28-29) menjelaskan bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan seorang guru dalam membimbing peserta didik sehingga menjadi manusia yang dewasa dan matang. Guru harus mempunyai 10 kompetensi inti terkait dengan standar kompetensi pedagogis yang meliputi (1) menguasai karakteristik peserta didik; (2) menguasai teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran; (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; (7) berkomunikasi secara efektif; (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk perbaikan; dan (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan pembelajaran.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh Standar Pendidikan Nasional (Payong, 2011: 28). Selanjutnya Payong (2011: 44-49) menjelaskan tentang standar kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru yaitu (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir yang mendukung mata pelajaran, (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar, (3) mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif, (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan melalui tindakan
(43)
reflektif, dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Sementara itu, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia (Payong, 2011: 28). Kemampuan dalam kompetensi kepribadian digolongkan dalam lima kompetensi utama yakni: (1) bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, (2) pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (3) pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru (Payong, 2011: 51-59).
Kompetensi terakhir yaitu kompetensi sosial. Menurut Payong (2011: 28) kompetensi sosial adalah kemampuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yaitu: (1) bersikap inklusif, bertindak objektif, dan tidak diskriminatif, (2) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun, (3) beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah RI, dan (4) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain (Payong, 2011: 61-65).
(44)
Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran merupakan kemampuan seorang guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran baik secara proses maupun hasil. Kinerja guru dalam pembelajaran ditunjukkan melalui empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial.
Menurut Supardi (2013: 51) ada tiga faktor yang memengaruhi kinerja yaitu faktor individual, organisasional, dan psikologis. Faktor individual meliputi (1) kemampuan dan keterampilan: mental dan fisik; (2) latar belakang: keluarga, tingkat sosial, dan penggajian; dan (3) demografis: umur, asal-usul, dan jenis kelamin. Faktor organisasional meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, dan struktur. Sedangkan faktor psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
B. Penelitian yang Relevan
Barus (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru.” Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD Negeri Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 283 orang dan sampel berjumlah 72 orang yang ditentukan dengan random sampling proporsional berstrata. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket dengan model skala likert. Teknik analisis dengan statistik deskriptif dan
(45)
inferensial dengan uji prasyarat. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan liliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlett, uji linieritas dengan anava, dan uji independensi dengan product moment. Uji hipotesis dengan korelasi, regresi sederhana, dan regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru dengan besar koefisien determinasi 0,558.
Najmulmunir, Hasyim, & Jubaedah (2009) juga melakukan penelitian serupa dengan judul “Hubungan persepsi guru terhadap peran supervisi kepala sekolah dan disiplin kerja dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri kota Bogor.” Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional. Sampel berjumlah 60 guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Bogor. Teknik pengumpulan data primer menggunakan kuesioner, sedangkan untuk data sekunder menggunakan studi kepustakaan, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif, pengujian prasyarat, dan pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi guru terhadap peran supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dengan koefisien korelasi sebesar 0,570.
Penelitian lainnya dilakukan Maulana (2014) yang berjudul “Hubungan kompetensi sosial dengan kinerja guru SD Islam Bunga Bangsa Samarinda ditinjau dari tipe kepribadian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD Islam Bungan Bangsa Samarinda dengan jumlah
(46)
sampel 49 orang. Alat pengukuran atau instrumen menggunakan skala, yang terdiri dari tiga jenis skala yaitu skala kinerja, skala kompetensi sosial dan tipe kepribadian, serta skala pola asuh orang tua. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analysis of variance dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kompetensi sosial dengan kinerja guru dengan F = 2,551 dan p = 0,017. Hasil lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian dengan kinerja dengan F = 5,047 dan p = 0,036. Kesimpulannya terdapat hubungan antara kompetensi sosial dan tipe kepribadian dengan kinerja pada guru Sekolah Dasar Islam Bunga Bangsa Samarinda.
