TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SURABAYA TERHADAP IKLAN LAYANAN MASYARAKAT BNN DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Remaja SURABAYA Terhadap Iklan Layanan Masyarakat BNN Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba Di Televisi).
IKLAN LAYANAN MASYARAKAT BNN DI TELEVISI
(Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Remaja SURABAYA Terhadap Iklan Layanan Masyarakat BNN Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba Di Televisi)
SKRIPSI
Oleh :
MOCHAMMAD IRMANSYAH NPM. 0843310286
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA 2014
(2)
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SURABAYA TERHADAP IKLAN LAYANAN MASYARAKAT BNN DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Remaja Surabaya Terhadap Iklan Layanan Masyarakat BNN Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba Di Televisi) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Didiek Tranggono, M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar serta memberikan motivasi kepada penulis.
Menyelesaikan skripsi ini dapat berhasil juga tidak luput dari bantuan dan dorongan dari segala pihak baik materil dan spiritual. Atas segala bantuan dan dorongan tersebut, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu DRA. Hj, Suparwati. MSi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembanguna Nasional "Veteran" Jawa Timur.
3. Bapak/Ibu Dosen Penguji Jurusan Ilmu Komunikasi yang bersedia meluangkan waktu dan sabar untuk menguji skripsi penulis.
(3)
v
4. Kedua orang tua, adik gopal, apem yang mau membantu, memberikan support berupa motivasi, materiil dan juga spiritual.
5. Pasangan penulis yang suka rela direpotkan, setia mendampingi, dengan sabar, memberi motivasi dan support, serta doanya.
6. Teman-teman UPN TELEVISI, yang selalu mengingatkan, memberikan motivasi, dan semangat yang luar biasa.
7. Pihak- pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 15 Juli 2014 Penulis
(4)
vi
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN... ii
ABSTRAKSI... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... . 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 15
2.1.1. Pengertian Iklan ... 15
2.1.2. Komunikasi Periklanan... 17
2.1.3. Periklanan Sebagai Komunikasi Persuasif ... 18
2.1.4. Televisi Sebagai Media Periklanan ... 20
2.1.4.1. Proses Komunikasi Visual Periklanan ... 23
2.1.4.2. Pesan Viusal ... 24
2.1.4.3. Terpaan Media ... 26
2.1.4.4. Unsur-Unsur Iklan Televisi ... 27
2.1.4.5. Jenis-Jenis Iklan ... 29
2.1.4.6. Ilan Non Komersial ... 30
2.1.5. Isi Pesan Iklan ... 31
(5)
vii
2.1.6.2. Tugas Perkembangan Remaja ... 36
2.1.7. Tingkat Pengetahuan ... 38
2.1.8. Teori S-O-R ... 41
2.1.9. Iklan Layanan Masyarakat BNN ... 43
2.2. Kerangka Berpikir ... 44
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 47
3.1.1. Definisi Operasional ... 47
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 47
3.2 Populasi, Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel ... 51
3.2.1. Populasi ... 51
3.2.2. Sampel Dn Teknik Penarikan Sampel ... 51
3.3 Teknik Pengumpulan data ... 53
3.4 Metode Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian ... 55
4.1.1. Sejarah Singkat BNN... 55
4.1.2. Gambaran Sekilas Tentang Iklan Layanan Masyarakat BNNVersi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ... 56
4.2. Penyajian Data Dan Analisis Data ... 57
4.2.1. Deskripsi Identitas Responden ... 57
4.2.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 57 4.2.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 58 4.2.1.3.Frekuensi Tayangan Iklan Layanan Masyarakat
BNN Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba . 59 4.2.1.4.Durasi Penonton Tayangan Iklan Masyarakat
(6)
viii
4.2.1.5. Pengetahuan Remaja Tentang Endorser
dalam Menyampaikan Pesan ... 61 4.2.1.6. Pengetahuan Responden Tentang Materi Isi
Pesan Iklan Layanan Masyarakat BNN Versi
Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ... 66 4.2.1.7. Tingkat Pengetahuan Responden Teerhadap
Tayangan Iklan Masyarakat BNN Versi
Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ... 74 4.5. Pembahasan ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 80 5.2. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(7)
ix
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 57 Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58 Tabel 4.3. Deskripsi Jawaban Responden Dari Frekuensi Penonton
Tayangan Iklan Masyarakat BNN Versi Keluarga Bahagia
Tanpa Narkoba ... 59 Tabel 4.4. Deskripsi Jawaban Responden Dari Durasi Penonton
Tayangan Iklan Masyarakat BNN Versi Keluarga Bahagia
Tanpa Narkoba ... 60 Tabel 4.5 Pengetahuan Remaja Tentang Talent Di dalam Iklan Layanan
Masyarakat BNN Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ... 62 Tabel 4.6. Pengetahuan Remaja Tentang Talent Laki-Laki Dalam Iklan
Layanan Masyarakat BNN Versi Keluarga Bahagia Tanpa
Narkoba Adalah Deddy Mizwar ... 63 Tabel 4.7. Pengetahuan Remaja Tentang Iklan Layanan Masyarakat (Bnn)
Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba Keadaan Orang Tua
Yang Sibuk Bekerja ... 63 Tabel 4.8. Pengetahuan Remaja Tentang Kalimat Yang Disampaikan
Deddy Miswar Dalam Iklan Layanan Masyarakat (Bnn) Versi
Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ... 64 Tabel 4.9. Pengetahuan Remaja Tentang Orang Tua Remaja Membaca Apa
Yang Ditulis Oleh Anak Mereka Dalam Iklan Layanan
Masyarakat (Bnn) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ... 65 Tabel 4.10. Pengetahuan Remaja Tentang Kalimat Yang Ditulis Oleh
Remaja Di Note Book Pribadinya Pada Iklan Layanan
Masyarakat (Bnn) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ... 67 Tabel 4.11. Pengetahuan Remaja Tentang Kalimat “Aku Merasa Kesepian,
Merasa Sendirian, Aku Takut Kesepian Membawa
(8)
x
Tabel 4.12. Pengetahuan Remaja Tentang Teks Berita Drugs Bikin Duniamu Tanpa Warna Dalam Iklan Layanan Masyarakat (Bnn) Versi
Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ... 69 Tabel 4.13 Pengetahuan Remaja Tentang Kesibukan Orang Tua Dapat
Menyebabkan Anak Terjerumus Narkoba ... 70 Tabel 4.14. Pengetahuan Remaja Tentang Jika Anak-Anak Anda Terlibat
Dalam Narkoba ... 70 Tabel 4.15. Pengetahuan Remaja Tentang Keluarga Akan Menjadi Tidak
Harmonis Dengan Adanya Bahaya Narkoba Di Salah Satu
Anggota Keluarga ... 71 Tabel 4.16. Pengetahuan Remaja Tentang Isi Pesan Iklan Layanan
Masyarakat (Bnn) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba .... 72 Tabel 4.17. Pengetahuan Remaja Tentang Iklan Layanan Masyarakat (Bnn)
Versi Keluarga Bahagia Sudah Berhasil Mengajak Masyarakat Untuk Menjauhi Narkoba Setelah Melihat Tayangan
Iklan Tersebut ... 73 Tabel 4.18. Range Interval ... 74 Tabel 4.19. Deskripsi Jawaban Responden Secara Keseluruhan
(9)
xi
Gambar 2.1 Proses Peruasi ... 19 Gambar 2.2. Teori S-O-R ... 42 Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir Tingkat Pengetahuan Remaja
Terhadap Dampak Positif Hidup Tanpa Narkoba Melalui Iklan Layanan Masyarakat BNN” Keluarga Bahagia
(10)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3 : Frekuensi Jawaban Responden Lampiran 4 : Pengetahuan Responden
(11)
Mochammad Irmansyah, Tingkat Pengetahuan Remaja Surabaya Terhadap Iklan Layanan Masyarakat Bnn Di Televisi (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Remaja SURABAYA Terhadap Iklan Layanan Masyarakat BNN Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba Di Televisi)
Televisi sebagai salah satu bentuk media massa untuk beriklan. Salah satu contoh iklan layanan masyarakat yang dimunculkan di televisi adalah iklan anti narkoba milik BNN.
Untuk menjawab permasalahan, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R.
Metode penelitian yang dipakai adalah menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dan hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden. Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa 1. tingkat pengetahuan remaja terhadap tayangan iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba yang sangat tinggi terhadap pentingnya bahaya narkoba di lingkungan mereka mayoritas responden menyatakan tingkat kepedulian terhadap iklan layanan tersebut.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Remaja, Isi Pesan Iklan, Tayangan Iklan BNN Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba
ABSTRAC
Mochammad Irmansyah, Knowledge level Surabaya Teens Against Public Service Bnn On Television (Descriptive Study of Adolescent Knowledge Level SURABAYA Against Public Service BNN Version Without Drugs Happy Family In Television).
Television as a form of mass media to advertise. One of the examples of public service ads that appear on TV is owned BNN anti-drug advertising.
To answer the problem, the theory used in this study are SOR theory. The research method used is to use a frequency table that is used to describe the data obtained and the results of interviews based on questionnaires filled in by the respondent. Sampling technique is done by simple random sampling.
From the results of this study showed that 1 degree of knowledge of adolescents on ad impressions Community Services (BNN) Version without Drugs Happy Family is very high on the importance of the dangers of drugs in their neighborhood the majority of respondents expressed concern for the level of service advertisements.
Key Word : Level of Knowledge, Teens, Message Content Ads, Ad Impressions BNN Version Happy Family Without Drugs.
(12)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia mulai menyadari pentingnya informasi dalam kehidupannya. Patut kita sadari bahwa betapapun penting atau bagusnya sebuah informasi, ia tidak akan banyak berarti apabila ditafsirkan lain pada saat penerimaannya. Dengan demikian efektivitas pesan atau informasi sama dengan kwalitas pesan dikalikan persepsi penerimanya (Widjaja, 2000 : 46).
Komunikasi yang efektif terjadi tidak hanya sekedar saat seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap perilaku orang lain. tetapi juga pada persepsinya yang sesuai dengan pemberi pesan atau informasi. Kebutuhan ini akan terus bertarnbah, sehingga ia akan terus mencari informasi baru agar tidak ketinggalan dengan lingkungannya. Kebutuhan informasi ini mendorong manusia untuk mencari prasarana dan media komunikasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Kartz, Guveritch dan Haas menyatakan tipologi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media salah satunya adalah kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang linkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan menguasai lingkungan. Kebutuhan kognitif juga dapat dipenuhi oleh
(13)
adanya dorongan - dorongan seperti keingintahuan (curiosity) dan penjelajahan (exploratory) pada diri kita (Liliweri, 1991:137).
Komunikasi yang digunakan penulis sesuai dengan sasaran komunikasi ditujukan / diarahkan ke dalam komunikasi massa". massa yaitu komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media rnassa. Komunikasi massa sangat efektif karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audiensi yang praktis tak terbatas. Sumber komunikasi massa pada umumnya adalah organisasi besar yang memikul biaya besar untuk membuat dan menyampaikan pesan. komunikasi massa bersifat terbuka (setiap orang dapat menerimanya). Komunikasi massa berlangsung ke dalam suatu konteks sosial. Media mempengaruhi konteks sosial dan konteks sosial mempengaruhi media. Dengan kata lain, terjadi hubungan tram-aksional antara media dan masyarakat (Devito, 1997 : 507). Salah satu media yang dipiiih oleh penulis adalah media massa. Media massa adalah media yang. digunakan untuk komunikasi massal. karena sifatnya yang massal (Widjaja, 2000: 35).
Televisi sebagai salah satu bentuk media massa untuk beriklan. hal ini dikarenakan televisi dipandang lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan mempengaruhi masyarakat jika dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah dan sebagainya) (Effendy, 2003: 177). Kelebihan yang dimiliki televisi sebagai salah satu media periklanan adalah pesan televisi yang realistik, hal ini dikarenakan sifat
(14)
3
televisi yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, Rom serta gerakan, sehingga membuat iklan-iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata.
Iklan merupakan bentuk komunikasi yang sungguh-sungguh dapat merasuk yang dalam satu atau banyak bentuk yang mencapai lapisan dan anggota masyarakat (Brannan, 1995: 62). Televisi menjadi media untuk beriklan, sehingga kuat untuk mempersuasi orang lain.
Selain itu penayangan iklan di televisi lebih memberikan pengaruh kepada masyarakat. karena iklan di televisi hingga beberapa kali dalam sehari (pengulangam sampai dipandang cukup berrmanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya dan dalam frekuensi yarg cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit (Jetkins, 1994 : 110).
Iklan di televisi telah menciptakan karakteristik dan memiliki peran tersendiri. Semuanya itu, menambah nilai positif dan menimbulkan pengaruh terhadap khalayaknya yang menonton atau melihat tayangan iklan tersebut di televisi. Kelebihan televisi sebagai media iklan ini berlaku dimana saja dan berlaku secara umum. Berkesan realistik, sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi-kombinasi warna, gerakan, dan suara, maka iklan-iklan yang disuguhkan di televisi nampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan ini para pengiklan dapat menunjukkan isi iklan tersebut secara detail. Diharapkan, melalui iklan yang ditayangkan di
(15)
televisi, khalayak lebih tanggap memberikan perhatian terhadap iklan yang sedang ditampilkan.
Pengaruh iklan terhadap khalayak umumnya dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi, sedang pada khususnya setelah melihat tayangan iklan tersebut dapat diharapkan khalayak secara langsung dapat terpengaruh sehingga dapat mengerti isi pesan yang terdapat pada iklan tersebut, dan akhirnya dapat memberikan respon yang positif karena seringnya iklan tersebut ditayangkan secara berulang-ulang dalam sehari. Tidak bisa dipungkiri bahwa iklan dapat nmenimbulkan kontroversi seperti tindakan seseorang berubah karena memperoleh terpaan iklan tertentu. Iklan telah mempengaruhi manusia untuk apa saja mulai dari kebutuhan barang, maupun jasa
Berdasarkan jenisnya, iklan terbagi menjadi dua jenis: iklan komersial (iklan standard) dan iklan non komersial (iklan layanan masyarakat). Iklan komersial merupakan iklan yang bertujuan rnendukung kampanye pemasaran produk atau jasa. Tujuan iklan komersial adalah merangsang motif dan minat para pembeli atau pemakai, sedangkan iklan layanan masyarakat lehih bersifat non profit, jadi iklan ini tidak mencari keuntungan akibat pemasarannya kepada khalayak. Iklan ini merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan "menjual" gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat (public service).
Iklan layanan masyarakat yang berupa pesan , informasi, dan berita seputar bimbingan atau ajakan dari pemerintah yang ditujukan kepada
(16)
5
masyarakat, misalnya saja: iklan keluarga berencana, iklan hemat listrik dan BBM, iklan anti narkoba, dan sebagainya. Semua iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat, selain itu dengan adanya terpaan iklan layanan masyarakat tersebut masyarakat dapat mengerti isi pesan yang disampaikan dalam bentuk iklan. Masyarakat diharapkan mengerti maksud dan tujuan serta program yang dicanangkan pemerintah.
Iklan layanan masyarakat ditujukan untuk masyarakat luas, iklan ini dibuat sedemikian rupa agar memiliki daya tarik dalam menarik perhatian khalayaknya. Iklan layanan masyarakat umumnya dibuat oleh lembaga-lembaga khususnya pemerintah yang bergerak di bidang jasa untuk melakukan himbauan-himbauan yang positif pada masyarakat agar masyarakat mengerti isi pesan iklan tersebut dan dapat menarik perhatian masyarakat sehingga dapat memberikan respon positif pula bagi masyarakatnya. Penampilan beberapa orang model iklan., kata-kata yang mudah diingat, gambar, atau ilustrasi yang dibuat sedemikian rupa agar menarik perhatian khalayak, atau iklan yang dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat dan memberikan informasi yang bertujuan mensejahterakan masyarakat tersebut. Maka tujuan periklanan adalah mempengaruhi kognisi khalayak (Jefkins, 1997:17). Efek kognitif dari adanya iklan adalah perubahan pengetahuan khalayak yang sebelum tidak mengetahui tentang iklan
(17)
tersebut akan menjadi mengerti, paham dan jelas tentang iklan yang ditayangkan di televisi.
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampakan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak. Iklan layanan masyarakat umumnya dibuat bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, melainkan keuntungan sosial. Keuntungan sosial yamg dimaksud adalah munculnya pemahaman pengetahuan-pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapatkan citra baik dimata masyarakat.
Salah satu contoh iklan layanan masyarakat yang dimunculkan di televisi adalah iklan anti narkoba milik BNN. Sebagai lembaga yang bertugas untuk menangani pencegahan, pemberantasan, dan penyalahgunaan narkoba atau narkotika di Indonesia, BNN sering menayangkan iklan di televisi dengan berbagai versi yang berisi himbauan agar masyarakat Indonesia khususnya generasi muda untuk tidak mencoba atau menggunakan narkoba karena sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Sosialisasi mengenai Bahaya Anti Narkoba yang menggunakan iklan layanan masyarakat di televisi merupakan salah satu program pemerintah yang dapat menunjang keberhasilan dari program penanggulangan bahaya anti narkoba.
Pada tahun 2013 ini pihak BNN merilis iklan Bahaya Anti Narkoba di media televisi dengan mengambil tema Keluarga. Iklan layanan masyarakat BNN versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba yang
(18)
7
ditayangkan di televisi adalah suatu bentuk komunikasi yang informatif dan persuasif yang ditujukan kepada masyarakat. Mengingat iklan layanan masyarakat BNN versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ini sebagai upaya BNN untuk menghimbau dan mengajak keluarga untuk memperhatikan dan selalu mendoakan anaknya agar tercipta keluarga bahagia tanpa narkoba.
Dalam iklan layanan masyarakat yang berdurasi kurang lebih 30 detik tersebut, masyarakat memperoleh beberapa pengetahuan mengenai Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba dengan slogan “Perhatian dan Doa Orang Tua Menjauhkan Anak dari Narkoba ” yang diucapkan oleh Orang Tua Laki-Laki sebagai modelnya.