Penelitian berjudul “Hubungan disiplin dengan kinerja guru SMA Negeri di tiga Kecamatan Kota Depok” dilakukan oleh Wulan (2013). Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini merupakn guru-guru SMA Negeri Kota Depok yang berjumlah 109 orang sedangkan sampel penelitian berjumlah 86 orang. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara disiplin dengan kinerja guru SMA Negeri di tiga Kecamatan Kota Depok dengan koefisien korelasi sebesar 0,467. Hubungan yang positif artinya semakin tinggi tingkat disiplin, akan semakin tinggi pula kinerjanya.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama
(47)
menganalisis hubungan persepsi dengan kinerja. Literatur map penelitian yang relevan dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh keempat peneliti tersebut menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara persepsi dengan kinerja. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian serupa dengan judul “Hubungan Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
PENELITIAN SEBELUMNYA
PERSEPSI GURU KINERJA GURU
Barus (2011) Persepsi guru terhadap
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi - kinerja guru
Najmulmunir, Hasyim, & Jubaedah (2009) Persepsi guru terhadap
peran supervisi kepala sekolah dan disiplin
kerja - kinerja guru
Maulana (2014) Kompetensi sosial -
kinerja guru
Wulan (2013) Disiplin - kinerja guru
Yang akan diteliti Persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran
(48)
dengan Kinerja Guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.”
C. Kerangka Berpikir
Persepsi merupakan suatu proses yang dialami seseorang dalam menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang terdapat di lingkungan sekitar melalui alat indera. Persepsi merupakan awal dari kegiatan yang dilakukan seseorang sehingga memengaruhi cara bekerja, berpikir, dan bersikap pada seseorang. Persepsi orang yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda tergantung pada informasi dan pengetahuan yang dimiliki. Sama halnya dengan persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik juga akan berbeda-beda tergantung informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik tersebut.
Kinerja guru dalam pembelajaran merupakan kemampuan seorang guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran baik secara proses maupun hasil. Kinerja guru dalam pembelajaran ditunjukkan melalui empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang pelaksanaannya disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran yang terkait penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan variasi stimulus yang menarik.
(49)
Persepsi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja seseorang. Apabila seseorang memiliki persepsi yang baik mengenai suatu objek maka ia akan memiliki kinerja yang baik pula. Dalam hal ini, persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik akan memengaruhi kinerjanya. Jika persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik baik maka kinerja guru juga baik. Sebaliknya, jika persepsi guru tentang pembelajaran tematik buruk maka kinerja guru juga akan buruk.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ada hubungan antara persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
(50)
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan metode survei. Penelitian korelasi adalah suatu usaha untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh tingkat hubungan yang ada di antara variabel yang diteliti (Kuncoro, 2003: 9-10). Metode survei adalah metode penelitian yang mendeskripsikan secara kuantitatif (angka-angka) kecenderungan-kecenderungan, perilaku-perilaku, atau opini-opini dari suatu populasi dengan meneliti sampel populasi tersebut (Creswell, 2009: 216). Inti dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan hubungan persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dengan kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih SD di Kecamatan Pakem sebagai tempat penelitian sebab berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2014 dengan salah satu guru kelas bawah di SD Negeri Banteng menyebutkan bahwa guru menganggap penerapan pembelajaran tematik itu sulit. Guru beranggapan penerapan pembelajaran tematik
(51)
memerlukan berbagai macam keterampilan yang harus dikuasai dan kreatifitas yang baik seperti dalam membuat media yang menarik. Persepsi yang demikian membuat guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Guru juga mengatakan bahwa fokus pembelajaran menjadi terbagi, siswa dan orang tua merasa bingung karena satu buku digunakan untuk beberapa pelajaran. Kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik membuat kinerja guru menjadi kurang maksimal. 2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan yakni pada bulan Maret 2014 sampai Januari 2015. Penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal dan diakhiri dengan ujian skripsi dan revisi. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengurus perizinan mulai surat izin dari kampus (lampiran 1a), surat izin dari kantor Kesatuan Bangsa (lampiran 1b), dan surat izin dari Bappeda (lampiran 1c). Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan
1 Penyusunan proposal 2 Penyusunan
instrumen 3 Ujicoba
instrumen 4 Mengurus perizinan 5 Pengumpulan
data 6 Pengolahan
data 7 Penyusunan
laporan 8 Ujian skripsi
(52)
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Mantra, Kasto, & Tukiran (2012: 154) menjelaskan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Sementara itu, Zuriah (2006: 116) berpendapat bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu tertentu. Populasi Sekolah Dasar di Kecamatan Pakem dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Populasi Sekolah Dasar di Kecamatan Pakem
No Nama SD Status
Sekolah Jumlah Guru Kelas Jumlah Guru Kelas Bawah
1 SD Negeri Purworejo Negeri 6 3
2 SD Negeri Kaliurang 1 Negeri 6 3
3 SD Negeri Kaliurang 2 Negeri 6 3
4 SD Negeri Pandanpuro 1 Negeri 6 3
5 SD Negeri Pandanpuro 2 Negeri 6 3
6 SD Negeri Banteng Negeri 6 3
7 SD Negeri Cemoroharjo Negeri 6 3
8 SD Negeri Baratan Negeri 6 3
9 SD Negeri Bulus Negeri 6 3
10 SD Negeri Tawangharjo Negeri 6 3
11 SD Negeri Giriharjo Negeri 6 3
12 SD Negeri Srowolan Negeri 6 3
13 SD Negeri Blembem Negeri 6 3
14 SD Negeri Pakem 1 Negeri 6 3
15 SD Negeri Pakem 2 Negeri 6 3
16 SD Negeri Pakem 4 Negeri 6 3
17 SD Negeri Turen Negeri 6 3
18 SD Negeri Paraksari Negeri 6 3
19 SD Negeri Percobaan 3 Negeri 12 6
20 SD Tarakanita Tritis Swasta 6 3
21 SD Muhammadiyah Pakem Swasta 18 9
22 SDIT Darul-Hikmah Swasta 6 3
23 SD Muhammadiyah 2 Pakem Swasta 4 3
24 SDIT Ibnu Abbas Swasta 6 3
(53)
Populasi dalam penelitian ini adalah 24 Sekolah Dasar di Kecamatan Pakem yang terdiri dari 19 sekolah negeri dan 5 sekolah swasta. Dari 24 SD tersebut, terdapat satu SD Negeri dengan jumlah dua rombongan belajar yaitu SD Negeri Percobaan 3 dan satu SD Swasta yaitu SD Muhammadiyah Pakem dengan tiga rombongan belajar sehingga terdapat 81 guru kelas bawah (kelas I, II, dan III) sebagai responden penelitian. Sementara itu, terdapat satu sekolah yang memiliki empat kelas yaitu kelas I sampai kelas IV karena baru berdiri selama empat tahun.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi (Hasan, 2002: 58). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster random sampling. Cluster random sampling adalah melakukan randomisasi terhadap kelompok-kelompok, bukan terhadap subjek secara individual (Azwar, 2009: 87). Dalam penelitian ini, random tidak dilakukan langsung pada semua guru, tetapi pada suatu sekolah atau kelas sebagai kelompok atau cluster (Zuriah, 2006: 124).
Peneliti memilih menggunakan cluster random sampling dengan alasan untuk efisiensi kerja yang berkaitan dengan waktu dan biaya. Selain itu, membuat daftar klaster 24 Sekolah Dasar yang lengkap lebih mudah daripada membuat daftar 81 individu guru kelas I, II, dan III dalam seluruh populasi (Azwar, 2009: 88).
(54)
Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi digunakan rumus Slovin (Darmawan, 2013: 156) sebagai berikut:
= 1 +
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditolerir.