Fase remaja merupakan fase peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik (Sarwono, 2007). Pada dasarnya masalah utama remaja berawal dari pencarian jati diri. Remaja kerap kali mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-anak merasa sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Tidak jarang fase remaja diidentikan dengan salah satunya adalah kerentanan kepribadian. Sistem sosial pergaulan remaja memiliki norma dan nilai tersendiri. Hal ini menyebabkan remaja cenderung memiliki kecemasan, ketakutan, dan kegelisahan akan tidak diterima oleh orang lain. (Rakhmat, 2004). Hal ini merupakan masalah bagi setiap remaja di
(19)
belahan dunia ini. Hingga saat ini, kasus penyalahgunaan narkoba semakin luas di masyarakat kita, terutama semakin banyak di kalangan para remaja yang sifatnya ingin tahu dan ingin coba-coba. Banyak alasan mengapa banyak yang terjerumus ke bahan terlarang dan berbahaya ini kemudian tidak mampu melepaskan diri lagi.
Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia adalah dari umur 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2007). Selanjutnya Sarwono menjelaskan bahwa remaja dalam rentang waktu tersebut mengalami penyempurnaan perkembangan jiwa, tercapainya fase-fase genital dari perkembangan psikoseksual, tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.
Sedangkan menurut data yang dirilis BNN, di Indonesia sendiri perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan. (www.bnn.go.id)
Perlu disadari remaja juga membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga
(20)
9
mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan sosialisasi yang menyeluruh. Iklan layanan masyarakat BNN versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba adalah salah satu upaya yang tepat untuk mensosialisasikan tentang bahaya narkoba karena pada dewasa ini remaja yang paling rentan terjerat oleh narkoba.
Mengambil iklan layanan masyarakat “Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba” di televisi sebagai objek penelitian karena iklan tersebut merupakan salah satu iklan layanan masyarakat yang diangkat sesuai dengan keadaan yang terjadi dan dialami oleh remaja saat ini. Hal ini juga diperkuat dengan hasil survey data narkoba dikalangan remaja seperti yang tertulis di bawah ini:
“Rabu, 20 Februari 2013. Survei narkoba di kalangan remaja- Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang. Dari jumlah tersebut, 61 persen di antaranya menggunakan narkoba jenis analgesik dan 39 persen jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan lem," ujar Kabid Pembinaan dan Pencegahan Badan Narkotika Propinsi Sumatera Utara, Arifin Sianipar, di Medan, Minggu (13/2).
Ia mengatakan, jumlah pecandu narkoba yang mendapatkan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia, berdasarkan data Pencegahan dan
(21)
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) tahun 2010 sebanyak 17.734 orang.
Jumlah pengguna narkoba terbanyak, kata dia lagi, pada usia 20 hingga 34 tahun. Jenis narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu yang mendapatkan terapi dan rehabilitasi adalah jenis heroin sebanyak 10.768 orang
Sementara itu, pemakai ganja mencapai 1.774 orang dan sabu-sabu sebanyak 984 orang. Selebihnya, katanya, umumnya menggunakan alkohol, MDMA, amphetamine lain serta benzodiazepine.
Menurut Arifin, jumlah tersebut cukup mengkhawatirkan. Karena penyalahgunaan narkoba memberikan pengaruh besar kepada masyarakat, baik dari segi kesehatan maupun perekonomian.
Ditinjau dari segi kesehatan, lanjutnya lagi, penggunaan narkoba akan menyebabkan menurunnya stamina tubuh dan merusak organ-organ vital seperti saraf dan jantung.
Sedangkan dari segi perekonomian, katanya, penyalahgunaan narkoba akan menyebabkan penggunanya harus mengeluarkan biaya besar untuk membeli barang terlarang tersebut.
"Memang, narkoba masih menjadi masalah bagi bangsa ini, karena pengguna barang haram tersebut bukan hanya di tingkat orang dewasa, namun telah merasuk ke generasi muda. Ini jelas akan merusak generasi muda selaku penerus bangsa," ujar Arifin (C8/lik).”
(22)
11
http://dindaputut.blogspot.com/2013/02/hasil-survei-badan-narkotika-nasional.html
Berdasarkan survey data remaja yang terjerat narkoba, data tersebut menunjukkan jika hal tersebut terjadi dikarena kurangnya pengetahuan dan pemahaman remaja tentang bahaya narkoba. Menurut Suriasumantri (1998), pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang tinggi rendahnya tingkat pengetahuan. satu sumber pengetahuan adalah bentuk informasi yang didapat, diperoleh secara formal maupun informal. Seseorang dapat memperluas pengetahuan dan mencari cara mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Informasi merupakan faktor paling penting dalam proses mendapat pengetahuan.
Pentingnya informasi itu dijelaskan oleh Taller (dalam Harmoko, 2006), bahwa informasi dapat merupakan salah satu pengetahuan terpenting dalam masyarakat. Informasi dapat menyajikan fakta, mengemhangkan perasaan, membentuk dan menentukan arah yang kesemuanya apabila diseharluaskan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Dalarn hal ini peneliti berharap semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja di Surabaya tentang iklan layanan masyarakat BNN "Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba" di televisi ini maka akan dapat meningkatkan kesadaran remaja akan bahaya serta dampak negatif terjerat narkoba.
Dari pemahaman tersebut, adapun ketertarikan peneliti dalam memilih iklan layanan masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) versi
(23)
“Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba” di media televisi dikarenakan saat ini masih marak remaja yang terjerat oleh narkoba.
Penentuan remaja sebagai responden dalam penelitian ini dikarenakan dari awal hingga akhir penayangan iklan tersebut menggambarkan remaja yang sangat rentan terpengaruh narkoba, dan kurangnya perhatian orang tua. Iklan BNN versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba menghimbau agar pihak remaja dapat lebih berhati-hati dalam bergaul dan memilih teman, serta lebih peka lagi dalam menentukan sikap karena bahaya Narkoba tidak lagi memandang usia dan dan golongan, semua remaja beresiko untuk terbujuk oleh narkoba. (www.bnn.go.id)
Sedangkan pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi penelitian dikarenakan Surabaya merupakan ibukota Jawa Timur dimana terjadi banyak terjadi urbanisasi dari desa ke kota dan selain itu kota Surabaya merupakan kota metropolitan kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup padat. Provinsi Jawa Timur sangat berpotensial untuk terjadinya daerah transit maupun pemasaran Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, melainkan sudah menjadi daerah produsen Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Hal ini dibuktikan dengan terungkapnya pabrik-pabrik pembuatan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif di Surabaya dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif dalam bentuk besar dari luar negeri ke Surabaya.
(24)
13
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya terhadap IkIan Layanan Masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " di televisi. Di sini peneliti mengambil sampel dari sebagian remaja di wilayah Surabaya yang menonton iklan tersebut, sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " di televisi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja di Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " di televisi ? 1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja di Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " di televisi.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Kegunaan teoritis yakni untuk dapat menambah wacana serta memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi
(25)
pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan maupun referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis yakni untuk dapat memberikan masukan pada Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Gerakan Anti Narkotika (GERANAT) sebagai lembaga atau badan yang menanggulangi pemberantasan penyebaran narkotika di Indonesia.
3. Kegunaan umum yakni untuk memberi masukan pada pihak remaja untuk berhati-hati dalam berteman dan dalam menentukan sikap.
(26)
15 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1. Iklan
Iklan adalah suatu pesan yang berisi penawaran suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat untuk menarik minat masyarakat melalui suatu media. Iklan bertujuan menarik minat konsumen untuk membeli. lkIan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Sehingga secara ringkas. Iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditunjukkan kepada masyarakat lewat suatu media serta tidak boleh menipu atau membohongi khalayak masyarakat iklan televisi. Setidaknya mereka mencantumkan komposisi bahan. nama perusahaan yang memproduksi serta dimana mereka dapat membeli (Kasali. 1992: 173).
Iklan itu sendiri juga merupakan atau memiliki fungsi sebagai media bagi individu. Sebagaimana dinyatakan oleh McQuail (1994 : 72) tentang fungsi media bagi individu yaitu :
a. Informasi
Individu memperoleh informasi tentang peristiwa dan kondisi disekitarnya yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.
b. Identitas
1. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi 2. Menemukan model-model perilaku
(27)
c. Integrasi dan Interaksi sosial
Mengidentifikasikan diri dengan orang lain d. Hiburan
1. Melepaskan diri dari permasalahan
2. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetika 3. Mengisi waktu
Untuk dapat menarik perhatian, maka iklan haruslah menerapkan prinsip-prinsip VIPS yang terdiri Bari : Visibilitas, artinya mudah dilihat atau mudah memikat atau mempengaruhi perhatian khalayak: indentitas pengiklan dan promise atau janji perusahaan kepada konsumen (Jefkins,1997:15).
Adapun tujuan iklan umumnya mengandung misi komunikasi, artinya suatu komunikasi yang harus dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap, atau mengubah sikap khalayak dan mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan hagi pengiklan (Jefkins, 1997:17). Sikap seseorang terhadap suatu obyek tertentu tergantung pada pengetahuan seorang akan memiliki pengaruh terhadap sikap khalayak, apabila terlebih dahulu mempengaruhi kognisi mereka.