Gay (dalam Hasan, 2002: 60) menjelaskan bahwa sampel dalam penelitian dengan metode deskriptif korelasional minimal 30 subjek. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% karena penelitian ini merupakan penelitian sosial dan taraf signifikansi 5% merupakan taraf signifikansi yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial (Idrus, 2009: 172). Perhitungan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin dengan taraf signifikansi 5% dan jumlah populasi sebanyak 24 SD sebagai berikut:
= 1 + =
( %)
= 24
1 + 24 (0,05)
= 24
1 + 24 (0,0025)
= 24
1 + 0,06 = 24
1,06 = 22,6
(55)
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 22,6 SD di Kecamatan Pakem yang dibulatkan menjadi 23. SD yang digunakan sebagai sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 SD yang Digunakan Sebagai Sampel Penelitian
No Nama SD Status Sekolah Jumlah Guru
yang Diteliti
1 SD Negeri Banteng Negeri 3
2 SD Negeri Kaliurang 2 Negeri 3
3 SD Negeri Pakem 1 Negeri 3
4 SD Negeri Pakem 4 Negeri 3
5 SD Negeri Blembem Negeri 3
6 SD Negeri Giriharjo Negeri 3
7 SD Negeri Cemoroharjo Negeri 3
8 SD Negeri Paraksari Negeri 3
9 SD Negeri Percobaan 3 Negeri 6
10 SD Muhammadiyah Pakem Swasta 9
11 SD Negeri Tawangharjo Negeri 3
12 SD Negeri Baratan Negeri 3
13 SD Negeri Srowolan Negeri 3
14 SD Negeri Pakem 2 Negeri 3
15 SD Negeri Bulus Negeri 3
16 SD Negeri Kaliurang 1 Negeri 3
17 SD Negeri Pandanpuro 1 Negeri 3
18 SD Negeri Pandanpuro 2 Negeri 3
19 SD Negeri Purworejo Negeri 3
20 SD Negeri Turen Negeri 3
21 SD Tarakanika Tritis Swasta 3
22 SDIT Darul-Hikmah Swasta 3
23 SD Muhammadiyah 2 Pakem Swasta 3
Jumlah 78
Penentuan SD yang menjadi sampel penelitian (seperti tertulis pada tabel 3.3) dilakukan secara random dengan metode undian. Caranya yaitu dengan menulis nama-nama SD pada unit populasi di lembar kertas kecil, kemudian lembar kertas kecil digulung dan dimasukkan dalam botol lalu dikocok dengan rata, setelah itu dikeluarkan satu persatu sejumlah sampel yang akan diambil (Hasan, 2002: 64). Hasil undian ini merupakan sampel
(56)
yang dipilih. Cara ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan ketidakadilan dalam penentuan sampel (Djaali & Farouk, 2010: 41).
Nazir (2005: 277) menyebutkan bahwa “dalam memilih anggota unit ini, dapat saja diambil seluruh elementary unit dari cluster atau sebagian dari unit elementer dari cluster.” Untuk SD yang memiliki dua rombongan belajar dengan enam guru kelas bawah dan tiga rombongan belajar dengan sembilan guru kelas bawah, peneliti mengambil jumlah tersebut secara keseluruhan. Jadi, dari 23 SD terdapat 78 guru kelas bawah sebagai responden dalam penelitian ini.
D. Variabel Penelitian
Idrus (2009: 77) berpendapat bahwa variabel didefinisikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Selain itu, variabel dapat juga diartikan sebagai suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi atau macam-macam nilai (Nisfiannoor, 2009: 7). Menurut Nisfiannoor (2009: 7) variabel terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent variable/IV)
Variabel bebas merupakan suatu variabel yang memengaruhi variabel lain (Azwar, 2009: 62). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik (X).
2. Variabel Terikat (Dependent variable/DV)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas (Nisfiannoor, 2009: 7). Variabel
(57)
terikat dalam penelitian ini yaitu kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik (Y). Untuk memberikan gambaran yang jelas, maka hubungan antara dua variabel tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
r
Gambar 3.1 Hubungan antarvariabel Keterangan:
X = variabel persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik. Y = variabel kinerja guru.
r = koefisien korelasi
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan agar bukti-bukti yang diperoleh berfungsi sebagai data obyektif dan tidak terjadi penyimpangan dari keadaan sebenarnya. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu adalah angket dan dokumentasi.
1. Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan secara tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden (Zuriah, 2006: 182). Angket cocok digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2011: 193). Jenis angket yang
(58)
digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataannya tidak memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban sesuai dengan pendapat mereka (Hasan, 2002: 84-85). Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik.
2. Dokumentasi
Menurut Suharso (2009: 104), dokumentasi adalah data sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau file (catatan konvensional maupun elektronik), buku, tulisan, laporan, notulen rapat, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Metode pengumpulan data dokumentasi digunakan dalam rangka memenuhi data atau informasi yang diperlukan untuk kepentingan variabel penelitian yang telah didesain sebelumnya. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang data SD di Kecamatan Pakem yang meliputi nama, status, alamat, dan jumlah guru guna menentukan populasi dan sampel penelitian.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dan daftar check-list.
(59)
1. Skala
Skala merupakan instrumen pengumpul data yang bentuknya hampir sama dengan angket model tertutup, tetapi alternatif jawabannya merupakan perjenjangan (Idrus, 2009: 101). Skala yang digunakan berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dan berhubungan dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model skala yang dibuat oleh Rensis Likert yang dikenal dengan skala Likert (Idrus, 2009: 101). Skala Likert digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang (Hasan, 2002: 72). Variabel penelitian yang diukur dengan skala Likert ini, dijabarkan menjadi indikator variabel yang dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item instrumen, dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Dalam skala Likert ini terdapat sejumlah pernyataan favourable (positif) dan juga pernyataan unfavourable (negatif) mengenai suatu objek (Zuriah, 2006: 188).
Penelitian mengenai persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik belum banyak dilakukan, maka pernyataan-pernyataan dalam skala ini disusun berdasarkan indikator mengenai persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dan kinerja guru yang ada pada teori.
(60)
Setelah diadopsi dari beberapa sumber, item-item dikembangkan sendiri oleh peneliti. Azwar (2009: 28) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam penyusunan skala meliputi:
a) Menentukan indikator keperilakuan
Atribut psikologi bukanlah variabel sederhana dan belum cukup operasional untuk dijadikan landasan penulisan item sehingga diperlukan operasionalisasi aspek ke dalam bentuk indikator keperilakuan. Indikator keperilakuan adalah deskripsi bentuk-bentuk perilaku yang menandakan adanya atribut psikologi yang diukur. Karakteristik indikator keperilakuan adalah rumusannya sangat operasional dan dalam tingkat kejelasan yang dapat diukur.
b) Menyusun kisi-kisi
Aspek keperilakuan dari suatu atribut yang diukur belum tentu memiliki kontribusi yang sama. Oleh karena itu, diperlukan pembobotan dari seluruh jumlah item. Untuk memperjelas perbandingan antara semua aspek dan memuat proporsi item yang harus ditulis ke arah favourable dan unfavourable. Penyusunan kisi-kisi skala persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dapat dilihat pada tabel 3.4.
(61)
Tabel 3.4 Kisi-kisi Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
No. Indikator Butir Jumlah
Favourable Unfavourable
1 Keterampilan membuka pelajaran
2, 34 1, 3 4
2 Keterampilan menjelaskan
4, 6, 9, 12, 14, 16, 17, 21, 36,
38, 39
5, 7, 8, 10, 15, 19, 20,37
19
3 Keterampilan memberikan variasi stimulus pembelajaran
22, 23, 25, 26, 27, 32
11, 13, 18, 24, 28, 29, 35
13
4 Keterampilan bertanya 31 30, 33 3
5 Keterampilan menutup pelajaran
40, 41, 43 42, 44 5
Total Pernyataan 44
Indikator keterampilan membuka pelajaran mengacu pada Supardi (2013: 106-107), indikator keterampilan menjelaskan mengacu pada Marno & Idris (2014: 106-110), indikator keterampilan memberikan variasi stimulus pembelajaran mengacu pada Supardi (2013: 109-110), indikator keterampilan bertanya mengacu pada Marno & Idris (2014: 113), dan indikator keterampilan menutup pelajaran mengacu pada Supardi (2013: 108).