Dari beberapa pendapat tersebut tampak bahwa iklan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh pengiklan untuk mempengaruhi konsumen guna membeli suatu produk yang diiklankan. Iklan akan berhasil mempengaruhi / membujuk konsumen apabila dikemas dengan sepersuasif mungkin sehingga konsumen bisa mengerti dan memahami isi pecan dari iklan itu sendiri dan pada akhirnya konsumen akan menentukan sikap.
(28)
17
2.1.2. Komunikasi Periklanan
Lklan disampaikan melalui dua saluran media massa yaitu :
1. Media cetak, seperti: surat kabar, majalah, brosur, papan iklan billboard.
2. Media elektronik, seperti: radio, televisi, dan film.
Pengirim pesan adalah penjual produk, sedang penerimanya adalah khalayak ramai yang menjadi sasaran. lklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik yang verbal maupun yang berupa ikon. lklan juga menggunakan tiruan indeks, terutama dalam iklan radio, televisi, dan film.
Pada dasarnya, lambang yang digunakan dalam iklan terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Lambang verbal. adalah bahasa yang kita kenal
2. Lambang non verbal, adalah bentuk dan warna yang disajikan
dalam iklan, yang tidak secara khusus meniru rupa atas bentuk realitas.
Kajian sistem tanda dalam iklan juga mencakup objek. Objek iklan adalah hal yang diiklankan. Yang penting dalam menelaah iklan adalah penafsiran kelompok sasaran dalam proses interpretan. Jadi, sebuah kata seperti eksekutif meskipun dasarnya mengacu pada manajer menengah, tetapi selanjutnya manajer menengah ini ditafsirkan sebagai "suatu tingkat keadaan ekonomi tertentu" yang juga kemudahan dapat ditafsirkan sebagai "gaya hidup tertentu" yang selanjutnya dapat ditafsirkan sebagai "kemewahan" dan seterusnya. Penafsiran yang bertahap-tahap ini merupakan segi penting dalam iklan. Proses seperti itu disebut semiosis (Hoed, 2001: 97).
(29)
2.1.3. Periklanan sebagai Komunikasi Persuasif
Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain. Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk menganjurkan
dilakukannya perbuatan tertentu. (http://massofa.wordpress.com/2008/01/31/logika-penalaran-dan-analisis
definisi/).
Selanjutnya Edwin P. Bettinghouse dalam Tommy dan Fahrianoor (2004: 90) memberikan batasan bahwa persuasi adalah "in order to be persuasive in nature, a communication situation must involve a conscious attempt by one individual to be change the behaviour of another behaviour individual or group individuals through the transmission of some message". Dan definisi Bettinghouse tersebut bahwa suatu situasi komunikasi harus mengandung upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengubah perilaku melalui pesan yang disampaikan.
Dari pemaparan batasan persuasi mengandung unsur-unsur: 1. Situasi upaya mempengaruhi
2. Kognisi seseorang
3. Untuk mengubah sikap khalayak 4. Melalui pesan lisan dan tertulis 5. Dilakukan secara sadar
Dengan demikian, maka persuasi merupakan suatu tindakan psikologis yang dilakukan secara sadar melalui media untuk tujuan perubahan sikap. Perubahan sikap menuju perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan peruabahan tindakan.
(30)
19
Pada umumnya komunikasi persuasif bertujuan mengubah perilaku, kepercayaan dan sikap seseorang dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhinya, sehingga ia bersedia melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator.
Komunikasi persuasif ini dilakukan dengan secara langsung atau tatap muka, karena komunikator mengharapkan tanggapan atau respon khusus dari komunikasi. Menurut model proses persuasif itu pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi apabila memiliki kemampuan mengubah secara psikologik minat atau perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator.
Dengan perkataan lain kunci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur psikologi internal individu sehingga hubungan psikomotorik antara proses internal yang lain (motivasi, sikap dan lain-lain) dengan perilaku yang diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator.
Gambar 2.1. Proses Persuasi
Sebagai sebuah proses komunikasi, persuasif merupakan upaya menyampaikan informasi lewat cara tertentu yang membuat orang menghapus gambaran lama dibenaknya dan menggantikan dengan gambaran baru sehingga berubahlah perilakunya, kebanyakan program persuasif bertujuan untuk mengubah atau menetralkan, mengkristalkan opini yang Iiivorabie dengan cara mengubah opini itu (Malik dan Iriantara. 1994: 99).
Alt ernat if Proses Psikologis Yang Lain
Perubahan Yang Terjadi Dalam Wujud Tindakan
Pesan-Pesan Persuasif
(31)
Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar, walaupun membayar tetapi dengan jumlah yang sedikit. Periklanan memiliki maksud untuk menginformasikan, membujuk atau hanya mengingatkan saja. Sementara itu sasaran periklanan yang didasarkan pada tujuan untuk membujuk atau mempengaruhi (persuasif). Periklanan yang bersifat membujuk berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan tinggi (Sutisna, 2003: 276-277).
2.1.4. Televisi Sebagai Media Periklanan
Televisi merupakan media untuk menyampaikan banyak hal kepada masyarakat mulai dan hal-hal yang bersifat sosial, politik, hiburan, olahraga, beragam berita sampai dengan iklan komersial. Televisi adalah salah satu media iklan yang banyak digunakan oleh para produsen, karena televisi dipandang paling efektif untuk menyampaikan pesan¬pesan komersialnya. Televisi paling efektif dalam menyampaikan pesan-pesan komersial, dikarenakan sebagai salah satu media iklan televisi mempunyai banyak keunggulan jika dibanding dengan media massa lainnya (majalah, surat kabar, radio, dan film). (Sumarvvan, 2004 : 185). Televisi mempunyai daya tarik yang disebabkan adanya unsur kata-kata, musik, sound effect dan memiliki unsur visual berupa gambar (Effendy, 2000: 177). Keunggulan-keunggulan yang dimiliki televisi sebagai media iklan antara lain:
1. Efisiensi Biaya
Televisi mampu menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas, baik khalayak sasaran yang bisa dijangkau media lain. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala.
(32)
21
2. Dampak yang kuat
Keunggulan televisi lainnya adalah kemampuannya menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan sekaligus pada dua indera yang penglihatan dan pendengaran.
3. Pengaruh yang kuat
Televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran, karena kebanyakan calon pembeli lebih "percaya" pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada yang tidak sama sekali (Kasali, 1992: 122).
Keunggulan televisi yang lainnya juga dikemukakan oleh Jefkins, keunggulankeunggulan tersebut antara lain :
1. Kesan Realistik
Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-wama, suara dan gerakan, maka iklan-iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan ini para produsen dapat menunjukkan dan memamerkan kelebihan (keunggulan) produknya secara detail.
2. Masyarakat lebih tanggap
Karena iklan di televisi disiarkan di rumah dalam suasana yang serba santai, maka masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian, sehingga masyarakat menjadi tanggap terhadap produk yang diiklankan.
(33)
3. Repetisi Atau pengulangan
Iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya.
4. Ideal bagi para pedagang eceran
Televisi dapat menjangkau kalangan pedagang eceran sebaik ia menjangkau konsumen. Produsen akan sulit menjual atau menitipkan produk-produknya pada pedagang eceran jika produk mereka tidak diiklankan di televisi. Karena pedagang eceran tabu jika sesuatu diiklankan di televisi, maka permintaan konsumen atas produk yang telah diiklankan itu akan meningkat sehingga dagangan mereka akan lebih mudah terjual (Jefkins, 1995: 10).
Sebagai media periklanan, televisi juga memiliki beberapa masalah khusus, diantaranya:
a. Biaya periklanan yang meningkat dengan cepat.
b. Erosi penonton televisi di mana rekaman video, program sindikasi, televisi kabel, internet dan alternatif waktu senggang dan rekreasi lainnya telah mengurangi jumlah orang-orang yang menonton televisi jaringan.
c. Adanya audience fracnalization atau terpecahnya penonton. Para pengiklan tidak dapat mengharap untuk menarik penonton homogen yang luas ketika memasang iklan pada program
(34)
23
tertentu karena sekarang tersedia cukup banyak pilihan program hagi penonton televisi.
d. Adanya zapping (peralihan dari satu saluran ke saluran lain) dan
zipping (iklan yang telah direkam dengan VCR ditampilkan
dengan cepat ketika penonton menyaksikan materi iklan yang pernah ditayangkan sebelumnya).
Ketidakbauran (clutter) yang terjadi karena jaringan meningkatkan atau menambah pengumuman promosi secara gencar dan arena pengiklan meningkatkan iklan-iklan pendeknya (Skimp, 2000: 535-537).
Berkaitan dengan penelitian ini, iklan di televisi yang akan diteliti adalah iklan layanan masyarakat BNN "Remaja Bebas Narkoba" yang menghimbau para remaja untuk berhati-hati dalam memilih teman dan dalam menentukan sikap.
2.1.4.1. Proses Komunikasi Visual Periklanan
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media adalah proses komunikasi secara sekunder (Effendy, 2003: 37).
Proses komunikasi harus berlangsung secara "berputar", tidak "melurus", ini berarti idenya sebagai ekspresi dari panduan dan peristiwa yang kemudian berbentuk pesan, setelah sampai kepada komunikan, harus diusahakan agar efek komunikasinya dalam bentuk tanggapan mengarus menjadi umpan balik. Dengan kata lain komunikator harus tahu efek atau akibat dari komunikasi yang
(35)
dilancarkannya, apakah sesuai dengan tujuan, apakah negatif (Effendy, 2003 : 310).
2.1.4.2. Pesan Visual
Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan dan lambang untuk mengekspresikannya. Pesan yang disiarkan media massa bersifat umum, karena memang demi kepentingan umum (Effendy, 2003: 312). Pesan non verbal visual secara umum terdapat tiga jenis, yaitu berbentuk kinestik, proksemik, dan arifaktual. Pesan non verbal visual kinestik berwujud gerakan-gerakan tubuh atau badan. Ia dapat berupa gerakan dari sebagian atau seluruh tubuh, maupun benda-benda yang digerakkan oleh pelaku komunikasi.
Pesan non verbal visual jenis proksemik berbentuk jarak fisik yang di lakukan antara komunikator dan komunikan. Dalam ilmu psikologi komunikasi, sebenarnya jarak antara komunikator dan komunikan bukan sekedar jarak tanpa makna melainkan membangun makna tertentu (Widyatama, 2007: 17).
Kotler (1989: 247-253) menjelaskan dalam menyusun pesan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1) Isi pesan: komunikator harus memperhitungkan apa yang harus disampaikan kepada khalayak sasaran, supaya mendapat tanggapan yang diinginkan. Hal ini dapat disebut sebagai, himbauan, tema, ide, atau usulan penjualan yang unik. Dalam hal ini terdapat tiga dari pesan yaitu :
(36)
25
a. Rasional Menghimbau kesenangan pribadi dari khalayak dengan menunjukkan hahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat atau keuntungan yang fungsional.
b. Emosional Membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan memotivasi khalayak. Emosi positif dapat berupa humor, cinta, dan kebahagiaan sedangkan emosi negatif dapat berupa rasa takut, rasa bersalah, dan rasa malt].
c. Moral Ditujukan kepada khalayak untuk memberi tahu mengenai apa yang baik dan benar. Biasanya digunakan untuk mendesak mereka supaya mendukung usaha-usaha sosial. 2) Struktur pesan: Keefektifan suatu pesan tergantung pada struktur dan
isinya. Struktur iklan yang baik adalah dapat memberi pernyataan dan membiarkan pembaca dan masyarakat menarik kesimpulan sendiri. 3) Format pesan: Format pesan yang dibuat komunikator harus mencolok.
Bila disiarkan di televisi maka semua elemen hams ditambah dengan bahasa tubuh (isyarat non verbal) yang direncanakan.
4) Sumber pesan: Dampak pesan yang dirasakan oleh khalayak juga dipengaruhi oleh penerimaan khalayak terhadap pengirim pesan. Pesan-pesan yang berasal dari sumber terpercaya, lebih persuasif sifatnya. Adapun tiga faktor yang mempengaruhi kredibilitas sumber pesan yaitu :
a) Keahlian: Merupakan suatu pengetahuan khusus yang nampak dimiliki oleh komunikator yang mendukung pesan yang disampaikan.
(37)
b) Sifat terpereaya Dihubungkan khalayak dengan seberapa objektif dan jujurnya sumber tersebut menurut khalayak
c) Sifat disukai merupakan daya tarik sumber pesan dimata khalayak.
2.1.4.3. Terpaan Media (Media Exposure)
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikasi sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek
melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Salah satu
efek dari komunikasi massa yaitu efek konatif. Efek konatif tidak langsung
timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek
kognitif dan efek afektif (Effendy, 2003: 319).
Terpaan (Exposure) merupakan dampak media massa yang akan
timbul secara kuat dan cepat apabila sebagian besar khalayak memang telah
terekspos oleh media massa. Dampak dari media massa, dalam hal ini media
cetak dan elektronik diperkuat dengan penelitian tentang efek televisi pada
masyarakat desa Sulawesi Utara, bahwa sebelum ada televisi masyarakat tidur
malam lebih awal dan bangun pagi sekali untuk bekerja, setelah ada televisi
kebiasaan mereka berubah yaitu dengan seringnya masyarakat menonton televisi
(efek) hingga larut malam (durasi) sehingga menyebabkan masyarakat menjadi malas
(Rakhmat, 2004: 221).
Terpaan media pada penelitian ini adalah seberapa sering (frekuensi) dan
berapa lama (durasi) mesyarakat sebagai khalayak dalam penelitian ini melihat
(38)
27
2.1.4.4. Unsur-unsur lkIan Televisi
Teknik visualisasi adalah salah satu bagian Mari unsur iklan, yang merupakan teknik-teknik pekerjaan yang dipadukan sedemikian rupa dengan merekayasa gambar atau produk yang ingin ditampilkan secara audio visual menjadi sebuah karya seni yang dapat mempengaruhi khalayak. Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah dalam iklan yang ditayangkan ditelevisi, yang terdiri dari:
1. Video, unsur video segala sesuatu yang ditampilkan di layar yang bisa dilihat pada iklan di televisi merupakan stimulus yang merangsang perhatian khalayak atau dijadikan perhatian karena pada dasarnya manusia secara visual tertarik pada obyek yang bergerak. Dengan kata lain manusia lebih tertarik pada iklan display yang bergerak.
2. Suara (audio), unsur suara atau audio dalam iklan di televisi, pada dasarnya sama dengan di radio, yaitu dengan memanfaatkan musik, lagu-lagu singkat
(jingle), atau suara orang (voice). Misalnya seorang model iklan
menyampaikan pesan, langsung kepada khalayak melalui dialog yang terekam dalam katncra.
3. Model (talent), unsur aktor atau model iklan (talent) juga menjadi unsur penting dalam iklan. Sebagaimana banyak studi yang menunjukkan bahwa keefektifan komunikasi juga ditentukan oleh ciri-ciri komunikator. Seperti kredilbilitas dan daya tarik.
4. Peraga (props), adalah peralatan-peralatan lain digunakan untuk mendukung pengiklan sebuah produk. Fungsi utama alat peraga ini hams merefleksikan
(39)
karakter, kegunaan, dan keuntungan produk, seperti logo, kemasan dan cara penggunaan suatu produk.
5. Latar (setting), adalah tempat atau lokasi dimana pengambilan gambar
(shooting) ketika adegan tertentu dalam iklan itu berlangsung. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan tema iklan.
6. Pencahayaan (lighting), unsur pencahayaan (lighting) sangat penting untuk menarik perhatian khalayak dalam menerima suatu obyek tentang kejelasan gambar.
7. Grafik (graphic), unsur gambar atau tampilan yang bisa dilihat pada iklan televisi merupakan stimulus yang merangsang perhatian khalayak dalam menerima kehadiran sebuah obyek, dan diharapkan khalayak akan lebih mudah menerima dan mempersepsikan makna yang disampaikan. Unsur gambar ini rnisalnya mengandalkan komposisi warna atau bahasa tubuh (gesture) dari pameran iklan.
8. Kecepatan (pacing), unsur kecepatan atau pengulangan merupakan unsur yang sering dipakai, yaitu dengan melakukan penggunaan slogan-slogan dan kata-kata. Sebagai contoh misalnya pengulangan nama merek atau keunggulan produk dibandingkan yang lain. Sebagaimana teori dalam gaya bahasa sesuatu hal yang disampaikan berkali-kali bila disertai variasi akan menarik perhatian orang (Wells Burner & Mariarty, 1999: 391-394).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu iklan akan berhasil apabila memenuhi unsur-unsur yang menjadi komponen iklan. Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah video, suara, model, peraga, lata pencahayaan,
(40)
29
grafik, dan kecepatan. Semua komponen iklan tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optimal, karena dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan tersebut tidak menarik.
2.1.4.5. Jenis-jenis Iklan
Secara teoritik umumnya iklan terdiri atas dua jenis, yaitu: 1. Iklan komersial (Standart)
Merupakan iklan yang bertujuan mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa (Majadikara, 2004 : 17), sedangkan menurut Bittner dalam Alo Liliweri, iklan standart didefinisikan sebagai iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media dengan tujuan untuk merangsang motif dan minat para pembeli atau para pemakai (Bittner dan Liliweri, 1992 : 31). Tujuan iklan standart adalah merangsang motif dan minat para pembeli atau pemakai.
2. Iklan non komersial (iklan layanan masyarakat)
Iklan ini bersifat non profit. Jadi, iklan ini tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Iklan ini merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan "Menjual" gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat (public service). Oleh karena itu iklan non komersial ini biasanya disebut iklan pelayanan masyarakat. Umumnya iklan layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi dan penerangan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dan bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan (Majadikara, 2004: 17).