Kisi-kisi skala kinerja guru meliputi kompetensi pedagogis yaitu indikator memahami peserta didik dengan baik dan indikator mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik mengacu pada Payong (2011: 28-29), kompetensi profesional yaitu indikator menguasai materi pembelajaran dan mampu mengaitkan tema yang diajarkan dengan materi lain yang relevan mengacu pada Payong (2011: 44-49), kompetensi kepribadian yaitu indikator bertindak konsisten, bijaksana dan berwibawa, dan menjadi teladan mengacu pada Payong (2011: 51-59), serta
(62)
kompetensi sosial yaitu indikator mudah bergaul dan mampu berkomunikasi dengan baik mengacu pada Payong (2011: 61-65). Penyusunan kisi-kisi skala kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
No. Indikator Butir Jumlah
Favorable Unfavorable 1 Memahami peserta didik
dengan baik 1, 2, 3 4, 5, 6 6
2 Mampu melaksanakan
pembelajaran dengan baik 7, 8, 9 10, 11, 12 6 3 Menguasai materi
pembelajaran 13, 14, 15 16, 17, 18 6
4
Mampu mengaitkan tema yang diajarkan dengan materi pelajaran lain yang relevan
19, 20, 21 22, 23, 24 6 5 Bertindak konsisten 25, 26, 27 28, 29, 30 6 6 Bijaksana dan berwibawa 31, 32, 33 34, 35, 36 6
7 Menjadi teladan 37, 38, 39 40, 41, 42 6
8 Mudah bergaul 43, 44, 45 46, 47, 48 6
9 Mampu berkomunikasi
dengan baik 49, 50, 51 52, 53, 54 6
Total Pernyataan 54
Dalam skala Likert terdapat lima alternatif perjenjangan dari kondisi sangat favourable hingga unfavourable yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Idrus, 2009: 101). Namun penyusunan skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk skala dengan empat alternatif pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) (Arikunto, 2010: 284).
(63)
Peneliti menghilangkan obsi jawaban yang berada di tengah yaitu ragu-ragu dengan alasan ada kelemahan dengan lima alternatif jawaban sebab responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah (Arikunto, 2010: 284). Hal ini dikarenakan alternatif jawaban yang berada di tengah dirasa paling aman dan paling mudah karena responden hampir tidak berpikir (Arikunto, 2010: 284). Penilaian pada skala Likert ini dapat dilihat dengan jelas pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Penskoran dalam Skala Likert Alternatif Jawaban
Penskoran Pernyataan
Favourable
Pernyataan Unfavourable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
2. Daftar check-list
Daftar check-list digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Dalam penelitian ini, daftar check-list digunakan untuk mendapatkan informasi tentang nama SD, status SD, dan jumlah guru kelas bawah guna menentukan populasi dan sampel penelitian. Daftar check-list dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 8.
Peneliti mengisi daftar check-list berdasarkan data yang diperoleh dari UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Pakem. Peneliti memberikan tanda
check ( ) pada kolom-kolom yang tersedia berkaitan dengan status sekolah dan jumlah guru kelas bawah sesuai dengan keadaan masing-masing SD.
(64)
G. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas adalah tingkat di mana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur (Sumanto, 1990: 33). Suatu instrumen dikatakan baik digunakan sebagai ukuran suatu konsep jika memiliki tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen dikatakan kurang baik jika memiliki validitas yang rendah (Suharso, 2009: 108). Nisfiannoor (2009: 212) mengatakan bahwa validitas dibagi menjadi tiga jenis yaitu validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk.
a) Validitas Isi
Validitas isi merupakan validitas untuk menguji isi tes dengan analisis rasional atau logika melalui professional judgment. Menurut Azwar (2007: 52) validasi isi untuk menentukan sejauh mana butir-butir tes dapat mewakili komponen dalam keseluruhan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir tes dapat mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur.