(41)
2.1.4.6. Iklan non Komersial (1klan Layanan Masyarakat)
IkIan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dimana tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, melainkan keuntungan sosial (Widyatama, 2007: 104). Keuntungan sosial yang dimaksud adalah menculnya pcnambahan pengetahuan-pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapatkan citra baik dimata masyarakat.
Secara normatif, bertambahnya pengetahuan, dimilikinya kesadaran sikap dan perubahan perilaku masyarakat tersebut sangat penting bagi kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Sebab masyarakat akan terbangun dan digiring pada situasi kearah keadaan yang baik. Umumnya, materi pesan yang disampaikan dalam iklan jenis ini berupa informasi-informasi publik untuk menggugah khalayak melakukan sesuatu kebaikan yang sifatnya normatif. Misalnya anjuran agar tertib berlalu lintas, membayar pajak tepat waktu, menjaga kebersihan lingkungan, hemat listrik, hemat air, hemat BBM; menjaga kelestarian lingkungan, mencintai budaya sendiri, anti kekerasan, sportivitas, peduli dengan kelompok masyarakat miskin, dan sebagainya.
Selain mendatangkan kebaikan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, bertambahnya pengetahuan masyarakat dan munculnya kesadaran sikap serta perilaku sebagaimana inti pesan juga dapat menguntungkan pengiklan itu sendiri, selain mendapatkan citra baik di tengah masyarakat.
(42)
31
Keuntungan tersebut misalnya, program kerja institusi tersebut dapat lebih terbantu; Visi dan misi lembaga tersebut dapat lebih mudah diwujudkan, dan sebagainya. Keuntungan tersebut bisa diperoleh karena masyarakat memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang mendukung terhadap program kerja, visi dan misi lembaga. Sehingga untuk mewujudkan isi dan misi lembaga tersebut, maka akan didukung pula oleh masyarakatnya. Dengan demikian, beban lembaga untuk mewujudkan visi dan misi tersebut dapat lebih ringan, karena didukung dan dibantu oleh masyarakat.
2.1.5. Isi Pesan Iklan
Menurut Wilbur Schramm dalam (Effendy, 2001:18), jika kita menginginkan pesan kita dapat membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki maka ada kondisi yang harus dipenuhi atau disebut juga “the condition of success in communication”, kondisi tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
(43)
Berhasil tidaknya sebuah pesan diterima oleh komunikan sesuai dengan keinginan komunikator, maka dalam pembuatan pesan pun harus memperhatikan faktor penyampaian pesan. Menurut Siahaan terhadap 9 hal yang harus diperhatikan dalam penyampaian pesan: dalam (Effendy, 2001:18).,
1. Pesan itu harus cukup jelas (clear)
2. Pesan itu mengandung kebenaran yang sudah diuji (correct) 3. Pesan itu ringkas (concise)
4. Pesan mencakup keseluruhan (comprehensive) 5. Pesan nyata (concrete)
6. Pesan lengkap (complete) & disusun secara sistematis 7. Pesan menarik dan meyakinkan (convincing)
8. Pesan disampaikan dengan sopan (courtesy) 9. Nilai pesan itu sangat mantap (consistent)
Dalam dunia periklanan pesan yang disampaikan dalam iklan sangatlah penting dalam pencapaian tujuan iklan yang dimaksud, pemasang iklan harus memperhitungkan apa yang harus disampaikan agar mendapat tanggapan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun definisi pesan iklan menurut Bovee ialah sebagai berikut:
“Pesan iklan ialah apa yang direncanakan perusahaan untuk disampaikan dalam iklannya dan bagaimana perencanaan penyampaian pesan itu secara verbal dan non verbal” (Sumartono, 2002:14). Dengan demikian, untuk menampilkan kekuatan iklan tidak hanya sekedar menampilkan pesan verbal tetapi juga harus menampilkan pesan non-verbal yang mendukung kekuatan daya tarik iklan.
(44)
33
2.1.6. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” Istilah ini mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut Piaget, secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Masa remaja adalah usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang dewasa melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, tranformasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan.
Monks membagi masa remaja menjadi tiga kelompok tahap usia perkembangan, yaitu early adolescence (remaja awal) yang berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun, middle adolescence (remaja pertengahan) yang berada pada rentang usia 15 sampai 18 tahun, dan late adolescence (remaja akhir) yang berada pada usia 18 sampai 21 tahun. Sarwono menyatakan definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
(45)
2. Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak.
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwaseperti tercapainya identitas diri (ego identity, menurut Erick Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual (menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (menurut Piaget) maupun moral 4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang
bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua.
Dari definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Karena itu defenisi remaja di sini dibatasi khusus untuk orang yang belum menikah. Dari berbagai defenisi mengenai remaja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan suatu periode perkembangan dari transisi antara masa anakanak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional.
2.1.6.1. Ciri-Ciri Remaja
Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks maka terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :
(46)
35
1. Remaja awal (12-15 tahun) Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
2. Remaja madya (15-18 tahun) Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecendrungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya.
3. Remaja akhir (18-21 tahun) Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian:
a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentinagn diri sendiri dengan orang lain e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.
(47)
remaja adalah bahwa masa remaja adalah merupakan periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.
2.1.6.2. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain, memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu remaja juga diharapkan memperoleh peranan sosial, menerima kebutuhannya, dan menggunakannya dengan efektif, memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya, mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri, memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan, mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga, membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (1992) adalah berusaha agar mampu menerima keadaan fisiknya. Pada periode pra-remaja, anak tumbuh demikian cepat yang mengarah pada bentuk orang dewasa yang diiringi perkembangan sikap dan citra diri. Remaja diharapkan dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka sendiri, bukan khayalan dan impian. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa, pada masa remaja diharapkan remaja menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab masing-masing. Sering kali terjadi ada remaja yang
(48)
37
menyesali diri sebagai pria atau wanita, terutama jika bentuk tubuh mereka tidak memuaskan.
Remaja juga diharapkan mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. Akibat adanya kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial terutama hubungan dengan lawan jenis. Dalam hal ini, seorang remaja harus mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis atau semua jenis agar memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga. Selain itu, remaja juga diharapkan mencapai kemandirian emosional, tugas perkembangan yang harus dihadapi remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti dalam masa kanak-kanak mereka.
Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami perasaan bergantung. Remaja juga dituntut untuk mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat sebagai anggota masyarakat sebagai hasil dari perpaduan unsur-unsur pertumbuhan biologis dan keragaman pengalaman dengan lingkungan, remaja dapat mengembangkan kemampuan mentalnya. Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu yang berada diluar pengalamannya. Dengan kata lain, remaja sudah dapat memikirkan kemungkinan sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah.
Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua juga merupakan salah satu tugas perkembangan pada remaja. Mengembangkan
(49)
perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. Proses pengikatan individu kepada kelompok sosialnya telah berkembang sejak lahir. Proses ini diperluas selama masa anak dan remaja. Remaja yang mengikuti kegiatan keagamaan akan dapat mengembangkan sikap batin atau sikap keterikatan sosialnya terhadap orang lain.
2.1.7. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan merupakan suatu proses menerima informasi atau stimulasi dari lingkungan dan mengubah ke dalam kesadaran psikologis, pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang obyek, peristiwa atau hubungan-huhungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, yakni memberikan makna pada stimuli indrawi.
Definisi pengetahuan tidaklah sama dengan kepintaran, menurut Eriyanto tingkat pengetahuan lebih mengacu kepada apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu, sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap isu tersebut (Eriyanto, 1999: 238). Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan faktual yang menuntut seseorang untuk mengetahui isu-isu yang aktual atau yang Penting. Sikap atau pendapat seseorang terhadap suatu isu atau masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang mengenai isu tersebut (Eriyanto, 1999:3)
Efek pengetahuan (efek kognitif) terjadi bila ada perubahan yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrarnpila.n, kepercayaan atau informasi (Rakhmat, 2000: 29).
(50)
39
Tingkat pengetahuan seseorang terhadap obyek tidak muncul begitu saja, akan tetapi di dahului dengan adanya heberapa proses (Rakhmat, 1999 : 49). Proses-proses tersebut adalah :
1. Sensasi
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi disini diartikan sebagai proses menangkap stimuli. Proses sensasi terjadi apabila alat¬alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls sarat, dengan bahasa yang dipahami oleh otak (Coon, 1997: 79). Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang bergantung bagaimana kepekaan panca indera individu dalam menerima stimuli. Proses sensasi ini tidaklah lepas dari faktor perhatian seseorang terhadap stimuli. Perhatian disini diartikan sebagai proses mental ketika stimuli lainnya melemah (Leprancois, 1974: 39).
Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat menonjol, seperti
a. Gerakan, Manusia secara visual terarik pada obyek-obyek yang bergerak. seperti : huruf-huruf display yang bergerak, gerakan model iklan dan lain sebagainya.
b. Intensitas Stimuli, Individu akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli lain, misal: tubuh jangkung tengah-tengah orang pendek.
c. Kebaruan (novelty), Beberapa eksperimen membuktikan bahwa stimuli yang luar biasa. Dan kebaruan lebih mudah untuk diingat.
(51)
d. Perulangan, Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi akan dapat menarik perhatian.
2. Memori
Merupakan system yang sangat berstruktur, yang dapat menyebabkan organisme sanggup merekam fakta (Schlessinger dan Groves, 1976 : 352). Memori sendiri melewati tiga proses, yaitu : perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkuit saraf internal. Penyimpanan merupakan proses yang menentukan berapa lama informasi itu berada dalam ingatan dan pemanggilan merupakan proses mengingat kembali informasi yang telah disimpan (Mussen dan Rosenzweig, 1973: 499).
Dari definisi diatas, maka tingkat pengetahuan merupakan hasil individu dalam menerima stimuli dari lingkungan dan mengubahnya kedalam kesadaran psikologis. (Heckam, 1992: 42). 'Iklan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah iklan layanan masyarakat BNN “Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " di televisi.
Dalam penelitian ini mengukur tingkat pengetahuan masyarakat di Surabaya mengenai iklan layanan masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " di televisi. Indikator untuk mengukur tingkat pengetahuan adalah melalui kualitas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, dimana nantinya jawaban responden akan diberikan skor sehingga dapat diketahui tinggi, sedang, dan rendahnya tingkat pengetahuan remaja di Surabaya tentang iklan layanan masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " di televisi.
(52)
41
2.1.8. Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi objek material radio psikolog dan ilmu komunikasi yang sama, yaitu manusia yang jiwanya, meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, efeksi dan saksi. Menurut stimulus respon ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulan khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (stimulus, S), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa lambang atau tanda.
b. Komunikan (Organism, 0), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui lambang dan tanda tersebut. Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan komunikator.
c. Efek (Response, R), merupakan dampak daripada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif, kognitif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 1993: 254).
(53)
Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep komplek, yang berbeda dari situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organism yang menjadi perantara stimulus dan respon merupakan kotak hitam yang hanya diamati dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku ekternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dan keadaan internal organism tersebut. Sedangkan R merupakan respon tertentu terhadap peristiwa ataustimulus (Fisher, 1986: 195).
Menurut Stimulus — Organism — Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2. Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Gambar tersebut menunjukkan hubungan teori S-O-R dengan penelitian ini adalah stimulus berupa iklan layanan masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " di televisi yang mungkin dapat diterima atau ditolak. Apabila
Stimulus
Organisme: - Perhatian - Pengertian - Penerimaan
Response:
(54)
43
diterima, maka akan berhubungan dengan respon yaitu terjadi penambahan pengetahuan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek (Gilmer, 1970 : 328). Contohnya : Ketika individu melihat menara tinggi, ia berfikir dan meneoba memberi makna. Proses berfikir tersebut menunjukkan kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa (Rakhmat, 1996 : 68). Pada tahap ini individu akan membuka memorinya sesuai dengan pengalamannya terhadap obyek, lalu ia memberi makna pada menara tersebut dengan nama Eiffel Tower. Pada tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Pada tahap terakhir, ia menyimpan kedalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan (Gilmer, 1970: 331).
2.1.9. Iklan Layanan Masyarakat BNN "Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba" Iklan layanan masyarakat BNN versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba yang ditayangkan di televisi adalah suatu bentuk komunikasi yang informatif dan persuasif yang ditujukan kepada remaja. Mengingat iklan layanan masyarakat BNN versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ini sebagai upaya BNN untuk menghimbau dan mengajak para remaja untuk hidup bebas dari narkoba dan juga memberikan pengetahuan tentang dampak dan bahaya menggunakan narkoba.
Dalam iklan layanan masyarakat yang berdurasi kurang lebih 30 detik tersebut, masyarakat memperoleh beberapa pengetahuan mengenai Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba dengan slogan “Perhatian dan Doa Orang Tua
(55)
Menjauhkan Anak dari Narkoba ” yang diucapkan oleh Orang Tua Laki-Laki sebagai modelnya. Meliputi tiga hal positif yang diperoleh terbebas dari narkoba, yaitu:
a. Sekolah tidak terbengkalai
b. Tidak terlibat tindak pidana karena mencuri c. Dapat meraih cita-cita
Terdapatnya IkIan layanan masyarakat BNN “Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba “di televisi ini yang ditujukan untuk remaja khususnya remaja di Surabaya, maka peneliti bermaksud mengetahui tingkat pengetahuan remaja di Surabaya. Tingkat pengetahuan remaja di Surabaya tentang iklan tersebut di atas adalah pernyataan verbal tentang sebuah iklan, dimana verbal berarti "melalui pcnggunaan kata-kata" balk tertulis maupun lisan (Moekijat, 2003: 137). Maka yang dimaksudkan adalah, pengungkapan pengetahuan tentang sebuah iklan layanan masyarakat BNN “Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba” melalui bentuk pecan yang menggunakan kata-kata, balk itu secara tertulis maupun lisan.
2.2 Kerangka Berpikir
Banyak kalangan praktisi periklanan scndiri berusaha menciptakan iklan yang menarik serta efektif. Menurut Shimp (2003: 416) iklan yang efektif biasanya kreatif yakni bisa membedakan dirinya dengan iklan-iklan yank sedang-sedang saja atau iklan yang tidak biasa dan berbeda. IkIan yang sama dengan sehagian besar iklan lainnya tidak akan mampu menembus kerumunan iklan kompaitif dan tidak akan dapat menarik perhatian konsumen.
Untuk membuat iklan yang baik, perancang iklan harus memperhatikan ada atau tidaknya penggunaan model iklan baik pria atau wanita maupun
(56)
anak-45
anak untuk menarik perhatian. Sebagai usaha untuk mendapatkan atau menarik perhatian khalayak terhadap iklan maka digunakan berbagai cara, salah satunya menggunakan model iklan.
Pemasangan iklan di televisi ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan khalayak akan isi pesan iklan yang ditayangkan. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor psikologis, faktor yang disebabkan oleh psikologi antara lain disebabkan oleh khalayak. Seliino.ga untuk mengukur keberhasitun iklan bergantung pada sikap khalayak terhadap pesan yang diberikannya (Umar, 1999:279).
lklan layanan masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba " adalah iklan non komersial yang dipersembahkan oleh BNN untuk mendukung sosialisasi pemerintah dalam himbauan untuk hidup bebas tanpa narkoba. IkIan ini juga digunakan sebagai wadah untuk menyebarluaskan informasi-informasi mengenai dampak positif hidup bebas tanpa narkoba yang meliputi : Sekolah tidak terbengkalai, tidak terjerat pindak pidana karena mencuri dan dapat meraih cita-cita.
Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat tingkat pengetahuan pada remaja di Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat BNN " Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ” di televisi. Tingkat pengetahuan yang ingin dilihat peneliti adalah mengacu kepada apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah tertentu, sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut (Eriyanto, 1990 : 239).
Oleh karena itu dalam penelitian tingkat pengetahuan ini menggunakan teori S-0- R. Dimana stimulus adalah iklan layanan masyarakat BNN "Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba" di televisi kepada Remaja (Organism). Apabila iklan itu
(57)
dimengerti, maka selanjutnya iklan itu akan diterima. Kemudian timbullah respons atau efek dari stimulu itu antara lain adalah kognitif, afektif, dan konatif. Tetapi dalam penelitian ini hanya melihat efek kognitifnya saja. Hal ini didasarkan karena media massa lebih besar dan dirasa dapat lebih memberikan pengaruh pada kognisi atau pengetahuan khalayak (Mc.Quail, 1999 : 81).
Maka dapat ditarik suatu indikator penelitian dalam tingkat pengetahuan remaja di Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat BNN "Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba" di televisi yaitu keseluruhan dari iklan itu sendiri mencakup isi pesan dan unsur-unsur iklan yang ada di dalamnya. Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan melalui bagan dibawah ini
Gambar 23. Bagan Kerangka Pikir Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Dampak Positif Hidup tanpa Narkoba Melalui Iklan Layanan Masyarakat
BNN "Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ' di Televisi. Stimulus: Iklan Layanan Masyarakat BNN “Remaja Bebas Narkoba” Organisme:
Remaja di Suarabaya yang berusia 17 tahun ke atas dan pernah
menonton iklan layanan masyarakat BNN “Remaja Bebas Narkoba” -perhatian -pengerian -penerimaan Respons:
Tingkat Pengetahuan Remaja Surabaya tentang dampak positif hidup tanpa narkoba melalui iklan layanan masyarakat BNN “Remaja Bebas Narkoba” di televise a. Tinggi
b. Sedang c. Rendah
(58)
47 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana dalatn pendekatan deskriptif kuantitatif akan dapat menginterpretasikan secara rinci tingkat pengetahuan remaja di Surabaya tentang iklan layanan masyarakat BNN “Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba “di televisi.
Penelitian ini hanya mengoperasikan satu variabel saja yaitu tingkat pengetahuan remaja Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat “Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba “di televisi. Selanjutnya untuk mempermudah pengukuran variabel maka akan ditampilkan definisi operasional dari variabel tingkat pengetahuan tersebut.
3.1.1. Definisi Operasional
Tingkat pengetahuan adalah suatu konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi, yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif. Dan efek kognitif itulah terjadi bila ada perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak serta juga terkait dengan pentrasmisian pengetahuan (Rakhmat, 2001: 67).