Validasi dalam penelitian ini dilakukan lewat expert judgment. Expert judgment adalah pengujian instrumen kepada ahli di bidang yang diteliti. Expert judgment dilakukan oleh dua ahli yaitu satu dosen ahli pengembangan alat ukur non tes dari PGSD Universitas Sanata Dharma dan satu kepala SD. Kisi-kisi skala persepsi dapat dilihat pada lampiran 2c dan instrumen dapat dilihat pada lampiran 2d sedangkan kisi-kisi skala kinerja dapat dilihat pada lampiran 2e dan instrumen
(65)
dapat dilihat pada lampiran 2f. Hasil validasiinstrumen persepsi dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Persepsi
No Komponen Penilaian Skor Rerata
Skor Validator 1 Validator 2
1 Kelengkapan unsur-unsur
kuesioner 4 4 4
2 Kesesuaian antara indikator
item-item pernyataan 3 4 3,5
3 Ketepatan pemilihan kata
dalam kuesioner 3 3 3
4 Terdapat pernyataan positif
dan negatif 3 4 3,5
5 Kejelasan perintah dari
instrumen 3 4 3,5
6
Penggunaan bahasa Indonesia dan tata tulis baku
3 3 3
7 Pernyataan tidak bermakna
ganda 3 3 3
8
Pernyataan tidak membuat responden berpikir terlalu berat
2 3 2,5
9 Pernyataan tidak terlalu
panjang 3 4 3,5
10 Kesesuaian konstruk
dengan tujuan penelitian 2 4 3
Skor Total 32,5
Berdasarkan hasil validasi pada tabel 3.7 yang dibandingkan dengan tabel rentang skor validasi (lampiran 2a halaman 101) dapat disimpulkan rerata skor sebesar 32,5 menunjukkan bahwa instrumen penelitian yang dibuat layak digunakan tanpa perbaikan. Hasil validasi validator 1 (lampiran 2a) tidak memberikan saran untuk tiap item komponen penilaian, namun memberikan rekomendasi secara keseluruhan agar memperbaiki pernyataan. Hasil validasi validator 2
(66)
(lampiran 2b) memberikan saran yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, tata tulis baku, dan makna pada kalimat yang dibuat.
Berpedoman pada saran dan rekomendasi yang diberikan validator, peneliti melakukan revisi terutama pada aspek penggunaan bahasa. Peneliti memperbaiki pernyataan pada skala dengan mengganti kata-kata yang digunakan agar menjadi lebih baku dan tidak bermakna ganda. Pergantian kata yang dilakukan yaitu penggunaan kata “semangat” diganti “motivasi”, “urut” menjadi “runtut”, “semu” diganti “abstrak”, dan “direncanakan” diganti “dialokasikan”. Setelah dilakukan pergantian pada kata-kata tersebut, pernyataan instrumen menjadi lebih baik dan siap digunakan untuk uji coba lapangan.
Hasil validasi pada variabel kinerja guru yang dibandingkan dengan tabel rentang skor validasi (lampiran 2a halaman 104) dapat disimpulkan rerata skor sebesar 33,5 menunjukkan bahwa instrumen penelitian yang dibuat layak digunakan tanpa perbaikan. Validator 1 (lampiran 2a) dan validator 2 (lampiran 2b) tidak memberikan saran maupun rekomendasi perbaikan pernyataan, sehingga peneliti tidak melakukan revisi pada skala kinerja guru. Hasil validasi instrumen kinerja guru dapat dilihat pada tabel 3.8.
(1)
(2)
(3)
Lampiran 7a
Penentuan Kecenderungan Frekuensi Variabel Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 112,00 1 1,3 1,3 1,3
116,00 1 1,3 1,3 2,6
117,00 4 5,1 5,1 7,7
118,00 4 5,1 5,1 12,8
119,00 7 9,0 9,0 21,8
120,00 6 7,7 7,7 29,5
122,00 4 5,1 5,1 34,6
123,00 1 1,3 1,3 35,9
124,00 3 3,8 3,8 39,7
125,00 3 3,8 3,8 43,6
126,00 1 1,3 1,3 44,9
127,00 1 1,3 1,3 46,2
129,00 3 3,8 3,8 50,0
130,00 4 5,1 5,1 55,1
131,00 5 6,4 6,4 61,5
132,00 4 5,1 5,1 66,7
133,00 1 1,3 1,3 67,9
134,00 2 2,6 2,6 70,5
135,00 1 1,3 1,3 71,8
136,00 3 3,8 3,8 75,6
137,00 1 1,3 1,3 76,9
138,00 1 1,3 1,3 78,2
139,00 2 2,6 2,6 80,8
140,00 1 1,3 1,3 82,1
142,00 2 2,6 2,6 84,6
143,00 2 2,6 2,6 87,2
144,00 1 1,3 1,3 88,5
145,00 3 3,8 3,8 92,3
151,00 2 2,6 2,6 94,9
152,00 3 3,8 3,8 98,7
156,00 1 1,3 1,3 100,0
(4)
Lampiran 7b
Penentuan Kecenderungan Frekuensi Variabel Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 147,00 1 1,3 1,3 1,3
148,00 1 1,3 1,3 2,6
149,00 2 2,6 2,6 5,1
151,00 3 3,8 3,8 9,0
153,00 3 3,8 3,8 12,8
154,00 2 2,6 2,6 15,4
155,00 4 5,1 5,1 20,5
156,00 5 6,4 6,4 26,9
157,00 1 1,3 1,3 28,2
158,00 2 2,6 2,6 30,8
159,00 2 2,6 2,6 33,3
161,00 4 5,1 5,1 38,5
162,00 2 2,6 2,6 41,0
165,00 3 3,8 3,8 44,9
166,00 1 1,3 1,3 46,2
167,00 2 2,6 2,6 48,7
168,00 1 1,3 1,3 50,0
169,00 2 2,6 2,6 52,6
171,00 2 2,6 2,6 55,1
172,00 1 1,3 1,3 56,4
173,00 2 2,6 2,6 59,0
174,00 5 6,4 6,4 65,4
176,00 2 2,6 2,6 67,9
177,00 3 3,8 3,8 71,8
178,00 4 5,1 5,1 76,9
179,00 1 1,3 1,3 78,2
180,00 1 1,3 1,3 79,5
181,00 1 1,3 1,3 80,8
182,00 1 1,3 1,3 82,1
183,00 1 1,3 1,3 83,3
184,00 2 2,6 2,6 85,9
185,00 1 1,3 1,3 87,2
186,00 6 7,7 7,7 94,9
192,00 1 1,3 1,3 96,2
202,00 3 3,8 3,8 100,0
(5)
(6)
BIOGRAFI PENULIS
Septi Ria Irawan dilahirkan pada tanggal 18 September 1992 di Batang, Jawa Tengah. Penulis telah menempuh pendidikan di SD Negeri Sambong 02 (1999-2005), SMP Negeri 3 Batang (2005-2008), dan SMA Negeri 1 Batang (2008-2011). Saat ini penulis masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma (2011-2014).
Penulis pernah mengikuti berbagai macam kegiatan kemahasiswaan di antaranya Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa 1 (PPKM-1), Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa 2 (PPKM-2), English Club, Kursus Mahir Dasar Pramuka, dan Inisiasi FKIP Sanata Dharma (INFISA). Selain kegiatan kemahasiswaan tersebut, penulis juga mengikuti kepanitiaan dalam rangka Bulan Budaya Dies Natalis Universitas Sanata Dharma ke-68. Penulis juga mengikuti kegiatan di luar kampus seperti OMK Lingkungan Rafael, Wringin, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.