3.1.2. Pengukuran Variabel
Tingkat pengetahuan yang diamati dalam penelitian iklan layanan masyarakat BNN Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba ini memberikan informasi tentang dampak positif yang diperoleh hidup bebas tanpa narkoba, yaitu:
(59)
1. Tayangan iklan: Tayangan iklan dalam penelitian ini yang meliputi frekuensi dan durasi responden dalam menonton tayangan iklan tersebut.
a. Berapa sering saudara melihat Iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba di Televisi
b. Berapa lama saudara melihat iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba di Televisi
2. Tingkat Pengetahuan (Endorser dalam menyampaikan pesan) meliputi:
a. Apakah saudara mengetahui talent di dalam Iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba adalah Anak SMA
b. Apakah Saudara mengetahui jika talent laki-laki dalam Iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia adalah Deddy Mizwar.
c. Apakah Anda mengetahui Iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba keadaan orang tua sibuk bekerja.
d. Dapatkah saudara mendengar dan mengetahui dengan jelas kalimat yang disampaikan Deddy Miswar.
e. Apakah saudara mengetahui pada Iklan tersebut Orang Tua remaja membaca apa yang ditulis oleh anak mereka.
3. Tingkat Pengetahuan (Materi isi Pesan iklan), meliputi
a. Apakah anda mengetahui kalimat yang ditulis oleh remaja di notebook pribadinya di Iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba.
(60)
49
b. Apakah Saudara mendengar dan mengetahui dengan jelas kalimat “Aku merasa kesepian, merasa sendirian, aku takut kesepian membawa aku terjerumus ke dalam narkoba”.
c. Apakah anda mengetahui teks berita Drugs bikin duniamu tanpa warna dalam iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba
d. Apakah Saudara mengetahui jika kesibukan orang tua dapat menyebabkan anak terjerumus narkoba.
e. Apakah anda mengetahui jika anak anda terlibat dalam narkoba.
f. Apakah anda mengetahui jika keluarga akan menjadi tidak harmonis dengan adanya bahaya narkoba di salah satu anggota keluarga.
g. Apakah saudara dapat mengetahui isi pesan Iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba.
h. Apakah sanda mengetahui Iklan layanan Masyarakat (BNN) sudah berhasil mengajak masyarakat untuk menjauhi narkoba.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja di Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat BNN Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba di televisi diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam jumlah skor atas pertanyaan atau kuesioner yaitu :
1. Apabila responden memberikan jawaban "Tahu" maka akan diberikan skor 1. 2. Apabila responden memberikan jawaban “Tidak tahu” maka akan diberikan
(61)
Variabel tingkat pengetahuan remaja dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang, rendah yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing responden.
Keterangan :
Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan
Skor Tertinggi : antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang iklan layanan masyarakat BNN Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba di televisi terdiri dan 15 pertanyaan. Untuk mengetahui pengkategorian responden tiap jawaban dilakukan penghitungan sebagai berikut :
- Skor terendah = 15 X 0 = 0 - Skor tertinggi = 15 X 1 = 15 - Lebar interval = 15 – 0 = 5
3
Batasan skor untuk tingkat pengetahuan masyarakat wilayah Polsekta Klojen tentang penyuluhan program kamtibmas rendah, sedang, tinggi:
- Jumlah skor 0 – 5 termasuk tingkat rendah - Jumlah skor 6 – 10 termasuk tingkat sedang - Jumlah skor 11 – 15 termasuk tingkat tinggi
Remaja di kota Surabaya merupakan khalayak sasaran (target audience). Khalayak sasaran pada penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia 17
(1)
tayangan iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba yang dilakukan secara berkesinambungan, remaja dapat mengetahui bagaimana langkah – langkah dan tindakan yang harus diambil dalam pencegahan, penanganan dini tindakan terhadap bahaya narkoba serta. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran sosial bahwa pondasi dari sebuah perilaku yang akan kita lakukan karena dari awalnya kita tidak tahu akhirnya menjadi tahu sebab diterpa terus menerus kemudian menjadi kebiasaan namun tetap melalui proses penyaringan.
Hampir setiap hari kita mendengar atau membaca berita penangkapan Narkoba. Baik media lokal, maupun nasional. Dan hampir setiap hari pula pemakai, pecandu, pengedar dan bandar Narkoba tertangkap. Tapi apakah pemakai dan pengedar ataupun bandar Narkoba berkurang atau jera malah sebaliknya lebih banyak lagi. Berbagai cara juga telah dilakukan negara untuk menghabisi para penyuka narkoba ini. Lewat iklan layanan, membentuk satuan khusus BNN sampai ormas serta penyuluhan-penyuluhan diberikan kepada masyarakat dengan pesan bahwa Narkoba itu sangat berbahaya. Namun lagi-lagi zat kimia itu tidak hilang dari manusia. Malah semakin menjadi-jadi saja, dilihat dari bandar-bandar besar yang berhasil ditangkap oleh penegak hukum.
Alasan menggunakan narkoba ini sebagaian besar hanyalah sederhana saja yaitu ‘eksistensi diri’. Eksistensi diri yang disini adalah hanya ‘pergaulan’ alias gaul. Tidak lebih, sebab, citra yang tercipta dari para pengguna narkoba ini adalah modren, gaul dan tajir. Remaja biasanya selalu ingin di cap sebagai anak gaul. Untuk mencapai keinginan tersebut dia akan melakukan apa saja, mulai dari
(2)
79
nongkrong-nongkrong, bawa kendaraan (orang tua), sampai menggunakan Narkoba. Bagi generasi muda menggunakan narkoba biar dia dibilang keren, gagah-gagahan dan ingin mengikuti gaya anak muda yang lagi ngetrend. alasanya : Biasanya pemula sehabis ‘make’ selalu ingin diketahui teman-temannya, termasuk teman wanita. Pemake pemula akan berusaha secara tak langsung memberitahukan kepada khalayak bahwa dia adalah pemake (baru saja habis make).
Makanya jangan keheranan didalam kelas, saat kuliah atau di tempat umum, menemukan mata remaja bengkak atau merah (kalau yang dikonsumsinya ganja). jika dia berhasil membuat teman-temannya tahu bahwa dia pemakai, maka yang bersangkutan akan bahagia.
(3)
80 5.1. Kesimpulan
Dari hasil penyajian dan analisis data yang telah dikemukakan, maka dari penelitian ini dapat diambil suatu kesimpulan:
1. Bahwa dari hasil mengenai tingkat pengetahuan remaja terhadap tayangan iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba yang sangat tinggi terhadap pentingnya bahaya narkoba di lingkungan mereka mayoritas responden menyatakan tingkat kepedulian terhadap iklan layanan tersebut, hal ini dikarenakan keinginan terhadap lingkungan atau faktor pribadi akan kebutuhan rasa aman, rasa tentram, rasa nyaman dan menghindarkan dari hal – hal yang negatif atau hal yang merugikan masyarakat.
2. Penayangan iklan Layanan Masyarakat (BNN) Versi Keluarga Bahagia Tanpa Narkoba harus lebih digencarkan lagi khusunya frekuensi penayanganya agar banyak pemirsa yag melihatnya.
5.2.Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang diberikan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak – pihak yang berkepentingan sebagai berikut :
1. Upaya Pre-emtif pencegahan yang dilakukan secara dini, upaya preventif
(4)
81
dini yang di tujukan kepada masyarakat atau remaja yang belum memakai narkoba atau bahkan belum mengenal narkoba. Prinsipnya dengan meningkatkan kegiatan menanggulangi narkoba agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berfikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba.
2. Upaya Badan Narkotika Kota Menanggulangi Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja di kota Surabaya cukup besar karena tugas pokok dan fungsi sudah sebagian besar terealisasi. Badan Narkotika Kota (BNK) Semarang sudah melaksanakan progam kerja dan kegiatanya antara lain : upaya menanggulangi pencegahan penyalahgunaan narkoba itu sendiri dapat dilakukan oleh keluarga, Memberikan sosialisasi, talk shoew, meresmikan panti rehabilitasi dan lain sebagainya.
(5)
Buangin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kuantitatf (Aktualisasi Metodologis ke
Arah varian Kontemporer). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong. 1990. Ilmu, Teori dan Praktek. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
. 1993. Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Bandung : CV. Mandar Maju
. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
. 2003. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Eriyanto. 2000. Metodologi Polling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Jefkins, Frank. 1997. Periklanan, Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Tv).
Jakarta : PT. Rhineka Cipta.
Liliwerti, Alo. 1992. Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat.
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Mc.Quail, Dennis. 1994. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
(6)
Morrisan. 2004. Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Cetakan Pertama.
Jakarta : Ramdina Perkasa.
Pribadi, Buyung. 2005. Buku Ajar Jurnalistik Televisi. Surabaya : Penerbit AWS.
Purwadarminta. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rahmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
. 2007. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Shimp, Terence,A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Terpadu. Jakarta : Erlangga.
Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
Soekanto, Suryono.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo.
Widyatama, Rendra. 2007. Pengantar Periklanan.Yogyakarta : Kelompok Penerbit Pinus.